PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN BOPO TERHADAP
PROFITABILITAS PERBANKAN
(STUDI KASUS PADA BANK UMUM YANG
LISTED
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2011)
MARIA REGINA ROSARIO SIANTURI
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
PENGARUH CAR, NPL, LDR, NIM, DAN BOPO TERHADAP
PROFITABILITAS PERBANKAN
(STUDI KASUS PADA BANK UMUM YANG
LISTED
DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2007-2011)
sebagai salah satu persyaratan untuk memeroleh
gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
MARIA REGINA ROSARIO SIANTURI
A21109256
kepada
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang
berjudul “Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO terhadap Profitabilitas
Perbankan (Studi Kasus pada Bank Umum yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)” dapat terselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai akhir dari
rangkaian pembelajaran sekaligus sebagai salah satu syarat untuk menempuh
ujian sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas
Hasanuddin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Bapak Dr. Muh Yunus Amar, MT, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Bapak Dr. Abd. Rahman
Laba, SE., MBA dan Bapak Fauzi R. Rahim, SE., M.Si selaku Dosen
Pembimbing yang berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Bapak Dr. Mursalim Nohong,
SE., M.Si dan bapak H.M.Sobarsyah, SE., M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan bimbingan dan perbaikan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak dan
Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin atas ilmu dan
nasihat yang telah diberikan, seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Hasanuddin atas bantuannya.
Terima kasih sebesar-besarnya pula untuk Papi, Mami, Bang Rendy, Bang
Ricky, dan semua keluarga tercinta yang senantiasa mendampingi, menyayangi,
memberikan doa serta dukungannya selama ini sehingga penulis dapat
motivasi, khususnya Anggita, Fatwal, Asdini, Suci, Windry, Wiwi, Shigemi, Idha,
Isma, Edyz, Eno, Rini, dan Rara atas bantuan dan dorongan dalam penyusunan
skripsi ini. Terimakasih juga untuk Kak Appy, Rara Nurinna, Mery, Nani, Jean,
dan Grace yang telah memberi semangat dan doa sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan Untuk
teman-teman seperjuangan fakultas Ekonomi angkatan 2009 dan semua pihak
yang telah memberikan informasi dan bimbingan, sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Penulis berharap karya skripsi ini bermanfaat dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Makassar, Desember 2012
Penulis
Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Umum yang Listed
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)
The Effect of Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, Net Interest Margin, and Operation Efficiency to Profitability Banking Firms (A
study in Commercial Banking that Listed on Indonesia Stock Exchange period 2007-2011)
Maria Regina Rosario Sianturi Abd. Rakhman Laba
Fauzi R. Rahim
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO terhadap Profitabilitas Perbankan yang diproksikan dengan ROA. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Tahunan dari website masing-masing Bank Umum Tahun 2007-2011. Jumlah sampel sebanyak 20 bank umum yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dengan periode 2007-2011 yang diambil melalui purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dan LDR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA serta variabel NPL memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sementara variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan variabel NIM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari kelima variabel independen terhadap ROA adalah sebesar 73,6% yang ditunjukkan dari besarnya
adjusted R2, sisanya sebesar 26,4 % dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model penelitian.
Kata Kunci : CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, dan ROA.
The objectives of this research to analyze the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Operation Efficiency (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), and Loan to Deposit Ratio (LDR) toward Return on Asset (ROA) which is as a proxy of Profitability Banking Firms. This research using data from commercial banking published financial reports 2007-2011 period. The number of sample used were 20 commercial bank in Indonesia Stock Exchange were taken by purposive sampling. Analysis technique used is multiple linear regression analysis.The result of this research shows that CAR and LDR variables has a positive and unsignificant influence to ROA, also NPL variable case, despite NPL has a negative coefficient, it doesn’t have a significant influence to ROA. BOPO variable has a negative and significant influence to ROA and NIM variable has a positive and significant influence to ROA. Predictive ability of the five independent variabels to ROA is 73,6% and it shown by adjusted R2 value, the rest 26,4% influenced by other variabels outside the model..
Keyword : CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, and ROA.
Halaman
2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR)... 20
2.1.7 Non Performing Loan (NPL)... 21
2.1.8 Loan to Deposit Ratio (LDR)... 22
2.1.9 Net Interest Margin (NIM)... 24
2.1.10 Efisiensi Operasional (BOPO)... 24
2.2 Hubungan Antar Variabel... 25
2.2.1 Hubungan Antara CAR dan Profitabilitas Perbankan. . . 25
2.2.2 Hubungan Antara NPL dan Profitabilitas Perbankan.... 25
2.2.3 Hubungan Antara LDR dan Profitabilitas Perbankan.... 26
2.2.4 Hubungan Antara NIM dan Profitabilitas Perbankan.... 27
3.6 Varibel Penelitian dan Definisi Operasional... 37
3.7 Teknik Analisis Data ... 41
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 42
3.7.2 Uji Prasyarat (Uji Asumsi Klasik) ... 43
3.7.3 Uji F (Uji Serempak) ... 44
3.7.4 Uji T (Uji Parsial) ... 45
3.7.5 Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 47
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47
4.2 Statistik Deskriptif Sampel Penelitian ... 52
4.3 Hasil Analisis Data ... 56
4.3.1 Uji Prasyarat (Uji Asumsi Klasik)... 56
4.3.1.1 Uji Normalitas ... 56
4.3.1.2 Uji Autokorelasi ... . 58
4.3.1.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... . 59
4.3.1.4 Hasil Uji Heteroksiditas ... 60
4.4 Hasil Koefisien Determinasi (R2)... 56
4.5 Hasil Uji Hipotesis... 56
4.5.1 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda... 61
4.5.2 Hasil Uji Parsial (Uji T)... 62
4.5.3 Hasil Uji Simultan (Uji F)... 70
BAB V PENUTUP... 73
5.1 Kesimpulan... 73
5.2 Saran... 74
5.3 Keterbatasan Penelitian... 76
DAFTAR PUSTAKA... 77
LAMPIRAN... 79
Tabel Halaman
1.1 Nilai Rasio Return On Asset (ROA)... 5
2.1 Kajian Penelitian Terdahulu... 30
3.1 Daftar Sampel Penelitian Bank Umum Go Public... 36
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 40
4.1 Nilai Return On Assets (ROA) Perusahaan Perbankan... 48
4.2 Rata-rata nilai CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, dan ROA... 50
4.3 Hasil Analisis Deskriptif Data... 52
4.4 Hasil Analisis Deskriptif Data (Setelah data outlier dihilangkan). . 55
4.5 Kriteria Nilai Uji Durbin Watson... 58
4.6 Hasil Uji Autokorelasi... 58
4.7 Hasil Uji Multikolinearitas... 59
4.8 Hasil Koefisien Determinasi (R2)... 61
4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda... 62
4.10 Hasil Uji t (Parsial)... 64
4.11 Hasil Uji F... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran... 324.1 Dinamika perubahan CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO dan ROA... 51
4.2 Normal P-Plot... 57
4.3 Scatterplot... 60
DAFTAR LAMPIRAN
yang Listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2007... 79 2 Nilai CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, dan ROA Bank Umum
yang Listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2008... 80 3 Nilai CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, dan ROA Bank Umum
yang Listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2009... 81 4 Nilai CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, dan ROA Bank Umum
yang Listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2010... 82 5 Nilai CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, dan ROA Bank Umum
yang Listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2011... 83 6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda menggunakan
SPSS 17.0 (Setelah data outlier dihilangkan)... 84 7 Biodata... 89
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memperoleh keuntungan merupakan tujuan utama berdirinya suatu badan
usaha. Keuntungan yang diperoleh tidak saja digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan, seperti membayar gaji serta biaya-biaya lainnya, tetapi
juga digunakan untuk ekspansi perusahaan melalui berbagai kegiatan di masa
yang akan datang. Kemudian yang lebih penting lagi apabila suatu badan usaha
terus menerus memperoleh keuntungan, ini berarti kelangsungan hidup badan
usaha tersebut akan terjamin. (Kasmir, 2008:1)
Tentunya anggapan tersebut tidak salah, sehingga hal ini menyebabkan laba
menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan
menjadi paling penting dalam laporan tahunan. Selain itu, kegiatan perusahaan
selama periode tertentu mencangkup aktivitas rutin atau operasional juga perlu
dilaporkan sehingga diharapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan
dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan
operasional perusahaan.
Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997
mengakibatkan seluruh potensi ekonomi mengalami kemandegan dan diambang
kebangkrutan. Krisis moneter mengakibatkan banyaknya bank yang mengalami
kredit macet. Hal tersebut mempengaruhi iklim investasi pasar modal dibidang
perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, menurut Ali
(2004:77), penyebab terjadinya krisis ekonomi di Indonesia bukan lemahnya
fundamental ekonomi, tetapi karena merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika. Utang luar negeri swasta jangka pendek sejak awal 1990-an telah
terakumulasi sangat besar dimana sebagian besar tidak di-hedging (dilindungi nilainya terhadap mata uang asing). Pengertian hedging di pasar komoditas adalah proteksi dari risiko kerugian akibat fluktuasi harga. Hedging ini dapat dilaksanakan melalui bursa berjangka dengan membuka kontrak beli atau jual
atas suatu komoditas sejalan dengan perdagangan komoditas tersebut di pasar
fisik. Hal inilah yang kemudian menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah,
karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar hutang yang jatuh tempo
beserta bunganya.
Prediksi kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh
pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal perusahaan yang memiliki
hubungan dengan perusahaan yang bersangkutan, seperti : investor, kreditur,
dan pemerintah. Munawir (2002:8) menyatakan bahwa pihak-pihak yang
menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauhmana
kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi deviden, karena
dengan informasi tersebut pemegang saham dapat memutuskan untuk
mempertahankan sahamnya, menjual, atau bahkan menambahnya.
Munawir (2002:7) juga menyatakan bahwa perusahaan membutuhkan
informasi akuntansi keuangan, selain sebagai dasar perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan keuangan, operasi dan investasi juga diperlukan
dalam rangka untuk penentuan insentip atau bonus, penilaian kinerjanya atau
menentukan profitabilitas perusahaan dan distribusi laba.
Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan, kemajuan-kemajuan serta
potensi dimasa mendatang, faktor utama yang pada umumnya mendapatkan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi dalam jangka pendek atau pada saat jatuh tempo. (2) solvabilitas, yaitu
kemampuan perusahaan utnuk memenuhi semua kewajibannya, baik jangka
pendek ataupun jangka panjang, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, dan (3)
profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam periode tertentu. (Munawir, 2002:56)
Salah satu teknik dalam analisis laporan keuangan adalah analisis rasio
keuangan (Kasmir, 2008:281). Analisis rasio keuangan merupakan instrumen
analisis perusahaan yang menjelaskan berbagai perubahan dalam kondisi
keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan
pola perubahan tersebut untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang
melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Rasio-rasio keuangan pada
dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka di dalam laporan
keuangan. Rasio keuangan menjadi salah satu alat oleh para pengambil
keputusan baik bagi pihak internal maupun eksternal dalam menentukan
kebijakan berikutnya. Bagi pihak eksternal terutama kreditur dan investor, rasio
keuangan dapat digunakan dalam menentukan apakah suatu perusahaan wajar
untuk diberikan kredit atau untuk dijadikan lahan investasi yang baik. Bagi pihak
manajemen, analisis rasio keuangan sangat bemanfaat untuk perencanaan dan
peng-evaluasian prestasi atau kinerja perusahaannya bila dibandingkan dengan
rata-rata industri (Munawir, 2002:83). Analisis rasio keuangan dapat membantu
para pelaku bisnis, pihak pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan
lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan, tidak terkecuali perusahaan
perbankan.
Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi
pihak yang membutuhkan dana sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang perbankan bahwa bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank
Indonesia (Riyadi, 2004:149). Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat diukur
dengan berbagai metode. Penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap
kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan.
Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis 5 aspek,
yaitu Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity. Aspek-aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga dapat menilai
kondisi keuangan perusahaan perbankan (Kasmir, 2008:273). Aspek capital
(permodalan) dapat dinilai melalui Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek assets
dinilai dengan Non Performing Loan (NPL), aspek earning meliputi Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan BOPO, sedangkan aspek likuiditas meliputi Loan to Deposit Ratio (LDR).
Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur
kinerja suatu bank. Return On Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sehingga dalam penelitian ini
ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama operasional
bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi
bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam
Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh
laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena
dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya,
2009:118).
Selain itu juga, dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank
Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank
Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan
asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat
sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan
(Dendawijaya, 2009:119).
Tabel 1.1 di bawah ini merupakan perhitungan ROA pada 8 bank umum
yang listed di Bursa Efek Indonesiadari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.
Tabel 1.1 : Nilai rasio Return On Asset (ROA) pada 8 Bank Umum Yang
Listed di BEI tahun 2007-2011
No. NAMA BANK 200
7 2008 2009 2010 2011
1 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2,78 5,32 4,61 2,60 2,70
2 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 4,61 2,60 2,70 2,44 3,50
3 Bank Central Asia Tbk. 2,70 2,44 3,50 1,83 5,00
4 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 3,50 1,83 5,00 2,35 2,00
5 Bank CIMB Niaga Tbk. 2,00 2,67 2,00 2,33 3,00
6 Bank Danamon Tbk. 2,00 2,36 5,00 3,24 2,70
7 Bank Pan Indonesia Tbk. 2,00 2,33 3,00 2,77 3,00
Pada Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa pergerakan Return On Asset (ROA) mengalami fluktuasi. Pada beberapa periode dalam penelitian ini Return On Asset (ROA) mengalami penurunan. Penurunan Return On Asset (ROA) terjadi pada Bank Mandiri (Persero) Tbk., di tahun 2009 hingga 2010. Pada Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, rasio ROA mengalami penurunan pada tahun
2008 dan 2010. Penurunan tajam dialami pula oleh Bank Central Asia Tbk, yakni
pada tahun 2010 dari 3,50 menjadi 1,83 dan oleh Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk pada tahun 2008. Sama hal nya dengan bank CIMB Niaga Tbk,
yang menagalami penurunan ROA dari 2,67 menjadi 2,00 pada tahun 2009.
Bank Danamon Indonesia mengalami penurunan ROA berturut sejak tahun 2010
hingga 2011. Akan tetapi, standar untuk angka Return On Asset (ROA) minimal 1,5% selalu tercapai selama periode penelitian.
Profitabilitas (ROA) tahun 2007 – 2011 telah mencapai standar ukuran bank
di Indonesia yaitu di atas 1,5%..Diharapkan bank dapat menjaga atau
meningkatkan nilai ROA-nya sehingga akan meningkatkan pula perolehan
profitabilitas pada tahun-tahun mendatang. Dan apabila terjadi penurunan nilai
profitabilitas maka perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
fluktuasi (ROA) sehingga dapat segera diatasi guna meningkatkan profitabilitas
selanjutnya. ROA perlu dijadikan pedoman dalam mengukur profitabilitas bank,
karena ROA merupakan indikator yang umum digunakan oleh BI sebagai
pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan aset yang dananya
berasal dari masyarakat (Dendawijaya, 2009:119). Disamping itu karena ROA
merupakan metode pengukuran yang obyektif yang didasarkan pada data
akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan
dengan Return On Asset (ROA), serta faktor-faktor yang mungkin memengaruhinya seperti Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
(NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM) dan BOPO pada bank umum yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2011.
CAR sebagai indikator permodalan harus berada di atas ketentuan BI yaitu
minimal 8% dari total asetnya. Maka semakin menurunnya CAR mencerminkan
permodalan bank yang semakin melemah.
NPL merupakan kredit yang telah disalurkan, namun kurang lancar,
diragukan, dan macet. Berdasarkan data yang diperoleh dari bank Indonesia
diketahui bahwa perkembangan rasio NPL bank umum di Indonesia selama
tahun 2007-2011 mengalami kecenderungan menurun pada awal hingga akhir
tahun penelitian. NPL bertujuan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam
menggunakan semua aktiva secara efisien.
Variabel yang digunakan dalam penilaian aspek likuiditas adalah LDR. Teori
yang ada dimana hubungan antara LDR dan ROA seharusnya adalah
berbanding lurus, dimana setiap kenaikan LDR akan diikuti kenaikan Return On Assets (ROA).
Rasio BOPO mencerminkan tingkat efisiensi perbankan dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, dimana jika rasio
BOPO menurun, maka seharusnya ROA mengalami kenaikan. Jika BOPO
semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan suatu
perusahaan (perbankan) semakin meningkat atau membaik (Riyadi, 2004:141).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi Profitabilitas suatu bank, diantaranya adalah. Mawardi (2005)
pasar (NIM), modal (CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum yang
beroperasi di Indonesia yang mempunyai total aset kurang dari 1 triliun rupiah”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) dan risiko kredit
(NPL) terhadap kinerja keuangan (ROA) menunjukkan pengaruh negatif dan
signifikan, sedangkan risiko pasar (NIM) menunjukkan pengaruh positif dan
modal (CAR) yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA).
Yuliani (2007) yang melakukan penelitian mengenai hubungan efisiensi
operasional dengan kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go publik di
bursa efek Jakarta. Variabel yang digunakan adalah efisiensi operasional MSDN,
BOPO, CAR, LDR, profitabilitas perbankan. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa efisiensi operasional MSDN, efisiensi operasioanal LDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Sedangkan
efisiensi operasional BOPO berpengaruh signifikan negatif. CAR berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja profitabilitas perbankan.
Sudiyatno (2010) melakukan analisis mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), BOPO, CAR, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor
Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2008. Variabel yang digunakan yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), BOPO, CAR, LDR, dan
ROA. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dana pihak ketiga (DPK)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin
banyak dana pihak ketiga yang bisa dihimpun bank, maka semakin tinggi kinerja
bank (ROA). Biaya operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kinerja bank (ROA). Berarti semakin tinggi biaya operasional yang dikeluarkan
oleh bank, maka akan menurunkan pendapatan operasional bank, sehingga
ditanam atau diinvestasikan dibank, semakin tinggi kinerja bank (ROA). Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja bank (ROA).
Adyani (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi profitabilitas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR dan
FDR (Financing to Deposit Ratio) tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF (Non Performing Financing) dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO Terhadap Profitabilitas
Perbankan” (Studi Kasus pada Bank Umum Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2011).
1.2 Rumusan Masalah
Untuk itu dalam penyusunan penelitian ini, dirumuskan masalah sebagai
dasar kajian penelitian yang dilakukan seperti :
1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum?
2. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum?
3. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum?
4. Apakah Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum?
5. Apakah BOPO berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank
6. Diantara CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO, variabel manakah yang
berpengaruh paling dominan terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank
Umum?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum.
2. Untuk menjelaskan pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum .
3. Untuk menjelaskan pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum.
4. Untuk menjelaskan pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum.
5. Untuk menjelaskan pengaruh BOPO terhadap Profitabilitas (ROA) pada
Bank Umum.
6. Untuk menjelaskan variabel independen yang berpengaruh paling dominan
terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana keterkaitan antara CAR, NPL,
LDR, NIM dan BOPO dengan Profitabilitas Perbankan dalam hal ini ROA pada
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan: 1. Bagi Manajemen dan Investor
Dengan adanya penelitian mengenai faktor-faktor yang bisa
mempengaruhi profitabilitas (ROA) bank umum yang listed di Bursa Efek Indonesia, maka akan diketahui faktor-faktor apa saja yang bisa
mempengaruhi profitabilitas secara signifikan untuk selanjutnya
digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dalam bidang keuangan terutama dalam rangka
memaksimumkan kinerja perusahaan dan pemegang saham, sehingga
saham perusahaannya dapat terus bertahan dan mempunyai return yang besar.
2. Bagi Masyarakat Umum dan Nasabah
Penelitian ini akan membantu masyarakat untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi ROA bank umum yang listed di Bursa Efek Indonesia, sehingga akan lebih meyakinkan masyarakat untuk
menggunakan jasa dari bank tersebut.
1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian
Batasan masalah dalam penulisan ini terbatas pada rasio keuangan yang
terdiri dari variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL),
Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan BOPO dalam hubungannya terhadap Profitabilitas yang diukur dengan Return on Assets
(ROA) pada Bank Umum yang listed di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011.
Untuk lebih mempermudah dan dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai isi skripsi ini, pembahasan dilakukan secara komprehensif dan
sistematik meliputi:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Dalam bab ini diuraikan latar
belakang penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas
bank umum yang listed di Bursa Efek Indonesia. Selain itu juga diuraikan mengenai rumusan permasalahan yang akan dijadikan dasar dari penelitian ini.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan landasan teori yang berupa penjabaran teori-teori yang
mendukung perumusan hipotesis serta sangat membantu dalam analisis
hasil-hasil penelitian lainnya. Di dalamnya juga terdapat hasil-hasil dari penelitian-penelitian
terdahulu yang mendukung penelitian ini. Bab ini juga akan menjelaskan tentang
kerangka pemikiran penelitian yang akan diteliti serta hipotesis yang timbul dari
pemikiran tersebut.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisikan deskripsi bagaimana penelitian akan dilakukan secara
operasional. Bab ini akan berisikan variabel penelitian dan definisi operasional
ROA, CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, penentuan sampel, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data serta metode analisis yang akan digunakan dalam
penelitian.
BAB IV Hasil dan Analisis
Memperlihatkan metode-metode analisis yang dilakukan selama penelitian
serta hasil dari penelitian-penelitian tersebut.
Berisi uraian Simpulan, Keterbatasan, implikasi teoritis, implikasi manajerial
dan Saran. Bagian akhir, terdiri dari : Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep
Kajian pustaka merupakan suatu hasil telaahan terhadap teori dan hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti, sehingga
dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu
mengenai konsep CAR, NPL, LDR, NIM, BOPO, Profitabilitas perbankan dan
keterkaitan di antaranya.
2.1.1 Bank
Istilah bank bukan hal yang asing dalam pembicaraan masyarakat pada saat
ini. Pada umumnya masyarakat mendefinisikan bank adalah tempat untuk
menyimpan atau menabung dan meminjam dana. Menurut Undang-Undang RI
nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan menurut Triandaru dan Budisantoso (2008: 9) menyatakan bahwa
bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik secara
langsung berupa tabungan,giro dan deposito maupun secara tidak langsung
berupa kertas berharga; penyertaan dan sebagainya yang kemudian
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank
lainnya.
2.1.2 Fungsi Bank
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai
agent of trust, agent of development, dan agen of services (Triandaru dan Budisantoso, 2008:9)
1. Agen of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat
akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur
kepercayaan.
2. Agen of Development
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan
untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank
tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan
juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang.
3. Agen of Services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan
kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Kegiatan menghimpun
dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan.
Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah
merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas.
2.1.3 Jenis-jenis Bank
Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari berbagai segi antara
lain (Kasmir, 2008 : 20) :
1. Dilihat dari segi fungsinya
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran.
Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan
kegiatan bank umum.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya, di bagi menjadi:
a. Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini
dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian
besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun
didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh
swasta pula. Dalam Bank Swasta Milik Nasional termasuk pula bank-bank
yang dimiliki oleh badan usaha yang berbentuk koperasi.
c. Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,
baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
d. Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya
dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan
sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia. 3. Dilihat dari segi status
a. Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
b.Bank non devisa, merupakan bank yang mempunyai ijin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti bank devisa. Bank non devisa melakukan
transaksi dalam batas-batas suatu negara. 4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, menetapkan bunga sebagai
harga jual baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun
deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit)
juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.
b. Bank berdasarkan prinsip syariah, yang menerapkan aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain baik dalam hal
untuk menyimpan dana, pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya.
2.1.4 Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan
bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data
keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam
presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan
tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan
tersebut (Riyadi, 2004:137). Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan
termasuk Pendapatan Bunga (BO/PO) ; rasio Likuiditas yaitu Cash Ratio dan
Loan to Deposit Ratio (LDR).
Rasio Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan Modal
(Modal Inti) atau Laba (Sebelum Pajak) dengan total Assets yang dimiliki bank
pada periode tertentu. Return On Assets (ROA) menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan
tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Capital Adequacy Ratio yaitu rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank, untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), atau ditambah dengan Risiko Pasar dan
Risiko Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan, CAR
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ini, mengacu pada ketentuan / standar
internasional yang dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS). BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan Pendapatan
Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik tingkat
kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan. NPL adalah tingkat pengembalian kredit
yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPL merupakan tingkat
kredit macet pada bank tersebut, besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank
Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan
mempengaruhi penilain Tingkat Kesehatan Bank yang bersangkutan (Riyadi,
2006:137).
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas diukur dengan ROA yang
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan (Dendawijaya, 2009:119). ROA adalah rasio yang digunakan
mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif
dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. (Munawir,
2002:247).
ROA, Net Profit Margin, dan perputaran aktiva biasanya dianalisis bersamaan, karena pengaruh langsung Net Profit Margin dan total assets turnover ada pada Return On Asset. Net Profit Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan.
Sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu
menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya (Munawir, 2002:247). Apabila
kedua faktor itu meningkat maka ROA juga akan meningkat. Apabila ROA
meningkat maka profitabilitas perusahaan meningkat sehingga dampak akhirnya
adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.
2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam
mengembangkan usahanya (Siamat, 2001:99). Permodalan bagi bank
sebagaimana perusahaan pada umumnya selain berfungsi sebagai sumber
utama pembiayaan terhadap kegiatan operasinalnya juga berperan sebagai
penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Modal yang dimiliki oleh
suatu bank pada dasarnya harus cukup untuk menutupi seluruh risiko usaha
bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang timbul
dari aktivitas yang dilakukannya. Berdasarkan kesepakatan Basel I, rasio
permodalan minimum untuk industri perbankan diterapkan sebesar 8 % (Idroes,
2008:40). Permodalan bank yang cukup atau banyak sangat penting karena
modal bank dimaksudkan untuk memperlancar operasional sebuah bank
(Siamat, 2001:100).
Berdasarkan Surat Edaran dari Bank Indonesia No. 13/24/PBI/2011, dalam
melakukan perhitungan Permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi
Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan Permodalan,
Bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank.
Semakin tinggi Risiko Bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk
mengantisipasi Risiko tersebut. Tingkat kecukupan modal pada perbankan
diwakilkan dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko, yang
dibiayai dari modal sendiri. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai akan
meningkatkan volume kredit perbankan.
Dendawijiaya (2009) mengungkapkan bahwa, CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko
(kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di
luar bank.
Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit diberikan. CAR
aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko.
2.1.7 Non Performing Loan (NPL)
Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi
pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit
bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur
memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit
beserta bunga bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian
kredit (Dendawijaya, 2009:82).
Risiko kredit (default risk) juga dapat terjadi akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima
dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan
atau dijadwalkan. (Idroes, 2008:23)
NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria
kurang lancar, diragukan dan macet) terhadap total kredit yang disalurkan bank
semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Bank dalam
melakukan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk
membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib
melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan
kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan
dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit (Machsyud Ali,
2004).
Dendawijaya (2009:82) menyatakan bahwa, implikasi bagi pihak bank
1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh
buruk bagi rentabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (Bad Debt Ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang
diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan
mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap
CAR (Capital Adequacy Ratio). 4. Menurunnya tingkat kesehatan bank.
2.1.8 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada nasabah
setiap simpanan mereka yang ada di bank ditarik, pada sisi aktiva bank harus
menyanggupi pencairan kredit yang telah diperjanjikan. Bila kedua aspek atau
salah satu aspek ini tidak dapat dipenuhi, maka bank akan kehilangan
kepercayaan masyarakat. Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk
memenuhi kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau
penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit (Kasmir,
2008:286).
LDR adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan
dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang
menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan
LDR adalah rasio antara seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank.
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank membayar kembali penarikan
yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Rasio yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Hal ini karena
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar
(Dendawijaya, 2009:116). Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa
batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun ratio menurut
peraturan pemerintah maksimum adalah 110% (Kasmir, 2008:290).
Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun, hal itu akan
sangat menguntungkan. Namun, itu akan sangat terkait dengan risiko apabila
sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat
mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak
menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena risiko karena hilangnya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
2.1.9 Net Interest Margin (NIM)
Berdasarkan ketentuan pada Peraturan Bank Indonesia No. 5/2003, salah
satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian risiko pasar
bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman yang dalam istilah
perbankan disebut Net Interest Margin atau NIM.
NIM adalah perbandingan antara interest income dikurangi interest expenses dibagi dengan average interest earning assets (Riyadi, 2004). Net Interest Margin (NIM) penting untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola risiko terhadap suku bunga. Saat suku bunga berubah, pendapatan
bunga dan biaya bunga bank akan berubah. Sebagai contoh saat suku bunga
naik, baik pendapatan bunga maupun biaya bunga akan naik karena beberapa
aset dan liability bank akan dihargai pada tingkat yang lebih tinggi.
2.1.10 Efisiensi Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan
Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin
baik knerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan. Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir
oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan
ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Dari Rasio ini, dapat diketahui tingkat efisiensi kinerja manajemen suatu
bank, jika angka rasio menunjukkan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini
berarti kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efiensi yang sangat rendah.
Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja bank yang
bersangkutan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi (Slamet Riyadi,
2004:141).
2.2 Hubungan Antar Variabel
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya,
2009:121). Berdasarkan ketentuan bank Indonesia, bank yang dinyatakan
termasuk bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8% dari ATMR. Hal
ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International Settlements). Semakin besar Capital Adquacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain semakin kecil risiko suatu bank maka
semakin besar keuntungan yang diperoleh bank. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1: Capital Adquacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Yang Listed di BEI.
2.2.2 Hubungan Antara NPL dan Profitabilitas Perbankan
Non Performing Loan menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin besar. Sehingga jika semakin besar Non Performing Loan (NPL) akan mengakibatkan menurunnya Return On Assets, yang juga berarti kinerja keuangan bank menurun. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 2: Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Yang Listed di BEI.
Loan to Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan. Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) suatu bank berada pada angka di bawah 80% (misalkan 70%), maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut hanya dapat menyalurkan
sebesar 70% dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Jika rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) bank mencapai lebih dari 110%, berarti total kredit yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya
kesempatan bank untuk memperoleh laba. Perubahan Loan to Deposit Ratio
(LDR) bank yang berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
(80% - 110%), maka perubahan laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan
meningkat (dengan asumsi bahwa bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya
dengan efektif).
Hipotesis 3: Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Yang Listed di BEI.
2.2.4 Hubungan Antara NIM dan Profitabilitas Perbankan
Net Interest Margin (NIM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan
bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank
dalam penenmpatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang
ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar
rasio ini maka semakin meningkat pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Net Interest Margin
(NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula Return On Asset perusahaan tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau
meningkat.
Hipotesis 4: Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum Yang Listed di BEI.
2.2.5 Hubungan Antara BOPO dan Profitabilitas Perbankan
BOPO merupakan rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya
(Dendawijaya, 2009:116). Rasio BOPO yang semakin meningkat mencerminkan
kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya yang dapat
menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam mengelola usahanya.
Rasio yang sering disebut rasio efisien ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Begitu pula
sebaliknya semakin besar BOPO berarti semakin kurang efisien biaya
operasional yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Berdasarkan uraian
Hipotesis 5 : BOPO berpengaruh negatif terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum di Indonesia
2.3 Penelitian Terdahulu
Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai
landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian
ini. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang tingkat risiko dalam
hubungannya dengan tingkat keuntungan. Penelitian itu dilakukan oleh:
1. Mawardi (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Mawardi menganalisis “Pengaruh
efisiensi operasi (BOPO), risiko kredit (NPL), risiko pasar (NIM), modal
(CAR) terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum yang beroperasi di
Indonesia yang mempunyai total aset kurang dari 1 triliun rupiah” yang
ditunjukkan oleh Direktori Perbankan Indonesia. Periodisasi data yang
digunakan adalah 1998 sampai dengan 2001. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa efisiensi operasi (BOPO) dan risiko kredit
(NPL) terhadap kinerja keuangan (ROA) menunjukkan pengaruh negatif
dan signifikan, sedangkan risiko pasar (NIM) menunjukkan pengaruh
positif dan modal (CAR) yang tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan (ROA). 2. Yuliani (2007)
Melakukan penelitian mengenai hubungan efisiensi operasional dengan
kinerja profitabilitas pada sektor perbankan yang go publik di bursa efek
Jakarta. Variabel yang digunakan adalah efisiensi operasional MSDN,
BOPO, CAR, LDR, profitabilitas perbankan. Metode analisis data yang
Regresi Berganda. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa efisiensi
operasional MSDN, efisiensi operasioanal LDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Sedangkan efisiensi
operasional BOPO berpengaruh signifikan negatif. CAR berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja profitabilitas perbankan.
3. Sudiyatno (2010)
Melakukan analisis mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
BOPO, CAR, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor
Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2008. Variabel yang digunakan yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), BOPO,
CAR, LDR, dan ROA. Model analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda (multiple regression analysis model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin banyak dana
pihak ketiga yang bias dihimpun bank, maka semakin tinggi kinerja bank
(ROA). Biaya operasi (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja bank (ROA). Berarti semakin tinggi biaya operasional
yang dikeluarkan oleh bank, maka akan menurunkan pendapatan
operasional bank, sehingga kinerja bank (ROA) turun. Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Berarti semakin tinggi modal yang ditanam atau diinvestasikan dibank, semakin
tinggi ROA. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Berarti pengaruh loan deposit
ratio (LDR) terhadap kinerja bank (ROA) sangat kecil sehingga secara
4. Adyani (2011)
Melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi
profitabilitas. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda,
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CAR dan FDR (Financing to Deposit Ratio) tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF (Non Performing Financing) dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA) bank.
3. Sudiyatno
Berdasarkan konsep teori diatas maka peneliti mencoba menguraikan dalam
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pikir diatas maka, faktor dependen dalam penelitian
ini (ROA),secara konsep teori maupun empiris yang telah dijelaskan pada
peraturan Bank Indonesia 13/1/PBI/2011 tentang kesehatan bank umum.
Selanjutnya konsep kerangka pada variabel Y tersebut juga didukung oleh
penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa dalam uji statistik,ada beberapa
faktor yang mempengaruhi ROA dan ternyata variabel independen yang
berkontribusi mempengaruhi variabel dependen Y (ROA) diantaranya adalah
CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO.
Kelima variabel independen tersebut berdasarkan peraturan Bank Indonesia
juga dapat dijadikan sebagai indikator penilai kesehatan bank, meskipun
indikator-indikator lainnya juga cukup banyak sebagaimana yang telah diatur oleh
Bank Indonesia tahun 2012 namun karena keterbatasan waktu, maka peneliti
membatasi variabel independen adalah CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO
sedangkan penetuan variabel Y sendiri peneliti tentukan berdasarkan kriteria
rasio-rasio yang ada pada peraturan Bank Indonesia. Peneliti mencoba menarik
(CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO). Dan berdasarkan hasil uji literatur, maka
penulis menjatuhkan pilihan variabel dependen pada ROA.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan
kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1: Diduga rasio CAR berpengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum H2: Diduga rasio NPL berpengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum H3: Diduga rasio LDR berpengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum H4: Diduga rasio NIM berpengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum H5: Diduga rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA pada Bank
Umum
H6: Diduga variabel CAR yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap
ROA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Kausalitas, yaitu
menganalisis hubungan kausalitas antara variabel penelitian sesuai dengan
hipotesis yang disusun. Jenis penelitian ini dipilih mengingat tujuan penelitian
Rancangan penelitian disusun berdasarkan laporan keuangan 20 bank umum
dengan aset terbesar yang listed di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri analisa rasio-rasio keuangan meliputi: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), BOPO dan Return on Asset (ROA).
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia serta
menggunakan metode electronic research dan library research guna mendapatkan tambahan informasi lainnya melalui akses internet ke website
Bursa Efek Indonesia (BEI), dan link lainnya yang relevan.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2007-2011. Dari jumlah populasi dalam penelitian sebanyak 31 bank, populasi
yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sample.
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012).
Kriteria penentuan sampel:
1. Bank Umum yang terdaftar di BEI yang mempunyai jumlah asset 20
tertinggi
2. Bank Umum yang terdaftar di BEI yang mempunyai laporan keuangan
paling lengkap dan telah dipublikasikan dari tahun 2007 – 2011.
3. Bank Umum yang terdaftar di BEI yang masih beroperasi selama periode
pengamatan (tahun 2007 sampai dengan 2011).
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, dari sejumlah 31 bank umum yang
terdaftar di BEI yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2007-2011, bank yang
memenuhi persyaratan sebagai sampel penelitian yaitu berjumlah 20 bank.
Jumlah data pengamatan yang akan diolah dalam penelitian ini adalah hasil
perkalian antara jumlah bank dengan jumlah periode pengamatan, yaitu selama
5 periode (tahun 2007 sampai dengan 2011). Jadi jumlah pengamatan dalam
penelitian ini untuk kelompok bank umum go publik menjadi 100 data observasi.
Sehingga, jumlah sampel dalam penelitian ini telah memenuhi ketentuan jumlah
data pengamatan minimal (n = 30). Adapun daftar nama perusahaan perbankan
yang menjadi sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian Bank Umum Go Publik
1 Bank Artha Graha International Tbk. 2 Bank Bukopin Tbk.
3 Bank Central Asia Tbk. 4 Bank CIMB Niaga Tbk.
9 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 10 Bank Mayapada tbk.
11 Bank Mega Tbk. 12 Bank Mutiara tbk.
13 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 14 Bank OCBC NISP Tbk.
15 Bank Pan Indonesia Tbk. 16 Bank Permata Tbk.
17 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 18 Bank Sinarmas Tbk.
19 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 20 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.
Sumber : IDX Statistik 2011
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang diharapkan berupa data
laporan keuangan dan rasio keuangan bank umum di Indonesia seperti CAR,
NPL, LDR, NIM, BOPO dan ROA yang mencerminkan kinerja bank dengan
periode tahun 2007 hingga tahun 2011.
3.4.2 Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data tersebut diperoleh dari
website masing-masing Bank Umum di Indonesia yang berasal dari laporan
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk usulan penelitian ini
adalah :
a. Penelitian pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku
literatur yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi, dengan tujuan
untuk mendapatkan landasan teori dan teknik analisis dalam
memecahkan masalah.
b. Pengumpulan dan pencatatan data laporan tahunan pada masing-masing
Bank di Indonesia yang menjadi sampel, untuk mengetahui rasio-rasio
keuangannya selama periode tahun 2007-2011. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari media internet dengan cara mendownload melalui situs bank yang menjadi objek penelian di Indonesia.
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik
perhatian. Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya tergantung
dari nilai variabel lain (Y) dan variabel independen (bebas) adalah variabel yang
nilainya tidak tergantung pada variabel lain (X). Variabel penelitian dalam
penelitian ini terdiri dari :
1. Capital adequacy ratio (CAR) sebagai variabel bebas (X1), CAR sebagai indikator permodalan yaitu rasio kecukupan modal minimum pada bank.
Merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jumlah seluruh aktiva bank
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank. Dalam penelitian ini adalah CAR pada laporan
keuangan tahunan bank yang dipublikasikan selama periode 2007-2011.