• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010034 11.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010034 11."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

Materi yang diteliti adalah ikan nilem (Osteochilus hasselti C. V.), pada

tahap perkembangan juvenil berumur 13 minggu dengan panjang tubuh 45-65 mm

(hasil pemijahan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan) sebanyak

144 ekor.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan

Hewan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian

dilaksanakan mulai bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Oktober 2014.

B. Rancangan Percobaan

Penelitian dilaksanakan secara eksperimental dengan Rancangan Acak

Lengkap pola Faktorial. Faktor pertama posisi amputasi terdiri atas empat taraf

N1: kontrol, N2: pangkal, N3: pertengahan antara cagak dan pangkal, N4: cagak.

Faktor kedua adalah pakan berkadar protein berbeda terdiri atas tiga taraf yaitu

P1: 33%, P2: 35%, dan P3: 42%. Jumlah kombinasi perlakuan sebanyak 12, pada

setiap perlakuan disediakan 3 unit ulangan.

Variabel yang diamati terdiri dari variabel bebas dan variabel tergantung.

Variabel bebas adalah posisi amputasi dan kadar protein pakan. Variabel

tergantung berupa regenerasi sirip juvenil ikan nilem pasca amputasi dengan

parameter pertambahan panjang dan luas sirip pada daerah amputasi dan data

kualitatif berupa struktur histologis jaringan sirip yang baru.

(2)

C. Cara Kerja

1 . Pemijahan dan Penyediaan Ikan Uji

Induk ikan Nilem jantan dan betina yang matang gonad disiapkan,

keduanya diinduksi menggunakan ovaprim 0,5 ml/kg berat badan. Induk betina

dan jantan diletakkan pada bak pemeliharaan berukuran 50 cm x 45 cm x 35 cm

selama 6-8 jam, kemudian induk jantan dan betina dipisahkan. Selanjutnya induk

jantan distripping untuk mengeluarkan milt, sedangkan induk betina distripping

untuk mengeluarkan sel telur. Fertilisasi dilakukan dengan cara mencampurkan

miltdan sel telur kedua induk di dalam piring cawan kecil dengan akuades untuk

aktivasi spermatozoa. Setelah terjadi kontak antara milt dan sel telur kemudian

campuran ini dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan berukuran 50 cm x 45 cm x

35 cm. Larva hasil fertilisasi kemudian dipelihara selama 12 minggu di bak

pemeliharaan sampai tahap juvenil dengan diberi pakan dua kali sehari pukul

09.00 dan 15.00 menggunakan pakan ikan komersil dengan kandungan protein

41% dan lemak 6%.

2. Persiapan Bak Pemeliharaan

Bak pemeliharaan berukuran 20 l, dibersihkan terlebih dahulu dengan air,

kemudian diisi air sebanyak 18 l dan diberi aerasi untuk mempertahankan

kandungan oksigen terlarut dalam air. Disiapkan 36 buah bak pemeliharaan

berukuran 35 cm x 25 cm x 20 cm yang masing-masing diisi larva 12 minggu

sebanyak 4 ekor.

3. Pengukuran Panjang dan Penimbangan Bobot Ikan Uji

Panjang tubuh diukur menggunakan kertas millimeter blok dengan

ketelitian 1 mm dan bobot tubuh ikan uji ditimbang menggunakan timbangan

analitik dengan ketelitian 0,01 g. Bobot ikan uji setiap bak pemeliharaan diukur

untuk menentukan jumlah pakan yang diberikan.

4. Pemotongan Sirip dan Pemeliharaan Ikan Uji

Proses pemotongan sirip diawali dengan pengukuran panjang total ikan

menggunakan milimeter blok, kemudian dilakukan pemotongan sirip pada bagian

sirip ekor dengan tiga posisi pemotongan yang berbeda dimulai dari bagian

(3)

pangkal, pertengahan antara pangkal dan cagak, cagak (Gambar 3.1.-3.3.), dan

pengukuran panjang sirip yang dipotong.

Gambar 3.1. Posisi Amputasi pada Pangkal Sirip Ekor

Gambar 3.2. Posisi Amputasi pada Pertengahan Pangkal dan Cagak Sirip Ekor

Gambar 3.3. Posisi Amputasi pada Batas Cagak Sirip Ekor

Setelah proses pemotongan sirip, ikan dipelihara selama 5 minggu dengan

diberi pakan dua kali sehari pukul 09.00 dan 15.00 yang berkadar protein berbeda,

yaitu 33%, 35%, 42% sebanyak 5% dari berat biomassa ikan (Melianawati dan

Suwirya, 2010).

(4)

5. Pengambilan data dan Evaluasi Pertumbuhan Sirip Regeneratif Secara Makroskopis

Data penelitian berupa perkembangan sirip ekor pada juvenile ikan nilem

paska amputasi yang diukur setiap 7 hari sekali. Pengukuran pertambahan panjang

dan luas pada bagian sirip ekor dilakukan menggunakan mikroskop stereo dengan

bantuan eye piece micrometer yang telah dikalibrasi dan bentuk sirip hasil

regenerasi didokumentasikan melalui foto. Disamping pengukuran panjang sirip

juga diamati struktur histologis sirip yang beregenerasi dan struktur histologis

didokumentasikan dalam bentuk foto.

6. Evaluasi Pertumbuhan Sirip Regeneratif Secara Mikroskopis

Evaluasi pertumbuhan sirip regeneratif pada ikan uji secara mikroskopis

dilakukan dengan dua metode, seperti dijelaskan dibawah ini.

6.1. Pembuatan Sediaan Histologis Sirip dengan Metode Parafin (Suntoro, 1983; yang telah dimodifikasi oleh Laboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan, Fakultas Biologi Unsoed).

Sirip yang telah difiksasi dalam Normal Buffered Formalin (NBF)

kemudian didehidrasi dalam larutan alkohol bertingkat dari alkohol 70%

hingga alkohol absolut, didealkoholisasi dalam larutan alkohol:xylol dan

xylol, diinfiltrasi dalam larutanxylol:parafin dan parafin murni, serta ditanam

dalam parafin. Pengirisan jaringan dalam blok parafin dilakukan

menggunakan rotary microtome dengan ketebalan 4 µm. Irisan jaringan

ditempel pada object glass yang sudah dilapisi gelatin 1% akuosa dan

dikeringkan pada suhu ruang. Irisan dideparafinisasi kemudian diwarnai

dengan pewarna Carrazzi’s Hematoxylin-Eosin dan Alizarin Red. Cara kerja

pembuatan sediaan histologis secara rinci dijelaskan pada Lampiran 2.

6.2. Evaluasi Sediaan Histologis

Tahapan regenerasi sirip diawali dengan proses penutupan luka oleh

lapisan epitel, kemudian blastema terbentuk melalui proses dedifferentiation

dan bergerak ke bagian epitel untuk menutup luka. Fase berikutnya dari

regenerasi ditandai dengan deposisi tulang (Atta et al., 2013). Struktur

histologis pada proses regenerasi sirip setelah amputasi dievaluasi

(5)

untuk membentuk blastema, diferensiasi blastema pada bagian distal untuk

membentuk sirip baru (Böckelmann dan Bechara, 2009).

D. Metode Analisis

Data pertambahan panjang dan luas sirip hasil regenerasi ditabulasi

kemudian dianalisis menggunakan Anova dua arah. Hasil Anova menunjukkan

berbeda nyata padap<0,05, maka analisis dilanjutkan dengan uji Post hock. Data

histologis perkembangan sirip dianalisis secara deskriptif.

Gambar

Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan antara Posisi Pemotongan dengan Kadarbio.unsoed.ac.id
Gambar 3.2. Posisi Amputasi pada Pertengahan Pangkal dan CagakSirip Ekor

Referensi

Dokumen terkait

Untuk keperluan interaksi antar dosen, telah tersedia ruang dosen, ruang rapat, ruang jurusan/program studi, ruang seminar, dan juga pada saat santai di

Based on the research background above, the aim of this study was to explore factors that initially influence parti- cipants to smoke, attempts made by

Benih ditanam secara langsung atau melalui persemaian. Benih ditanam sebanyak 3 butir per lubang tanam, kemudian tutup dengan tanah. Beberapa bentuk pemeliharaan

Nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras,bahasa atau budaya yang sama dan yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa dan bangsa demi

Buka baju bayi, basahi badan kemudian sabuni mulai dari urutan kepala, telinga, leher, dada, perut, sekitar tali pusat, lengan, ketiak, punggung, kaki dan terakhir alat kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa aplikasi perancangan sistem pendukung keputusan perencanaan karir ini dengan metode profile matching atau

Badan usaha yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Perusahaan Penjaminan, tetap dapat melanjutkan kegiatannya dan untuk selanjutnya

The measurement of liquefaction area based on soft soil condition which has low shear wave velocity will be correlated with the area having a shear strain in the same