• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN 1. Nama Partisipan. Institusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAMPIRAN 1. Nama Partisipan. Institusi"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN (Informed Consent)

Google form

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai Partisipan dalam pengambilan data penelitian dengan judul

“Adaptasi pada Intervensi Terapi Okupasi Selama Pandemi CORONAVIRUS DISEASE 2019 Menurut Perspektif Terapis Okupasi” yang dilakukan oleh mahasiswa Tingkat Akhir Prodi D-IV Jurusan Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan Surakarta.

Nama Partisipan : ………

Usia : ………

Institusi : ………

Dengan ini saya bersedia untuk mengikuti proses wawancara yang akan dilakukan selam kurang lebih 45-60 menit. Saya percaya bahwa informasi yang saya berikan dalam penelitian ini dapat dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Saya menandatangani lembar persetujuan ini secara sadar, sukarela dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

_________, _________ 2020

Peneliti, Partisipan,

Ridha Amalia (……….)

(2)

LAMPIRAN 2

PROTOKOL WAWANCARA

“ADAPTASI PADA INTERVENSI TERAPI OKUPASI SELAMA PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE 2019 MENURUT PERSPEKTIF

TERAPIS OKUPASI”

A. Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tentang perubahan yang terapis okupasi rasakan dalam memberikan intervensi terapi okupasi selama pandemi Coronavirus Disease 2019, dan juga untuk mengetahui cara yang terapis okupasi lakukan dalam beradatasi terhadap perubahan tersebut.

B. Penjelasan

Pada penelitian ini, kerahasiaan data dari partisipan akan dijaga dengan baik. Data yang diperoleh hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian dan tidak akan diberikan atau disebarkan kepada pihak lain. Penelitian akan dilakukan selama kurang lebih 45-60 menit. Peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan partisipan berkaitan dengan prosedur penelitian, subyek dapat mengundurkan diri kapan saja, serta mendapat jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Peneliti perlu untuk meminta persetujuan kepada partisipann dan partisipan berhak menerima atau menolak sebagai subyek penelitian. Etika penelitian sangat dijunjung tinggi dalam penelitian ini. Protokol kesehatan juga akan diutamakan dalam proses wawancara pada penelitian ini.

C. Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan berupa data wawancara yang akan direkam melalui telepon genggam, maupun alat perekam lainnya.

(3)

D. Panduan Pertanyaan 1. Identitas Partisipan

Nama Partisipan : ………

Usia : ………

Institusi : ………

Jenis Kelamin : ………

Alamat : ………

2. Pertanyaan

a. Apa yang Anda ketahui tentang Coronavirus Disease 2019 serta bagaimana cara penyebaran penyakit ini?

b. Apa saja upaya yang dilakukan dalam mencegah penyebaran Coronavirus Disease 2019?

c. Apa dampak yang dirasakan akibat dari pandemi Coronavirus Disease 2019 dalam pelayanan terapi okupasi yang anda berikan?

d. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam memberikan pelayanan terapi saat pandemi Coronavirus Disease 2019?

e. Hal apa saja yang berubah dalam pemberian layanan terapi okupasi selama pandemi Coronavirus Disease 2019 ini berlangsung?

f. Tindakan apa Anda lakukan untuk mengatasi perubahan tersebut?

g. Bagaimana cara Anda beradaptasi dengan krisis pandemi Coronavirus Disease 2019 terutama dalam pelayanan terapi okupasi yang Anda berikan?

h. Apa peran terapis selama pandemi Coronavirus Disease 2019?

(4)

LAMPIRAN 3 TRANSKRIP WAWANCARA

PARTISIPAN 1

Partisipan Nn. G

Usia Partisipan 24 Tahun

Tempat Kerja YPAC Jakarta

Lokasi Interview Teleconference (Zoom Online Meeting) Tanggal Interview 30 September 2020

Jam Interview 09.00 – 10.00 WIB

Transkip Terapis Transkip Partisipan Open Coding

Oke jadi yang pertama, kan ini sekarang berarti mbak posisinya kerjanya dari rumah terus ya mbak selama pandemi ini atau gimana mbak ?

Sejak awal pandemi pada akhir februari ya kalau ga salah.. Oh iya bener awal maret.

Awal maret itu, kalau dari yayasan aku kan aku kerja di yayasan. Itu kita berpacu sama keputusan nya Pemda DKI Jakarta, kalau disuruh WFH ya kita WFH kayak gitu.

Aku WFH awal maret sampai dengan 15 juni, 15 juni itu mulai masuk karena new normal itu kan. Jadi aku masuk lagi 15 juni, sampai kemarin yang PSBB jilid 2 itu. Jadi selebihnya dirumah terus kerjanya, WFH.

Terapis memberikan terapi dari rumah atau Work From Home

Berarti kemarin lumayan ya mbak ya perubahannya?

Awalnya nih mbak ngasih terapi, dari yang biasa ketemu klien, trus tiba-tiba harus online, trus tiba-tiba masuk lagi, trus tiba-tiba online lagi? Itu gimana sih mbak bisa dijelasin ngga kayak mbak gimana sih ngasih terapinya,

peralihannya gimana?

Yang pertama kaget ya, kaget.

Karena ee gini, kita itu kan dibayar artinya kita harus memberikan pelayanan gitu kan, sementara pelayanan nya gitu ya mau ga mau harus online, kalau kita pelayanan online kan harus ada alatnya, mau pake zoom, google meet atau apa.

Masalahnya adalah orangtua pasien itu tuh kan banyak yang kurang teredukasi soal aplikasi2 seperti ini gitu kan, sangat sulit sih diawal, diawal sangat sulit banget. Akupun sebagai terapis meskipun kita anak muda ya, tapi kan ga pernah aku ga pernah pake zoom, pakai google meet,pakai aplikasi apa. Kalau mau ketemu pakai video call gitu, sementara kita harus menjangkau

Diawal terapis kaget karena pelayanan harus secara online Orangtua dan pasien belum teredukasi dengan terapi secara online

Terapis perlu belajar cara menggunakan aplikasi penunjang terapi online

(5)

orang banyak yang mau ga mau kita harus belajar dong kayak gitu.

Susahnya lebih kesitu sih.

Terus habis itu, kita juga menyusun programnya itu baru, jadi ga bisa disamakan kayak program yang ketika kita tatap muka kayak gitu, tapi ya cukup menantang sih, hehe. Tapi kan bisa adaptasi.

Kayaknya kalau dilihat lumayan menantang ya mbak?

Dan yang lebih menantang lagi itu adalah sinyal atau jaringan , itu sih itu namanya kendala teknis. Kadang sinyal terapisnya bagus tapi sinyal pasiennya itu jelek, jadi infomasi yang disampaikan itu ga bisa langsung nyampai kayak gitu ada kendala tersebut. Itu sih kendalanya hehe.

Kendala sinyal dan jaringan saat terapi online

Saat terapi online informasi tidak bisa tersampaikan dengan langsung

Jadi ngga satu orang tapi langsung stau grup bikin aktivitas apa gitu ya mbak.

10 orang mbak? Itu terapisnya mbak aja?

Biasanya satu grup itu 10 orang.

Ga Terapisnya ituu... jadi ada instruktur gitu, kalau aku tuh kayak cuman program aja, jadi aku bikin program, terus ada yang jalanin yaitu si istruktur itu, tapi aku tetep

dampingin.

Jadi waktu dulu tuh seringnya

kelompokan, kalau sekarang selama pandemi kan kelompokan harus ada aktivitas kalau selama pandemi kemarin mbak gimana dong?

Nah kita kan pakainya google meet gitu kan, jadi nanti dari eee.. pihak aku ngajar misalkan kita belajar tentang menyiram tanaman gitu, nanti diajarin menyiram tanaman, kita bikin video tutorial, kita bikin video teori, kita bikin bahan ajar berupa powerpoint terus kitaa.. aku itukan satu tim berempat, jadi nanti..

nanti waktu pembelajaran online nanti kita praktik gitu, jadi instrukturnya mempraktikan cara menyiram tanaman tuh seperti ini kayak gini, setelah itu selesai nanti mereka coba satu-satu kita lihat gitu, dan banyak banget sih koreksi, maksudnya kita juga ngajarin pengambilan gambaranya tuh harus seperti ini bu, jadi kita lebih ke eeee..

Proses terapi dilakukan dengan membuat video tutorial, video teori dan bahan ajar

Terapis mempraktikan aktivitas terapi secara online Feedback dengan meminta pasien memperagakan OT harus sering memberikan edukasi dan pendampingan kepada orangtua

(6)

ngomongin terus ke pendamping pasien untuk bisa lebih baik lagi ininya handlingnya, apanya..

Kayak emang ada videonya, jadi mbak bikin video dulu sebelum terapi atau gimana mbak?

Iya, bikin video tutorial. Karena kan kita mengajarkan keterampilan itu kan kalau divokasional itu, ya yang kita ajarin keterampilan jadi isi videonya ya tentang adalah mengajarkan keterampilan itu Berarti semua

perlengkapan itu sesuai yang ada dirumah klien ya mbak ?

Jadi kalau misalnya ada klien yang ga punya peralatan itu, ada yang punya tanaman gitu gimana dong mbak?

Iyaah..

Kalau kayak gitu biasanya kita bilang kalau bisa diusahakan dulu, karena di awal kita mulai program ini kita tuh sudah ada kesepakatan dulu dengan pasien dengan orangtua pasien, bahwa kita meminta

komitmen mereka untuk

menjalankan program ini dengan baik, kalau mereka ikut grup kelas berkebun mereka harus punya maksudnya harus mengusahakan semampunya untuk mengikuti kelas tersebut, kalau butuh skop ya mereka harus punya tapi kalau ga punya pakai sendok ya boleh yang penting mereka tetap bisa beraktivitas.

Kenapa mbak

bersyukurnya kenapa mbak?

Karena kalau ga ada corona mungkin terlambat gitu geraknya kesitu.

Jadi dengan adanya corona kita kan dipaksa untuk menyusun program baru, teknis baru gitu. Nah kalau ga ada corona kan aktivitas berjalan seperti biasanya, belum tentu semangat kita untuk berubah itu tinggi, semangat pegawainya. Ga semaksimal ini

Terapis harus membuat program baru, teknis baru

Tapi kalau prosesnya itu ada assessment gitu ga mbak?

Maksudnya kan udah ada grup tapi kalau untuk melihat peningkatannya gitu-

Kalau peningkatannya kita lihat tiap hari ya, tiap melalui kelas online kayak gitu. Dan kita evaluasi tiap pertemuan juga seminggu dua kali kita evaluasi.

Evaluasi dilakukan melalui kelas online

(7)

gitu kalau

ditempatnya mbak ? Kalau online gini evaluasinya gimana mbak apa Cuma dengan melihat?

Atau gimana mbak?

Ga pakai blangko- blangko kayak dikampus gitu mbak?

Mbak aja yang nyatet atau gimana?

Melihat aja sih dek

Ohh ada.. Ya pakai blangko juga, kayak nyatat, yang input data gitu- gitu.

Evaluasi dengan observasi

Aku penasaran kalau dari orangtuanya atau caregivernya, gimana dong mbak kan ini emang online ga semuanya orang tahu, gimana sih orangtua

menghadapi perubahan

pemberian terapi ini kalau menurut mbak?

Macem-macem ya, kalau diorangtua pasienku, yang support itu banyak , yang apatis itu juga ada. Digrup kadang ga mau baca, jadi kalau ada keputusan apa ga dibaca jadi ngomel-ngomel sendiri juga ada, macem-macem itu responnya. Yang ga punya gadget sama sekali juga ada. Tapi kebanyakan mereka juga mau sama-sama mau belajar seperti kita gitu.

Orangtua bersikap apatis dalam proses terapi

Tapi ada yang pernah ngeluh ga kayak ini kok saya susah ya mbak ngajarin anak, anak kalau didik orangtua ga nurut tapi kalau sama terapis nya nurut, kayak gitu ada ga mbak?

Kalau keluhan seperti itu sih ga ada, keluhannya sih kayak ini kok susah banget masuk ke kelasnya, lebih ke kendala teknis di hapenya aja sih.

Orangtua kesulitan

mengakses aplikasi meeting virtual

Apa dari proses terapi itu dibuatin home program therapy gitu ga mbak? Kalau dihome program diluar terapi sebelum dan setelah pandemi itu ada ga mbak?

Kalau home program sebelum pandemi sih kita ga ada, tapi kalau saat pandemi kita selalu ngasih homeprogram juga

Pelayanan terapi melalui home program

(8)

Home programnya itu sama dengan aktivitas yang dikasih atau lain ataudipotong-potong gitu ga mbak step- stepnya?

Sama dengan aktivitas yang dikasih.

Kalau perubahan yang mbak rasakan kalau mbak tadikan mungkin cara ngasih terapi, cara ngasih intervensi, kalau perubahan lain yang mbak rasakan ada ga mbak?

Jadi kalau dari jam drastis yaa..

kalau ke kantor gitukan masuk jam 8 pulang jam 4. Kalau work from home itu kerjanya Cuma dari jam 10-11, nanti jeda nanti jam 1-2 kayak gitu. Jadi sehari tuh kerjanya 2-3 jam kerjanya. Kepotong banyak

Pengurangan jam kerja

Kalau perubahan yang lain, apakah waktu yang dipotong gajinya juga ikut?

Heeeeheee.. jadi dari bulan maret, april, mei, juni itu ga ada

pemotongan ya.. 4 bulan itu, juli- agustus. Pokoknya dari awal sampe dengan ehh sampai juli ga ada pemotongan. Cuman, untuk bulan ini itu ada pemotongan jadi kayak cuman dapatnya 60% gitu aja. Tapi kalau aku sih gapapa sih, karena aku pun ga stay dikantor, jadi ya wajar..

Terdapat penurunan pendapatan

Kok tiba-tiba ada pemotongan gitu mbak? Padahal pandemi sudah lama, dan diawal malah ga dipotong ditempat kerja mbak kok baru- baru sekarang?

Karena gini, pengurus-pengurus diyayasan ku itu mereka

komitmennya kan gede banget kan.

Jadi mereka itu punya prinsip kayak gini, karyawan harus aku gaji. Jadi selama perusahaan masih punya uang ya mereka masih akan gaji karyawannya dengan nominal yang seperti biasa. Cuman, tapi ya ga munafik ya.. kita pelayanan juga berkurang kayak gitu kan. Dari hasil terapi apa apa gitu kan. Jadi

dampaknya baru terasa sekarang.

Kalau dari kliennya sendiri ada

peningkatan atau penurunan jumlah ga mbak?

Kalau di unitku itu ada penurunan tapi Cuma 1-2% aja. Malah ini mau ada yang masuk lagi.

(9)

Oh iya, Kalau pas mbak masuk,

pemberian terapinya gimana mbak? Kan covid gitukan banyak protokolnya, kalau diklinik mbak gimana mbak?

Kalau untuk protokol kesehatannya pertama kita pakai APD, terus kita rutinkan pakai handsanitizer, terus jumlah yang masuk itu hanya sekitar maksimal itu kayak 2-4 orang itu udah maksimal.

Dulu sekali terapi itu 30 orang tapi itu kan dibagi grup-grup. Jadinya 10 10 gitukan.

Penerapan protocol kesehatan

Menerapkan perilaku cuci tangan

Terdapat kebijakan pembatasan jumlah orang dan klien

Tapi pas masuk itu jadi nya Dikit banget dong ya mbak

Iyaa jadinya sepi banget. Jadi ruangan unitku kan besar banget.

Nanti grup A dipojok sini, grup B dipojok sini, kalau ga ada pandemi.

Karena ada pandemi itu kita tetap satu ruangan, nah karena ada pandemi. Kita tetep dalam satu ruangan, anaknya yang datang paling Cuma 4 orang jadi terapisnya yang datang paling juga Cuma 4 orang.

Jadi kayak dalam ruangan itu paling Cuma 8 orang.

Pengurangan jumlah orang diruangan

Terus kalau kesulitan pas ngasih terapi yang setelah mbak bisa masuk itu gimana? Yang Cuma grupnya dikit-dikit?

Kesulitannya lebih ke pengap yah.

Kan pake APD tuh pengap banget.

Dan pasiennya juga risih pake APD.

Pakai APD pengap dan risih

Mengganggu ga mbak kalau pake masker gitu?

Mengganggu bangettt...

Kalau pas terapi online tuh kayak gimana sih mbak ngasih terapinya?

Komunikasi pas ngasih terapinya itu gimana mbak?

Kalau itu kita mewajibkan pasien- pasien kita itu ditemani 1 atau 2 pendamping, ada 10 pasien kan ya..

itu aja udah rame banget dan itu kita mewajibkan harus ada

pendampingnya, jadi kalau untuk pasien yang mereka semua kan bergaam ya kondisinya, ada yang mengerti ada yang setengah mengerti. Kalau yang sudah

mengerti sih okelah ya ga usah pake pendamping sih ya. Tapi kalau untuk

Saat terapi online pasien harus dengan pendamping

(10)

yang setengah mengerti dan ga mengerti ini yang butuh pendamping.

Kalau ke

orangtuanya gimana mbak?

Jadi kita personal chat ke mamah- mamahnya gitu. Jadi kita juga ada rapat dengan orangtua, rapat besar online.

Saat online terapi banyak berinteraksi dengan orangtua

Keluarga berarti jadi lebih aware dengan terapinya ya mbak?

Iyaa betul

Cara memahamkan atau menjelaskan ke orangtua tentang aktivitas terapi gitu gimana mbak?

Cara ngejelasinnya sih, kalau ditempat mbak itu kan dijakarta ya.

Jadi orangtuanya itu kan dari awal sudah aware, sudah peduli kayak gitu sih untungnya. Jadi mbak ga merasakan kesulitan-kesulitan yang cukup berarti sih. Cuma ya itu kadang ada yang gaptek gitukan ya, paling masalah-masalah teknis gitu.

Kalau untuk tujuan dan program, mereka sama sekali ga komen, sama sekali ga keberatan, atau

kebingungan ga sih. Mungkin orang- orang yang di kota besar pikirannya lebih terbuka mungkin kayak gitu ya, jadi akunya sebagai terapis ya lebih gampang.

Orangtua dan pasien belum teredukasi dengan terapi secara online

Berarti orangtua dikasih pembekalan seperti buku panduan gitu-gitu atau gimana mbak?

Jadi kita ngasih bahan ajarnya itu, kita kan programnya setiap satu bulan nih, nah ini udah jalan untuk bulan september, dan ini udah selesai. Jadi kita kasih panduannya sama video-video tutorial, video teori.

Itu semua terapisnya udah harus ngebuat dulu ya mbak buku panduannya gitu- gitu?

Iyaa betul.

Kalau menurut mbak, lebih enakan terapi online atau langsung?

Kalau aku.. mungkin duh bingung jawabnya nih.. hehe. Sebenarnya kalau dalam sosialisasi, secara apapun itu ya lebih mending yang tatap muka langsung yaa.. tapi karena aduhh nanti aku jadi ini. Jadi

Sosialisasi lebih mudah dengan tatap muka langsung

(11)

kayak corona ini udah bikin aku agak sedikit mager, jadi udah nyaman aja sama WFH. Tapi memang lebih asyik ini sih

berangkat sih. Karena rame kayak gitu. Tapi kalau untuk pencampaian skill lebih mending yang WFH ini kalau menurutku. Karena kebetulan juga, waktu corona ini kita udah mengkhususkan mereka keprogram yang mereka pintar kayak gitu. Aku bingung nih, apakah karena corona atau karena programnya aku. Karena WFH itu berbarengan dengan

kekhususan program.

Sekarang kalau menurut mbak sebagai terapis, sebenarnya perannya kita sebagai OT disituasi pandemi ini tuh gimana mbak?

Peran kita dimasa pandemi ini yaa..

mungkin peran OT sebagai apa yaa..

fasilitator mungkin kali yaa.. jadi, karena pandemi ini mau ga mau kita lebih banyak dirumah, jadi.. banyak orangtua yang mempercayakan suatu klinik menghandle anaknya, menjadi sementara ditutup , jadi mau ga mau orangtua lah yang harus menghandle anaknya sendiri. Jadi peran OT dimasa pandemi sebatas menjadi fasilitator. Jadi bagaimana

meningkatkan.. misalnya pada usia development, gimana cara kita mengedukasi orangtua untuk melakukan terapi yang kita lakukan diklinik untuk bisa dilakukan dirumah. Bagaimana cara bonding dengan anak mereka. Lebih ke situ sih kita ngajarinnya.

OT membantu mengedukasi orangtua dalam handling pasien saat dirumah

Menurut mbak, ini kan pandemi yang baru terjadi.. kita ga berharap sih ada pandemi lagi, Cuma mungkin dimasa depan ada krisis lagi yang dihadapi OT, menurut mbak apasih yang harus kita

Pertama sebagai OT kita harus nyiapin mental yang kuat sama pikiran yang kreatif itu sih. Karena kalau mentalnya ga kuat, ada pandemi gini ya, kalau aku alhamdulillah ga ada PHK, kalau sampai yang diberhentikan apakah dia harus mengutuk keadaan kan nggak kan, jadi mungkin itu sih harus bermental yang kuat. Dan

(12)

persiapkan untuk menghadapi situasi krisis mbak?

harus kreatif, apa ya yang bisa aku lakukan, oh visit, oh terapi online.

Terus kalau mbak udah mulai ga bingung itu mbak?

Apakah karena udah menemukan program yang cocok atau gimana?

Jadi pas udah ga bingung itu karena udah terbiasa. Udah tau karakter mereka saat online gitu. Kan karakternya .. karena gini kan pas kita kerja dikantor kita berhubungan dengan anak langsung, tapi kalau pas online kan ga enggak tapi sama orangtuanya jadi kita kenalan lagi, setelah kita tau karakter mereka, kebiasaan mereka, respon mereka, ya kita udah ga bingung lagi bagaimana gitu..

Saat online terapis banyak berinteraksi dengan orangtua

(mengirim member checking)

Ada penerapan protocol kesehatan, itu kayak pembersihan dengan desinfektan, pembatasan pengunjung, setting ruangan, skrining covid sebenarnya itu checklist hehe

Karena itu udah lama banget ya, makin kesini itu makin tertata banget dek..

Penerapan protocol kesehatan

Tertata itu

maksudnya gimana ya mbak?

Maksudnya tuh lebih ter ini.. ehmm..

tersosialisasikan dengan baik. Nah gitu intinya. Nah juga secara procedural ini lebih bagus.. karena kan ya diawal pandemic semuanya masih merangkak belajar gitu ya, lama-lama kesini tuh prosedurnya makin bagus istilahnya tuh..

Alias makin lengkap..

Berarti mbak sekarang posisinya udah mulai ke kantor atau masih terapi dari rumah mbak?

Sekarang di kantor dek.

PSBB doang dirumah

Oh gitu mbak..

berarti terapi

onlinenya dari kantor ya? Kalau terapi offline gitu blm mbak?

Dikantor offline dan online sih dek..

Udah dek tapi Cuma 2 biji doang..

(13)

Oh iya mbak, aku mau tanya.. kan pas interview kemarin mbak sempet bilang tuh soal kendala- kendala di terapi online, contohnya kayak kendala sinyal, gaptek, kendala teknis gitu- gitu… nah kalau solusi dalam mengatasi kendala itu apa aja mbak?

Memperbaiki dan terus perbaiki sih dek..

Abis kegiatan ada evaluasi

Terus diskusi buat pertemuan besok biar ga kek gini lagi.

Kalau kayak problem koneksi internet gimana mbak?

Pake paket data wkwk…

Atau mencari sinyal yang bagus Maksudnya pake data seluler, kan biasanya apa-apa serba wifi

Menggunakan paket data seluler

Mencari lokasi dengan sinyal yang stabil

Kalau terapi online sendiri kan mbak sebagai terapis ga bisa handle

langsung, nah dari mbak sendiri ada kesulitan ga mbak?

Tentunya ada. Karena kan yang handle pendamping ya.. kadang kurang sesuai dengan intruksi kita..

Terus gimana dong mbak kalau kayak gitu?

Kita arahin pendampingnya supaya melakukan seperti yang kita maksud kan..

Dengan sabar tentunya..

OT harus sering memberikan edukasi dan pendampingan kepada orangtua

Tapi dari

pendamping ada yang kewalahan gitu ga sih mbak?

Mungkin ada dek,

Tapi sejauh ini mereka ga pernah menyampaikan itu ke kami Oh iya mbak, tadi

mbak juga sempet bilang soal

penyemprotan desinfektan, setting ruangan, pembatasan pengunjung.. Nah, itu kayak gimana mbak kalau ditempat mbak?

Penyemprotan desinfektan yang besar gitu setiap 3 weeks

Tapi sebenarnya tiap hari di lap pake desinfektan

Setting ruangan lebih ke setting tempat duduk sih, berjauh-jauhan Pembatasan pengunjung itu kita manut aturan DKI, kalau ga salah 50% anggota aja yang boleh didalam ruangan

Pembersihan dengan desinfektan

Setting ruangan Pembatasanterhadap pengunjung

(14)

Nah pas masa PSBB dibatasi jadi 25% anggota, pokoknya selalu berpatokan sama aturan DKI Yang dilap apa aja

mbak?

Meja, kursi, sama gagang-gagang pintu

Pembersihan dengan desinfektan

Yang tersentuh banyak orang ya mbak?

Iya dek.. betul…

Kalau media terapi gitu mbak pake ga sih?

Aku kan ngajarnya vokasional gitu kan, jadi media pembelajarannya tetap pake sih

Karena aku di berkebun, pake medianya kayak sekop, selang air, ember gitu-gitu

Pembersihan media terapi dengan desinfektan

Medianya itu diberihin juga ga mbak? Atau skopnya tiap pasien beda- beda gitu?

Iya dek dicuci..

Iya sekopnya satu-satu

(15)

LAMPIRAN 4 TRANSKRIP WAWANCARA

PARTISIPAN 2

Partisipan Nn. D

Usia Partisipan 24 Tahun

Tempat Kerja Klinik Tumbang - Solo

Lokasi Wawancara Teleconference (Zoom online meeting) Tanggal Wawancara 10 Oktober 2020

Jam Wawancara 20.00 – 21.00 WIB

Transkip Terapis Transkip Partisipan Open Coding

Sebelumnya ridha mau tanya dong mbak, mbak kerjanya ini dimana mbak?

Klinik nya anak atau apa mbak?

Kerjanya aku di klinik

Klinik anak, anak

Kalau dulu sebelum pandemi mbak

pelayanannya hari apa aja mbak?

setiap hari atau gimana?

Kalau dulu sebelum pandemi sih full ya, jadi dari hari senin-sabtu, dari jam 8-jam 4 sore.

Full day gitu mbak? tiap hari gitu?

pasiennya tiap hari sama atau ada jadwalnya?

Kan kadang kalau ada anak yang datang trus diambil siapa gitu nggak ya mbak?

Kalau diklinikku itu sistemnya jadwal ya, jadi ada setiap hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu itu udah terjadwal siapa aja yang aku pegang.

Jadi setiap terapis itu udah tau anaknya siapa aja dan konsisten yang megang mereka.

Jadi misal anak Si A itu eee.. hari senin, rabu, jumat sama terapis siapa itu konsisten selama dia lulus istilahnya gitu.

Heemm.. gaaa Kalau ditempat

mbak terapisnya ada berapa mbak?

Kalau sebelum pandemi terapisnya adaaa.... sik tak hitung sik yaa, hehe (menghitung)

Sebelum pandemi itu.. kalau OT nya sekitar 7-8, setelah pandeminya masih gitu sih paling 6-7.

Pengurangan karyawan klinik setelah pandemi

(16)

Emang ada perbedaan mbak sebelum sama setelah pandemi dari jumlah terapisnya?

Itu ga lanjut sendiri atau dari kliniknya

memberhentikan atau gimana mbak?

Iyaa,, ada yang ga lanjut satu terapis

Kalau itu masalah aku juga kurang paham sih deh, krusial sih. Entah itu dari bapaknya atau dari kliniknya, aku juga ga tau..

Pokoknya dulu ketika .. pas pandemi itu tuh kita ada rekomitmen lagi,

rekomitmen kontrak lagi. Mungkin ada beberapa terapis yang ga lanjut gitu.

Mungkin bisa jadi karena.. apa ya, ga sepakat antaraa apa yaaa.. kan pandemi otomatis e penghasilannya kurang mungkin yaa.. jadi mungkin lebih memilih mencari tempat lain.

Pandemi pendapatan klinik berkurang sehingga ada karyawan yang pindah

Selama pandemi ini, dari tempatnya pendapatannya juga berkurang mbak?

Iya berkurang. Ga sampai setengah sih, tapi yo beberapa persen ya, 40% lah ya mungkin kalau dihitung-hitung. Ya 30an persen, 30-35%.

Terdapat penurunan pendapatan

Kalau mbak sendiri yang mbak rasain selama pandemi,

dampaknya sendiri buat OT dan pelayanan OT apa aja mbak?

Kalau dampaknya untuk pelayanan OT yo pasti berdampak ya. Apalagi proses keterapian pasti akan berubah, yang sebelumnya kita itu tidak

memperhatikan APD, terus sekarang kita memperhatikan APD. Selain itu didalam klinik atau didalam pelayanan itu ada peraturan baru yaitu membatasi jumlah orang, jumlah klien, dan membuat pelayanannya ga full day, jadi setiap orang itu jadwalnya Cuma 3 hari. Jadi dikurangi.

Terdapat kebijakan pembatasan jumlah orang dan klien

Pelayanan terapi tidak full day

Jadwalnya juga ikut berkurang ya mbak?

Iyaaa.. karena e dari pasiennya sendiri tu takut gitu loh dek, jadi banyak orang tua ya cemas sama covid ini jadi gaa apa namanya, anaknya ga diterapiin lagi.

Dan dampaknya juga pasiennya berkurang.

Kalau boleh tau mbak itu ngasih pelayanan

langsung atau ada

Jadi ceritanya itu, awal covid mungkin hampir 2 bulan itu aku lewat WFH yang covid-covid itu lagi booming.

Terapis memberikan terapi dari rumah atau Work From Home

(17)

terapi onlinenya juga mbak?

Pas KLBya mbak?

Iyaa.. pokoknya sebelum lebaran itu WFH selama 2 bulan, februari, maret, april. Nah itu kita pelayanannanya melalui home program, jadi dipantau.

Setiap terapis harus memantau semua anaknya. Terus model WFH nya tuh, kita kan membuat program setiap anak, terus setelah itu kita minta untuk nyetor video kayak gitu ke terapis, jadi timbal balik ke orang tua. Intinya apa yaa..

mungkin ada kegiatan yang kurang tepat kita benerin setelahnya gitu.

Pelayanan terapi melalui home program

Terapi dilakukan dari rumah dengan meminta orangtua mengirim video anak saat aktivitas Melihat Feedback dari orangtua dalam

menjalankan homeprogram Berarti itu

ngasihnya Cuma ini hari ini terapinya ini tapibukan kayak tatap muka zoom gini ya mbak ke anak langsung gitu?

Jadi kayak kita itu membuat home program, setiap hari tuh home

programnya divideoin sama orangtuanya terus orang tua nyetor ke kita. Kayak gitukan terapis harus aktif, maksudnya aktif dalam menanyai orangtua.

Terapis harus aktif berkomunikasi dengan orangtua

Jadi itu program terapisnya itu Cuma satu aktivitas aja ya mbak?

Eehh.. kayak gini sih dek, kayak dikasih jadwal. Mungkin aktvitasnya bisa

berubah 2 minggu sekali. Nah setiap sehari itu ada jam-jam tertentu dia harus ngapain. Ga Cuma aktivitas misal Cuma pasang puzzle aja, tapi menjadwalkan anak pagi harus ngapain jadi

kemandiriannya kita maksimalin juga.

Dia harus mandi sendiri, pokoknya okupasi yang dirumah harus dilakuin.

Ada jam-jam aktivitas motorik kasar, ada jam-jam ya kognitif. Tergantung pasiennya kondisinya apa.

Akivitas dalam homeprogram sudah dijadwalkan untuk meningkatkan kemandirian anak Homeprogram dibuat dengan menentukan jam aktivitas motoric kasar, motoric halus

Berarti mbak, bikin itu dulu yaa kayak semacam jadwalnya itu?

Perkerangkanya... iyaaa.. terus videoin ke orangtua. Dikasih aktivitas apa aja.

Biar meskipun pandemi anak-anak tuh tetep kayak ada aktivitas gitu.

Kalau pas ituu..

orangtua bisa ga memahami kayak misalnya kita tuh mau terapinya motorik gini gini, tapi orangtua

Jadi memang ada beberapa orangtua yang kooperatif, jadi setiap apa yang diberikan tugas yang diberikan terapis dilakukan. Juga ada beberapa orangtua yang ketika terapis hubungi itu kayak ngga dibalas, jadi ga kooperatif. Kalau untuk aktivitasnya, kalau untuk yang aku

Orangtua pasien tidak kooperatif mendampingi terapi

Penjelasan tentang tugas terapi dibuat dalam penjelasan dengan word

(18)

paham ga sih kalau itu tuh buat gini?

Atau malah kadang ada orangtua yang tidak memberikan terapinya sesuai yang diharapkan terapis atau gimana mbak?

pegang sejauh ini pada ngerti sih.

Soalnya aktivitas-aktivitas yang digunakan itu biasanya digunakan di klinik-klinik ketika sebelum pandemi.

terus penjelasan didalam tugas, kan didalam word. Itukan penjelasannya secara detail gitu loh dek, ga Cuma disuruh gini ngga.

Melihat feedback dari orangtua dalam menjalankan home program

Berarti udah ada panduannya, udah dikasih tau dulu orangtuanya ya mbak

Hee.. terus dikasih responnya juga, maksudnya disuruh ngisi responnya.

Berarti itu dua bulanan itu ya mbak, awal pandemi mulai teleterapi?

Awal pandemi kan WFH. Dua sampai 3 bulan kan WFH. Terus selanjutnya itu dicoba secara offline diklinik, tapi ndak langsung semua terapis masuk, tapi dicoba dua terapis yang masuk. Jadi awal-awal itu yang masuk aku sama temanku aja pas itu. Itu masa-masa trial jadi kayak percobaan gitu.

Awal-awal ya pasiennya masih sedikit banget.

Itu dua terapisnya berarti pas awal periode tuh dua terapisnya aja yang dtaang atau terus digilir?

Jadi kan setelah WFH kan mau coba offline toh itu.. percobaan pertama dua terapis dulu, selama kurang lebih satu bulanan dulu, hampir 2 bulan. Itu kita kayak melihat kondisi pasien yang kira- kira banyak atau ga.. jadi kayak survei dulu, trial dulu banyak ga pasiennya ketika kliniknya buka. Diawal memang paling aku kan seminggu Cuma masuk 2 hari, paling aku Cuma megang 2 kayak gitu.

Tapi itu yang online masih jalan mbak?

Yang online masih jalan juga.

Iya disambi, jadi aku ada 2 hari non- WFH, ada yang WFH. Terus selanjutnya itu, lama kelamaan udah apa anak- anaknya itu udah mulai berani gitukan, udah ada info pembukaan klinik, dan udah ada beberapa yang masuk, dan ada contoh yang masuk dan ga papa gitu loh, maksudnya ketika masuk klinik ga papa,

Program baru selama pandemic yaitu home care

(19)

ga begitu apa yaa... udah ada trialnya dan ga papa, jadi banyak yang minat masuk lagi gitu loh.

Nah mulai sedikit-sedikit ditambahin terapisnya mulai dari terapi wicara, terus dari OT. Sampai sekarang semua terapis udah masuk semua. Tetapi jadwalnya itu masih 3 kali seminggu semua.

Terus.. dari pandemi ini tuh ada program baru.. jadi ada program homecare. Jadi selain terapis dikliniknya ada program baru jadi ada program homecare. jadi terapis datang ke rumah pasien. nah diklinik ku ada 3 orang yang ditugaskan di homecare.

Jadi offline udah sampai sekarang udah mulai jalan ya mbak?

Heem.. dari setelah lebaran lah.. terus dari pelayanannya itu ada beberapa peraturan yang berubah. Terutama protokol kesehatannya dijaga, jadi yang mengantar pasien yo satu orang aja, terus memakai masker, cuci tangan, pakai handsanitizer. Terus kalau terapis pakai APD lengkap kayak gitu kan.

Peraturan banyak berubah Penerapan protocol

kesehatan

Pembatasan pengunjung dan pengantar pasien Penggunaan masker, dan rutin mencuci tangan Kalau terapis APD

nya kalau di klinik mbak apa aja mbak?

Kalau dulu ga pernah pakai ya mbak?

Faceshield, hand gloss, sama gown.

Iyaaa ga pernah.. paling Cuma pakai masker, tapi ya jarang.

Jadi emang pakai APD ini kan ada plus minusnya.. minusnya kan memang komunikasi kita terhadap anak

berkurang yaa.. anak ga tau bagaimana mimiknya kita, ekspresinya kita

bagaimana, terus kesulitan apa yaaa..

biasanya anak-anak ABK dengan kode yaa.. maksudnya, kode itu ketika ekspresinya kita marah kek, atau lagi ngelucu.. dia baru paham ohh ini bundanya lagi tegas, oh lagi becanda...

Terus juga APD ini yaa kalau untuk terapis, ya maksdunya kalau untuk terapis kerjanya kalau menurutku agak

Penggunaan faceshield untuk mencegah percikan cairan droplet

Terapis menggunakan baju pelindung dari kain / Gown

Terapis menggunakan hand glove

Penggunaan APD

mengganggu komunikasi dengan anak

Ekspresi dan mimic wajah terapis tidak dapat terlihat

(20)

membatasi geraknyaa... terus juga pelayanannya jaga jarak juga..

maksudnya jaga jarak itu ya ga deket- deket banget gitu loh, ga terlalu bersentuhan dari tubuh ke tubuh.

Penggunaan APD membatasi gerak terapis Pelayanan terapi harus dengan menjaga jarak dengan anak

Ga bisa yang langsung, kayak misalnya ada yang butuh didekep gitu ga bisa ya mbak?

Awal-awal ya gaa.. tapi akhir-akhir ini ya mulai biasa lagi. Iyaa apalagi anak- anak yang butuh kayak stretching lah..

Kalau kayak dari lingkungannya disemprotin desinfektan gitu- gitu ga mbak?

Iyaa.. jadi, kalau setelah selesai sesi terapi itu ruangannya dibersihin dan alatnya dibersihin gitu.

Setelah terapi ruangan dibersihkan dengan desinfektan

Berarti tahapannya sebelum dan setelah terapi tambah ya mbak?

Iyaa bener.. kalau untuk proses terapinya sih sebenarnya sama yaa.. cuman

mungkin kita lebih menjaga kadang menjaga jarak gitu loh.. tapi untuk keterapiannya modelnya kurang lebih masih sama, program-programnya masih sama. Cuma yang kita pastiin kan

nambah programnya, paling ngelatih anaknya pakai masker, kan ada beberapa anak ABK yang sulit pakai masker.

Setelah pandemic terapi harus dengan jaga jarak

Kalau dari mbak sendiri, hambatan yang mbak rasakan apa aja mbak? selama pandemi mulai dari pandemi yang online sampai ke yang offline hambatan yang mbak rasain apa mbak?

Ya hambatannya, ya gerak terapis itu ga fleksibel gitu loh, ga bisa yang kayak langsung pegang langsung meluk. Dari itu juga pakai APD itu kan berjam-jam, engap banget gituloh napasnya.. kadang juga sesekali dibuka duluu.. heeeehh (napas berat) gitu..

Ibaratnya kan kita pakai masker, bersuara, suaranya mestikan agak keras.

Kalau aku hambatannya ya itu sih, APDnya tidak membuat fleksibel.

Gerak terapis tidak fleksibel

Pakai APD membuat napas terasa berat

Pakai masker, terapis harus bersuara lebih keras

Kalau yang dari proses OT nya kayak misalnya evaluasi gitu-gitu terhambat ga mbak?

Adanya pandemi ini.. kan biasanya diklinikku itu evaluasi setiap 3 bulan sekali. Nah karena pandemi ini evaluasinya jadi 6 bulan sekali. Kan karena membatasi ketemu juga kali ya..

dan itu juga kebijakan dari atas sih yaa..

(21)

jadi kita ngikuti aja, bukan keputusan dari para OT kayak gitu.

Kalau yang itu mbak..

kemampuan dari pasiennya sendiri selama pandemi ini ada penurunan kah atau gimana mbak?

Iya kan.. selama awal-awal pandemi itukan, klinik kan ga buka selama

hampir 3 bulan kan.. selama pasien balik emang ada beberapa penurunan

kemampuan gitu. Pastilah ada penurunan.

Pasien mengalami penurunan kemampuan

Ngulang terapi baru ga mbak?

Itu tergantung setiap kondisi anak sih..

ada beberapa anak yang harus mengulang dari awal. Ada beberapa anak ga harus mengulang dari awal.

Terapis udah memberikan semaksimal mungkin apa yang diberikan oleh anak.

Tetapi yang perlu digaris bawahi mungkin kerjasama antar orangtua sih yang kurang maksimal.

Penurunan terjadi karena kerjasama dengan

orangtua kurang maksimal Penurunan jumlah pasien saat pandemi

Kenapa mbak sama orangtuanya?

Kan misalnya nih, terapis membuat program yang homeprogram tadi toh, itukan bukan peningkatan anak kan bukan ditangan terapis tapi ditangan orang tua toh. Keterapian kan orangtua yang ada dirumah. Terus kalau misalkan kurang maksimal atau ga nya ya, nek kalau dari terapisnya udah berusaha maksimal sih, udah berusaha

semaksimal mungkin. Istilah nya gini, kan banyak anak yang belum masuk terapis tuh, nah kan terapis tuh juga kayak istilahnya kayak nanyain perkembanngan anaknya gimana mah.

Perkembangannya ini ini ini gimana mah. Tapi kan jumlah anak yang

sebelum sama stelah pandemi kan lonjak banget, turun banget gitu loh dek.

Jadikan banyak anak-anak yang dulunya terapi disitu ga ditanganin kan.

Penurunan jumlah pasien saat pandemi

Jadi banyak yang udah ga terapi disitu ya mbak?

Maksudnya dari jumlah 50an lebih, yang terapi sekarang tuh paling Cuma 15 mungkin ya. Yang terapi aktif mungkin 20an orang gitu.

Susahnya itu udah bener-bener ga

Kan sebelumnya buka klinik kan kita kayak bikin survey gitukan dek, lewat

(22)

mau terapi, atau bener-bener ga mau datang ke klinik?

google form gitukan. Ada beberapa yang berkenan ikut terapi ada yang ga. Yang ga ikut terapi itukan dia banyak

kemungkinana bisa jadi masalah finansial, bisa jadi kekhawatiran akan covid ini gitu kan. Setiap keputusan kan ada di orangtua. Intinya anak-anak yang ga terapi sekarang tuh, lagi istilahnya cuti terapi gitulah.

Berarti nanti lumayan

mempengaruhi ya karena ga terapi.

Apalagi ini udah hampir 6 bulan lebih kan. Ibarat anak ABK kan kalau

misalkan dia udah biasanya terapi kalau ga terapikan dia bisasanya ada yang turun kan. Harus adaptasi lagi.

Kalau dari

orangtua ada yang masih

berhubungan dengan klinik, ada yang pernah cerita ga mbak tentang penurunan kemampuan anaknya, kesulitan terapi atau gimana mbak?

Ya ini sih, kebanyakan orangtua mengeluh kalau anaknya dirumah ga mau diajarin, susah, terus kadang juga banyak orangtua yang bingung ketika anaknya tantrum gituloh. Ada beberapa yang mengeluh lama ga terapi tambah tantrum. Ya kayak gitu.

Orangtua mengeluhkan anak sulit diajari

Orangtua sulit menangani anak saat tantrum

Gimana cara terapis

menghadapi situasi berat ini?

Sebenarnya pertama situasi terberat nya itu bukan gimana menghandle anak, tapi penurunan finansial itu kalau aku ya pribadi jujur ya. Karena itukan terkait mata percaharian iya. Akukan juga hidup dikota ornag juga kan. Jadi ketika ada pandemi ini membuat finansialnya menurun sangat drastis. Jadi kayak gimana caranya dengan pendapatan segitu aku bisa hidup gitu. Intinya aku kan kalau sebelum pandemi penghasilan dari klinik dapat, dari visit juga dapat.

Nah setelah pandemi itu, aku ga ada visitan. Terus hanya mengandalkan klinik yang gimana klinik tuh pemasukannya ga full ada potongan- potongan gitu.

Terus, kalau untuk menghadapi situasi dalam pelayanan OT itu, mulai

(23)

menerima dan membiasakan aja sih.

Kayak aku harus memakai APD, harus tertib, ya menerima dan membiasakan aja. Soalnya kan itu demi kebaikan semua kan. Demi kebaikan pasien iya, kebaikan ku juga iya. Intinya saling menjaga. Terus, situasi sulit ini apa ya, sebenarnya yang mendapat dampak juga tuh orang tua sih menurutku. Orangtua juga dibebani udah dia memiliki anak yang istimewa, biaya keterapian juga banyak, dan penghasilan para orangtua pasti juga berkurang kan. Makanya ada yang memutuskan tidak lanjut terapi.

Kalau menurut mbak sendiir, sebagai terapis.

Perannya OT, perannya kita sebagai terapis selama pandemi ini, perannya apa aja mbak?

Kalau aku yah.. kalau perannya OT lebih terutama ke pasien ya. Jadi kita

meskipun didalam situasi pandemi itukan, kita masih ada tanggung jawab anak. Kita masih memberikan intervensi yang menyesuaikan keadaan pandemi.

kalau misalnya anak-anak bisa datang ke klinik ya kita kasih terapi secara

langsung. Kalau yang ga pernah datang ke klinik, ya sesekali kita menanyai pasien-pasien kita yang ga datang ke klinik, pastikan kita punya nomornya.

Nek aku perannya lebih besar ke orangtuanya sih ya, maksudnya OT terhadap orangtua pasien. kita ngasih edukasi, motivasi. Edukasi kayak apa aja sih yang harus dilakukan ornagtua ketika pandemi kayak gini. Harusnya sih ya, kalau bisa setiap klinik mengadakan seminar kecil untuk orangtua. Soalnya menurutku yang paling sulit sih orangtua. Kalau terapiskan Cuma membantu yang datang aja.

Jadi memang peran OT disini tuh kayak memberikan support kepada orangtua, memberikan energi positif kepada orangtua biar tetap semangat, sama edukasinya.

OT harus sering memberikan edukasi kepada orangtua

(24)

LAMPIRAN 5 TRANSKRIP WAWANCARA

PARTISIPAN 3

Partisipan Nn. Me

Usia Partisipan 24 Tahun

Tempat Kerja RSIA - Pekanbaru

Lokasi Wawancara Teleconference (Zoom online meeting) Tanggal Wawancara 17 Oktober 2020

Jam Wawancara 21.00 – 22.00 WIB

Transkip Terapis Transkip Partisipan Open Coding

Kalau boleh tau mbak, mbak sekarang kerjanya sekarang dimana terus

pelayanannya diarea apa gitu mbak?

Sekarang kalau mbak di itu.. di apa RS ibu dan Anak Z Pekanbaru, areanya ya kayak nama RS nya jadi sekarang areanya Pediatri. Hampir 98% anak, jadi memang ga ada fisik, biasakan kalau RS ada fisiknya, tapi kalau ini benar- benar fokus di anak.

Berarti kalau per hari, ini kita bicara sebelum pandemi dulu deh mbak. perhari itu mbak bisa ngasih terapi ke berapa anak ya mbak?

Perhari itu... banyak banget 12 hehe.. karena durasinya itu 30 menit kan per sesi jadi start tindakan itu jam 08.30 ntar jam 12 break, jam 1 lanjut lagi sampai setengah 4. Jadi totalnya 12. 12 itu per terapisnya.. Itu yang aku

pegang. Kan ada 4 OT ini, jadi OT sampai 12 gitu pegang.

Nah kita masuk ke pandemi nih mbak. kalau mulai pandemi pasiennya sendiri kalau ditempat mbak ada perubahan ga mbak?

Hmm.. drastiss.. banyak banget

perubahannya. Drastis.. soalnya kemarin kan kalau awal pandemi itukan, bulan maret itu ya.. kita ga diliburkan, jadi kita tetep masuk dan itukan pasien lagi anjlok banget, sehari itu kan Cuma pasien kesuluruhan pasien OT, TW, Fisio gitu gitukan 10 ga nyampe, pas lagi PSBB itu kan. Nah itukan gitu, pasiennya dikit banget. Terus pas udah selesai PSBB tuh udah mulai, ga 10 juga.. sehari terapis dah mulai pegang 3, 4. Terus habis itu sekarang- sekarang udah mulai rame lagi sih, seiring berjalannya waktu. Sekarang udah mulai banyak lagi. Tapi ga sebanyak kemarin, masih drastis lah ya bedanya. Soalnya kita juga setiap hari masuknya selama pandemi ini, jadi pasiennya belum banyak banget.

Jumlah pasien

mengalami penurunan selama pandemi

(25)

Berarti awal pandem itu, mbak ga ada perubahan jam kerja atau gimana mbak?

Awal-awal pandemi itu... kayak 2 pekan pandemi itu masih setiap hari kan masuknya, cuman karena emang pasiennya jadi ga ada kan, bahkan kayak mbak misalnya, sehari itu bisa ga megang pasien gitu, pasiennya dikit banget. Pasiennya ada 5, terapisnya ada 4. Ya gitulah, hampir ada yang ga pegang pasien.

nah itu, langsung setelah 2 pekan pandemi jadwalnya langsung berubah, dari yang tiap hari, dari yang 6 hari kerja jadi... waktu itu jadi 3 hari kalau ga salah, jadi sehari masuk sehari libur, sampai sekarang masih gitu.. tapi sekarang udah mulai tambah hari jadi 4 hari satu pekan, dan ada jadwal bayangan gitu, jadi kayak misalnya di hari senin terapis yang masuk 2. Nah penuh nih 2 orang OT ini, nah 1 OT nih nanti dbuka jadwalnya, penuh juga dibuka lagi gitu. Biasanya sehari itu yang TW, Fisio, yang biasanya 80 orang, jadi Cuma 10 pas pandemi awal-awal.

Terapis sering tidak memberikan terapi karena pasien sedikit Pengurangan jam kerja

Pandemi kan diawal bisa dibilang

menakutkan gitu kan mbak, nah kalau dari tempat mbak sendiri kan cukup berani sih ya tetep mau ngasih pelayanan gitu kan. Nah kalau dari mbak gimana sih mbak respon mbak bekerja diawal- awal pandemi gitu mbak?

Sebenarnya takut banget kan kalau diawal- awal itu, soalnya semua orang itukan work from gitukan, terus kami masih masuk jadi deg-degan gitu kan, keluar rumah aja udah takut, belum lagi ketemu orang, belum lagi rekan kerja kita di RS kita ga tau riwayat perjalanannya mereka, itu deg-degan banget.

Untungnya 3 hari masuk, 3 hari libur gitu kan, jadi agak bisa istirahat lah, jadi waktu libur bisa nenangin pikiran gitu. Awal-awalnya shock banget, takut banget, apa namanya kerja disaat lagi awal-awal kasus dulu itu, takut banget sih.

Terus dari RS sendiri kebijakan nya untuk

melindungi terapis, melindungi tenaga

Yang awal-awal sampai sekarang.. waktu awal-awal dulu itu, kita ga ada lagi finger gitukan, harus bawa pena sendiri-sendiri.

Disini kan RS syariah gitu kan, dari yang biasa ada dzikir pagi, ini sama sekali ga ada.

Kayak kegiatan-kegiatan yang ngelibatin halaqah-halaqah, tahsin, yang ada kelompok- kelompoknya sendiri yang beda divisi kan,

Di RS Absensi finger diganti dengan absensi manual

Kegiatan berkerumun di RS ditiadakan

(26)

kesehatannya yang kerja?

nah itu ditiadakan. Pokoknya kegiatan- kegiatan yang sifatnya ngumpul pokoknya ditiadakan. Kayak misalnya kalau lagi ga ada pasien kita di nurse station gitu jadi kita disuruh ruangan masing-masing aja gitu..

pulang, mandi gitu, langsung cek suhu juga gitu-gitu sih. Banyak yang berubah sih, dan itu bikin deg-degan juga, seserius ini ternyata.

Kan awal-awal pandemi ini kalau disumatera kan belum sebanyak di jawa kan casenya. Jadi ketika di riau sendiri belum ada kasus, tapi namanya RS kan bertindak untuk safety kan itu bikin deg-degan, perubahan-perubahan kebiasaan di RS kan, berubah drastis. Harus serba sendiri-sendiri harus serba jaga jarak.

Kalau untuk sekarang sih untuk melindungi karyawan sih dengan ngeluarin kebijakan ga boleh keluar kota, bahkan untuk lebaran kemarin kita ga boleh keluar kota bahkan sampai kita tandatangan kalau melanggar nanti bisa kena sanksi. Itu cara RS buat neglindungi karyawan sebenanrnya. Kayak pengurangan hari kerja juga, cara RS

melindungi juga kalau menurutku, supaya ga banyak aktivitas keluar rumah, kalau

mobilisasi dari rumah ke RS kan kita ga tau ketemu siapa yang bisa aja kena paparan, jadi pengurangan hari kerja juga salah satu cara RS melindungi karyawannya. Terus habis itu kayak misalnya, kan alhamdulillah nya RS ku kan bukan RS rujukan, jadi agak aman gitu dari kasus-kasus, Cuma kadang kan ada orang yang meneyembunyikan dari kontak dengan siapa gitu. Kalau karyawan ada yang kontak sama orang itu langsung di Rapid dan gratis, menurutku itu juga upaya juga sih. Terus sekarang juga ada kebijakan mandi, jadi sebelum pulang kerumah mandi buat ngelindungi keluarga biar ga kena kuman- kuman lah dari RS, sama ganti baju juga, jadi baju seragam RS ga boleh dipakai dari rumah, harus dipakainya di RS. Itu sih beberapa upaya RS buat ngelindungi Karyawan.

Terapis harus langsung mandi setelah pulang Terapis harus cek suhu sebelum pulang

Terapis dilarang melakukan perjalanan keluar kota

Pengurangan jam kerja untuk mengurangi mobilitas terapis keluar rumah

Karyawan yang kontak dengan terduga ODP harus rapid test

Kebijakan mandi di RS sebelum pulang

kerumah

Seragam harus ganti tidak boleh dipakai dari rumah

(27)

Kalau

penggunaan APD, face shield, masker gitu-gitu mbak?

Oh iya.. itu juga salah satu bentuk perlindungan dari RS. Kita dikasih baju perlindung, baju tindakan sih bentuknya.

Karena beda-beda kan, kontak sama pasien yang dirawat inap, berhubungan dengan cairan pasien, level baju tindakannya itu yang bagus, kayak yang dari parasut full, kalau yang aku baju tindakannya kayak dari kain, bentuknya hampir kayak gamis gitu, tapi dari kain masihan, terus dikasih face shield juga, dikasih masker juga kita gitu.. itu sih kalau untuk atribut-atributnya.

Terapis menggunakan baju pelindung dari kain / Gown

Penggunaan faceshield untuk mencegah

percikan cairan mukosa Penggunaan masker medis bagi terapis

Itu dari awal sampai sekarang mbak?

Iyaa.. dari awal sampai sekarang. Dan ga boleh pake masker kain dan harus pakai masker bedah.

Kalau sekarang udah bisa megang pasien ga mbak?

Dari awal kita megang pasien, OT dari awal megang pasien, walau awal-awal pandemi.

tetep pegang pasien, cuma memang lebih hati- hati, Cuma biasanya kan ga pake sarung tangan kan sekarang harus pake, biasanya kita cuek kan kalau habis pasien ga dibersihin sekarang langsung dibersihin.

Terapis menggunakan hand glove

Setelah terapi ruangan dibersihkan

Kayak disemprotin desinfektan gitu ya mbak?

Mainannya juga dibersihin gitu ya mbak?

Iyaa di desinfektan, dipel.

Heeh.., jadi lebih protektif. Habit nya sih itu dari terapisnya sendiri, dari RS yang penting hati-hati. Kayak sebisa mungkin bersih, steril gitu-gitu. Dari terapisnya sih ya abis dari pasien yang ini kita bersihin.

Pembersihan ruangan dengan desinfektan Terapis lebih protektif dengan kebersihan

Terus kalau kan tadi kayak lumayan perubahan juga kan, kalau dari mbak sendiri sebagai OT dan teman-teman OT, gimana sih menghadapi perubahan tadi mbak?

Yang paling kerasa itu engapnya kalau pake masker. Kalau faceshieldnya pas awal-awal tuh bukan yang kacamata, jadi kayak yg press gitu, itukan pengap banget ya, keluar udara juga dari sini aja, pengap banget. Sedangkan OT kan lompat-lompat, naik-naik, terus habis itu ngomong. Jadi kalau awal-awal tuh pengap banget, sesak.. sesak banget awal- awalnya. Ngadepinnya ya adaptasi gitu-gitu.

Mungkin awalnya kita ga terlalu banyak intruksi ke pasien, tapi pas udah kebiasaan ya udah sih ya. Atau pas awal-awal itu karena OT mau ga mau banyak bicara, banyak lompat gitu kan. Jadi kita jadi lebih banyak minum air putih, makan-makanan yang sehat

Menggunakan masker dan faceshield

membuat napas sesak Terapis kesulitan dalam memberikan terapi karena napas yang berat

Diawal instruksi dibatasi

Terapis lebih banyak minum air putih

(28)

yang ibaratnya bisa nyimpen energi lebih lama gitu kan, gitu sih awal-awalnya.

Ibaratnya yang kita lakukan gitukan, jadi lebih sehat sih sebenarnya, karena kan juga kebutuhan gitukan biar ga ngos-ngosan padahal pasien baru 3 padahal masih banyak lagi. Dari pola makan, yaa nyiptain tubuh biar lebih kuat lagi.

Terapis lebih rajin mengkonsumsi makanan yang sehat Terapis menjaga pola makan untuk badan sehat

Kalau dari proses assessment, evaluasi gitu-gitu bisa ga mbak?

selama ini kan banyak juga pasien yang ga datang?

Kalau disini kan sistemnya ngelihat dari catatan pelayanannya gitu ya di rekam medisnya gitu kan, kita bacanya dari situ.

Misalnya ada pasien yang off, selama pandemi sekitar 4-5 bulan off, jadi kita ngelihat program dia yang kemarin apa kita lihat direkam medis sih, bahkan kadang yang rekam medis juga gabisa dijadiin dalil lagi karena perubahannya udah mundur lagi karena dia off udah 5 bulanan gitu sih, karena disini sih sistemnya assessment dll didokter sih dek. Misalnya ada pasien baru dia ke dokter rehab dulu, ketika dia udah

diassesment sama dokter dia dikasih program OT, Tw baru deh dia baru bisa diberi terapi.

Pertemuan pertama OT paling assessment observasi, nanya-nanya sama orangtua juga, pertemuan kedua udah ngasih intervensi langsung. Ga ada yang berubah sih sebelum dan setelah pandemi. Cuma kalau dari RS nya kalau dulu bisa masuk siapa aja, kalau

sekarang yang bisa nemenin Cuma 1 orang pendamping, satu anak Cuma bisa ditemenin sama bapak atau ibunya aja, ga bisa banyak.

Dari RS nya sendiri dari pintunya sudah mengurangi jumlah orang yang masuk sih.

Jadi kalau pertemuan pertama, pas assesment informasinya belum komplit soalnya kan orangtuanya Cuma 1 aja, biasanya kan ada bapaknya dan ibunya. Jadi kepotong-potong, baru bisa ditanyakan lagi dipertemuan selanjutnya. Itu aja sih kendalanya harus adaptasi juga.

Pendamping dibatasi hanya satu orang saja

Terus yang lama ngga datang kan ya mbak, kan mungkin ada

Nah kalau disini kan kalau udah 3 bulan ga terapi kalau mau terapi harus ke dokter lagi dulu, jadi harus start dari pintu awal lagi dari dokter rehab. Nanti masuk dokter rehab dulu,

Pasien mengalami kemunduran kemampuan

(29)

penurunan

kemampuan. Nah gimana nih mbak apakah ngejar supaya kembali atau gimana mbak?

dokter rehab juga ngelihat tuh, kayaknya dia mundur banget, kalau mundur banget kan misalnya kan dia ga bisa nih ke TW nih, padahal speech delayed kayaknya bisa di OT aja, jadi Cuma dikasih program OT dari dokternya tuh. Di OT dilihat lagi, wah mundur banget nih. Ibaratnya udah bisa duduk tenang, dia masih yang aktif lagi, yaudah itu start lagi dari awal. jadi ga bisa juga kita mau pake yang direkam medis gitu kan, kita mau ngelanjutin itu. Karena dia udah mundur lagi gitukan. Terpaksa kita ikut program lama lagi maksudnya ke program yang baru dengan goal yang baru buat anak yang lama. Bahkan sampai ke orangtua lagi kita kan, biasanya kan ngobrol sama orangtua di pertemuan pertama sisanya tuh cuman ngasih PR ke orangtua doang waktu selesai terapi. Sekarang tuh kayak kita harus ngobrol lagi, kenapa nih bu kok bisa jadi gini lagi, kemarin dirumah gimana bu.

Kalau dari orangtua nya sendiri, ada yang mereka

sampaikan ga mbak, misalnya anaknya libur tuh gimana ?

Ada sih dari mereka itu apa namanya yaa..

karena ini ya, karena misalnya anaknya yang Autis mereka sendiri juga bingung, mau dibawa terapi tapi takut keluar rumah, yaudah deh ku kasih gadget deh, iyanih bu kemain saya setel tv lagi. Iya nih bu kemarin diet makanannya di stop karena memang kita ga berani kepasar. Iya dari orangtuanya itu kendor lagi, setelah kemarin pas sebelum pandemi udah ketat banget, udah di disiplin lah sesuai PR dari terapis, ya dia ngaku kalau dia kendor lagi saat pandemi. itusih banyak juga orangtua yang kayak gitu. Intinya dia udah bagus udah disiplin, jadi yaudah deh yang penting anaknya diem, yang penting ga pusing. Karena memang orangtua sendiri, kan mungkin pas PSBB kan kerjaannya jadi gimana ya mungkin ada yang berkurang, mungkin banyak yaa faktornya secara psikis orangtua, jadi untuk keanaknya pun jadi kendor.

Orangtua kembali memberikan gadget keanak selama pandemi Diet anak terganggu karena sulitnya

orangtua keluar rumah

Kalau dari terapis sendiri ada ga mbak keluh

ee.. adaa.. orang diluar ini pekerja-pekerja diluar PNS pasti sama.. bahwa pemasukannya menurun. Karena hari kerjanya juga berkurang

Terdapat penurunan pendapatan

(30)

kesahnya gitu, dampak negatif mungkin dari pandemi yang dirasakan selain mungkin harus engap karena ngasih terapinya, selain itu ada ga mbak?

sih, jadi bisa istirahat tapi secara pemasukan menurun. Apalagi bpjs nya macetkan, kadang kita gajiannya mundur. Itu sih efek pandemi sih.. pandemi juga kan, karena negara krisis kan, negara mau ngeback up bpjs pun dia susah. Jadi yaudahlah terima aja karena emang semua lini kan kena dampak. Untuk dari segi perekonomian yaa.. kalau dari dampak yang lain dari pandemi mungkin ee.. dampak negatif ya mungkin ini sih kali ya kita kalau misalnya, kan kalau IOTI kan di DPD ada kegiatan gitu- gitu kadang kita bisa meet up bisa sharing ilmu, bisa tutorial dengan senior, karena pandemi jadi ga bisa. Apalagi aku kan kemarin itu fresh graduate kan, pengen ketemu senior, pengen dapat tutorial tapi ga bisa. Kalau di RS dampak negatifnya lagi apa yaa.. ya itu sih kegiatan yang apa kan apa aku kan seneng kayak kegiatan tahsin atau halaqah gitukan jadi ga ada.. kadang harus diruangan sendiri- sendiri kan juga ga enak, pengennya juga ngumpul ngobrol ngobrol, yaudaah terima gitu gitu sih.

Kalau dari tempat kerja mbak sendiri dihitung perpasien ya mbak insentifnya?

Nggaa sih.. kalau ditempatku ga ada insentif.

Gaji yaudah itu tok.. tapi pemecahannya banyakk… gaji pokok, skill, jumlah kehadiran.. gitu sih pemecahannya.. Cuma karena memang masuknya aja dari yang 6 hari jadi 3 hari.. otomatis gaji kepotong dong 50%.. bener-bener langsung 50% yang bikin kayak waaahh ..hehehee… ga bertahap kan..

itusih yang makanya bikin kerasa banget.. jadi ibaratnya kita yg udah punya managerial yang seginii segini, jadi kayak harus di ngepresin lagi.. makanya itu terdampak banget..

Terdapat penurunan pendapatan

Ada ga si mbak efek positifnya yang mbak rasakan sebagai pribadi dan sebagai OT?

Kalau dari segi pribadi sih ini kali ya.. aku jadi lebih healthy life lagi sih,, kalau libur pagi sore, jogging. Bener-bener olahraga, kalau lagi hujan diluar senam didalam rumah, pokoknya harus ada olahraga. Yang tadinya minum air putih dikit banget, sekarang dibiasain minum air yang agak banyak, makanan juga agak lebih dijaga karena takut kan.. pokoknya meningkatin daya tahan tubuh banget, kayak apaa konsumsi vitamin, terus

Terapis jadi lebih healthy life Membiasakan

mengkonsumsi air putih yang banyak

Rajin mencuci pakaian

(31)

abis itu apaya.. jadi lebih rajin nyuci baju kali yaa.. kalau kebiasaan anak kos kan digantung dulu lah baru sekali pake, kalau abis pake langsung direndem di detergen. Lebih membatasi diri sama lingkungan luar, jarang nongkrong juga.. kalau dulu kan stress dikit kan, apa gitu jajan diluar, nongkrong.. itu sih kalau lebih ke pribadinya.. kalau dari OT nyaaa.. apa yaaa.. yang positifnyaa.. jadii…

kalau menurutku sih aku lebih suka sih sama kebiasaan sekarang, jadi lebih rajin misalnya bersihin mainan.. atau sama pasien yang apa Namanya.. kalau misalnya pasien GDD gitu kan yang kita ngemassage, kita itu jadi lebih protect gitu kan, aku lebih suka sih, karena emang harusnya gitu ya.. kadangkan OT ngeremehin ya, mungkin kita kan ga berhubungan sama cairan tubuh kayak di rawat inap kan.. gitu kan. Tapi sekarang jadi lebih disiplin, lebih rajin cuci tangan juga si OT nya.. terus dampak positifnya jugaa, RS jadi lebih gercep gitu loh, nyediain sabun jadi cepet, nyediain handsanitizernya jadi cepet, jadi seneng sih, maksudnya kayak terjamin kan.. kalau kemarin kan habiss nihh.. harus minta dulu.. sekarang gaa..

RS lebih cepat menyediakan handsanitizer dan keperluan lain Membatasi kegiatan luar untuk menjaga diri dari paparan

Makasih ya mbak.. ternyata kita udah overtime…

makasih yaa mbakk

Iyaaa….

(32)

LAMPIRAN 6 TRANSKRIP WAWANCARA

PARTISIPAN 4

Partisipan Nn. E

Usia Partisipan 27 Tahun

Tempat Kerja Klinik Tumbuh Kembang Anak - Jakarta Lokasi Wawancara Teleconference (Zoom online meeting) Tanggal Wawancara 29 November 2020

Jam Wawancara 20.00 – 21.00 WIB

Transkrip Peneliti Transkrip Partisipan Open Coding Jadi mungkin yang

pertama kak E ini sekarang kerjanya dimana kak?

Ehh.. kalau sekarang ini sih aku kerja .. bukan sekarang ini sih.. dari awal lulus aku kerjanya di pediatric, di klinik tumbuh kembang anak di Jakarta.

Berarti posisinya kak E sekarang lagi dijakarta?

Iyaa lagi di Jakarta

Sekarang berarti posisinya kaka udah mulai kerja kak?

Kalau misalnya kerja iyaaa kerja. Tapi ga kayak yang sebelumnya gitu sih, karenakan sekarang masih pandemic kan. Dijakarta sendiri masih banyak banget klinik yang masih belum buka..

kan disini juga kasusnya lebih banyak ya disbanding kota-kota lain. Memang untuk buka klinik belum semuanya berani sih, selain itu orangtua juga belum berani nganterin anaknya terapi. Karena kan kalau terapikan pasti ketemu sama orang lain, terus akan ada interaksi dengan orang-orang lain, yang istilahnya kita ga bisa beneran tau orang ini tuh sehat atau ga.. so far.. kalau dibilang kerja ya iyaa.. tapi ga seperti sebelumnya gitu.

Kalau sekarang system kerjanya kalau boleh tau gimana dong kak?

Eehmm.. aku kalau kerja kalau misalnya dari awal pandemic itu tuh, bener-bener ga ada sama sekali. Jadi dari bulan maret itu.. kan lockdown yah disini, terus.. itu bener-bener ga adaa.. maret akhir lah kayaknya tanggal 17 atau 20 itu tuh kita udah langsung stop terapi terus tempat

Terapis tidak bekerja diawal pandemi

Terapis memberikan terapi dengan teletherapy

(33)

terapinya juga tutup. Terus sejak itu sampai bulan juni, kalau ga salah juni itu tuh udah mulai dibuka PSBB nya kalau dijakarta. Nah itu tuh baru mulai ada apa yaa.. beberapa klien yang akhirnya itu tuh online kayak gitu karena kan selama dari maret- juni itu kan, mungkin mereka ngerasin wahh Lama juga nih ga terapinya gitu kan. Pasti Namanya juga anak-anak kita itu tuh banyak yang jadi ga oke lah kalau dirumah, karena yang biasanya terapi sekarang bener-bener ga ada terapi, terus biasanya ada aktivitas disekolah mungkin, nah sekarang bener-bener ga ada gitu.. akhirnya beberapa orangtua eehh.. mulai terbuka untuk nyoba online terapi gitu sih. Nah habis itu.. ehhmm… selain online therapy ada juga yang ke klinik loh.

Waktu itu pernah sempet coba waktu PSBB udah dibuka kan.. mulai coba ke klinik tapi paling cuman 1 atau 2 anak gitu sih yang biasanya seminggu bisaa…bisaa sampai 20 atau 30. Itu tuh semenjak juni, bener-bener 1-2 anak doang gitu sih.. jadi kemarin bener-bener, ya Cuma seadanya aja..

Terapinya berarti udah ga konsisten lagi..

Heeehh.. karena kan sebenarnya sih bisa dimengerti sih alesan kenapa orangtuanya mungkin belum berani gitu. Karena kan memang pandemic.

Anak-anak kita ini kan memang kondisi kadang ada yang rentan gitu yaa.. kayak mereka sampai sakit gi/tu kan, kadang adaa. Kemampuan yang misal jadi ilang, atau misal jadi turun.

Itu sih yang jadi pertimbangan.

Akhirnya ornagtua ini memutuskan untuk ga usah sama sekali daripada dia sakit. Karena kalau dia sakit, anak-anak kan belum tentu bisa ngasih tau sakitnya dimana.. makanya ambil keputusan ini. Dari pihak kita

Terapi harus dengan jaga jarak Penggunaan masker medis bagi terapis

Penggunaan APD selama terapi

Anak risih menggunakan masker

Fokus anak teralihkan saat melihat terapis menggunakan APD

(34)

cukup bisa dimnegerti sih.. juju raja kalau misalnya dengan tidak bekerja tapi kita tetap bisa menghasilkan duit sih siapa juga yang mau keluar.

Masalahnya kita tetap harus bekerja kan. Kalau terapi-terapis kan sudah lebih besar, jadi bisa jaga diri lah, tapi kalau untuk anak-anak

merekamasihsangat rentan. Beberapa juga anak-anakku ada yang coba datang, dia pegang apa terus pegang mulut.. nah hal-hal yang kayak gitu tuh yang kita bener-bener susah sih buat ngontrol. Kalau buat jarak kita bisa atur sih, jarak antar kita dengan anaknya bisa kita atur lah.. bisa pake masker lah, bisa pake sarung tangan, bisa pakai APD. Anak-anak juga kadang kan ga nyaman pakai masker kan, kadang maskernya dibukaa.. atau ga kadang dia penasaran gitu sama kita.. kita kan pakai baju tuh aneh gitu yaa.. jadi dia yang ada gagal focus, dia ngelihatin kitaa.. dia tarikin masker kitaa. Nah, hal-hal yang kayak gitu tuh yang ga bisa kita control kan.. akhirnya dengan segala pertimbangan yang kayak gitu, nah orangtua ada yang tetep datang, ada juga yang akhirnya stop gitu.

Anak sering menarik masker terapis

Itu yang kakak kasih terapi online tuh bisa ke semua pasien, atau Cuma beberapa aja yang join terapi online?

Pertama kalau misalnya kita mau tawarin terapi online yaa.. itu kita lihat dulu sih kemampuan. Pertama, kemampuan anaknya. Kan kalau misalnya online itu kan, kita diseberang sini dia diseberang sana gitu kan.. atau.. kita lihat juga support systemnya sih, jadi kayak misalnya anak nya nih udah oke, jadi kan dia Cuma didampingi sedikit lah sama orangtuanya. Tapi kalau misalnya untuk anak-anak yang masih agak susah, harus kita lihat orangtuanyaa..

kalau misalnya anaknya susah tapi orangtuanya cukup oke untuk dikasih

Terapis hanya memberi instruksi saat terapi online Orangtua tidak mampu menghandle anak

Penentuan aktivitas pada terapi online sangat dipersiapkan terapis sebelumnya

Terapis tidak dapat handling langsung saat terapi online

(35)

pengarahan, atau misalnya dia tetep mau mencoba .. ya kita ga apa-apa..

karena menurut ku, kalau misalnya online terapi ini tuh, peran ornagtua tuh jauh lebih penting, kita disinikan terapisnya Cuma ngasih intruksi kan, suruh ngerjain apa.. kita kan

diseberang kan, jadi yang ngerjain ya orangtuanya atau misalnya pengasuh dirumah. Jadi apapun yang dilakuin si anak orangtua harus terlibat jauh lebih besar dibandingin kita.. itu juga yang jadi pertimbangan orangtua, kalau yang ngerjain banyak dari saya terus kenapa harus terapi online..

karena juga kan.. ini kan hal yang baru ya, terapi online tuh hal yang baru.. kalau misalkan terapi offline kan, orangtua lihat kita main sama anaknya, atau kita ngajarin sesuatu yang baru, atau misalnya anaknya marah.. kita bisa handle gitu dia lihat kemampuan sih terapis kan.. tapi kalau misalnya dirumah, susahnya adalah yaa .. gitu tadi. Belum tentu semua orangtua mampu handle anaknya gitu loh.. jadi akhirnya mereka ngerasa ini ga ada gunanya juga online terapi ini… padahal kalau kita omongin secara biaya, online terapi ini juga kan memakan biaya yang cukup besar.. walaupun online gitu.. karena tergantung ke kliniknya lagi masing-masing. Bahkan beberapa kali itu dikenakan harganya normal..

wajar aja orangtua ngerasa rugikan,..

loh kan terapisnya Cuma lihat doang..

terapisnya kan Cuma mantau doang.

Padahal sebenanrnya ga Cuma disitu sih.. kita sebagai terapis sebelum online terapi atau sebelum kita lihat video si anaknya, pasti kita belajar juga kan. Menentukan aktivitas apa yang harus dilakukan itu kan juga sebenanrnya kita juga belajar. Jadi

(36)

sebenarnya sih, kalau menurutku effort dari terapis juga cukup banyak, Cuma sangat-sangat dimengerti kalau ornagta keberatan. Karena dia

ngerasa jomplang banget antara online dan offline gitu loh. Kalau online si terapis Cuma ngeliatin, kalau offline dia juga ikut terlibat.

Itu berarti kalau mau terapi online yang terapis siapin itu apa aja kak?

Aktivtas yang dikasih gimana kak?

Sebenarnya sih sama aja yang biasa kita lakuin diklinik yaa.. cuman bedanya adalah, kalau misalnya diklinik, kita kan istilahnyaa ..

gimana yaa.. spontan. Maksudnya kita ketemu sama anaknya, kita lihat ada mainan apa.. atau anaknya request mainan tertentu bisa kita mainin. Tapi kalau misalnya di online ini, pertama kita harus tanya dulu ke orangtuanya. misalnya kita pengen main bola.. kita harus tanya dulu ke orangtuanya. Ibu ada bola ga

dirumah.. jadi sebelum terapi online itu kita harus ngasih tau dulu kan ke ornag rumah, kira-kira besok kita mau main apa, dan apa aja yang ahrus disiapin. Kalau misalnya kita ga ngasih tau, yang ada Cuma buang- buang waktu. Maksudnya kalau kayak kita ketemu gini, bu.. saya butuh ember.. terus ibunya pergi kemana gitu cari ember, itu kan makan waktu ya.. belum lagi pas ibunya pergi anaknya nangis.. itu kan buang buang waktu. Biasnaya kalau online itu kita tentuin dulu mau main apaa… kita minta alat dan dan bahan nya apa.. kita kasih tau dulu

instruksinyaa.. jadi pas terapi online gini kita melihat gimana cara

orangtua ngasih intruksi, gimana cara anaknya menanggapi intruksinya, terus lebih ke prosesnya gitu.. jadi misalnya mami nya udah ngasih tau..

terus anaknya, pasti kan dia ada planningnya dia harus ngapain, dia

Terapis harus komunikasi dengan orangtua tentang aktivitas pada terapi online Aktivitas pada terapi online sudah ditentukan sebelumnya Orangtua menyediakan alat dan bahan sebelum terapi online dimulai

Terapis melihat cara orangtua memberikan intruksi ke pasien Terapis melihat cara anak merespon intruksi

Terapis melihat proses anak melaksanakan tugas

Referensi

Dokumen terkait

Gunakan bahan yang tidak mudah terbakar seperti vermikulit, pasir atau tanah untuk menyerap produk ini dan.. tempatkan dalam kontainer untuk

Masih di perusahaan Masih di sekolah Yang tidak disukai selama PKL-PSG Ada, sebutkan.. Tidak

Nama Field Jenis Panjang Keterangan KodeBrg Varchar 5 Kode barang NamaBrg Varchar 20 Nama Barang Satuan Varchar 1 1=KG 2=Ton 3=Liter 4=Kubik Master Pengelola

Rata-rata kematangan karier mahasiswa bergaya pembuatan keputusan rasional juga lebih tinggi dibandingkan mahasiswa bergaya pembuatan keputusan intuitif, meskipun

Sehubungan hal tersebut, diminta Saudara membawa Dokumen kualifikasi dan salinannya (Data Administrasi, Akte Pendirian, Ijin Usaha, NPWP, Bukti Pelunasan Pajak SPT

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubemur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Bantuan Keuangan dan Tata Cara Bagi

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi [NamaProdi] ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui

Hasil dari penelitian ini adalah secara bersama-sama variabel independen yang terdiri dari pendapatn nasional, inflasi, tingkat suku bunga, pangsa pasar dan jumlah uang