• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang mengakui eksistensi Tuhan, hal ini dapat dilihat dari Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia yakni bunyi sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee) merupakan bintang pemandu, posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm1maka pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.Senada dengan Pancasila, Pasal 29 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.Adapun agama yang diakui Pemerintah, menurut Kementerian Agama adalah Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghuchu2.Dari berbagai agama yang diakui di Indonesia Islam menjadi agama yang paling banyak dianut terbanyak yakni mencapai 85%.3

Dewasaini produk makanan, baik berupa bahan mentah maupun siap saji (instant) dan minuman dengan berbagai rasa dan warna telah beredar luas di pasaran. Banyaknya beredar produk makanan dan minuman ini memerlukan kontrol yang kuat dari pemerintah maupun pihak terkait (stakeholder) untuk memastikan bahwa produk makanan yang beredar di pasaran memenuhi standart layak dan berlabel halal untuk Kewajiban untuk mengkonsumsi makanan dan minuman halal merupakan perintah agama Islam. Hal itu dapat dilihat dari QS Al Baqarah: 168, QS Al Baqarah: 172, QS Al Baqarah: 173 dan berbagai Hadits.

1

Tata urutan yang dipakai oleh Attamimi adalah berdasarkan Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966.Ketetapan tersebut diganti dengan Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pada Tahun 2003 telah ditetapkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, kemudian dirubah menjadi UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

(2)

dikonsumsi. Pengendalian ini berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada konsumen terhadap produk yang dikonsumsi.Perlindungan ini juga mendorong para produsen untuk mendistribusikan makanan dan minuman yang sesuai dengan standar yang berlaku.Dalam konteks Indonesia, perlindungan konsumen terhadap makanan dan minuman menjadi standar yang harus dipenuhi. Hal ini karena produk makanan dan minuman yang terdistribusi akan diserap oleh pasar yang mayoritas konsumennya adalah pemeluk agama atau keyakinan tertentu yang mewajibkan pemeluknya untuk mengkonsumsi makanan dan minuman halal. Oleh karena itu, informasi tentang kandungan produk makanan serta informasi kehalalan produk menjadi standar makanan sebelum didistribusikan ke masyarakat.Standar jaminan dalam makanan sepenuhnya ditanggung oleh produsen atau media perantara yang mendistribusikan produk tersebut hal ini sesuai dengan UU pangan yaitu “badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan atau orang perorangan dalam badan usaha diberi tanggung jawab terhadap jalannya usaha tersebut bertanggungjawab atas keamanan pangan yang diproduksinya juga terhadap kesehatan orang lain yang mengkonsumsi makanan tersebut”.4Adanya standarisasi dalam produk makanan dibuat untuk memberikan jaminan kepada konsumen dan memberikan kepastian hukum kepada konsumen terhadap produk yang dikonsumsi.Dalam undang-undang perlindungan konsumen dijelaskan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan jaminan kepada konsumen”.5

Disisi lain, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk halal, tidak diimbangi dengan tindakan para pelaku usaha dalam memeberikan informasi produk yang tepat atau mensertifikatkan kehalalan produksinya dan memberi label halal pada kemasannya. Kewajiban mencantumkan informasi makanan, seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen bahwa perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam memproduksi dan atau memperdagangkan barang dan atau jasa adalah “tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,

Oleh karena itu, konsumen berhak untuk mendapatkan informasi tentang kandungan produk, bahan yang dibuat serta kehalalan produk yang akan dikonsumsi.

4

Pasal 41 UU No.18 Tahun 2012 Tentang Pangan 5

(3)

tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat”.6

Produsen yang memasarkan produknya tanpa penjelasan komposisi dapat berakibat fatal terhadap konsumen tertentu.Seperti dalam contoh kasus biskuit impor yangberasal dari Jepang yang disinyalir berbahan dasar babi dandinilai meresahkan warga. Beberapa produk makanan seperti mie samyang asal Korea yang mengandung babi dijual bebas di gerai minimarket Kota Medan7, Biskuit impor bernamaBourbone Cookie yang diduga mengandung babi dalamkomposisinyatersebar di Indomaretdi wilayah Jakarta Selatan, seperti di Kemang, Ampera, Hang Lekir, Bulungan, dan Tebet.8Contoh kasus lainnya adalah merk dagang, Breadtalk dan Bir Bintang Zero‟ tidak memiliki sertifikat halal MUI.Khusus untuk Breadtalk, dulu pernah memiliki sertifikat halal namun tidak diperpanjang karena tidak memenuhi Sistem Jaminan Halal LPPOM MUI.9

Berdasarkan rentetan kasus seperti diatas nihilnya pelabelan halal yang berawal dari produsen tidak mensertifikasi kehalalan produksinya, maka konsumen yangmembeli produk tersebut akan merasa dirugikan. Konsumen yang dirugikan Lahirnya UU No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang diundangkan tanggal 17 Oktober 2014 itu menjadi jawaban atas keresahan terhadap makanan dan minuman berlabel halal yang beredar di Indonesia, hal itu dapat dilihat dari Pasal 4 UU JPH yakni “Produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal”. Berbagai produk makanan dan minuman yang beredar di Indonesia sangat penting sekali terdapatnama produk dan label halal dari Badan Penyelengara Jaminan Produk Halal, sebab konsumenakan memahami bagaimana memilih produk berlabel halal yang benar-benar terjamin kehalalannya. Dan pada akhirnya konsumen lebih memilih produk yang sudah berlabel halal resmi dibanding yang tidak ada labelnya dan produsen yang telah memiliki sertifikat halal akansegera menempel logo halal pada produksinya, agar konsumen yakin bahwa makanan tersebut telah terjamin kehalalannya.

6

Pasal 8 U No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

8

Zuraya, Biskuit Berbahan Babi Masih Dijual di Indomaret, Jakarta: republika post, diterbitkan Nidia 27 Mei 2014.

9

(4)

keraptidak tahu apa yang harus dilakukan.Hal ini karena minimnya informasi terkait hakkomplain konsumen terhadap produk makanan. Pada sisi lain, beredarnyaproduk makanan yang tidak memenuhi standar konsumsi, baik tidak mencantumkanbahan baku makanan, standart gizi atau label halal, merupakan kelalaian daripemerintah, dinas dan lembaga terkait dan para stakeholder yang menangani sertifikasi halal dan izin edar makanan.Penulis memfokuskan penelitianya di Kota Medan. Selain karena pengaruh aksesibilitas, dinas dan lembaga terkait di Kota Medan juga menjadi sampel untuk mengukur dinas yang sama di Indonesia.Berdasarkan hal tersebut di atasuntuk mengkaji dan menelitinya lebih detail, maka penelitian ini diberi judul

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEREDARAN

MAKANAN/MINUMAN YANG TIDAK BERLEBEL HALAL DI KOTA

MEDAN sehingga dengan demikian, akan terjawab kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang terdapat didalam penelitian ini.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen di Indonesia terhadap makanan dan minuman yang berlabel halal?

2. Bagaimana bentuk kepastian hukum pelindungan konsumen setelah lahirnya UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal?

3. Bagaimana peranan Lembaga Pengkajian PanganObat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Kota Medan dan berbagai instansi terkait dalam memberikan kepastian hukum perlindungan konsumen terhadap makanan/minuman halal di Kota Medan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

A. Tujuan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini memiliki tujuan yang menjadi sasaran pencapaian dari yang akan dipaparkan oleh penulis. Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah :

(5)

yaitu menyangkutperlindungan hukum bagi konsumen muslim terhadap makanan berlabel halal di Kota Medan

2) Memberikan informasi bagaimana peraturan perundang-undangan mengenaikonsumen muslim, khususnya terhadap makanan berlabel halal di rumah makan kota Medan

3) Untuk mengetahui kriteria apa saja yang ditetapkan oleh LPPOMMUI tentang pengajuan sertifikasi halal terhadap makanan

4) Untuk mengetahui bagaimana proses memperoleh sertifikasi halal terhadap makanan

B. Manfaat Penulisan

Di samping tujuan yang hendak dicapai sebagaimana yang dikemukakan di atas, maka penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

a) Manfaat Teoritis

Skripsi ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran pengembangan bidang pengetahuan hukum umumnya maupun hukum perdata khususnya sehingga dapat menambah bahan refrensi dan bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

b) Manfaat Praktis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang bentuk perlindungan konsumen muslim terhadap makanan berlabel halal serta menjadi bahan masukan bagi masyarakat umum dan aparat penegak hukum untuk memberikan pelindungan terhadap kosumen muslim atas makanan berlabel halal.

1.4. Keaslian Penulisan

(6)

melalui media elektronik seperti internet, sekaligus hasil dari pemikiran penulis sendiri.

Sepanjang penulusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dilakukan oleh penulis belum terdapat judul yang sama dengan judul yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini. Dengan kata lain skripsi ini belum pernah ada yang membuat, kalaupun ada penulis yakin substansi pembahasannya berbeda, sehingga skripsi ini benar-benar merupakan tulisan yang berbeda dengan tulisan yang lain. Dengan demikian, keaslian penulisan skiripsi ini dapat dipertanggungjawabkan.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran yang sistematis, metodologis, dan konsisten.10 Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan.11 Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, sehingga dalam suatu penelitian yang dilakukan, harus bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten.12

1) Jenis Penelitian

Metode penelitian hukum yang digunakan antara lain :

Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum. Penelitian hukum menurut Morris L. Cohen yaitu:13

10

Kata ‘’penelitian” sebenarnya merupakan terjemahan dari istilah research yang di Negeri Belanda baru digunakan secara umum sekitar tahun 1930-an. Semula pengertian researchhanya digunakan untuk penelitian di bidang teknik dan ilmu alam. Kemudian istilah research juga mulai digunakan dalam ilmu ekonomi, ilmu-ilmu sosial dan yang terakhir dalam ilmu hukum serta politik (Lihat Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung, hlm. 96),

11

Koentjaraningrat, 1974, Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, hlm. 37. 12

Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 17 13

Abdul Hakim, dalam disertasi Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Melalui Kontrak Baku dan Asas Kepatutan Dalam Perlindungan Konsumen (studi hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen perumaha), Universitas Sumatera Utara, 2013, hlm. 41.

Legal research, in a nutshells the process of finding the law that governs

activities in human society. It involves locating both the rules are enforced

by the state and commentaries which explain or anlyse these rules.

(7)

Peter Mahmud Marzuki menerangkan pengertian penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum maupun doktrin-donktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.14 F. Sugeng Santoso menyajikan penelitian hukum adalah penelitian yang diterapkan atau diberlakukan khusus pada ilmu hukum.15

Adapun jenis Penelitian hukum dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji penelitian hukum normatif atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.16Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad menjelaskan pengertian penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sistem norma, mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).17

2) Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan terhadap masalah dengan melihat norma hukum yang berlaku dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada dari permasalahan yang ditemui dalampenelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian antara lain : 1. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data yang belum diolah dandiperoleh langsung dari lapangan (field research) dengan melakukan observasi dan wawancara di lingkungan terkait yaitu pada LPPOM-MUI Kota Medan, Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Medan, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Medan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang sudah diolah dan diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) yang meliputi :

a) Bahan Hukum Primer

14

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 35. 15

F. Sugeng Susanto, 2007, Penelitian Hukum, CV Ganda, Yogjakarta, hlm. 29. 16

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2010, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 13-14.

17

(8)

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.18 Bahan hukum primer terdiri dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini serta putusan pengadilan yang merupakan konkretisasi dari perundang-undangan.19

1. Al-Qur’an dan Hadits

Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas.Bahan hukum primer ini pada dasarnya berkaitan dengan bahan-bahan pokok penelitian yang sifatnya mengikat dan biasanya berbentuk himpunan peraturan perundang-undangan seperti :

2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt).

4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. 5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.280/MenKes/Per/X1/1976, tentang Ketentuan Peredaran dan Penandaan pada Makanan yang Mengandung Bahan Berasal dari Babi.

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.329/MenKes/Per/XII/1976, tentang Produksi dan Peredaran Makanan.

10.Peraturan Menteri Kesehatan RI No.79/MenKes/III/1978, tentang Label dan Periklanan Makanan.

11.Peraturan Menteri Kesehatan RINo.382/MenKes/Per/VII/1989, tentang Pendaftaran Makanan.

12.Keputusan Menteri Kesehatan No.82/MenKes/SK/I/1996 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.924/MenKes/SK/VIII/1996, tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan.

13.Keputusan Menteri Agama Nomor 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal.

14.Keputusan Direktur Jenderal POM Nomor HK.00.06.3.02.345 tentang Tata Cara Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan.

18

Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hlm. 141. 19

(9)

15.Piagam Kerjasama Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Majelis Ulama Indonesia tanggal 21 Juni 1996 tentang Pelaksanaan Pencantuman Tulisan Halal pada Makanan.

16.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label danIklan Pangan 17.Peraturan-peraturan terkait lainnya.

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder terdiri dari rancangan undang-undang, buku teks, tulisan-tulisan tentang hukum baik dalam bentuk buku ataupun jurnal-jurnal serta artikel yang berhubungan dengan skripsi ini.Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa, memahami dan menjelaskan bahan hukum primer, seperti: Berbagai literatur yang relevan, Teori-teori dan pendapat para ahli hukum, Berbagai media yang dapat dijadikan data dan memberikan referensi terhadap penulisan ini seperti : internet, perpustakaan dan lain-lain.

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tertier seperti kamus hukum, kamus besar bahasa indonesia, ensiklopedia.

Bahan hukum tersier dalam penelitian ini adalah bahan hukum yang memberikan informasi dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum yang digunakan untuk menjelaskan istilah-istilah yang ada. Sumber Data Sumber data berasal dari :

a) Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang sumber datanya diperoleh melalui buku, dokumen, referensi dan sebagainya. Penelitian kepustakaan dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara, Buku koleksi sendiri, Bahan kuliah yang berhubungan dengan maasalah yang dibahas.

(10)

MUI Kota Medan, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Medan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Medan.

3) Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian terhadap berbagai pertauran perundang-undangan, literatur literatur,buku-buku, majalah, jurnal-jurnal, dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini.

4) Analsis Data

Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif yaitu penulisan semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada berdasarkan asas-asas, pengertian serta sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan tersebut.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi skripsi, maka secara garis besar sistematikanya terdiri atas :

Bab I Pendahuluan

Diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Umum Pelindungan Konsumen Terhadap Peredaran

Makanan/Minuman Berlabel Halal

Diuraikan tentang tinjauan umum mengenai pengertian perlindungan konsumen, makanan/minuman, peredaran, label halal, sertifikasi halal, serta berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait mengenai perlindungan konsumen di Indonesia serta pengaturan produk makanan dan minuman halal di berbagai wilayah di Indonesia.

BabIIIKepastian Hukum Perlindungan Konsemen Menurut UU No. 33 Tahun

2014 Tentang Jaminan Produk Halal (JPH)

(11)

Bab IV Kepastian Hukum Produk Makanan dan Minuman Oleh Lembaga

Terkait Di Kota Medan

Diuraikan tentang profil MUI, Sejarah MUI, Kedudukan MUI, BPSK dan instansi terkait mengenai perlindungan konsumen serta kreteria makanan/minuman yang diberikan sertifikat halal, proses perolehan sertifikat halal terhadap makanan/minuman oleh MUI

Bab V Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Penataan ruang Kabupaten Kutai Kartanegara bertujuan untuk mewujudkan kabupaten sebagai pusat pertumbuhan dan kawasan andalan dengan menata pemanfaatan potensi pertambangan dan

Pengamatan keragaan fenotipik kambing yang dipelihara oleh kelompok Cahaya Purnama Desa Tembeling adalah untuk mengetahui tingkat keragaman ternak kambing pada kelompok

Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan keadaan data ke dalam bentuk kalimat atau uraian sehingga terlihat

Hasil kajian mutu hedonik pempek ceria, menunjukkan bahwa dari segi warna, pempek ceria yang yang paling disukai adalah pempek dengan penambahan wortel (POr),

Hasil analisis sidik ragam bahan pelapis ( edible coating) dan ketebalan kemasan terhadap warna pempek ikan parang-parang setelah penyimpanan 12 hari, menghasilkan

Farikhin Syahmari di Desa Gombong Kecamatan Warungpring Kabupaten Pemalang (Studi Analisis Respon Jamaah Pengajian Rutin Sabtunan). Tujuan dari penelitian ini adalah

Skripsi ini membahas tentang metode dakwah dalam menanggulangi pernikahan usia dini yang terjadi di Desa Gunung Perak Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

Penelitian struktur dan komposisi pohon serta karbon tersimpan di Deleng Macik Kawasan Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober