BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Perancangan Sistem
Menurut Sinulingga, S (2008), sistem adalah separangkat elemen atau komponen saling bergantung atau berinteraksi satu dengan yang lain menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan mendesain atau merancang sistem adalah suatu proses mengenai pemilihan dan pengaturan komponen-komponen sistem untuk menjalankan fungsi khusus masing-masing komponen tersebut agar tetap bersinergi secara optimal mencapai tujuan sistem.
2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)
Strategi objektif perusahaan diperoleh dari penjabaran visi dan fungsi bisnis unit yang utama yaitu finansial (financial) dan pasar (market). Keberhasilan kinerja finansial dan pasar perlu didukung kemampuan perusahaan untuk dapat memuaskan konsumennya (customer satisfaction), fleksibilitas produknya (flexibility),dan kemampuan memproduksi yang efektif dan efisien (productivity). Level terakhir yang perlu dilakukan oleh masing-masing departemen dan stasiun kerja adalah bagaimana agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik (quality), kecepatan proses produksi dan pengiriman produk (delivery), waktu proses yang semakin pendek (process time), dan biaya yang murah (cost). Keempat perspektif ini diyakini akan dapat menunjang kemampuan perusahaan untuk memuaskan konsumen, memiliki produk yang fleksibel, dan kemampuan produksi dan karyawan yang produktif.
2.3. Pengukuran Kinerja
Menurut Gazperz (2002), pengukuran kinerja merupakan suatu cara memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis. Hasil pengukuran dapat berupa indikator awal menuju akhir atau indikator hasil akhir.
Menurut Yuwono (2006), pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan.
Untuk memilih supplier diperlukan suatu sistem evaluasi dan seleksi
supplier dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu quality, cost, delivery,
2.3.1. Quality (Kualitas)
Adapun definisi quality menurut beberpa ahli, antara lain:
1. Menurut Juran (1962) "kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”.
2. Menurut Crosby (1979) "kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, realibility, maintainability,
dancost effectiveness”.
3. Menurut Feigenbaum (1991) "kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, yang mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan yang baik dan sesuai dengan standard yang ada”. 4. Menurut Elliot (1993) "kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk
orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan".
6. Menurut Goestch dan david (1994) “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.
2.3.2. Cost (Biaya)
Adapun definisi cost menurut beberpa ahli, antara lain:
1. Mulyadi (2000), mengemukakan bahwa definisi biaya dibagi atas dua, yaitu biaya dalam arti sempit dan biaya dalam arti luas. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pengertian biaya dalam arti sempit adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Dari definisi biaya tersebut terdapat empat unsur pokok, yaitu: a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.
b. Diukur dalam satuan uang.
c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi. d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
2.3.3. Delivery (Penyerahan)
Berikut ini adalah pengertian penyerahan (delivery) menurut para ahli
dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:
1. Menurut Suyono (2003)
“Delivery adalah penyerahan muatan yang merupakan kegiatan
menyerahkan barang dari dan ke wilayah pelabuhan”.
2. Menurut Sutiyar (1994)
“Delivery adalah penyerahan muatan kepada yang berhak di pelabuhan
tujuan”.
3. Menurut Asad (1992)
“Delivery adalah tindakan penyerahan barang-barang yang dimiliki
berdasarkan nota kepada pihak lain”.
4. Menurut Diklat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia Jakarta (2001)
“Delivery adalah suatu kegiatan penyerahan barang yang berlangsung
di sisi lambung kapal atau di lapangan penumpukan dan dapat juga
dilaksanakan di area lapangan tertutup (gudang)”.
5. Menurut Djoko (2003)
“Delivery adalah kegiatan pengalihan kepemilikan fisik suatu barang, seperti pengalihan kepemilikan dari pengirim ke perusahaan
pengangkutan, dari perusahaan pengangkutan yang satu ke perusahaan
pengangkutan yang lain, atau dari perusahaan pengangkutan ke
6. Menurut Gouzali (1996)
“Delivery adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemasaran, yaitu penyerahan setiap produk yang sudah dibeli oleh
pelanggan. Penyerahan ini bisa dilakukan di tempat pembelian, atau
diantar sampai ke rumah pelanggan tergantung pada perjanjian antara
kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.”
2.3.4. Flexibility (Fleksibilitas)
Definisi fleksibilitas adalah: “Fleksibilitas merupakan karakteristik dari
proses yang mengukur berapa lama (waktu) perubahan proses untuk menghasilkan
output yang berbeda atau dengan menggunakan sekumpulan input yang berbeda
(Gazperz, 1997)”.
2.3.5. Responsiveness (Daya Tanggap)
Berikut ini adalah pengertian responsiveness (daya tanggap) menurut para ahli dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:
1. Menurut Rambat Lupiyoadi (2001) “daya tanggap adalah "suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas”.
dengan tanggap. Daya tanggap dapat berarti respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan”.
2.4. Sistem Penilaian Vendor Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
melainkan multifaktor dan mencakup berbagai macam jenjang maupun kepentingan yang ada.
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala besar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relative. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak unutk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari:
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k kali lebih penting dari A.
2. Homogenity, yaitu menngandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan untuk membandingkan jeruk dengan bola tennis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).
4. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitaf maupun yang bersifat kualitatif sesuai dengan kasus yang diamati.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metoda AHP didasarkan pada langkah-langkah berikut yang akan dijalankan sesuai dengan fungsinya:
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,
dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif
pilihan yang ingin dirangking.
c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang
menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen
terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau
judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
2.5. Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang
utuh menjadi unsur-unsurnya kebentuk hirarki proses pengambilan keputusan,
dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat pemecahan dilakukan terhadap unusr-unsur sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang
hendak dipecahkan, struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada
tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki
yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai
2.6. Kuesioner
Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya. Dibandingkan dengan dua instrumen pengumpulan data lainnya, kuesioner adalah instrumen yang memiliki mekanisme yang efisien jika si peneliti mengetahui secara baik apa yang dibutuhkannya dan bagaimana mengukur variabel yang diinginkan.
Dalam merancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsiip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara-cara pengukuran yaitu mengategorikan, membuat skala dan mengkodekan (categorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general apperance)