• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN. docx"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN METODE

COOPERATIVE LEARNING STANDAR KOMPETENSI

DZIKIR DAN DO’A SETELAH SHOLAT PADA SISWA KELAS

IV SD NEGERI KEBONSARI

KABUPATEN LAMONGAN

KARYA ILMIAH

Diajukan guna melengkapi sebagai persyaratan pengusulan angka kredit (dari golongan IV/a ke golongan IV/b)

Disusun Oleh:

MUHARTATIN, S.Pd.I

NIP. 19621206 198504 2 003

Unit Kerja:

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMONGAN

(2)

HALAMAN PUBLIKASI

DISERAHKAN UNTUK DIPUBLIKASIKAN

DIPERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR NEGERI KEBONSARI KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

NOMOR REGISTER :

TANGGAL : 05 Juni 2014

Lamongan, 05 Juni 2014 PETUGAS PERPUSTAKAAN SDN Kebonsari

(3)

HALAMAN PENGESAHAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : MUHARTATIN, S.Pd.I

NIP : 19621206 198504 2 003

Tempat/Tanggal Lahir : Lamongan, 06 Desember 1962 Jenis Kelamin : Perempuan

Pangkat / Golongan : Pembina (IV/a)

Jabatan : Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Unit Kerja : SDN Kebonsari Kabupaten Lamongan

PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS / PTK

Disahkan di : Kebonsari Pada Tanggal : 05 Juni 2014 Kepala SD Negeri Kebonsari

B U W O N O, S.Pd

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING STANDAR KOMPETENSI DZIKIR DAN DO’A SETELAH SHOLAT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEBONSARI KABUPATEN LAMONGAN”.

Penulisan Penilitian Tindakan Kelas ini merupakan salah satu pengembangan profesional guru dalam rangka Pengembangan Profesi Keguruan. Peneliti dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas berkolaborasi dengan teman sejawat guru kelas IV SD Negeri Kebonsari Kabupaten Lamongan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala SD Negeri Kebonsari Kabupaten Lamongan 2. Rekan Kolaborator Peneliti

3. Bapak dan Ibu Guru SD Negeri Kebonsari Kabupaten Lamongan

Peneliti menyadari bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu peneliti berharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan hasil penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.

(5)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 4

C. Tujuan Penelitian ………... 4

D. Manfaat Penelitian ………. 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ………. 5

F. Sistematika Laporan ……….. 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Metode Cooperative Learning ……….. 7

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kebonsari………... 13 C. Pelaksanaan Metode Cooperative Learning ……….. 21

BAB III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ………... 24

B. Waktu Dan Tempat Penelitian ……….. 24

C. Populasi dan Sampel ………. 25

D. Pengumpulan Data ………... 25

E. Analisis Data……... ……….. 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ……….. 32

(6)

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING STANDAR KOMPETENSI DZIKIR DAN DO’A SETELAH SHOLAT PADA SISWA

KELAS IV SD NEGERI KEBONSARI KABUPATEN LAMONGAN

Nama : MUHARTATIN

Menyadari bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kebonsari dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada pokok bahasan Dzikir dan Do;a setelah sholat masih kurang optimal. Guru mencoba untuk melalukan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara yang digunakan oleh guru adalah dengan menggunakan salah satu metode yakni cooperative learning dalam menyampaikan konsep Dzikir dan Do;a setelah sholat. Penelitian ini memiliki tujuan untuk 1) Untuk menemukan pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang efektif dan efisien di SD Negeri Kebonsari dengan menggunakan pendekatan Cooperative Learning; 2) Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam; 3) Untuk meningkatkan kepemilikan hasil belajar siswa baik dari segi cakupan ranah maupun kualitas dan kuantitas.

(7)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas IV pada pokok bahasan Dzikir dan Do’a setelah sholat dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode cooperative learning. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) Hasil belajar pada pokok bahasan Dzikir dan Do’a setelah sholat mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode cooperative learning pada siswa kelas IV SD Negeri Kebonsari cenderung mengalami peningkatan pada setiap siklus perbaikan pembelajaran dan 2) Penggunaan metode cooperative learning dapat meningkatkan pemahaman serta keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar guru menggunakan metode cooperative learning ataupun metode yang beragam agar dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Dzikir dan Do’a setelah Sholat khususnya.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia, maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlaq mulia. Akhlaq mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.

Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlaq mulia serta bertujuan untuk menghasikan manusia jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif baik personal maupun sosial. Tuntunan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:

1. Lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi

(9)

3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa dan akhlaq serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsure sekolah, orang tua, siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

Terwujudnya sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif merupakan suatu keniscayaan dalam pembangunan nasional. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pendidikan Agama Islam menjadi faktor yang sangat penting.

Pendidikan Agama Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai, baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (Depag : 2004).

(10)

Pada pelaksanaannya dilapangan, proses pembelajaran yang ada masih banyak menerapkan metode konvensional dengan menggunakan ceramah dalam menyampaikan materi. Sehingga dengan metode ini siswa hanya akan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Dapat dikatakan siswa menjadi individu yang pasif. Sementara itu, kurikulum yang ada saat ini (KTSP) menuntut siswa yang berperan aktif dalam membangun konsep dalam diri. Jadi menurut KTSP kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas menjadi hidup.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dimana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial. Prinsip model pembelajaran kooperatif yaitu 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; dan 5) evaluasi proses kelompok (Lie, 2000).

Manfaat dari Cooperative Learning antara lain: meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya, membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan, mengembangkan keterampilan sosial siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

(11)

cocok adalah metode cooperative learning. Dari permasalahan diatas maka penulis mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN METODE COOPERATIVE LEARNING STANDAR KOMPETENSI DZIKIR DAN DO’A SETELAH SHOLAT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEBONSARI KABUPATEN LAMONGAN”.

B. RUMUSAN MASALAH

Bertolak dari permasalahan tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode Cooperative Learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Standar Kompetensi Dzikir dan Do’a sesudah sholat pada SD Negeri Kebonsari Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk menemukan pola pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang efektif dan efisien di SD Negeri Kebonsari dengan menggunakan pendekatan Cooperative Learning.

2. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kebonsari. 3. Meningkatkan kepemilikan hasil belajar siswa baik dari segi cakupan ranah

maupun kualitas dan kuantitas.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil yang diperoleh penelitian ini akan memberikan data empirik yang dapat dipergunakan oleh beberapa pihak diantaranya:

1. Bagi Sekolah

(12)

2. Bagi Guru

a. Diharapkan guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan metode Cooperative Learning.

b. Dapat dijadikan dasar bagi pengembangan pembelajaran, yang dapat dijadikan bekal strategi belajar mengajar dan pengelolaan kelas.

3. Bagi Siswa

a. Memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar aktif dan mandiri, bekal tambahan pengembangan diri menuju kehidupan yang lebih sehat dan bertanggung jawab menyongsong masa depan yang lebih baik.

b. Pengembangan budaya belajar dikalangan siswa.

c. Meningkatkan kemampuan belajar siswa, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Lingkup Penelitian Tindakan Kelas ini adalah bagaimana cara menerapkan metode Cooperative Learning dan apa pengaruhnya terhadap hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV di SD Negeri Kebonsari Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan.

F. SISTEMATIKA LAPORAN

Pelaporan hasil kajian dan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I, sebagai bab pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika laporan.

Bab II, berisi kajian pustaka yang menguraiakan materi penelitian dari segi teoritis, yaitu tentang pembelajaran Cooperative Learning.

(13)

Bab IV, merupakan bab inti berupa pembahasan empiris dalam bentuk paparan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisa datanya.

(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. METODE COOPERATIVE LEARNING 1. Pengertian Metode Cooperative Learning

Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan secara aktif adalah metode Cooperative Learning. Menurut Johnson dalam Santoso, Cooperative Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok (Santoso, B: 1999). Sedangkan menurut Evelyn Jacobs, Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang terdiri dari kelompok kecil yang bekerja sama untuk memecahkan dan menyelesaikan tugas akademiknya (Jacob, Evelyn : 1999). Ada juga yang berpendapat bahwa Cooperative Learning adalah merupakan strategi pembelajaran yang dilakukan agar dapat berinteraksi satu sama lainnya untuk memahami kebermaknaan isi pelajaran dan bekerja secara aktif dalam menyelesaikan tugas atau pelajaran (Hanim, Zainab : 1997).

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran Cooperative Learning merupakan metode pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Selain itu juga untuk memecahkan soal dalam memahami suatu konsep yang didasari rasa tanggung jawab dan berpandangan bahwa semua siswa memiliki tujuan sama. Aktivitas belajar siswa yang komunikatif dan interaktif, terjadi dalam kelompok-kelompok kecil.

(15)

akan mendukung pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang sesusia lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone dari pada yang lain. (Usman, HB:2001).

Sedangkan Piaget juga melihat pentingnya hubungan sosial dalam pembentukan pengetahuan. Interaksi kelompok berbeda secara kualitatif dan juga lebih kuat daripada interaksi orang dewasa dan anak dalam mempermudah perkembangan kognitif. Posisi teori Piaget dalam belajar kooperatif dintujukan terutama kepada siswa yang berkemampuan tinggi agar mampu membangun pengetahuan sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian ia mampu menjadi perancah (scaffolding) bagi teman-temannya yang lain.

Menurut teori motivasi yang dikemukakan Slavin, bahwa motivasi belajar pada pembelajaran Cooperative Learning difokuskan terutama pada penghargaan atas struktur tujuan tempat peserta didik beraktivitas. Menurut pandangan ini, memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan penampilan kelompok akan menciptakan struktur penghargaan antar perorangan dalam suatu kelompok sedemikian rupa, sehingga anggota kelompok itu saling memberi pungutan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya yang berorientasikan kepada tugas kelompok.

(16)

2. Unsur-unsur Metode Cooperative Learning

Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Leraning. Untuk memperoleh manfaat yang diharapkan dari implementasi pembelajaran kooperatif, Johnson dan Roger menganjurkan lima unsur penting yang harus dibangun dalam aktivitas instruksional, mencakup:

a. Saling ketergantungan positif (positif interdependence) b. Interaksi tatap muka (face to face interaction)

c. Tanggung jawab individual (individual accountability) d. Ketrampilan sosial (social skill) dan,

e. Evaluasi proses kelompok (group debrieving) (Lie,Anita:2002) Ad. 1 Saling ketergantungan positif (positive interdependence)

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan empat anggota ini ditugaskan menjaga bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain dapat berhasil.

Ad. 2 Interaksi tatap muka (face to face interaction)

(17)

Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

Ad. 3 Tanggung jawab individual (individual accountability)

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model Cooperative Learning setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugas. Dalam teknik Jigsaw, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing pembelajara mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, pembelajar yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok dapat membantu dan memberikan dorongan untuk memahami materi serta akan menuntut untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lain.

Ad. 4 Keterampilan sosial (social skill)

Yang dimaksud dengan ketrampilan sosial adalah ketrampilam dalam berkomunikasi dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.kberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka. Ada kalanya pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Ad. 5 Evaluasi proses kelompok (group debrieving)

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok. Melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan.

(18)

Terdapat beberapa teknik dalam metode cooperative learning. Meskipun demikian guru tidak harus terpaku pada satu strategi saja. Guru dapat memilih dan memodifikasi sendiri teknik-teknik dalam metode cooperative learning sesuai dengan situasi kelas. Dalam satu jam 1 sesi pelajaran, guru bisa memakai lebih dari satu teknik. Beberapa teknik belajar dalam cooperative learning adalah:

a. STAD (Student Team Achieve Devision)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap mingguu menggunakan presentasi verbal dan teks. Dalam satu kelompok terdiri dari 4-5 orang yang heterogen. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi. Secara individual setiap minggu siswa diberi kuis. Kuis diskor dan setiap individu diberi skor perkembangan (Ibrahim, Muslimin : 2000).

b. Jigsaw

Jigsaw dikembangkan oleh Aronson. Teknik ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan atau berbicara. Teknik ini menggabungkan keempatnya. Teknik ini juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran. Seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama dan bahasa. Dalam satu kelompok siswa memiliki latar belakang heterogen. Dalam teknik ini siswa menjadi “tenaga ahli” tentang sebuah topic dengan cara bekerja sama dengan para anggota dari kelompok lain yang telah ditetapkan sesuai dengna keahlian dengan topic tersebut.

c. Group Investigation (Investigasi Kelompok)

(19)

kemudian oleh Sholmo dan Yael Sharan serta Rachel Hertz Alazarowitz di Israel (Slavin RE:1995). Teknik ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit serta mengajarkan siswa ketrampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam investigasi kelompok guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan kemudian menyiapkan serta mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas (Ibrahim, Muslimin : 2000).

d. Numbered head together

Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Guru melempar pertanyaan, lalu para siswa berkonsultasi sekedar untuk menyakinkan apakah setiap siswa tersebut telah mengetahui jawaban dari soal tersebut. Setelah ini seorang siswa dipanggil untuk menjawab pertanyaan.

e. Thin - Pair – Share (Berpikir – berpasangan – berbagi)

Teknik ini merupakan teknik yang sederhana, namun sangat bermanfaat. Telah dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas of Maryland. Sesuai dengan namanya, teknik ini dilakukan dalam tiga tahapan. Guru memberikan pelajaran untuk seluruh kelas, siswa berada pada timnya masing-masing. Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelas, siswa memikirkan jawabannya sendiri-sendiri (think). Kemudian siswa berpasangan dengan teman sebayanya untuk saling mencocokkan jawabannya (Pair). Dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah dibicarakan (share).

(20)

Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mujiono (1999), bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjukkan untuk membelajarkan siswa. Adapun pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar”, yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Dari kata “ajar” ini lahirlah kata kerja “belajar” yang berarti berlatih atau berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dan kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapatkan awalan “pem” dan akhiran “an”, yang merupakan konfiks nominal (bertahan dengan prefix verbal “meng”) yang mempunyai arti proses (Depdikbud : 1990).

Berikut ini beberapa definisi tentang pembelajaran akan penulis sampaikan dari para ahli, antara lain:

a. Menurut Degeng dalam Muhaimin (2002), pembelajaran (atau ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya dengan “pengajaran”) adalah upaya untuk membelajarkan siswa.

b. Dalam bukunya “Strategi belajar mengajar” Muhaimin dkk (1996) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.

c. Pembelajaran adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa (Hamalik, Oemar : 2001).

(21)

atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Depdikbud : 1994).

Dikaitkan dengan pengertian pembelajaran, maka diperoleh sebuah pengertian bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya membelajarkan siswa untuk dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. Dengan kata lain pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari Agama Islam, baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari islam sebagai pengetahuan (Muhaimin : 2002).

2. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakan dengan mata pelajaran lainnya. Adapun karakteristik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah: ‘

a. Secara umum PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam. Ajaran-ajaran dasar tersebut terdapat dalam Al – Qur’an dan Al Hadits. Untuk kepentingan pendidikan dengan melalui proses ijtihad, para ulama’ mengembangkan materi PAI pada tingkat yang lebih rinci.

b. Prinsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlaq. Aqidah merupakan penjabaran konsep islam, dan akhlaq merupakan penjabaran dari konsep iman. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagi kajian keislaman, termasuk kaijan yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni budaya.

(22)

kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran PAI menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, psikomotor dan afektifnya.

d. Tujuan diberikannya mata pelajaran PAI adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan luas tentang Islam dan berakhlaqul karimah. Oleh karena itu semua mata pelajaran hendaknya sering dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. e. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI di SD Negeri Kebonsari adalah

terbentuknya peserta didik yang memliki akhlak mulia, rajin beribdah. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW. Dengan semikian pendidikan akhlaq yang karimah (mulia) adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Sejalan dengan tujuan ini, maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan pendidikan akhlaq dan setiap guru haruslah memperhatikan akhlaq atau tingkah laku peserta didiknya.

Tentang struktur keilmuan PAI dapat dilihat pada gambar berikut ini:

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

AL – HADITS AL – HADITS AL – HADITS

PENDIDIKAN

AQIDAH PENDIDIKANSYARI’AH

PENDIDIKAN AKHLAQ

(23)

3. Dasar Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mempunyai dasar yang kuat, yaitu:

a. Dasar religius, yaitu dasar yang bersumber dari Al – Qur’an atau Al – Hadits. Di dalam Al – Qur’an Surat An Nahl : 125 Allah berfirman:

Artinya : “Ajaklah kepada agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik, dan bermujadallah dengan cara yang lebih baik.”

Sedangkan rasulullah telah menegaskan dalam sebuah hadits beliau yang berbunyi :

Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Manjusi” (HR. Baihaqi).

b. Dasar yuridis formal (ideal, konstitusional dan operasional)

Dasar ideal pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah dasar Negara, yaitu Pancasila, yang sila pertamanya berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk melaksanakan sila pertama tersebut harus melalui proses pendidikan, yaitu pendidikan agama. Untuk itu Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan dalam rangka melaksanakan nilai-nilai pancasila, khususnya sila pertama.

Dasar konstitusionalnya adalah Undang-Undang Dasar 1945, yaitu pasal 29 ayat (2) berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaannya itu”.

(24)

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban manusia yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlaq mulia hanya bisa melalui proses Pendidikan Agama Islam. c. Dasar sosiologis psikologis

Yang dimaksud dengan dasar sosiologis psikologis adalah bahwa manusia adalah makhluk sosial yang mendalam mencukupi kebutuhannya sangat bergantung kepada manusia lain, termasuk kebutuhan mengembangkan potensi/fitrah beragamanya. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam berfungsi mengembangkan dan menjadi sumber nilai, agar fitrah tersebut berkembang sesuai kodratnya. 4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan, pengetahuan dan penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,ketaqwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Depag :4).

Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 3 bab II Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan umum Pendidikan Agama Islam ini terbagi untuk masing-masing jenjang satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

5. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(25)

a. Pengembangan , yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menanamkan keimanan dan ketaqwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Pemyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

d. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia yang seutuhnya.

e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Agama Islam.

f. Sumber nilai, yaitu memberikan pedpman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Depag : 5).

6. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama di SD

Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilaksanakan terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Kebonsari Kabupaten Lamongan Kelas IV dapat diketahui bahwa:

(26)

b. Siswa yang sering menjawab pertanyaan guru hanya siswa yang pandai saja, sedang siswa yang kurang pandai tidak berani bertanya dan tidak berusaha menjawab pertanyaan.

c. Siswa kurang dapat bekerja sama satu sama lain pada kegiatan mengerjakan latihan-latihan soal pada lembar kerja siswa. Soal – soal tersebut diselesaikan sendiri-sendiri oleh siswa.

Memang metode ceramah ada segi kelemahannya di samping ada kebaikannya. Diantara kebaikan atau keuntungan metode ceramah adalah: 1) Guru dapat menyampaikan sejumlah fakta dan pendapat yang tidak

tertulis dan tercatat dalam buku catatan.

2) Bahan pengajaran yang disampaikan cukup banyak, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas.

3) Guru dapat merangkum pokok-pokok penting pelajaran yang telah dipelajari, sehingga diharapkan siswa memahami dan mengerti secara gamblang.

4) Guru dapat memperkenalkan pokok pelajaran yang baru dan menghubungkannya dengan materi pelajaran yang lalu.

5) Jika guru seorang pembicara yang baik, akan memikat siswa dan siswa penuh antusias (Yusuf, Tayar : 1997).

(27)

mencatat, dan ini berarti komunikasi hanya satu arah, hanya berpusat pada guru sedangkan siswa kurang aktif.

C. PELAKSANAAN METODE COOPERATIVE LEARNING

Metode Cooperative Learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD yang antara lain untuk memahami, mengahayati, meyakini dan mengamalkan ajaran islam, sehingga siswa akan menjadi muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia dan pada saat yang sama siswa dapat bekerja sama dengan orang lain serta dapat meningkatkan prestasi akademiknya.

Penelitian substansial pada berbagai tingkatan dan sejumlah mata pelajaran telah membuktikan keefektifan pembelajaran kooperatif. Misalnya Steven dan Slavin melakukan penelitian selama dua tahun dengan menggunakan model sekolah dasar kooperatif yang menerapkan kerja sama sebagai filosofi untuk mengubah organisasi sekolah dan ruang kelas serta proses instruksionalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dua tahun siswa memiliki prestasi akademik yang jauh lebih tinggi pada beberapa mata pelajaran. Selain itu siswa juga memiliki hubungan sosial yang baik, mereka dapat saling bekerja sama, saling bahu membahu, dan mendorong untuk memberikan semangat belajar di kelas (Sumaryanto:1998).

Dalam peneliian ini, peneliti menggunakan teknik Jigsaw, Teknik Think – Pair – Share yang dimodifikasikan dengan Jigsaw. Pemikiran dasar dari teknik Jigsaw adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk berbagi dengan teman yang lain, mengajar serta diajar oleh sesame siswa merupakan bagian terpenting dalam proses belajar dan sosisalisasi yang berkesinambungan. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw adalah:

1) Langkah I

Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi beberapa bagian

2) Langkah II

(28)

penguasaan setiap komponen sub topik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya

3) Langkah III

Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap sub topik yang sama memmbentuk kelompok lagi yang terdiri dari tiga atau lima orang. Siswa-siswa tersebut bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:

(a)Belajar dalam menjadi ahli dalam sub topik bagiannya;

(b)Merencanakan bagaimana mengajarkan sub topik bagianna kepada anggota kelompoknya semula.

4) Langkah IV

Siswa tersebut kembali ke kelompok masing-masing sebagai ahli dalam sub topiknya dan mengajarkan informasi penting dalam sub topik tersebut kepada temannya. Ahli dalam sub topik lainnya juga bertindak serupa, sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik pelajaran secara keseluruhan.

5) Langkah V

Evaluasi terhadap materi yang diperoleh secara individu 6) Langkah VI

Penghargaan (Sakdiyah, Halimatus : 2002)

Sedangkan langkah-langkah teknik berpikir-berpasang-berbagi adalah sebagai berikut:

1) Langkah I

Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok

2) Langkah II

Siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut mandiri 3) Langkah III

(29)

4) Langkah IV

Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok untuk berbagi. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya ke kelompok. 5) Langkah V

Penghargaan (Lie, Anita : 2002)

(30)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Kebonsari Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan yang berjumlah 33 orang.

2. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pokok bahasan Bacaan Dzikir dan Do’a setelah Sholat.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam bulan April - Mei tahun 2014. Penentuan waktu penelitian sesuai dengan program semester II Tahun Pelajaran 2013/2014, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas IV, maka standar kompetensi yang menjadi agenda penelitian ini jatuh pada bulan April - Mei.

Tabel 3.1

Waktu Pelaksanaan Penelitian Tiap Siklus

Siklus ke- Tanggal Materi Pembelajaran

1 Sabtu, 26 April 2014 Bacaan Dzikir dan

Do’a setelah sholat 2 Sabtu, 03 Mei 2014

4. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Kebonsari , Jl. Raya Kebonsari No. 32 Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan.

B. Jenis Penelitian

(31)

tindakan dan bertujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002) bahwa Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari 3 kata : Penelitian + Tindakan + Kelas. Penelitian adalah mencermati suatu objek menggunakan aturan, metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat secara sistematis dan penting bagi peneliti. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

C. Prosedur / Langkah-langkah Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam 2 siklus masing-masing siklus meliputi empat kegiatan pokok yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Secara keseluruhan Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1

Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas

(32)

 Membuat Surat Izin dari kepala sekolah untuk melaksanakan PTK,

 Menyusun Proposal Penelitian

 Menyiapkan Kolaborator, berbincang dengan siswa bahwa akan dilakukan penelitian.

(2) Pelaksanaan

a) Siklus I (Sabtu, 26 April 2014) 1. Perencanaan

 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

 Menyiapkan Lembar Observasi

 Menyiapkan Lembar Kerja Siswa

 Menyiapkan Buku Sumber 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada tahapan ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran, melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai RPP, mengisi lembar observasi, mengumpulkan dan menganalisis hasil tes. Langkah-langkah pelaksanaan Siklus I dengan menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw melalui tahapan berikut : (a) Kegiatan Awal :

 Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan kelas

 Memeriksa kehadiran siswa

 Apersepsi

 Motivasi (b) Kegiatan Inti :

 Guru membagi kelas dalam 9 kelompok , setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.

 Guru membagi kartu soal kepada seluruh siswa

 Siswa yang memiliki kartu soal dengan pokok masalah yang sama, berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok “ tim ahli”

(33)

 Setelah Tim Ahli mendiskusikan pokok masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa yang tergabung dalam tim ahli, kembali ke kelompok asal dan memprensentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya.secara bergiliran.

(c) Kegiatan Akhir :

 Refleksi : Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dibahas

 Informasi: Memberitahukan materi yang akan datang.

(3) Pengamatan Siklus I : mengamati dan mencatat aktivitas siswa dalam pembelajaran dan melakukan tes diakhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa. Aspek yang diamati adalah sebagai berikut :

 Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran

 Aktivitas guru yang meliputi : kegiatan pendahuluan, keagiatan inti dan kegiatan akhir

 Kendala yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran

 Ketuntasan Belajar Klasikal (4) Refleksi / Evaluasi Siklus I :

Pada tahapan ini dilakukan refleksi pembelajaran, mencatat kekurangan – kekurangan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat melakukan tindak lanjut untuk dianalisis dan dijadikan sebagai acuan pada pembelajaran di siklus II.

Pada kegiatan pembelajaran di siklus I masih terdapat kendala dan kekurangan khususnya pada siklus I pertemuan pertama, sehingga kegiatan pembelajaran tidak berjalan secara efektif, diantaranya :

 Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran

 Pada pertemuan pertama siswa masih kelihatan bingung dengan metode jigsaw

 Pembagian kelompok siswa terlalu banyak sehingga terbentuk kelompok tim ahli yang anggotanya terlalu banyak, mengakibatkan diskusi tidak efektif.

(34)

 Penentuan materi untuk dibahas tim ahli terlalu banyak sehingga tidak ada kelompok tim ahli yang selesai merumuskan materi yang diberikan

 Siswa tidak sempat presentasi

 Siswa tidak sempat menyimpulkan materi

 Pembelajaran dianggap gagal dan pada pertemuan berikutnya harus ada revisi materi yang diberikan.

b) Siklus II ( Sabtu, 03 Mei 2014) (1) Perencanaan :

 Menyusun instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

 Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

 Menyiapkan Lembar Observasi

 Menyiapkan Buku Sumber

 Menyusun Soal Tes

 Melaksanakan Tes Siklus II pada tanggal 03 Mei 2014 (2) Pelaksanaan :

Pada tahap ini dilakukan tindakan pelaksanaan program sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP yang sudah mengalami perubahan dan perbaikan-perbaikan. Kekurangan pada siklus I ditindaklanjuti pada tahap ini. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Kegiatan Awal :

 Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan kelas

 Memeriksa kehadiran siswa Apersepsi :

– Tahukah kalian do’a apa yang dibaca ketika selesai sholat? Motivasi :

– Tahukah kalian perjuangan nabi Muhammad SAW dalam menegakkan perintah sholat lima waktu?

(35)

Berdasarkan pengalaman pada Siklus I : pembagian kelompok terlalu banyak, materi terlalu banyak sehingga siswa tidak selesai mendiskusikan soal yang ditentukan, pada kegiatan pertemuan II ini dilakukan perubahan dan mempersempit materi dengan membagi menjadi sub-sub materi.

 Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, 3 kelompok 6 orang dan 3 kelompok 7 orang.

 Guru membagi materi menjadi sub-sub materi pembelajaran menjadi 6 kartu soal / pokok masalah kepada seluruh kelompok siswa.

 Masing-masing kelompok mendapat 5 kartu soal dan setiap anggota mendapat 6 kartu soal yang berisi 1 sub materi.

 Siswa yang memiliki kartu soal dengan pokok masalah yang sama, berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok “ tim ahli”

 Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada kelompok tim ahli

 Masing-masing tim ahli mendiskusikan permasalahan yang sudah diberikan

 Setelah Tim Ahli mendiskusikan pokok masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa yang tergabung dalam tim ahli, kembali ke kelompok asal dan mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya masing-masing secara bergiliran.

c) Kegiatan Akhir :

 Refleksi : Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dibahas

 Informasi: Memberitahukan materi yang akan datang. (3) Pengamatan

(36)

 Aktivitas Siswa, yang meliputi : – Cara Siswa membentuk tim ahli

– Cara Kelompok tim ahli merumuskan materi yang diberikan – Kegiatan siswa saat presentasi di dalam kelompok

masing-masing

– Kegiatan Siswa saat presentasi secara klasikal.

 Aktivitas Guru, yang meliputi : – Kegiatan Awal

– Kegiatan Inti – Kegiatan Akhir

 Kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung

 Ketuntasan Belajar Klasikal melalui hasil tes (4) Refleksi/ Evaluasi Siklus II

Setelah melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi dan refleksi terhadap kekurangan-kekurangan dan berbagai kendala yang dihadapi, untuk dijadikan sebagai dasar pada saat pengambilan kesimpulan. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut :

 Penentuan materi sudah lebih spesifik

 Kelompok tim ahli jumlahnya sudah cukup

 Aktivitas positif siswa sudah meningkat

 Presentasi siswa sudah terarah

 Pengaturan tempat duduk dan posisi tim ahli masih belum kondusif. Sehingga menyita waktu untuk kegiatan belajar.

(37)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :

 Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2008) dalam www.Google.com. By Bin hasyim Tanggal 28 April 2014, “Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau metode tersebut dapat juga dikatakan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, cek lis atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya “

 Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek dan objek penelitian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran , yang dibantu oleh rekan sebagai observer atau kolaborator. Observasi ini dilakukan dengan cara :

(a) Melaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran dari awal sampai akhir mengenai penjelasan guru, kegiatan atau ktivitas siswa, proses belajar mengajar sampai dengan mengerjakan tugas.

(b) Mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan dan memberi cecklist pada kolom yang disediakan, untuk menguji penggunaan metode Diskusi Kelompok dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

 Data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui perangkat teknik pengumpulan data yang terdiri dari : sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan .

 Tes adalah pengujian atas kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa nilai / angka. Tes ini dilakukan setiap siklus berakhir.

(38)

dokumentasi ini bertujuan untuk mendukung dan melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan ini.

E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Deskriptif Persentase. Data yang diperoleh dianalisis dan hasilnya dipersentasekan. Adapun data yang dianalisis adalah data dari observasi dan data dari hasil tes.

F. Indikator Keberhasilan

Bersumber pada hasil yang diperoleh dari tes siklus I dan tes siklus II yang mencerminkan pemahaman siswa pada konsep pembelajaran, diharapkan adanya peningkatan Aktivitas yang positif dan hasil belajar siswa sesuai nilai yang diperoleh

masing-masing siswa, minimal ada kemajuan dari sebelumnya.

(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari 2 siklus. Materi yang dibahas adalah materi kelas IV semester ganjil tentang Bacaan Dzikir dan Do’a setelah sholat Penelitian dilakukan mulai bulan April – Mei 2014, dibantu oleh seorang kolaborator/ observer yang berfungsi sebagai teman diskusi dalam tahap refleksi. Adapun hasilnya seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Data Awal Sebelum Tindakan

No Aspek Penelitian Sebelum Tindakan Refleksi

1 Minat Belajar danAktivitas Siswa Kurang

Guru sangat perlu memberi motivasi kepada siswa Segera

sosialisasikan PAIKEM Harus

mengevaluasi langkah-langkah pembelajaran

2 Aktivitas Guru Cukup

Sebaiknya

menuliskan tujuan pembelajaran Sampaikan tujuan pembelajaran secara bertahap Kurang

memberikan kesempatan

(40)

3 Kendaladihadapi yang

Tabel 4.2Hasil Pengamatan tiap Aspek pada Siklus I

No. Aspek Penelitian Tindakan 1 Refleksi

1 Aktivitas Siswa

2 Aktivitas Guru Cukup Agar menjelaskan kembali

cara-cara jigsaw

(41)

tujuan pembelajaran

Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya Nilai tertinggi = 90

(42)

banyak alternatif

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Tiap Aspek Siklus II

No Aspek Penelitian Data Awal SebelumTindakan Refleksi

1

4 Hasil Belajar Nilai tertinggi = 95 Nilai tertendah = 75

Jenis dan bentuk soal agar lebih bervariasi

5 Ketuntasan BelajarKlasikal

(43)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan yang terdiri dari 2 siklus kegiatan, diperoleh data bahwa aktivitas atau keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Berdasarkan data awal sebelum dilakukan tindakan , persentase keaktifan siswa termasuk kategori kurang atau rendah , ini dilihat dari jumlah siswa yang aktif belajar belum maksimal, terbukti menurut catatan masih ada siswa yang datang terlambat, siswa yang mengobrol saat pembelajaran berlangsung, terdapat siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan masih ada siswa yang hanya diam saja . Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala atau permasalahan yang beragam diantaranya karakteristik siswa kelas IV yang agak sulit dikendalikan, kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan ,atau faktor lain yang bisa mempengaruhi kurangnya aktivitas siswa, sehingga kegiatan pembelajaran yang seharusnya menjadi inti kegiatan , banyak terganggu oleh masalah yang dihadapi oleh masing-masing siswa baik secara teknis maupun adanya kegiatan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran.

(44)

menguasainya untuk didiskusikan dalam kelompok tim ahli, siswa harus bertanggung jawab atas tugasnya karena harus menjelaskan kembali kepada kelompok asalnya.

2. Ativitas Guru

Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh rekan guru yang bertindak sebagai observer atau kolaborator menyatakan bahwa aktivitas guru sudah cukup bahkan sudah baik, meskipun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki berkaitan dengan bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dipandang sesuai dengan kenyataan dimana aktivitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator dan motivator yang

melayani siswa, baik dalam menguasai materi pembelajaran maupun dalam meningkatkan kualitas belajar siswa. ini Perlu dilakukan ekstra kerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan berkualitas.

3. Kendala yang dihadapi

 Kendala awal yang dihadapi adalah :

 Masih ada siswa yang datang terlambat

 Terdapat siswa yang mengobrol saat pembelajaran

 Terdapat siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain

 Terdapat siswa yang diam saja

 Aktivitas Belajar siswa belum optimal

 Hasil Belajar Siswa masih rendah.

(45)

siswa, sehingga guru mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif , dan menyenangkan, serta terus melakukan penelitian tindakan agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini peneliti menggunakan Metode Cooperative Learning tipe Jigsaw.

Kendala atau kekurangan pada Siklus I adalah : 1) Pembagian materi yang terlalu banyak

2) Pengelompokan siswa yang belum efektif

3) Anggota Kelompok Tim Ahli terlalu banyak

4) Siswa belum terbiasa dengan metode Jigsaw

Untuk mengatasi kendala tersebut peneliti melakukan tindakan pada Siklus II, yaitu dengan cara :

1) Mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok terdiri dari 5-6

orang sehingga kelompok tim ahli tidak taerlalu banyak 2) Membagi materi menjadi sub-sub materi yang lebih spesifik.

3) Memperjelas kembali cara-cara jigsaw

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

5) Menyediakan buku sumber yang cukup

Kendala yang dihadapi pada Siklus II adalah :

1) Pengaturan posisi tempat duduk untuk diskusi tim ahli menyita

waktu

2) Masih ada siswa tidak partisipatif dalam diskusi tim ahli

Kendala-kendala atau permasalahan tersebut secara berangsur berkurang seiring dengan meningkatnyan kualitas belajar dan mengajar yang disajikan oleh guru dan siswa.

4. Hasil Tes

(46)

mengalami peningkatkan, nilai terendah mencapai angka 70 bahkan pada Siklus II berikutnya mengalami kenaikan, nilai terendah mencapai 75. Dengan kata lain mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Hasil keseluruhan hasil tes siklus I dan siklus II terlihat pada lampiran tabel

5. Ketuntasan Belajar Klasikal

(47)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh selama melakukan penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Prestasi hasil belajar siswa ketika proses pembelajaran menggunakan penekanan Cooperative Learning bentuk investigation task maupun problem solving task, menunjukkan bahwa terdapat perkembangan yang semakin meningkat antara skor hasil tes prestasi siswa dari tes pertama hingga tes terakhir. Perkembangan ini ditandai dengan adanya peningkatan nilai rata-rata tiap tes yang diadakan serta rentang skor. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa ketika kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan cooperative learning.

2. Kualitas pembelajaran yang diselenggarakan guru melalui implementasi pendekatan Cooperative Learning bentuk investigation task dan problem solving task menunjukkan optimalnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, ruang lingkup dan cakupan materi, siswa menemukan sendiri informasi tentang materi tersebut. Kegiatan pembelajaran ditentukan siswa, guru hanya memberikan pengayaan dan pengembangan materi. Peran guru sebagai fasilitator, moderator dan pengendali terjadinya rekasi aktif dari siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari:

a) Komuniksi yang terjadi antara siswa ditemukan berlangsung secara akrab, pola komunikasinya dalam model banyak arah.

b) Partisipasi siswa kelas IV SD Negeri Kebonsari dalam kegiatan kerja kelompok terlihat mendominasi.

(48)

d) Partisipasi belajar siswa relatif tinggi antara 60 – 70% siswa kelas IV SD Negeri Kebonsari mengacungkan tangan meminta kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

3. Penggunaan pendekatan Cooperative Learning dalam kegiatan pembelajaran ternyata dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Pola pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung mewajibkan siswa kelas IV SD Negeri Kebonsari untuk selalu siap terlibat dalam kegiatan diskusi dan sejenisnya dalam proses belajar. Untuk itu perlu adanya kesiapan diri dalam penguasaan materi. Secara tidak langsung siswa akan dituntut untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.

B. SARAN – SARAN

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1987.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara

Departemen Agama RI. 2004. Pedoman PAI Untuk Sekolah Umum. Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus Kurikulum 2004. Jakarta : Dirjen Dikdasmen

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara

Hanim, Zaenab. 1997. Pembelajaran Bahasa Inggris pada Siswa MIN 1 Malang. Malang : Analisis Berdasarkan Pendekatan Cooperative Learning. Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pasca Sarjana IKIP Malang

Ibrahm, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Muhaimin, dkk. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya : CV Citra Media

Santoso, B. 1999. Cooperative Learning : Penerapan Teknik Jigsaw dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Buletin Pelangi Pendidikan Vol. No. 1

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Massacgusetta: United State of America

Sunatyanto. 1998. Prestasi Guru Tentang Pembelajaran Kooperasi dalam Pendidikan IPS. Jurnal Ilmu Penelitian. Jilid 5. No. 4

Usman. HB. 2001. Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep Limit Fungsi Satu Variabel Real Melalui Pembelajaran Kooperatif. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 8. No.4

(50)
(51)

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

DINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH DASAR NEGERI KEBONSARI

Jl. Raya Kebonsari Nomor 32 Telp. (0322) 393063

KECAMATAN SUKODADI

SURAT IJIN PENELITIAN

Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini kepala SDN Kebonsari Kec. Sukodadi bahwa sehubungan dengan rencana melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka kepada:

Nama : MUHARTATIN, S.Pd.I

NIP : 19621206 198504 2 003

Pangkat/Golongan : Pembina, IV/a

Alamat : Desa Pucuk RT.01/RW.02

Diberikan ijin untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul

“Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Cooperative Learning Standar Kompetensi Dzikir dan Do’a Setelah Sholat Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kebonsari Kabupaten Lamongan” mulai bulan April sampai dengan selesai

Demikian surat ijin penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kebonsari, 15 April 2014 Kepala SD Negeri Kebonsari

B U W O N O, S.Pd

(52)
(53)
(54)

LAMPIRAN BACAAN DZIKIR DAN DO’A SETELAH SHOLAT

Astaghfirullohhal adziim, alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuumu wa’atuubu ilaih 3x

,

ريدق ءيش للك ىلع وهو تيميو يحي دمحلا هلو كلملا هل هل كيرش ل هدحو هللا للإ هلإ ل

Laa Ilaaha Illalloh wahdahu laasyariikalah lahulmulku walahulhamdu yuhyii wayumiitu wahuwa alaa kulli syaiin qadiir (3x)

,ملسللا راد ةنلجلا انلخدأو ملسللاب انبلر انيلحف ملسللا دوعي كيلإو ملسللا كنمو ملسللا تنأ ملهللا , , ,

ماركلاو للجلا اذاي تيلاعتو انبلر تكرابت

Allohumma antassalam, waminkassalam, wa ilaika ya’uudussalam, fahayinaa Robbana bissalam, wa adkhilnal jannata darossalam, tabarokta Robbanaa wata

a’laita yaa dzaljalali wal ikraam

Allohu Laa iaaha illaa huwalkhoyyul qoyuum, laa ta’ khudzuhuu sinatuw walaa naum, lahu maa fiissamaawaati wa maa fil ardhi, mandzaalladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum, wa laa

yukhithuuna bisyai’in min ‘ilmihi illa bi maasyaaa’i, wasi’a

(55)

Allahuakbar kabiiran wal hamdulillahi katsiiran wasubhaanallaahi bukratan wa ashiilaa.

Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa alaa kullisyai in qadiir

Kemudian membaca berdoa ‘AALAMIIN. HAMDAY YU-WAAFII NI’AMAHUU WA YUKAAFI’U MAZIIDAH. YAA RABBANAA LAKALHAMDU WA LAKASY SYUKRU KA-MAA YAMBAGHIILIJALAALIWAJHIKA WA ‘AZHIIMISUL-THAANIK.

Artinya :

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmatNya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, dan bagi-Mu-lah segalah syukur, sebagaimana layak bagi keluhuran zat-Mu dan

keagungan kekuasaan-Mu.

MUHAMMADIW WA ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMAD. SHALA ATAN TUN AJIHNAA BÍHAA MINJAMII’IL AHWAALI WAL AAFAAT. WA TAQDHII LANAA BIHAA JAMII’AL HAAJAAT. WA TUTHAHHIRUNAA BIHAA MIN JAMII’IS SAYYI’AAT. W ATARFA ‘ UN A A BIHAA ‘INDAKA ‘

A’LADDARAJAAT. WA TUBALLIGHUNAA BIHAA AQSHAL GHAAYAATI MIN JAMII’IL KHAIRAATIFIL HAYAATIWA BA’DAL MAMAAT. INNAHU

SAMII’UN QARIIBUM MUJIIBUD DA’AWAAT WAYAA QAADHIYAL HAAJAAT.

Artinya :

Wahai Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad dan keluarganya, yaitu rahmat yang dapat menyelamatkan kami dari

segala ketakutan dan penyakit, yang dapat memenuhi segala kebutuhan kami, yang dapat mensucikan diri kami dari segala keburukan, yang dapat mengangkat

derajat kami ke derajat tertinggi di sisi-Mu, dan dapat menyampaikan kami kepada tujuan maksimal dari segala kebaikan, baik semasa hidup maupun sesudah

(56)

Memperkenankan segala doa dan permohonan. Wahai Dzat yang Maha Memenuhi

ALLAAHUMMA INNAA NAS’ALUKA SALAAMATAN FTDDIINI WADDUN-YAA WAL AAKHIRAH. WA ‘AAFIYA-TAN FIL JASADI WA SHIHHATAN FIL BADANI WA ZIYAADATAN FIL ‘ILMI WA BARAKATAN

FIRRIZQI WA TAUB ATAN QABLAL MAUT WA RAHM ATAN ‘INDALMAUT WA MAGHFIRATAN BA’D AL MAUT. ALLAAHUMMA HAWWIN ‘ALAINAA FII SAKARAATIL MAUT WAN NAJAATA MINAN

NAARI WAL ‘AFWA ‘INDAL HISAAB.

Artinya :

Wahai Allah! Sesungguhnya kami memohon kepadaMu, kesejahteraan dalam agama, dunia dan akhirat, keafiatan jasad, kesehatan badan, tambahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datang maut, rahmat pada saat datang maut,

dan ampunan setelah datang maut. Wahai Allah! Permudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, (Berilah kami) keselamatan dari api neraka, dan

ampunan pada saat dilaksanakan hisab.

رذبشقفلشا بذاذفعفوف مذرفهفلشاوف لذخشبعلشاوف رذسفكفلشاوف رذجشعفلشا نفمذ كفبذذعوشععنف انلفاذ ملفهعللاف

ALLAAHUMMA INNAA NA’UUDZU BIKA MIN AL’ AJZI WAL KASALI WAL BUKHLI WAL HARAMI WA ‘ADZAABIL QABRI.

Artinya :

Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari sifat lemah, malas, kikir, pikun dan dari azab kubur

اهفلف بعاجفتفسشيعلف ةءوفعشدف نشمذوف ععبفششتفلف سءفشنف نشمذوف ععشفخشيفلف بءلشقف نشمذوف ععففنشيفلف مءلشعذ نشمذ كفبذذعوشععنف انلفاذ ملفهعللاف. ALLAAHUMMAINNAA NA’UUDZU BIKA MIN ‘ILMIN LAA YANFA’ W AMIN QALBIN LAA YAKHSYA’ W AMIN NAFSIN LAA TASYBA’ WAMIN

DA’WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA.

Artinya :

Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak kenal puas, dan dari

doa yanag tak terkabul.

(57)

RABBANAGH FIRLANAA DZUNUUBANAA WA LIWAA-LIDIINAA WALIMASYAAYIKHINAA WA LIMU’ALLI-MIENAA WA LIMAN LAHUU H

AQQUN’ ALAIN AA WA LIM AN AHABBA WA AHSANA ILAINAA WA LIKAAFFATIL MUS LIMUN A AJMA’IIN.

Artinya :

Wahai Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa orang tua kami, para sesepuh kami, para guru kami, orang-orang yang mempunyai hak atas kami, orang-orang yang cinta dan berbuat baik kepada kami, dan seluruh umat islam

معيشحذرلفلا بعاولفتلفلا تفنشاف كفنلفاذ انفيشلفعف بشتعوف معيشلذعفلشا ععيشمذسلفلا تفنشاف كفنلفاذ انلفمذ لشبلفقفتف انفبلفرف

RABBANAA TAQABBAL MINNAA INNAKA ANTAS SAMII’UL ‘ALIIM, WA TUB ‘ALAINAA INNAKA ANTAT TA WWA ABUR RAHIIM.

Artinya :

Wahai Tuhan kami, perkenankanlah (permohonan) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami,

sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.

رذانلفلا بفاذفعف انفقذوف ةدنفسفحف ةذرفخذلفاش يفذوف ةدنفسفحف ايفنشدلعلا ىفذ انفتذأف انفبلفرف

RABBANAA AATINAA FIDDUNNYAA HASANAH, WA FIL AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA ‘ADZAA BAN NAAR.

Artinya :

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.

نفيشمذلفاعفلشا بلذرف هذلل ذدعمشحفلشاوف مفللفسفوف هذبذحشصفوف هذلذآ ىلعفوفدءملفحفمع انفدذيلذسف ىلعف هعللا ىللفصفوف

WASHALLALLAAHU ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMA-DIN WA’ALAA AALIHIWA SHAHBIHIIWA SALLAM, WAL HAMDU LILLAAHIRABBIL

‘AALAMIIN.

Artinya :

Semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta

(58)

LAMPIRAN LEMBAR SOAL

Nama : ………

Kelas : IV (Empat)

a. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d!

1. Dzikir berarti … a. Lupa kepada Allah b. Diam di Masjid c. Menyebut nama Allah d. Duduk dengan khusyu’ 2. Dzikir dapat …

a. Membuat kaya b. Menentramkan hati c. Membuat ngantuk d. Mengenyangkan perut

3. Jumlah bacaan “Subhanallah” ketika berdzikir adalah … a. 31 kali

b. 32 kali c. 33 kali d. 34 kali

4. “Alhamdulillah” berarti … a. Allah maha besar b. Segala Puji Bagi Allah c. Maha Suci Allah d. Allah berkuasa

5. Salah satu cara berdzikir adalah … a. Bersuara keras

b. Membelakangi kiblat c. Dengan pakaian mewah d. Menghadap ke kiblat 6. Do’a berarti …

a. Memohon kepada Allah b. Belajar dengan giat c. Maha suci Allah 8. Do’a dapat memberikan …

(59)

9. Makhluk Allah yang senantiasa berdo’a siang dan malam adalah … a. Manusia

b. Malaikat c. Jin d. Setan

10. Berdo’a yang dilarang dibawah ini adalah … a. Berdo’a di kuburan minta rezeki

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1
Tabel 4.1  Data Awal Sebelum Tindakan
Tabel 4.2Hasil Pengamatan tiap Aspek pada Siklus I
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan dukungan suami dengan praktek ASI eksklusif menunjukkan bahwa ibu menyusui di Kampung Sereh Papua yang mendapatkan dukungan baik dari suami lebih besar

Metode penelitian bersifat experimental laboratories dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan perbedaan konsentrasi transglutaminase

Untuk melakukan setting marker atau menentukan marker apa yang akan digunakan untuk menampilkan bangun ruang tertentu, dapat dilakukan dengan cara memilih marker yang

Jamsostek secara signifikan terasosiasi sebagai lembaga yang memberikan layanan Perlindungan / Asuransi / Jaminan Sosial di seluruh kategori responden.?. Di sisi

Kepuasan kerja didefinisikan sebagai kenikmatan karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan mereka, hal ini dianggap sebagai faktor penting karena dapat berhubungan

Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem informasi rekam medis secara online untuk memudahkan pengolahan data rekam medis dan memudahkan pasien serta lembaga

Berdasarkan uji yang telah dilakukan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen afektif, ini dapat ditunjukkan dengan nilai koefisien

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi