PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN METAKOGNISI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG
DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH:
NURHADIJAH LUBIS NIM: 809 171 032
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
NURHADIJAH LUBIS. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Metakognisi Matematika antara Siswa yang diberi Model
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model
Pembelajaran Ekspositori.Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemecahan Masalah dan Metakognisi Matematika
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori, (2) Kemampuan metakognisi matematika siswa yang diberi model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori, (3) mendeskribsikan kadar aktivitas aktif siswa selama proses model pembelajaran berbasis masalah. (4) proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran ekspositori.
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VII yang berakreditasi A di Medan. Sampel yang dipilih adalah SMP Negeri 6 Medan dan SMP Swasta Harapan 2 Medan. Instrumen yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan pemecahan masalah, Tes Kemampuan metakognisi dan lembar observasi. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi, serta koefisien reliabilitas sebesar 0,93 dan 0,84 berturut-turut untuk kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan metakognisi.
Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANACOVA) dan analisis varian (ANAVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori. (2) Kemampuan metakognisi matematika siswa yang diberi model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori. (3) Kadar aktivitas aktif siswa telah memenuhi waktu persentase ideal yang ditetapkan.(4) Proses penyelesaian jawaban siswa yang pembelajaranya dengan mengunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori.
ABSTRACT
Nurhadijah Lubis. Ability differences Mathematics Problem Solving and Metacognition between Students who Were Given Problem-Based Learning Model to Ekspositori Instruction Model.Tesis. Field: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, 2013
Keywords: Problem-Based Learning Model, Mathematical Problem Solving
and Metacognition
The purpose of this study to determine: (1) examine the ability in mathematical problem-solving skills among students who are given a model of problem-based learning with students who were given ekspositori learning model, (2) examine of ability in metacognition skills among students who are given a mathematical model of problem-based learning with students who were given ekspositori learning model, (3) mendeskribsikan levels of active student activity during the process of learning model based problem. (4) the settlement of the answers that the students in solving problems in problem-based learning model and
ekspositori instruction model. .
This study is a semi-experimental study. The study population was all students in class VII SMP akreditasi A in Medan. the selected sample is SMP Negeri 6 Medan and SMP Swasta Harapan 2 Medan. The instrument used consisted of testing the ability problem solving and the ability metacognition . test observation sheet. The instrument has been declared eligible content validity, and reliability coefficient of 0,93 and 0,84 respectively for the ability of understanding problem solving and metacognition.
Data analysis was performed by analysis of covariance (ANACOVA) and analysis of variance (ANAVA). The results showed that (1) examine the ability in mathematical problem-solving skills among students who are given a model of problem-based learning with students who were ekspositori instruction model. (2) examine the ability in metacognition skills among students who are given a mathematical model of problem-based learning with students who were ekspositori instruction model. (3) The activity levels of active student has met the ideal percentage of time set out. (4) The process of settlement of the students' answers mengunakan pembelajaranya with problem-based learning model is better than model direct learning.
iii KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dilalui, diantaranya
menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi
dari beberapa pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta Bapak
Dapot Tua Manullang, SE selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.
2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Izwita Dewi,
M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi
yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd; Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd; Bapak Prof. Dr.
Siman, M.Pd, selaku narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
4. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan, dan Bapak
Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Bapak Syarifuddin, M.Sc, Ph.D, dan Bapak Prof.
Dr. Abdul Hasan Saragih, M.Pd, berturut-turut selaku Direktur, Asisten Direktur I, dan II
Program Pascasarjana Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan
administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.
5. Suami tercinta Mhd. Rizaldi, S.Pd dan anakku tersayang Muhammad Fauzan Zaki.
6. Ayahanda Hamsan Yafis Lubis dan Ibunda Rosliana Siregar, S.Pd, serta adinda
Dermawani Lubis, S.Pd, Zul Hamdi Lubis, ST, dan Ahmad Faisal Lubis, ST yang
iv 7. Bapak mertua Karnio, dan ibu mertua Sumini, serta adinda Siti Afriani, Husnul
Khotimah, S.Pd yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
8. Keponakanku Daffa, Ashila, Rara, Hafis, Tama, dan Putri.
9. Seluruh kerabat, sahabat seperjuangan (Dewi Wahyuni, Rilda Ardiana, Rahmiyana,
M.Pd; Rosita, Feri Tiona, M.Pd; Khairunnisa, M.Pd; Siti Khoiroiyah, M.Pd) yang telah
memberikan dorongan, semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i,
kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Mungkin masih terdapat
kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan
sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, September 2013
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABCTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 11
1.3.Batasan Masalah ... 11
1.4.Rumusan Masalah ... 12
1.5.Tujuan Penelitian ... 12
1.6.Manfaat Penelitian ... 13
1.7.Definisi Operasional ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH 1. Pengertian Masalah... 16
2. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 17
3. Langkah-Langkah Kemampuan Pemecahan Masalah ... 20
B. Kemampuan Metakognisi ... 25
1. Strategi Pengembangan Metakognisi ... 30
2. Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran Matematika ... 35
3. Tingkat-Tingkat Metakognisi ... 39
4. Tingkat Metakognisi dalam Memecahkan Masalah Matematika ... 40
C. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 44
1. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah ... 46
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 48
D. Pembelajaran Ekspositori ... 53
1.Prinsip-prinsip Pembelajaran Ekspositori ... 54
E. Aktivitas Belajar Siswa dalan Pembelajaran Matematika ... 58
F. Teori Belajar yang Mendasari PBL ... 62
G. Hasil Penelitian yang Relevan dengan PBL ... 66
H. Kerangka Konseptual ... 69
I. Hipotesis Penelitian ... 79
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 80
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian... 80
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 81
3.5.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 92
3.6.ProsedurPelaksanaan Penelitian ... 94
3.7.Instrumen danTeknik Pengumpulan Data ... 95
3.8.Teknik Analisis data ... 102
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrument Tes ... 122
4.2.Deskripsi Hasil Penelitian ... 125
4.2.1.Analisis Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah ... 125
4.2.1.aTingkat Kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah .. 126
4.2.1.bRata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah... 130
4.2.1.c Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Pemecahan Masalah ... 132
4.2.1.d Analisis Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 145
4.2.2.Analisis Deskriptif Kemampuan Metakognisi Matematika ... 156
4.2.2.aTingkat Kemampuan Metakognisi ... 156
4.2.2.bRata-Rata Kemampuan Metakognisi ... 161
4.2.2.c Analisis Statistik Inferensial Kemampuan Metakognisi 162 4.2.2.d Analisis Jawaban Siswa Kemampuan Metakognisi ... 176
4.2.2.e Analisis Keragaman Proses Jawaban Tes Kemampuan Metakognisi ... 188
4.3.Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran ... 196
4.4.Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 199
4.5.Pembahasan Penelitian ... 201
4.6.Keterbatasan Penelitian ... 216
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan... 217
5.2. Saran ... 218
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 52
Tabel 2.2.Sintaks Model Pembelajaran Ekspositori ... 55
Tabel 2.3Perbedaan Pedagogik Model PBL dan Ekspositori ... 57
Tabel 3.1. Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 87
Tabel 3.2. Hasil Validasi Tes Kemampuan Metakognisi ... 87
Tabel 3.3.Rancangan Uji Coba ... 88
Tabel 3.4.Desain Penelitian ... 92
Tebel 3.5.Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96
Tabel 3.6.Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 97
Tebel 3.7.Kisi-Kisi Kemampuan Metakognisi ... 98
Tabel 3.8.Rubrik Kemampuan Metakognisi ... 99
Tabel 3.9.Kategori Aktivitas Siswa Aktif ... 101
Tabel 3.10.Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah ... 106
Tabel 3.11.Kriteria Proses Jawaban Kemampuan Metakognisi ... 107
Tabel 3.12.Rancangan Analisis Data... 109
Tabel 3.13.Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Variabel Konstan ... 110
Tabel 3.14.Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji Dan Uji statistik... 119
Tabel 4.1.Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 122
Tabel 4.2.Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 123
Tabel 4.3.Hasil Uji Coba Tes Metakognisi ... 124
Tabel 4.4.Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 126
Tabel 4.5.Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Kontrol Secara Kuantitatif ... 127
Tabel 4.6.Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif ... 128
Tabel 4.7.Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen Secara Kuantitatif... 129
Tabel4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 131
Tabel 4.9.Hasil Uji NormalitasPretes Kemampuan PemecahanMasalah ... 133
Tabel4.10.Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 133
Tabel 4.11.Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 134
Tabel 4.12.Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 134
Tabel 4.13.Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 136
Pemecahan MasalahMatematika Kelas Kontrol ... 136 Tabel 4.16.Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 137 Tabel 4.17.Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Kelas Eksperimen ... 138 Tabel 4.18.Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
PemecahanMasalah Kelas Eksperimen ... 139 Tabel 4.19.Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 139 Tabel 4.20.Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 140 Tabel 4.21.Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua
Model RegresiKemampuan Pemecahan Masalah Matematik... 141 Tabel 4.22.Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
RegresiKemampuan Pemecahan Masalah ... 141 Tabel 4.23.Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan
Dua Model Regresi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 141 Tabel 4.24.Analisis Kovarians Kemampuan Pemecahan Masalah Untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 142 Tabel 4.25.Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
KemampuanPemecahan Masalah... 143 Tabel 4.26.Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 144 Tabel 4.27.Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Taraf
Signifikan 5% ... 145 Tabel 4.28.Proses Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah... 151 Tabel 4.29.Rangkuman Proses Penyelesaian Siswa pada Skor
Tertinggi Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Model Pembelajaran Ekspositori ... 154 Tabel 4.30.Pretes Kemampuan Metakognisi Matematika
Kelas KontrolSecara Kuantitatif ... 156 Tabel 4.31.Postes Kemampuan Metakognisi Matematika Kelas Kontrol
Secara Kuantitatif ... 157 Tabel 4.32.Pretes Kemampuan Metakognisi Matematika Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif ... 158 Tabel 4.33.Postes Kemampuan Metakognisi Matematika Kelas
Eksperimen Secara Kuantitatif ... 159 Tabel 4.34.Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Kemampuan Metakognisi
Matematika Siswa ... 161 Tabel 4.35.Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Metakognisi
Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 163 Tabel 4.36.Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Metakognisi
Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 164 Tabel 4.37.Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Kemampuan
Tabel 4.38.Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Kemampuan
Metakognisi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 165 Tabel 4.39.Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Metakognisi Kelas Kontrol ... 166 Tabel 4.40.Analisis Varians untuk Uji Independensi Kemampuan
Metakognisi Matematika Kelas Kontrol ... 167 Tabel 4.41.Koefesien Analisis Varians untuk Uji Independensi
Kemampuan Metakognisi Matematika Kelas Kontrol ... 167 Tabel 4.42.Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol ... 168 Tabel 4.43.Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan
Metakognisi Matematika Kelas Eksperimen ... 169 Tabel 4.44.Analisis Varians Untuk Uji Independensi
Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen ... 169 Tabel 4.45.Koefisien Analisis Varians Untuk Uji Independensi
Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen ... 170 Tabel 4.46.Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi
KemampuanMetakognisi Kelas Eksperimen ... 170 Tabel 4.47.Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua
Model RegresiKemampuan Metakognisi Matematika... 171 Tabel 4.48.Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model
Regresi Kemampuan Metakognisi ... 172 Tabel 4.49.Koefisien Analisis Kovarians Untuk Kesamaan
Dua ModelRegresi Kemampuan Metakognisi ... 172 Tabel 4.50.Analisis Kovarians Kemampuan Metakognisi Untuk
Kesejajaran Model Regresi ... 173 Tabel 4.51.Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Metakognisi ... 174 Tabel 4.52.Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap
Kemampuan Metakognisi Matematika ... 175 Tabel 4. 53.Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
KemampuanMetakognisi Matematika pada Taraf Signifikan 5% ... 176 Tabel 4.54. Rekapitulasi Keseluruhan Kemampuan Metakognisi Dikaitkan dengan Skor Kemampuan Pemecahan Masalah ... 186 Tabel 4.55.Deskripsi Hasil Proses Penyelesaian Masalah Postes
Kemampuan Metakognisi Matematika Siswa ... 191 Tabel 4.56.Rangkuman Proses Penyelesaian Siswa pada Skor Tertinggi
Kelas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model
Pembelajaran Ekspositori ... 194 Tabel 4.57.Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1Prosedur Penelitian ... 120
Gambar 4.1Tingkat Pretes Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 127
Gambar 4.2Tingkat Postes Pemecahan Masalah Kelas Kontrol. ... 128
Gambar 4.3Tingkat Pretes Pemecahan Masalah Pada Kelas Eksperimen ... 129
Gambar 4.4Tingkat Postes Pemecahan Masalah Pada Kelas Eksperimen ... 130
Gambar 4.5Ragam pola jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Butir Soal Nomor 1 ... 146
Gambar 4.6Ragam Pola Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah Butir Soal Nomor 2 ... 147
Gambar 4.7Ragam Pola Jawaban Butir Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 3 ... 148
Gambar 4.8Ragam Pola Jawaban Butir Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 4 ... 149
Gambar 4.9Ragam Pola Jawaban Butir Kemampuan Pemecahan Masalah Soal Nomor 5 ... 150
Gambar 4.10Tingkat Pretes Metakognisi Matematika Kelas Kontrol ... 157
Gambar 4.11Tingkat Postes Metakognisi Matematika Kelas Kontrol ... 158
Gambar 4.12 Tingkat Pretes Metakognisi Matematika Kelas Eksperimen ... 159
Gambar 4.13Tingkat Postes Metakognisi Kelas Eksperimen ... 160
Gambar 4.14 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 1... 178
Gambar 4.15 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 1... 179
Gambar 4.16 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 1... 180
Gambar 4.17 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 2... 181
Gambar 4.18 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 2... 182
Gambar 4.19 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 2... 183
Gambar 4.20 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 3... 184
Gambar 4.21 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 3... 185
Gambar 4.22 Jawaban Kemampuan Metakognisi Butir Nomor 3... 186
Gambar 4.23 Ragam Pola Jawaban Kemampuan Metakognisi Nomor 1 ... 189
Gambar 4.24 Ragam Pola Jawaban Kemampuan Metakognisi Nomor 2 ... 190
Gambar 4.25 Ragam Pola Jawaban Kemampuan Metakognisi Nomor 3 ... 190
Gambar 4.26 Aktivitas Siswa Pembelajaran Berbasis Masalah ... 198
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1
Lampiran 1.1Daftar Peringkat Akreditasi A SMP Negeri dan Swasta
Di Kota Medan ... 227
Lampiran 1.2Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... 230
Lampiran 1.3Kisi-Kisi Tes kemampuan Metakognisi ... 231
Lampiran 1.4. Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 232
Lampiran 1.5Butir Soal Tes Kemampuan Metakognisi ... 235
Lampiran 1.6.Kunci Jawaban (Alternatif) Kemampuan Pemecahan Masalah ... 239
Lampiran 1.7Kunci Jawaban (Alternatif) Kemampuan Metakognisi ... 244
Lampiran 1.8Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 246
Lampiran 1.9Rubrik Kemampuan Metakognisi ... 247
LAMPIRAN 2 Lampiran 2.1 Lembar Aktivitas Siswa (1) ... 249
Lampiran 2.2 Lembar Aktivitas Siswa (2) ... 256
Lampiran 2.3Lembar Aktivitas Siswa (3) ... 263
Lampiran 2.4Lembar Aktivitas Siswa (4) ... 269
Lampiran 2.5Lembar Aktivitas Siswa (5) ... 274
Lampiran 2.6Lembar Aktivitas Siswa (6) ... 279
Lampiran 2.7Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL (1) ... 286
Lampiran 2.8Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL (2) ... 291
Lampiran 2.9Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL (3) ... 296
Lampiran 2.10Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL (4) ... 300
Lampiran 2.11Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL (5) ... 304
Lampiran 2.12Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PBL (6) ... 308
Lampiran 2.13Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ekspositori ... 312
LAMPIRAN 3 Lampiran 3.1 Hasil Validasi RPP ... 325
Lampiran 3.2 Hasil Validasi LAS ... 326
Lampiran 3.3 Hasil Validasi Lembar Observasi Kemampuan Guru ... 327
Lampiran 3.4 Hasil Validasi Lembar Observasi Lembar Aktivitas Aktif Siswa328 Lampiran 3.5 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 329
Lampiran 3.6 Hasil ValidasiTes Pemecahan Masalah ... 333
Lampiran 3.7 Hasil ValidasiTes Metakognisi ... 339
Lampiran 3.8 Hasil Uji CobaTes Pemecahan Masalah ... 343
Lampiran 3.9 Hasil Uji CobaTes Metakognisi ... 345
Lampiran 3.10 Hasil Uji CobaTes Metakognisi Soal Terbuka ... 347
Lampiran 3.11 Hasil Uji CobaTes Metakognisi dikaitkan dengan Kemampuan Pemecahan Masalah... 348
LAMPIRAN 4 Lampiran 4.1 Skor Pretes Aspek Pemecahan MasalahKelas Eksperimen ... 352
Lampiran 4.2 Skor Pretes Aspek Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 355
Lampiran 4.3 Skor Pretes dan Postes Pemecahan MasalahKelas Eksperimen .. 358
Lampiran 4.5 Uji Normalitas PretesPemecahan MasalahKelas Eksperimen... 364
Lampiran 4.6 Uji NormalitasPostes Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 366
Lampiran 4.7 Uji Normalitas Pretes Pemecahan MasalahKelas Kontrol ... 368
Lampiran 4.8 Uji NormalitasPostes Pemecahan MasalahKelas Kontrol ... 370
Lampiran 4.9 Uji Indenpendensi Pemecahan MasalahKelas Eksperimen ... 372
Lampiran 4.10 UjiIndenpendensi Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 374
Lampiran 4.11 Uji Linieritas Model Regresi Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen Lampiran 4.12 Uji Linieritas Model Regresi Pemecahan Masalah Kelas Kontrol376 Lampiran 4.13 Uji Kesamaan Dua Model Regresi Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 378
Lampiran 4.14 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 380
Lampiran 4.15 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 384
Lampiran 4.16 Postes Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen ... 386
Lampiran 4.17 Postes Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol ... 388
Lampiran 4.18 Pretes Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen ... 390
Lampiran 4.19 Pretes Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol ... 392
Lampiran 4.20 Skor Pretes Aspek Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen394 Lampiran 4.21 Skor Pretes Aspek Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol ... 396
Lampiran 4.22 Uji Normalitas Pretes Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen Lampiran 4.23 Uji Normalitas PretesKemampuan Metakognisi Kelas Kontrol.. 398
Lampiran 4.24 Uji Normalitas Postes Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen Lampiran 4.25 Uji Normalitas Postes Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol 400 Lampiran 4.26 Uji Indenpendensi Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen402 Lampiran 4.27 Uji Indenpendensi Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol ... 404
Lampiran 4.28 Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen ... 406
Lampiran 4.29 Uji Linieritas Model Regresi Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol ... 408
Lampiran 4.30 Uji Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 410
Lampiran 4.31 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Metakognisi Kelas Eksperimen ... 412
Lampiran 4.32 Uji Kesejajaran Dua Model Regresi Kemampuan Metakognisi Kelas Kontrol ... 414 LAMPIRAN5
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan baik secara
konvensional maupun inovatif. Namun, mutu pendidikan belum juga
menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan, kenyataan ini terlihat dari hasil
belajar yang diperoleh siswa masih sangat rendah, khususnya mata pelajaran
matematika. Keluhan terhadap rendahnya hasil belajar matematika siswa dari
jenjang pendidikan terendah sekolah dasar sampai perguruan tinggi tidak pernah
hilang. Rendahnya hasil belajar matematika siswa tampak pada ketidaklulusan
siswa yang sebagian besar disebabkan oleh tidak tercapainya nilai batas lulus yang
telah ditetapkan.
Hal ini juga tercermin dari rata-rata kelas untuk mata pelajaran
matematika, daya serap dan ketuntasan belajar siswa kelas VII SMP Harapan 2
Medan tahun pelajaran 2009/2010 masih rendah, yaitu 60 untuk rata-rata kelas,
60% untuk daya serap, dan 65% untuk ketuntasan belajar. Dari data tersebut
terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai yang
diharapkan oleh kurikulum, yaitu 65 untuk rata-rata kelas, 65% untuk daya serap
dan 85% untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport siswa tahun pelajaran
2009/2010). Hal sama juga terjadi pada sekolah SMP Negeri 6 Medan, dari
wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru matematika di sekolah
2 Rendahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek
pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh National Council of
Teachers of Mathematic (NCTM) (dalam Sinaga 2010 : 89) :
Menyatakan bahwa peserta didik harus belajar matematika, terdapat 5 aspek keterampilan matematik (doing math) yaitu : (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical commication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning), (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving), (4) untuk mengaitkan ide (mathematical conections), dan (5) pembentukan sikap postif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematical).
Proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika saat ini lebih diarahkan
pada kemampuan untuk memecahkan masalah, kemampuan yang tidak saja
menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara biasa sesuai dengan
rumus yang ada, tapi lebih pada kemampuan untuk penyederhanaan, modeling,
menemukan konsep melalui pemodelan dan menggunakan konsep untuk
menyelesaikan masalah yang lebih komplek.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang
namanya masalah, sehingga pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam
pembelajaran matematika. Branca (dalam Daulay, 2011:2) menyatakan bahwa:
kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan umum dalam pengajaran
matematika dan jantungnya matematika. Tidak semua pertanyaan merupakan
suatu masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu
menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur
rutin yang sudah diketahui oleh siswa. Apabila kita menerapkan pengetahuan
matematika, keterampilan atau pengalaman untuk memecahkan suatu dilema atau
situasi yang baru atau yang membingungkan, maka kita sedang memecahkan
3 membutuhkan banyak kesempatan untuk menciptakan dan memecahkan masalah
dalam bidang matematika dan dalam konteks kehidupan nyata.
Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran matematika yang
dilaksanakan pada saat ini belum memenuhi harapan para guru sebagai
pengembang strategi pembelajaran di kelas. Siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika, khususnya dalam menyelesaikan soal yang yang berhubungan
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika sebagaimana diungkapkan
Sumarmo (dalam Suhenri, 2006:3) bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis tergolong kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi (high order
mathematical thinking). Karena hal itu kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika pada umumnya belum memuaskan. Kesulitan yang dialami
siswa paling banyak terjadi pada tahap melaksanakan perhitungan dan memeriksa
hasil perhitungan. Sehubungan dengan itu, dalam penelitian Atun (2006:66)
mengungkapkan bahwa: perolehan skor pretes untuk kemampuan pemecahan
masalah matematika pada kelas eksperimen mencapai rerata 25,84 atau 33,56 %
dari skor ideal.
Dari hasil observasi dan selama mengajar di kelas, peneliti mendapatkan
siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk pemecahan masalah dan
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang dirasa
sulit oleh siswa yaitu penerapan bilangan bulat, sebagian siswa tidak memahami
soal yaitu tidak memahami cara menyelesaikan bilangan bulat. Ini masih salah
satu diantara pokok bahasan yang dirasa sulit oleh siswa. Diharapkan siswa dapat
menyelesaikan masalah apapun yang terdapat pada pelajaran matematika dan
4 Sebagai contoh, Seorang pedagang mempunyai 1.140 kg beras yang akan
dimasukkan sama banyak ke dalam 30 karung. Jika harga 1 kg beras Rp 6.200,00,
berapa harga tiap karung ? Kebanyakan siswa tidak mengetahui cara membagikan
1.140 kg ke dalam 30 karung, mereka hanya mengetahui harga 1 kg beras saja,
sebagian siswa yang lain mengetahui cara membagikan 1.140 kg ke dalam 30
karung tetapi masih bingung dengan harga tiap karungnya.
Karena itu kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu
dilatihkan dan dibiasakan kepada siswa sedini mungkin. Kemampuan ini
diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah matematika dan
masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini seperti yang
dikemukakan Russefendi (dalam Daulay, 2011:4) bahwa: kemampuan
memecahkan masalah amatlah penting bukan saja bagi mereka yang dikemudian
hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan
menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan
sehari-hari.
Sudah saatnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan diri. Peran guru sebagai pemberi ilmu, sudah saatnya berubah
menjadi fasilitator bagi siswa untuk belajar dan mengkonstruk pengetahuan
sendiri sesuai dengan pendapat Rusman (2010:235) bahwa guru juga memainkan
peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa. Hal
ini relevan dengan Aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam kegiatan pemecahan
masalah, meliputi: mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, serta
kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah situasi sehari-hari dan
5 dan masalah baru) dalam atau luar matematika; menjelaskan/menginterpretasikan
hasil sesuai masalah asal; menyusun model matematika dan menyelesaikannya
untuk masalah nyata dan menggunakan matematika secara bermakna. Polya
(dalam TIM MKPBM, 2011;84) menyebutkan solusi pemecahan masalah memuat
empat langkah penyelesaian, yaitu: (1) memahami masalah; (2) merencanakan
penyelesaian, (3) menyelesaikan masalah sesuai rencana; dan (4) melakukan
pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.
Anonim (dalam Atun, 2006) yang berpendapat, bahwa pemecahan
masalah secara berkelompok mempunyai keuntungan antara lain, (1) strategi
pemecahan masalah yang tersusun lebih kuat dan kompleks. Pemecahan masalah
secara berkelompok memberikan siswa kesempatan untuk memilih strategi; (2)
kelompok dapat menyelesaikan permasalahan secara lebih kompleks
dibandingkan perseorangan; (3) setiap orang dapat berlatih merencanakan dan
memonitor kemampuan-kemampuan yang mereka perlukan untuk menjadikan
dirinya sebagai problem solver yang lebih baik; (4) dalam diskusi, setiap anggota
mendapat giliran dalam berpendapat dan dapat mengecek ulang miskonsepsi
mereka; (5) ketika mendapatkan kesulitan, siswa tidak begitu takut
menghadapinya, karena hakikatnya mereka tidak sendiri tetapi berkelompok.
Berkisar dua dasawarsa ini perkembangan dalam psikologi bidang
pendidikan berjalan dengan pesat. Salah satunya adalah berkembang konsep
metakognisi yang pada intinya menggali tentang pemikiran orang tentang berpikir
“thinking about thinking”. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penguasaan
kemampuan metakognitif oleh seseorang ternyata berpengaruh pada kemampuan
6 masalah matematika adalah kemampuan yang paling diharapkan siswa setelah
mereka belajar matematika.
Dalam memecahkan masalah, siswa akan menghadapi masalah yang
belum pernah ia temui maupun yang pernah ia temui. Hal itu dapat melatih siswa
untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk
menyelesaikan masalah, sehingga kemampuan berpikirnya meningkat. Yeo (2004)
menjelaskan untuk memecahkan masalah tergantung pada lima faktor diantaranya
terperinci, keahlian, pengetahuan atau konsep, proses metakognisi, dan perbuatan.
Metakognisi merupakan kesadaran siswa akan proses berpikirnya, mengecek
kembali proses berpikirnya
Pada proses pembelajaran terdapat kesalahan konsep pada informasi yang
diperoleh siswa, informasi yang dimaksud oleh guru tidak seperti informasi yang
ada dalam benak siswa. Terkait dengan hal tersebut, metakognisi dapat memantau
tahap berpikir siswa agar dapat merefleksi cara berpikir dan hasil berpikirnya.
Metakognisi mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran matematika
khususnya pemecahan masalah. Siswa akan sadar tentang proses berpikirnya dan
mengevaluasi dirinya sendiri terhadap hasil proses berpikirnya. Sehingga hal
tersebut akan memperkecil kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah.
Melihat keunggulan dari penguasaan kemampuan metakognisi terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan hasil-hasil penelitian,
sudah barang tentu kemampuan ini perlu dikuasai siswa. Banyak siswa yang
kurang percaya diri dalam menyelesaikan soal matematika, sehingga mereka tidak
menggunakan kemandiriannya dalam menyelesaikan soal matematika, dengan
7 disadari dari pribadi siswa itu sendiri. Sesuai dengan penelitian Laurens (2011)
bahwa Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, maka mereka seharusnya
mencoba alternatif lain atau membuat suatu pertimbangan. Proses menyadari
adanya kesalahan, memonitor hasil pekerjaan serta mencari alternatif lain
merupakan beberapa aspek-aspek metakognisi yang perlu dalam penyelesaian
masalah matematika. Tugas guru lah sebagai pendidik untuk mengakui
keberadaan, memanfaatkan, kemampuan metakognitif dari semua siswanya.
Menurut Sjuts (1999), keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat
diketahui melalui aktivitas metakognisi. Beberapa aspek metakognisi dapat
dikembangkan menggunakan strategi pengembangan metakognitif, misalnya
penyelesaian masalah secara berpasangan (Pair Problem solving).
Istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan
metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi
(cognition). Istilah meta berasal dari bahasa Yunani yang dalam bahasa
Inggris diterjemahkan dengan (after, beyond, with, adjacent) adalah suatu prefik
yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada suatu abstraksi
dari suatu konsep. Menurut Wikipedia, free Encylopedia(dalam Kuntdjojo; 2009).
Sedangkan cognition yang berarti mengetahui dan mengenal.
Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh John
Flavell, seorang ahli psikologi dari Universitas Stanford pada sekitar tahun 1976.
John Falvell (dalam Mahromah 2012 : 3) mendefinisikan metakognisi sebagai
suatu kesadaran siswa, pertimbangan, dan pengontrolan terhadap proses serta
strategi kognitif milik dirinya. Metakognisi memiliki peran penting dalam
8 dengan hal tersebut, metakognisi merupakan suatu kesadaran siswa (awareness),
pertimbangan (consideration), dan pengontrolan/pemantauan terhadap strategi
serta proses kognitif dari mereka sendiri.
“Metakognisi” adalah istilah terbaru di dalam psikologi pendidikan, bila
kita menyadari, sebenarnya dalam beraktivitas keseharian setiap orang selalu
bekerja dengan metakognitifnya. Kesadaran akan keberadaan metakognisi
memungkinkan seseorang berhasil sebagai pelajar, dan hal itu berkaitan
kecerdasan atau intelegensi. Mengetahui dan menyadari bagaimana siswa belajar
dan mengetahui strategi kerja mana yang terbaik adalah sebuah kecakapan
berharga yang membedakan pebelajar ahli (expert learners) dari pebelajar pemula
(novice learners).
Berdasarkan kuntdjojo (2009:1) kemampuan metakognisi menurut O’Neil
and Brown menyatakan bahwa metakognisi sebagai proses dimana seseorang
berpikir tentang berpikir dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan
masalah. Sedang Anderson dan Kathwohl (2001) menyatakan bahwa pengetahuan
metakognisi adalah pengetahuan tentang kognisi, secara umum sama dengan
kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri seseorang. Karena itu dapat
dikatakan bahwa metakognisi merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui
dan apa yang tidak.
Selama ini berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru, bahwa
guru-guru mengajar masih menggunakan satu arah saja, dimana mereka mengajar
belum menggunakan pendekatan yang bervariasi khususnya lagi guru matematika,
Ada banyak pendekatan pembelajaran yang bisa digunakan dalam upaya
9 pembelajaran yang diduga akan sejalan dengan karakteristik matematika dan
harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah model pembelajaran berbasis
masalah. Sesuai pendapat Arends (dalam Trianto, 2009:92) adalah pengajaran
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri. Mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir
tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Menggunakan pembelajaran berbasis masalah, pelajar menghadapi
masalah dan berusaha menyelesaikannya dengan informasi yang mereka sudah
miliki memungkinkan mereka untuk menghargai apa yang telah mereka ketahui.
Mereka juga mengidentifikasi apa yang mereka perlu belajar untuk lebih
memahami masalah dan bagaimana mengatasinya. Barrows (dalam daulay,
2011:10). Pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah adalah salah satu
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator.
Pendekatan berbasis masalah adalah pendekatan pengajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Masalah kontekstual
yang diberikan bertujuan untuk memotivasi siswa, membangkitan gairah belajar
siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa, belajar terfokus pada penyelesaian
masalah sehingga siswa tertarik untuk belajar, menemukan konsep yang sesuai
dengan materi pelajaran, dan dengan adanya interaksi berbagi ilmu antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungan siswa diajak
10 Salah satu ciri utama pendekatan berbasis masalah yaitu berfokus pada
keterkaitan antar disiplin ilmu, dengan maksud masalah yang disajikan dalam
pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu
tetapi siswa bisa meninjau masalah tersebut dari banyak segi atau mengaitkan
dengan disiplin ilmu yang lain untuk menyelesaikannya. Dengan diajarkannya
pendekatan berbasis masalah mendorong siswa belajar secara aktif, penuh
semangat dan siswa akan semakin terbuka terhadap matematika, serta akan
menyadari manfaat matenatika karena tidak hanya terfokus pada topik tertentu
yang sedang dipelajari.
Penelitian dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah telah
diteliti oleh Abbas, dkk (dalam Daulay,2011:11) yang menyatakan: pada siklus I
dari 35 orang siswa, ada 26 orang siswa (74,29%) mencapai ketuntasan belajar
dan pada siklus II ada 32 orang siswa (91,43%) mencapai ketuntasan belajar
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan penilaian
portofolio siswa. Berarti ada peningkatan siswa yang mengalami ketuntasan
belajar setelah menggunakan pendekatan berbasis masalah.
Hasanah (2004) dalam penelitiannya pada siswa SMP Negeri 6 Cimahi
berkaitan dengan proses belajar mengajar menyimpulkan pemahaman siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pembelajaran biasa,
rata-rata kemampuan pemahaman matematika dengan pembelajaran berbasis
masalah adalah 86,05% sedangkan dengan pembelajaran biasa 78,43%. Analisis
terhadap penelitiannya mengimplikasikan bahwa pendekatan berbasis masalah
11 satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan kemampuan
penalaran matematik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka disini peneliti melakukan
penelitian dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah untuk
melihat adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan metakognisi
matematika siswa SMP.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan, sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbentuk
pemecahan masalah masih rendah.
3. Kemampuan metakognisi siswa masih rendah.
4. Kurang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.
5. Model pembelajaran yang digunakan guru belum bervariasi.
6. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam pemecahan masalah belum
bervariasi.
7. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menggunakan kemampuan
metakognisi belum bervariasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada
permasalahan yang akan diteliti. Peneliti hanya meneliti antara siswa yang diberi
12 untuk melihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan metakognisi
matematika siswa, kadar aktifitas aktif siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dan proses penyelesaian masalah pada masing-masing model
pembelajaran pada materi luas segi empat. Adapun upaya yang dipilih untuk
menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah (PBM).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi perhatian penulis untuk
dikaji dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diberi model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan
pemecahan masalah siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori ?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan metakognisi matematik siswa yang
diberi model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan
metakognisi matematik siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori ?
3. Bagaimana kadar aktivitas aktif siswa dalam model pembelajaran berbasis
masalah ?
4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam
menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran ?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
13 ekspositori terhadap kemampuan pemecahan masalah dan metakognisi matematik
siswa. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diberi model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang diberi model pembelajaran
ekspositori.
2. Untuk mengetahui kemampuan metakognisi matematika siswa yang diberi
model pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan
metakognisi matematika siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori.
3. Untuk mendeskribsikan kadar aktivitas aktif siswa selama proses model
pembelajaran berbasis masalah berlangsung.
4. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam
menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga
bagi pihak-pihak terkait diantaranya:
1. Untuk Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa, metakognisi matematika siswa,
proses jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing
pembelajaran, dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
2. Untuk Siswa
Penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah selama penelitian
14 aktif dalam pembelajaran agar terbiasa melakukan
ketrampilan-ketrampilan melakukan pemecahan masalah dan metakognisi matematika
dan hasil belajar siswa meningkat juga pembelajaran matematika menjadi
lebih bermakna dan bermanfaat.
3. Untuk Guru Matematika dan Sekolah
Memberi alternatif atau variasi pendekatan pembelajaran matematika
untuk dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya
dengan cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya dan
mengoptimalkan pelaksanaan hal-hal yang telah dianggap baik sehingga
dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran matematika secara umum dan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan metakognisi matematika secara
khusus.
4. Untuk Kepala Sekolah
Memberikan izin kepada setiap guru untuk mengembangkan
pendekatan-pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan metakognisi matematika pada khususnya dan hasil belajar
matematika siswa pada umumnya.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah
yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan
15 1. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses
menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu:
a. Memahami masalah.
b. Merencanakan penyelesaian/memilih strategi penyelesaian yang sesuai.
c. Melaksanakan penyelesaian menggunakan strategi yang
direncanakan.
d. Memeriksa kembali kebenaran jawaban yang diperoleh.
2. Kemampuan metakognisi matematika adalah kemampuan untuk mengontrol
pengetahuan metakognitif pada saat pemecahan masalah yang mengacu pada
tiga komponen metakognisi yaitu
a. Penentuan Tujuan dan Pengembangan Rencana (Specifiying goal).
b. Pelaksanaan Rencana Tindakan
c. Memonitoring dan mengecek kembali apa yang telah dikerjakan
3. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan pembelajaran
dengan mengacu pada lima langkah pokok, yaitu: (1) orientasi siswa pada
masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3) membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan
manyajikan hasil karya dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
4. Pendekatan pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran dimana guru (1)
menjelaskan materi pelajaran, (2) siswa diberikan kesempatan bertanya,
217 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama model
pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan pada kemampuan pemecahan
masalah dan metakognisi matematika, maka peneliti memperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kemampuanpemecahanmasalahmatematikasiswa yang diberi model
pembelajaranberbasismasalahlebih baik daripadakemampuan pemecahan
masalah siswa yang diberi model pembelajaranekspositori.
2. Kemampuan metakognisi matematika siswa yang diberi model pembelajaran
berbasis masalah lebih baik daripada kemampuan metakognisi matematika
siswa yang diberi model pembelajaran ekspositori.
3. Aktivitas siswa dengan pembelajaran berbasis masalah adalah efektif. Dengan
merujuk pada kriteria yang ditetapkan yaitu pengelolaan pembelajaran dikatan
efektif jika delapan kategori dari kriteria toleransi pencapaian kekefektifan
waktu yang digunakan pada sepuluh butir dipenuhi.
4. Proses penyelesaian jawaban siswa dengan mengunakan model pembelajaran
berbasis masalah lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
ekspositori. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban siswa dalam menyelesaikan
tes kemampuan pemecahan masalah dan metakognisi matematika lebih baik
pada kelas model pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan model
218 5.2. Saran
Berdasarkan hasi lpenelitian, pembelajaran berbasis masalah yang
diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk
perbaikan.Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut :
1. Bagi guru matematika
a. Pembelajaran berbasis masalahpada pembelajaran matematika yang
menekankan kemampuan pemecahan masalah dan metakognisi
matematika siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
menerapkan pembelajaran matematika yang innovatif khususnya dalam
mengajarkan materi luas segi empat.
b. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai
bandingan bagi guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran
matematika dengan pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan
luas segi empat.
c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah adalah efektif.
Diharapkan guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, memberi kesempatan pada siswa untuk
mengungkapkan gagasanya dalam bahasa dan cara mereka sendiri, berani
berargumentasi sehingga siswa akan lebih percaya diri dan kreatif dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian matematika
bukan lagi momok yang sangat menyulitkan bagi siswa.
d. Agar model pembelajaran berbasis masalah lebih efektif diterapkan pada
219 mengajar yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik
(Buku Guru, Buku Siswa, LAS, RPP, media yang digunakan).
e. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori
pembelajaran dan model pembelajaran yang inovatif agar dapat
melaksanakannya dalam pembelajaran matematika sehingga pembelajaran
konvensional secara sadar dapat ditinggalkan sebagai upaya peningkatan
hasil belajar siswa.
2. Kepada Lembaga terkait
a. Model pembelajaran berbasis masalah dengan menekankan kemampuan
pemecahan masalah dan metakognisi matematika masih sangat asing bagi
guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah
atau lembaga terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa, khususnya meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan komunikasi matematik siswa.
b. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
metakognisi matematika siswa pada pokok bahasan luas segi empat
sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan
sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan
matematika yang lain.
3. Kepada peneliti lanjutan
a) Dalam penelitian ini model pembelajaran berbasis masalah yang
220 pembelajaran ekspositori. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar
membandingkan model pembelajaran yang lebih setara, misalnya model
pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan model pembelajaran
berbasis masalah yang dimodifikasi, seperti berbasis ICT.
b) Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan metakognisi matematika, untuk peneliti
selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan variabel yang lain seperti
kemampuan berpikir kreatif, kritis, penalaran dan lain-lain.
c) Hasil penelitian atas tiap kelompok kategori KAM siswa menunjukkan
model pembelajaran berbasis masalah cocok digunakan di sekolah yang
siswanya berkemampuan level tinggi dan sedang. Sebaliknya tidak sesuai
221
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,O.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching, and Assessing (A Revision of Blooms Taxonomy of Educational Objectives),
Addision Wesley, Longman, New York. Tersedia pada :
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/. (20 September 2012).
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi,Cet.9. Jakarta: Bumi Aksara
Atun, I. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program
Pascasarjana UPI Bandung.
Blakey, E. & Spence, S. 1990. Developing Metacognition, Clearinghouse on
Information Resources Syracusa, New York.
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/. (20 September 2012).
Daulay, L.A. 2011. Peningkatan Kemampuan pemecahan Masalah dan Koneksi
Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah.
Tesis tidak diterbitkan. Medan. Program Pascasarjana UNIMED Medan.
Dawson, Th & Fucher, K 2008, Metacognition and Learning Adulthood, Contemporary
Education Psychology, 11, 233-236. Tersedia pada :
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/. (20 September 2012).
de Soete, A. 2001. off-line metacognition in Children with Mathematics Learning
Disabilities, Disertation, Universiteit Gent. Tersedia pada :
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/. (20 September 2012)
Fauziana, Anis. 2008. Identifikasi Karakteristik Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika di Kelas VII-F SMPN 1 Gresik, Skripsi, Program Studi
pendidikan Matematika. UNESA. Tersedia pada :
http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013).
222
Flavell, J.H. 1976. Metacognition and Cognitive Monitoring, A New Area of Cognitive Developmental Inquiry, American Psychologist, 34, pp.906-911. Tersedia pada : http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (20 September 2012)
Gama, C. 2004. Integrating Metacognition Instruction in Interactive Learning Environment, University of Sussex, http://www. Integrating Metacognition,
diakses 15 September, 2006. Tersedia pada
:http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (20 September 2012)
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan P2LPTK Jakarta.
Kayashima,M & Inaba,A. 2007. The Model of Metacognitive Skill and How to Facilitate Development of the Skill, Faculty of Arts and Education, Tamagawa
University, Japan. Tersedia pada
:http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (20 September 2012).
Kelly, R.T. 2006. Teaching Problem Solving, Journal of Research in Mathematics
Education, NCTM ,Reston,VA. Tersedia pada
:http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (20 September 2012).
Kemendiknas, 2010, Panduan Penyusunan Jurnal Belajar, Program Bermutu. Jakarta.
Tersedia pada
:http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (20 September 2012).
Khayroiyah, Siti. 2012. Analisis Perbedaan Kemampuan pemecahan Masalah dan
Penalaran Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran berbasis Masalah dan Pembelajaran Biasa Pada siswa SMP. Tesis Pascasarjana
UNIMED. Tidak dipublikasikan.
Krulik, S. 1980. Problem Solving In School Mathematics. Virginia : NCTM. Tersedia pada : http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013)
Kuntdjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik. Tesedia pada : http://ebekunt.wordpress.com, (11 Juni 2012).
223
______, 2011. Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran Matematika : dalam
seminar Nasional Juli 2011. Tersedia pada :
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (27 September 2012)
Luis, T. etc. 2006. Thinker-Listener Pair Interactions to Develop Student’s Metacognitive Strategies for Mathematical Problem Solving ,Nanyang Technology University,Singapore. Tersedia pada :
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (27 September 2012)
Mahromah, Laily Agustina, 2012, Identifikasi Tingkat Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Perbedaan Skor Matematika,
Pendidikan Matematika : Unesa,. Tersedia Pada :
http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013)
Marthan, S & Koedinger, K, 2005, Fostering the Intelligent novice: Learning from Error with Metacognitive Tutoring, Educational Psychology, 89(4), 686-695. Tersedia pada : http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (27 September 2012).
Marzuki, 2012, Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi
Matematika Antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung. Tesis Pascasarjana Pendidikan Matematika : UNIMED
tidak dipublikasikan.
Nugrahaningsih, Theresia. 2011. Profil Metakognisi Siswa Kelas Akselerasi dan Non Akselerasi SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gender. Disertasi Pascasarjana Program Studi Matematika UNESA. Tersedia Pada : http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013)
Nurdin. 2007, Model Pembelajaran yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif, Disertasi tidak dipublikasikan, Program Pascasarjana Unesa, Surabaya. http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (27 September 2012).
Nurdin, Endarwati. 2012. Menigkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia pada :
http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013)
Panoura, A. dkk. 2005. Young Pupil’s Metacognitive Ability In Mathematics,European Research in Mathematics, Departeman Of Education, University of
Cyprus,Cyprus.
224
Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Ed.II, Tarsito : Bandung.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru , Bandung : PT. Rajagrafindo Perkasa.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group. Tersedia pada : http://www.kajianpustaka.com/2012/12/metode-belajar-ekspositori.html#ixzz2dtAKDStt(04 September 2013).
Schoenfeld, A.1992. Hand Book of Researh on Mathematics Teaching and Learning,
Mc Millan Co.New York. Tersedia pada :
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (27 September 2012)
Simamora, Y. 2010. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak
diterbitkan. Program Pascasarjana UNIMED Medan.
Sinaga, B. 2010. An Analysis Of Interaction And Mathematical Commucication Of High
School Student In Jigsaw Cooperative Learning. Jurnal Pendidikan Matematika
PARADIKMA, Vol. 3 diterbitkan, Program Studi Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Siswono, Tatang Y.E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Surabaya : Unesa. Tersedia pada :
http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013).
Sjuts, J.L.1999. Metacognition in Mathematics Lessons,. Available. Tersedia pada : http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (27 September 2012)
Suherman, Eman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA-Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia pada : http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013)
Suhendri. 2006. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SMA melalui Problem-Centered Learning (PCL). Tesis tidak diterbitkan.
Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
225
Suparno, P. 2000. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Tim MKPMB Jurusan Pendidikan Matematika. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.
Trianto. 2009. Model Mendesain Model Pembelajaran Innovatif-Progresif. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Taccasu, Project. 2008. Metacognition (on line).
http://www.careees.hku.hk/taccasu/ref/metacogn.htm. Tersedia pada : http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013)
Wardhani, dkk. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di
SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Wilson, Jeni dan Clark, David. 2004, Toward the Modelling of Mathematical
Metacognition. Tersedia pada :
http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013)
Yeo, Kai Kow Joseph, 2004, Mathematical Problem Solving In The Primary and
Secondary Levels. Tersedia pada
http://ejournal.unesa.ac.id/article/2362/30/article.pdf. (22 Mei 2013).
Yong, H.T.Y. & Kiong, L.N.K. 2006. Metacognitive Aspect of Mathematics Problem Solving, MARA University of Technology Malaysia, Kuala Lumpur. Tersedia
pada :
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/metakognisi-dalam-pembelajaran-matematika/ (27 September 2012)