• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stefanie Natalia Halim 22010113130206 Lap.KTI BAB3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stefanie Natalia Halim 22010113130206 Lap.KTI BAB3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Obat Tradisional, Biologi Molekular dan Mikrobiologi.

3.1.2 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jl Diponegoro 69 Jakarta.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Mei 2016 di Laboratorium Dengue Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jl Diponegoro 69 Jakarta.

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

(2)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi target penelitian ini adalah DENV-1.

3.4.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah virus koleksi Laboratorium Dengue Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

3.4.3 Besar Sampel

Pada penelitian ini pengulangan akan dilakukan tiga kali sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.12

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah multidosis [6]-gingerol.

3.5.2 Variabel tergantung

(3)

3.6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Skala

[6]-gingerol [6]-gingerol

(5-hydroxy-1-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-3-decanone) merupakan senyawa yang banyak terkandung pada jahe (Zingiber officinale). Konsentrasi diukur dalam mM.

[6]-gingerol pada penelitian ini diperoleh dari Sigma-Aldrich (Seelze, Germany).

Nominal

Viabilitas sel Viabilitas sel adalah kemungkinan sel untuk dapat hidup. Viabilitas sel merupakan perbandingan jumlah sel yang hidup dan sel yang mati. Viabilitas sel dinyatakan dalam %.

Viabilitas sel diukur dengan MTT (3-

(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide) assay.

Rasio

Titer virus Titer virus merupakan jumlah partikel infeksius virus. Titer virus dapat dinyatakan dalam plaque forming unit/ml

(pfu/ml). Plaque forming unit diukur dengan plaque assay.

Rasio

Tabel 2 Definisi Operasional

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

3.7.1 Alat

1. Biological safety cabinet class II (BSC II) [esco] 2. 37oC waterbath [memmert]

(4)

4. Inkubator CO2 suhu 37oC [sanyo] 5. Motorized pipetor [bio-rad]

6. Pipet serologis steril (5 ml, 10 ml, 25ml) [corning] 7. Tabung sentrifuge (15 ml, 50ml) [corning]

8. Rak tabung [nalgene]

9. Mesin sentrifugasi sorvall® rt 6000d 10.Tabung kriogenik [nunc]

11.Flask kultur (t-25, t-75) [nunc, falcon] 12.Mikroskop fase kontras ckx31 [olympus]

13.Repetitif pipet (100--1000 l) [gilson] 14.Distritip maxi st (12,5 ml) [gilson] 15.24 wells plate [nunc]

16.Vacuum pump [millipore]

17.Oven 500c [amersham biosciences]

18.Tabung mikrosentrifuge 1,5 ml [sorenson, molecular bioproducts] 19.Tips steril [axygen scientific]

20.Adjustable pipettor (2--20 µl, 20--200 µl, dan 100--1000 µl) [bio-rad,

gilson]

21.Mesin vorteks reax control [heidolph]

22.Mesin sentrifugasi mini [profuge 6k]

23.Mesin sentrifuge sorvall® pico [thermo] 24.Timer

(5)

26.Rak tabung 27.Kotak es

28.Sarung tangan [ansell] 29.Parafilm [whatman] 30.Gunting

31.Plastic wrap [kinpak, bagus]

32.Improved neubauer hemacytometer (superior marienfeld, germany)

33.Oven

3.7.2 Bahan

1. DENV serotipe 1 strain Indonesia 2. [6]-gingerol [sigma-aldrich]

3. RPMI 1640 medium supplemented with 10% of FBS, 2 mmol/l of

l-glutamine, 100 u/ml of penicillin, and 100 µg/ml of streptomycin

[gibco-life technologies]

4. Trypsin-0.25% EDTA [gibco-life technologies]

5. Dulbecco’s phosphate buffer saline (DPBS) tanpa CaCl2 dan MgCl2 [gibco]

6. Dimetil sulfoksida (DMSO) [applichem]

7. 3,7% formalin [applichem] 8. 1% crystal violet [sigma] 9. 1 % methyl-cellulose-2% FBS

(6)

11.10% bleach

3.8 Cara Pengumpulan Data

3.8.1 Kultur Sel A549

3.8.1.1 Resusitasi Sel A549

1. Mengeluarkan satu vial stok sel beku A549 dari liquid nitrogen tank atau

freezer -80° C.

2. Meletakkannya ke dalam 37oC water bath dan secara perlahan memutarnya sampai cair secara sempurna.

3. Secara cepat, memindahkan sel ke falcon tubes yang sudah berisi medium

10 ml RPMI 1640 dan mengendapkan sel dengan centrifuge 500 x g selama 3 menit pada suhu ruangan.

4. Membuang supernatant dan meresuspen sel di RPMI 1640 yang berisi 10% FBS and 1% Pen/Strep.

5. Memberi nutrisi sel selama di dalam flask dan menginkubasinya pada suhu

37° C, 5 % CO2 selama 3-5 hari sampai sel konfluen.

3.8.1.2 Subkultur Sel A549

1. Membuang medium dari flask dan menambahkan 1.5 ml dari 0.25%

Trypsine-EDTA ke T75 flask (atau 0.5 ml ke T25 flask), menginkubasinya selama 2-3 menit atau sampai sel mudah lepas saat sisi dari flask

(7)

2. Menambahkan medium baru dan membagi sel dengan rasio 1:3-4. 3. Menginkubasi sel pada suhu 28° C.

3.8.2 Persiapan Virus Dengue

3.8.2.1 Propagasi virus

1. Subkultur galur sel Vero dengan split ratio 1:3 dengan 1xRPMI medium (+10% FBS dan 1% Pen/Strep). Menanam kira-kira 2x105 cell pada T-25 flask. Menyiapkan sebuah flask untuk kontrol non infeksi. Inkubasi pada 370C, CO2 5%.

2. Memeriksa keadaan sel di flask keesokan harinya. Kerapatan yang diperlukan adalah 80-100%.

3. Membuang medium dari flask, kemudian menambahkan 2 ml sampel

serum (yang berisi virus) (dilusi 1:10) dengan 1xRPMI medium (+10% FBS dan 1% Pen/Strep).

4. Menginkubasi flask pada 370C, CO2 5% selama 1 jam. Membuang inokulum dari flask dan kemudian menambahkan 3ml 1xRPMI -2% FBS. Menginkubasi pada 370, CO2 5%.

5. Memeriksa setiap hari sampai ditemukan CPE (Cytopathogenic Effect)

pada flask. Memanen virus dengan mengambil supernatan dari flask.

(8)

dan menginkubasi kembali pada 370,C, CO2 5% untuk memanen kedua kali pada hari ke 13 bila CPE tetap belum muncul.

7. Memberi label pada supernatan.

8. Menyimpan pada -800 C bila belum akan digunakan.

3.8.2.2 Pengukuran Titer Awal Virus (Plaque Forming Unit) dengan Plaque Assay

1. Menumbuhkan sel BHK21 pada T-75 flask dan menginkubasinya pada suhu 37° C, 5% CO2 sampai konfluen.

2. Me-tripsinisasi dan mendilusi sel pada medium lengkap (1X RPMI-10%

FBS).

3. Menempatkan sel BHK21 di dalam 24-well plate dan menginkubasinya

pada 37°C, 5% CO2 selama semalam.

4. Memeriksa sel dan memastikan bahwa sel dalam kondisi sehat dan melapisi seluruh permukaan well.

5. Membuat dilusi serial 10-1 sampai 10-6 kali dari sampel virus dalam 1X RPMI-2% FBS.

6. Membuang medium secara hati-hati agar sel tidak kering. 7. Menambahkan 0,2 ml dilusi sampel virus ke well yang dituju.

8. Menginkubasi plate pada 37° C, 5% CO2 selama 1 jam, dengan digoyangkan setiap 20 menit.

9. Pada akhir dari inkubasi, melepaskan sampel virus dari well dengan

(9)

10. Menambahkan 0,5 ml medium 1 % methyl-cellulose-2% FBS yang telah dihangatkan sebelumnya menggunakan repetitive pipet dan distritips steril.

11. Menginkubasi plate pada 37°C, 5% CO2 selama 6 hari (4-7 hari), tergantung jenis virus.

12. Pada akhir inkubasi, memasukkan sel ke dalam tangki berisi 3.7%

formaldehyde selama sekurang-kurangnya 20 menit.

13. Mencuci plate dengan air yang mengalir dan menambahkan 1% crystal

violet 0,2 ml ke masing-masing well.

14. Membuang pewarna setelah 5 menit pengecatan dan membilasnya dengan air mengalir.

15. Mengeringkan plate pada suhu 55° C dengan oven selama 30 menit. 16. Menghitung plaque dalam well.

17. Menghitung titer virus dengan persamaan Mahy dan Kangro (1996) :

3.8.3 Persiapan [6]-gingerol

3.8.3.1 Cell Toxicity Assay (MTT Assay)

1. Membuat suspensi sel 1x106 per mL.

2. Mendilusi sel dari 1x106 menjadi 1x104 sel per mL agar dapat menaruh sel pada plate dengan konsentrasi 103-105 sel setiap well.

3. Mendistribusikan 100 �L dilusi sel setiap well.

Titer virus (���/��) =  Jumlah plaque ( PFU)

(10)

4. Mendistribusikan [6]-gingerol dengan konsentrasi 0,01; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mM pada masing masing well.

5. Menginkubasi sel selama 6-48 jam.

6. Menambahkan 10 �L MTT reagent ke setiap well.

7. Menginkubasi kembali selam 2 sampai 4 jam sampai warna ungu terlihat.

8. Menambahkan detergent raegen ketika presipitat ungu terlihat pada mikroskop, jangan dikocok.

9. Meletakkan plate yang telah ditutupi pada tempat yang gelap selama 2 sampai 4 jam atau semalaman pada suhu ruang.

10.Melepaskan tutup plate dan mengukur absorbansi setiap well pada panjang

gelombang 570 nm.

11.Menentukan nilai rata-rata absorbansi.

3.8.4 Uji Aktivitas Antiviral [6]-gingerol terhadap DENV Uji aktivitas Antiviral Curcumin dilakukan dengan dua metode:

3.8.4.1 Metode Full Time

1.Menanam 105 sel A549 pada masing masing well dalam 96 well plate

2.Menginkubasi sel pada 370C, 5% CO2 selama 24 jam

3.Menginfeksi sel dengan Multiplicity of Infection = 1 (105 PFU) dan menambahkan [6]-gingerol dengan berbagai konsentrasi subtoksik

(11)

3.8.4.2 Metode After Entry

1.Menanam 105 sel A549 pada masing masing well dalam 96 well plate

2.Menginkubasi sel pada 370C, 5% CO2 selama 24 jam

3.Menginfeksi sel dengan Multiplicity of Infection = 1 (105 PFU) 4.Menginkubasi sel pada 370C, 5% CO2 selama 1 jam

5.Membuang supernatan masing masing well dan menambahkan [6]-gingerol

dengan berbagai konsentrasi subtoksik

6.Menginkubasi sel pada 370C, 5% CO2 selama 48 jam 7.Mengambil supernatan untuk dilakukan plaque assay

3.8.5 Pengukuran Titer Awal Virus (Plaque Forming Unit) dengan Plaque Assay

1. Menumbuhkan sel BHK21 pada T-75 flask dan menginkubasinya pada

suhu 37° C, 5% CO2 sampai konfluen.

2. Me-tripsinisasi dan mendilusi sel pada medium lengkap (1X RPMI-10% FBS).

3. Menempatkan sel BHK21 di dalam 24-well plate dan menginkubasinya pada 37°C, 5% CO2 selama semalam.

4. Memeriksa sel dan memastikan bahwa sel dalam kondisi sehat dan

melapisi seluruh permukaan well.

5. Mengambil supernatan hasil uji antiviral [6]-gingerol.

(12)

7. Membuang medium secara hati-hati agar sel tidak kering. 8. Menambahkan dilusi sampel virus 0.2 ml ke well yang dituju.

9. Menginkubasi plate pada 37° C, 5% CO2 selama 1 jam, dengan digoyangkan setiap 20 menit.

10. Pada akhir dari inkubasi, melepaskan sampel virus dari well dengan

menggunakan vacuum pump secara hati-hati agar tidak mengganggu sel. 11. Menambahkan 0,5 ml medium 1 % methyl-cellulose-2% FBS yang telah

dihangatkan sebelumnya menggunakan repetitive pipet dan distritips steril. 12. Menginkubasi plate pada 37°C, 5% CO2 selama 6 hari (4-7 hari),

tergantung jenis virus.

13. Pada akhir inkubasi, memasukkan sel ke dalam tangki berisi 3.7% formaldehyde selama sekurang-kurangnya 20 menit.

14. Mencuci plate dengan air yang mengalir dan menambahkan 1% crystal violet 0,2 ml ke masing-masing well.

15. Membuang pewarna setelah 5 menit pengecatan dan membilasnya dengan

air mengalir.

16. Mengeringkan plate pada suhu 55°C dengan oven selama 30 menit.

17. Menghitung plaque dalam well.

18. Menghitung titer virus dengan persamaan Mahy dan Kangro (1996) :

Titer virus (���/��) =  Jumlah plaque (

PFU)

(13)

3.8.6 Mengukur Viabilitas Sel dengan MTT Assay

1. Membuat suspensi sel 1x106 per mL.

2. Mendilusi sel dari 1x106 menjadi 1x104 sel per mL agar dapat menaruh sel pada plate dengan konsentrasi 105 sel setiap well.

3. Mendistribusikan 100 �L dilusi setiap well. Termasuk tiga medium

kontrol.

4. Menginkubasi sel pada suhu 370C selama 2 jam, dengan menambahkan 10

�L reagen MTT pada setiap well (berisi 100 �L).

5. Menginkubasi kembali selama 2 sampai 4 jam sampai warna ungu terlihat. 6. Menambahkan 100 �L detergent reagen ketika presipitat ungu terlihat

pada mikroskop, jangan dikocok.

7. Meletakkan plate yang telah ditutupi pada tempat yang gelap selama lebih kurang 16 jam atau semalaman pada suhu ruang.

8. Melepaskan tutup plate dan mengukur absorbansi setiap well pada panjang

gelombang 570 nm dengan alat Multiskan plate reader (Thermo Scientific).

(14)

3.9 Alur Penelitian

Persiapan Sel, Virus, dan [6]-Gingerol

[6]-Gingerol

[6]-Gingerol A549 Cell Toxicity Assay (MTT assay)

Penentuan konsentrasi CC50 DENV-1

Propagasi Virus pada sel Vero

Penentuan titer awal virus (plaque assay) Sel A549

Resusitasi Sel

Subkultur Sel

Seeding sel A549 24 jam sebelum infeksi

Uji Aktivitas Antiviral [6]-Gingerol terhadap DENV pada Sel A549

Full Time Incubation

Pengambilan supernatan dan pengukuran titer virus (plaque assay) pada sel BHK-21 Pengukuran Viabilitas Sel (MTT Assay)

(15)

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Hasil penelitian dideskripsikan dalam tabel atau grafik, analsis beda rerata antar kelompok perlakuan dilakukan menggunakan uji parametrik One-way ANOVA jika distribusi data normal atau Kruskal-Wallis jika distribusi data tidak normal walaupun telah dilakukan transformasi data.

3.11 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini titer virus diukur dengan plaque assay sehingga titer virus yang diukur hanyalah virus-virus yang telah keluar dari sel, sedangkan virus yang masih di dalam sel tidak dapat diukur. Selain itu, karena keterbatasan waktu, penelitian ini hanya mencakup pengaruh [6]-gingerol pada kemampuan infeksi virus dan tidak melihat pengaruhnya pada replikasi virus.

3.12 Etika Penelitian

Penelitian ini tidak melibatkan subjek maupun hewan coba sehingga tidak

memerlukan adanya ethical clearance. Namun penelitian ini akan tetap ditinjau oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

(16)

Jadwal Penelitian

Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuatan proposal

Ujian proposal

Persiapan sel, virus, [6]-gingerol

Uji aktivitas antiviral [6]-gingerol

Mengumpulkan data

Analisis data

Menulis laporan

(17)

Gambar

Tabel 2 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hukum kekekalan massa, laju perubahan massa dalam suatu sel adalah selisih antara massa yang masuk dan massa yang keluar dari sel tersebut.. Sedangkan

 Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru. Virus– virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah,

serum serta sel-sel yang darah yang terperas keluar dari bekuan diukur v"lumenya dan dan dinyatakan dalam persen keluar dari bekuan diukur v"lumenya dan dan dinyatakan

Setelah uji antiviral curcumin terhadap DENV dilakukan, viabilitas sel A549 yang digunakan dalam percobaan ditentukan kembali dengan menggunakan MTT assay. Hal ini

Sebut saja, Ahmadiyah dalam sejarahnya memiliki dua sekte, yaitu Lahore yang masih bertengger terhadap prinsip ajaran Islam, sedangkan Qodyan telah keluar dari prinsip-prinsip

Pada fase immune tolerance replikasi virus masih tinggi yang tampak dari tingginya titer HBsAg, HBeAg yang positif dan HBV DNA dalam.. titer yang tinggi, dengan parameter biokimia

Pada kelompok burung Merpati, respon antibodi yang diukur saat 4 minggu pascavaksinasi pertama, titer antibodi masih menunjukan nilai GMT 1,14, sedangkan saat 3

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,