Epidermophyton floocossum mengakibatkan penyakit kaki atlet pada manusia.
D.
Reproduksi:
Reproduksi SEKSUAL Belum diketahui . Reproduksi jamur ini dilakukan secara aseksual dengan membentuk konidia seperti pada jamur Ascomycota.
E.
Siklus hidup:
Siklus hidup Reproduksi aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus yang disebut konidiofor . Kemungkinan jamur ini merupakan suatu perkembangan jamur yang tergolong Ascomycocetes ke Basidiomicetes akan tetapi tidak dapat diketahui hubungannya.
deuteromycota dapat hidup dilingkungan asam, misalnya pada buah yang asam. Jamur deuteromycota juga dapat hidup pada lingkungan dengan konsentrasi gula yang tinggi, misalnya pada selai. Jamur yang hidup bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak dapat hidup di Habitat Jamur deuteromycota hidup pada lingkungan yang beragam. Habitat jamur berada didarat (terestrial) dan ditempat-tempat yang lemba b dan h idupnya saprofit. Meskipun demikian banyak pula jenis jamur yang hidup pada organisme atau sisa-sisa organisme dilaut atau air tawar. Jamur habitat yang ekstrim, misalnya gurun, gunung salju, dan kutub. Jenis jamur lainnya dapat hidup pada tubuh organisme lain secara parasit maupun simbiosis.
1.
Jamur yang menguntungkan:
Jamur menguntungkan dalam bidang pangan :
a. Volvariella volvacea (jamur merang) berguna sebagai bahan pangan berprotein tinggi. b. Rhizopus oryzae , R. Olygosporus, dan R. Stolonifer, berguna dalam pembuatan tempe c. Neurospora sitophila dan N. intermedia berpern dalam pembuatan oncom merah d. Pleurotus sp . (jamur tiram) sebagai bahan pangan
e. Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces ovale berguna dalam pembuatan tape, alkhohol dan roti .
f. Saccharomyces sake berguna dalam pembuatan sake g. Aspergillus oryzae berguna untuk melunakkan adonan roti
h. Aspergillus wentii berguna dalam pembuatan kecap , tauco, dan asam oksalat i. Aspergillus niger untuk fermentasi asam sitrat
D. Habitat dan Siklus Hidup Duuteomycota
Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik dan sebagian yang lain hidup sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Jamur ini juga menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu dematomikosis (kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu.Contoh klasik jamur Deuteromycota adalah Moniliasitophila , yaitu jamur oncom. Jamur Deuteromycota umumnya digunakan untuk pembuatan oncom dari bungkil kacang. Monilia sitophila juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa makanan, tongkol jagung , pada tonggak – tonggak atau rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan berwarna jingga.
E. Sistem Reproduksi Jamur Deuteromycota
Jamur ini hanya diketahui cara reproduksi aseksualnya saja oleh karena itu sering disebut fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Reproduksi aseksual jamur deuteromycota yaitu dengan cara pembentukan konidia.
Jamur ini bereproduksi secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus yang disebut konidiofor.Kemungkinan jamur ini merupakan suatu peralihan jamur yang tergolong Ascomycota ke Basidiomycota tetapi tidak diketahui hubungannya.
Jika suatu jamur deuteromycota ini diketahui cara reproduksi seksualnya maka dimasukkan ke dalam kelompok jamur yang lain. Contohnya Monilia sitophila, setelah diketahui reproduksi seksualnya dengan menghasilkan askospora, jamur ini dimasukkan ke dalam jamur Ascomycota dan diganti namanya menjadi Neurospora crassa (jamur oncom).
Fase pembiakan secara vegetatif pada Monilia sitophila ditemukan oleh Dodge (1927) dari Amerika serikat, sedangkan fase generatifnya ditemukan oleh Dwidjoseputro (1961). Setelah diketahui fase generatifnya, jamur ini dimasukkan ke dalam golongan Ascomycota dan diganti namanya menjadi Neurosora sitophila atauNeurosora crassa.