BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Tentang Ekuitas Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengindentifikasikan barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari produk pesaing, lebih lanjut merek sebanarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat.
Merek mengandung janji perusahaan secara konsisten memberikan cirri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena didalamnya tercakup enam pengertian berikut ini (Durianto, 2004)
1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.
2. Manfaat, meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional.
3. Nilai, Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
5. Kepribadian. Merek juga mencermikan kepribadian tertentu. Sering kali produk tertentu menggunakan berpribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menompang merek produknya.
6. Pemakaian. Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. pemakai Mercedes pada umumnya diasosiasikan dengan orang kaya.
2.1.1 Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kesadaran (Awareness) menggambarkan keberadaan merek didalam pikiran konsusmen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam ekuitas merek. Kesadara merek merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jika kesadaran itu sanagat rendah maka hampir dipastiakan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.
Piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut:
1. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
2. Brand Recognition (pengenalan merek) adalah suatu tingkat minimal
kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakuakan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul pada benak konsumen.
4. BTop Of Mind (puncak pikiran) adalah merek disebutkan pertama kali oleh
konsumen atau yang pertama kali muncul pada benak konsumen.
Top of mind Brand Recall Brand recognition Unaware of Brand Sumber : Durianto, 2004
Gambar 2.1. Piramida Kesadaran Merek 2.1.2 Asosiasi Merek (Brand Association)
Merek Durianto (2004), asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatanya mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait dengan merek akan semakin meningkat dan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi satu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam strategi kominikasinya.
Berbagai asiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh merek tersebut.
Asosiasi merek akan menjadi pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas konsumen pada merek tersebut. untuk itu asosiasi merek memiliki fungsi sebagai berikut (Aeker, 1991) :
2. Diffentiate (membedakan)
Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek yang lain.
3. Reason to buy (alasan pembelian)
Asosiasi merek akan membangkitkan suatu atribut produk atau manfaat bagi konsumen yang dapat memberikan alas an spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut.
4. Creative positive attude/feelings (menciptakan sikap atau perasaan positif) Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang pada giliranya merembet ke mrerek yang bersangkutan. Asosiasi-asosia tersebut dapat menciptakan perasaan positif atas dasar pengalaman mereka sebelumnnya serta pengubahan pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain dari pada yang lain.
5. Basis for extensions (landasan perluasan)
Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian anatara merek dan sebuah produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk perluasan tersebut. Menurut Aeker (1991), ada berbagai hal yang dapat menimbulakan asosiasi terhadap suatu produk, hal-hal tersebut sebagai berikut:
1. Product attributes (atribut produk)
4. Relative price (harga relative) 5. Application ( penggunaan)
6. User/custumer ( pengguna/pelanggan) 7. Celebrity/person ( orang terkenal/khalayak) 8. Life style ( gaya hidup/kepribadian)
9. Product class ( kelas produk) 10.Competitors ( para pesaing)
11.Country/geographic area ( Negara/ wilayah geografis) 2.1.3 Persepsi Kualitas (perceived quality)
Menurut Aeker (1991), bahwa persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keselurahan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa pelayanan yang sama dengan maksud yang di harapkannya.
Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas merek. Persepsi kualiatas mempunyai atribut penting yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal seperti:
• Kualitas actual atau obyectif
Perluasan suatu bagian dari produk atau jasa yang memberikan pelayanan lebih baik.
• Kualitas isi produk
Karateristik dan kuantitas unsure, bagian atau pelayanan yang disertakan kialitas proses manu faktur kesesuaian dengan spesifikasi, hasi akhir yang tanpa cacat. Nilai-niali persepsi kualitas dapat di gambarkan dalam bentuk.
Keterbatasan informasi, uang dan waktu membuat keputusan pembelian seorang pelanggan sangat di pengaruhi oleh persepsi kualitas suatu merek yang ada dibenak konsumen, sehingga seringkali keputusan pembelian hanya didasarkan kepada persepsi kualitas dari merek yang akan dibelinya.
• Diferensisasi atau posisi
Salah satu kareteristik yang penting dari merek produk adalah posisinya dalam dimensi persepsi kualitas, apakah merek tersebut merupakan yang terbaik atau sama baiknya dengan merek lain, apakah merek tersebut ekonomis, optimis atau super optimum.
• Harga optimum
Salah satu keuntungan dari persepsi kualitas adalah memberikan rauang pilihan dalam menentukan harga minimum/optimum harga minimum atau optimum dapat meningkatkan laba yang secara langsung dapat meningkatkan probitabilitas.
• Minat saluran distribusi
Persepsi kualitas mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor atau distribusi lainnya. Para pengecer atau para distributor akan termotipasi untuk menjadi penyalur produk atau merek dengan persepsi sosialitas, yang berarti dapat semakin memperluas distribusi dari merek tersebut.
• Perluasan merek
yang kuat dapat digunakan untuk perkenalkan kategori produk baru yang beraneka macam dan akann mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar di bandingkan denagan merek yang mempersepsi kualitasnya rendah, sehingga memungkinkan untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih beasar lagi.
2.1.4 Kepuasan/Loyalitas (Satisfaction/Loyalitas)
Kepuasan adalah pengukuran secara langsunsg bagaimana konsumen tetap loyal kepada suatu merek. Kepuasan terutama menjadi pengukuran di bisnis jasa (seperti perusahaan penyewaan mobil, hotel dan bank ). Sementara itu, loyalitas merupakan hasil kumulasi pengalaman penggunaan produk.
Tingkat loyalitas merek adalah sebagai berikut :
1. Switcher/price buyer ( pembeli yang berpindah-pindah )
Adalah tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasiakan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai.
Sumber : Durianto, 2004
Gambar 2.2. Piramida Loyalitas Merek 2. Habitual buyer ( pembeli yang bersifat kebiasaan )
Adalah pembeli yang tidak mengalami ketidak puasan dalam mengonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya atau pengorbanan lain, jadi, ia membeli suatu merek karena kebiasaan.
3. Satisfied Buyer ( pembeli yang puasa dengan biaya peralihan)
Adalah pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost tindakan peralihan merek terssebut. Biasanya pesaing akan menanggung biaya peralihan harusnya ditanggung pembeli dengan menawarkan manfaat sebagai kompensasi untuk menarik minat pembeli.
Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh merek tersebut. rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan symbol, rangkaian, pengalaman, atau persepsi kualitas yang tinggi.
5. Committed Buyer ( pembeli yang berkomitmen )
Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebangaan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa benarnya penggunanya. Cirri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk mempromosikan/merekomendasikan merek yang ia gunakan kepada orang lain.
Loyalitas merek dapat memberikan nilai kepada perusahaan: 1. Mengurangi biaya pemasaran
2. Meningkatkan perdagangan 3. Menarik konsumen baru
4. Member waktu untuk merespon ancaman persaingan 2.2 Teori Tentang Persepsi Konsumen
Konsumen sering kali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut. memahami persepsi konsumen ini sangat penting para pemasar maupun produsen, karena dua konsumen yang menerima dan memperhatikan suatu stimulus yang sama mungkin akan mengertikan stimulus tersebut berbeda.
pemahaman. Sedangkan persepsi konsumen diartikan sebagai cara pandang seoarang konsumen dalam melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya.
1. Tahap pemaparan
Pemaparan merupaksn tahap pertama dalam membentuk persepsi. Pemaparan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemasar untuk menyampaikan stimulus kepada konsumen. Stimulus ini bisa berbentuk iklan, kemasan, merek atau hadiah yang secara langsung akan dirasakan oleh konsumen melalui satu atau lebih panca indranya.
2. Tahap perhatian
Tidak semua stimulus yang dipaparkan oleh produsen akan diterima dan diperhatikan oleh konsumen untuk kemudian diolah menjadi informasi. Hal ini terjadi karena keterbatasan konsumen dalam mengolah semua stimulus yang di terimanya. Ada dua factor yang mempengaruhi perhatian konsumen pada stimulus yang diterimanya yaitu factor pribadi yang berupa kareteristik konsumen itu sendiri dan factor kedua adalah factor stimulus yang diantaranya berupa ukuran stimulus, besar, intensitas, kontras, posisi, petunjuk.
3. Tahap pemahaman
melakukan pengelompokkan stimulus sehingga memandangnya sebagai suatu kesatuan.
Setelah melalui tahap persepsin yaitu pemaparan, perhatian dan pemahaman maka tahap pengolahan informasi selanjutnya adalah tahap penerimaan dan retensi. Tahap ini akan menghasilkan cerita (image) suatu produk yang nantinya akan disimpan dalam memori jangka panjang dan akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus baru.
2.2.1 Pengetahuan Konsumen
Pengetahuan konsumen penting untuk di pahami karena apa yang dibeli, berapa banyak yang di beli, di mana membeli dan kapan membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut. dan pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk.
Menurut Sumarwan (2002), pengetahuan konsumen adalah “Semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait denagan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen”.
Pengetahuan konsumen terbagi kedalam tiga macam :
1. Pengetahuan produk
2. Pengetahuan pembelian
Pengetahuan pembelian meliputi pengetahuan tentang toko,lokasi produk di dalam took,penempatan produk di dalam toko.
3. Pengetahuan pemakaian
Pengetahuan pemakaian merupakan informasi tentang cara konsumsi suatu produk dengan benar agar konsumen tidak salah dalam mengkonsumsi produk tersebut sehingga produk dapat berfungsidengan baik.
2.2.2. Kepuasan Konsumen
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya di peroleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut.
Tabel 2.1
Dimensi Kualitas Pelayanan / Jasa dan Produk Dimensi Kualitas Pelayanan / Jasa
1. Sarana Fisik (tangibles) 2. Keandalan (reliability) 3. Responsif (responsiveness) 4. Meyakinkan (assurance) 5. Menaruh Perhatian (emphaty)
4. Usia Produk (durability) 5. Pelayanan (serviceability) 6. Estetika (aesthetics)
7. Persepsi Kualitas (perceived quality) Sumber : Minor dan Mowen (1998)
Menurut Sumarwan (2002), kinerja produk dibagi menjadi tiga macam kategori (product performance) :
1. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkannya, sehingga konsumen akan merasa puas.
2. Produk berfungsi seperti yang diharapkan, sehingga konsumen tidak merasa puas maupun kecewa akan tetapi memiliki perasaan netral. 3. Produk tidak berfungsi seperti yang diharapkan, sehingga konsumen
merasa tidak puas.
Fungsi produk sebenarnya adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk tersebut, dimana didalam mengevaluasinnya konsumen akan menilai berbagai atribut seperti yang dijelaskan oleh Tabel 2.1.
2.2.3 Loyalitas Konsumen
Menurut Sumarwan (2002) loyalitas merek diartikan “Sikap positif konsumen terhadap suatu merek, konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli uang merek yang sama pada saat sekarang maupun masa dating”.
Loyalitas konsumen terhadap merek sangat terkait dengan kepuasan konsumen. Semakin puas seorang konsumen terhadap suatu merek, akan semakin loyal terhadap merek tersebut, namun sering kali merek bukan disebabkan oleh kepuasan konsumen, tetapi karena keterbatasan dan ketiadaan pilihan. Contoh pada pelayanan PLN.
Mowen dan Miror (1998) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan dalam memahami loyalitas merek yaitu :
1. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku melihat bloyalitas merek berdasarkan pada pembelian merek. Metode ini menanyakan kepada konsumen mengenai pembelian produk selama periode tertentu, kemudian dicatat berapa kali suatu merek dibeli. Loyalitas merek ditentukan berdasarkan proporsi dari merek yang dibeli dibandingkan dengan jumlah pembelian.
2. Pendekatan sikap
komitmen merek, yaitu kedekatan emosional dan psikologis seorang konsumen terhadap suatu produk.
2.3 Pengertian Pendapatan
Dalam mengukur kondisi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatannya, pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.
Denagan kata lain pendapatan juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik atau pun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau tempat ia bekerja. Setiap orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Maksud utama para tenaga kerja yang bersedia melakukan pekerjaan tersebut adalah untuk mendapatkan yang cukup baginya dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidupnya atau pun rumah tangganya, maka kehidupan yang sejahtera akan tercapai.
Menurut kamus ekonomi, pendapatan adalah berhubungan dengan pendapatan pemerintah dari pihak, bea impor dan sebagainya.
Dan istilah ini juga di terapakan terhadap pendapatan perusahaan dan pendapatan individu-individu.
dan laba termasuk juga beragam tunjangan”. Sedangkan menurut Suyanto (2000:8) mendefenisikan pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan factor produksi yang dimiliki. Sumber pendapatan tersebut meliputi:
1. Sewa kekeyaan yang digunakan oleh orang lain, misalnya menyewakan tanah, rumah dan lain-lain.
2. Upah atau gaji karena bekerja dengan orang lain atau pun menjadi pegawai Negri.
3. Bunga karena menanamkan modal di bank ataupun perusahaan, misalnya mendepositokan uang di bank dan membeli saham.
4. Hasil dari wiraswasta, misalnya berdagang, beternak, mendirikan perusahaan ataupun bertani.
lain anak selalu dirundung kesedihan anak sehingga anak merasa minder dengan anak yang lainnya, hal ini juga pasti akan menganggu belajar anak”.
Pada abad ke-20, gagasan yang berkenen dengan pendapatan diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks.
Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah sebagai serangkaian kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda yaitu :
1. Kenikmatan pendapatan psikis 2. Pendapatan rill
3. Pendapatan uang (Richard G.Schrooder,Levi’s D.MC.Cullers,1987,hal 74) Pendapatan Psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh dikonsumsi oleh orang yang menciptakan kesenangan psikis dan kepuasan kebutuhan. Pendapatan psikis merupakan konsep psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung namun dapat ditaksir oleh pendapatan rill. Sedangkan pendapatan rill adalah ekspansi kejadian yang menimbulkan kenikmatan psikis.
Pendapatan ini diukur dengan biaya hidup. Dengan kata lain kepuasan yang diciptakan oleh kenikmatan psikis dari keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan untuk perolehan barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi. Jadi pendapatan psikis, pendapatan rill dan biaya hidup merupakan tiga tahapm yang berbeda bagi pendapatan.
baik yang berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi atau tidak, yang dapat diukur dengan uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan pada suatu keluarga dalam satu bulan.
2.5 Teori Permintaan
Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh konsumen, pada berbagai tingkat harga, dan pada waktu tertentu.
Pada setiap kegiatan transaksi dalam perekonomian pastinya akan terdapat dua aspek yang saling berhubungan, yaitu permintaan (Demand) dan penawaran (Supply). Harga barang dan kuantitas barang atau jasa yang saling mempengaruhi. Permintaan dan penawaran akan saling bertemu dan akan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang).
2.4.1 Pengertian Permintaan
Menurut Gilarso (2007), dalam ilmu ekonomi istilah permintaan (demand) mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang yang akan dibeli orang dan harga barang tersebut. permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Permintaan adalah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga.
2.4.2 Jenis-jenis Permintaan 1. Berdasarkan daya beli
• Permintaan efektif, yaitu permintaan terhadap barang atau jasa yang
disertai daya beli dan melakukan transaksi
• Permintaan potensial, yaitu permintaan terhadap barang atau jasa yang disertai daya beli tetapi konsumen masih mempertimbangkan transaksinya (belum dilakukan transaksi)
• Permintaan absolute, yaitu permintaan terhadap barang/jasa yang tidak
disertai daya beli
2. Berdasarkan jumlah yang melakukan permintaan
• Permintaan individu adalah permintaan seseorang terhadap barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
• Permintaan kelompok adalah permintaan dari sekelompok orang atau masyarakat pada saat yang bersamaan (penjumlahan permintaan individu) 2.4.3 Hukum Permintaan
“semkin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang tersedia diminta. Dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit
jumlah barang yang bersedia diminta”.
Pada hokum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hokum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau factor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap).
Hokum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa:
“Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik, maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apa bila harga barang turun maka jumlah barang yang diminta akan meningkat”.
Hokum permintaan menyatakan bahwa harga sebuah barang meningkat, kualitas (jumlah) uang diminta akan turun, sebaliknya jumlah (kuantitas) barang yang diminta naik, jika harga sebuah barang mengalami penurunan. Dalam hal ini kuantitas yang diminta berhubungan negative dengan harga barang. Hokum yang berlaku dalam ekonomi tidaklah berlaku mutlak tetapi bersifat cetris paribus.
2.4.4 Fungsi Permintaan
disebut dengan fungsi permintaan Marshallian. Fungsi ini pertama kali dikenal kan oleh ekonom inggris Alfred Marshal pada tahun 1980 dan menganggap bahwa pendapatan konsumen konstan. Fungsi permintaan lain dapat diturunkan dengan menerapkan teori dualitas, yaitu meminimumkan output pada tingkat pengeluaran tetap.
Permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan factor-faktor yang memengaruhinya disebut fungsi permintaan. Fungsi permintaan menghubungkan antara variable bebas dengan variable tida bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat disusun sebagai berikit:
Dx = f ( Px, Py, Y, T, N ) dimana : Dx = permintaan akan barang x Px = harga barang x
Py = harga barang y Y = pendapatan per kapita T = selera
N = jumlah penduduk
semakin tinggi harga suatu barang sedikit permintaan atas barang tersebut (Firdaus, 2008).
2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan (Demand)
Menurut Daniel (2004), permintaan dipengaruhi oleh beberapa factor yang antara lain adalah harga barang yang bersangkutan , harga barang subsitusi atau komplemennya, seleara, jumlah penduduk, dan tingakat pendapatan.
Hal-hal yang mempengaruhi tingkat permintaan (Demand), individu antara barang dan jasa antara lain sebagai berikut:
1. Harga Barang Itu Sendiri
Hubungan harga dengan permintaan adalah hubungan yang negative. Haraga barang akan mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Artinya bila satu naik maka yang lainya akan turun dan begitu juga sebaliknya jika harga turun maka jumlah barang akan meningkat. Semua ini berlaku dengan catatan factor lain yang mempengaruhi jumlah permintaan dianggap tetap.
2. Harga Barang Lain Atau Subsitusin (Mengganti)
Apabial keduanya dipake dengan cara bersamaan sehingga dengan demikian bila salah satu dari harga tersebut naik, pada umumnya akan mempengaruhi banyak konsumsi barang komplemenya. Barang indepanden adalah barang yang tidak mempengaruhi oleh harga barng yang lain.
3. Harga Barang Komplementer (Pelengkap)
Barang pelengkap juga dapat mempengaruhi permintaan barang dan jasa. Misalnya sepeda motor, barang komplementernya bensin. Apabila harga bensin naik, maka kencenderunagan orang untuk memnbeli sepeda motor akan turun, begitu juga sebaliknya.
4. Jumlah Pendapatan
Semakin banyaknya jumlah penduduk semakin besar pulak barang yang dikonsumsi dan makin naik permintaan. Penambahan jumlah penduduk mengartikan adanya perubahan struktur umum. Dengan demikian, bertambahnya jumlah penduduk dalah tidak proposionar dengan pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi.
Pertumbuhan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi.
Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi tidak hanya bertambah kualitasnya, tetapi njumlah kualitasnya akan juga meningkat.
pendapatan turun, maka kemampuan akan membeli barang akan turun. Akaibatnya jumlah barang akan turun. Misalnya pendapatan dari ibu tya dari hasil dagang minggu pertama Rp. 200.000,00 hanya dapat untuk membeli kopi 20Kg. tetapi ketika hasil dagang minggu kedua Rp.400.000,00 ibu tya dapat membeli kopi sebanyak 40K g.
5 Selera Konsumen
Selera merupakan variable yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja dipengaruhi oleh struktur umum konsumen, tetapi juga karena factor adat dan kebiasaan setempat, tingkat pendidikan, atau lainnya.
Selera konsumen terhadap barang dan jasa dapat memengaruhi jumlah barang yang diminta. Jika selra konsumen terhadap barang tertentu meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat pula. Misalnya, sekarang ini banyak yang mencari hand phone yang dilengkapi fasilitas music dan game, karena selera konsumen akan barang tersebut tinggi maka permintaan akan hand phone yang dilengkapi music dan game akan meningkat.
6. Intensitas Kebutuhan Konsumen
semakin meningkat. Konsumen akan bersedia membeli jas hujan hingga Rp.25.000,00 walaupun kenyataanya harga jas hujan Rp.15.000,00.
7. Perkiraan Harga Pada Masa Depan
Apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan naik maka konsumen cenderung menambah jumlah barang yang dibeli karena ada kekhawatiran harga akan semakin mahal. Sebaliknya apabila konsumen memperkirakan bahwa harga akan turun, maka konsumen cenderung mengurangi jumlah barang yang dibeli. Misalnya ada dugaan kenaikan harga bahan bakar minyak mengakibatkan banyak konsumen antri di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) untuk mendapatkan bensin atau solar yang lebih banyak. 8. Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk akan mempengaruhi jumlah barang yangh diminta. Jika jumlah penduduk dalam suatu wilayahb bertambah banyak, maka barang yang diminta akan meningkat.
Semakin banyaknya jumlah penduduk makin besar pula barang yang dikonsumsi dan makin naik permintaan. Penambahan jumlah penduduk mengartikan adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian, bertambahnya jumlah penduduk adalah tidak proporsinal dengan pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi.
2.4.6 Kurva Permintaan
sering kali digabung dengan kurva penawaran untuk memperkirakan titik ekuilibrium (saat jumlah penawaran dan permintaan sama).
Menurut Hariyati (2007), kurva permintaan adalah kurva yang menghubungkan antara harga barang (ceteris paribus) dengan jumlah barang yang diminta. Kurva permintaan menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu, ceteri paribus (keadaan lain tetap sama). Kurva permintaan menggambarkan harga maksimum yang konsumen bersedia bayarkan untuk barang bermacam-macam jumlahnya per unit waktu. Konsumen tidak tersedia membayar pada harga yang lebih tinggi untuk sejumlah tertentu, tetapi pada jumlah yang sama konsumen bersedia membayar dengan harga yang sama konsumen bersedia membayar dengan harga yang lebih rendah. Konsep ini disebut dengan kesediaan maksimum konsumen mau bayar atau willingness to pay.
Kenaikan harga produk (ceteris paribus) akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang diminta yang berarti terjadi berpindahan disepanjang kurva permintaan. Perubahan variable non harga akan menyebabkan pergeseran kurva permintaan, atau menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta pada tingkat harga tertentu. Factor-faktor yang menyebabkan pergeseran permintaan diantaranya adalah perubahan pendapatan, harga barang lain dan jumlah populasi.
2.4.7 Pergeseran Kurva Permintaan
Gambar 2.4 Pergeseran Kurva Harga
Pergeseran kurva permintaan disebabkan oleh berbagai factor selain harga
produk tersebut. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan
pendapatan dapat mengubah jumlah permintaan akan barang serta dapat
menggeser kurva permintaan.
2.5 Hubungan Antara Pengaruh Variabel Pendapatan Terhadap Permintaan Masyarakat
mengkomodasikan konsumen yang menginginkan BBM yang memiliki Ron lebih tinggi dibandingkan Premium Ron 88, tetapi tidak sanggup membeli Pertamax.
Pendapatan Menurut (Situmorang, 2009) adalah sebagai seluruh penerimaan seseorang atas tenaga/pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau badan/organisasi baik dalam bentuk uang, sumber daya alam, maupun fasilitas dalam jangka waktu tertentu. Dengan meningkatnya pendapatan seseorang akan lebih memudahkan dalam memilih bahan bakar minyak (BBM) yang ya kehendaki.
2.5.1 Hubungan Antara Pengaruh Variabel Harga Premium Dengan Permintaan Maysarakat
Banyaknya factor yang mempengaruhi permintaan BBM diantaranya: harga, harga adalah (Menurut Simamura, 2001:31), sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memenuhi suatau peroduk. Dengan demikian, harga suatu barang atau jasa merupakan penentu bagi permintaan pasarnya. Harga juga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan juga mempengaruhi market share-nya bagi perusahaan harga tersebut akan memberikan hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih.
Walaupun banyak permintaan bahan bakar minyak atau (BBM) lainnya seperti Pertalite dan Pertamax yang memiliki oktan yang lebih tinggi dibandingkan Premium, tetapi tidak semua masyarakat memilih bahan bakar minyak atau (BBM) yang beroktan tinggi, mereka kerap memilih bahan bakar minyak (BBM) Premium sebagai bahan bakar mereka, dimana bagi mereka harga Premium jauh lebih murah dibandingkan bahan bakar minyak lainya, dikarenakan Premium sendiri lebih banyak diminati masyarakat justru alasan mereka memilih premium karena murah meskin ron premium hanya 88,tiidak dipengaruhi oleh kendaran mereka justru itu lebih bagus tidak membebani masyarakat yang menengah kebawah.
2.5.2 Hubungan Antara Pengaruh Variabel Harga Pertamax Dengan Permintaan Maysarakat
Seprti kita ketahui bahwa harga adalah salah satu factor dalam memilih BBM, diataranya harga. Harga adalah (menurut Tjiptono,2005), satuan moneter atau ukuran lainya termasuk barang dan jasa lainya yang ditukarkan agar memperoleh hak atau kepemilikan pengguna suatu barang dan jasa berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga merupakan keseluruhan nilai suatu barang maupun jasa yang diberikan dalam bentuk uang. Selain itu harga adalah segala sesuatu atau nilai yang ditetapkan bagi “Sesuatu”.
yang tinggi maka pertamax bisa menerima tekanan pada mesi berkompresi tinggi, sehingga dapat bekerja yang optimal pada gerakan piston.
2.5.3 Hubungan Antara Pengaruh Variabel Harga Pertalite Dengan Permintaan Maysarakat
Banyaknya yang mempengaruhi permintaan BBM diantaranya harga adalah (Menurut Simamura, 2001:31), sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memenuhi suatau peroduk. Dengan demikian, harga suatu barang atau jasa merupakan penentu bagi permintaan pasarnya. Harga juga dapat mempengaruhi posisi persaingan perusahaan dan juga mempengaruhi market share-nya bagi perusahaan harga tersebut akan memberikan hasil dengan menciptakan sejumlah pendapatan dan keuntungan bersih.
Permintaan masyarakat dalam memilih harga Pertalite karena melihat dari kualitas dan harganya sedangkan Pertalite memiliki keunggulan yang lebih yaitu konsumsi bahan bakar yang irit, akselarasi yang cepat, gas buang yang lebih rendah. Sedangkan Premium memiliki Oktan yang lebih rendah sehingga membuat konsumsi bahan bakar tidak irit dan tarikan gas yang berat. sehingga Masyarakat cenderung memilih BBM Pertalite dari pada BBM Premium, dan harganya tidak jauh beda dengan Pertalite.
dan kualitas Pertalite dengan Pertamax tidak jauh beda sehingga masyarakat tetap memilih Pertalite.
2.6 Penelitian Terdahulu
1. Rames Simanullang (2008) dengan judul “Analisis Jumlah Permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Jenis Premium Di Sumatera Utara” yang menyatakan bahwa harga premium berpengaruh harga negative terhadap permintaan premium, sedangkan harga solar, harga premix, PDRB dan jumlah kendaraan bermotor memiliki pengaruh positif terhadap BBM jenis premium.
2. Parulian Simanjuntak (2009) dengan judul “Implementasi Teori Permintaan Pada Fungsi Permintaan BBM Di Sumatera Utara” yang menyatakan bahwa harga premium, harga solar, harga premix, jumlah kendaraan bermotor dan PDRB tidak berpengaruh nyata pada permintaan
jumlah premium di sumatera utara pada α = 5%. Dengan demikian
hipotesis ditolak. Sementara koefisien regresi telah sesuai dengan latar belakang teoritis yang telah diuraikan sehingga secara ekonomi, hasil estimasi bermakna.
2.7 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu gambaran umum mengenai hubungan antara variable-variabel yang terdapat dalam suatu penelitian. Kerangka konseptual penelitian menunjukkan hubungan antara tingkat pendapatan, jumlah yang dibeli dan harga sebagai variable bebas yang akan berpengaruh pada permintaan BBM.
Hubungan antara variable ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan BBM pertalite.
2. Harga premium berpengaruh negative terhadap permintaan BBM pertalite.
3. Harga pertamax berpengaruh negative terhadap permintaan BBM pertalite.
Harga Pertalite Pendapatan Harga Premium Harga Pertamax
t