• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Karakteristik Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Karakteristik Balita Penderita Pneumonia Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2013."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

Melianti Mairi, 2014.

Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes

Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H

Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut pada parenkim paru-paru yang disebabkan mikroorganisme seperti virus, jamur, dan bakteri. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua (13,2%) setelah diare pada balita di Indonesia. Data Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2007 menunjukkan pneumonia sebagai penyebab kematian nomor dua pada balita di Bandung.

Tujuan penelitian ini mengetahui karakteristik balita penderita pneumonia yang dirawat inap berdasarkan angka kejadian, usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status imunisasi campak dan pertusis, dan gejala klinis. Penelitian ini merupakan survei deskriptif observasional dengan rancangan retropsektif terhadap data rekam medis pasien balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari hingga Desember 2013.

Hasil yang didapat menunjukkan angka kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013 adalah 51 kasus. Angka kejadian terbanyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sebesar 51.1%, usia >12-≤59 bulan sebesar 53.3%, memiliki berat badan lahir ≥2500 gram sebesar 91,1%, telah mendapatkan imunisasi campak sebesar 94.4% dan imunisasi pertusis lengkap sebesar 82.2%, dan sering ditandai gejala batuk sebesar 91%.

Data di atas menunjukkan bahwa angka kejadian pneumonia pada balita sebanyak 51 kasus, tertinggi pada laki-laki, usia >12-≤59, dan memiliki berat

badan lahir ≥2500 gram. Penyakit ini sering ditandai gejala klinis batuk dan

pasien yang pernah mendapatkan imunisasi campak dan pertusis yang lengkap juga memiliki peluang untuk menderita pneumonia.

(2)

ABSTRACT

CHARACTERISTICS DESCRIPTION OF PNEUMONIA IN CHILDREN UNDER THE AGE OF 5 IN THE HOSPITAL OF IMMANUEL BANDUNG

IN 2013

Melianti Mairi, 2014.

First Advisor : dr. Dani, M.Kes

Second Advisor : dr. Budi Widyarto, M.H

Pneumonia is an acute infectious disease of the lung parenchyma caused by microorganisms such as viruses, fungi, and bacteria. Riskesdas in 2007 showed that pneumonia is the number two cause of death (13,2%) after diarrhea in infants in Indonesia. Data from Dinas Kesehatan Kota Bandung in 2007 showed pneumonia is the second leading cause of children under the age of five death in Bandung.

The purpose of this study is to know the characteristics of patients with pneumonia in children under the age of 5 hospitalized based on the incidence, age, sex, birth weight, measles and pertussis immunization status, and clinical symptoms. This study is a descriptive survey with retropsective observational design of the medical records of patients under the age of 5 with pneumonia in Immanuel Bandung Hospital period January to December 2013.

The results indicate the incidence of pneumonia in infants in Immanuel

Bandung in 2013 was 51 cases. Incidence rates were observed in the male gender of 51.1%, age> 12-≤59 months amounted to 53.3%, had a birth weight ≥2500 grams of 91.1%, have been immunized against measles by 94.4% and complete pertussis immunization of 82.2%, and often marked by cough symptom of 91%. To sum up, the data above indicates that the incidence of pneumonia in infants were 51 cases, the highest in males, age> 12-≤59, and had a birth weight ≥2500 g. The disease is often characterized clinical symptoms of cough and patients who had received immunization against measles and pertussis complete also have the opportunity to suffer from pneumonia.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Maksud Penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Untuk peneliti ... 3

1.5 Landasan Teori ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dan Konsep Tumbuh Kembang Balita ... 5

2.1.1 Pengertian Balita... 5

2.1.2 Tumbuh Kembang Balita... 5

2.2 Anatomi Pulmo ... 6

2.3 Fisiologi Pulmo... 9

2.4 Pneumonia ... 9

(4)

2.4.2 Epidemiologi ... 10

2.4.3 Klasifikasi ... 11

2.4.4 Etiologi ... 11

2.4.5 Faktor Resiko ... 12

2.4.6 Patogenesis ... 14

2.4.7 Diagnosis ... 16

2.4.7.1 Gejala Klinis ... 16

2.4.7.2 Pemeriksaan Penunjang ... 17

2.4.8 Penatalaksanaan ... 18

2.4.9 Pencegahan ... 25

2.4.10 Komplikasi... 25

2.4.11 Prognosis ... 26

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Subjek Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.2.1 Tempat Penelitian ... 27

3.2.2 Waktu Penelitian ... 27

3.3 Metode Penelitian... 27

3.3.1 Desain Penelitian ... 27

3.3.2 Besar Sample Penelitian ... 27

3.3.3 Definisi Operasional Variabel ... 28

3.3.4 Sumber Data ... 29

3.4 Prosedur Kerja ... 29

3.5 Aspek Etik Penelitian ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan... 31

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38

(5)
(6)

DAFTAR GAMBAR

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Balita Penderita Pneumonia Berat

Umur Kurang dari 2 Bulan ... 18

Tabel 2.2 Klasifikasi Balita Batuk Bukan Pneumonia Umur Kurang dari 2 Bulan ... 19

Tabel 2.3 Klasifikasi Penderita Pneumonia Berat Umur 2 Bulan-Kurang Dari 5 Tahun ... 20

Tabel 2.4 Klasifikasi Balita Penderita Pneumonia Umur 2 bulan-kurang dari 5 Tahun ... 21

Tabel 2.5 Klasifikasi Balita Bukan Penderita Pneumonia Umur 2 Bulan-Kurang dari 5 Tahun ... 21

Tabel 2.6 Pemberian Antibiotik Oral ... 22

Tabel 2.7 Dosis Parasetamol ... 23

Tabel 2.8 Pemberian Oksigen ... 24

Tabel 4.1 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel 4.2 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Usia ... 32

Tabel 4.3 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Berat Badan Lahir ... 33

Tabel 4.4 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Riwayat Imunisasi Campak ... 34

Tabel 4.5 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Riwayat Imunisasi Pertusis ... 35

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2006). Pneumonia merupakan ISPA yang menjadi masalah kesehatan utama pada balita di Indonesia (Kemenkes, 2013).

Pneumonia adalah infeksi akut pada parenkim paru-paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial yang disebabkan oleh mikroorganisme, antara lain virus, bakteri, dan jamur. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009). Pneumonia merupakan penyebab kematian utama pada balita diseluruh dunia, lebih banyak dibandingkan gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak. Menurut World Health Organisation angka kematian akibat pneumonia pada balita cukup besar, tetapi tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut pembunuh balita yang terlupakan atau “the forgotten killer of children” (Kemenkes, 2011). Insidensi pneumonia tiap tahun pada anak balita di negara maju adalah 2-4 kasus per 100 anak, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus per 100 anak. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009).

(9)

2

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Jawa barat pada tahun 2003, infeksi saluran pernafasan akut merupakan urutan pertama penyakit terbanyak pada balita, yaitu sekitar 33,4% (Nurhidayah, 2010). Pada tahun 2007 di Kota Bandung yang merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat, pneumonia merupakan urutan kedua penyebab kematian pada anak kurang dari lima tahun (Dinkes Bandung, 2007) setelah demam berdarah dengue. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Bandung, tahun 2012 didapatkan sebanyak 21.211 kasus pneumonia pada balita (Dinkes, 2012).

Terdapat beberapa faktor yang berperan menyebabkan seorang anak beresiko terinfeksi pneumonia antara lain status nutrisi maupun imunitas anak yang rendah ataupun faktor lain seperti lingkungan (World Health Organization, 2014).

Mengingat masih tingginya angka kesakitan dan kematian anak baik bayi maupun balita di Indonesia, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab terbanyak berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran karakteristik balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2013.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Berapakah angka kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013

2. Bagaimana gambaran karakteristik balita penderita pneumonia berdasarkan usia, di RSI Bandung tahun 2013

3. Bagaimana gambaran karakteristik balita penderita pneumonia berdasarkan jenis kelamin, di RSI Bandung tahun 2013

4. Bagaimana gambaran karakteristik balita penderita pneumonia berdasarkan berat badan lahir di RSI Bandung tahun 2013

(10)

3

6. Bagaimana gambaran karakteristik balita penderita pneumonia berdasarkan status imunisasi pertussis (DPT) di RSI Bandung tahun 2013 7. Bagaimana gambaran karakteristik balita penderita pneumonia

berdasarkan gejala klinik

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran karakteristik balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui karakteristik balita penderita pneumonia yang dirawat inap berdasarkan angka kejadian, usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status imunisasi campak dan pertusis, serta gejala klinis.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Mahasiswa Fakultas Kedokteran mendapatkan informasi tentang gambaran karakteristik balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.4.2 Manfaat Untuk Peneliti

Karya tulis ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis tentang gambaran karakteristik balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung.

1.5 Landasan Teori

(11)

4

normal berisi udara yang digunakan untuk bernafas. Ketika seseorang terinfeksi pneumonia alveoli terisi oleh cairan dan pus, sehingga terjadi kesulitan bernafas dan menimbulkan keterbatasan pemasukkan oksigen (WHO,2014).

Pneumonia disebabkan oleh beberapa agen infeksi seperti bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebab tersering pada anak yaitu Streptococcus pneumonia di ikuti oleh Haemophilus influenzae type b. Pneumonia dapat ditularkan melalui beberapa cara. Bakteri ataupun virus yang umumnya ditemukan pada hidung atau saluran tenggorokkan anak, dapat menginfeksi jaringan paru saat bernafas, atau dapat juga ditularkan melalui udara saat seseorang batuk ataupun bersin. Penting diketahui cara penularan dari agen-agen infeksi ini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan pengobatan (WHO, 2014).

Pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita setelah diare (Depkes RI, 2013). Pada tahun 2013 diperkirakan 935.000 anak usia dibawah 5 tahun meninggal akibat pneumonia, dan merupakan penyumbang 15% dari seluruh penyebab kematian di usia tersebut.

Pneumonia erat kaitannya dengan status gizi (gizi kurang dan gizi buruk memperbesar risiko), pemberian ASI ( ASI eksklusif mengurangi risiko), suplementasi vitamin A (mengurangi risiko), suplementasi zinc (mengurangi risiko), bayi berat badan lahir rendah (meningkatkan risiko), vaksinasi (mengurangi risiko), dan polusi udara dalam kamar terutama asap rokok dan asap bakaran dari dapur (meningkatkan risiko) (Kartasasmita, 2014).

(12)

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Angka kejadian pasien balita penderita pneumonia di RS Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2013 adalah sebanyak 51 kasus

 Pneumonia sering terjadi pada pasien balita yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 51.1%

 Pneumonia sering terjadi pada pasien balita yang berusia 13-59 bulan yaitu sebesar 53.3%

 Balita dengan berat badan lahir ≥ 2500 lebih sering mengalami pneumonia yaitu sebesar 91.1%

 Balita yang telah mendapatkan imunisasi campak yang mengalami pneumonia sebesar 64.4%

 Balita yang telah mendapatkan imunisasi pertusis yang mengalami pneumonia sebesar 82.2%

 Batuk merupakan gejala klinis tersering pada pasien balita dengan pneumonia yaitu sebesar 91%

5.2 Saran

 Penulis mengharapkan agar sistem pencatatan data rekam medis di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang lebih baik.

(13)

46 RIWAYAT HIDUP

Nama : Melianti Mairi

NRP : 1110087

Agama : Kristen

Tempat/Tanggal Lahir : Jayapura, 1 Mei 1992

Riwayat Pendidikan :

1997 - 1998 TK Kuntum Mekar Jayapura

1998 - 2004 SD Inpres Negeri 3 Jayapura

2004 - 2007 SMP Negeri 2 Merauke

2007 - 2008 SMA Negeri 3 Merauke

2008 - 2010 SMA Negeri 1 Sorong

(14)

GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

CHARACTERISTICS DESCRIPTION OF PNEUMONIA IN CHILDREN UNDER THE AGE OF 5 IN THE HOSPITAL OF IMMANUEL BANDUNG IN 2013

Dani1, Budi Widyarto2, Melianti

Mairi3

1Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,

Universitas Kristen Maranatha,

2Bagian Parasit, Fakultas Kedokteran, Universitas

Kristen Maranatha

3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen

Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut pada parenkim paru-paru yang disebabkan mikroorganisme seperti virus, jamur, dan bakteri. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua (13,2%) setelah diare pada balita di Indonesia. Data Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2007 menunjukkan pneumonia sebagai penyebab kematian nomor dua pada balita di Bandung.

Tujuan penelitian ini mengetahui karakteristik balita penderita pneumonia yang dirawat inap berdasarkan angka kejadian, usia, jenis kelamin, berat badan lahir, status imunisasi campak dan pertusis, dan gejala klinis. Penelitian ini merupakan survei deskriptif observasional dengan rancangan retropsektif terhadap data rekam medis pasien balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari hingga Desember 2013.

Hasil yang didapat menunjukkan angka kejadian pneumonia pada balita di Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013 adalah 51 kasus. Angka kejadian terbanyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki sebesar 51.1%, usia >12-≤59 bulan sebesar 53.3%, memiliki berat badan lahir

≥2500 gram sebesar 91,1%, telah mendapatkan imunisasi campak sebesar 94.4% dan imunisasi

pertusis lengkap sebesar 82.2%, dan sering ditandai gejala batuk sebesar 91%.

Data di atas menunjukkan bahwa angka kejadian pneumonia pada balita sebanyak 51 kasus, tertinggi pada laki-laki, usia >12-≤59, dan memiliki berat badan lahir ≥2500 gram. Penyakit ini sering ditandai gejala klinis batuk dan pasien yang pernah mendapatkan imunisasi campak dan pertusis yang lengkap juga memiliki peluang untuk menderita pneumonia.

Keywords: Pneumonia, Balita, Bandung

ABSTRACT

(15)

Bandung in 2007 showed pneumonia is the second leading cause of children under the age of five death in Bandung.

The purpose of this study is to know the characteristics of patients with pneumonia in children under the age of 5 hospitalized based on the incidence, age, sex, birth weight, measles and pertussis immunization status, and clinical symptoms. This study is a descriptive survey with retropsective observational design of the medical records of patients under the age of 5 with pneumonia in Immanuel Bandung Hospital period January to December 2013.

The results indicate the incidence of pneumonia in infants in Immanuel Bandung in 2013 was 51 cases. Incidence rates were observed in the male gender of 51.1%, age> 12-≤59 months amounted to 53.3%, had a birth weight ≥2500 grams of 91.1%, have been immunized against measles by 94.4% and complete pertussis immunization of 82.2%, and often marked by cough symptom of 91%.

To sum up, the data above indicates that the incidence of pneumonia in infants were 51 cases, the highest in males, age> 12-≤59, and had a birth weight ≥2500 g. The disease is often

characterized clinical symptoms of cough and patients who had received immunization against measles and pertussis complete also have the opportunity to suffer from pneumonia.

Keywords: Pneumonia, children under the age of five, Bandung

PENDAHULUAN

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) merupakan penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura1.

Pneumonia merupakan ISPA yang menjadi masalah kesehatan utama pada balita di Indonesia2.

Pneumonia adalah infeksi akut pada parenkim paru-paru meliputi alveolus dan jaringan interstitial yang disebabkan mikroorganisme, antara lain virus, bakteri, dan jamur3.

Pneumonia merupakan penyebab kematian utama pada balita diseluruh dunia, lebih banyak dibandingkan gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak. Menurut World Health Organisation angka kematian akibat pneumonia pada balita cukup besar, tetapi tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut pembunuh balita yang terlupakan

atau “the forgotten killer of children”4. Insidensi pneumonia tiap tahun pada anak balita di negara maju adalah 2-4 kasus per 100 anak, sedangkan di negara bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua (13,2%) setelah diare (17,2%). Urutan provinsi dengan cakupan penemuan pneumonia tertinggi pada balita berturut-turut pada tahun 2012 yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,35%, Nusa Tenggara Barat sebesar 59,24% dan Jawa Barat sebesar 43,16%2.

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Jawa barat pada tahun 2003, infeksi saluran pernafasan akut merupakan urutan pertama penyakit terbanyak padabalita, yaitu sekitar 33,4%5. Pada tahun 2007 di Kota Bandung

yang merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat, pneumonia merupakan urutan kedua penyebab kematian pada anak kurang dari lima tahun setelah demam berdarah dengue6. Menurut data Dinas Kesehatan

Kota Bandung, tahun 2012 didapatkan sebanyak 21.211 kasus pneumonia pada balita7.

(16)

Mengingat masih tingginya angka kesakitan dan kematian anak baik bayi maupun balita di Indonesia, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab terbanyak berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran karakteristik balita penderita pneumonia di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2013.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pengambilan data secara retrospektif yang diambil dari bagian Rekam Medis Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah balita penderita pneumonia berusia 0-59 bulan yang dirawat inap dan tercatat dalam rekam medis Rumah Sakit Immanuel Bandung tahun 2013. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua data (whole sample) yang berjumlah 51 data yang diambil dari data rekam medis balita penderita pneumonia berusia 0-59 bulan yang dirawat inap yang diperoleh dari Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Immanuel Bandung.

PROSEDUR PENELITIAN

Pengumpulan data sekunder dari rekam medis dilakukan dengan mengambil sejumlah data balita penderita pneumonia yang dirawat inap dan tercatat dalam rekam medis menggunakan teknik whole sampling. Setelah pengambilan data selesai, data tersebut akan disusun dalam bentuk teks dan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diambil dari rekam medis Rumah Sakit Immanuel Bandung periode Januari-Desember 2013 terdapat sebanyak 51 kasus pasien balita penderita pneumonia yang dirawat, tetapi pada hasil dan pembahasan selanjutnya data yang digunakan sebanyak 45, hal ini disebabkan beberapa data pasien yang dibutuhkan tidak tercatat dalam rekam medis. Data yang diolah lebih lanjut meliputi jenis kelamin, usia, berat badan lahir, riwayat imunisasi campak dan pertusis, serta gejala kllinis yang timbul.

Tabel 4.1 Gambaran kasus pneumonia pada balita berdasarkan jenis kelamin pneumonia pada pasien balita yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi yaitu 23 kasus (51,1%) dibandingkan pasien balita yang perempuan yaitu sebanyak 22 kasus (48,9%). Sunyatanimkangto dalam Hartati menyatakan bahwa anak laki-laki mempunyai faktor resiko mengalami pneumonia lebih besar dibandingkan anak perempuan. Hal ini dikarenakan diameter saluran pernafasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan perempuan, selain itu terdapat perbedaan daya tahan tubuh antara anak laki-laki dan perempuan9.

Data statistik rumah sakit tahun 2004-2009 yang disebutkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yaitu jumlah pasien balita yang menderita pneumonia lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan10. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Al-dabbagh et al (1999) di Iraq juga menyatakan pneumonia pada balita paling banyak terjadi pada anak laki-laki (62%)11. Hasil penelitian lain oleh

Wulandari, et al (2007-2009) di bandung menyebutkan bahwa pneumonia pada balita sering terjadi pada anak laki-laki (51,3%)12.

Tabel 4.2 Tabel 4.2 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Usia

(17)

sebanyak 24 kasus (53,3%), sedangkan pada kelompok usia kurang dari 12 bulan didapatkan sebanyak 21 kasus (46,7%) Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Rizanda dalam Pamungkas yang menyatakan bayi, yaitu anak yang berumur kurang dari 1 tahun lebih mudah terkena pneumonia dibandingkan balita karena imunitas yang belum sempurna dan saluran pernafasan yang relatif sempit13. Maryuani

juga menyatakan insidensi ISPA tertinggi pada umur 6-12 bulan14. Sedangkan hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, et al (2007-2009) di Bandung yang menyatakan pneumonia lebih sering terjadi pada anak

dengan usia ≤ 12 bulan (74,5%)12.

Data yang disebutkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan kesesuaian dengan penelitian ini, yaitu pada tahun 2007-2009 proporsi pneumonia menurut umur lebih banyak pada anak berusia 1-4 tahun dengan persentase 64,81% pada tahun 200910.

Penelitian ini menunjukkan bahwa bayi dengan usia 13-59 bulan juga memiliki kerentanan untuk mengalami pneumonia dan bukan merupakan satu-satunya penyebab pneumonia pada balita.

Tabel 4.3 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Berat Badan Lahir

Berat Badan balita yang menderita pneumonia dengan berat badan lahir lebih dari sama dengan 2500 gram lebih banyak yaitu 41 anak (91,1%), sedangkan jumlah balita dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram sebanyak 4 anak (8,9%).

Hasil Penelitan ini sejalan dengan hasil penelitian Hariyanti (2010) di Jakarta yang menyatakan anak dengan berat badan lahir

≥2500 gram lebih banyak yang mengalami

pneumonia dengan persentase 72,8%15. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan teori yang menyatakan, bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko mengalami infeksi pernapasan lebih berat bahkan kematian dibandingkan berat badan lahir normal, namun angka kejadian penyakit pernapasan pada anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah tidak lebih tinggi14.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigalingging (2011) di Medan, yaitu pneumonia lebih banyak terjadi pada pasien dengan berat badan lahir <2500 gram sebanyak 67,85%16. Penelitian yang

dilakukan oleh Wulandari, et al (2007-2009) di Bandung, menunjukkan kesesuain dengan penelitian ini, yaitu dari 318 anak yang didiagnosis pneumonia, 269 anak memiliki

berat badan lahir ≥ 2500 gram12. Pada bayi

dengan berat badan lahir rendah pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna, sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutama pneumonia dan penyakit saluran napas lainnya9.

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa berat badan lahir rendah bukan merupakan satu-satunya faktor yang menjadi penyebab utama seorang anak mengalami pneumonia, kemungkinan dapat disebabkan oleh faktor lainnya.

Tabel 4.4 Gambaran kasus pneumonia pada balita berdasarkan riwayat imunisasi campak

Keterangan Jumlah balita yang menderita pneumonia dan telah mendapatkan vaksin campak sebanyak 29 kasus (64,4%), sedangkan yang belum mendapatkan vaksin campak lebih sedikit yaitu 16 kasus (35,6 %).

(18)

untuk mengalami pneumonia. Pneumonia merupakan salah satu bentuk komplikasi dari campak, sehingga imunisasi diharapkan dapat menurunkan resiko pneumonia17.

Berdasarkan uraian tersebut kemungkinan pasien balita yang mengalami pneumonia dan berobat di Rumah Sakit Immanuel Bandung, penyebabnya bukan hasil komplikasi campak tetapi faktor lainnya, sehingga tidak terdapat hubungan antara pemberian imunisasi campak dengan pneumonia pada pasien.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2011) di Jakarta yang menyebutkan dari 63 pasien yang dinyatakan pneumonia, 35 pasien diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak9.

Suatu penelitian oleh Hasan di Tasikmalaya (2002) menunjukkankesesuaian dengan penelitian ini, yaitu pneumonia paling banyak terjadi pada anak yang telah mendapatkan imunisasi campak.(57,7%)18.

Tabel 4.5 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Riwayat Imunisasi balita yang menderita pneumonia dan telah mendapatkan imunisasi pertusis lengkap sebanyak 37 kasus (82,2%) sedangkan yang mendapatkan imunisasi pertusis tidak lengkap lebih sedikit yaitu 8 kasus (17,8 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2011) di Jakarta, yang menyatakan bahwa dari 63 pasien pneumonia, 41 anak telah mendapatkan imunisasi lengkap9. Pemberian

imunisasi pertusis diharapkan dapat mencegah seorang anak terhindar dari pneumonia yang merupakan komplikasi dari pertusis17. Centre for Disease Control and Prevention, juga menyatakan hal serupa, yaitu pemberian imunisasi pertusis dapat

mencegah infeksi pneumonia yang diakibatkakn oleh virus dan bakteri19.

Pada penelitian ini pemberian imunisasi pertusis tidak berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita yang berobat di Rumah Sakit Immanuel Bandung, kemungkinan pneumonia yang dialami bukan hasil komplikasi pertusis, tetapi disebabkan faktor lainnya.

Tabel 4.6 Gambaran Kasus Pneumonia Pada Balita Berdasarkan Gejala Klinik kasus pasien balita yang mengalami pneumonia, didapatkan 41 kasus dengan gejala klinik batuk (91%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Al-Dabbagh (1999) et al di Nigeria yang menyatakan bahwa pneumonia pada balita sering ditandai dengan gejala batuk (92,9%). Selain batuk, gejala pneumonia lain yang disebutkan Al-Dabbagh, yaitu sesak nafas (92,9%) dan demam (78,6%)11.

(19)

SIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: pasien balita yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 51.1%

 Pneumonia sering terjadi pada pasien balita yang berusia 13-59 bulan yaitu sebesar 53.3%

 Balita dengan berat badan lahir ≥

2500 lebih sering mengalami pneumonia yaitu sebesar 91.1%  Balita yang telah mendapatkan

imunisasi campak yang mengalami pneumonia sebesar 64.4%

 Balita yang telah mendapatkan imunisasi pertusis yang mengalami pneumonia sebesar 82.2%

 Batuk merupakan gejala klinis tersering pada pasien balita dengan pneumonia yaitu sebesar 91%

DAFTAR PUSTAKA

1 Depkes, 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Tersedia: http://www.depkes.go.id/downloads /publikasi/Glosarium%202006.pdf (Diakses 7 Juli 2014).

2 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pneumonia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. hal 85. (diakses 12 November 2014).

3 Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. PEDOMAN PELAYANAN MEDIS Pneumonia. hal 250. 4 Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia 2012. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. hal 1.

5 Nurhidayah, I., Sari, F., Windy, R. 2008. Upaya Keluarga Dalam Pencegahan dan Perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di Rumah pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. hal 1. Tersedia:

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/upaya_keluarg adlm_pencegahan_dan_perawtan_ispa. pdf (diakses 20 Februari 2014).

6 Dinkes Kota Bandung. 2008. Profil heets/fs331/en/ (diakses21 Desember 2014).

9 Hartati, Susi. 2011. Tesis Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.

10 Weber, Martin., Fransiska, Handy. Buletin Jendela Epidemiologi. 2010 Situasi Pneumonia pada Balita. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. hal 6-7.

11 Al-Dabbagh, Samim A. 2004. Journal Of Family & Community Medicine.

(20)

13 Pamungkas, Dian R. 2012. Skripsi Analisis Faktor Resiko Pneumonia pada Balita di 4 Provinsi di Wilayah Indonesia Timur. Depok: Universitas Indonesia. hal 14. 14 Maryunani, Anik. 2010. Ilmu

kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.

15 Hariyanti, Ida. 2010. Tesis Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Usia 12-59 Bulan di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Tahun 2010. Depok: Universitas Indonesia. hal 54. 16 Sigalingging, Z. G. 2011.

Karakteristik Penderita Penyakit Pneumonia pada Anak di Ruang Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan. Tersedia

http://uda.ac.id/jurnal/files/Jurnal%2

010%20-%20Ganda%20Sigalingging1.pdf (diakses 21 Desember 2014). 17 Said, Mardjanis. 2010. Buletin

Jendela Epidemiologi. Pengendalian Pneumonia Anak Balita Dalam Rangka Pencapaian MDG4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

18 Faruk, H. A. 2002. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Vit. A Dosis Tinggi dan Imunisasi Campak Terhadap Kejadian Pneumonia pada Anak Usia 12-59 Bulan yang Dilayani Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas di Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Tersedia:

http://core.kmi.open.ac.uk/downloa d/pdf/12135098.pdf (diakses 21 Desember 2014).

19 CDC. 2014. Pneumonia Can Be Prevented—Vaccines Can Help. Tersedia:

(21)

39

DAFTAR PUSTAKA

Al-Dabbagh, Samim A. 2004. Journal Of Family & Community Medicine. The Validity of Clinical Criteria in Predicting Pneumonia Among Children Under Five Years oF Age.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3410098/# 21 Desember 2014 Bennet, Nicholas John, et al. 2014. Pediatric Pneumonia.

http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview#aw2aab6b2b2 20 November 2014

CDC. 2014. Pneumonia Can Be Prevented—Vaccines Can Help. http://www.cdc.gov/features/pneumonia/ 21 Desember 2014

Daniel S. Wibowo, Widjaya Paryana. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Singapore : Elsevier.

Depkes, 2006. Glosarium Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdf 7 Juli 2014

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2015. Pengantar Demografi (Bagian Pertama).

http://dispendukcapilbkl.com/berita-pengantar-demografi-bagian-pertama.html 11 Februari 2015

Dinkes Kota Bandung. 2008. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2007. Bandung: dinkes. hal 31 20 Februari 2014

Dinkes Kota Bandung. 2013. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun 2012. Bandung: dinkes. hal 33

http://dinkes.bandung.go.id/wp-content/uploads/2013/10/BAB-III-PROFIL-KESEHATAN- KOTA-BANDUNG-TAHUN-12.pdf 10 Desember 2014 Drake R. L., A. Wayne V., Adam W. M. M. 2010. Grays Anatomy for Students

2nd Edition. Philadelphia: Churchill Livingstone, Elsevier Inc.

Faruk, H. A. 2002. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, Vit. A Dosis Tinggi dan Imunisasi Campak Terhadap Kejadian Pneumonia pada Anak Usia 12-59 Bulan yang Dilayani Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Puskesmas di Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

http://core.kmi.open.ac.uk/download/pdf/12135098.pdf 21 Desember 2014

(22)

40

Guyton C.G., Hall E.J. 2008. Fisiologi Kedokteran.ed.11. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hariyanti, Ida. 2010. Tesis Hubungan Imunisasi Campak dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Usia 12-59 Bulan di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta Tahun 2010. Depok: Universitas Indonesia. hal 54

Hartati, Susi. 2011. Tesis Analisis Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. PEDOMAN PELAYANAN MEDIS Pneumonia. hal 250.

Kamus Kesehatan. 2015.

http://kamuskesehatan.com/arti/menggigil/ 11 Februari 2015

Kamus Kesehatan. 2015.

http://kamuskesehatan.com/arti/pilek/ 11 Februari 2015

Kartasasmita, Cissy B. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Pneumonia Pembunuh Balita. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

KBBI. 2014.

http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=kerja&varbidang=all&vardial ek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel 18 februari 2014

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia 2012. Jakarta: Kemenkes RI. hal 3

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. hal 1.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012 Pneumonia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. hal 85.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/profil-

kesehatan-indonesia-2012.pdf 12 November 2014

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI. hal 67

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kemenkes RI. hal 140

(23)

41

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.

MedicineNet. 2012.

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=88523 11 Februari 2015

MedicineNet. 2012.

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=3145 11 Februari 2015

MedicineNet. 2013.

http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=3425 11 Februari 2015

Moore, K. L., Dalley A. F. 2006. Clinically Orianted Anatomy, 5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins

Nurhidayah, I., Sari, F., Windy, R. 2008. Upaya Keluarga Dalam Pencegahan dan Perawatan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di Rumah pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. hal 1.

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/upaya_keluarga_dlm_pencegahan_dan_perawtan_isp a.pdf 20 Februari 2014

Pamungkas, Dian R. 2012. Skripsi Analisis Faktor Resiko Pneumonia pada Balita di 4 Provinsi di Wilayah Indonesia Timur. Depok: Universitas Indonesia. hal 14

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PNEUMONIA KOMUNITI Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia

Said, Mardjanis. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Pengendalian Pneumonia Anak Balita Dalam Rangka Pencapaian MDG4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Sigalingging, Z. G. 2011. Karakteristik Penderita Penyakit Pneumonia pada Anak di Ruang Merpati II Rumah Sakit Umum Herna Medan.

http://uda.ac.id/jurnal/files/Jurnal%2010%20-%20Ganda%20Sigalingging1.pdf 21 Desember 2014

Soedjatmiko. 2001. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/3-3-12.pdf. hal 176

(24)

42

Unicef/WHO. 2006. Pneumonia: The Forgotten Killer Of Children. hal 26.

Walker H. K, W. D Hall., J. W. Hurst. 1990. Clinical Methods 3rd edition The History, Physical, and Laboratory Examinations Cough and Sputum

Production. Boston: Butterworths

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK359/ 10 Februari 2015

Weber, Martin., Fransiska, Handy. Buletin Jendela Epidemiologi. 2010 Situasi Pneumonia pada Balita. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. hal 6-7 World Health Organization. 2014. Pneumonia.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/ 21 Desember 2014 World Health Organization. 2013. Diarrhoeal disease.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/ 11 Februari 2015

Gambar

Tabel 4.4 Gambaran kasus pneumonia pada balita berdasarkan riwayat imunisasi campak
Tabel 4.5 Gambaran Kasus Pneumonia Pada

Referensi

Dokumen terkait

Media yang akan dirancang: buku cerita gambar (aplikasinya bisa berupa komik atau buku cerita, dengan format bentuk yang beragam)2. Pertanyaan: Apa yang akan anda lakukan dari

Pada tahap finishing ini dilakukan tindakan penghalusan, perapian, pemotongan, serta pengontrolan produk (layak atau tidak). Pemotongan dilakukan dengan gerinda

Pemeriksaan sarana produksi pangan oleh BB/Balai POM di 26 Propinsi secara keseluruhan, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dilakukan terhadap 11,144 sarana produksi

Halaman Gambar 2.1 Model Penelitian Menggunakan Analisis Diskriminan 21 Gambar 2.2 Model Penelitian Menggunakan Regresi Logistik 22 Gambar 2.3 Model Penelitian Menggunakan

Selanjutnya, kebahagiaan juga dapat membantu permasalahan yang dialami oleh remaja karena kebahagiaan dapat menjadi anteseden stimulus berbagai keuntungan, contoh:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KESIAPAN BELAJAR MANDIRI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pati dalam larutan edible coating terhadap mutu dan daya simpan gelamai.. Penelitian ini

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara