PENDAHULUAN
Dewasa ini film yang merupakan salah satu bentuk dari media massa sudah mengalami perkembangan yang sangat besar hingga mampu mempengaruhi pola pikir khalayak. Danesi (2010, h. 134) memaparkan, “Film merupakan teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata”. Awalnya sebuah film berfungsi untuk hiburan semata, namun semakin berkembangnya zaman klasifikasi yang semakin beragam terkadang mengubah fungsi film itu sendiri. Film merupakan fenomena komunikasi yang berhubungan dengan tanda, film dapat mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan. Oleh karena itu film sangat relevan dengan penelitian yang menggunakan analisis semiotika, demikian pula halnya pada film “Will”.
mengambil hati sang anak adalah dengan mengajak Will menyaksikan langsung Final Champions League 2005 di Istanbul Turki. Sayangnya umur Gareth tak cukup panjang untuk menepati janjinya menyertai anaknya pergi ke Turki. Will yang memperoleh warisan dua tiket nonton Final Champion League 2005, nekat pergi seorang diri melintasi daratan Eropa menuju Istanbul demi memenuhi impian bersama ayah dan dirinya menyaksikan Liverpool FC, klub kebanggaan mereka berdua bertarung melawan AC Milan.
Perjuangan Will Brennan dalam mengejar impiannya menyaksikan pertandingan Liverpool FC secara langsung tersebut bertujuan mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya. Film “Will” sendiri dikategorikan sebagai film dengan genre drama family sport yang merupakan pengembangan dari genre
drama secara umum. Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film. Seperti halnya film “Will” yang secara umum dapat dikategorikan sebagai genre drama. Namun apabila diamati lebih dalam lagi film ini merupakan campuran dari genre drama, petualangan dan juga olahraga (sport). Genre drama merupakan genre film yang mudah diterima oleh semua kalangan karena alur ceritanya yang menarik dan mudah dimengerti serta tidak terlalu banyak menggunakan efek khusus. Baksin (2003, h. 93) berpendapat, “Film dengan tema drama lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga penonton merasa seakan-akan berada di dalam film tersebut”.
Liverpool FC yang membuat dirinya mampu melakukan hal-hal yang di luar dugaan seperti menempuh perjalanan jauh sendirian hanya untuk menyaksikan secara langsung pertandingan Final Champions League Liverpool FC di Turki. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meneliti bentuk-bentuk tanda yang muncul dari sosok tokoh utama Will Brennan dalam menunjukan sisi fanatismenya terhadap Liverpool FC. Menurut Supelli (2011, h. 21) “Fanatisme merupakan pemahaman yang menganggap bahwa keyakinannya sudah sahih dan ajek, sehingga segala macam bentuk kritik yang ditujukan pada keyakinannnya adalah sesuatu yang tidak diperkenankan”. Fanatisme dapat hadir dalam berbagai aspek kehidupan seperti agama, politik bahkan dari olahraga sekalipun. Fanatisme mampu mempengaruhi seseorang dalam berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau
memberi sesuatu, dalam berfikir dan memutuskan, dalam mempersepsi dan memahami sesuatu. Seseorang yang memiliki fanatisme biasanya tidak dapat memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak paham akan masalah orang lain dan tidak peka selain paham yang mereka yakini. Fanatisme dapat berawal dari pengalaman masing-masing, namun faktor penting lain yang tidak dapat disingkirkan adalah lingkungan. Suporter klub Liverpool FC yang dalam film diwakili oleh tokoh Will Brennan menjadi tokoh sentral dalam memahami tanda-tanda yang muncul dari seorang suporter. Suporter dalam sepak bola erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta terhadap klub sepak bola yang didukungannya.
penelitian dengan cara menganalisis, mengidentifikasi, mendokumentasi, dan mengklarifikasi jenis-jenis utama tanda, serta cara penggunaannya dalam aktivitas yang bersifat penggambaran fanatisme dari tokoh Will. Peneliti menggunakan analisis semiotik dikarenakan semiotik membahas tentang makna dan tanda yang sangat kental dalam film ini. Semiotik sendiri memiliki fungsi untuk menganalis dan menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Analisis semiotik Roland Barthes merupakan metode yang paling tepat untuk menganalisis tanda-tanda yang muncul dalam film, karena menurutnya semua objek kultural dapat diolah secara tekstual, hal tersebut juga dapat diterapkan dalam kultur olahraga sepak bola. Sehingga melalui analisis ini mampu diketahui bagaimana isi pesan yang hendak disampaikan dalam teks,
yaitu menggunakan dua sistem penandaannya berupa makna denotasi dan konotasi. Teks yang dimaksud bukan hanya berkaitan dengan linguistik saja, tetapi semua yang terkodifikasi. Hal tersebut senada dengan yang dipaparkan oleh Sobur (2006, h. 123) “Semiotik dapat digunakan untuk meneliti berbagai macam teks seperti film, berita, iklan fashion, fiksi, puisi, drama”. Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk menelusuri tanda-tanda apa saja yang ada dalam film ini. Terutama bagaimana tanda-tanda dalam film ini merepresentasikan fanatisme sepak bola.
mempersempit pembahasan penelitian yang memfokuskan pada satu tokoh utama yaitu Will Brennan. Hal tersebut dilakukan karena pada penelitian kali ini peneliti akan lebih menggali makna-makna fanatisme dalam sepak bola yang muncul dari sosok anak kecil. Tanda-tanda yang mucul dari tokoh Will Brennan yang merepresentasikan fanatisme terhadap klub sepak bola Liverpool FC akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini, baik itu dari atribut khas yang digunakan, ekspresi wajah dan perilaku ketika mendukung Liverpool FC hingga latar tokoh tersebut berada. Berdasarkan pada uraian di atas muncul keinginan untuk meneliti tentang penelitian semiotik dengan judul “Analisis Semiotik Tentang Representasi Fanatisme Terhadap Klub Sepak Bola Liverpool FC pada Tokoh Will Brennan dalam Film “Will”.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka, peneliti akan membahas tentang film serta teori-teori pendukung yang mengarah pada inti analisis penggambaran fanatisme dalam film “Will”. Film pada dasarnya memiliki banyak hal yang dapat diteliti, namun dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada tanda-tanda yang muncul dalam film dengan menggunakan analisis semiotik. Analisis Roland Barthes dirasa cocok digunakan dalam penelitian ini untuk memfokuskan penelitian pada satu jalur saja guna memahami konsep denotasi dan konotasi sikap fanatisme tokoh Will pada film “Will”.
Kajian Film Drama Sport
keterpaduan antara berbagai unsur, yaitu unsur sastra, teater, seni, teknologi dan sarana publikasi”. Pada dunia perfilman genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki tokoh atau pola yang sama (khas) seperti setting, isi dan subyek cerita, tema, struktur cerita, aksi atau peristiwa, periode gaya, situasi, ikon, mood, serta tokoh. Menurut Imanjaya (2006, h. 85) dalam bukunya ”A-Z About Film Indonesia” perfilman sendiri terdiri atas beberapa genre, antara lain: genre action, genre komedi, genre horror, dan genre drama. Beberapa film memiliki genre lebih dari satu atau kombinasi genre. Kombinasi genre dalam sebuah film sering diistilahkan genre hibrida (campuran). Seperti halnya dalam film “Will” yang dapat dikategorikan sebagai genre drama sport, karena film ini merupakan campuran dari genre drama dan juga olahraga (sport). Film “Will” masuk
dalam kategori film drama sport karena dalam film tersebut terdapat unsur-unsur drama yang menceritakan tentang kehidupan tokoh utamanya yaitu Will Brennan. Film dengan genre drama sport pada dasarnya sama dengan genre drama secara umum yang dijadikan sebagai landasan, hanya saja realita yang diangkat dari kehidupan merupakan hal-hal yang bersinggungan dengan dunia olahraga.
Sinematografi
Menurut Kamarulzaman (2005, h. 642) dalam Kamus Ilmiah Serapan Bahasa Indonesia, “Sinematografi diartikan sebagai ilmu dan teknik pembuatan film atau ilmu, teknik, dan seni pengambilan gambar film dengan sinematograf”. Sinematografi sendiri memiliki struktur film yang dimana secara fisik sebuah film dapat dipecah menjadi unsur-unsur, yaitu shot, adegan, dan sekuen.
Representasi menurut Piliang (2003, h. 21) merupakan suatu tindakan
yang menghadirkan atau
mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Menurut John Fiske (2004, h. 287), “Representasi adalah sesuatu yang merujuk pada proses dimana realitas disampaikan dalam komunikasi, lewat kata-kata, bunyi, citra, atau kombinasinya”. Simbol-simbol yang mengandung makna dalam film dapat digunakan untuk merepresentasikan konsep. Hal tersebut tentu bermanfaat untuk mencari representasi dari tanda-tanda fanatisme pada diri tokoh Will Brennan dalam film.
Film sebagai bahasa
memberikan tanda-tanda tempat makna diproduksi. Singkatnya citraan visual dalam film merupakan konsep-konsep yang akan dipertukarkan dalam proses representasi. Representasi adalah
konsep yang digunakan merujuk pada proses maupun produk pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia seperti dialog, tulisan, video, film, fotografi dan sebagainya.
Fanatisme
berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu, dalam berfikir dan memutuskan, dalam mempersepsi dan memahami sesuatu.
Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes adalah salah satu tokoh linguistik yang berperan dalam pengembangan semiologi pasca Saussure. Barthes melengkapi tanda linguistik penanda dan petanda dengan menyatakan bahwa semua objek kultural dapat diolah secara tekstual. Semiotika dapat digunakan untuk meneliti berbagai macam teks, seperti film, iklan, fashion, fiksi, puisi, dan drama, dengan begitu analisis semiotik Roland Barthes dirasa sangat cocok guna meneliti tanda-tanda yang muncul pada tokoh Will Brennan dalam film “Will”.
Barthes memiliki sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda, dalam modelnya dua tatanan pertandaan (order of
signification), terdiri dari tatanan pertama (first order) dan tatanan kedua (second order). Barthes menempatkan makna denotasi sebagai tatanan pertama pertandaan, sedangkan konotasi dan mitos sebagai tatanan kedua pertandaan. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode analisis semiotik Roland Barthes, yaitu analisis semiotik menggunakan dua konsep besar yaitu denotatif dan konotatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan paradigma interpretatif.
Objek dari penelitian ini adalah film “Will” yang disutradarai oleh Ellen Perry dengan durasi 97 menit. Penelitian ini berfokus pada deskripsi representasi fanatisme tokoh Will Brennan dalam film tersebut.
menggunakan analisis semiotik Roland Barthes.
Sumber data yang digunakan peneliti adalah sumber data primer. Sumber data primer dari penelitian ini adalah gambar dari film “ Will” (2011) karya Ellen Perry.
Pengumpulan data di penelitian ini menggunakan metode pengamatan film dengan menentukan shot yang dianggap penting dan mampu menonjolkan sikap fanatisme tokoh Will Brennan. Pemaknaan semiotik yang ada dalam shot juga merupakan hal yang penting bagi peneliti, sebab hal itu merupakan aspek yang dapat diaplikasikan dengan analisis semiotik.
Peneliti mengumpulkan data dengan cara menonton film “Will”. Selama menonton peneliti mencatat adegan-adegan yang perlu diteliti sesuai dengan bahan yang diperlukan oleh peneliti. Peneliti juga menyertakan penjelasan teknik pengambilan gambar dari tiap-tiap shot yang diambil, karena
data yang disajikan berasal dari gambar bergerak yang diubah menjadi potongan-potongan gambar. Metode pengumpulan data pada penelitian ini akan difokuskan pada scene, shot, audio, angle, setting, lightning.
Penelitian ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes karena cocok untuk penelitian sebuah film yang lebih menekankan teks sebagai media tanda dengan pemaknaan dua tahap denotasi dan konotasi.
PEMBAHASAN
Representasi Fanatisme Tokoh Will Brennan Ditunjukkan Melalui Scene-scene Kesehariannya di Asrama:
Shot 1
Time : 00:05:37
Shot 2
1. Long Shot Eye Level
Key Lightnin g
2. Medium
Shot EyeLevel KeyLightnin g
Tabel 2. Unit Analisis Penokohan
Mimik Muka Kostum
1. Will nampak
Tabel 3. Unit Analisis Setting
Waktu Tempat Aktivitas Sumber : Data Diolah Peneliti
Analisis Roland Barthes : Denotasi
Pada shot kedua tampak Will dengan ekspresi serius menyatakan Steven Gerrard adalah supernova karena kemampuannya di atas lapangan yang cemerlang dengan diiringi suara backsound seriosa. Supernova sendiri merupakan fenomena alam yang dimana terjadi ledakan pada sebuah bintang di angkasa yang menjadikan bintang tersebut tampak sangat cemerlang. Shot ini menggunakan teknik pengambilan close up bertujuan menonjolkan wajah aktor/aktris secara utuh (Semedhi, 2011, h. 55) untuk menunjukkan bagaimana ekspresi wajah Will saat menyebut Steven Gerrard sebagai supernova. Konotatif
Pada lapis konotatif, arti pengambilan gambar pada shot pertama adalah untuk menunjukkan dekorasi kamar Will yang penuh dengan berbagai macam atribut Liverpool FC. Secara tersirat sutradara ingin menunjukkan bahwa Will merupakan fans Liverpool FC sejati
Selain itu hal tersebut secara tersirat menunjukkan bahwa Steven Gerrard bagi Will merupakan sosok idola atau pahlawan yang dijadikan sebagai panutan dalam hidupnya layaknya anak-anak lain yang memiliki sosok pahlawan dalam hidupnya. Ucapan Will tersebut merupakan salah satu bentuk ungkapan untuk menunjukkan kekaguman yang sering dilakukan oleh para fans kepada pemain sepak bola idolanya. Seringkali fans mendeskripsikan pemain sepak bola idolanya dengan berbagai ungkapan yang mewakili suatu hal yang luar biasa atau fenomena lainnya. Jadi bahasa
yang berbeda sebenarnya
mempengaruhi pemakainya untuk berpikir, melihat lingkungan, dan alam semesta di sekitarnya dengan cara berbeda (Mulyana, 2005, h. 251). Seperti Will yang menyebut Steven Gerrard sebagai supernova di dunia sepak bola, walaupun sebenarnya
supernova merupakan sebuah fenomena luar angkasa.
Hasil Analisis
hal-Secara tidak langsung film ini melalui pesan-pesan yang tampak maupun tersirat telah merubah sudut pandang masyarakat yang selama ini menganggap fanatisme terhadap klub sepak bola adalah perbuatan yang hanya akan berujung kerugian, seperti perkelahian antar supporter dan segala macam kerusuhan. Melalui film ini peneliti melihat representasi fanatisme terhadap klub sepak bola tidak selalu berhubungan dengan hal negatif seperti yang selama ini masyarakat pandang. Fanatisme terhadap sepak bola ternyata juga mampu memberikan dampak positif bagi suporternya apabila disalurkan dengan cara yang positif pula. Seperti halnya dalam film ini yang mencoba memberikan sudut pandang baru tentang representasi fanatisme dengan menampilkan hal positif dari sosok anak kecil bernama Will Brennan. Melalui tokoh Will Brennan fanatisme supporter sepak bola terhadap sebuah
klub mampu memberikan nilai positif berupa motivasi dalam meraih mimpi dan cita-cita.
Kesimpulan
eksplisit adalah penampilan Will Brennan dalam film yang sering menggunakan jersey Liverpool FC.
Secara keseluruhan tanda-tanda yang muncul dalam film ini memperlihatkan dampak positif dari fanatisme, hal ini cenderung berbeda dengan kebanyakan film tentang fanatisme sepak bola lainnya yang lebih menunjukkan dampak negatif dari fanatisme terhadap sepak bola. Artinya, fenomena fanatisme yang muncul dalam masyarakat tidak selalu berhubungan dengan hal yang negatif.
Saran
Peneliti berharap pada penelitian lebih lanjut film “Will” dapat dianalisis menggunakan metode yang berbeda atau metode yang sama namun dengan sudut pandang yang berbeda, sehingga dapat tergali makna yang lebih mendalam dan akan mampu menguak lebih banyak makna-makan serta ideology baru dalam dunia perfilman.
Sehingga nantinya dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai kajian analisis semiotik pada film tentang fanatisme supporter sepak bola. DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Baksin, Askurifai. (2003). Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung : Katarsis.
Barker, Chris. (2004). Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Benthal & Graham. (2003). The Effect of
Sport Setting on Fan Attendance
Motivation. Journal of Sport Behavior, Vol. 26
Cohen, David. (2009). Body Language: Apa yang Perlu Anda Ketahui. Penerjemah: Avin Saputra. Tangerang: Karisma Publishing Group.
Corey, Melinda & George. (2002). The American Film Institute: Desk Reference. New York: Derling Kinderly Publishing, Inc.
Danesi, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Ekman, Paul. (2007). Membaca Emosi Orang. Penerjemah: Abdul Qodir, Yogyakarta: Think. Eriyanto. (2001). Analisis Wacana:
Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS. Fiske, John. (2004). Cultural and
Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Haryatmoko. (2003). Mencari Akar Fanatisme Ideologi, Agama, atau Pemikiran.
Jakarta : Ghalia Indonesia. Imanjaya, Ekky. (2006). A-Z About Kuantitatif. Malang: UIN Press.
Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kumar, Vijaya. (2005). All You Wanted About Body Language (terj.
Oleh Yulita Tirtiseputro). Jakarta: PT BIP.
Liliweri, Alo. (2007). Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta.: LKis. Littlejohn, Stephen W. (2011). Theories
of Human Communication. Tenth Edition. USA: Wadsworth/Thomson
Learning.
Mudjiono, Yoyon. (2011). Kajian Semiotika Dalam Film. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1, No.1
Muhammad, Arni. (2007). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada Press.
McArdle, David. (2000). From Boot Money to Bosman: Football, Society and the Law. London: Cavendish Publishing Limited.
Naratama. (2006). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo. Nierenberg, G. & Calero, H. (2007).
Membaca Pikiran Orang Seperti
Noviani, Ratna. (2002). Jalan Tengah
Memahami Iklan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nugroho, Rizal. (2013). Pemain Kedua
Belas. Yogyakarta. EKSPRESI.
Nurgiyantoro, Burhan. (2000). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Press.
Pease, Allan. (2004). The Definitive Book of Body Languages. Australia: Pease International PTY.LTD.
Pilliang, Yasraf. (2003). Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Bandung: Jalasutra.
Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.
Riper, Van. (2002). Science In Popular Culture: A Reference Guide. Westport:
Greenwood Press.
Sangidu. (2004). Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Gama Media.
Sayuti, Sumito. (2000). Berkenalan Dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. Semedhi, Bambang. (2011).
Sinematografi- Videografi
Suatu Pengantar. Bogor. Analisis Framing. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Supelli, Karlina. (2011). Dari Kosmologi Ke Dialog:
Mengenal Batas
Pengetahuan, Menentang Fanatisme. Jakarta: Mizan Media Utama.
Suptandar, Pamudji. (2007). Sistem Pencahayaan Pada Desain Interior. Jakarta: Universitas Trisakti.