• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Sari Buah Cermai (Phyllanthusacidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks Karet Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Sari Buah Cermai (Phyllanthusacidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks Karet Alam"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika Asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dipantul-pantulkan. Bola ini disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut (Tim Penulis PS, 1999).

Penggumpalan lateks merupakan peristiwa perubahan sol menjadi gel. Proses penggumpalan lateks dapat terjadi dengan sendirinya dan dapat pula karena pengaruh dari luar seperti gaya mekanis (gesekan), listrik, panas, elektrolit, enzim, asam, maupun zat penarik air. Penggumpalan lateks karena pengaruh dari luar dilakukan untuk mempercepat penggumpalan dan untuk memperoleh koagulum karet dengan mutu yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien dan lebih murah. Penggumpalan lateks dengan cara menarik air (dehidrasi) dilakukan dengan menambahkan senyawa yang dapat mengganggu lapisan molekul air yang

mengelilingi partikel karet didalam lateks. Senyawa yang digunakan antara lain alcohol dan aseton. Penggumpalan dengan cara penambahan senyawa penarik air, jarang dilakukan karena karet yang dihasilkan memiliki mutu yang kurang baik (Riset, 2004).

Pada penelitian terdahulu, Khairina safitri telah melakukan penelitian pemanfaatan filtrat belimbing wuluh (Averrhoa Billimbi L) sebagai alternatif koagulan dengan hasil telah memenuhi standar SNI pada uji plastisitas awal (Po) 39,33%, Plastisitas Retensi Index (PRI) 50%, dan kadar abu sebesar 0,16%.

(2)

2

Banyak tanaman di indonesia yang sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat, namun belum dibudidayakan secara khusus. Salah satu diantaranya cermai (Phyllanthus acidus), adalah nama sejenis pohon dengan buahnya banyak sekali. Buah yang masam ini dikenal pula dengan nama-nama lain seperti ceureumoe (Aceh), chermai (Mal.), karmay (Ilokano, Fil.), mayom (Thai.) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dinamai Otaheite gooseberry, Malay gooseberry danbeberapasebutan yang lain.

Peranan pH sangat menekankan mutu karet. Penggumpalan pada pH yang sangat rendah mengakibatkan warna karet semakin gelap dan nilai modulus karet semakin rendah. Sebaliknya keuntungannya, masa pemeraman singkat dan PRI dapat dipertahankan setinggi mungkin. Penambahan elektrolit yang bermuatan positif juga dapat menetralkan muatan negatif dari partikel karet dan mengumpalkan karet (Ompusunggu, M, 1989).

Buah cermai termasuk kategori buah yang asam dengan nilai pH 3,4. Nilai kandungan gizi Buah Ceremai per 100 gram adalah Energi 28 Kkal, Air 91,7 gr, Protein 0,7 gr, Karbohidrat 6,4 gr, Serat Kasar 0,6 gr, Kalsium 5 mg, Fosfor 23 mg, Thiamin 0,4 mg, Riboflavin 0,05 mg, Asam askorbat 8 mg (Budiyanto, 2010). Hal tersebut membuka peluang dalam pemanfaatan buah cermai menjadi produk yang lebih bermanfaat. Salah satu alternatif yaitu dapat menggumpalkan lateks. Berdasarkan hal terebut, penulis ingin melakukan penelitian yang

memanfaatkan sari cermai (Phyllanthus acidus) sebagai bahan penggumpal lateks

dan diharapkan dapat menghasilkan mutu karet yang lebih baik.

1.2. Permasalahan

1. Apakah sari buah cermai dapat digunakan sebagai koagulan lateks

2. Apakah sari buah cermai yang digunakan sebagai koagulan lateks dapat

menghasilkan mutu karet yang memenuhi standar SIR 20

(3)

3

1.3.Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada :

1. Bahan penggumpal yang digunakan adalah sari buah cermai (Phyllanthus

acidus) dengan asam format sebagai pembanding

2. Lateks yang digunakan berasal dari perkebunan karet Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan (STIPAP)

3. Parameter pengujian mutu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

KKK (Dry Rubber Content), Plasticity Retention Index (PRI), dan Kadar

Abu (Ash Content)

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk meneliti apakah sari buah cermai dapat digunakan dalam koagulasi lateks

2. Untuk meneliti mutu karet yang dikoagulasikan dengan sari buah cermai apakah sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yaitu penggunaan sari cermai sebagai koagulan lateks pada karet sehingga menghasilkan mutu karet yang memenuhi standar sehingga dapat digunakan dalam industri.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perkebunan STIPAP di jalan Pancing, Medan dan Laboratorium PT Hadi Baru, Jalan Medan-Binjai KM 16 Diski, Medan.

1.7. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian lateks diambil dari perkebunan karet STIPAP. Kemudian dikoagulasikan dalam mangkok dengan perlakuan penggumpalan sebagai berikut. Penambahan sari buah cermai yang telah diambil sarinya sebagai koagulan dengan variasi volume 5, 10, 15, 20, dan 25 mL masing masing kedalam 100 ml lateks dan juga dengan penambahan asam formiat sebagai kontrol dengan

(4)

4

perlakuan yang sama. Kemudian disimpan selama 10 hari dan setelah itu koagulum digiling dan dikeringkan dengan dryer, lalu dilakukan pengujian kadar karet kering, kadar abu dan uji PRI. Dan variabel variabel yang digunakan dalam penelitian ini :

Variabel bebas : volume koagulan

Variabel terikat : KKK, kadar abu, PRI, dan waktu koagulasi.

Variabel tetap : volume lateks 100 ml, suhu pengeringan, waktu penyimpanan, lama pengeringan, pH penggumpal.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian menunjukkan tingkat penambahan tepung bawang putih sampai level 0,25% dalam ransum ayam pedaging berpengaruh nyata terhadap konversi ransum

JUDUL : NYAMUK WOLBACHIA DISEBAR DI KOTA YOGYA MEDIA : REPUBLIKA. TANGGAL : 19

Celik dkk., (2016), melakukan suatu penelitian untuk mengevaluasi asimetri kondilus dan ramus dalam arah vertikal pada pasien ortodonsia dewasa dengan pola pertumbuhan vertikal

Pepino ungu memiliki khasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung vitamin C yang tinggi dan juga kaya akan antioksidan yang mampu mencegah tubuh

dimodifikasi oleh Kjellberg dkk., adalah dengan menarik garis dari permukaan yang paling lateral pada kondilus mandibula ke ramus ascenden yang ditandai dengan RL (ramus

Bila harga mobil itu mengalami penyusutan 10 % per tahun dari nilai buku, maka besar penyusutan pada tahun ke-3 adalah

Namun, menurut Saparina, dkk (2015) suasana pembelajaran dengan kelas yang menyenangkan sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan otak siswa. Otak adalah salah

Bila titik A didilatasi oleh [C, k] artinya dengan pusat C dan faktor skala k, ba- yangannya adalah G, maka nilai k adalah ….. Koordinat bayangan ketiga titik tersebut oleh