• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012037 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012037 Full text"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIAL MEDIA INSTAGRAM

OLEH

KEMBAREN DIANELIA R.S 802012037

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program StudiPsikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Kembaren Dianelia R.S

NIM : 802012037

Program studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen SatyaWacana Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN NARSISISTIK PADA PENGGUNA JEJARING

SOSIAL MEDIA INSTAGRAM

Yang dibimbing oleh:

Krismi D. Ambarwati, M.Psi.

Adalah benar-benar hasil karyas aya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar sertas imbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 28 November 2016 Yang member pernyataan,

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN NARSISISTIK PADA PENGGUNA JEJARING

SOSIAL MEDIA INSTAGRAM

Oleh

Kembaren Dianelia R. S. 802012037

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 6 Desember 2016

Oleh:

Pembimbing

Krismi D. Ambarwati, M.Psi

Diketahui oleh,

Kaprogdi

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Disahkan oleh,

Dekan

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN KECENDERUNGAN

NARSISISTIK PADA PENGGUNA JEJARING

SOSIAL MEDIA INSTAGRAM

Kembaren Dianelia R. S. Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian dengan kecenderungan

narsisistik pada pengguna jejaring sosial instagram. Populasi dalam penelitian ini adalah

pengguna jejaring sosial instagram minimal selama 6 bulan yaitu individu berusia 18-24

tahun, memiliki jumlah foto dalam akun instagram pribadi minimal 90 foto, aktif dalam

mengakses akun instagram dengan rata-rata akses 1-2 hari sekali. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling dengan partisipan sebanyak 65 partisipan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada UCLA Loneliness Scale Version 3 (Russell, 1996) dan Narcissistic Personality Inventory 40 Item (Raskin & Terry 1988). Untuk menghitung korelasi antara kesepian dan

kecenderungan narsisistik, digunakan Pearson’s Product Moment. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan

narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram (r=-0,080; p>0,05).

(9)

ii Abstract

This study aims to investigate the relationship of loneliness with narcissistic tendencies on social networking users instagram. The population in this study is the social network Instagram for at least 6 months, ie individuals aged 18-24 years, has a number of photos on instagram account at least 90 photos, enhance access instagram account access with an average of 1-2 days. Snowball sampling is used in this study, with the participation of 65 participants. Measuring instrument used in this study refers to the UCLA Loneliness Scale Version 3 (Russell, 1996), and the Narcissistic Personality Inventory Item 40 (Raskin & Terry 1988) Pearson's Product Moment is used to calculate the correlation between loneliness and narcissistic tendencies. The results from of this study indicate that there is: that there was no relationship between loneliness with narcissistic tendencies on instagram users of social networking media (r = -0.080 p> 0.05)

(10)

1

PENDAHULUAN

Dewasa ini, teknologi digital telah berkembang begitu pesat, bukan hanya

penemuan-penemuan alat hardware baru namun juga perkembangan software yang dibuat untuk membantu dari aktivitas kerja sampai untuk hiburan bagi manusia.

Aplikasi yang menggunakan jaringan internet sebagai basis utamanya ini dimanfaatkan

oleh berbagai pihak dengan rentang usia yang beragam tidak menjadi halangan untuk

mempermudah komunikasi dan kelancaran informasi. Kemudahan dalam menggunakan

internet berupa mencari informasi seperti tempat wisata, instansi, idola, mempermudah

untuk berbelanja dan berjualan banyak individu menggunakan shopping secara online, mencari hiburan melalui game online atau website yang menyediakan artikel-artikel, komik, video, bahkan film secara online, dan mempermudah dalam menjalin komunikasi dengan menggunakan jejaring sosial media.

Dalam penelitian terbaru, Pew Research Center menemukan bahwa sebanyak 91% dari pemilik smartphone usia 18-29 tahun menggunakan jejaring sosial di

smartphone mereka setidaknya sekali selama rentang waktu studi (dalam jurnal) berjalan, dibandingkan dengan 55% dari mereka yang berumur 50 dan lebih tua (Smith,

2015). Menurut survey yang dilakukan Marketeers (2013) hampir 70% pengguna

internet remaja menghabiskan lebih dari 3 jam sehari menggunakan internet. Tiga hal

utama yang dilakukan netizen (masyarakat pengguna internet) adalah mengakses media sosial (94%), mencari info (64%), dan membuka email (60,2%) dan menurut survei yang dilakukan oleh Pew Internet & American Life Project menyatakan, 54% pengguna internet punya kebiasaan mengunggah potret dirinya ke jejaring sosial yang dimiliki

(11)

sosial media adalah blogger, tumblr, my space, facebook, twitter, path, snapchat, friendster, instagram, dan lain sebagainya.

Salah satu layanan jejaring sosial media yang lebih memfokuskan penggunanya

untuk mengambil dan meng-upload foto adalah instagram. Namun tidak hanya untuk meng-upload foto, instagram juga memungkinkan penggunanya untuk menggunakan filter digital agar foto terlihat lebih menarik, menggunakan fitur share location guna memberikan informasi kepada followers (pengikutnya) mengenai lokasi foto tersebut diambil dan memungkinkan penggunanya meng-upload video berdurasi 60 detik yang bisa dilihat langsung oleh para followers (pengikutnya). Jika foto atau video menarik menurut pengguna yang menjadi follower, pengguna instagram lainnya dapat memberikan komentar dan memberi tanda suka (like) kepada foto atau video tersebut dan akan muncul pada search pengguna lain sehingga foto atau video tersebut tersebar semakin luas dan followers menjadi bertambah. Instagram sendiri memiliki 400 juta pengguna aktif bulanan, rata-rata pengguna instagram menghasilkan 150 juta foto per

bulan dan 800 juta foto serta video dipublikasikan setiap hari (CNN, 2016).

Perusahaan instagram mengungkapkan sejumlah fakta menarik mengenai

aktivitas pengguna instagram di Indonesia, sebanyak 59% pengguna instagram berusia

18-24 tahun, 30% berusia 25-34 tahun, dan 11% berusia 34-55 tahun (CNN, 2016).

Usia merupakan salah satu penentu yang kuat dari frekuensi dan kualitas penggunaan

jejaring sosial media. Grant (dalam Mazman & Uzluel, 2011) mengatakan bahwa

jejaring sosial media sebagian besar digunakan oleh remaja dan dewasa awal sebagai

penghubung kepribadian mereka untuk ditunjukkan kepada teman-teman mereka dan

dunia mengenai siapa diri mereka, apa yang mereka pedulikan dan dengan siapa mereka

(12)

dapat menarik minat pengguna jejaring sosial media.

Para pengguna jejaring sosial media melihat bahwa dengan adanya fungsi

instagram yang dapat menjadi media untuk berbagi foto dan video membuat instagram

semakin lekat dengan kehidupan para penggunanya. Hal ini membuat pengguna

instagram merasa harus membagi setiap aspek yang berkaitan dengan kehidupan

individu tersebut termasuk pemikiran, perasaan yang sedang dirasakan, setiap

pengalaman yang baik atau buruk, benda-benda yang dimiliki, tempat yang sedang

dikunjungi, makanan atau minuman yang dikonsumsi bahkan pakaian yang sedang

dikenakan ke dalam jejaring sosial instagramnya. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Hu, Manikondha dan Kambhampati (2014) terdapat 8 kategori foto favorit di

instagram yaitu kategori foto selfie, teman, makanan, gadget, captioned photo (gambar dengan kata-kata), hewan, aktivitas, dan fashion. Beberapa individu sering menggunakan jejaring sosial media untuk memperlihatkan versi ideal dari diri atau

kehidupan mereka, cenderung lebih menekankan pada hal-hal yang positif dan

meminimalisir yang negatif. Ini bukan hanya membuat mereka “menipu” orang lain,

tetapi juga “menipu” diri mereka sendiri (Austin, 2013). Hal ini juga didukung oleh

Puspitasari (2016) yang menyatakan hal-hal yang ditampilkan pada lingkungan adalah

sisi baik individu.

Pada dasarnya, kecenderungan individu untuk memperlihatkan versi ideal

kehidupan melalui fotografi maupun video berhubungan dengan adanya kecenderungan

narsisistik pada diri individu tersebut. Narsisistik adalah sifat kepribadian yang

(13)

meninggi pada sifat-sifat tertentu seperti inteligensi, kekuatan, dan daya tarik diri

(Buffardi & Campbel, 2008). Raskin & Terry (dalam Winardi & Permana, 2015)

menjelaskan narsisistik berkembang dalam lingkungan yang memberikan penghargaan

karena adanya perhatian positif dari individu lain kepada individu yang narsisistik. Adi

dan Yudiati (2009) menambahkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan individu

dikatakan cenderung narsisistik ketika seseorang tersebut cenderung pamer akan

kelebihan-kelebihannya dengan memposting hal-hal mengenai diri nya sendiri pada akunnya dan enggan berbagi tips-tips bahkan ketika orang lain meminta bantuan.

Perempuan yang narsisistik cenderung lebih mengarah kepada masalah body image agar merasa unggul dan mendapat kekaguman dari orang lain. Mereka memamerkan

keindahan fisik dan seksualitas untuk mendapatkan kekaguman dari laki-laki.

Sedangkan, laki-laki yang narsisistik biasanya lebih berfokus pada inteligensi, kekuatan

(power), agresi, uang dan status sosial untuk memenuhi rasa keunggulan dari citra diri mereka yang salah (Goodman & Leff, 2012).

Seorang remaja bernama Lavish Param memamerkan foto-foto kekayaan yang

dimilikinya seperti tidur-tiduran dengan tumpukan uang ribuan dollar, membuang uang

sebanyak $ 4000, memamerkan tas-tas branded dengan status “orang bekerja sampai siang, namun hanya mendapatkan separuh dari harga tas ini” (Vemale, 2013).Bahkan

demi mendapatkan foto-foto yang dapat dipamerkan dalam akun sosial media individu

tidak ragu untuk melakukan hal ekstrim hingga merenggut nyawa. Seperti berita yang

dimuat dalam Liputan 6 (2015) seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

terjatuh pada saat melakukan selfie di atas Puncak Garuda Gunung Merapi. Erry Yunanto berumur 21 tahun diketahui terpeleset ke dalam kawah sedalam 100-200 meter

(14)

Isabella Fracchlolla kehilangan nyawanya saat ingin berfoto selfie dari tebing di pinggir pantai laut Tarato. Isabella diketahui tengah mencari lokasi yang bagus agar ia

mendapatkan hasil yang bagus saat berfoto selfie, namun terjatuh dari ketinggian 18 meter dan meninggal dunia.

Hidayati (2010) mengatakan bahwa motivasi individu menggunakan sosial

media adalah untuk menjalin komunikasi dengan orang lain dan akan merasakan

kepuasan ketika melakukannya secara terus menerus. Rinjani dan Firmanto (2013)

menambahkan individu yang meng-upload foto dan video dapat memenuhi kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain, karena dengan instagram individu dapat

berkoneksi dengan jejaring sosial yang luas dan dapat membuat individu tersebut

semakin dikenal oleh individu lain. Hal itu didukung dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Aryaguna (dalam Puspitasari, 2016) bahwa adanya like dan komentar yang diberikan oleh pengguna instagram yang lain dapat menimbulkan rasa

mendapatkan dukungan emosional dan psikologis sehingga individu terdorong untuk

semakin meng-upload foto dan video dalam akun instagramnya. Bergman (2011) mengatakan bahwa individu percaya bahwa individu lain yang berada di sosial media

tertarik dengan kehidupan mereka sehingga hal tersebut menjadi suatu dorongan untuk

meng-upload foto-foto mereka sendiri yang mengarah pada kecenderungan narsisistik di sosial media.

Terdapat penelitian yang menemukan bahwa komunikasi secara online memiliki potensi untuk meningkatkan dukungan sosial dan harga diri sekaligus mengurangi

kesepian dan depresi (Shaw & Gant, 2002). Hal ini sependapat dengan Sundar ( dalam

Pittman & Reich, 2016) bahwa instagram memberikan penurunan yang signifikan

(15)

dapat meng-upload foto atau video sesuai dengan yang diinginkan dengan harapan agar orang lain memberikan tanda suka (like) atau komentar yang ada di bawah foto atau video, ini menunjukkan bahwa keberadaan individu tersebut diterima dalam lingkungan

sosial (Puspitasari, 2016), sehingga membuat indvidu meng-upload terus menerus foto atau video ke instagram.

Hasil riset yang dilakukan oleh Sadikides, et al (2004) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi narsisistik adalah kesepian. Penelitian yang dilakukan oleh Adi dan

Yudianti (2009) juga menemukan bahwa kesepian menjadi salah satu faktor dari

kecenderungan narsisistik. Kim, LaRose dan Peng (2009) mengatakan individu

kesepian memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi untuk melakukan interaksi sosial

melalui media sosial. Hal ini juga didukung oleh Bian dan Leung (2015) yang

mengungkap bahwa semakin tinggi tingkat kesepian maka semakin tinggi

kecenderungan seseorang akan ketagihan pada penggunaan smartphone, termasuk pada penggunaan aplikasi media sosial. Kim, LaRose & Peng (2009) menjelaskan lebih

lanjut individu yang kesepian merasa mereka dapat berinteraksi dan mengekspresikan

diri lebih baik pada sosial media daripada di dunia nyata, hal ini yang membuat

kesepian dapat meningkatkan interaksi sosial individu di media sosial. Ryan dan Xenos

(2001) menambahkan bahwa individu yang kesepian cenderung menghabiskan lebih

banyak waktu di sosial media (facebook).

Kesepian adalah perasaan emosi yang dirasakan ketika individu beranggapan

bahwa kehidupan sosialnya lebih kecil daripada apa yang mereka inginkan, atau ketika

individu merasa tidak puas dengan kehidupan sosialnya menurut Peplau dan Perlman

(dalam Oguz & Cakir, 2014). Hal ini serupa dengan Russell (1996) yang mengatakan

(16)

pada kehidupan di lingkungannya. Kesepian juga dapat menyerang individu setiap saat,

tanpa memilih tempat atau keadaan.Individu dalam sebuah keramaian dapat mengalami

kesepian karena merasa terasing, individu tersebut merasa tidak terpenuhi kebutuhan

sosialnya meskipun dikelilingi orang banyak (Graham, 1995). Russell (1996)

menyatakan karakteristik individu yang kesepian adalah akan cepat marah, lebih suka

menyendiri, dan tidak bisa bergaul dengan orang lain dilingkungan sekitarnya atau

kaku. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Mental Health Foundation 48% remaja di Inggris percaya bahwa orang Inggris merasa kesepian seiring dengan

berjalannya waktu, 45% melaporkan merasa kesepian setidaknya beberapa kali dalam

satu waktu dan 42% merasa tertekan karena sendirian (Griffin, 2010).

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlina (2015) menemukan bahwa

adanya hubungan negatif antara kesepian dengan narsisme, sehingga semakin kesepian

pengguna path maka semakin tidak narsisme. Kemudian penelitian yang dilakukan Ryan dan Xenos (2011) mengenai hubungan antara big five, rasa malu, narsisistik, kesepian dan penggunaan facebook menemukan bahwa individu yang menggunakan

facebook cenderung lebih membuka diri dan narsisistik namun kurang berhati-hati dan mengalami kesepian dalam hubungan sosial dibanding dengan bukan pengguna

facebook.

Berdasarkan penjelasan fenomena di atas dan pro kontra yang terjadi pada

penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Apakah ada hubungan

kesepian dengan kecenderungan narsisistik pada pengguna jejaring sosial media

(17)

Hipotesis

Ada hubungan positif yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan

narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode

korelasional dan ingin mengukur korelasi antara kesepian dengan kecenderungan

narsisistik pada mahasiswa UKSW.

Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X) : Kesepian

2. Variabel terikat (Y) : Kecenderungan Narsisistik

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah dewasa awal, sampel dalam penelitian ini

diambil dari seluruh populasi yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian yaitu

individu berusia 18-24 tahun, memiliki akun instagram pribadi dan telah bergabung

selama 6 bulan atau lebih, memiliki jumlah foto dalam akun instagram pribadi 90 foto

atau lebih, aktif dalam mengakses akun instagram (meng-upload foto atau video, memberikan tanda suka, memberikan komentar, memeriksa pemberitahuan, mengakses

halaman depan atau explore) dengan rata-rata akses 1-2 hari sekali (Rahmanita, 2015).

(18)

penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar (Sugiyono,

2012). Selanjutnya diperoleh sampel sebanyak 65 orang.

Alat Ukur Penelitian

a. NPI-40 Item (Narcissistic Personality Inventory 40 Item)

NPI-40 Item adalah skala pengukuran narsisistik yang dikembangkan oleh

Raskin dan Terry (1988). Kemudian, dalam skala ini terdiri dari 40 item yang

masing-masing item memiliki 2 pernyataan yaitu pernyataan respon narsisistik dan respon tidak

narsisistik. Setiap pernyataan yang sesuai dengan kunci jawaban dalam alat ukur akan

diberikan skor 1 sedangkan yang tidak akan diberikan skor 0.

Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala NPI-40

sebanyak tiga kali putaran, yaitu terdiri dari 40 item, diperoleh item yang gugur

sebanyak 25 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,237-0,404.

Menurut Thorndike et al (1991), koefisien korelasi yang mencapai ≥ 0.20 daya

pembedanya dianggap memuaskan.

Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik koefisien

Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala NPI-40 item sebesar 0,713. Hal ini berarti skala NPI-40 itemreliabel.

Tabel 1. Reliabilitas Skala NPI-40 item Cronbach's

Alpha

N of Items

,713 15

b. UCLA Loneliness Scale Version 3

(19)

favourable dan 11 item unfavorable. UCLA Loneliness Scale dibuat dalam bentuk skala

likert dengan 4 pilihan alternatif respon yaitu pernyataan SS diberi skor 4, jawaban S diberi skor 3, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1.

Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala UCLA

Loneliness sebanyak dua kali putaran, yaitu terdiri dari 20 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 2 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara

0,202-0,602. Menurut Thorndike et al (1991), koefisien korelasi yang mencapai ≥ 0.20 daya

pembedanya dianggap memuaskan.

Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik koefisien

Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala UCLA Loneliness item sebesar 0,807. Hal ini berarti skala UCLA Loneliness itemreliabel.

Tabel 2. . Reliabilitas Skala UCLA Loneliness Cronbach's

Alpha

N of Items

,807 18

HASIL PENELITIAN Uji Asumsi

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara kesepian dengan kecenderungan

narsisistik. Namun, sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti melakukan uji asumsi

terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non-parametrik yang

(20)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data suatu penelitian berdistribusi

normal atau tidak. Dalam pengujian ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan menggunakan SPSS.v 21.0, dengan hasil seperti tabel

Kolmogorov-Smirnov Z ,929 ,744

Asymp. Sig. (2-tailed) ,353 ,637

a. Test distribution is Normal.

Dalam hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa variabel kesepian memiliki

koefisien Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,929 dengan probabilitas (p) atau

siginifikansi sebesar 0,353, sedangkan variabel narsisistik memiliki koefisien

Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,744 dengan probabilitas (p) atau siginifikansi sebesar

0,637. Dengan demikian, variabel kesepian dengan kecenderungan narsisistik memiliki

data yang berdistribusi normal (p>0,05).

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan

dengan variabel terikat atau tidak. Perhitungan uji linearitas dilakukan dengan

(21)

Tabel 2.1 Uji Linearitas

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hasil uji linearitas menunjukkan

adanya hubungan yang linear antara kesepian dengan kecenderungan narsisistik

pada mahasiswa yang menggunakan instagram dengan linearity sebesar Fhitung = 0,347 dengan nilai signifikansi sebesar 0,559 (p>0.05).

Analisis Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal dan standar

deviasi sebagai hasil pengukuran skala kesepian dan skala kecenderungan narsisistik:

Tabel 3.1 Deskriptif Statistika

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kesepian 65 19 45 28,71 5,379

Narsisistik 65 0 20 10,12 3,740

(22)

Berdasarkan tabel 3.1, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala kesepian

paling rendah adalah 19 dan paling tinggi adalah 45, rata-ratanya adalah 28,71 dengan

standar deviasi 5,379. Begitu juga skala kecenderungan narsisistik paling rendah adalah

-0 dan skor paling tinggi adalah 2-0, rata-ratanya adalah 10,12 dengan standar deviasi

3,740.

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kesepian

digunakan empat (4) kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.

Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah empat. Maka skor maksimum yang

diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 4 x 18 item

= 72. Kemudian skor minimum diperoleh dengan cara mengalikan skor terendah dengan

jumlah soal yaitu 1 x 18 item = 18.

Tabel 4.1 Tabel Kategorisasi Kesepian Pada Pengguna Jejaring Sosial Media Instagram

X= Skor Kecenderungan Narsisistik

Hasil analisis deskriptif pada tabel diatas menunjukkan kesepian pada pengguna jejaring

sosial media instagram cenderung berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata

32,02.

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kesepian

(23)

Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah dua. Maka skor maksimum yang

diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal yaitu 1 x 15 item

= 15. Kemudian skor minimum diperoleh dengan cara mengalikan skor terendah dengan

jumlah soal yaitu 0 x 15 item = 0.

Tabel 5.1 Tabel Kategorisasi Kecenderungan Narsisistik Pada Pengguna Jejaring Sosial Media Instagram

No Interval Kategorisasi Mean F %

1 11,25 ≤ X ≤

15 Sangat Tinggi 5 7,69%

2 7,5 ≤ X <

11,25 Tinggi 25 38,46%

3 3,75 ≤ X < 7,5 Rendah 7,14 29 44,62%

4 0 ≤ X < 3,75 Sangat Rendah 6 9,23%

Jumlah 65 100%

X= Skor Kecenderungan Narsisistik

Hasil analisis deskriptif pada tabel diatas menunjukkan kecenderungan narsisistik pada

pengguna jejaring sosial media instagram cenderung berada pada kategori rendah

dengan nilai rata-rata 7,14.

Uji Korelasi

Berdasarkan hasil uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang

diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitiannya yang linear.

Kemudian untuk uji korelasi menggunakan Pearson Product Moment, yang mana untuk mengetahui arah korelasi kedua variabel dan juga arah korelasi antara kesepian dengan

(24)

Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi antara Kesepian dengan Kecenderungan Narsisistik.

Kesepian Narsisistik

Kesepian

Pearson Correlation 1 -,080

Sig. (1-tailed) ,264

N 65 65

Narsisistik

Pearson Correlation -,080 1

Sig. (1-tailed) ,264

N 65 65

Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara persepsi mengenai kesepian dengan

kecenderungan narsisistik, sebesar -0,080 dengan signifikansi = 0,264 (p>0,05). Hal ini

menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan

narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan kesepian dengan

kecenderungan narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram, didapatkan

hasil uji perhitungan korelasi bahwa kedua variabel memiliki (r) sebesar -0,080 dengan

signifikansi sebesar 0,264 (p>0,05) yang berarti kedua variabel yaitu kesepian dengan

kecenderungan narsisistik tidak memiliki hubungan. Hal ini berarti H1 ditolak, H0

diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kesepian pengguna jejaring

sosial media instagram tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya kecenderungan

narsisistik. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Sundar ( dalam

Pittman & Reich, 2016) yang menyatakan instagram memberikan penurunan yang

(25)

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa subjek penelitian mengalami kesepian

yang rendah yaitu sebanyak 31 subjek (47,69%). Namun, tidak berhubungan dengan

kecenderungan narsisistik walaupun dalam analisis deskriptif kecenderungan narsisistik

memiliki kategorisasi rendah yaitu sebanyak 29 subjek (44,62%) dan juga tinggi

sebanyak 25 subjek (38,46%). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang

mempengaruhi kecenderungan narsisistik. Raskin & Terry (dalam Winardi & Permana,

2015) mengatakan narsisistik berkembang dalam lingkungan yang memberikan

penghargaan karena adanya perhatian positif dari individu lain kepada individu yang

narsisistik.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Yudiati (2009) menambahkan

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan individu dikatakan cenderung narsisistik

ketika seseorang tersebut cenderung pamer akan kelebihan-kelebihannya dengan

memposting hal-hal mengenai diri nya sendiri pada akunnya. Hasil penelitian Campbell

(2000) mengatakan bahwa kecenderungan narsisistik justru sebagai alat untuk menutupi

kelemahan dan kekurangannya, yakni harga diri yang rendah.

Adapun faktor-faktor lain yang memengaruhi kecenderungan narsisistik di sosial

media berdasarkan hasil penelitian dari Sedikirdes, et al (2004) yang menyatakan seperti

Self-esteem (Harga Diri), seseorang yang mengalami ketidakstabilan dalam faktor self-esteem dan sangat bergantung pada interaksi sosial. Depression (Depresi) berfikiran negatif akan diri sendiri, lingkungan dan masa depan juga mengalami rasa bersalah dan

(26)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Mengacu pada hasil penelitian yang didapatkan, maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara kesepian dengan kecenderungan

narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram (r= -0,080 ; p>0,05).

Saran

Adapun saran yang diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian sebagai

berikut:

1. Bagi Pengguna Jejaring Sosial Media Instagram

a. Diharapkan pengguna jejaring sosial media instagram dapat

mempertahankan interaksi sosial dengan individu lain di dunia nyata

sehingga tetap merasa puas dengan kondisi sosialnya untuk mengantisipasi

meningkatnya kesepian.

b. Diharapkan pengguna jejaring sosial media instagram lebih memfokuskan

postingan pada akun pribadi bukan untuk menunjukkan kelebihan diri (foto selfie, benda-benda mahal dll), mengharapkan pujian dari individu lain,

namun dapat memposting foto atau video yang dapat bermanfaat bagi individu lain.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melihat faktor lain sebagai prediktor yang

dapat memengaruhi kecenderungan narsisistik seperti harga diri, depresi dan

(27)

DAFTAR PUSTAKA :

Adi, P.S. & Yudiati, M.E.A. (2009). Harga Diri dan Kecenderungan Narsisme Pada Pengguna Friendster. Skripsi. Semarang: Universitas Katolis Soegijapranata. Austin, M. W. (2013). Self-Deception and Social Media. Retrieved (2013 Mei, 6)

from:http://www.psychologytoday.com/blog/ethics-everyone/201305/ self-deception-and-social-media.

Bergman, S. M., Fearrington, Matthew, E., Devenport, Shaun W., & Bergman, J. Z. (2011). Millennials, narcissim, and social networking: What narcissists do on social networking sites and why. Personality and Individual Differences, 50, 706-711.

Bian, M, & Leung, L. (2015). Linking loneliness, shyness, smartphone addiction symptoms, and patterns of smartphone use to social capital. Social science computer review 2015, 33,61-79.

Buffardi. L. E. & Campbell, W.K. (2008). Narcissism and Social Networking Web Sites. Personality and Social Psychology Bulletin, 34,1303-130.

Campbell, W.K. (2000). Narcissism and comparative self-enhancement strategies.

Journal of Research inPersonality, 34, 235-243.

CNN Indonesia. (2016, Januari 18). Retrieved August 24,2016, from: http://www.cnnindonesia.com /teknologi/20160118150454-188-105071/fakta-menarik-pengguna-instagram-di-indonesia/

Erlina.(2015). Hubungan Antara Kesepian dengan Narsisme Pada Pengguna Path.

Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi, Universitas Muhammdiyah Malang.

Graham, B. (1995). Kesepian: Bagaimana cara menyembuhkannya? Sukses dan Prestasi: Rahasia Pembaharuan Diri. 4,11-17.

Griffin, J. (2010). The lonely society? London: Mental Health Foundation.

Hu, Y., Manikonda, L., & Kambhampati, S. (2014). What we instagram: A first analysis of instagram photo content and user types. In Proceedings of the 8th International Conference on Weblogs and Social Media, ICWSM 2014, 595-598.

Kim, J., LaRose, R., & Peng, Wei. (2009). The Relationship between Internet Use and Psychological Well-Being. Rapid Communication, 12, 451-452.

Kompas. (2013, December 12). Retrieved August 24, 2016, from: http://health.kompas.com

/read/2013/12/18/1151301/Apa.Kata.Psikolog.soal.Foto.Narsis.di.Jejaring.Sosial. Leung, L. (2011). Loneliness, social support, and preference for online

(28)

Liputan 6. (2015, Mei 18).Retrieved August 24,2016, from:http://citizen6.liputan6.com/read/2234137/tragis-6-kisah-selfie-berujung-maut.

Marketeers. (2013, October 30). MarkPlus Insight: Pengguna Internet Indonesia 74 Juta di Tahun 2013. Jakarta, Jakarta, Indonesia.

Mazman, S. G. & Usluel, Y.K. (2011). Gender Differences in Using Social Networks.TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, 10, 133-137.

Oguz, E. & Cakir, O. (2014). Relationship between The Levels of Loneliness and Internet Addiction. Anthropologist, 18,183-189.

Pittman, & Reich. (2016). Social media and loneliness: Why an Instagram picture may be worth more than a thousand Twitter words. Journal Elsevier, 62, 155-167. Puspitasari.(2016). Kebutuhan yang Mendorong Remaja untuk Mem-posting Foto atau

Video Pribadi dalam Instagram. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 5,1. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Rahmaniati. (2015). Perbedaan Kecenderungan Narsistik Antara Laki-Laki Dan Perempuan Pengguna Jejaring Sosial Instagram. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Rinjani, Hefrina & Ari, Firmanto.(2013). Kebutuhan Afiliasi dengan Intensitas Mengakses Facebook Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 1, 75-84. Russell, D. W. (1996). UCLA Loneliness Scale (Version 3): Reliability, Validity, and

Factor Structure. Lawrence Erlbaum Associates, 66, 20-40.

Ryan, T. & Xenos, S. (2011).Who uses Facebook? An investigation into the relationship between the Big Five, shyness, narcissism, loneliness, and Facebook usage. Journal Elsevier, 27, 1658-1664.

Sadikides, C., Gregg, A.P., Rudich, E.A., Kumashiro, M., & Rusbult, C. (2004). Are Normal Narcissists Psychologically Healthy.Self-Esteem Matters. Journal of Personality and Social Psychology, 87, 400 – 416.

Shaw, L. H., & Gant, L. M. (2002). In defense of the Internet: The Relationship Between Internet Communication and Depression, Loneliness, Self-Esteem, andperceived social support. CyberPsychology & Behavior, 5, 157-171.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Thorndike, R.M., Cunningham, G.K., Thorndike, R.L., & Hagen, E.P. (1991).

(29)

Vemale. (2013, Mei 7) Retrieved August 24, 2016. from:

http://www.vemale.com/ragam/21924-lagi-lagi-remaja-pamer-kekayaan-di-instagram-dan-bikin-heboh-dunia-maya.html.

Gambar

Tabel 1. Reliabilitas Skala NPI-40 item
Tabel 2. . Reliabilitas Skala UCLA Loneliness
Tabel 1.1 Uji Normalitas
Tabel 3.1 Deskriptif Statistika
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dengan teknik observatif yang bertujuan mendeskripsikan adanya protozoa ektoparasit yang ditemukan pada udang Vaname di

Fungsi penting sebuah transistor adalah kemampuannya untuk menggunakan sinyal yang sangat kecil yang masuk dari satu terminal transistor tersebut untuk

Berdasarkan penjabaran hubungan pada masing-masing pola asuh orang tua ternyata pola asuh yang paling baik digunakan adalah pola asuh induction karena memiliki

Perambatan retak: pada tahapan ini, retak yang terjadi pada permukaan akan merambat ke arah dalam akibat pembebanan fluktuatif.. Seberapa cepat perambatan retak tergantung

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Infeksi Cacing Nematoda pada Saluran Pencernaan Monyet Ekor Panjang

Agenda Clustering Requirement untuk clustering Tipe data dalam cluster analysis Interval-scale variable Binary variable Nominal variable Ordinal variable Ratio-scaled

Berdasarkan uraian penjelasan yang meliputi tugas dan kewenangan Dinas Perhubungan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Fungsi-fungsi yang dimiliki, struktur organisasi, dan

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Tomat ( Lycopersicon