• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN (DKKTGB) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN (DKKTGB) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGU"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN TEKNIK GAMBAR

BANGUNAN (DKKTGB) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN

SMK NEGERI 3 SIBOLGA TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

BOY PANCE SIMANUNGKALIT NIM. 508 311 011

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Boy Pance Simanungkalit, Nim. 508311011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Belajar Mata Pelajarnan Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar mata pelajarnan Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) pada siswa kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Sibolga melalui model pembelajaran koopetarif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 31 orang.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus pada siklus I terdiri dari dua kali pertemuan dan siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes hasil belajar.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia yang dapat penulis katakan selain

mengucapkan Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan

karunia-Nya, yang memberikan penulis kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat

menyusun skripsi yang berjudu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Two Stay Two Stray (TS-TS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas

Belajar pada Mata Pelajarnan Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar

Bangunan (DKKTGB) Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar

Bangunan SMK Negeri 3 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014 dapat diselesaiakan.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Teknik

Bangunan-Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih

jauh dari yang diharapkan dalam teknik penulisan maupun materi dalam materi,

akan tetapai berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis dengan segala ketulusan

hati dan penuh penghargaan mengucapkan banyak terima kasih kepada:

Dalam proses penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik materi, dukungan moril dan

imformasi. Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima ksasih

(7)

iii

1. Drs. Nono Sebayang, ST., M.Pd, sebagai Ketua Program Studi Jurusan

Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan

dan sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

arahan, bimbingan dan masukan yang sangat bermamfaat selama

penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Tunggul Tambunan, ST.,M.Si, Bapak Drs. Sempurna

paranginangin, M.Pd, Bapak Drs. Edim Sinuraya. ST. M.Pd selaku

narasumber yang telah memberikan banyak saran dan masukan demi

perbaikan skripsi ini.

3. Drs. Asri Lubis ST.,M.Pd, sebagai ketua jurusan Pendidikan Teknik

Bangunan Universitas Negeri Medan.

4. Drs. Tunggul Tambunan, ST.,M.Si, sebagai dosen pembimbing akademik,

yang memberikan arahan-arahan dalam masalah perkuliahan.

5. Prof. Dr. Abdul Hamid K. M.Pd, sebagai Dekan Fakultas Teknik

6. Kepada kepala sekolah dan beserta staf guru SMK NEGERI 3 SIBOLGA

yang telah memberikan izin untuk melakukan observasi dan penelitan.

7. Kedua Orang Tua penulis Drs. Pandapotan Simanungkalit dan Roslince

Sihombing A.Md yang telah banyak memberikan materi, nasehat dan

bimbingan serta mengajari selalu untuk bersyukur kepada Tuhan.

8. Tidak lupa penulis berterima kasih kepada kakek dan sekaligus mantan

dosen penulis Drs. Halomoan Silalahi yang memberikan banyak

bimbingan dan arahan pada waktu kuliah dan penulisan skripsi ini.

9. Abang Rio Andra Simanungkalit ST. Spd, kaka Ipar Kunera Lastika

(8)

iv

penulis Lilis Handayani Simanungkalit S.Pd, Rovina Simanungkalit

Am.Keb , Lamhisar Simanungkalit dan Suganda Putra Simanungkalit.

10.Kekasih penulis Agnes Elisabet Tarihoran S.Sos yang telah memberikan

motifasi dalam penulisan skripsi ini.

11.Mantan Kekasih penulis Bernadeth Yunietha Simanjuntak S.Kep. Ners,

yang telah memberikan sumbangan pinjaman laptop dalam penulisan

skripsi ini.

12.Rekan-rekan mahasiswa Teknik Bangunan stambuk 2008 dan para

senior-senior yang banyak memberikan informasi dan masukan demi

penyempurnaan laporan ini.

Penenulis berusaha menyelesaiakan skripsi ini dengan semaksimal

mungkin. Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi

maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan

saran yang membangun untuk perbaikan. Akhir kata semoga skirpsi ini berguna

bagi setiap pembacanya.

Medan, September 2013 Penulis

(9)

v

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ……….……… i

KATA PENGANTAR………... ii

DAFTAR ISI …...……… v

DAFTAR TABEL .……… viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………... 11

C. Pembatasan Masalah ………. 12

D. Rumusan masalah ………... 12

E. Tujuan penelitian ……… 13

F. Manfaat penelitian ……….. 13

BAB 11. KERANGKA TEORITIS………. 15

A. Hakikat Hasil Belajar DKKTGB………. 15

1. Hakekat Belajar ..………18

2. Hakekat Hasil Belakar………. 18

3. Cara Penilaian Hasil Belaja………. 23

B. Hakekat Aktivitas Belajar DKKTGB……… 26

1. Karakteristik Aktivitas Belajar ………29

2. Faktor-faktor Yang Memepengaruhi Aktivitas Belajar……… 31

3. Cara Penilaian Aktivitas Belajar………. 32

(10)

vi

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ……… 35

2. Model Pembelajaran Kooperatif TS-TS………. ………….... 42

2.1. Pengertian Pembelajaran Two Stay Two Stray……….…… 42

2.2. Ciri-ciri dan Prinsip Penggunaan Two Stay Two Stray………… 43

2.3. Kelebihan dan Kekurangan Two Stay Two Stray………….…… 44

2.4. Cara Mengevaluasi Two Stay Two Stray……….…… 46

B. Penelitian Yang Relevan ……… 51

C. Materi Pelajaran DKKTGB……… 54

D. Kerangkan Berpikir ……… 65

E. Hipotesis Tindakan ……… 66

BAB 111. METODOLOGI PENELITIAN ……… 68

A. Tempat dan Waktu penelitian ……… 68

B. Subyek Penelitian ……… 68

C. Defenisi Operasional ……….. 68

D. Prosedur Penelitian ……… 69

E. Kegiatan Penelitian ……… 71

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ……… 80

1. Tes ……….. 80

2. Observasi ……… 81

3. Uji Coba Instrumen Penelitian ……… 83

(11)

vii

H. Teknik Analisis Data……… 88

I. Indikator Kinerja………. 89

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…. ……… 91

A. Siklus Pertama (Dua Pertemuan)……… 91

1. Perencanaan (Planing)………... 91

2. Pelaksanaan (Akting)……… 91

3. Tahap Pengamatan (Observation)……….. 94

3.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I……….. 94

3.2. Hasil Belajar Siswa Siklus I……….. 96

4. Tahap Refleksi dan Perencanaan Ulang……… 99

B. Siklus Kedua (Dua Pertemuan) ……… 100

1. Perencanaan (Planing)………..……. 100

2. Pelaksanaan (Akting)……….. .. 100

3. Tahap Pengamatan (Observation)………. 101

3.1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II………101

3.2. Hasil Belajar Siswa Siklus II………103

4. Tahap Refleksi dan Perencanaan Ulang……… ..105

C. Uji Hipotesis Penelitian ……….. 109

D. Temuan Penelitian ……… 110

E. Keterbatasan Penelitian……… 111

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …..……… 112

A. Kesimpulan……… 112

B. Saran……….. 112

DAFTAR PUSTAKA ……… 114

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan

datang (UUR.I.N0. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal I). Dengan pendidikan manusia

dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, yaitu mengubah tingkah laku ke

arah yang lebih baik. Pendidikan juga dapat mencetak manusia menjadi sumber

daya yang handal dan terampil. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan suatu

rangkaian kegiatan komunikasi yang dilakukan antar manusia dengan pendidikan

sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh dalam bidang

keterampilan. Selain itu dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar

merupakan proses yang merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif

dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur,

berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis dan toleran dengan mengutamakan

(13)

2

Pendidikan yang berkualiatas mempersiapkan manusia Indonesia untuk

mampu bersaing, bermitra dan mandiri atas jati dirinya guna menghadapi era

globalisasi. Era globalisasi menuntut kualitas sumber daya manusia yang tangguh,

kreatif, dan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan

dengan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni :

1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta

mengembangkan sikap professional,

2. Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, mampu berkompetensi

dan mampu mengembangkan diri,

3. Menyiapkan tenaga kerja menegah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industry pada saat ini maupun pada saat yang akan dating, dan

4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga Negara yang produktif, adaptif dan kreatif (Anonymous, 2008).

Dari tujuan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan SMK adalah

menyiapkan sisiwa agar dapat memasuki dunia kerja dan memiliki kemampuan

yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, UNESCO dalam Wina sanjaya (2006)

telah mengemukakan empat pilar pembelajran yang terdiri dari learning two

know/learning to learn (belajar yang tidak hanya berorientasi pada produk atau

hasil, tetapi harus berorientasi kepada proses), learning to do (belajar untuk

berbuat), learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sendiri), learning

to live together (belajar untuk bekerja sama). Keempat pilar tersebut perlu

dikembangkan dilembaga formal termasuk di SMK dalam upaya mewujutkan

pendidikan yang bermutu.

Keempat pilar tersebut memang sangat berpengaruh dalam pendidikan

khususnya di SMK. Terlebih pada pilar learning to do (belajar untuk berbuat).

Kenapa ? Karena pada pilar learning to do, belajar bukan sekedar mendengar dan

(14)

3

dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi yang sangat diperlukan dalam era

persaingan global. Dengan demikian, learning to do, adalah proses pembelajaran

untuk memberikan sebuah pengalaman, tidak sekedar menerima pelajaran

melainkan malakukan sesuatu yang mampu memberikan atau melatih skill siswa.

Dalam pembelajaran siswa berperan aktif sebagai pembelajar dan fungsi guru

lebih sebagai fasilitator dan dinamisator. Sasaran adalah siswa diharapkan mampu

berpikir kritis, analitis dan argumentative serta tidak membosankan.

Selanjutnya untuk dapat mewujutkan learning to do tersebut di dalam

kelas, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah guru seharusnya lebih kreatif

dalam menyajikan pelajaran yang mampu merangsang siswa untuk lebih aktif

dalam mengikuti proses belajar mengajar didalam kelas. Salain itu guru sebaiknya

melatih kemampuan-kemampuan yang dimikili siswa, baik itu kemampuan yang

sudah muncul dalam diri siswa ataupun yang masih tersimpan karena takut

mengeluarkannya, salah satunya contohnya adalah kemampuan berkomunikasi

dan berani mengeluarkan pendapatnya di depan kelas.

Pada kenyataan yang terjadi di lapangan tidak jarang guru cenderung

mengabaikan mengabaikan pilar tersebut. Guru hanya berorientasi pada hasil yang

ingin dicapai dalam kelas, yaitu nilai yang diperoleh siswa baik. Guru juga juga

selalu berfikir hanya untuk menghabiskan kontrak belajar atau materi ajar yang

ditetapkan disekolah tersebut tampa menghiraukan atau memperhatikan proses

belajar yang disajikan guru tersebut di dalam kelas. Selain itu dalam penyajian

pembelajaran, guru sering tidak menciptakan sebuah suasana yang dampak dapat

(15)

4

bias mendengar ceramah-ceramah guru dan mencatat setiap catatan yang

diberikan oleh guru.

Banyak yang dapat dilakukan guru untuk bisa memunculkan pilar

tersebut dalam proses pembelajaran, salah satunya pimilahan model pembelajaran

yang baik. Dengan pemilihan model pembelajaran yang baik diharapkan siswa

dapat menerima pelajaran secara optimal. Di dalam sebuah makalah tentang

Model-Model Pembelajaran Efektif Dalam Implementasi KTSP dituliskan bahwa

pada umumnya seorang itu dapat menerima pelajaran 10% dari apa yang dibaca,

20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang di lihat

dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan

dilakukan (Yuniar, 2008). Selanjutnya dapat dibayangkan apa yang terjadi jika

seorang guru terlalu banyak atau hanya menggunakan metodel ceramah saja

dalam proses belajar mengajar tampa memberikan variasi-variasi pada kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas.

Sebagian besar siswa beranggapan bahwa belajar adalah suatu aktifitas

yang sangat membosankan dan kurang menyenangkan, hal ini disebapkan siswa

hanya harus duduk dengan rapi, mendengarkan dan mengikuti pelajaran yang

disajikan oleh guru. Kegiatan seperti ini sudah dianggap siswa sebagai rutinitas

yang garus dilakukan siswa setiap hari. Bukan tidak jarang siswa menganggap

bahwa belajar belajar merupakan salah satu beban hidup mereka bukan sebagai

proses untuk memperdalam ilmu. Untuk itu guru diharapkan guru berupaya

membangkitkan partisipasi siswa agar siswa lebih bias aktif dan kreatif dalam

(16)

5

Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar

merupakan hal yang sangat sering ditemukan dan merupakan hal yang dapat

menghambat ketercapainya proses pembelajaran. Sikap siswa yang pakum dan

pasif pada proses belajar mengajar dapat mengakibatkan beberapa hal yang dapat

merugikan pihak siswa itu sendiri. Bagi siswa selain kurang terlatihnya

kemampuan dalam berpendapat hal ini mengakibatkan kejenuhan dalam belajar,

atau bahkan berdampak pada kurangnya ilmu pengetahuan disampaikan oleh guru

pada siswa itu sendiri saat proses belajar mengajar.

Dilain pihak guru juga akan merasakan suatu keganjilan dalam proses

belajar mengajar dikarenakan pencapaian yang masih kurang maksimal, selain itu

guru merasa ragu apakah materi yang diberikan sudah dapat diterima siswa serta

dimengerti oleh siswa. Bagi guru hal ini sangat membutuhkan dorongan-dorongan

disaat penyampain materi, yakni berupa motivasi, pertanyaan-pertanyaan,

pendapat-pendapat, atau belajar nyata (yang berkaitan dengan masyarakat/

sekitar).

Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan yang berkualitas pemerintah

Indonesia telah melakukan perubahan. Kunandar (2007:55) menyatakan

pentingnya suatu perubahan, dimana perubahan-perubahan yang telah dilakukan

diantaranya: (1) Peningkatan kualitas guru, (2) Perbaikan metode pembelajaran,

(3) Penyediaan bahan-bahan pembelajaran, (4) Pengembangan media-media

pendidikan, dan (5) Pengadaan alat-alat laboratorium. Namun berbagai usaha

yang telah dilakukan pemerintah, pihak sekolah masih mengalami kesulitan untuk

mencapai tingkat keberhasilan pendidikan. Salah satu masalah masalah yang

(17)

6

Dalam hal ini SMK dibekali dengan Kompetensi Kejuruan sesuai jurusan

masing-masing, dimana salah satu salah satu dari Kompetensi Kejuruan tersebut

adalah Mengidentifikasi Ilmu Bangunan Gedung (MIBG). Mengidentifikasi Ilmu

Bangunan Gedung (MIBG) adalah penguasaan pada penguasaan toeritis,

keterampilan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembuatan maupun perbaikan

bangunan. Dalam penyelenggaraan pembangunan gedung harus ekonomis dan

memenuhi persyaratan tentang bahan, konstruksi maupun pelaksanaannya.

Mengidentifikasi Ilmu Bangunan Gedung merupakan ilmu yang membutuhkan

banyak hapalan dan dapat membaca gambar karena dalam mata pelajaran ini

siswa diajarkan mempelajari dasar-dasar mengenai perencanaan dan pelaksanaan

dalam pembuatan dan perencanaan bangunan, serta mata pelajaran ini merupakan

mata pelajaran dasar yang sangat penting untuk dapat dipelajari siswa SMK

program keahlian Teknik Gambar Bangunan. Untuk itu perlu keseriusan dari

siswa untuk lebih giat dan termotivasi untuk mempelajari mata perlajaran Ilmu

Bangunan Gedung. Semakin banyak siswa dapat mencapai tingkat pemahaman

dan penguasaan materi, makan semakin tinggi keberhasilan dari pengajaran

tersebut.

Berdasarkan tiga sumber informasi yang didapat dari sekolah, yakni;

analisis dokumen (DKN), wawancara dengan guru mata diklat, dan observasi

yang dilakukan pada tangal 12 dan 13 November 2012 dikelas X program

keahlian gambar bangunan SMK Negeri 3 Sibolga. Menunjukkan pembelajaran di

kelas masih berpusat pada guru atau teacher center artinya, guru menjelaskan

materi di depan kelas dengan metode ceramah. Dimana aktivitas guru sebagian

(18)

7

duduk mendengarkan, mencatat materi yang disampaikan guru, sehingga siswa

tidak termotivasi untuk berperan aktif dalam belajar dan menemukan pengalaman

sendiri.

Dalam proses pembelajaran tersebut, siswa masih kurang berperan aktif

dalam proses belajar dan bayak juga siswa yang tidak berani menjawab maupun

mengajukan pertanyaan pada guru, hal ini berdampak pada saat guru memberikan

pertanyaan hanya beberapa siswa yang berani untuk menjawab dan ketika guru

memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa

memilih untuk diam, karena itu tidak terjadinya interkasi yang baik pada proses

belajar mengengajar tersebut. Akibatnya beberapa siswa ada yang bercanda

dengan teman, ada siswa yang mengantuk dan melamun. Interaksi antar siswa dan

antara guru dengan siswa relatif masih kurang. Hal ini menunjukkan sikap dan

motivasi siswa dalam pembelajaran masih rendah dan akibat nya penguasaan

materi pada saat proses belajar masih rendah.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tes belajar mata palajaran Dasar

Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) dasar kompetensi

(MIBG) belum optimal sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang

di tetapkan sekolah yaitu 70. Berikut daftar kumpulan nilai akhir semester mata

pelajaran MIBG kelas X program keahlian teknik gambar bangunan 3 tahun

terkahir yaitu Tahun Ajaran 2009/2010, 2010/2011 dan 2011/2012, diperoleh

(19)

8

Tabel 1. Daftar Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan Semester Ganjil SMK Negeri 3 Sibolga Kelas X.

T.A NILAI Absolut %

Dari tabel di atas dapat dilihat hasil belajar DKKTGB masih rendah pada 3

tahun terakhir yaitu pada Tahun Ajaran 2009/2010 dengan persentase (34,48%

belum tuntas, 20,68% tuntas, 27,58% baik, 17,24% sangat baik ), Tahun Ajaran

2010/2011 dengan persentase (50% belum tuntas, 46,66% tuntas, 3,34% baik dan

0% sangat baik) dan pada Tahun Ajaran 2011/2012 dengan persentase (25%

belum tuntas, 41,66% tuntas, 25% baik dan 8,33% sangat baik).

Berdasarkan KKM mata palajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik

Gambar Bangunan (DKKTGB) dasar kompetensi (MIBG) kelas X SMK Negeri

(20)

9

Selanjutnya dapat juga diketahui secara klasikal dapat tercapai, dilihat dari

persentase siswa yang sudah tuntas dalam belajar dapat dirumuskan Presentase

Ketuntasan Klasikal (PKK) = x 100.

Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar, jika kelas mencapai ≥ 75% maka

ketuntasan belajar secara klasical telah tercapai (Suryosobroto, 2009:64). Dari

hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, diperoleh data hasil belajar

DKKTGB masih rendah, diamana masih terdapat siswa yang belum mencapai

KKM, hal ini dikarenakan rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar sehingga hasil belajar juga rendah.

Di sisi lain menurut Windura (2008) rendahnya hasil belajar ditentukan

oleh berbagai faktor antara lain: (1) tidak konsentrasi, (2) tidak paham apa yang

dipelajari, (3) mudah lupa, (4) jenuh, (5) belajar monoton dan individual.

Kemampuan belajar siswa yang rendah dapat mempengaruhi rendahnya

hasil belajar siswa. Guru yang tidak memperhatikan kemampuan siswa dalam

mempelajari ilmu yang mendasari pembelajaran yang akan dilanjutkan pada

pembelajaran yang berkesinambungan. Kemungkinan akan menjadi hal yang

kurang baik jika siswa tidak diatasi untuk memahami pengetahuan dasar yang

akan digunakan pada pembelajaran selanjutnya.

Dari pendapat tersebut diatas, siswa yang cenderung pasif di kelas akibat

dari kekurang pahamannya terhadap apa yang dipelajari. Hal ini akibat proses

belajar mengajar masih masih berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya

(21)

10

mencerna materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya siswa menjadi

pasif dan kurang termotivasi dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan kondisi yang dikemukakan di atas, maka perlu diterapkan

model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan

observasi yang telah dilakukan bahwa model pembelajaran yang dilakukan oleh

guru masih berpusat kepada guru sehingga kegiatan belajar mengajar belum

menekankan keaktifan dan partisipasi siswa, sehingga siswa tidak termotivasi

untuk berperan aktif dalam belajar dan menemukan pengalaman dalam belajar.

Sesuai dengan kenyataan di atas penulis menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe two stay two stray dalam proses pembelajara. Model Two Stay Two

Stray (TS-TS) ini merupakan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TS-TS) yang

dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992, yaitu model pembelajaran

kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan

hasil dan informasi ke kelompok lain (Anita Lie, 2008:61). Dengan demikian

siswa belajar tidak hanya mendengar, guru tidak menerangkan saja. Namun,

memeningkatkan keaktifan siswa didalam proses belajar mengajar, sehingga dapat

memberikan pengaruh dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) diharapkan

proses pembelajaran nantinya akan menjadi lebih menarik, menyenangkan serta

dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi aspek performance

guru, fasilitas pembelajaran dalam kelas, iklim kelas, sikap ilmiah siswa dan

(22)

11

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian tindakan kelas

yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) Untuk Meningkatkan Hasil belajar dan aktifitas belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) pada kelas X Progran Keahlian Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 3 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014".

B . Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi pokok-pokok masalah

sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat

kompensional, yaitu pembelajaran yang menggunakan metode ceramah

sehingga proses belajar mengajar berpusat pada guru atau teacher center.

2. Penerapan model pembelajaran di kelas belum Variatif.

3. Siswa cenderung pasif dan kurang tertarik mempelajari Ilmu Bangunan

Gedung pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gamabar

Bangunan (DKKTGB).

4. Rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan

Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB).

5. Kurangnya minat belajar mengakibatkan aktivitas belajar siswa menurun,

khususnya pada pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik

Gamabar Bangunan (DKKTGB).

6. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

(TS-TS) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran

(23)

12

C . Pembatasan Masalah

Guna memberi ruang lingkup yang jelas dan terarah, mengingat begitu

luas dan kompleksnya permasalahan, maka perlu dibuat suatu pembatasan

masalah yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan

(DKKTGB) kelas X SMK Negeri 3 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran

mengidentifikasi ilmu bangunan gedung pada sub kompetensi menentukan

jenis pondasi yang tepat untuk bangunan sesuai dengan jenis tanahnya.

3. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X program keahlian teknik

gambar bangunan SMK Negeri 3 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014.

D . Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Kompetensi

Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) kelas X SMK Negeri 3

Sibolga ?.

2. Apakah penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Dasar

Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) kelas X

(24)

13

E . Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah seperti yang disebutkan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penerpan pembelajaran Two Stay Two Stray

(TS-TS) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar

Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) kelas X

SMK Negeri 3 Sibolga.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerpan pembelajaran Two Stay Two Stray

(TS-TS) terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Dasar

Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan (DKKTGB) kelas X

SMK Negeri 3 Sibolga.

F . Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada :

1. Bagi siswa: Sebagai model pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar.

2. Guru

a. Untuk memperbaiki pembelajaran, perbaikan ini akan menimbulkan

rasa puas bagi guru karena sudah melakukan sesuatu untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Untuk dapat berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan sendiri dan membuat guru lebih percaya diri.

c. Sebagai bahan informasi untuk memilih alternative dan model

pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan serta

meningkatkan kompetensi guru dalam merancang atau mendesain

(25)

14

3. Sekolah: Sebagai masukan dalam pembinaan dan peningkatan mutu

pendidikan.

4. Penulis: Dapat memberikan pengalaman langsung kepada penulis dalam

pembelajaran dikelas dan dapat menerapkannya sebagai calon

(26)

112 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan,

yaitu :

1. Rata-rata hasil belajar siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran

Koperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) adalah mengalami peningkatan,

yaitu dari siklus I dengan rata-rata 68,27 meningkat menjadi 85,60 pada siklus

II. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran Koperatif tipe Two Stay

Two Stray (TS-TS) dapat mengkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

menggambar teknik dasar kelas X Program Keahlian Teknik Gambar

Bangunan SMK Negeri 3 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Penerapan model pembelajaran Koperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran DKKTGB.

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada siklus I dengan penilaian

69,38% mengalami peningkatan pada siklus II yaitu dengan nilai rata-rata

82,03%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan bahwa:

1. Bagi guru menggambar teknik dasar yang ingin menerapkan Koperatif tipe

Two Stay Two Stray (TS-TS) sebaiknya benar-benar mengawasi siswa dalam

(27)

113

masalah dalam proses diskusi akan malas dan kurang kerjasama antar sesama

kelompok.

2. Bagi para peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray (TS-TS), untuk lebih memperhatikan penggunaan

alokasi waktu yang tepat sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

3. Karena kegiatan ini sangat bermamfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka

diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam

pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar Bangunan

(DKKTGB).

4. Sebaiknya guru mendorong keberanian siswa dalam menjawab dan

mengajukan pertanyaan.

5. Pada saat pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TS-TS) ini sebaiknya keaktifan siswa lebih diperhatikan lagi dan

(28)

114

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara ________________. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Darsono dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Dimyanti. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bachri. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar.2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Heinz Frick. 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan 1. Yogyakarta: Kanisiun

Hakim, Thursan, 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara

Kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa 2008. Jakarta : PT. gramedia pustaka utama.

Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Key, Van der. http: jurnal evaluasi-kooperatif.TS-TS. blogspot.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana.

Lubis, Deni. D. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Pengetahuan Dasar Teknik Bangunan (PDTB) Di Kelas X Prpgram Keahlian Teknik Gambar Bangunana Smk Negeri 1 Stabat Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi FAKULTAS TEKNIK. Unimed. Medan

Moedjiono dan Damyanti. 1991. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Grasindo

Pasaribu, Virgo. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Dalam Meningkatkan Aktifitas Dan Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan Smk Negeri 1 Lubuk Pakam. Skripsi FAKULTAS TEKNIK. Unimed. Medan

(29)

115

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo persada

______________. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Solihatin, Etin. 2008. Cooperatif Learning. Jakarta: Bumi Aksara Sudjana. 2002. Metode Statika, Tarsindo. Bandung

Suryadi, Ahcmad. www. jurnal-penelitian-makalah.co.id. diakses tanggal 19 Mei 2013 Suryabrata, Sumadi. 1991. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryosubroto. 2006. Proses Belajar-Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Bahri, Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar Dan Factor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asti

Gambar

Tabel 1. Daftar Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Gambar
gambar bangunan SMK Negeri 3 Sibolga Tahun Ajaran 2013/2014.
Gambar Bangunan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam beberapa kondisi, auditor internal mungkin ingin melakukan audit komprehensif atas suatu operasi mungkin audit pertama kali untuk suatu operasi membutuhkn audit untuk

To obtain topographic and bathymetric data three instruments were used, including Geodetic Station, Total Station and Unmanned Aerial Vehicles (UAV)/Drone.. To

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Earnings Per Share, dan Rasio Pertumbuhan Perusahaan secara bersama-sama maupun sendiri- sendiri terhadap Harga

Seorang wanita P1A0 datang dengan perdarahan jalan lahir 2 jam yang lalu pasien baru saja melahirkan , bayi dan plasenta lahir normal, dari pemeriksaan Kontraksi

Penerapan metode K-Means Clustering untuk mengelompokkan provinsi menurut jumlah produksi bahan pangan dimulai dari analisa data yang terdiri dari produksi jagung,

Penelitian ini dilatarbelakangi karena rendahnya hasil belajar siswa kelas III di MI Al-Fudlola Porong Sidoarjo pada mata pelajaran matematika terutama

Dari pembahasan sebelumnya, penelti mencoba menganalisis dengan metode analisis SWOT ( Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threaths ) yaitu suatu metode

Dari sudut hukum dialektis ataupun sosiologis-reflektif itu kita bisa tegaskan bahwa dalam setiap cilaka ada hikmah, dalam setiap bencana ada momentum perubahan, dalam