• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Sistem Keamanan Pelabuhuan Di Pelabuhan Sunda Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Penerapan Sistem Keamanan Pelabuhuan Di Pelabuhan Sunda Kelapa"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Penerapan Sistem Keamanan Pelabuhuan Di Pelabuhan Sunda Kelapa

Ahmad Faizul Anam1, Alfred Ingkriwang2, Yopy JI Kameo3, David Lasse4

anamfais94@gmail.com, alfredinkiriwang@gmail.com, ykameo@yahoo.com, davidalasse@

gmail.com

Abstrak

Penelitian ini adalah tentang Penerapan Sistem Keamanan Pelabuhan di Pelabuhan Sunda Kelapa. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi penerapan sistem keamanan pelabuhan di Pelabuhan Sunda Kelapa, menganalisis faktor faktor apa yang mendukung dan faktor faktor yang menghambat serta kendala kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan implementasi sistem keamanan pelabuhan.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan informan dari pejabat/pegawai di Lingkungan Pelabuhan Sunda Kelapa selaku pejabat atau pelaksana dalam sistem keamanan pelabuhan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teori yang digunakan sebagai rujukan adalah Teori George C Edward III yang menyatakan bahwa terdapat empat hal yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa implementasi penerapan sistem keamanan pelabuhan di Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dilaksanakan tetapi masih ada beberapa kendala seperti terbatasnya dukungan anggaran terhadap sarana dan prasarana menunjang sistem keamanan pelabuhan, pemahamam sumber daya manusia pelaksana sistem keamaan terhadap regulasi yang masih kurang dan harus ditingkatkan, letak geografis pelabuhan Sunda Kelapa yang berhimpitan dengan pemukiman warga, belum ditetapkannya zonasi terhadap area yang boleh dimasuki masyarakat umum dan area terbatas, belum ditetapkannya rencana induk pelabuhan sebagai dasar pembentukan wilayah terbatas dan wilayah geografis pelabuhan sunda kelapa yang masih mengalami pasang air laut sehingga dalam pelaksana sistem keamanan pelabuhan tidak maksmimal.

Kata Kunci : Analisis, Implementasi, Sistem Keamanan Pelabuhan,Pelabuhan sunda kelapa.

This research is about the application of the port security system at the Sunda Kelapa port. The main purpose of this study is to analyze the implementation of the port security system implementation at the Sunda Kelapa Port, analyze what factors support and inhibit factors as well as obstacles faced in implementing the port security system implementation. This study uses a descriptive qualitative method with informants from officials. / employees in the Sunda Kelapa Harbor Environment as officials or implementers in the port security system. This study uses data collection techniques through interviews, observation, and documentation. The

(2)

I Pendahuluan

Transportasi di era globalisasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat dalam menunjang segala aktivitas maupun rutinitasnya sehari-hari. Transportasi publik umumnya meliputi kereta dan bis, namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbangan, pelabuhan penyeberangan, taksi, dan lain-lain.

Keberadaan transportasi publik yang baik sangat mempengaruhi roda perekonomian suatu wilayah atau daerah. Keberhasilan pertumbuhan perekonomian di suatu Negara tidak akan lepas dari campur tangan pemerintah dalam upaya menciptakan transportasi publik yang nyaman, aman, bersih, dan tertata dengan baik. pelabuhan salah satu objek vital nasional yang harus steril oleh kegiatan yang berpotensi mengganggu keamanan seperti demonstrasi atau unjuk rasa, pawai, rapat umum dan

theory used as a reference is George C Edward III's Theory which states that there are four things that affect the implementation of a policy, namely communication, resources, disposition and bureaucratic structure. Based on the results of the study, it is known that the implementation of the implementation of the port security system at the Sunda Kelapa Port has been carried out but there are still some obstacles such as limited budget support for facilities and infrastructure to support the port security system, understanding of human resources implementing the security system for regulations that are still lacking and must be improved, the geographical location of the Sunda Kelapa port which is adjacent to residential areas, the zoning of the area that may be entered by the general public and a limited area has not been determined, the port master plan has not been established as the basis for the formation of a limited area and the geographical area of the Sunda Kelapa port is still experiencing high tides so that in implementing port security system is not maximal.

Keywords: Analysis, Implementation, Port Security System, Sunda Kelapa Harbor

mimbar bebas. Hal tersebut, tertuang dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum dan Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Objek Vital Nasional. Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah sangat luas, sangat diperlukan adanya pengangkutan yang efektif danefisien, dalam arti aman, murah, lancar, cepat, mudah, teratur dan nyaman. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan antarpulau maupun antarnegara.

Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di Indonesia sangat memprihatinkan.

Hampir semua pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini sudah ketinggalan zaman. Dari 134 negara, daya saingpelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke-95, sedikit meningkat dari posisi 2008 yang berada di urutan ke- 104.Namun, posisi Indonesia itu kalah

(3)

dari Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Kelemahan pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur.

Keamanan dan keselamatan pelayaran adalah suatu keadaan penuhinya persyaratan keamanan dan keselamatan yang berhubungan dengan angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Pasal (1) Ayat (32)).Keamanan dan Keselamatan merupakan hal yang utama dalam transportasi, bukan hanya lingkup nasional, juga termasuk internasional.

Sejak diadopsinya SOLAS 1974, perkembangan terhadap pengaturan keamanan fasilitas pelabuhan tidak mengalami pembaharuan yang signifikan dan tidak maksimum. Belum adanya pengaturan secara internasional yang mengatur mengenai keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan, maka dari itu pada tanggal 12 Desember 2002 di London, Konferensi Diplomatik yang dilaksanakan oleh Maritime Safety Commitedari IMO menghasilkan International Ship and Port Facility Security(ISPS) Codepada tahun 2002 yang merupakan aturan menyeluruh mengenai langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan yang terdiri dari bagian A sebagai perintah dan bagian B sebagai anjuran.

International Ship and Port Facility Security(ISPS) Codeyang selanjutnya disingkat dengan ISPS codelahir dilatar belakangi oleh serangan terhadap kapal tanker „Limburg‟ milik Perancis oleh sekelompok teroris pada tahun 2002,

serangan terhadap „USS Cole‟ oleh sebuah kapal kecil yang terisi penuh oleh bahan peledak pada tahun 2000, serta serangan 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat.8Serangan tersebut menyadarkan dunia internasional terhadap pentingnya standar keamanan terhadap fasilitas- fasilitas yang berkaitan dengan transportasi, termasuk didalamnya keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan.

Indonesia menerapkan pengelolaan pelabuhan negara melalui bentuk sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang disebut PT Pelabuhan Indonesia. Dengan pengelolaan yang langsung dibawah kendali negara, maka keuntungan dari pengelolaan pelabuhan tersebut dapat langsung dinikmati oleh negara.

Tujuan pokok setiap pelabuhan, memenuhi kebutuhan para pelanggan pelabuhan. Secara umum, para pelanggan jasa pelabuhan memerlukan fasilitas dan pelayanan untuk kapal, barang, barang, penumpang, dan transportasi darat dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Jadi terdapat suatu keterkaitan yang erat antara pelabuhan dan kapal-kapal sebagai pengguna jasanya, karena pelabuhan merupakan lingkungan kerja dimana kapal-kapal dapat berlabuh dengan aman dan murah, terhindar dari bahaya- bahaya yang mengancam kapal yang ditimbulkan oleh gelombang, angin dan sebagainya, dalam melaksanakan kegiatan bongkar barang, hewan dan penumpang. Suatu pelabuhan dapat dikatakan efektif dan efisien apabila kapal tidak menunggu lama di laut, dapat melakukan bongkar muat dengan

(4)

cepat dan lancar serta didukung dengan fasilitas peralatan atau sarana dan prasarana yang memadai, karena hal tersebut sangat penting bagi perusahaan pelayaran. Sudah menjadi kewajiban pelabuhan untuk menyumbangkan devisa bagi Negara.

Menurut Dr. D.A. Lasse,S.H, M.M (2019 : 5) Dalam kedudukan pelabuhan sebagai sub sistem terhadap pelayaran dan mengingat pelayaran sendiri adalah pembawa bendera mengikuti pola perdagangan (ship follows the trade), maka pelabuhan menjadi salah satu unsur penentu terhadap aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang dikelola secara efisien akan mendorong kemajuan perdagangan, bahkan industri di daerah belakang akan melaju dengan sendirinya.

Perumusan masalahan

Beberapa permasalahan yang telah diidentifikasi,

1)Bagaimana penerapan sistem keamanan pelabuhan yang ada di Pelabuhan Sunda Kelapa pada saat ini ? 2)Bagaimana sistem keamanan Pelabuhan yang diharapkan oleh pemerintah ?

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui penerapan sistem keamanan yang ada di Pelabuhan Sunda Kelapa pada saat ini .dan juga untuk mengetahui sistem keamanan Pelabuhan yang diharapkan oleh pemerintah .

II Tinjauan Pustaka Pelabuhan Menurut Undang – Undang Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran

Pasal 1 angka (14) Undang-Undang No.

17/2008 tentang Pelayaran menyatakan Kepelabuhanan adalah segalasesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/

atau barang, keselamatan berlayar, serta tempat perpindahan intra dan atau antar moda.

Pada rumusan pengertian di atas dinyatakan aktivitas apa yang berlangsung di pelabuhan, fasilitas apa yang mendukung aktivitas, serta apa tujuan yang hendak dicapai dari pelbagai aktivitas tersebut. Unsur terpenting adalah tujuan penyelenggaraan pelabuhan, yakni: (a) untuk menunjang safety security, dan kualitas layanan bagi kapal, arus barang serta penumpang;

dan (b) mendorong pembangunan perekonomian nasional dan daerah.

Unsur penting yang kedua ialah aktivitas-aktivitas (a) penegakan disertai penindakan hukum sesuai peraturan perundang-undangan pelayaran dan perkapalan oleh institusi pemerintahan;

dan (b) menggerakkan dinamisasi roda bisnis/pengusahaan. Pengertian Hopkins tentang pelabuhan mencakup lokasi perairan tempat menunggu atau yang disebut sebagai lokasi labuh jangkar (anchorage area). Hal ini dapat diartikan bahwa lokasi perairan labuh jangkar adalah merupakan bagian dari lingkungan kerja pelabuhan.

Peran Pelabuhan

Dalam kedudukan pelabuhan sebagai sub sistem terhadap pelayaran,

(5)

dan mengingat pelayaran sendiri adalah pembawa bendera mengikuti pola peradagangan (ship follows the trade), maka pelabuhan menjadi salah satu unsur penentu terhadap aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang dikelola secara efisien akan mendorong kemajuan perdagangan, bahkan industri di daerah belakang akan melaju dengan sendirinya.Biaya jasa di pelabuhan yang dikelola secara efisien dan profesional akan menjadi rendah, sehingga bisnis pada sektor lain bertumbuh pesat. Pelabuhan berperan sebagai focal point bagi perekonomian maupun perdagangan, dan menjadi kumpulan badan usaha seperti pelayaran dan keagenan, pergudangan, freight forwarding, dan angkutan darat.

Fungsi Pelabuhan 1) Gateway

Berawal dari kata pelabuhan atau port yang berasal dari kata Latin porta telah bermakna sebagai pintu gerbang atau Gateway. Pelabuhan berfungsi sebagai pintu yang dilalui orang dan barang ke dalam maupun ke luar pelabuhan yang bersangkutan.

2) Link

Dari batasan pengertian yang telah dipaparkan terdahulu, keberadaan pelabuhan pada hakikatnya memfasilitasi pemindahan barang muatan antara moda transportasi darat (inland transport) dan modla transportasi laut (maritime transport) menyalurkan barang masuk dan keluar daerah pabean secepat dan seefisien mungkin. Pelabuhan versi UNCTAD berfungsi sebagai mata rantai (link) 3) Interface.

Barang muatan yang diangkut via maritime transport setidaknya melintasi area pelabuhan dua kali, yakni satu kali di pelabuhan muat dan satu kali di pelabuhan bongkar.

4) Industrial Entity

Pelabuhan yang diselenggarakan secara baik akan bertumbuh dan akan menyuburkan bidang usaha lain sehingga area pelabuhan menjadi zona industri terkait dengan kepelabuhanan .Menurut Triatmodjo (1992) pelabuhan (port) merupakan suatu daerah perairan yang terlindung dari gelombang dan digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal maupun kendaraan air lainnya yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, barang maupun hewan, reparasi, pengisian bahan bakar dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan dermaga tempat menambatkan kapal, kran-kran untuk bongkar muat barang, gudang transito, serta tempat penyimpanan barang dalam waktu yang lebih lama, sementara menunggu penyaluran ke daerah tujuan atau pengapalan selanjutnya.

ISPS Code International Ship and Port Security Code (ISPS Code) adalah regulasi yang IMO (International Maritime Organization) yang secara khusus mengatur tentang kegiatan- kegiatan dan langkah-langkah yang harus diambil oleh setiap negara dalam menanggulangi ancaman Terorisme di laut. Setelah melalui penandatangan secara resmi oleh negara-negara anggota IMO, ISPS CODE akhirnya berlaku efektif sejak 1 Juli 2004.

Indonesia menerapkan pengelolaan pelabuhan negara melalui bentuk

(6)

sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang disebut PT Pelabuhan Indonesia. Dengan pengelolaan yang langsung dibawah kendali negara, maka keuntungan dari pengelolaan pelabuhan tersebut dapat langsung dinikmati oleh negara. Untuk memberikan pedoman dalam implementasi ISPS Code dan untuk melaksanajan amanat ketentuan Pasal 170 ayat (5) Undang- Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran yang berbunyi :“Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit sertifikasi manajemen keamanan kapal diatur dengan Peraturan menteri”Maka ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 134 Tahun 2016 tentang Manajemen Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan. Didalam Peraturan Menteri ini disebutkan klasifikasi tingkat keamanan kapal dan pelabuhan menurut intesitas ancaman yang dapat terjadi setelah dilakukannya pengamatan. Tingkat keamanan dibagi dalam 3, yaitu: Tingkat keamanan 1 atau security level1 adalah tingkat dimana tindakan minimum untuk perlindungan keamanan harus dilaksanakan terus menerus.Tingkat keamanan 2 atau security level2 adalah tingkat dimana tindakan tambahan untuk perlindungan keamanan diberlakukan dengan jangka waktu tertentu sebagai akibat peningkatan resiko ancaman keamanan.

Tingkat keamanan 3 atau security level 3 adalah tingkat perlindungan keamanan secara khusus yang ditetapkan dalam jangka waktu terbatas saat terjadi ancaman keamanan.

Beberapa contoh jenis – jenis kejahatan yang mengancam terhadap keamanan pelayaran Hijacking: Arti kata sebenarnya dari hijacking adalah Pembajakan atau Piracy dalam bahasa Inggris. Biasanya kata Hijacking ini digunakan untuk menyatakan suatu pembajakan Pesawat. Dalam dunia IT Hijacking juga dikenal sebagai suatu aktifitas pembajakan atau penyusupan kesebuah sistem. Sistem ini dapat berupa server, jaringan/networking [LAN/WAN], situs web, software atau bahkan kombinasi dari beberapa sistem tersebut.

Penculikan: Adalah penyimpangan yang melanggar hukum dan pengurungan seseorang terhadap kehendaknya. Dengan demikian, penculikan adalah kejahatan gabungan.

Ini juga dapat didefinisikan sebagai penjara palsu dengan cara penculikan, keduanya merupakan kejahatan terpisah yang ketika dilakukan secara bersamaan pada orang yang sama bergabung sebagai satu-satunya kejahatan penculikan.

Trafficking: Adalah perekrutan, pengangkutan, penam- pungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, pen-culikan, penyekapan, pemalsuan, peni-puan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

(7)

Pembajakan (piracy): Adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain.

Pembajakan umumnya di hubungkan dengan pembajakan kapal oleh bajak laut, walaupun sering terjadi pembajakan pesawat, bus dan kereta api. Selain itu ada juga pembajakan hak cipta yang berarti pemalsuan barang, merek, dan sebagainya.

Smuggling: Perdagangan orang (trafficking) menurut definisi dari pasal 3 Protokol PBB berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk- bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.

Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan.

Setelah berjalan selama 14 (empat belas) tahun, status PN Pelabuhan dalam likuidasi yang secara de facto dilaksanakan Badan Pengusahaan Pelabuhan berakhir dengan dibentuknya 4 (empat) Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1983 tentang Pembinaan Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 14. Tambahan Lembaran Negara Nomor 325l)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1985 (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 31. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3289).Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM), dan Perusahaan Perseroan (PERSERO).

(Lembara Negara Tahun 1983 Nomor 3. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3246) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 37). Pembentukan Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan dilaksanakan sebagai berikut:

1) PERUM Pelabuhan I berkedudukan di Medan meliputi wilayah kerja Provinsi- provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Riau berdasarkan Peratura Pemerintah No. 14 Tahun 1983.

2) PERUM Pelabuhan II berkedudukan di Jakarta meliputi wilayah ke Provinsi- provinsi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, DKI Jakarta Raya, dan Jawa Barat berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1983.

3) PERUM Pelabuhan III berkedudukan di Surabaya meliputi wilayah kerja Provinsi- provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Timor Timur berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1983.

(8)

4) PERUM Pelabuhan IV berkedudukan di Ujung Pandang, meliputi wilayah kerja Provinsi-provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku, dan Irian Jaya berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1983.

Untuk lebih memberdayakan PERUM Pelabuhan sebayai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maka pada 19 Oktober 1991 dipandang perlu mengalihkan orgarnisasi pembinaan pelabuhan dari bentuk PERUM menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) Pelabuhan.

Perubahan bentuk badan hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah:

1) PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia I dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan I menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)

2) PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia II dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan II menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO);

3) PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan III menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO); dan

4) PT (PERSERO) Pelabuhan

Indonesia IV dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan IV menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).

Pembentukan perusahaan pelabuhan menjadi PT PERSERO ditindak- lanjuti dengan penyusunan Akte Notaris Pendirian Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga masing-masing PT (PERSERO) Pelabuhan Indonesia I, II, II, dan IV berikut susunan dewan pengurus, dewan pengawas, dan struktur organisasi perusahaan. Momentum perubahan organisasi pengusanaan pelabuhan menjadi PERSERO, adalah sejalan dengan penyempurnaan tata laksana pengurusan barang ekspor import yang ditetapkan melalui lnstruksi Presiden No.3 Tahun 1991 tanggal 25 Juli 1991 tentang Kebijaksanaan Kelancaran arus barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. INPRES No. 3 Tahun 1991 yang merupakan kelanjutan dari INPRES No. 4 Tahun 1985, antara lain menetapkan bahwa kewenangan pemeriksaan final barang-barang ekspor (LPS-E) dan impor (LPS-I) berada pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. LPS-E dan LPS-I adalah Laporan Pemeriksaan oleh Surveyor yang ditunjuk oleh pemerintah.

III. Metode Penelitians

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan dari penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah untuk meneliti objek secara ilmiah dan memahami objek yang akan diteliti

(9)

secara mendalam. Hal ini akan menjelaskan dan mengungkapkan secara menyeluruh kenyataan yang ada di balik objek yang diteliti. Menurut Moleong (2017: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Profil Pelabuhan Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan umum yang pengelolaannya dilaksanakan oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Sunda Kelapa. Kapal-kapal yang menyinggahi Pelabuhan Sunda Kelapa adalah kapal-kapal tradisional berupa Phinisi yang dibantu dengan motor dikenal sebagai Kapal Layar Motor yang pengoperasiannya oleh Perusahaan Pelayaran Rakyat dan Kapal-kapal Motor baik konstruksi kayu maupun besi yang pengoperasiannya oleh Pelayaran Dalam Negeri/Nasional.

Pelabuhan Sunda Kelapa selain sebagai pelabuhan umum juga merupakan salah satu tujuan wisata di Propinsi DKI Jakarta yang banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun manca negara. Hal ini disebabkan bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua di Indonesia yaitu sejak zaman kerajaan Pajajaran telah menjadi pelabuhan pangkalan

ketika orang-orang Eropa datang ke Pulau Jawa bahkan juga merupakan cikal bakal kota Jakarta. Pada saat ini kondisi Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Pelabuhan Wisata Bahari masih belum tertata dengan baik dan masih perlu banyak pembenahan, bahkan apabila air laut pasang dan turun hujan, permukaan air laut berada di atas permukaan daratan pelabuhan yang mengakibatkan sebagian permukaan daratan terendam air dan dapat mengganggu kegiatan operasional pelabuhan.

Strategi Analisis dan Hasil Uji Keabsahan Data

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, bahwa data yang didapatkan digolongkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu data primer dan data sekunder.

Adapun hasil analisis data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

a. Data Primer 1) Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara mewancarai sejumlah informan yang telah dipilih dan ditentukan terlebih dahulu. Adapun pemilihan informan didasarkan pada kompetensi informan yang sesuai dengan topik penelitan. Disamping itu, pemilihan informan juga dilakukan baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung terhadap implementasi kebijakan pengelolaan barang milik daerah.

2) Hasil Observasi

Observasi adalah suatu aktivitas penelitian yang dilakukan dalam rangka pengumpulan data sesuai dengan masalah penelitian dan

(10)

dilaksanakan melalui pengamatan dilapangan. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengkonfirmasi dan/atau memperkuat hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan. Adapun objek observasi dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen, yaitu place (tempat), actors (pelaku), dan activities (aktivitas).

1) Hasil Observasi di pelabuhan sunda kelapa (O-1), diperoleh informasi bahwa:

-Pegawai yang melaksanakan tugas penjagaan maupun patroli keamanan sudah memadai namun dari hasil observasi masih didominasi oleh petugas dari KSOP,ipc dan Polsek pelabuhan sedangkan dari unsur perusahaan belum terlihat.

-Pegawai-pegawai tersebut, khususnya petugas KSOP disamping

melaksanakan tugasnya sebagai petugas patroli keamanan, pegawai-pegawai tersebut juga mengerjakan tugas-tugas lain seperti pelayanan kedatangan dan sandar kapal. Hal tersebut membuat para pegawai tersebut harus mengemban tugas dan tanggung jawab yang rangkap, mengingat keterbatasan personil dan cukup besarnya tanggung jawab yang diemban.

-Kepala Kantor KSOP dalam hal ini sebagai Port Security Comitee Dalam menjalankan tugasnya sebagai koordinator keamanan di Pelabuhan cukup aktif dalam memantau, mengarahkan, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mengawasi serta membina seluruh pengurus barang pengguna.

-Dalam melaksanakan pengamanan sudah cukup tertib, hal tersebut

dikarenakan sudah terintegrasinya mulai dari perencanaan sampai pelaporan melalui laporan yang dilakukuakn oleh IPC sebgai PFSO kepada PSC . Namun masih terdapat kekurangan, dimana laporan masih dalam bentuk manuale)

Sarana dan prasarana yang ada sudah cukup memadai, hal ini terlihat adanya fasilitas berupa komputer, printer, mobil patroli,cctv dan sortal serta sarana lain yang menunjang dalam pelaksanaan siitem keamanan Komitmen dan dukungan pimpinan kepada bawahan sudah cukup baik hal ini terlihat dari peran aktifnya pimpinan dalam memberikan arahan kepada bawahan terkait penyelesaian pelaksanaan tugas.

Belum terlihat adanya Zonasi terkait pembagian wilayah restricted dan nonrestricted area.

Kondisi pelabuhan yang sering terjadi ROB mengakibatkan kerusakan dan terganggunya sarana dan alat penunjang keamanan seperti portal dan pagar serta alat transpotasi patroli . Pelabuhan sunda kelapa sebagai pelabuhan rakyat dan merupakan heritage DKI Jakarta sehingga masyarakat umum masih dapat masuk dan berwisata di dalam pelabuhan.

2) Hasil Observasi pada Kegiatan Rapat pembahasan proyek perubahan di kantor KSOP Sunda Kelapa tanggal 21 April 2021 Kegiatan ini membahas tentang rencana dan pembentukan pelaksana sisitem keamanan di pelabuhan dan bongkar muat .terkait dengan kendala dan rencana yanag akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelabuhan. Di hadiri oleh stake holder

(11)

pelabuhan sunda kelapa. menghadirkan narasumber dari Direktorat jenderal perhubungan laut.

3) Hasil Observasi pada Kegiatan sosialisasi penerapan sisitem inaportnet dan sisitem digitalisasi pelayanan pelabuhan bertempat di hotel grand orchard - jakarta (O-3).Kegiatan ini di laksanakan oleh ksop sunda kelapa bekerjasama dengan ipc pelabuhan sunda kelapa yang dihadiri oleh seluruh stake holder pelabuhan sunda kelapa.

Berdasarkan hasil observasi di atas,

untuk selanjutnya akan dilakukan reduksi data dan data-data tersebut akan disajikan berdasarkan tema dan sub tema yang sesuai dengan penelitian. Sesuai hasil reduksi data tersebut, beberapa tema yang muncul dalam analisis hasil observasi meliputi faktor yang mendukung, faktor yang menghambat, komunikasi kebijakan, sumber daya, disposisi, struktur birokrasi, akuntabilitas, dan transparansi. Adapaun hasil reduksi data dapat disajikan sebagai berikut:

(12)

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen- dokumen pendukung seperti Surat- surat, Dokumentasi pelaporan, peraturan perundang-undangan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Fungsi dari data sekunder ini adalah sebagai bahan untuk melakukan konfirmasi dan memperkuat dalam melakukan analisis data-data primer.

Adapun daftar data sekunder yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini antara lain:

Berdasarkan dokumen- dokumen yang diperoleh pada saat penelitian lapangan di Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebagaimana tersebut di atas, dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

1) Dokumen D-1 berupa Undang – undang Nomor. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Di dalam undang – undang ini memuat regulasi yang digunakan sebagai dasar Syahbandar merupakan koordinator keamanan di pelabuhan dan Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaranyang

mencakup, pelaksanaan, pengawasan dan penegakan

hukum dibidang pengangkutan di perairan,kepelabuhanan, dan perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan;

2) Dokumen D-2 berupa Peraturan menteri perhubungan nomor 36 tahun 2014 tentang Tata kerja kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan Di dalam peraturan ini memuat Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (selanjutnya disebut dengan KSOP) merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut. Tugas yang diemban adalah melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran, koordinasi kegiatan pemerintahan di pelabuhan serta pengaturan pengendalian dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan penyelamatan (Search and Rescue/

SAR), pengendalian dan koordinasi penanggulangan pencemaran serta pemadaman kebakaran di pelabuhan, pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim, pelaksanaan pemeriksaan dan verifikasi sistem keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan (International Ship and Port Facility Security Code/SPS Code)

3) Dokumen D-3 berupa SOP tata cara pelayanan kapal di pelabuhan sunda kelapa. Di dalam SOP ini mengatur tentang tata cara bagaimana

(13)

sisitem pelaporan dan langkah – langkah sisitem kedatanagn dan keberangkatan kapal yang akan memasuki wilayah pelabuhan sunda kelapa baik melalui sisitem komunikasi radio maupun pelaporan dalam bentuk dokumen.

4) Dokumen D-4 berupa SOP sistem keamanan di pelabuhan sunda kelapa.

Di dalam SOP ini mengatur tentang tata cara bagaimana sisitem pelaporan dan

1) Langkah-langkah untuk mencegah penggunaan senjata, alat atau zat berbahaya lain untuk melukai manusia atau merusak kapal atau pelabuhan, dan pemindahan barang yang tidak sah kedalam fasilitas pelabuhan atau keatas kapal;

2) Langkah-langkah untuk mencegah masuknya pihak yang tidak berkepentingan ke dalam fasilitas pelabuhan, ke kapal-kapal yang sedang ditambatkan, dan ke daerah- daerah terlarang (restricted areas) dalam fasilitas pelabuhan;

3) Prosedur untuk menanggapi ancaman atau pelanggaran keamanan, termasuk ketentuan untuk menjaga kondisi operasional interface kapal dan pelabuhan;

4) Prosedur untuk menerapkan instruksi- instruksi keamanan pada tingkat keamanan 2 & 3 yang dikeluarkan oleh Contracting Government;

5) Prosedur untuk mengevakuasi apabila terjadi ancaman atau insiden keamanan;

6)Tugas dan tanggungjawab personil fasilitas pelabuhan dalam tanggungjawab keamanan dan

personil lain dalam aspek-aspek pengamanan;

8)Prosedur untuk berhubungan dengan aktivitas keamanan kapal;

9) Prosedur untuk peninjauan berkala terhadap PFSP dan perubahannya;

i.Prosedur untuk pelaporan insiden keamanan;

5) Dokumen D-5 berupa Pedoman standar pelaksanaan ISPS code di pelabuhan

Di dalam buku ini menjelaskan tentang Kode Keamanan Internasional terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan (The International Ship and Port Facility Security Code – ISPS Code) merupakan aturan yang menyeluruh mengenai langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan.

Berisi tentang: Penilaian keamanan fasilitas pelabuhan (Port Facility Security Assessment), Rancangan keamanan fasilitas pelabuhan (Port FacilitySecurity Security Plan), Perwira keamanan fasilitas pelabuhan (PFSO), Pelatihan (Training), praktek latihan (Drill), dan pelaksanaan latihan (Exercise) Berdasarkan dokumen- dokumen yang telah diperoleh pada saat penelitian lapangan, sebagaimana tersebut di atas, maka langkah selanjutnya adalah mereduksi berdasarkan tema- tema yang sesuai dengan penelitian.

Sehubungan dengan hasil reduksi data tersebut, beberapa tema yang muncul dalam analisis dokumen antara lain implementasi, komunikasi, sumber daya, disposisi, struktur birokrasi.

2. Hasil Uji Keabsahan Data a. Kredibilitas

(14)

Data-data yang diperoleh pada saat penelitian di lapangan, untuk selanjutnya akan dilakukan uji kredibilitas.

V. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Pelabuhan Sunda Kelapa secara garis besar telah melaksanakan sistem keamanan pelabuhan. Namun demikian, dalam pelaksanaan penarapan sistem keamanan pelabuhan masih mengalami beberapa kendala, Kendala utama dalam peningkatan sistem keamanan pelabuhan yang baik sehingga mendukung terciptanya sisitem yang sesuai dengan aturan pemerintah antara lain: banyaknya peralan baik sarana maupun prasaranan sisitem keamanan pelabuhan yang tidak dapat berfungsi dengan baik ataupun rusak dikarenakan sering terkena ROB pasang air laut sehingga merusak alat maupun kendaraan operasional, Pemahaman SDM terhadap regulasi dan yang masih kurang dikarenakan masih kurangnya latihan maupun sosialisasi terhadap pegawai terkait tugas dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan, letak geografis pelabuhan sunda kelapa yang berhimpitan dengan pemukiman warga sangat mempengaruhi keamanan dalam pelabuhan karena warga atau masyarakat sanagt mudah dan dekat untuk masuk wilayah pelabuhan baik melalui daratan maupun sisi laut ,belum ditetapkannya zonasi wilayah umum dan terbatas sehingga baik wilayah pariwisata maupun bongkar muat tidak terpisah .2.Pememrintah menginginkan

prosedur pengamanan pelabuhan pada semua tingkat keamanan (Security Level), sarana dan prasana pengamanan fasilitas pelabuhan, lalu sistem komunikasi internal fasilitas pelabuhan dengan koordinator kemanan pelabuhan (Kepala Kantor Kesyahbandaran) dan sistem komunikasi dengan instansi terkait, serta personil pengamanan fasilitas pelabuhan yang memiliki pengatuhan dan kemampuan untuk melaksanakan pengamanan sesuai manajemen pengamanan ISPS Code.

para petugas untuk mengedepankan aspek keamanan melalui peningkatan pengawasan pada pemeriksaan orang/

barang/kendaraan di akses masuk dan keluar fasilitas pelabuhan dengan koordinator keamanan pelabuhan dan dengan pihak kapal serta instansi terkait lainnya.

Referensi

Dr.D.A.Lasse , S.H.,M.M. 2016 Manajemen Kepelabuhanan . Edisi kedua. Jakarta : PT.

Rajagrafindo perkasa

Dr.David A.Lasse 2019 Shipping Research Method Jakarta : PT.

Rajagrafindo perkasa Bennett (2006), Manajemen keselamatan D.A. Lasse, (2006) Keselamatan

Pelayaran

Thamrin, 2015, Manajemen Keselamatan Maritim Dan Upaya Pencegahan Kecelakaan Kapal Ke Titik Nol (Zero Accident).

Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan

(15)

dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Undang-Undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, 2008. Biro

Hukum dan KSLN DepHub.

Moleong, Lexi J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan metode TwoStep Cluster dilakukan pada data Podes SE2006 untuk wilayah Jawa Barat yang memiliki ukuran data besar, kemudian dilakukan kembali pada data Bandung yang

Strategi WO (Weakness - Opportunity) Strategi WO yang menekankan pada peluang untuk mengatasi mengatasi kelemahan untuk mengejar peluang dalam layer ekosistem Indonesia

 pertama hal ini di karenakan karena posisi electroda terlalu dalam se!aktu se!aktu melakukan proses  pengelasan pertaman dan. arusnya

Variabel, List, Operator, dan Lambda..

Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam corak dan budayanya ini, kemampuan untuk mengendalikan diri dan kepentingan adalah suatu sikap yang mempunyai

Maksud dan tujuan tulisan ini adalah menyusun suatu analisis sistem struktur yang merupakan sistem portal yang ireguler, atau sistem struktur yang tidak merupakan

Sample dari Pasar Senen memperlihatkan kadar lemak jang lebih rendah dan kadar pro- tein jang lebih tinggi dari pada sample jang lain, tetapi tidak sangat

•  Tekstur Lingkungan (Causal Texture): Elemen-elemen lingkungan yang saling berkaitan dan mempengaruhi terhadap organisasi tidak secara individual, tetapi. dalam kelompok