PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX PADA LEMBAGA
PERBANKAN (Suatu Tinjauan terhadap Asas Keseimbangan dan Perlindungan Konsumen)
Calvin Chandra 1087027
Salah satu layanan dan fasilitas di bank yang saat ini semakin banyak dibutuhkan dan digunakan masyarakat Indonesia yang semakin maju tingkat perekonomiannya
adalah Safe Deposit Box. Perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak nasabah
pengguna fasilitas Safe Deposit Box adalah berdasarkan perjanjian sewa menyewa
Safe Deposit Box. Di satu sisi, pihak bank berkewajiban menyediakan jaminan
keamanan terhadap Safe Deposit Box yang disewa oleh pihak nasabah, dan pihak
nasabah berkewajiban membayar dan mentaati peraturan penyewaan yang
dikeluarkan oleh pihak bank atas penggunaan Safe Deposit Box. Di sisi lain, pihak
bank berhak menerima sejumlah pembayaran terkait perjanjian sewa menyewa Safe
Deposit Box dari pihak nasabah dan pihak nasabah berhak mendapatkan pelayanan
dan keamanan Safe Deposit Box tersebut. Penyusunan skripsi ini menggunakan tipe
penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan
perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box pada lembaga
perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
undang-undang (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Penelitian yang
dilakukan bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.
Perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box dituangkan dalam bentuk baku.
Pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box
bertentangan dengan asas keseimbangan sehingga merugikan pihak nasabah.
Perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box sebagai konsumen
yang dirugikan oleh pihak bank sebagai penyedia fasilitas Safe Deposit Box adalah
berdasarkan Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur kewajiban pihak bank sebagai pelaku usaha.
LEGAL PROTECTION TO SAFE DEPOSIT BOX CONSUMER ON BANKING INSTITUTE (an Observation
to Principle of Balance and Consumer Protection)
Calvin Chandra 1087027
Nowadays, one of bank’s services and facilities which is needed by Indonesian society is Safe Deposit Box. The agreement between bank and Safe Deposit Box customer is based on lease agreement. One side, bank has obligation to provide secure guarantee of Safe Deposit Box, and customer has obligation to pay and be faithful to the bank’s rule of Safe Deposit Box agreement. On the opposite side, bank has right to accept the payment from customer, and customer has right to obtain Safe Deposit Box services and security. This undergraduate thesis is using type of analytical description research, that defines matters related to consumer protection toward Safe Deposit Box consumer. This research using statute approach and case approach. The research characteristic is juridical normative that focus on application of principles and norms in positive law.
The lease agreement of Safe Deposit Box be mentioned in standard contract. The using of exoneration clause in lease agreement of Safe Deposit Box incompatible to principle of balance, so it could damage the customer. The legal protection to Safe Deposit Box customer which is damaged by bank as Safe Deposit Box facility provider is based on Section 7 Act Number 8 Year 1999 about Consumer Protection.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…..……… i
PERNYATAAN KEASLIAN..…….……… ii
PERSETUJUAN PANITIA SIDANG AKHIR……… iii
PENGESAHAN PEMBIMBING..……… iv
ABSTRAK………. v
ABSTRACT……….……… vi
KATA PENGANTAR..…….……… vii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI SIDANG……… x
DAFTAR ISI..……… xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....……… 1
B. Perumusan dan Identifikasi Masalah..…..……… 8
C. Maksud dan Tujuan Penelitian..……… 8
D. Kegunaan Penelitian..…...……… 9
E. Kerangka Pemikiran……..……… 10
F. Metode Penelitian.……… 15
G. Sistematika Penulisan…....……… 18
BAB II PERJANJIAN DAN UNDANG-UNDANG SEBAGAI SUMBER PERIKATAN ANTARA BANK DENGAN NASABAH DALAM PENYEDIAAN FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX A. Perikatan (Verbintenis) pada Umumnya..……… 22
1. Pengertian Perikatan……….. 22
2. Subjek Perikatan……… 25
B. Pengaturan Hukum Perikatan…...……… 26
C. Sumber-Sumber Hukum Perikatan……...……… 30
1. Perikatan yang Terjadi karena Perjanjian (Overeenkomst). 33 2. Perikatan yang Terjadi karena Undang-undang…………. 54
D. Jenis-Jenis Perikatan…….……… 58
1. Menurut Isi Daripada Prestasinya……….. 58
2. Menurut Subjeknya……… 60
3. Menurut Mulai Berlakunya dan Berakhirnya……… 61
E. Risiko dalam Hukum Perikatan……… 62
1. Risiko pada Perjanjian Sepihak……….. 63
2. Risiko dalam Perjanjian Timbal Balik………... 63
F. Hapusnya Perikatan……..……… 64
BAB III TINJAUAN NORMATIF TERHADAP HUBUNGAN HUKUM ANTARA LEMBAGA PERBANKAN SEBAGAI PENYEDIA FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX DENGAN NASABAH PENGGUNA FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX A. Pengertian Bank...……….. 69
B. Pengertian dan Pengaturan Hukum Perbankan……….. 70
C. Jasa-Jasa Perbankan…….……….. 72
D. Safe Deposit Box Sebagai Produk Jasa Perbankan...………. 74
E. Prinsip-prinsip dalam Kegiatan Operasional Bank..……….. 76
1. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Principle)……….. 77
2. Prinsip Kerahasiaan (Confidential Principle)………... 78
3. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)……… 78
4. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle)…. 79 F. Hubungan antara Bank dengan Nasabah.……….. 79
1. Hubungan Kontraktual………. 80
G. Perjanjian Baku……….. 80
1. Pengertian Perjanjian Baku………. 80
2. Keabsahan Perjanjian Baku……… 82
3. Klausula Eksonerasi……… 83
H. Perlindungan Konsumen Terkait Produk Perbankan…...………… 83
1. Pengertian Perlindungan Konsumen……….. 86
2. Asas-asas dalam Perlindungan Konsumen………. 86
3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha……….. 88
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI ASAS KESEIMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Perikatan yang Timbul antara Pihak Bank dan Pihak Nasabah Pengguna Safe Deposit Box.…….………... 89
B. Pemenuhan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Penggunaan Fasilitas Safe Deposit Box antara Pihak Bank dan Pihak Nasabah Pengguna Safe Deposit Box.………….. 94
C. Perlindungan Hukum terhadap Nasabah Pengguna Safe Deposit Box Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen...……… 100
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……...………... 111
B. Saran…….………... 112
DAFTAR PUSTAKA ………....…. 115
LAMPIRAN…………..………. 119
CURICULLUM VITAE……… 120
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara berkembang, terus meningkatkan roda
perekonomian dan melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan di
berbagai bidang. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mewujudkan amanat
yang diemban negara sebagaimana tertuang di dalam Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945. Dalam memajukan perekonomian dan pembangunan,
Indonesia didukung oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tentunya memudahkan tercapainya kesejahteraan masyarakat
Indonesia dari hasil kemajuan ekonomi dan pembangunan yang dicapai.
Perekonomian dan pembangunan di Indonesia erat kaitannya dengan
keberadaan perbankan. Dewasa ini, bidang perbankan Indonesia sedang
mengalami kemajuan sistem dan infrastruktur (sesuai dengan asas Good
Corporate Governance). Perbankan bagaikan aliran darah dalam
perekonomian dan pembangunan dilihat dari pengertian perbankan. Pasal 1
ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
Keberadaan dan manfaat adanya perbankan bagi masyarakat terwujud
dalam suatu badan usaha yang disebut bank. Bank berperan penting sebagai
lembaga perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus of
fund) dan pihak yang kekurangan dana (lack of fund). Hal tersebut tercermin
dalam pengertian bank menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Pada saat ini, banyak bank yang berkompetisi satu sama lain demi
meningkatkan jumlah nasabah serta transaksi keuangannya. Hal tersebut
bertujuan untuk mempertegas keberadaan bank di mata masyarakat pada
umumnya serta meningkatkan keuntungan khususnya. Persaingan diantara
bank-bank tersebut semakin menarik dengan kehadiran bank-bank asing
diantara bank-bank lokal. Bank-bank asing tersebut memberanikan diri untuk
masuk ke dalam industri perbankan Indonesia karena mereka menganggap
Indonesia merupakan pasar potensial seiring dengan pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan yang semakin baik.
Adanya persaingan antar bank di Indonesia seharusnya dapat
meningkatkan kualitas layanan dan tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat
mengakomodasi kebutuhan masyarakat, yang mana jika masyarakat tertarik
dari bank pilihannya. Saat ini, bank telah menyediakan berbagai layanan dan
fasilitas yang semakin inovatif demi menarik masyarakat. Salah satu layanan
dan fasilitas di bank yang saat ini semakin banyak dibutuhkan dan digunakan
masyarakat Indonesia yang semakin maju tingkat perekonomiannya adalah
Safe Deposit Box.
Untuk mengatasi masalah kerusakan atau kehilangan dokumen, bank
menyediakan suatu fasilitas berupa pelayanan penyimpanan dokumen dengan
menggunakan sistem sewa. Pelayanan penyimpanan dokumen ini dikenal
dengan nama Safe Deposit Box. Ruangan Safe Deposit Box dirancang secara
khusus untuk memberikan rasa nyaman dan aman untuk menyimpan harta
dan/atau surat-surat berharga1. Safe Deposit Box merupakan wujud dari salah
satu usaha bank berdasarkan Pasal 6 huruf h Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan2 jo. Pasal 1 ayat (14) Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan3.
Salah satu risiko menyimpan dokumen-dokumen penting seperti ijazah,
surat-surat berharga, sertifikat tanah, atau dokumen lainnya adalah risiko
kehilangan atau risiko kerusakan. Risiko hilang karena dicuri atau hilang
karena terselip merupakan risiko utama. Demikian pula dengan risiko
kerusakan akibat kena air, rayap, atau terbakar juga merupakan risiko yang
1
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hlm 159.
2
Pasal 6 huruf h Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Usaha Bank Umum meliputi: “menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga”.
3
dapat merusak nilai dan keabsahan dokumen-dokumen penting. Kerusakan
dokumen ini sangat merugikan pemiliknya, karena mengakibatkan dokumen
sudah tidak bernilai lagi. Belum lagi untuk menggantikannya pasti
mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit4.
Layanan Safe Deposit Box yang ditawarkan bank, bagi sebagian orang
merupakan tempat penyimpanan benda berharga yang paling aman. Maklum
saja, bank menyediakan pengamanan sangat ketat untuk menjaga kotak besi
tersebut. Pengamanan yang sangat ketat itulah yang lantas menarik minat
banyak orang untuk menyimpan barang-barang berharga dalam Safe Deposit
Box. Apalagi biaya penggunaan fasilitas kotak besi di bank ini ternyata tidak
terlalu mahal5.
Perjanjian sewa-menyewa fasilitas Safe Deposit Box antara pihak bank dan
pihak nasabah pengguna Safe Deposit Box menimbulkan perikatan di antara
para pihak tersebut. Di satu sisi, pihak bank berkewajiban menyediakan suatu
jaminan keamanan terhadap Safe Deposit Box yang disewa nasabah,
sementara pihak nasabah berkewajiban membayar dan mentaati peraturan
penyewaan yang dikeluarkan bank atas penggunaan Safe Deposit Box. Di lain
sisi, pihak bank berhak menerima sejumlah pembayaran terkait perjanjian
penggunaan fasilitas Safe Deposit Box dari nasabah, dan pihak nasabah berhak
mendapatkan pelayanan dan keamanan pada Safe Deposit Box tersebut.
4
Kasmir, Loc.Cit., note 1., hlm 159.
5
Perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box tertuang dalam perjanjian
tertulis dengan mencantumkan klausula baku6. Hal tersebut menjadi suatu
bukti yang cukup kuat apabila di kemudian hari terjadi masalah atau sengketa.
Meskipun perjanjian dibuat dalam bentuk baku, perjanjian yang dibuat antara
pihak bank dan pihak nasabah tersebut harus tetap memenuhi asas-asas dalam
perjanjian7. Namun, seringkali dalam perjanjian baku tidak mematuhi
asas-asas dalam perjanjian yang pada kenyataannya seringkali menguntungkan
penyedia layanan dan merugikan pengguna layanan.
Salah satu asas yang seringkali diabaikan dalam perjanjian baku adalah
asas keseimbangan8. Perjanjian baku biasanya diberlakukan untuk suatu
layanan dengan banyaknya peminat atau calon pengguna layanan tersebut. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menghemat waktu dan biaya. Sebagai contoh
adalah klausula baku dalam layanan parkir, pengaturan dalam bidang
akademis, dan penggunaan fasilitas bank. Secara faktual, seringkali klausula
baku yang dibuat oleh penyedia layanan tidak memperhatikan aspek
6
Pasal 1 ayat (10) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa “Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.
7
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hlm 66. Menyebutkan asas-asas dalam perjanjian meliputi asas kebebasan berkontrak (contractsvrijheid), asas kesepakatan (concesus), asas kepercayaan, asas kekuatan mengikat (verbindende kracht der overeenkomst atau pacta sunt servanda), asas persamaan hukum, asas keseimbangan (evenwichtsbeginsel), asas kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, dan asas kebiasaan.
8
perlindungan konsumen sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Pada kenyataannya, Safe Deposit Box yang seharusnya aman sesuai
dengan namanya safe atau aman9, tidak lepas dari risiko hilang. Beberapa
kasus pembobolan Safe Deposit Box pernah terjadi di beberapa bank
terkemuka di Indonesia. Kejadian tersebut tentu mencoreng nama bank yang
bersangkutan dan menghilangkan kepercayaan sebagian besar masyarakat
terhadap fasilitas Safe Deposit Box padahal keberadaan fasilitas Safe Deposit
Box sudah banyak diminati masyarakat seiring dengan kebutuhan akan tempat
yang aman untuk menyimpan harta bendanya.
Perihal asas keseimbangan dan aspek perlindungan konsumen juga
menjadi bagian dari perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box pada lembaga
perbankan. Namun, beberapa isi klausula dalam perjanjian tersebut cukup
memberikan kerugian bagi nasabah pengguna Safe Deposit Box. Salah satu isi
klausula tersebut pada intinya adalah bahwa pihak bank tidak
bertanggungjawab atas kerugian, kerusakan, atau bahkan kehilangan atas
barang yang disimpan dalam Safe Deposit Box10. Dengan adanya isi klausula
tersebut, menempatkan nasabah pada posisi yang dirugikan mengingat fungsi
dan manfaat Safe Deposit Box.
9
Kata “aman” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring
(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/) berarti bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindung atau tersembunyi, tidak dapat diambil orang, tidak merasa takut atau khawatir.
10
Sebagai contoh, Pasal 28 dalam Syarat dan Ketentuan Umum Penyewaan Safe Deposit Box
Ketidakseimbangan dalam perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box
terkait dengan perlindungan konsumen dapat dilihat dalam Pasal 7
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang memuat
kewajiban dari pelaku usaha, dalam hal ini adalah bank. Menurut Pasal 7
huruf (a)11, (d)12, dan (g)13 maka kehilangan atau kerusakan barang atau
dokumen nasabah pada Safe Deposit Box, selain disebabkan keadaan
memaksa (overmacht, toeval, atau force majeure)14, sudah seharusnya
menjadi tanggung jawab pihak bank. Pada praktiknya, terhadap kasus
kehilangan atau kerusakan tersebut, terjadi pengalihan tanggung jawab.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE
DEPOSIT BOX PADA LEMBAGA PERBANKAN (Tinjauan Yuridis
Terhadap Asas Keseimbangan dan Perlindungan Konsumen)”.
11
Pasal 7 huruf (a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa kewajiban dari pelaku usaha adalah “beritikad baik dalam menjalankan kegiatan usahanya”.
12
Pasal 7 huruf (d) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa kewajiban dari pelaku usaha adalah “menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku”.
13
Pasal 7 huruf (g) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa kewajiban dari pelaku usaha adalah “memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian”.
14
B. Perumusan dan Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
perumusan masalah dalam skripsi ini adalah “Bagaimanakah perlindungan
hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box ditinjau dari asas
keseimbangan dan perlindungan konsumen?”.
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka identifikasi
masalah dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimanakah perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak nasabah
pengguna Safe Deposit Box?
2. Apakah perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit Box antara pihak
bank dan pihak nasabah pengguna Safe Deposit Box telah memenuhi asas
keseimbangan?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe
Deposit Box ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen?
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perlindungan hukum
terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box ditinjau dari asas keseimbangan
dan perlindungan konsumen. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk membahas dan mengkaji perikatan yang timbul antara pihak bank
2. Untuk membahas dan mengkaji pemenuhan asas keseimbangan dalam
perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit Box antara pihak bank dan
pihak nasabah pengguna Safe Deposit Box.
3. Untuk membahas dan mengkaji perlindungan hukum terhadap nasabah
pengguna Safe Deposit Box ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yang dipilih oleh peneliti sehubungan dengan
perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box ditinjau
dari asas keseimbangan dan perlindungan konsumen, maka kegunaan dari
penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis:
Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum,
khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna
Safe Deposit Box.
2. Secara Praktis:
a. Memberikan masukan bagi pemerintah dalam memberikan
perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box.
b. Memberikan masukan bagi lembaga perbankan dalam memberikan
perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box
dalam kaitannya dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
c. Memberikan masukan bagi para praktisi, akademisi, dan peneliti
mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe
Deposit Box pada lembaga perbankan.
d. Memberikan masukan bagi masyarakat pengguna fasilitas Safe Deposit
Box pada lembaga perbankan mengenai hak konsumen untuk
memperoleh perlindungan hukum dalam menggunakan fasilitas Safe
Deposit Box.
E. Kerangka Pemikiran
Manusia selalu ada dalam kebersamaan dengan sesamanya karena manusia
adalah makhluk sosial, sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles yaitu
bahwa manusia adalah zoon politikon15. Apabila hidup dalam kebersamaan
dengan sesamanya, manusia dapat mempertahankan keberadaannya sebagai
makhluk hidup karena manusia yang satu dimungkinkan untuk bekerja sama
dengan manusia yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
masing-masing.
Menurut Abraham Maslow, terdapat 5 (lima) hierarki kebutuhan manusia
dari tingkatan terendah sampai tertinggi yang terdiri atas kebutuhan fisiologis
(physiological needs), kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan
untuk rasa memiliki (belongingness needs), kebutuhan akan harga diri (esteem
15
needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs)16.
Hierarki kebutuhan manusia dari Abraham Maslow yang akan lebih khusus
dibahas dalam skripsi ini adalah kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
Kebutuhan manusia akan keamanan atas harta dan/atau surat-surat
berharga yang dimilikinya dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan yang
menyediakan jasa pelayanan penyimpanan harta dan/atau surat-surat berharga
yang dikenal dengan nama Safe Deposit Box. Adanya keinginan dari
penggunaan jasa tersebut menimbulkan perikatan diantara penyedia jasa dan
pengguna jasa. Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara 2
(dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, di
mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi
prestasi itu17.
Perikatan bersumber dari 2 (dua) hal yaitu karena undang-undang dan
karena perjanjian. Perikatan yang bersumber dari undang-undang semata-mata
adalah perikatan yang dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu,
melahirkan suatu hubungan hukum (perikatan) di antara para pihak-pihak
yang bersangkutan, terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut18. Sementara
itu, perjanjian adalah suatu hubungan hukum di bidang harta kekayaan yang
didasari kata sepakat antara subjek hukum yang satu dengan yang lain, dan di
antara subjek hukum tersebut saling mengikatkan dirinya sehingga subjek
hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain
16
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika Aditama, 2005, hlm 63-64.
17
Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., note 7, hlm 1.
18
berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati para pihak tersebut serta menimbulkan akibat hukum19.
Lembaga perbankan sebagai penyedia fasilitas Safe Deposit Box dan
nasabah sebagai pengguna Safe Deposit Box mengikatkan diri dalam suatu
perjanjian. Hubungan hukum antara lembaga perbankan sebagai penyedia jasa
Safe Deposit Box dan nasabah sebagai pengguna Safe Deposit Box dituangkan
dalam bentuk perjanjian tertulis. Pengertian dari perjanjian termaktub dalam
Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
lain atau lebih.
Mengingat banyaknya ketentuan yang perlu diatur dan hal-hal yang perlu
diantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya suatu masalah menyebabkan
suatu perundingan antara pihak bank dan pihak nasabah terhadap isi dari
perjanjian akan memakan waktu yang lama, maka perjanjian penggunaan
fasilitas Safe Deposit Box dibuat secara baku oleh pihak bank. Perjanjian yang
dibuat secara baku juga dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi
para pihak, meskipun pihak nasabah diberikan pilihan “take it or leave it”.
Jika nasabah setuju dengan isi perjanjiannya, maka terjadi kesepakatan tentang
penggunaan fasilitas Safe Deposit Box. Namun jika pihak nasabah tidak
menyetujuinya, pihak nasabah tidak diharuskan menggunakan jasa Safe
Deposit Box dari pihak bank tersebut.
19
Perjanjian baku ialah perjanjian yang hampir seluruh klausula-klausulanya
sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak
mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan20. Oleh
karena perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit Box dibuat dalam bentuk
perjanjian baku, maka perlu dikaji permasalahan hukum yang kiranya dapat
muncul dari perjanjian baku tersebut, yang salah satunya adalah adanya
klausula atau ketentuan yang merugikan pihak nasabah.
Salah satu isi klausula tersebut pada intinya adalah bahwa pihak bank
tidak bertanggungjawab atas kerugian, kerusakan, atau bahkan kehilangan atas
barang yang disimpan dalam Safe Deposit Box. Klausula tersebut dapat
dikategorikan sebagai klausula eksonerasi atau klausula eksemsi (exemption
clause)21 yang merupakan bentuk pengalihan tanggung jawab. Adanya
pengalihan tanggung jawab berarti adanya pelanggaran terhadap asas
keseimbangan, dimana asas keseimbangan merupakan salah satu asas penting
dalam perjanjian. Padahal, kontrak memiliki tujuan dasar, yaitu:
1. Tujuan pertama dari suatu kontrak ialah memaksakan suatu janji dan
melindungi harapan wajar yang muncul darinya.
2. Tujuan kedua dari kontrak ialah mencegah pengayaan (upaya memperkaya
diri) yang dilakukan secara tidak adil atau tidak benar.
3. Tujuan ketiga ialah to prevent certain kinds of harm.
20
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993, hlm 66.
21
4. Tujuan keempat dari kontrak ialah mencapai keseimbangan antara
kepentingan sendiri dan kepentingan terkait dari pihak lawan22.
Asas keseimbangan dalam suatu perjanjian dapat dilihat bahwa kedudukan
kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan
iktikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang23. Maka,
adanya klausula pengalihan tanggung jawab atas risiko kehilangan dalam
penggunaan Safe Deposit Box dari pihak penyedia layanan (pihak bank)
kepada pengguna layanan (pihak nasabah) tentu tidak memenuhi asas
keseimbangan.
Fasilitas Safe Deposit Box sebagai salah satu jenis usaha bank tidak
terlepas dari konsumen dalam hal ini nasabah pengguna Safe Deposit Box.
Hubungan antara pelaku usaha24 dan konsumen25 diatur dalam
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-undang tersebut mencantumkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik dari
pihak pelaku usaha maupun pihak konsumen. Perjanjian penggunaan fasilitas
Safe Deposit Box, pada praktiknya seringkali mencantumkan klausula baku
22
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm 309-310.
23
Op.Cit., note 7, hlm 88.
24
Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama, melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
25
yang mengandung pengalihan tanggung jawab dari pihak bank kepada pihak
nasabah. Pengalihan tanggung jawab juga diatur dalam Pasal 18 ayat (1) huruf
a Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
yang menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau
jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau
mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian
apabila menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah26. Oleh karena itu, data dan informasi
yang dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang dihadapi artinya data
tersebut harus bertalian, berkaitan, mengena, dan tepat serta dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya27.
Penyusunan penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum
normatif, yaitu dengan meneliti data sekunder bidang hukum yang ada sebagai
data kepustakaan dengan menggunakan metode berpikir deduktif28 dengan
kriterium kebenaran koheren29.
26
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1985, hlm 4.
27
Widodo, Pelaksanaan Penyelenggaraan Safe Deposit Box Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Semarang: Tesis Universitas Diponegoro, 2008, hlm 62.
28
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
29
1. Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan undang-undang (statute
approach) yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan
regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang diteliti30 serta
pendekatan kasus (case approach) dengan cara melakukan telaah terhadap
kasus-kasus yang berkaitan dengan isu-isu yang dihadapi yang telah
menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap31.
2. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif analitis, yaitu
menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum
terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box pada lembaga perbankan di
Indonesia.
3. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang
difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma
dalam hukum positif32.
4. Jenis Data
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan sebagai
data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui bahan-bahan
kepustakaan. Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu
seluruhnya harus terpadu secara utuh (koheren), baik ditinjau dari lingkup argumentasi, maupun dikaitkan dengan pengetahuan-pengetahuan hukum yang sudah ada sebelumnya yang telah dianggap benar.
30
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010, hlm 93.
31
Ibid, hlm 24.
32
mengumpulkan, menyeleksi, dan meneliti peraturan perundang-undangan,
buku, serta sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Data yang berhasil diperoleh ini dipergunakan sebagai landasan berpikir
yang bersifat teoritis33.
5. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan yang
dilakukan untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, atau
pendapat-pendapat mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna
Safe Deposit Box pada lembaga perbankan. Data sekunder meliputi:
1) Bahan hukum primer yang berupa Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (Burgerlijk Wetboek), Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, dan Yurisprudensi yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
2) Bahan hukum sekunder yang berupa berbagai literatur, hasil-hasil
Penelitian berupa skripsi, tesis, dan disertasi di bidang hukum,
maupun surat kabar dan majalah yang berkaitan dengan
perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box
pada lembaga perbankan di Indonesia.
33
3) Bahan hukum tersier yang berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia
Daring.
b. Teknik Analisis Data
Teknik analisis terhadap data yang ada menggunakan pendekatan
kualitatif, dalam pendekatan secara kualitatif tidak digunakan
parameter statistik guna menganalis data yang ada. Cara menganalisis
terhadap data yang dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan
penafsiran gramatikal, yaitu penafsiran menurut tata bahasa, cara
penafsiran tersebut berguna untuk menemukan suatu asas atau kaidah
hukum.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dalam bagian Metode
Penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai dasar
penelitian. Teknik pengumpulan data adalah dengan studi kepustakaan
sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data
kualitatif.
G. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Memaparkan uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan
dan identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika
BAB II: PERJANJIAN DAN UNDANG-UNDANG SEBAGAI SUMBER
PERIKATAN ANTARA BANK DENGAN NASABAH DALAM
PENYEDIAAN FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX
Memaparkan uraian mengenai perikatan (verbintenis) pada
umumnya yang meliputi pengertian perikatan, subjek perikatan dan
objek perikatan; pengaturan hukum perikatan; sumber-sumber
hukum perikatan yang meliputi perikatan yang terjadi karena
perjanjian (overeenkomst) dan perikatan yang terjadi karena
undang-undang; jenis-jenis perikatan yang meliputi perikatan
menurut isi daripada prestasinya, menurut subjeknya, dan menurut
mulai berlakunya dan berakhirnya; risiko dalam hukum perikatan
yang meliputi risiko pada perjanjian sepihak dan risiko pada
perjanjian timbal balik; dan hapusnya perikatan.
BAB III: TINJAUAN NORMATIF TERHADAP HUBUNGAN HUKUM
ANTARA LEMBAGA PERBANKAN SEBAGAI PENYEDIA
FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX DENGAN NASABAH
PENGGUNA FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX
Memaparkan uraian tentang pengertian bank; pengertian dan
pengaturan hukum perbankan; jasa-jasa perbankan; Safe Deposit
Box sebagai produk jasa perbankan; prinsip-prinsip dalam kegiatan
prinsip kehati-hatian, dan prinsip mengenal nasabah; hubungan
antara bank dengan nasabah yaitu hubungan kontraktual dan
hubungan non-kontraktual; perjanjian baku terdiri dari pengertian
perjanjian baku, keabsahan perjanjian baku, dan klausula
eksonerasi; dan perlindungan konsumen terkait produk perbankan
yang meliputi pengertian perlindungan konsumen, asas-asas dalam
perlindungan konsumen, dan tanggung jawab pelaku usaha.
BAB IV: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH
PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI ASAS
KESEIMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
Memaparkan uraian tentang hasil analisis berdasarkan identifikasi
masalah yaitu perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak
nasabah pengguna Safe Deposit Box, pemenuhan asas
keseimbangan dalam perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit
Box antara pihak bank dan pihak nasabah pengguna Safe Deposit
Box, dan perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe
Deposit Box ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Memuat kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah ditulis peneliti pada bab-bab sebelumnya,
maka peneliti menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak nasabah pengguna Safe
Deposit Box terjadi melalui perjanjian sewa menyewa. Objek sewa
menyewa berada dalam lingkungan bank sehingga barang-barang berharga
nasabah juga disimpan dalam lingkungan bank. Hal ini terlihat seperti
suatu perjanjian penitipan daripada perjanjian sewa menyewa akan tetapi
dalam praktiknya bank menggunakan perjanjian sewa menyewa. Salah
satu alasan yang menjadi pertimbangan pihak bank adalah risiko terhadap
tanggung jawab atas barang-barang yang disimpan dalam objek sewa
menyewa (Safe Deposit Box).
2. Perjanjian sewa menyewa antara pihak bank dan pihak pengguna Safe
Deposit Box yang dibuat dalam bentuk baku oleh pihak bank masih belum
memenuhi asas keseimbangan. Penetapan klausula baku merupakan hal
yang diperbolehkan selama dibatasi oleh Pasal 18 Undang-undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen namun pada praktiknya,
masih terdapat pelanggaran terhadap penggunaan klausula baku. Hal
menguntungkan pihak bank dibandingkan pihak nasabah, seperti
pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian sewa menyewa Safe
Deposit Box yang mengalihkan tanggung jawab pihak bank kepada pihak
nasabah pengguna Safe Deposit Box sehingga menimbulkan ketidakadilan
bagi pihak nasabah.
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
merupakan payung hukum bagi nasabah pengguna Safe Deposit Box
sebagai konsumen apabila dirugikan oleh pihak perbankan sebagai pelaku
usaha penyedia fasilitas Safe Deposit Box. Ketidakseimbangan dalam
perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box antara pihak bank dan pihak
nasabah menimbulkan kerugian bagi pihak nasabah sehingga pihak bank
berkewajiban memberikan penggantian atas kerugian akibat penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan jasa penyediaan fasilitas Safe Deposit Box
berdasarkan Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti mengemukakan
beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Bank dalam membuat perjanjian sewa menyewa terkait penggunaan Safe
Deposit Box sebaiknya mencantumkan klausula-klausula yang meskipun
dalam bentuk baku, tetapi menempatkan pihak bank dan pihak nasabah
2. Bank sebagai pelaku usaha yang menyediakan fasilitas Safe Deposit Box
harus lebih mengedepankan etika dalam berbisnis, profesionalisme, dan
beriktikad baik dalam menjalankan setiap kegiatan usahanya serta jangan
hanya mengejar keuntungan semata (profit oriented) walaupun tujuan
utama perusahaan adalah mencari keuntungan tetapi harus disertai dengan
pemberian kualitas jasa yang baik dengan memperhatikan hak-hak
nasabah pengguna fasilitas Safe Deposit Box sebagai konsumen seperti
yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
3. Konsumen pengguna Safe Deposit Box harus lebih memahami hak-haknya
dengan meningkatkan pengetahuan mengenai perlindungan konsumen
yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen tanpa mengabaikan kewajiban-kewajibannya.
4. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen
seharusnya secara rutin mengadakan kegiatan edukasi (seperti seminar)
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen bahwa mereka
adalah subjek hukum yang dilindungi karena terdapat landasan dan
payung hukum untuk memperoleh keadilan apabila dirugikan oleh pihak
bank.
5. Pemerintah berkewajiban melindungi konsumen pengguna Safe Deposit
Box agar tidak dirugikan oleh pihak bank sebagai pelaku usaha yang
menyediakan fasilitas Safe Deposit Box dengan cara mengawasi
pihak nasabah dan penggunaan klasusula baku dalam perjanjian sewa
menyewa agar terdapat keseimbangan antara pihak bank dan pihak
nasabah pengguna Safe Deposit Box sebagai konsumen.
6. Jika dilihat dari bentuk perjanjian yang dilakukan, adalah lebih tepat
merupakan perjanjian penitipan dibandingkan perjanjian sewa menyewa.
7. Bank dalam pelaksanaan penyediaan fasilitas Safe Deposit Box lebih
memperhatikan Standard Operating Procedure (SOP) sehingga fasilitas
Safe Deposit Box dapat lebih terjamin keamanan dan kenyamanannya
8. Bank dan/atau nasabah pengguna Safe Deposit Box menggunakan jasa
asuransi demi mengamankan barang-barang yang disimpan dalam Safe
Deposit Box.
9. Bank penyedia layanan Safe Deposit Box seharusnya bertanggung jawab
terhadap segala kerugian yang ditimbulkan atas kesalahan dan/atau
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktik Perusahaan
Perdagangan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992.
Agnes M. Toar, Tanggung Jawab Produk: Sejarah dan Perkembangannya di
Beberapa Negara, Ujung Pandang: DKIH Belanda-Indonesia, 1988.
Anwar Prabu Mangkunegara A.A., Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika
Aditama, 2005.
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata (Termasuk
Asas-asas Hukum Perdata), Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.
Djoni S. Ghazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar
Grafika, 2010.
Gamal Komandoko dan Handri Raharjo, 75 Contoh Surat Perjanjian (Surat
Kontrak), Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi: The Bankers Hand Book,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.
H. Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung:
Alumni, 2004.
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di
Bidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.
Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2010.
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia, 2011.
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2002.
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001.
Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum Buku
I, Bandung: Alumni, 2009.
Muhamad Djumhana, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2008.
Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1993.
Muliaman D. Hadad, Perlindungan dan Pemberdayaan Nasabah Bank dalam
Arsitektur Perbankan Indonesia, Jakarta: Badan Perlindungan Konsumen
Nasional, 2006.
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003.
Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2006.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.
R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Bandung: Tarsito, 1995.
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Putra Abardin, 1999.
R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bandung: Mandar
Maju, 2000.
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Sinar Grafika,
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003.
Sukarmi, Cyber Law Kontrak Elektronik dalam Bayang-bayang Pelaku
Usaha, Bandung: Pustaka Sutra, 2008.
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang
Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,
Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada, 1985.
Thomas Suyatno, dkk., Kelembagaan Perbankan, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991.
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Perbankan di Indonesia,
Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.
Yusuf Shopfie, Perlindungan Konsumen & Instrumen-instrumen Hukumnya,
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-undang 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
C. KARYA TULIS
Widodo, Pelaksanaan Penyelenggaraan Safe Deposit Box Pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Semarang: Tesis Universitas
D. KAMUS
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (dalam jaringan/online).
E. RUJUKAN ELEKTRONIK
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ diakses pada 07 September 2013.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kotak_simpanan diakses pada tanggal 14
September 2013.
http://keuangan.kontan.co.id/news/harta-di-safe-deposit-box-raib-nasabah-gugat-bii- diakses pada tanggal 20 September 2013.
http://muhamaddjumhana.blogspot.com/2010/10/oleh-muhamad-djumhana-bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 27 November 2013.
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonom
ian+Indonesia/LPI_2012.htm diakses pada tanggal 07 Oktober 2013.
F. SURAT KABAR
Dupla Kartini, Harta di Safe Deposit Box Raib, Nasabah Gugat BII, 2009,
(http://keuangan.kontan.co.id/news/harta-di-safe-deposit-box-raib-nasabah-gugat-bii-), diakses pada tanggal 27 Desember 2013.
Harris Hadinata (et.al.), Memang Aman Dari Api, Tetapi Amankah Dari