SKRIPSI
KONSTRUKSI DAN MAKNA JODOUSHI DANTEI
DALAM NOVEL TOBU GA GOTOKU VOLUME 1-10
KARYA RYOUTAROU SHIBA
DWIKA YANTI MNUNE
1201705034
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nyalah penelitian yang berjudul “Jodoushi Dantei dalam Novel Tobu ga
Gotoku Volume 1-10 Karya Ryoutarou Shiba” dapat diselesaikan tepat pada waktunya
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan dalam meraih gelar sarjana
(strata satu) pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Udayana.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Renny Anggraeny, S.S., M.Pd
selaku pembimbing pertama dan I Nyoman Rauh Artana, S.S., M.Hum selaku
pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, saran dan semangat yang
sangat berarti bagi penulis, sehinggga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
baik.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas fasilitas dan kesempatan yang
diberikan kepada penulis selama mengikuti dan menyelesaikan pendidikan S1 di
Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya
Universitas Udayana yang telah memberikan izin menggunakan fasilitas dalam
pembimbing akademik Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si atas semangat dan dorongan
yang selalu diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya serta
staf dosen Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana atas pengetahuan dan
bimbingannya yang sangat berguna selama menempuh pendidikan S1 pada Program
Studi Sastra Jepang.
Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih
kepada kedua orang tua tercinta, Yacobis Mnune, S.H dan Dra. Ni Ketut Narti, M.M
yang selalu memberikan motivasi dan semangat yang luar biasa kepada penulis serta
Jemmy, Dewi, Ano, dan Ari selaku kakak dan adik-adik terbaik yang juga selalu
memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Eka Meri dan Melda selaku
teman-teman seperjuangan penulis selama mengikuti perkuliahan tingkat awal hingga
sekarang, Mbok Rus yang bersedia meminjamkan buku referensi dan sumber data
dalam menunjang penulisan skripsi ini, seluruh teman-teman angkatan 2012 Take Dai
Kazoku ‘Keluarga Besar Bambu’ atas kebersamaan, pengalaman dan doanya, serta
semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam segi penulisan
maupun isi dalam skripsi ini. Oleh karena hal itu, tidak ada selain kritik dan saran-saran
yang membangun dari semua pihak yang dibutuhkan penulis dalam menyempurnakan
penelitian ini. Harapan penulis lainnya yaitu semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
Denpasar, 5 April 2016
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Konstruksi dan Makna Jodoushi Dantei dalam Novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 Karya Ryoutarou Shiba” ini bertujuan untuk meneliti konstruksi dan makna dari jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam Novel Tobu ga Gotoku Volume 1-10 Karya Ryoutarou Shiba. Analisis konstruksi jodoushi dantei menggunakan teori sintaksis Verhaar (2012) dan Makino&Tsutsui (1989&1995), analisis makna menggunakan teori Chaer (2007), Makino&Tsutsui (1989&1995), dan Sakata&Kuromachi (1993). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jodoushi dantei da berkonstruksi dengan adjektiva, X wa Y dan X wa Y ga~. Jodoushi dantei no da berkonstruksi dengan verba, adjektiva dan adjektiva-na akar kata nomina. Jodoushi dantei wake da berkonstruksi dengan verba dan nomina. Jodoushi dantei mono da berkonstruksi dengan verba dan adjektiva. Jodoushi dantei ~ni chigainai berkonstruksi dengan verba, adjektiva, nomina dan adjektiva-na akar kata nomina. Jodoushi dantei hazu da berkonstruksi dengan verba, adjektiva dan nomina. Jodoushi dantei ~ni hokanaranai memiliki konstruksi nomina wa + nomina. Jodoushi dantei ~ni suginai berkonstruksi dengan verba, nomina dan nomor. Dari segi maknanya, jodoushi dantei da mengandung makna anggapan simpulan positif mengenai suatu pengutaraan dan ketetapan atau kepastian. Jodoushi dantei no da mengandung makna penafsiran seragam berbeda dari bentuk pengungkapannya, simpulan berdasarkan keadaan dan menjelaskan atau meminta penjelasan informasi seolah-olah kepentingan umum. Jodoushi dantei wake da mengandung makna simpulan secara logis dengan dugaan dan alasan. Jodoushi dantei mono da mengandung makna menjelaskan perasaan hati dalam konteks informal. Jodoushi dantei ~ni chigainai mengandung makna argumen secara objektif dan menjelaskan keyakinan mengenai suatu kenyataan. Jodoushi dantei hazu da mengandung makna fakta dugaan berdasarkan alasan dan harapan terjadinya sesuatu. Jodoushi dantei ~ni hokanaranai mengandung makna asal simpulan sehingga menjadi sebab dan alasan. Jodoushi dantei ~ni suginai mengandung makna simpulan tidak keluar dari ruang lingkup dan sesuatu atau seseorang tidak lebih dari jumlah.
要旨 (2007) Makino&Tsutsui (1989&1995) 坂田 倉持 (1993) 文脈的 意味
DAFTAR ISI
1.5 Ruang Lingkup Penelitian………. 6
1.6 Sumber Data………....…………..… 6
1.7 Metode dan Teknik Penelitian………... 6
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………... 7
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data……….… 7
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 8
2.3 Kerangka Teori………....………... 35
BAB III KONSTRUKSI JODOUSHI DANTEI DA, NO DA, WAKE DA,
MONO DA, ~NI CHIGAINAI, HAZU DA, ~NI HOKANARANAI,
DAN ~NI SUGINAI
3.1 Konstruksi Jodoushi Dantei Da
3.1.1 X wa Y dengan Jodoushi Dantei Da ………. 39
3.1.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi
Dantei Da ………. . 41
3.1.3 X wa Y ga~ dengan Jodoushi Dantei Da ………….... 43
3.2 Konstruksi Jodoushi Dantei No Da
3.2.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi
Dantei No Da .……… 44
3.2.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan
Jodoushi Dantei No Da ..……….… 44
3.2.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan
Jodoushi Dantei No Da ..……….. 47
3.2.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi
Dantei No Da ..……… 50
3.2.3 Penggabungan Adjektiva akar kata Nomina dengan
3.3 Konstruksi Jodoushi Dantei Wake Da
3.3.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi
Dantei Wake Da... 53
3.3.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan Jodoushi
Dantei Wake Da ..………..…………. 53
3.3.2 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi
Dantei Wake Da.. ……..…………..………. 55
3.4 Konstruksi Jodoushi Dantei Mono Da
3.4.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi
Dantei Mono Da..………. 57
3.4.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan
Jodoushi Dantei Mono Da ..…………..……. 57
3.4.1.2 Penggabungan Henkaku Doushi dengan
Jodoushi Dantei Mono Da..………..………. 59
3.4.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi
Dantei Mono Da ….…………..……….………. 60
3.5 Konstruksi Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai
3.5.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi Dantei
~Ni Chigainai ..…… ……..…………..………... 62
3.5.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan
Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai..………..….. 64
3.5.1.3 Penggabungan Henkaku Doushi dengan
Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai..……….…… 65
3.5.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi Dantei
~Ni Chigainai..………..……... 66
3.5.3 Penggabungan Adjektiva akar kata Nomina dengan
Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai ..………...…….. 67
3.5.4 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi Dantei
~Ni Chigainai..………...…... 68
3.6 Konstruksi Jodoushi Dantei Hazu Da
3.6.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi Dantei
Hazu Da ..………..…………..……..…... 70
3.6.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan
Jodoushi Dantei Hazu Da .……….. 70
3.6.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan
Jodoushi Dantei Hazu Da ... 71
3.6.2 Penggabungan Adjektiva dengan Jodoushi Dantei
3.7 Konstruksi Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai
3.7.1 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi Dantei
~Ni Hokanaranai …………..……... 76
3.8 Konstruksi Jodoushi Dantei ~Ni Suginai 3.8.1 Penggabungan Verba dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai..………..……….………..…... 77
3.8.1.1 Penggabungan Godan Doushi dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai ..……..………. 77
3.8.1.2 Penggabungan Ichidan Doushi dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai .………..…….. 79
3.8.2 Penggabungan Nomor/Pencacah dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai..……..………..……….. 80
3.8.3 Penggabungan Nomina dengan Jodoushi Dantei ~Ni Suginai..………..…………..………. 81
BAB IV MAKNA JODOUSHI DANTEI DA, NO DA, WAKE DA, MONO DA, ~NI CHIGAINAI, HAZU DA, ~NI HOKANARAI, DAN ~NI SUGINAI 4.1 Makna Jodoushi Dantei Da …..…………..………..…... 84
4.2 Makna Jodoushi Dantei No Da …..…………..………..… 88
4.3 Makna Jodoushi Dantei Wake Da …..…………..………. 93
4.5 Makna Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai …..…………..……….. 99
4.6 Makna Jodoushi Dantei Hazu Da …..…………..………... 102
4.7 Makna Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai …..…………..……. 105
4.8 Makna Jodoushi Dantei ~Ni Suginai …..…………..………….. 106
4.9 Subtitusi Jodoushi Dantei Da, No Da, Wake Da, Mono Da,
~Ni Chigainai, Hazu Da, ~Ni Hokanaranai, ~Ni Suginai …..… 111
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan …………..………..…...…………..……… 128
5.2 Saran …………..…………...…………..………..…...…… 136
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR KAMUS
CURRICULUM VITAE
DATA VERIFIKATOR
DAFTAR SINGKATAN
AKU : Akusatif
ADBJG : A Dictionary of Basic Japanese Grammar
ADIJG : A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar
BTK AND : Bentuk Pengandaian
BTK-NEG : Bentuk Negatif
BTK-FOR : Bentuk Formal
BTK-AJKN : Bentuk Ajakan
DAT : Datif
GEN : Genetif
JD : Jodoushi Dantei
KOP : Kopula
LOK : Lokatif
NOM : Nominatif
PAR : Partikel
SKM : Sakata dan Kuromachi
SHU : Shuujoshi atau partikel akhir
TGG : Tobu Ga Gotoku
DAFTAR SIMBOL
‘ ’ : Simbol yang menunjukkan terjemahan bebas
“ ” : Simbol yang menunjukkan petikan langsung yang berasal dari sumber tertulis, judul skripsi dan kata atau frase dalam analisis
~ : Simbol menunjukkan bentuk (pola)
( ) : Simbol menunjukkan data dan tambahan keterangan
) : Simbol yang menunjukkan contoh kalimat dari buku-buku
referensi
/ : Simbol yang menunjukkan kata (atau)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto
(2007:118), menyatakan bahwa jodoushi apabila dipadankan ke dalam bahasa
Indonesia memiliki arti ‘verba bantu’. Sedangkan, dantei dalam padanan bahasa
Indonesia memiliki arti ‘simpulan, ketetapan atau kepastian’ (Matsuura, 2005:134).
Secara harfiah, jodoushi dantei adalah verba bantu yang digunakan ketika menyatakan
suatu simpulan, ketetapan atau kepastian dari suatu pernyataan.
Sakata dan Kuromachi (1993:113), menyatakan bahwa jodoushi dantei ada
delapan di antaranya yaitu da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni
hokanaranai, dan ~ni suginai. Dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, jodoushi dantei
sering digunakan, namun kurangnya pengetahuan dengan adanya jodoushi dantei yang
memiliki makna yang hampir sama ketika dipadankan ke dalam bahasa Indonesia,
membuat para pembelajar bahasa Jepang kurang paham dengan penggunaan jodoushi
dantei tersebut dalam memahami dapat atau tidaknya jodoushi dantei ini saling
menggantikan satu sama lain ketika terdapat dalam sebuah konteks kalimat.
Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan beberapa jodoushi dantei
1) あ 人 田中さ 弟さ
‘Tidak diragukan lagi orang itu adalah adik saudara Tanaka.’
(SKM, 1993:128)
‘Kemarin, karena sudah mengangkat telepon, dia seharusnya tahu.’
(SKM, 1993:129)
‘Tak heran meskipun hanya anak-anak, menghabiskan lebih dari seratus ribu, kalau begitu gaji yang sekarang membuat kehidupan cukup menderita.’
3
Pada kalimat 1) penggunaan jodoushi dantei ~ni chigainai memberikan makna
kepastian bahwa orang tersebut adalah adik dari saudara Tanaka. Pada kalimat 2)
penggunaan jodoushi dantei hazu da memberikan makna simpulan bahwa seharusnya
dia tahu, karena kemarin sudah mengangkat telepon. Pada kalimat 3) penggunaan
jodoushi dantei wake da memberikan makna simpulan bahwa kehidupan menjadi
cukup menderita karena hanya ana-anak saja dapat menghabiskan uang lebih dari
seratus ribu. Dari ketiga kalimat tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan jodoushi
dantei ~ni chigainai, hazu da, dan wake da memiliki makna yang serupa yaitu
mengenai simpulan atau kepastian dari suatu pernyataan. Pada kalimat 2) dan 3),
meskipun sama-sama memberikan makna simpulan, secara konteksnya, simpulan pada
kalimat 2) diperoleh secara objektif berdasarkan informasi yang dapat dipercaya,
sedangkan simpulan pada kalimat 3) diperoleh secara subjektif berdasarkan
perhitungan dasar atas apa yang didengar/dibaca. Selain itu, penggunaan ketiga
jodoushi dantei tersebut juga memiliki makna yang serupa dengan jodoushi dantei da,
no da, mono da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai.
Alasan dipilihnya jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai,
hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai yang terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku
volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba sebagai objek penelitian, karena pada novel
tersebut terdapat data-data yang dapat mendukung penelitian ini. Alasan lainnya, ke
memiliki makna yang serupa yaitu mengenai simpulan, kepastian atau ketetapan
apabila diletakkan pada sebuah konteks kalimat.
Untuk lebih jelas mengetahui penggunaan jodoushi dantei, penelitian ini
menjelaskan mengenai konstruksi dan makna yang di dalamnya terkandung subtitusi
atau saling menggantikan antar-jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume
1-10 karya Ryoutarou Shiba. Penelitian dilakukan agar dapat memudahkan
pemahaman bagi pembelajar bahasa Jepang memahami ilmu bahasa atau linguistik
bahasa Jepang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, masalah yang dibahas dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konstruksi kalimat yang mengandung jodoushi dantei dalam novel
Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba?
2. Bagaimanakah makna dan subtitusi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku
volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu
5
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menambah pemahaman dan
referensi penelitian mengenai jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni
chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai, dan ~ni suginai dalam kalimat bahasa Jepang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konstruksi kalimat yang mengandung jodoushi dantei dalam novel
Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.
2. Mengetahui makna dan subtitusi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku
volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini terbagi atas dua manfaat
yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis, di antaranya:
1.4.1 Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi penelitian dan
menambah kajian pustaka mengenai konstruksi kalimat, makna serta subtitusi jodoushi
dantei bagi penelitian berikutnya di masa yang akan datang.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada penelitian yang meliputi
konstruksi kalimat, makna serta subtitusi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku
karya Ryoutarou Shiba. Pada penelitian ini menggunakan 10 buah novel Tobu ga
Gotoku yaitu volume 1-10.
1.6 Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer
dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa novel bahasa Jepang yang
berjudul Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba. Novel yang digunakan terdiri dari 10
volume dengan tebal buku tiga ribu dua ratus lima puluh enam laman, diterbitkan oleh
Koudansha Bunko pada tahun 1980 di Jepang. Sumber data sekunder berupa
buku-buku referensi seperti buku-buku Jodoushi wo Chuushin ni tsuite, A Dictionary of Japanese
Grammar, Pengantar Linguistik Jepang, Gramatika Bahasa Jepang Modern dan
Asas-asas Linguistik Umum.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Metode dan teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode dan teknik
pengumpulan data, metode dan teknik analisis data dan metode dan teknik penyajian
7
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode simak. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan cara
menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Penggunaan dari metode ini
yaitu menyimak penggunaan kalimat bahasa Jepang yang mengandung jodoushi dantei
dalam novel yang berjudul Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.
Teknik lanjutan adalah teknik catat. Teknik catat menurut Sudaryanto (1993:135)
adalah teknik yang dilakukan dengan mencatat menggunakan alat tulis tertentu,
kemudian dilanjutkan dengan pengklasifikasian data. Teknik catat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mencatat kalimat bahasa Jepang yang di dalamnya terdapat
jodoushi dantei. Setelah data-data terkumpul, dilanjutkan dengan pengklasifikasian
data dengan mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang mengandung jodoushi dantei.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data-data telah terkumpul, dilanjutkan dengan tahap analisis data
dengan menggunakan metode agih. Metode agih adalah metode yang alat penentunya
justru bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu dalam rangka
kerja metode agih itu, selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran
penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, prepososi, adverbia, dsb.), fungsi
sintaksis (subjek, objek, predikat, dsb.), klausa, silabe kata, titinada dan yang lain
Ryoutarou Shiba menjadi alat penentu yang berupa unsur dari bahasa sasaran penelitian
ini.
Adapun teknik dasar dari metode agih yang digunakan adalah teknik bagi unsur
langsung yaitu membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur,
dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung
membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:31). Penggunaan dari
teknik ini yaitu data-data yang terkait dengan jodoushi dantei dibagi satuan
kebahasaannya menjadi beberapa bagian atau unsur yang membentuk satuan lingual.
Selanjutnya menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menguraikan data-data yang
terkait dengan jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya
Ryoutarou Shiba sehingga lebih mudah untuk dipahami.
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah data-data dianalisis, tahapan selanjutnya yaitu penyajian hasil analisis
data. Dalam tahapan penyajian hasil analisis data terdapat metode dan teknik yaitu
metode informal dan teknik informal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu metode informal yang cara penyajiannya melalui kata-kata biasa berupa tulisan
dan tidak menggunakan bentuk angka ataupun bagan/statistik (Sudaryanto, 1993:145).
Teknik yang digunakan selanjutnya yaitu teknik infomal (Sudaryanto, 1993:156) yaitu
hasil analisis data berupa kontruksi dan makna jodoushi dantei dalam novel Tobu ga
Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba yang disajikan dalam kata-kata dalam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya yang relevan digunakan
sebagai acuan untuk penelitian ini, sebagai berikut:
Rusprianti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk, Fungsi dan
Makna Jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai dalam novel Tobu
ga Gotoku Volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba”, dalam tahap pengumpulan data
menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Selanjutnya, pada
tahap analisis data menggunakan metode deskriptif dan teknik ganti yang dilanjutkan
pada tahap terakhir yaitu tahap penyajian hasil analisis data yang menggunakan metode
dan teknik informal. Teori yang digunakan pada penelitian Rusprianti yaitu teori
makna Pateda (2001) dan Chaer (2007) dengan mengacu pada konsep yang
dikemukakan oleh Sakata dan Kuromaci (1993), Makino dan Tsutsui (1989&1995).
Hasil penelitian dari Rusprianti menunjukkan bahwa jodoushi
~nakerebanaranai mengandung makna keharusan yang didasari oleh kewajiban untuk
melakukan suatu hal, kewajiban yang menyatakan suatu pandangan umum dalam
masyarakat maupun kewajiban diri sendiri. Jodoushi ~beki da mengandung makna
10
makna yang timbul bukan hanya makna mengenai pengharapan saja, namun dapat
memiliki makna nasehat atau perintah. Jodoushi ~zaru wo enai mengandung makna
keharusan yang wajib dilakukan ketika tidak ada pilihan lainnya sehingga terkesan
adanya suatu keterpaksaan. Penelitian ini dengan penelitian Rusprianti memiliki
kesamaan sumber data, teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi
(1993) dan meneliti tentang penggunaan jodoushi. Namun, penelitian ini difokuskan
pada jodoushi dantei, sedangkan penelitian Rusprianti difokuskan kepada jodoushi
~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai yang termasuk ke dalam jodoushi
handan no hitsuzen teki na kiketsu. Adapun kelebihan dari penelitian ini yaitu
memaparkan mengenai penggunaan seperti subtitusi dari jodoushi dantei. Manfaat
penelitian Rusprianti bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam
menerapkan teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi (1993).
Sulatri (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan
~darou dan ~kamoshirenai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami”,
dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu
teknik sadap dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan
metode agih (metode distribusional), teknik ganti sebagai teknik dasar dan teknik
lanjutan yang bersifat deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan
metode formal dan informal. Teori yang digunakan pada penelitian Sulatri mengacu
Hasil penelitian dari penelitian Sulatri yaitu, jodoushi ~darou dapat digunakan
untuk menyatakan dugaan (suiryou), konfirmasi (kakunin) dan untuk menguatkan
perasaan, sedangkan jodoushi ~kamoshirenai digunakan untuk menyatakan dugaan,
kemungkinan yang rendah dan ketika pembicara tidak yakin atas apa yang dikatakan.
Penelitian ini dengan penelitian Sulatri memiliki kesamaan pada metode analisis data
yaitu menggunakan metode agih dan kesamaan dalam meneliti tentang penggunaan
jodoushi, sedangkan pada objek penelitian dan teori yang digunakan berbeda.
Kelebihan penelitian ini yaitu jodoushi dantei yang digunakan lebih bervariasi
sehingga pemaparan mengenai penggunaan seperti subtitusi antar-jodoushi dantei
lebih beragam. Manfaat penelitian Sulatri bagi penelitian ini yaitu memberikan
pemahaman dalam menerapkan metode analisis data yang menggunakan metode agih.
Diahantari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Verba
Bantu ~te shimau pada Novel Kokoro Karya Natsume Souseki”, pada tahap
pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik sadap
dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode agih
dengan teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan yaitu teknik
sisip kemudian menggunakan metode deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis
data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah
Takayuki (1998), Iori Isao dkk (2000), Ichikawa (2005), Tanaka (2007) dan
Tomomatsu (2010) dan teori yang mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh
12
Hasil penelitian yang dilakukan Diahantari adalah verba bantu ~te shimau dapat
digunakan untuk menekankan penyelesaian suatu tindakan, penyesalan seseorang
tentang apa yang dilakukan atau penyesalan tentang tindakan seseorang atau sesuatu
yang telah terjadi, menyampaikan kejadian diluar dugaan atau yang tidak diduga oleh
pembicara, menjelaskan atau memberi alasan, menyatakan peristiwa atau hal di masa
depan, menyatakan kesulitan atau kesusahan pembicara dan menyatakan kegagalan
pembicara. ~Te shimau juga memiliki makna penyelesaian dan penyesalan sesuai
konteks kalimatnya. Penelitian Diahantari dengan penelitian ini sama-sama
menggunakan teori yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui, sedangkan
objek penelitian dan teori yang digunakan dalam menganalisis fungsi berbeda.
Kelebihan dari penelitian ini yaitu memaparkan subtitusi atau saling menggantikan
antar-jodoushi dantei. Manfaat penelitian Diahantari bagi penelitian ini yaitu
memberikan pemahaman dalam menerapkan teori yang mengacu pada pendapat
Makino dan Tsutsui.
2.2 Konsep
Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang nantinya memudahkan
dalam penyampaian hasil penelitian. Konsep-konsep tersebut meliputi hinshi bunrui
‘kelas kata’, jodoushi, jenis jodoushi, jodoushi dantei, dan konstruksi jodoushi dantei.
2.2.1 Hinshi bunrui
yang termasuk jiritsugo yaitu meishi ‘nomina’, doushi ‘verba’, keiyoushi/i-keiyoushi
‘adjektiva-i’, keiyoudoushi/na keiyoushi ‘adjektiva-na’, fukushi ‘adverbia’, rentaishi
‘prenomina’, setsuzokushi ‘konjungsi’, dan kandoushi ‘interjeksi’, sedangkan yang
termasuk ke dalam fuzokugo yaitu joshi ‘partikel’ dan jodoushi ‘verba bantu’
(Sudjianto dan Dahidi, 2004:148-149).
2.2.2 Jodoushi
Jodoushi diterjemahkan menjadi verba bantu dengan kanji yang membentuk
jodoushi yaitu jo pada jodoushi dapat dibaca tasukeru yang memilki arti bantu,
membantu atau menolong. Sedangkan doushi pada jodoushi memiliki arti verba atau
kata kerja (Sudjianto, 2007:118-119). Menurut Yasuo dalam Sudjianto (1985:193)
jodoushi adalah salah satu kelas kata yang bersama-sama dengan partikel termasuk
pada kelompok fuzokugo. Penggunaan jodoushi dapat mengalami perubahan dan
dipakai setelah nomina, verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan sebagainya.
2.2.2.1 Jenis jodoushi
Jodoushi menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113-133) digolongkan menjadi tujuh
belas jenis yaitu:
1. Ukemi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu reru dan rareru.
2. Sieki wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi seru dan saseru.
3. Kibou/yokkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu
14
4. Kanou wo arawasu ii kata terbagi menjadi tiga yaitu (reru)/rareru kanou
doushi, koto ga dekiru, dan uru/eru.
5. Youtai wo arawasu ii kata yaitu souda.
6. Hikyou wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu youda, mitaida,
dan gotoki/gotoku
7. Handan no hitsuzen teki na kiketsu wo arawasu ii kata yang terbagi
menjadi empat yaitu nakerebanaranai/nakerebaikenai, zaru wo enai,
wake ni wa ikanai, dan beki da.
8. Dantei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi delapan di antaranya yaitu
da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai,
dan ~ni suginai.
9. Kako/kanryou oyobi wo jitsugen kakutei no jitai wo arawasu ii kata yaitu
ta.
10. Futei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu nai dan nu (n)/zu.
11. Ishi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu u/you, mai, dan
tsumori da.
12.Denbun wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu souda, to iu
koto da/to no koto da, dan ndatte.
13.Suiryou/suitei/Suisoku nado wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tujuh
15.Kankoku wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu houga ii, ~tara
douka, dan koto da.
16.Kyouka/kyoyou oyobi kinshi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga
yaitu ~te (mo) ii/~te (mo) kamawanai, ~te wa ikenai/~te wa naranai, dan
bekarazu.
17.Irai/youkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu ~te kure
~te kurenaika ~te moraenaika, dan ~se (sase) te kure ~se (sase) te
kurenaika ~se (sase) te moraenaika ~se (sase) te morau.
Pada penelitian ini difokuskan pada jodoushi atau verba bantu yang termasuk jenis
dantei pada point ke delapan.
2.2.2.2 Jodoushi Dantei
Menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113), jodoushi dantei digunakan ketika
menyatakan simpulan, kepastian atau ketetapan akan suatu pernyataan. Jodoushi dantei
dibagi atas jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni
hokanaranai, dan ~ni suginai. Berikut penjelasan dari ke delapan jodoushi dantei,
sebagai berikut:
1. Jodoushi Dantei Da
Sakata dan Kuromachi, 1993:113-114 menyatakan bahwa:
一般 文表現 用い 場合 叙述 柄 い 肯定的
断定判断 表
16
‘Pada umumnya, situasi yang digunakan pada ungkapan kalimat menjelaskan anggapan simpulan positif suatu pengutaraan.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei da menyatakan suatu anggapan
simpulan positif mengenai suatu pengutaraan. Selain itu, jodoushi dantei da merupakan
jenis verba mengenai ketetapan dan kepastian, sehingga salah satu makna yang timbul
yaitu makna mengenai ketetapan atau kepastian akan suatu hal.
2. Jodoushi Dantei No Da
Sakata dan Kuromachi (1993:118), menyatakan bahwa:
表現形式 異 統一的 解釈 与え 場面や文脈
自分自身 対 納得 あ 相手 対 明 得 あ
場合 勧告 命令 意 帯び
Hyougen keishiki ni yotte kotonari, touitsu-tekina kaishaku wo ataeru. Bamen ya bunmyaku ni yori, jibun jishin ni taishite wa nattoku deattari, aite ni taishite wa setsumei settoku deattari shi, baai ni yotte wa kankoku/meirei no i wo obitari nado suru.
‘Memberikan penafsiran seragam, berbeda menurut bentuk pengungkapannya. Berdasarkan keadaan, terdapat maksud perintah dan nasihat. Berdasarkan konteks dan suasananya, adanya persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan adanya persetujuan diri sendiri.’
Makino dan Tsutsui (1989:325), juga menambahkan bahwa:
‘Akhir kalimat yang menunjukkan bahwa pembicara menjelaskan atau meminta penjelasan tentang informasi bersama dengan pendengar, atau berbicara tentang suatu emosional, seolah-olah itu kepentingan umum untuk pembicara dan pendengar.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei no da memiliki makna
memberikan penafsiran seragam, berbeda dari bentuk pengungkapannya, memberikan
simpulan berdasarkan keadaan yang menyatakan maksud perintah, nasihat, adanya
persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan persetujuan diri sendiri. Selain itu,
jodoushi dantei no da juga memiliki makna menjelaskan atau meminta informasi
seolah-olah untuk kepentingan umum.
3. Jodoushi Dantei Wake Da
Sakata dan Kuromachi (1993:123), menyatakan bahwa:
文的 要素 受け わけ 成 行 や 理
必然的 そ う 結論 いう判断 表 用い
そ う 結論 至 理 付け や推論 過程 述
多い
Bun-tekina youso wo ukeru ‘wake da’ wa koto no nariyuki ya mono no douri
nado kara hitsuzen-teki ni sono youna ketsuron ni tassuru to iu handan wo arawasu no ni mochiiru. Shitagatte, sono youna ketsuron ni itaru riyuu tsuketa ya suiron no katei ga tomoni noberareru koto ga ooi.
18
Makino dan Tsutsui (1989:531), juga menambahkan bahwa:
The speaker’s conclusion obtained through deductive, logical judgment or calculation on the basis of what he has heard or read.
‘Simpulan pembicara diperoleh melalui deduktif, penilaian logis atau perhitungan atas dasar apa yang telah didengar atau dibaca.’
Contohnya:
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei wake da dalam penelitian ini
memiliki makna menjelaskan simpulan secara logis dengan mengungkapkan dugaan
dan alasan.
4. Jodoushi Dantei Mono Da
Sakata dan Kuromachi (1993:125-126), menyatakan bahwa:
何 柄 け あ 思い至
あ 意識 心中 わい いう話 手 気持 表
用い ま 意外 実 接 感 驚 や 心 動
う 接 発 詠嘆 過去 振 返 壊旧 情
kokoro wo ugokasareru youna dekigoto ni sesshite hassuru eitan, kako wo furikaette no kaikyuu no jyou nado, shuju no shinjyou no komerareru youhou ga aru.
‘Mono da digunakan untuk menjelaskan perasaan pembicara yang timbul pada isi hati, sampai berpikir pada suatu hal sebagai pemicunya hal tersebut. Pada pemakaiannya juga dimasukkan bermacam-macam perasaan hati seperti nostalgia dengan melihat kembali ke masa lampau, mengeluarkan suara kagum dengan menerima peristiwa yang menyentuh perasaan, merasa terkejut dengan menerima fakta yang diluar dugaan, dan lain-lain.’
Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:
When mono indicates a reason or an excuse it is used only in very informal
‘Sesekali harus mendengar hal yang dikatakan orang tua.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei mono da memiliki makna
menjelaskan suatu perasaan yang timbul pada isi hati hingga berpikir pada pemicu dari
suatu hal yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai perasaan hati seperti
nostalgia, perasaan yang menyentuh perasaan, perasaan terkejut, dan lain-lain. Selain
itu jodoushi dantei mono da juga memiliki makna menunjukkan suatu alasan yang
digunakan dalam bentuk informal. Oleh karena itu, makna jodoushi dantei mono da
20
perasaan nostalgia, peristiwa yang menyentuh perasaan dan perasaan terkejut dalam
konteks informal.
5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai
Sakata dan Kuromachi (1993:127), menyatakan bahwa:
~ い い 必 客観的 論拠 得 い あ
実 判断 そ 確言 意 表 用い
‘~Ni chigainai’ wa, kanarazushimo kakkantekina ronkyo wa ete inakute mo, aru koto wo jijitsu da to handan shi, sore wo kakugen suru i wo arawasu no ni mochiirareru.
‘Pola ~ni chigainai meskipun tidak selalu memperoleh suatu dasar argumen secara objektif, namun digunakan untuk menjelaskan maksud secara yakin dan anggapan mengenai suatu kenyataan.’
Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:
The speaker is convinced that there is no mistake on his part in guessing something.
‘Pembicara yakin bahwa tidak ada kesalahan dalam menebak sesuatu.’ Contohnya: melakukan kebohongan JD
‘Tidak diragukan lagi mengenai peristiwa itu, dia berbohong.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni chigainai memiliki makna
menyatakan suatu dasar argumen yang diperoleh secara objektif/umum. Selain itu,
6. Jodoushi Dantei Hazu Da
Sakata dan Kuromachi (1993:129), menyatakan bahwa:
何 根拠 基 い あ 実現 当然
え 態 あ い あ 柄 点 見
実 推論 結果 表 用い
‘Hazu da’ wa, nanraka no konkyo ni motozuite, aru koto no jitsugen ga touzen no koto to shite toraerareru jitai da, aruiwa, aru kotogara ga donna ten kara mite mo jijitsu da to suiron shita kekka wo arawasu no ni mochiirareru. ‘Hazu da digunakan untuk menunjukkan hasil dari fakta dugaan yang dilihat dari bagaimana titik suatu hal atau kondisi yang ditangkap sebagai hal sewajarnya berdasarkan suatu alasan.’
Makino dan Tsutsui (1989: 133), juga menambahkan bahwa:
A dependent noun which expresses the speaker’s expectation that something will take place or took place or that someone or something is or was in some state.
‘Kata benda yang menyatakan harapan pembicara bahwa sesuatu akan terjadi atau berlangsung atau bahwa seseorang atau sesuatu berada di beberapa situasi/keadaan.’
‘Mengenai taraf ini, anak-anak juga seharusnya mengerti.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei hazu da memiliki makna
menunjukkan hasil dari fakta dugaan berdasarkan suatu alasan dan makna menyatakan
22
7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai
Sakata dan Kuromachi (1993:132), menyatakan bahwa:
~ ほ い 原因や理 何 あ あ い そ
必然的 結論 導 出 い 判断 表
‘~Ni hokanaranai’ wa genin ya riyuu ga nan dearu ka, aruiwa, sorekara hitsuzen-teki ni donna ketsuron ga michibiki dasareru ka nado ni tsuite no handan wo arawasu.
‘Pola ~ni hokanaranai digunakan ketika menjelaskan anggapan mengenai asal simpulan yang bagaimana atau apa, sehingga menjadi sebab dan alasan.’
Makino dan Tsutsui (1995:245), juga menambahkan bahwa:
A phrase that is used to indicate that an action / state mentioned in the topic phrase or clause is nothing but something.
‘Sebuah frase yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sebuah aksi/ situasi/keadaan yang disebutkan dalam kalimat topik atau klausa hanyalah sesuatu.’
‘Keberhasilan dia hari ini hanya menjadi hasil usahanya dalam banyak tahun.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni hokanaranai memiliki makna
menjelaskan simpulan sehingga menjadi sebab dan alasan. Selain itu, penggunaannya
8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai
Sakata dan Kuromachi (1993:133), menyatakan bahwa:
~ い そ 程度 範囲 出 い 言う意 特
問題 ほ い い い 決
十分 ま 満足 い いう気持
態 そう え いう判断 表
‘~Ni suginai’wa, ‘sono teido hani wo denai’ to iu i de, ‘tokuni mondai ni suru hodo no koto wa nai’ toka ‘taishita koto wa nai’, ‘kesshite jyuubun na, mata, manzoku dekiru mono dewanai’ nado to iu kimochi wo komete, jitai wo sou toraeru to iu handan wo arawasu.
‘Pola ~ni suginai digunakan ketika menunjukkan simpulan yang ditangkap dari suatu anggapan, dengan memasukkan perasaan seperti ‘tidak pernah cukup selanjutnya tidak dapat puas hati’, ‘tidak seberapa’, ‘khususnya tidak cukup untuk masalah’ dengan maksud yang dikatakan ‘tidak keluar dari ruang lingkup atau tingkatan itu.’
Makino dan Tsutsui (1995:271), juga menambahkan bahwa:
Something or someone is nothing more than what is stated in terms of amount, degree, status, significance, etc.
‘Sesuatu atau seseorang tidak lebih dari apa yang dinyatakan dalam hal jumlah, derajat, status, signifikansi, dan lain-lain.’ terjadi dalam waktu dekat.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni suginai memiliki makna
24
2.2.2.3 Konstruksi Jodoushi Dantei
Dalam segi kategori sintaksis atau yang disebut dengan kelas kata, hubungan
gramatikal antar-kata dalam kalimat terdapat nomina, verba, adjektiva, adverbial,
adposisi, dan lain sebagainya (Verhaar, 2012:170). Selain itu, dalam membentuk
sebuah kalimat terdapat juga pembentukkan atau konstruksi di dalamnya. Konstruksi
menurut Makino dan Tsutsui (1989), menyatakan bahwa:
1. Jodoushi Dantei Da
Makino dan Tsutsui (1989:18) menyatakan pembentukan dari verba bantu da
yaitu:
a. X wa Y + da
Contoh:
12) 中 学生
Tanaka-san wa gakusei da/desu. Saudara Tanaka TOP mahasiswa JD
‘Tanaka adalah seorang mahasiswa.’
b. Subjek + adjektiva (i/na) bentuk biasa + da
Contoh:
13) 山川 元気
Yamakawa-san wa genki da. Saudara Yamakawa TOP sehat JD
‘Saudara Yamakawa sehat.’
Contoh:
14) 本 テニス 手
Honda-san wa tenisu ga jyouzu da. Saudara Honda TOP tenis NOM pandai JD
‘Saudara Honda pandai bermain tenis.’
Dalam hal ini, X berarti pernyataan/argumen pertama yang diakhiri dengan kategori
nomina dan Y berarti pernyataan/argumen kedua yang diakhiri dengan kategori
nomina.
2. Jodoushi Dantei No Da
Makino dan Tsutsui (1989:325-326) menyatakan pembentukan dari verba bantu
no da yaitu:
a. Verba bentuk biasa + no da
Contoh:
15) 日本語 勉強 い
Nihon go wo benkyoushite iru no da. Bahasa Jepang AKU belajar JD
‘Kenyataannya (saya) sedang belajar bahasa Jepang.’
b. Adjektiva (i) bentuk biasa + no da
Contoh:
16) あ ビ 高
Ano biiru wa takakatta no da. Itu bangunan TOP tinggi JD
‘Kenyataannya bangunan itu tinggi.’
26
Makino dan Tsutsui (1989:532) menyatakan pembentukan dari verba bantu
~wake da yaitu:
a. Verba bentuk biasa + wake da
Contoh:
18) A: 毎日 時間 日本語
Mainichi san-jikan mo nihongo wo Setiap hari tiga jam juga bahasa Jepang AKU
勉強 い
benkyou shite iru n desu ka. belajar NOM KOP
‘Apakah (anda) juga telah belajar bahasa Jepang tiga jam setiap hari ?’
B: 出来 わけ
Yoku dekiru wake desu ne.
Dengan baik bisa JD SHU
‘Tak heran (anda) bisa dengan baik ya.’
b. Adjektiva (i) + wake da
Contoh:
19) 昨日 時間 寝 い い
理 眠い わけ douri de nemui wake da. alasan KOP mengantuk JD
‘Kemarin tidur hanya tiga jam. Tidak heran alasannya saya mengantuk.’
c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + wake da
28
4. Jodoushi Dantei Mono Da
Makino dan Tsutsui (1989:258-259) menyatakan pembentukan dari verba bantu
mono da yaitu:
‘Karena dahulu sering menonton film.’
b. Verba bentuk masu tai + mono da
‘Bagaimana mungkin ingin tinggal sekali lagi di rumah bagus seperti ini.’
c. Adjektiva (i/ na) bentuk biasa + mono (da)
Contoh:
24) A : う 行 い ?
Doushite ikanai no ? ‘Mengapa tidak datang ?’
‘Karena saya sibuk.’
5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai
Makino dan Tsutsui (1989:305) menyatakan pembentukan dari verba bantu ~ni
chigainai yaitu:
a. Verba bentuk biasa + ni chigainai
Contoh:
b. Adjektiva (i) bentuk biasa + ni chigainai
30
‘Tidak diragukan lagi itu pasti Saudara Thompson.’
6. Jodoushi Dantei Hazu Da
Makino dan Tsutsui (1989:133-134) menyatakan pembentukan dari verba bantu
hazu da yaitu:
‘Profesor Ono seharusnya tahu Sandra.’
b. Adjektiva (i) bentuk biasa + hazu da
Contoh:
30) あ 本 高
Ano hon wa takakatta hazu da. Itu buku TOP mahal JD
Contoh:
31) そ アパ い
Sono apaato wa kirei na hazu da. Itu apartemen TOP bersih JD
‘Apartemen itu seharusnya bersih.’
d. Nomina no/datta + hazu da
Contoh:
32) カ ソン 昔 先生
Kaaruson san wa mukashi sensei datta hazu da. Saudara Carlson TOP dulu guru KOP JD
‘Saudara Carlson seharusnya dulu adalah guru.’
7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai
Makino dan Tsutsui (1995:246-247) menyatakan pembentukkan dari verba
bantu ~ni hokanaranai yaitu:
a. (Nomina wa) nomina + ni hokanaranai
32
ほ い
kara ni hokanaranai. NOM JD
‘Alasan bekerja tidak lain karena ingin uang.’
c. ~wa~koto + ni hokanaranai
‘Membaca tidak lain adalah sebuah dialog dengan penulis.’
8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai
Makino dan Tsutsui (1995:272) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~
ni suginai yaitu:
Contoh:
37) 数 あ 中 ほ Kore wa suu aru naka no hon Ini TOP jumlah ada dalam GEN buku
一例 い
no ichirei ni suginai. GEN sebuah contoh JD
‘Ini tidak lebih dari sebuah contoh diantara banyak jumlah yang ada dalam buku.’
c. Verba bentuk biasa (dake) + ni suginai
Contoh:
38) 彼 人 意見
Kare wa (tada) hito no iken wo Dia TOP hanya orang GEN pendapat AKU
受け売 い け い
ukeuri shite iru (dake) ni suginai.
membeo hanya JD
‘Dia tidak lebih hanya membeo pada pendapat orang.’
Berdasarkan pemaparan dari konsep Makino&Tsutsui (1989&1995) dan
Sakata&Kuromachi (1993), terdapat kesamaan dalam menjelaskan simpulan, baik
simpulan secara objektif maupun simpulan secara subjektif. Sedangkan, pada konsep
Makino&Tsutsui (1989&1995), selain menjelaskan makna simpulan, jodoushi dantei
juga memiliki makna mengenai ketetapan atau kepastian. Pada konsep
34
2.3 Kerangka Teori
Adapun teori-teori yang digunakan dalam menganalisis jodoushi dantei yang
terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba volume 1-10 yaitu:
2.3.1 Sintaksis
Teori sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis fungsi
berupa konstruksi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya
Ryoutarou Shiba. Verhaar (2012:161-163) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang
ilmu sintaksis adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Dalam
menganalisis klausa secara sintaksis ada tiga cara yaitu yang pertama adalah
menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut adalah subjek, predikat objek yang ada
dalam sebuah kalimat. Kedua adalah menganalisis peran-perannya. Peran tersebut
adalah peran penerima ‘pengalam’, yang menerima dan lain sebagainya. Ketiga adalah
menganalisis kategori-kategorinya. Kategorinya adalah nomina, verba, prenomina,
preposisi, dan lain sebagainya. Berdasarkan pada pemaparan tersebut, dapat dipahami
bahwa jodoushi atau verba bantu termasuk pada kategori gramatikal. Oleh karena hal
tersebut, pada penelitian ini menggunakan teori sintaksis karena kategori gramatikal
termasuk dalam kajian sintaksis. Teori sintaksis pada penelitian ini mengacu pada
pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989&1995) mengenai
2.3.2 Semantik
Teori semantik yang digunakan dalam penelitian ini untuk membahas makna
jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.
Chaer (2007:284-285) menyatakan bahwa status tataran semantik dengan tataran
fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa
dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan klausa dibangun
oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, satuan kata dibangun oleh morfem, satuan
morfem dibangun oleh fonem, dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi.
Semantik dengan objeknya makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang
bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Chaer (2007:289-296) membagi makna tersebut dalam 13 jenis yaitu makna
leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna
non-referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif,
makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Dalam penelitian ini,
menggunakan makna kontekstual dari teori semantik Chaer (2007) yang mengacu pada
konsep yang dikemukakan oleh Sakata&Kuromachi (1993) dan Makino&Tsutsui
(1989&1995).
Chaer (2007, 288&290) yang menyatakan bahwa makna kontekstual adalah
makna sebuah leksem atau kata-kata yang berada di dalam satu konteks. Kita baru
dapat menentukkan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks
36
Contoh:
39) Adik jatuh dari sepeda
40) Dia jatuh dalam ujian yang lalu
41) Dia jatuh cinta pada adikku
42) Kalau harganya jatuh lagi kita akan bangkrut
Pada contoh kalimat tersebut, terdapat beberapa contoh yang menggunakan
kata jatuh dengan makna yang berbeda-beda. Dengan adanya pendapat yang telah
dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran atau kata-kata akan
memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan waktu, tempat dan lingkungan dari