• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Beban Kerja

Workload atau beban kerja dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau under stress. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum yang ada diantara kedua batas yang ekstrem tadi dan tentunya berbeda antara individu satu dengan yang lainnya (Tarwaka, 2014).

Herrianto (2010) menyatakan bahwa beban kerja adalah jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang ataupun sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Untuk mencapai beban kerja normal dalam arti volume pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kerja cukup sulit, sehingga selalu terjadi ketidakseimbangan meskipun penyimpangannnya kecil.

Beban kerja terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

a. Beban kerja diatas normal artinya waktu yang digunakan untukcommit to user commit to user

(2)

menyelesaikan pekerjaan lebih besar dari jam kerja yang tersedia atau volume pekerjaan melebihi kemampuan pekerjaan.

b. Beban kerja normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan sama dari jam kerja yang tersedia atau volume pekerjaan sama dengan kemampuan pekerjaan.

c. Beban kerja dibawah normal artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih kecil dari jam kerja yang tersedia atau volume pekerjaan lebih rendah dari kemampuan pekerjaan.

2. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Rodahl (1989), Adiputra (1998) dan Manuba (2000) dalam Tarwaka (2014) bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor eksternal dan faktor internal.

a. Beban kerja oleh karena faktor eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.

1) Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat-angkut, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk display dan kontrol, alur kerja, dan lain-lain.

commit to user commit to user

(3)

Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti:

kompleksitas pekerjaan atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan lain-lain.

2) Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti:

lamanya waktu bekerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, musik kerja, model struktur organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang, dan lain-lain.

3) Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah:

a) Lingkungan kerja fisik seperti: mikroklimat (suhu udara ambien, kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu radiasi), intensitas penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi mekanis, dan tekanan udara.

b) Lingkungan kerja kimiawi seperti: debu, gas-gas pencemar udara, uap logam, fume dalam udara dan lain-lain.

c) Lingkungan kerja biologis seperti: bakteri, virus dan parasit, jamur, serangga, dan lain-lain.

d) Lingkungan kerja psikologis seperti: pemilihan dan penempatan tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan lingkungan sosial yang berdampak

commit to user commit to user

(4)

kepada performansi kerja di tempat kerja.

b. Beban Kerja oleh karena Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.

Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis.

Sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara subjektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif lainnya. Secara lebih ringkas faktor internal meliputi:

1) Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi).

2) Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan lain-lain).

3. Dampak Beban Kerja Fisik

Menurut Manuaba (2000) dalam Prihatini (2007) bahwa beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan

commit to user commit to user

(5)

dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja.

4. Pengendalian Beban Kerja Fisik

Menurut Manuaba (2000) bahwa tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan, dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Beban kerja dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebih dan terjadi overstress atau kelelahan kerja, dimana kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis kelelahan otot dan kelelahan umum. Keluhan pada otot juga bisa terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja berat secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

5. Penilaian Beban Kerja Fisik

Menurut Tarwaka, dkk (2004), salah satu kebutuhan utama dalam pergerakan otot adalah kebutuhan akan oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat dalam menghasilkan energi. Sehingga jumlah oksigen yang dipergunakan oleh tubuh untuk bekerja merupakan salah satu indikator pembebanan selama bekerja. Dengan demikian setiap

commit to user commit to user

(6)

aktivitas pekerjaan memerlukan energi yang dihasilkan dari proses pembakaran. Semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka akan semakin besar pula energi yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut maka besarnya jumlah kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan berat ringannya beban kerja.

Berkaitan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja dan SNI 7269:2009 Tentang Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Kalori Menurut Pengeluaran Energi menetapkan bahwa kategori beban kerja adalah sebagai berikut:

a. Beban kerja ringan : 100-200 Kilo kalori/jam b. Beban kerja sedang : >200-350 Kilo kalori/jam c. Beban kerja berat : > 350-500 Kilo kalori/jam

Beban kerja sangatlah berpengaruh terhadap produktifitas dan efisiensi tenaga kerja, beban kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

Beban tersebut bisa fisik, mental, atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja.

Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, mental atau sosial. Namun mereka hanya mampu memikul beban sampai ada batas tertentu, bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang.

commit to user commit to user

(7)

Menurut Tarwaka, dkk (2004), ada dua macam metode pengukuran beban kerja yaitu pengukuran secara tidak langsung dan pengukuran secara langsung. Pengukuran secara langsung biasanya dilakukan dengan mengukur berat dan ringan beban fisik subyektif, denyut nadi dan aktivitas kerja. pengukuran beban kerja secara tidak langsung dapat dengan menggunakan kalorimeter.

Dalam penerapannya untuk mengetahui kategori beban kerja karyawan tentu diperlukan waktu untuk melakukan penelitian dan studi dilapangan. Sebelum melakukan perhitungan beban kerja sebaiknya anda mengetahui istilah-istilah berikut ini:

a. Metabolisme basal (MB): Energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan proses-proses hidup yang dasar, dalam satuan kalori per satuan waktu.

b. MB laki-laki: Berat badan (kg) x 1 Kkal/jam c. MB perempuan: Berat badan (kg) x 0,9 Kkal/jam

Kegiatan penelitian dan penilaian beban kerja diawali dengan pengukuran berat badan tenaga kerja, pengamatan terhadap segala aktivitas tenaga kerja dan perhitungan kebutuhan kalori tenaga kerja.

Tentunya kegiatan ini juga membutuhkan peralatan yaitu timbangan dan stopwatch.

commit to user commit to user

(8)

Prosedur pengamatannya adalah seperti berikut:

a. Mengamati setiap aktivitas tenaga kerja (kategori jenis pekerjaan dan posisi badan) sekurang-kurangnya 4 jam kerja dalam 1 hari kerja dan diambil rerata setiap jam.

b. Menghitung dan catat waktu aktivitas kerja menggunakan stopwatch.

c. Beban kerja setiap aktivitas tenaga kerja dinilai menggunakan tabel perkiraan beban kerja menurut kebutuhan energi.

d. Menghitung beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori karyawan.

Rata-rata beban kerja dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini:

Dimana total beban kerja dapat dihitung menggunakan:

Keterangan:

a. BK = Beban kerja per jam

b. BK1, BK2,… BKn = beban kerja sesuai aktivitas kerja 1,2..n dalam satuan menit

c. T = waktu dalam satuan menit

d. T1, T2, … Tn = waktu sesuai dengan aktivitas kerja 1,2,..n dalam satuan menit

e. MB = Metabolisme basal

commit to user commit to user

(9)

6. Kelelahan Kerja

Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Tarwaka, dkk (2004) menyebutkan bahwa kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot. Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2014), kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.

7. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2014) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress).

commit to user commit to user

(10)

Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-faktor penyebab kelelahan digambarkan seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran (Recuperation)

8. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan memang mudah untuk dihilangkan, dengan istirahat yang cukup perasaan lelah akan segera hilang. Namun, kelelahan yang terjadi secara terus menerus akan berakibat pada kelelahan yang bersifat kronis. Oleh sebab itu, baik tenaga kerja ataupun pengusaha perlu mengetahui kejadian kelelahan yang dapat dikenali dengan melihat gejala kelelahan. Adapun gejala kelelahan adalah sebagai berikut:

1. Perasaan berat dikepala 2. Menjadi lelah seluruh commit to user

commit to user

(11)

badan

3. Kaki merasa berat 4. Menguap

5. Pikiran terasa kacau 6. Menjadi Mengantuk

7. Merasakan beban pada mata 8. Kaku dan canggung dalam

gerakan

9. Tidak seimbang ketika berdiri

10. Ingin berbaring 11. Susah dalam berpikir 12. Lelah berbicara 13. Menjadi gugup

14. Tidak dapat berkonsentrasi 15. Tidak mempunyai perhatian

terhadap sesuatu

16. Cenderung untuk lupa 17. Kurang kepercayaan 18. Cemas terhadap sesuatu 19. Tidak dapat mengontrol

sikap

20. Tidak dapat tekun dalam pekerjaan

21. Sakit kepala 22. Bahu terasa kaku 23. Punggung terasa nyeri 24. Pernafasan terasa tertekan 25. Haus

26. Suara Serak 27. Merasa pening

28. Spasme dari kelopak mata 29. Tremor pada anggota badan 30. Merasa kurang sehat

9. Cara Mengurangi Kelelahan

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai cara, salah satu contohnya adalah memperhatikan keadaan umum di lingkungan tempat kerja seperti pengaturan jam kerja, pengaturan waktu istirahat, menyediakan tempat atau ruangan untuk beristirahat, melakukan rekreasi dan lain sebagainya.

commit to user commit to user

(12)

Tarwaka (2004) juga menyebutkan bahwa kelelahan dapat dikurangi dengan menyesuaikan kapasitas kerja fisik, kapasitas kerja mental, redesain stasiun kerja ergonomis, sikap kerja alamiah, kerja lebih dinamis, kerja lebih bervariasi, redesain lingkungan kerja, reorganisasi kerja, kalori seimbang dan istirahat setiap dua jam.

Sedangkan menurut Suma’mur (1996), kelelahan dapat dikurangi dengan penyediaan sarana istirahat, memberi waktu libur dan rekreasi, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang tepat dan pengadaan lingkungan kerja fisik yang nyaman dan sehat, tentunya dengan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk proses pemulihan (recovery) kondisi fisik yang lelah.

10. Akibat Kelelahan Kerja

Depnakertrans (2004) menyebutkan bahwa kelelahan pada pekerja akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, antara lain menurunnya perhatian, perlambatan dalam persepsi, lambat dan sulit dalam berpikir, menurunnya keinginan atau dorongan untuk melakukan pekerjaan dan berkurangnya efisiensi kegiatan fisik dan mental. Tenaga kerja yang merasa lelah akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, sulit berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan, menurunnya produktivitas kerja, bahkan bisa menyebabkan kecelakaan bagi tenaga kerja.

Menurut Suma’mur (1996), gejala umum yang sering menyertai kelelahan ini adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi perut dan

commit to user commit to user

(13)

jantung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan dan tidak dapat tidur, selain itu meningkatnya emosi dan rasa jengkel, munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

11. Pengukuran Kelelahan Kerja

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari;

a. Sepuluh pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, meliputi: perasaan berat di kepala, lelah di seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring.

b. Sepuluh pertanyaan tentang pelemahan motivasi, meliputi: susah berfikir, lelah untuk bicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit untuk memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan.

c. Sepuluh pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik, meliputi: sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

Berkaitan dengan metode pengukuran kelelahan subjektif, Sinclair (1992) dalam Tarwaka (2014) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode tersebut

commit to user commit to user

(14)

antara lain; ranking methods, rating methods, questionnaire methods, interviews dan checklists.

12. Faktor- Faktor Penyebab Kelelahan a. Jenis Kelamin

Suma’mur (2009) menyebutkan bahwa penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi laki-laki dan perempuan yang berbeda dalam kemamuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Lehto et al (2008) juga menyebutkan bahwa walaupun dengan umur, berat badan dan kondisi fisik yang sama, dapat dipastikan bahwa wanita memiliki kekuatan yang lebih rendah dari pria.

b. Umur

Menurut Ihsan dan Salami (2010), semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan yang dirasakan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tua umur seseorang, maka akan semakin besar tingkat kelelahan yang dirasakan.

c. Status Gizi

Almatsier (2009) menyatakan bahwa status gizi adalah ukuran keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi seseorang dapat diketahui dari perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT). Adapun cara perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT =

commit to user commit to user

(15)

Hasil perhitungan IMT tersebut akan dibandingkan dengan standar yang berlaku. Adapun standar IMT dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Indeks Masa Tubuh (IMT)

Kategori IMT (kg/ m2)

Kurus < 18,5

Normal ≥ 18,5 – < 24,9

Berat Badan Lebih ≥ 25,0 – < 27,0

Obesitas ≥ 27,0

Sumber : Balitbangkes Departemen Kesehatan RI Tahun 2013 d. Kebisingan

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja menyatakan bahwa kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Kebisingan dapat mengganggu konsentrasi dan komunikasi tenaga kerja di tempat kerja. Menurut Goetsch (2008) bahaya dari kebisingan berasal dari suara yang merupakan hasil kombinasi dari frekuensi, intensitas atau durasi yang menyebabkan penurunan pendengaran yang dapat terjadi pada populasi tertentu.

Lerman et al (2012) menyatakan bahwa paparan kebisingan untuk jangka waktu yang panjang dapat menghasilkan perasaan subjektif ketidaknyamanan dan peningkatan kelelahan. Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat menimbulkan stimulasi

commit to user commit to user

(16)

daerah di dekat area penerimaan pendengaran primer yang akan menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 13 Tahun 2011, NAB yang ditentukan untuk kebisingan selama 8 jam bekerja adalah sebesar 85 dBA. Sedangkan kebisingan yang melebihi NAB, waktu pemaparannya dapat dilihat pada tabel 2:

Tabel 2. Intensitas Kebisingan Berdasarkan Waktu Paparan Waktu Pemaparan Dalam Satu Hari Intensitas Kebisingan (dBA)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7.5 103

3.75 106

1.88 109

0.94 112

28.12 Detik 115

14.06 118

7.03 121

3.52 124

1.76 127

0.88 130

0.44 133

0.22 136

0.11 139

Sumber: Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 e. Pencahayaan

Pencahayaan di tempat kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Selain itu pencahayaan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009). commit to user commit to user

(17)

Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab terjadinya kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Jika pencahayaan ditempat kerja kurang, dapat menyebabkan adanya perasaan tidak nyaman, gangguan atau sakit yang meningkat seiring waktu, dan dapat menyebabkan kelelahan.

Adapun tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan di tempat kerja berdasarkan SNI 03-6575-2001 tentang Tata Perancangan Sistem Cara Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Tingkat Pencahayaan Minimum Berdasarkan SNI 03-6575-2001

Fungsi Ruangan Tingkat Pencahayaan (Lux) Perkantoran:

Ruang Direktur 350

Ruang kerja 350

Ruang komputer 350

Ruang rapat 300

Ruang gambar 750

Gudang arsip 150

Ruang arsip aktif. 300

Industri (Umum):

Ruang Parkir 50

Gudang 100

Pekerjaan kasar. 100-200

Pekerjaan sedang 200-500

Pekerjaan halus 500-1000

Pekerjaan amat halus 1000-2000

Pemeriksaan warna 750

Sumber: SNI 03-6575-2001

commit to user commit to user

(18)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara beban kerja fisik dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di PT Japfa Comfeeed Indonesia Tbk. Unit Sragen.

Tenaga kerja

Beban kerja

 Ringan

 Sedang

 Berat

Faktor eksternal:

 Kebisingan

 Penerangan Faktor internal:

 Jenis kelamin

 Usia

 Status gizi

Kondisi fisik menurun

Kelelahan kerja

commit to user commit to user

Gambar

Gambar 1.  Teori  Kombinasi  Pengaruh  Penyebab  Kelelahan  dan  Penyegaran (Recuperation)
Tabel 1. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Tabel 2. Intensitas Kebisingan Berdasarkan Waktu Paparan  Waktu Pemaparan Dalam Satu Hari  Intensitas Kebisingan (dBA)
Tabel 3.  Tingkat  Pencahayaan  Minimum  Berdasarkan  SNI  03-6575-2001
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan adanya kekurangan dimana responden yang mengisi kuesioner tidak semua sesuai dengan kualifikasi

Bruguiera gymnorrhiza merupakan salah satu jenis mangrove yang memiliki potensi senyawa bioaktif yang dapat digunakan untuk mengawetkan produk perikanan karena

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari. jawaban responden yang disebar

Penggunaan unsur narasi dan tokoh kharismatik lokal dalam konstruksi messianisme Jamaah an-Nadzir selain dilakukan untuk kepentingan pembedaan indentitas dengan

Sedangkan jumlah perempuan yang bekerja sebagai pedagang batik paling banyak terdapat pada umur 66-80 tahun yaitu sebesar 28 pedagang, berdasarkan data tersebut

Dengan mengikuti salah satu dari dua pilihan berikut, tidak perlu menggunakan kontrasepsi tambahan, asalkan dalam masa 7 hari sebelum tablet yang terlupa pertama sudah

Hasil uji morfologi didapatkan ukuran diameter antara 3,062 mm – 3,572 mm dimana ukuran ini sesuai dengan diameter pembuluh darah sintetik yang dapat digunakan pada pembuluh

Menurut klasifikasi Binder deformitas wajah pasien kedua termasuk dalam deformitas tipe 4 yaitu kombinasi hipoplasia malar dan defisiensi jaringan lunak malar sehingga dilakukan