BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tanaman Tebu, Sei Semayang dengan ketinggian tempat(± 50 meter diatas permukaan laut). Penelitian dilakukan dari bulan April 2017 sampai Mei 2017. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pias starter telur C.cephalonica yang sudah terparasit Trichogramma spp., pias C.cephalonica yang
belum terparasit Trichogramma spp., kertas karton berwarna biru, kertas label, kertas buram, karet gelang, lem povinal, plastik es ganepo, kertas millimeter, kapas, klorofoam, sunlight dan sebagainya.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi (25 cm x 6 cm), kain hitam, keranjang, lampu UV 36 watt, kotak penyinaran UV, kuas, stapler, pisau mini, kain serbet, lup cahaya, botol kocok, nampan, lemari kaca dan sebagainya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, yaitu :
Faktor I (perbandingan jumlah pias starter dengan jumlah pias inang) : P0 = 1 : 6 (starter : pias telur C. cephalonica)
P1 = 1 : 7 (starter : pias telur C. cephalonica) P2 = 1 : 8 (starter : pias telur C. cephalonica) P3 = 1 : 9 (starter : pias telur C. cephalonica)
Faktor II (lama penyinaran) : T0 = 15 menit
T1 = 25 menit T2 = 35 menit
Banyaknya ulangan yang akan dilakukan : (t-1) (r-1) ≥ 15
(11) (r-1) ≥ 15
Model Linear yang diasumsikan untuk Rancangan Acak Lengkap : Yij = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ɛ(ij)
Ɛij : efek sebenarnya unit eksperimen ke-i disebabkan oleh kombinasi perlakuan ij
Pelaksanaan Penelitian
Penyediaan koloni C. cephalonica
Pias starter diperoleh dari Laboratorium Riset dan Pengembangan
Tanaman Tebu, Sei Semayang PTPN II. Dari hasil pemanenan telur C. cephalonica berumur ≤ 24 jam diperoleh telur C. cephalonica sebagai telur
inang alternatif, lalu dipindahkan kedalam kertas karton berwarna biru berukuran
Penyinaran pias telur inang
Setelah tersedianya bahan pias inang maka dilakukanlah penyinaran ultra violet (UV) terhadap pias telur inang sebelum dipindahkan kedalam tabung aplikasi.
Pengaplikasian
Pias starter dimasukkan ke dalam tabung reaksi (diameter 6 cm, tinggi 25 cm) yang terpisah, ditunggu selama 1 hari sampai Trichogramma spp.menetas. Segera dimasukkan pias C. cephalonica (inang) yang sudah disinari UV 36 wattke dalam tabung reaksi yang berisi Trichogramma spp.sesuai dengan masing-masing perlakuan.
Pengamatan
C. cephalonica (inang) yang telah terparasitisasi Trichogramma spp.yang
ditandai dengan berwarna hitam danpersentase telur C. cephalonica yang tidak terparasit menetas menjadi larva diamati selama 3 hari ( hari ke 2, 3, 4 HSA). Lama muncul (hari) parasitoid Trichogramma spp.dari telur C. cephalonica yang terparasit dari tiap perlakuan dan persentase telur C. cephalonica yang terparasit muncul menjadi imago parasitoid Trichogramma spp.diamati selama 4 hari (hari ke 5, 6, 7, 8 HSA).
Peubah Amatan
Persentase parasitasi Trichogramma spp. spp
Pengamatan dilakukan setelah C. chepalonica terparasitisasi Trichogramma spp.yang ditandai dengan berwarna hitam.
P(par) = a x 100% a+b
Dimana :
P(par) = Persentase parasitasi
a = Jumlah telur yang terparasit tiap perlakuan b = Total telur dalam tiap perlakuan
Persentase telur Corcyra cephalonicaStainton. yang tidak terparasitisasi
menetas menjadi larva
Pengamatan dilakukan setelah selesai menghitung jumlah telur yang sudah terparasit, sehingga diperoleh hasil yang tidak terparasit.
Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
P(par) = a
x 100% a+b
Dimana :
P(larva)= Persentase telur C. cephalonica yang tidak terparasit menetas menjadi larva
a = Jumlah larva yang muncul b = Total telur yang tidak terparasit
Lama muncul (hari) parasitoid Trichogramma spp. dari telurC. cephalonica
yang terparasit dari tiap perlakuan
dipindahkan ke tabung yang baru dan bersih untuk tempat perkembangan sampai telur tersebut menetas.
Persentase telur CorcyracephalonicaStainton. yang terparasit muncul menjadi
imago parasitoid Trichogramma spp.
Imago yang muncul di bius dengan menggunakan kloroform untuk membuat parasitoid tetap utuh dalam bentuknya, sehingga dapat mempermudah perhitungan manual jumlah imagonya. Perhitugan dilakukan dengan menggunakan kertas millimeter dengan acuan 1 kotak 1x1 mm dalam kertas millimeter berisikan 4 ekor parasitoid Trichogrammaspp. Setelah didapatkan jumlah imago kemudian dimasukkan kedalam perhitungan, yaitu :
Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
P(par) = a
x 100% a+b
Dimana :
P(telur)= Persentase penetasan telur C. cephalonica yang terparasit a = Jumlah imago yang muncul
b = Total telur yang terparasit
Analisis data: Persentase parasitisasi Trichogramma spp., persentase telur C. cephalonica yang tidak terparasitisasi menetas menjadi larva,Lamamuncul
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase parasitisasi Trichogramma
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan jumlah pias starter (Trichogrammaspp.) dengan pias telur inang alternatif (C. cephalonica) serta lama penyinaran berpengaruh nyata terhadap persentase parasitisasi Trichogramma terhadap pias inang (C. cephalonica) (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase Parasitisasi (%) pada perbandingan jumlah pias starter dengan jumlah pias inang
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test 5%
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan perbandingan jumlah pias starter dengan jumlah pias inang berbeda nyata terhadap persentase parasitisasi. Persentase tertinggi (0,481) terdapat pada perlakuan 1 : 9 sedangkan yang terendah (0,238) terdapat pada perlakuan 1 : 6. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan jumlah pias starter untuk memarasit jumlah pias inang bergantung dari batas kemampuan parasitoid betina Trichogramma. Kegiatan oviposisi parsitoid betina Trichogramma dalam memarasit telur C. cephalonica adalah 15-30 kali per imago betina. Hal ini didukung oleh pernyataan Corrigan & Laing (1994) bahwa kemampuan reproduksi Trichogramma sp. dapat meningkat atau mengalami penurunan sesuai dengan jenis inang dan jumlah betina dan jantan pada imago Trichogramma sp. Sex ratio dari parasitoid Trichogramma adalah 1 : 2 (jantan : betina) sehingga memungkinkan pada saat percobaan jumlah imago betina atau jumlah jantan lebih dominan.
parasitisasi dapat diketahui pada saat telur inang telah berubah warna menjadi coklat kehitaman yang menandakan telur inang telah terparasitisasi. Pada 3 hsa biasanya semua telur yang telah terparasitisasi akan tampak sehingga memungkinkan perhitungan yang optimal dibandingkan 4-5 hsa dimana pada kedua hari tersebut munculnya telur yang terparasitisasi tidak optimal lagi.
Tabel 2. Persentase Parasitisasi (%) pada berbagai lama penyinaran
Lama Penyinaran Hsa
1 2 3 4
15 menit 0 0,009 0,316 b 0,931
25 menit 0 0,007 0,322 b 0,938
35 menit 0 0,010 0,341 a 0,920
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test 5%
Pada Tabel 2 diketahui bahwa pada 1 hsa tingkat persentase parasitisasi masih 0%. Hal ini disebabkan karena pada 1 hsa belum tampaknya perubahan warna terhadap telur inang (coklat kehitaman) akibat dari parasitisasi yang dilakukan parasitoid Trichogramma. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herlinda (2002) yang menyatakan bahwa perubahan warna akibat proses parasitisasi adalah berubahnya warna telur inang menjadi coklat kehitaman.
memasuki instar 3 dan siap menjadi pupa di dalam telur inang sehingga ketika memasuki hari ke empat perubahan warna sudah tidak begitu drastis.
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa persentase parasitisasi tertinggi (0,341) terdapat pada perlakuan 35 menit sedangkan terendah (0,322) dan (0,316) terdapat pada perlakuan 25 menit dan 15 menit. Hal ini membuktikan bahwa penyinaran yang cukup akan memberikan nutrisi yang cukup bagi larva Trichogramma selama proses perkembangbiakan. Kebutuhan nutrisi sangat bergantung kepada
lama penyinaran karena dapat menimbulkan telur menetas menjadi larva C. cephalonica jika kekurangan penyinaran atau kekeringan jika kelebihan
penyinaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Li (1994) yang menyatakan bahwa kebutuhan nutrisi dalam perkembangbiakan massal dari telur inang alternatif (C. cephalonica) tidak sesuai dengan kebutuhan Trichogramma untuk berkembang yang dipengaruhi oleh lama penyinaran yang kurang dan berlebihan. Akibat dari kurangnya lama penyinaran menyebabkan embrio berkembang lebih cepat daripada parasitoid Trichogramma dan berlebihnya penyinaran yang diberikan dapat merusak telur inang menjadi lebih pucat, kering dan mudah pecah Tabel 3. Persentase Parasitisasi (%) pada interaksi perbandingan jumlah pias
starter dengan jumlah pias inang, serta lama penyinaran Interaksi perbandingan jumlah pias starter
1 : 8 (35 menit) 0 0,011 0,318 d 0,910 1 : 9 (35 menit) 0 0,010 0,541 a 0,911 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test 5%
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa interaksi pada 1 hsa adalah 0%. Hal ini menunjukkan bahwa belum terdapat telur inang yang tampak telah terparasitisasi (berwarna coklat kehitaman). Hal ini didukung oleh pernyataan Metcalf dan Breniere (1969), pada saat larva mencapai instar tiga, telur inang (sebagai media hidup larva parasitoid) akan berubah warna menjadi hitam karena terbentuknyabutiran- butiran pada permukaan dalam khorion. Perubahan ini merupakan cirikhas dari telur yang terparasit oleh Trichogramma. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Setiati et al. (2016) yang menyatakan bahwa perkembangan larva Trichogramma di dalam telur inang akan memberikan efek warna coklat kehitaman yang menandakan bahwa telur inang tersebut telah terparasitisasi.
Dari Tabel 3 diketahui bahwa interaksi tertinggi (0,541) terdapat pada perlakuan 1 : 9 (35 menit). Hal ini membuktikan bahwa perbandingan jumlah pias starter dengan jumlas pias inang serta lama penyinaran sudah termasuk efisien. Hal ini didukung oleh pernyataan Rauf (2000) menyatakan bahwa parasitisasi Trichogamma sp. dengan tingkat parasitasi 50,4% hingga 94,8% termasuk tingkat
Dari tabel 3 diketahui bahwa interaksi terendah (0,232) terdapat pada perlakuan 1 : 6 (35 menit). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pias inang yang terlalu sedikit tidak memiliki kerapatan yang padat sehingga pengaruh lama penyinaran yang 35 menit mengakibatkan telur inang kering dan pecah. Hal ini didukung oleh pernyataan Pabbage dan Tandiabang (2011) gangguan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ruang gerak parasitoid tersebut dalam tabung reaksi terbatas dan letak antara kelompok telur inang saling berdekatan sehingga inang tidak terparasit semuanya. Telur inang yang tidak terparasit bisa menjadi larva instar-1 dan bisa menjadi telur busuk atau telur yang tidak berkembang menjadi parasitoid atau larvapenggerek instar-1. Hal yang sama juga didukung oleh Godfray (1994) yang menyatakan bahwa Imago betina hanya akan meletakkan telur pada telur inang yang dianggap layak untuk perkembangan keturunannya. Kualitas telur inang yang kurang baik menyebabkan imago betina enggan meletakkan telur didalamnya sehingga persentase parasitisasi rendah.
Persentase Larva Yang Muncul (%)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa persentase larva yang muncul (%) berpengaruh nyata terhadap berbagai lama penyinaran (Tabel 4). Tabel 4. Persentase Larva Yang Muncul (%) pada berbagai lama penyinaran
Lama Penyinaran 5 hsa
15 menit 0,477 a
25 menit 0,345 a
35 menit 0,194 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test 5%
menit. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian lampu UV 36 watt lebih tinggi dari pada umumnya tetapi tingginya intensitas penyinaran mempengaruhi terbunuhnya embrio dari dalam telur inang yang akan memperhambat sistem metabolismenya . Hal ini didukung oleh Herlinda (2002) yang menyatakan bahwa terbunuhnya embrioC. cephalonica menyebabkan telur yangdiletakkan oleh Trichogramma tidak ada saingan, dan larvanya dapat tumbuh dengan baik.Hal ini tercermin darilebihtingginyatingkat parasitisasi dan persentase imago munculdaritelurinang yangdisinar denganUV dibandingkandenganyangtidakdisinar.
Dari hasil pengamatan diketahui persentase larva yang muncul terendah (0,194) terdapat pada perlakuan 35 menit. Hal ini akan menguntungkan proses pembiakan massal Trichogramma karena telur yang telah teraprasitisasi tidak ada yang mengganggu perkembangannya. Hal ini didukung oleh penyataan Herlinda (2002) yang menyatakan bahwa apabila telurC. cephalonica tidak diradiasi dengan UV menghasilkan persentasepenetasan telur 99,67%. Persentase penetasan yang tinggi ini menyebabkanpembiakan massal parasitoid menjadi tidak efektif dan efisien. Larva C. cephalonica yang terbentuk dapat menurunkan jumlah telur terparasit (4.38%) dan imago parasitoid yangterbentuk (56.44%) karena larva C. cephalonica memakan telur yang terparasit tersebut.Selain itu, banyaknya larva C. cephalonica yang terbentuk harus dibuang setiap harisehingga adapenambahantenagakerja dalamproses pembiakanmassal.
Tandlabang (2011) yang menyatakan bahwa gangguan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaituruang gerak parasitoid tersebut dalam tabung reaksi terbatas dan letak antara kelompok telur inang saling berdekatan sehingga inang tidak terparasit semuanya. Telur inang yang tidak terparasit bisa menjadi larva instar-1 dan bisa menjaditelur busuk atau telur yang tidak berkembang menjadi parasitoid atau larvapenggerek instar-1.
Persentase Imago Yang Menetas (%)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa persentase imago yang menetas (%) berpengaruh nyata terhadap berbagai lama penyinaran (Tabel 5). Tabel 5. Persentase imago yang menetas (%) pada berbagai lama penyinaran
Lama Penyinaran 8 hsa
15 menit 0,92 b
25 menit 0,97 a
35 menit 0,86 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple Range Test 5%
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa persentase imago yang menetas tertinggi (0,97) terdapat pada perlakuan 25 menit. Hal ini menunjukkan bahwa nutrisi pada perlakuan tersebut sangat ideal bagi proses perkembangan larva Trcihogramma karena lama penyinaran yang diberikan tidak merusak nutrisi dari
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada perlakuan 35 menit adalah yang terendah (0,86). Penyinaran yang berlebihan akan mengakibatkan telur tipis, mudah pecah dan kandungan nutrisinya kering sehingga telur mudah untuk diparasitisasi tetapi tidak bisa bertahan dalam proses perkembangbiakannya. Hal ini didukung oleh Agritech (2012) yang menyatakan bahwa lama penyinaran mempengaruhi kualitas telur inang sehingga perlu diberikannya waktu yang sesuai dengan kebutuhan saja serta disesuaikan juga dengan intensitas lampu UV yang digunakan.
Lama Muncul (hari) Imago Trichogramma
Lama munculnya imago dipengaruhi oleh kondisi ruangan yang ideal sesuai kriteria pada umumnya dalam melakukan pembiakan massal Trichogramma. Hal ini didukung oleh pernyataan Yunus (2005) yang menyatakan
bahwa kriteria Laboratorium dalam pembiakan massal Trcihogramma harus memenuhi beberapa faktor yaitu : suhu ruangan, kelembapan ruangan, intensitas cahaya matahari, dan lainnya.
Tabel 6. Lama munculnya imago Trichogramma dari telur inang yang terparasit
Perlakuan Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa lama munculnya imago terjadi pada hari ke 2 dan hari ke 3. Pada umumnya imago akan menetas pada hari ke 3 atau 8 hsa (hari setelah aplikasi) karena menurut panjang siklusnya pada hari ke 8 imago akan menetas. Hal ini sesuai dengan literatur Yunus (2005) yang menyatakan bahwa siklus hidup parasitoid ini sangat pendek yaitu 8-9 hari. Hal tersebut sangat menguntungkan untuk digunakan sebagai agensia hayati dalam mengendalikan hamaC. sacchariphagus.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Persentase parasitisasi tertinggi (0,481) terdapat pada perlakuan 1 : 9 sedangkan yang terendah (0,238) terdapat pada perlakuan 1 : 6.
2. Perbandingan jumlah pias starter dengan jumlah pias inang serta lama penyinaran berpengaruh sangat nyata terhadap persentase parasitisasi.
3. Lama penyinaran yang efektif terhadap pembiakan massal Trichogramma di Laboratorium adalah 25 menit, dikarenakan dapat menekan persentase larva yang muncul dan menaikkan tingkat persentase parasitisasi serta persentase imago yang menetas.
4. Interaksi tertinggi (0,541) terdapat pada perlakuan 1 : 9 (35 menit) sedangkan yang terendah (0,232) terdapat pada perlakuan 1 : 6 (35 menit).
5. Larva yang muncul terendah (0,194) pada perlakuan 35 menit tetapi berbanding terbalik dengan jumlah imago yang menetas (0,86) yang merupakan terendah karena penyinaran yang terlalu lama akan menyebabkan telur tipis, mudah pecah, dan kekeringan nutrisi sehingga perkembangan larva Trichogramma tidak bertahan lama.
Saran