• Tidak ada hasil yang ditemukan

AsuhanKeperawatanPadaNy. W dengan PrioritasMasalah KebutuhanDasarAmandan Nyaman:Nyeri di KelurahanSari Rejo Kecamatan Medanpolonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AsuhanKeperawatanPadaNy. W dengan PrioritasMasalah KebutuhanDasarAmandan Nyaman:Nyeri di KelurahanSari Rejo Kecamatan Medanpolonia"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

AsuhanKeperawatanPadaNy. W dengan PrioritasMasalah KebutuhanDasarAmandan Nyaman:Nyeri di KelurahanSari Rejo Kecamatan

Medanpolonia

KaryaTulisIlmiah (KTI)

DisusunDalamRangkaMenyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

OLEH

FAISAL AKBAR LUBIS 142500107

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Pujidansyukurpenulispanjatkankepada Allah SWTatas berkat dan rahmat nya kepadapenulissehinggadapatmenyelesaikanKaryaTulisIlmiahdenganjudul

“AsuhanKeperawatan pada Ny.

WdenganPerioritasMasalahKebutuhanDasarAmandanNyaman: Nyeripada Ibu Nifas Post Partumdi Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”.

AdapunmaksuddantujuanpembuatanKaryaTulisIlmiahiniadalahuntukmemenuhisal ahsatusyaratuntukmenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan di FakultasKeperawatan USU.

Selama proses pembantuanKaryaTulisIlmiahini, penulistelahbanyakmendapatkanbimbingan, saran, bantuan,

sertadoadariberbagaipihak. Padakesempatanini, penulisdengansegalakerendahanhatidandengantulusmengucapkan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnyakepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp,MNS,

Ph.DselakuDekanFakultasKeperawatanUniversitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep,Ns,M.Kep, selakuWakilDekan I FakultasIlmuKeperawatan Sumatera Utara.

3. IbuCholinaTrisaSiregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selakuWakilDekan II FakultasIlmuKeperawatan Sumatera Utara

4. Ibu Dr. SitiSaidahNasution, S.kp,M.Kp,Sp.Mat, selakuWakilDekan III FakultasIlmuKeperawatan Sumatera Utara.

5. IbuMahnumLailan Nasution, S.Kep,Ns,M.kepselakuKetua Program Studi D III KeperawatanFakultasIlmuKeperawatanUniversitas Sumatra Utara.

6. IbuNurAfiDarti, S.Kp,M.Kep, selakuDosenPembimbingyang telahmemberikanbimbingandanmeluangkanwaktusertapikirandenganpenyu

sunanKaryaTulisIlmiah.

7. IbuEllytaAizar, S.Kp,M.BiomedselakuDosenPenguji yang telahmeluangkanwaktunyadalam sidang KaryaTulisIlmiahsaya.

(5)

8. Terimakasih kepada orang tua tercinta Bapak I Lubis dan Ibunda M Pasaribu yang telah memberikan kasih sayang, doa, dorongan, bimbingan, menghibur, memotivasi dan memberikan dana bagi penulis.

9. Teman-teman DIII stambuk 2014 yang telah memberikan semangat serta motivasi selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

PenulismenyadaribahwaKaryaTulisIlmiahinimasihjauhdarikesempurnaan,

baikisidanmakna maupuntatabahasa,

tatacarapenulisanolehkarnaitupenulissangatmegharapkankritikdan saran darisemuapihak yang sifatnyamembangun demi kesempurnaanKaryaTulisIlmiahini.

Medan, Juli 2017

Faisal Akbar Lubis

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Manfaat ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep DasarAsuhan Keperawatan 2.1.1. Pengertian Bendungan ASI ... 4

2.1.2. Faktor-faktor Penyebab Bendungan ASI ... 5

2.1.3. Tanda dan Gejala Bendungan ASI ... 5

2.1.4. Penanganan Bendungan ASI ... 5

2.2 Konsep Nyeri 2.2.1. Pengertian Nyeri ... 6

2.2.2. Tipe Nyeri ... 6

2.2.3. Konsep yang Terkait dengan Nyeri ... 8

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aman dan Nyaman: Nyeri 2.3.1. Pengkajian ... 10

2.3.2. Analisa Data ... 13

2.3.3. Rumusan Masalah ... 14

2.3.4. Perencanaan ... 14

2.4 Asuhan Keperawatan Kasus 2.4.1. Pengkajian Kasus ... 17

2.4.2. Analisa Data ... 19

2.4.3. Rumusan Masalah ... 20

2.4.4. Perencanaan ... 21

2.4.5. Implementasi dan Evaluasi ... 23

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan ... 25

3.2. Saran... 25 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki kebutuhan dasar manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta,harga diri, dan aktualisasi diri (sumber: potter dan Patricia, 1997).

Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbatas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan di berikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien dirumah sakit.

Nyeri merupakan fenomena yang multidimensi, karena itulah sulit untuk memberikan batasan yang pasti terhadap nyeri. Sensasi nyeri yang dilaporkan tiap individu berbeda-beda, hal inilah yang menyebabkan pengertian nyeri dari masing-masing individu berbeda pula.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang berbeda dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Begitu juga dengan ibu yang terjadi pada Pembendungan ASI.

Pembendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak di kosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Buku obstetric Williams). Pada versi lain bendunagan air susu diartikan sebagai pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfasehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005:700).

(8)

Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi pembendungan air susu. Payudara panas serta keras pada perabaan dan nyeri: suhu badan tidak naik. Putting susu bisa mendatar dan hal ini menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran air susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe (sarwono. 2005, hal .700).

Dari latar belakang tersebut, penulisan terrarik untuk mengangkat kasus Nyeri pada pembendungan ASI. Penulisan menggunakan proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan dasar Aman dan Nyaman:

Nyeri pada Pasien Post Partum di kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”.

1.2 Tujuan

1.2.1Tujuan Umum

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. W dengan prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman: Nyeri pada pasien Post Partum di kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny: W dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman: Nyeri pada Ibu Nifas.

b. Mampu menegakkan diagnosa-diagnosa pada Ny. W dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman: Nyeri pada Ibu Nifas.

c. Mampu memberikan intervensi Pada Ny. W dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman: Nyeri pada Ibu Nifas.

d. Mampu memberikan implementasi pada Ny. W dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman: Nyeri.

(9)

e. Mampu melakukan evaluasi Pada Ny. W dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman: Nyeri.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Menjadi bahan masukan dalam kegiatan proses belajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Nyeri

1.3.2 Pelayanan Keperawatan

Dapat memberikan informasi dan membantu meningkatkan dalam upaya pencegahan masalah Nyeri

1.3.3 Klien asuhan keperawatan ini dapat digunakan dalam Masalah Nyeri

(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.1.1 Pengertian Bendungan ASI

Terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawiroharjo, 2005:700). Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiverus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu (misalnya putting susu datar, terbenam dan cekung).

Sesudah bayi dan plasenta lahir kadar esterogen dan progesterone turun dalam 2-3 hari. Dengan ini factor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolactin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh esterogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolactin oleh hipofisis.

Hormonini menyebabkan veolus-alveolus kelenjar terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelia yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Pada permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusu dengan baik, atau kemudian apabila terjadi kelenjar- kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi bendungan air susu.

2.1.2 Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI

a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASInya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan sudah selesai menyusui & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).

(11)

b. Faktor isapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesring mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.

Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

d. Putting susu terbenam

Putting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu.

Karena bayi tidak dapat mengisap putting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

e. Putting susu terlalu panjang

Menimbulkan kesulitan pada bayi menyusu karena bayi tidak dapat mengisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

2.1.3 Tanda dan gejala Bendungan ASI

Bendungan ASI ditandai dengan: Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri: puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu: pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit, payudara bengkak, keras, panas. Nyeri bila ditekan, warnanya, kemerahan, suhu tubuh sampai 38ᵒC.

2.1.4 Penanganan Bendungan ASI

Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya payudara bengkak. Susukan bayi segera setelah lahir;

susukan bayi tanpa dijadwal; keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI; Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan; untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan

(12)

kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan; untuk memudahkan bayi mengisap atau menangkap putting susu berikan kompres sebelum menyusui; untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari putting kea rah Korpus Mamae; ibu harus rileks, pijat leher dan punggung belakang.

2.2 Konsep Nyeri 2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengatur aktivitasnya, dan mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit di komunikasikan oleh klien. Seorang perawat tidak dapat merasakan atau melihat nyeri.

Diketahui bahwa nyeri bersifat sangat subjektif dan individual dan merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh yang mengindikasikan bahwa terdapat suatu masalah. Nyeri yang tidak teratasi menimbulkan bahaya secara fisiologis maupun psikologis bagi kesehatan dan penyembuhan.

2.2.2 Tipe Nyeri

Nyeri dapat dijelaskan berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi.

Ketika nyeri hanya dirasakan selama periode penyembuhan yang diharapkan, nyeri disebut sebagai Nyeri Akut, baik yang awitannya tiba- tiba atau yang lambat dan tanpa memperhatikan intesitasnya. Di sisi lain, Nyeri Kronis berlangsung berkepanjangan, biasanya nyeri berui lang atau menetap sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh.

Nyeri akut dan kronis menghasilkan respons fisiologis dan perilaku yang berbeda.Nyeri dapat dikategorikan menurut asalnya:

1. Nyeri Kutaneus berasal dari kulit atau jaringan subkutan. Luka akibat teriris kertas menimbulkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar merupakan contoh nyeri kutaneus.

(13)

2. Nyeri somatic dalam berasal dari ligament, tendon, tulang, pembuluh darah, dan saraf. Nyeri tersebut menyebar dan cenderung berlangsung lebih lama di bandingkan nyeri kutaneus. Pergelangan kaki yang terkilir adalah contoh dan nyeri somatic dalam.

3. Nyeri visceral dihasilkan dari stimulasi reseptot nyeri di rongga abdomen, kranial, dan thoraks. Nyeri visceral cenderung menyebar dan kadang terasa seperti nyeri somatik dalam, yaitu, terasa terbakar, gatal atau terasa seperti ada tekanan.

4. Nyeri radiasi (nyeri yang menyebar0 dirasakan pada tempat sumber nyeri dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Sebagai contoh, nyeri jantung juga mungkin tidak hanya dirasakan di dada, tetapi juga di sepanjang bahu kiri dan turun ke lengan.

5. Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang jauh dari jaringan yang menyebabkan nyeri. Sebagai contoh, nyeri dari salah satu bagian visera abdomen mungkin saja dirasakan di daerah kulit yang jauh dari organ penyebab nyeri.

6. Nyeri neuropatik disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat atau tetapi yang terjadi saat ini atau masa lalu dan mungkin tidak memiliki stimulus nyeri, seperti pada kerusakan jaringan atau saraf. Nyeri neuropatik berlangsung lama, tidak menyenangkan, dan dapat digambarkan sebagai rasa terbakar, tumpul, dan gatal; nyeri tajam, seperti ditembak dapat juga rasakan (Hawthorn & Redmond, 1998).

7. Nyeri phantom, adalah sensasi sangat menyakitkan yang dirasakan pada bagian tubuh yang hilang (misalnya kaki yang di amputasi) atau yang mengalami paralisis karena cedera medulla spinalis, juga merupakan contoh nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik dapat dibedakan dari sensasi phantom, yaitu perasaan bahwa bagian tubuh yang hilang masih tetap ada.

2.2.3 Konsep yang terkait dengan nyeri

1. Ambang nyeri individiual adalah jumlah stimulus nyeri yang dibutuhkan seseorang untuk merasakan nyeri. Ambang nyeri seseorang untuk merasakan nyeri. Ambang nyeri seseorang umumnya hampir sama; tetapi,ambang nyeri tersebut dapat berubah. Sebagai contoh,

(14)

stimulus yang sama pada suatu waktu menghasilkan nyeri ringan sedang pada lain waktu menghasilkan nyeri intens. Sensitivitas yang berlebihan terhadap rasa nyeri disebut hiperalgesia

2. Sensasi nyeri dapat dianggap sama dengan ambang nyeri; reaksi nyeri meliputi respons system saraf otonom dan respons perilaku terhadap nyeri. Respons system saraf otonom adalah reaksi otomatis tubuh yang sering kali melindungi individu dari bahaya lebih lanjut, misalnya, tangan ditarik secara otomatis dari kompor yang panas. Respons perilaku adalah respons yang dipelajari yang digunakan sebagai metode koping terhadap nyeri

3. Toleransi nyeri adalah jumlah dan durasi maksimum nyeri yang dapat ditahan oleh individu. Beberapa klien bahkan tidak mampu menoleransi untuk ssendikit nyeri, sementara orang lain bersedia menahan nyeri hebat dari pada mengobatinya. Jadi toleransi nyeri sangat bervariasi antara individu dan sangat di pengaruhi oleh faktor psikologis dan sosiokultural. Toleransi nyeri terlihat meningkat sejalan usia.

(15)

Tabel 2.1 Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Nyeri Akut Nyeri Kronis

Ringan ke berat

Respons system saraf simpatis *Peningkatan frekuensi nadi *Peningkata frekuensi nafas

*Tekanan darah tinggi *Diaposis

*Dilatasi pupil

Berhubungan dengan cedera jaringan; berhenti setelah cedera sembuh

Klien terlihat gelisah dan cemas Klien melaporkan nyeri

Klien memperlihatkan perilaku yang mengindikasikan nyeri:

Menangis, menggosok area, memegang area nyeri

Ringan ke berat

Respons sistem saraf parasimpatis:

*Tanda-tanda vital normal

*Kulit kering, hangat

*Pupil normal atau dilatasi Berlanjut meskipun cedera telah sembuh

Klien terlihat depresi dan menarik diri

Klien sering tidak mengatakan nyeri kucuali ditanya perilaku nyeri sering tidak ada

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aman dan Nyaman: Nyeri

2.3.1 Pengkajian

Nyeri terdiri dari dua komponen utama:

1. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data klien

2. Observasi langsung terhadap respons perilaku dan psikologis klien.

Data-data yang dikaji yaitu meliputi:

1. Riwayat Nyeri

Sambil mengkaji riwayat nyeri, perawat harus memberikan kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri cara mereka memandang nyeri dan situasinya. Hal tersebut akan membantu perawat untuk memahami makna nyeri bagi klien dan koping klien terhadap

(16)

nyerinya. Ingat bahwa pengalaman nyeri tiap orang adalah unik dank lien adalah penafsir yang terbaik dari nyeri yang di alaminya. Data yang harus dikumpulkan dalam riwayat nyeri komprehensif meliputi lokasi nyeri, intesitasnya, kualitas, pola, faktor presipitasi, faktor yang mengurangi, gejala terkait, pengaruhan ADL, pengalaman nyeri yang lalu, makna nyeri bagi orang tersebut, sumber koping dan respon efektif

2. Lokasi

Untuk memastikan lokasi nyeri yang spesifik, minta individu menunjukkan daerah yang dirasakan tidak nyaman. Sebuah peta gambar tubuh dapat membantu mengidentifikasi lokasi nyeri. Klien menandai lokasi nyeri pada tubuh tersebut. Peta ini terutama dapat efektif pada klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri

3. Skala Intensitasnya atau Tingkat Nyeri

Indicator tunggal yang paling untuk mengetahui intensitasnya nyeri adalah laporan klien tentang nyeri. Ketidakakuratan tingkat nyeri klien yang di putuskan oleh perawat bahkan cenderung lebih besar ketika nyeri hebat.

Mungkin lebih mudah digunakan (Pasero, 1997). Skala wajah memiliki skala nomor pada setiap ekspresi sehingga intensitas nyeri dapat didokumentasikan. Ketika tidak mungkin menggunakan segala macam jenis skala tingkat pada seorang klien, perawat harus mengandalkan observasi perilaku dan setiap tanda fisiologis. Untuk keefektifan penggunaan skla tingkat nyeri, klien tidak hanya perlu memahami cara menggunakan skla tetapi juga diajarkann tentang bagamaimana informasi tersebut akan digunakan untuk menentukan perubahan pada kondisinya dan keefektifan intervensi penatalaksanaan nyeri. Hal ini akan memastikan bahwa penatalaksanaan nyeri telah tercapai (Pasero, 1997)

4. Kualitas Nyeri

Penjelasan kata sifat membantu orang mengomunikasikan kualitas nyeri.

Beberapa istilah yang umum digunakan untuk mengambarkan nyeri terdapat pada. Perawat perlu mencatat kata kata sebenarnya yang digunakan klien lebih akurat dan deskriptif dari pada interprensi dengan kata- kata sebenarnya yang digunakan klien untuk menggambarkan nyeri.

(17)

Kata-kata klien lebih akurat dan deskriptif dari pada interprensi dengan kata-kata perawat.

5. Pola

Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan nyeri berulang atau interval tanpa nyeri. Oleh karena itu, perawat menentukan kapan nyeri dimulai, beberapa laman nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan, jika berulang, lama interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir muncul.

6. Faktor Presipitasi

Aktivitas tertentu terkadang mengakibatkan nyeri. Sebagai contoh, pengarahan tenaga fisikik mungkin meenyebabkan nyeri dada atau nyeri perut mungkin terjadi setelah makan. Faktor lingkungan seperti kondisi dingin atau panas yang ekstrem dan kelembapan yang ekstrim dapat memengaruhi beberapa tipe nyeri. Stressor fisik dan emosional dapat juga mencetuskan nyeri

7. Faktor yang meringankan

Perawat harus meminta klien menjelaskan apa saja yang sudah mereka lakukan untuk membantu meringankan nyeri. (misalnya obat tradisional, istirahat, penggunaan obat yang di jual bebas, panas, dingin, berdoa, atau distraksi seperti tv). Penting untuk mengkaji efek dari setiap tindakan yang dilakukan terhadap nyeri, apakah meringankan atau memperburuk nyeri.

Respons fisiologis paling mungkin tidak tampak pada orang dengan nyeri kronis sebab sistem saraf pusat telah beradaptasi, jadi penting agar perawat mengkaji lebih dari hanya respons fisiologis, sebab respons fisologis mungkin merupakan indicator yang buruk terhadap nyeri.

8. Respons afektif

Respons efektif bervariasi berdasarkan situasi, derajat dan durasi nyeri, intervensi nyeri, dan banyak faktor lainnya. Perawat mengekspolarasi perasaan klien, sebagai contoh, rasa cemas, takut, kelelahan, depresi, atau merasa gagal. Karena banyak orang dengan nyari kronis menjadi depresi dan berkemungkinan untuk bunuh diri, mengkaji resiko bunuh diri klien juga di perlukan.

(18)

9. Efek nyeri pada aktivitas sehari-hari

Dengan mengetahui bagaimana aktivitas sehari-hari di pengaruhi oleh nyeri kronis dapat membantu perawat memahami perspektif klien terhadap keparahan nyerinya. Perawat meminta klien untuk menjelaskan bagaimana nyeri telah memengaruhi aspek kehidupan berikut ini: tidur, selera, konsentrasi, kerja/sekolah, hubungan interpersonal, hubungan perkawinan/seks, aktivitas rumah, menyetir/berjalan, aktivitas di waktu luang, dan status emosional.

10. Sumber koping

Setiap individu akan menunjukkan koping pribadi terhadap nyeri. Strategi mungkin berhubungan dengan pengalaman nyeri yang lalu atau makna khusus dari nyeri: beberapa strategi memperlihat pengaruh agama atau budaya. Perawat dapat mendorong dan mendukung metode yang digunakan klien, yang diketahui dapat menolong dalam memodifikasi nyeri. Strategi termasuk penggunaan distraksi, doa, atau kegiatan keagamaan lainnya, dan dukungan dari orang terdekat.

2.3.2 Analisa Data

Data dasar adalah dasar untuk mengindividualiskan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat untuk klien. Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu, dengan kata lain pengkajian harus relevan. Perawat mengumpulkan data yang bersifat deskriptif, singkat dan lengkap (Potter dan Perry, 2005).

Pengumpulan data yang tidak akurat, tidak lengkap, atau tidak sesuai mengarah pada identifikasi kebutuhan keperawatan klien yang tidak tepat dan akibatnya diagnosa keperawatan yang dibuat menjadi tidak akurat, tidak lengkap, atau tidak sesuai. Data yang tidak akurat terjadi bila perawat tidak berhasil untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan area spesifik atau jika perawat tidak teratur atau tidak terampil dalam teknik pengkajian (Potter dan Perry, 2005).

(19)

Untuk mendapatkan masalah keperawatan, ada dua tipe data, yaitu:

1. Data Subjektif

Data subjektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka. Hanya klien yang dapat memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, lokasi, dan intensitas nyerinya. Data subjektifnya biasanya mencakup perasaan ansietas, ketidak nyamanan fisik, atau stres mental.

Meskipun hanya pasien yang dapat memberikan data subjektif yang relevan terhadap perasaan ini, perawat harus waspada bahwa masalah ini dapat terjadi pada perubahan fisiologis, yang teridentifikasi melalui pengumpulan data objektif.

2. Data Objektif

Data subjektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data. Pengkajian tekanan darah klien dan identifikasi ukuran ruam tubuh setempat adalah contoh data objektif yang teramati.

Pengukuran data objektif didasarkan pada standar yang diterima,seperti ukuran fahrenheit atau celcius pada termometer atau sentimeter pada pita pengukur. Suhu tubuh dan lingkar kepala adalah contoh dari data objektif yang dapat diukur.

2.3.3 Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan pada Gangguan Rasa Aman dan Nyaman:

Nyeri harus aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian dimana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya Nyeri pada klien.

2.3.4 Perencanaan

Perencanaan adalah kategoti dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang di perkirakan di terapkan dan intervensi keperawatan di pilih untuk mencapai tujuan tersebut(Potter

&Perry,2005). Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan klien secara obtimal agar dalam proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien

(20)

Diagnosa 1. gangguan rasa Aman dan Nyaman: Nyeri berhubungan dengan bendungan asi.

Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat dengan istilah (international association for the study of pain): dengan akhir yang dapat dintisipasi atau dapat di ramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan

No.Dx Rencana Keperawatan

1 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan klien mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol dan nyeri di hilangkan. Kriteria Hasil : 1. Klien mengatakan bahwa nyeri hilang dan terkontrol.

2. Klien menunjukan keadaan yang lebih relaks dan nyaman 3. Waktu aktivitas dan istirahat seimbang

Rencana Tindakan Rasional 1. Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif yang

meliputi lokasi, karateristik,

frekuensi/lamanya nyeri terjadi, onset, kapan nyeri yang dirasakan, skla nyeri, dan faktor pencetus nyeri.

2. lakukan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

3. Lakukan manajemen nyeri, missal dengan kompres dingin.

4. Kaji tanda-tanda vital.

1. Untuk menentukan kebutuhan akan manaemen nyeri dan keefektifannya.

2. Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat di terima oleh pasien.

3. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan mengurangi persepsi ketidaknyamanan

4. Untuk mengetahui keadaan umum pasien

(21)

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Pemberian ASI berhubungan dengan kelainan pada payudara ibu

Defenisi: Ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi, atau anak dalam proses pemberian ASI.

No. Dx Rencana Keperawatan

2 Tujuan: Setelah dilakukan tindkakan keperawatan ibu dan bayi akan mengalami keefektifan pemberian ASI

Kriteria hasil: kemantapan pemberian ASI

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI

2. Kaji ketidaknyamanan (seperti, putting lecet, kongesti payudara) 3. Anjurkan kepada ibu

memompa ASI secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara, memungkinkan puting menonjol

4. Anjurkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu menyusui

5. Ajarkan teknik menyusui

1. Untuk memberikan intervensi yang tepat

2. Untuk mengetahui tingkat skala nyeri

3. untuk mengurangi kongesti payudara, memungkinkan puting menonjol.

4. untuk memenuhi asupan nutrisi selama masa menyusui

5. Supaya dalam

pemberian ASI ibu dan bayi merasakan

kenyamanan

(22)

2.4 Asuhan Keperawatan Kasus 2.4.1 Pengkajian Kasus

1. Biodata

Seorang wanita dengan inisial Ny.W berusia 32 tahun dan sudah menikah, beragama islam dan merupakan seorang ibu rumah tangga.

Pendidikan teerakhir adalah tamatan SLTA, beralamat di Jl. Karang Bakti, Sari Rejo, Medan Polonia. Riwayat kehamilan G2P2A0. Memiliki golongan darah A dengan diagnosa medis Post Partum. Pengkajian dilakukan pada tanggal 17 juni 2017.

2. Keluhan Utama

Klien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan ada sesuatu yang menahan asinya dan payudaranya terasa penuh, akibatnya klien sangat merasakan nyeri dan sulit untuk melakukan aktivitasnya, hal yang memperbaiki keadaanya adalah dengan istirahat, klien mengatakan nyeri tidak menyebar hanya sekitar payudara, nyeri yang di rasakan oleh klien seperti ditusuk-tusuk pada bagian payudara, nyeri dirasakan pada saat menyusui, dan klien terlihat meringis ketika melakukan aktivitas sehari-hari, hal-hal yang memperbaiki keadaannya saat ini adalah dengan terbaring dan beristirahat, klien mengatakan sangat nyeri pada bagian payudara kanan, danitu sangat mengganggunya.

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berat, hanyademam,pusing dan flu biasa saja. jika demam, pusing dan flu hanya minum obat yang dibeli dari warung. Tidak pernah di rawat di rumah sakit.Tidak ada alergi terhadap obat, makanan, binatangmaupun lingkungan.

(23)

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit menular dan penyakit keturunan Orang tua, tidak ada saudara atau anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

6. Riwayat Obstetrik

Saat ini klien sudah melahirkan anak kedua nya dengan G:2 P:2 A:0, kliensudah memiliki anak sebelumnya, sekarang umur anak yang pertama 6 tahun, dan usia anak kedua 1 minggu. HPHT pada tanggal 06 September 2016. TTP 13 Juni 2017.

7. Riwayat Psikososial

Pasien kurang mengerti dengan penyakit yang dialaminya,pasien megatakan menyukai semua bagian tubuhnya,klien mengatakan ingin cepat sembuh,pasien mengatakan merasa diperhatikan oleh keluarganya, di keluarganya pasien berperan sebagai ibu. selama sakit, sebagian besar aktivitas klien dibantu oleh keluarganya. Keadaan emosi stabil, orang yang berarti bagi klien adalah suami dan anak, hubungan klien dengan keluarga baik, hubungan dengan orang lain cukup baik, tidak ada hambatan dalam melakukan hubungan dengan orang lain, klien beragama Muslim,klien sholat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian.

8. Status Mental

Dari hasil pegkajian dapat tingkat kesadaran klien composmentis, penampilan rapi,berbicara secara normal dan merespon setiap pertayaan yang di berikan dengan baik. Dan intervensi selama wawancara kontak mata pasien baik. efek datar. daya ingat baik. Alam perasaan sedih.

9. Pemeriksaan Fisik

Saat dikaji klien tampak sadar, lemah dan wajah meringis menahan nyeri dipayudara.Suhu tubuh 36,7 ºC, tekanan darah 120/80 mmHG, nadi 80 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, skala nyeri 5 (1-10), TB 155 cm, BB 58 kg. Pada pemeriksaan payudara dan ketiak pembengkakan pada bagian payudara kanan, warna payudara dan areola sawo matang, areola

(24)

hitam, kondisi payudara dan putting ada pembengkakan, produksi ASI tidak ada.

10. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola makan dan minum, Frekuensi makan/ hari 3 kali sehari, kurang selera makan,tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada alergi, tidak ada mual dan muntah, makan tidak memisahkan diri dari keluarga, waktu pemberia makan pagi, sore, dan malam, jumlah dan jenis makan satu piring, biasa, waktu pemberian cairan/ minum sewaktu-waktu, 1 liter perhari, tidak ada kesulitan saat makan dan minum.Perawatan diri/ personal hygiene,tubuh bersih, kebersihan kuku kaki dan tangan bersih.Pola kegiatan/ Aktivitas, uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri,raian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/

sakit klien hanya bisa berdoa selama sakit.Pola eliminasi, BAB2 kali sehari, feses lunak, tidak ada perdarahan, BAB terakhir saat dilakukan pengkajian, tidak ada diare, tidak ada penggunaan laksatif.BAK, pola BAK 6-7 kali sehari, karakter urine kuning terang,tidak ada kesulitan BAK, tidak ada riwayat penyakitginjal, tidak ada penggunaan deuretik.

2.4.2 Analisa Data No.

Dx

Data Etiologi Masalah

1 Ds: klien mengatakan nyeri didaerah payudara kanan.

Do: memegang area yang sakit, wajah tampak meringis.

TD: 120/80, RR: 20 X/menit, skala nyeri: 5 dengan penyebaran nyeri menetap.

Bendungan Asi Gangguan rasa aman dan nyaman:

Nyeri

2 Ds: klien mengatakan bahwa dirinya tidak mengeluarkan asi selama 2 hari,

Kelainan pada payudara ibu

Ketidakefektifan pemberian asi

(25)

payudaranya terasa penuh.

Do: payudara tampak menegang, terlihat merah dan lecet. Dan saat dipalpasi tidak keluar asi.

2.4.3 Rumusan Masalah

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawataan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah di kaji. Dari hasil perumusan diperoleh dua diagnosa yaitu:

1. Gangguan rasa aman dan nyaman; Nyeri berhubungan dengan bendungan ASI ditandai dengan adanya pembengkakan pada payudara, nyeri dan juga tidak ada produksi ASI, skala nyeri 5, tanda-tanda vital, T: 36,7 ºC, TD:

120/80 mmHG, RR: 80 kali/menit, HR: 20 kali/menit.

2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kelainan pada payudara ibu ditandai dengan adanya bendungan ASI, pembengkakan pada payudara dan tidak ada produksi ASI.

2.4.4 Perencanaan

Table 1 Gangguan rasa aman dan nyaman; Nyeri berhubungan dengan bendungan ASI ditandai dengan adanya pembengkakan pada payudara, nyeri dan juga tidak ada produksi ASI, skala nyeri 5, tanda-tanda vital, T:

36,7 ºC, TD: 120/80 mmHG, RR: 80 kali/menit, HR: 20 kali/menit.

No.Dx Rencana Keperawatan

1 Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan klien mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol dan nyeri di hilangkan. Kriteria Hasil :

1. Klien mengatakan bahwa nyeri hilang dan terkontrol.

2. Klien menunjukan keadaan yang lebih relaks dan nyaman 3. Waktu aktivitas dan istirahat seimbang

(26)

Rencana Tindakan Rasional 1. Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif yang

meliputi lokasi, karateristik,

frekuensi/lamanya nyeri terjadi, onset, kapan nyeri yang dirasakan, skla nyeri, dan faktor pencetus nyeri.

2. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

3. Lakukan manajemen nyeri, missal dengan kompres dingin

4. Kaji tanda-tanda vital.

1. Untuk menentukan kebutuhan akan manaemen nyeri dan keefektifannya.

2. Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat di terima oleh pasien.

3. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan

mengurangi persepsi ketidaknyamanan

4. Untuk mengetahui keadaan umum pasien

Table 2 Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kelainan pada payudara ibu ditandai dengan adanya bendungan ASI, pembengkakan pada payudara dan tidak ada produksi ASI.

No. Dx Rencana Keperawatan

2 Tujuan: Setelah dilakukan tindkakan keperawatan ibu dan bayi akan mengalami keefektifan pemberian ASI

Kriteria hasil: kemantapan pemberian ASI

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.

2. Kaji ketidaknyamanan

1. Untuk memberikan intervensi yang tepat.

2. Untuk mengetahui

(27)

(seperti, putting lecet, kongesti payudara).

3. Anjurkan kepada ibu memompa ASI secukupnya

4. Tawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu menyusui.

5. Ajarkan tekhnik menyusui.

tingkat skala nyeri

3. untuk mengurangi kongesti payudara, memungkinkan puting menonjo

4. untuk memenuhi asupan nutrisi selama masa menyusui

5. Supaya dalam pemberian ASI ibu dan

bayi merasakan kenyamanan

2.4.5 Implementasi dan Evaluasi

No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Dx. 1 1. Melakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif yang meliputi lokasi, karateristik, frekuensi/lamanya nyeri terjadi, onset, kapan nyeri yang dirasakan, skla nyeri, dan faktor pencetus nyeri.

2. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

3. Melakukan manajemen nyeri, missal dengan kompres dingin.

4. Mengkaji tanda-tanda vital.

S: klien mengatakan nyeri disekitar payudara

O:

• Wajah klien tampak meringis

• skala nyeri 4

• TD: 120/80 mmHg

• HR:80x/menit

• RR:20x/menit

• T:36,7ᵒC

A:Masalah belum teratasi.

Klien masih merasakan nyeri.

P:intervensi dilanjutkan

(28)

Dx. 2 1. Mengkaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.

2. Mengkaji ketidaknyamanan (seperti, putting lecet, kongesti payudara).

3. Menganjurkan kepada ibu memompa ASI secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara, memungkinkan puting menonjol.

4. Menawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu

menyusui.

5. Mengajarkan tekhnik menyusui.

S:Ibu mengatakan kurang memahami cara pemberian ASI yang benar.

O:

• terlihat bengkak area payudara

A:Masalah belum teratasi Klien mengatakan kurang memahami cara pemberian ASI yang benar.

P:intervensi dilanjutkan.

(29)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien Ny. W, ada dua prioritas masalah keperawatan yang ditemukan yaitu:

1. Gangguan rasa aman dan nyaman; Nyeri berhubungan dengan bendungan ASI ditandai dengan adanya pembengkakan pada payudara, nyeri dan juga tidak ada produksi ASI, skala nyeri 4, tanda-tanda vital, T: 36,7 ºC, TD:

120/80 mmHG, RR: 80 kali/menit, HR: 20 kali/menit.

2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kelainan pada payudara ibu ditandai dengan adanya bendungan ASI, pembengkakan pada payudara dan tidak ada produksi ASI.

Diagnosa keperawatan prioritas masalah adalah diagnosa gangguan rasa aman dan nyaman; Nyeri. Kemudian dilakukan implementasi berdasarkan intervensi yang direncanakan selama dua hari dan hasil evaluasi yang didapatkan yaitu masalah teratasi sebagian.

3.2 Saran

a. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan bagi Pelayanan Kesehatan agar perawatan tidak hanya dilakukan di Rumah Sakit tetapi dilakukan juga di komunitas dengan cara melakukan Home Care agar permasalahan dalam mencegah masalah kebutuhan dasar mobilisasi dapat teratasi.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi staf pengajar dapat meningkatkan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa.

(30)

Daftar Pustaka

Hawthorn & Redmond. (1998). Konsep dan Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Pasero. (1997). Konsep dan Proses keperawatan Nyeri. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Potter, A.P. & Perry, A. G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi Keempat. Jakarta : EGC

Prawiroharjo. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Pritchar. (1999). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.

Sarwono. (2005). Buku Ajar Kebutuhan Manusia. Jakarta: EGC

(31)

Lampiran 1 CATATAN PERKEMBANGAN

No.Dx Hari/

Tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Dx. 1 18 Juni

2017

09:00 WIB S/d 11:00 WIB

1. Melakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif yang

meliputi lokasi, karateristik,

frekuensi/lamanya nyeri terjadi, onset, kapan nyeri yang dirasakan, skla nyeri, dan faktor pencetus nyeri.

2. Memperlihatkan teknik

relaksasi secara individual yang efektif

untuk mencapai kenyamanan.

3. Melakukan manajemen nyeri, misal dengan kompres dingin.

4. Mengkaji tanda-tanda vital.

S: klien mengatakan nyeri disekitar payudara.

O:

• Wajah klien tampak meringis

• skala nyeri 4

• TD: 120/80 mmHg

• HR:80x/me nit

• RR:20x/me nit

• T:36,7ᵒC

A:Masalah belum teratasi.

Klien masih merasakan nyeri.

P:intervensi dilanjutkan

(32)

Dx. 2 18 Juni 2017

11.10 WIB S/d 12.00 WIB

1. Mengkaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.

2. Mengkaji

ketidaknyamanan

(seperti, putting lecet, kongesti payudara).

3. Menganjurkan kepada ibu memompa ASI secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara,

memungkinkan puting menonjol.

4. Menawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu menyusui.

5. Mengajarkan tekhnik menyusui.

S: Ibu mengatakan

kurang memahami cara pemberian ASI yang benar.

O:

• terlihat bengkak area payudara A:Masalah

belum teratasi P:intervensi

dilanjutkan

Dx. 1 19 Juni

2017

09.30 WIB S/d 10.30 WIB

1. Melakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif yang

meliputi lokasi, karateristik,

frekuensi/lamanya nyeri terjadi, onset, kapan nyeri yang dirasakan, skla nyeri, dan faktor pencetus nyeri.

2. Memperlihatkan teknik

S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri seperti ditusuk- tusuk.

O :

• Skala nyeri 4

(33)

relaksasi secara individual yang efektif

untuk mencapai kenyamanan.

3. Melakukan manajemen nyeri, missal dengan kompres dingin.

4. Mengkaji tanda-tanda vital.

• Wajah klien masih tampak meringis

• Lokasi

nyeri di payudara

• TD : 130/80 mmHg

• HR : 80 x/i

• RR : 22 x/i

• T : 37ᵒC A : Masalah

belum teratasi Klien masih merasakan nyeri

P : Intervensi dilanjutkan Dx. 2 19 Juni

2017

10.45 WIB S/d 11.30 WIB

1. Mengkaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.

2. Mengkaji

ketidaknyamanan

(seperti, putting lecet, kongesti payudara).

3. Menganjurkan kepada ibu memompa ASI secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara,

S : Klien mengatakan

masih kurang mengerti

tentang

pemberian ASI yang baik.

O :

• Payudara pasien masih tampak

(34)

memungkinkan puting menonjol.

4. Menawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu menyusui.

5. Mengajarkan teknik menyusui.

bengkak

• Pasien tampak bingung A : Masalah

belum teratasi.

Masih terlihat pembengka kan di area payudara P : Intervensi

dilanjutkan.

Dx. 1 20 Juni

2017

09.00 WIB S/d 11.00 WIB

1. Melakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif yang

meliputi lokasi, karateristik,

frekuensi/lamanya nyeri terjadi, onset, kapan nyeri yang dirasakan, skla nyeri, dan faktor pencetus nyeri.

2. Memperlihatkan teknik

relaksasi secara individual yang efektif

untuk mencapai kenyamanan.

3. Melakukan manajemen nyeri, misal dengan kompres dingin.

S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang.

O :

• Skala nyeri 3

• Lokasi

nyeri di payudara

A : Masalah Teratasi sebagian Nyeri sudah berkurang.

P : Intervensi dilanjutkan (oleh

(35)

4. Mengkaji tanda-tanda vital.

keluarga)

• Melakukan manajemen nyeri, misal dengan menggunak an kompres dingin.

Dx. 2 20 Juni

2017

11.00 WIB S/d 12.00 WIB

1. Mengkaji pengetahuan dan pengalaman ibu dalam pemberian ASI.

2. Mengkaji

ketidaknyamanan

(seperti, putting lecet, kongesti payudara).

3. Menganjurkan kepada ibu memompa ASI secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara,

memungkinkan puting menonjol.

4. Menawarkan makanan atau cairan untuk ibu selama siang dan sore hari sebelum waktu menyusui.

5. Mengajarkan teknik menyusui.

S : Klien mengatakan sudah mulai memahami tentang pemberian ASI yang baik.

O :

• Pembengka

kan di payudara

berkurang

• Klien tampak mengerti tentang pemberian ASI yang baik.

A : Masalah teratasi

sebagian.

(36)

P : Intervensi dilanjutkan (oleh keluarga)

• Menganjurk an kepada ibu

memompa ASI

secukupnya untuk mengurangi kongesti payudara, memungkin kan puting menonjol.

• Menawarka n makanan atau cairan untuk ibu selama

siang dan sore hari sebelum waktu menyusui.

(37)

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

PROGRAM D-III KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 32 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Karya Bakti Kel. Sari Rejo Kec. Medan Polonia Golongan Darah : A

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2017

II. KELUHAN UTAMA

Ny.W mengatakan nyeri dibagian payudara.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Klien mengatakan adanya bendungan payudara.

A. propokatif

1. Apa penyebabnya : karena ada bendungan ASI pada payudara kanan

(38)

B. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : Istirahat C. Quantity/ quality

1. Bagaimana dirasakan : nyeri seperti tertusuk-tusuk 2. Bagaimana dilihat : klien terlihat meringis D. Region

A. Dimana lokasinya : Ny.W mengatakan nyeri pada bagian payudara kanan

1. Apakah menyebar : Ny.W mengatakan nyeri tidak menyebar.

E. Severity

Ny.W mengatakan keadaan yang sekarang sangat mengganggu.

F. Time

Ny.W mengatakan nyeri saat menyususi.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Ny.W mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berat, hanyademam,pusing dan flu biasa saja.

B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan

Ny.W mengatakan jika demam, pusing dan flu hanya minum obat yang dibeli dari warung.

C. Pernah dirawat/ dioperasi

Ny.W mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit D. Lama dirawat

Ny.W mengatakan tidak pernah di rawat di rumah sakit E. Alergi

Ny.W mengatakan tidak ada alergi terhadap obat, makanan, binatangmaupun lingkungan.Klien mengatakan tidak ada alergi

F. Imunisasi

Ny.W mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap.

(39)

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA B. Orang tua

Orang tua Ny. W tidak ada mengalami penyakit yang berat.

C. Saudara kandung

Ny.W mengatakan tidak ada riwayat penyakit turunan.

D. Penyakit keturunan yang ada

Ny.W mengatakan tidak ada penyakit turunan pada keluarga.

E. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Ny.Wmengatakan tidak ada saudara atau anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

F. Anggota keluarga yang meninggal

Ny.W mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal G. Penyebab meninggal

Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.

VI. RIWAYAT OBSTETRIK

G: 2 P: 2 A: 0 HPHT: 6 September 2016 TTP: 13 juni 2017

No Umur Komplikasi/Masalah Kondisi

Anak

Penolong kehamilan Persalinan Nifas

1 7 tahun Tidak ada

masalah dalam kehamilan

Normal Masalah nifas

Sehat Bidan

2 2 Minggu Tidak ada masalah dalam kehamilan

Normal Masalah

nifas Sehat Bidan

(40)

VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien kurang mengerti dengan penyakit yang dialaminya.

B. Konsep Diri

Gambaran diri : pasien megatakan menyukai semua bagian tubuhnya.

Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh

Harga diri :pasien mengatakan merasa diperhatikan oleh keluarganya.

Peran diri : di keluarganya pasien berperan sebagai ibu.

Identitas : selama sakit, sebagian besar aktivitas klien dibantu oleh keluarganya.

C. Keadaan Emosi : stabil.

D. Hubungan Sosial

Orang yang berarti : orang yang berarti bagi klien adalah suami dan anak.

Hubungan dengan keluarga : hubungan klien dengan keluarga baik.

Hubungan dengan orang lain : hubungan dengan orang lain cukup baik.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.

E. Spiritual

Nilai dan keyakinan : Islam

Kegiatan ibadah : Sholat Lima Waktu

VIII. STATUS MENTAL

Tingkat Kesadaran : Compos mentis.

Penampilan : Rapi Pembicaraan : Lambat Alam perasaan : Sedih

Afek : Datar

Interaksi selama wawancara : Baik

Memori : Daya ingat baik

(41)

IX. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Terlihat ada pembengkakkan pada payudara. Klien tampak menahan sakit dan wajah meringis.

B. Tanda-tanda vital

Suhu tubuh : 36,7 ºC

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Pernafasan : 20 kali/menit

Skala nyeri : 5 (1-10)

TB : 155 cm

BB : 58 kg

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut

Bentuk : Bulat dan simetris.

Ubun-ubun : Tidak ada benjolan Kulit Kepala : Bersih

Rambut

Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut tumbuh merata.

Bau : Keadaan rambut bersih.

Warna kulit : sawo matang.

Wajah

Warna Kulit : Sawo matang.

Struktur wajah : Oval dan simetris.

Mata

Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris.

Palpebra : Merah muda, lembab.

Konjungtiva dan sklera : merah muda dan sklera putih.

Pupil : Isokor.

Cornea dan iris : Bening

Visus : ketajaman penglihatan baik.

(42)

Tekanan bola mata : Baik.

Hidung

Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung simetris dan posisi septum.

Lubang hidung : Lubang hidung, bersih dan normal.

Cuping hidung : tidak ada cuping hidung.

Telinga

Bentuk telinga : Daun telinga normal dan simetris.

Ukuran telinga : Simetris kiri dan kanan.

Lubang telinga : Lubang telinga paten dan bersih.

Ketajaman pendengaran : ketajaman pendengaran baik.

Mulut dan faring

Keadaan bibir : Bibir lembab dan simetris.

Keadaan gusi dan gigi : Gusi bersih dan gigi lengkap.

Keadaan lidah : Lidah bersih.

Orofaring : Pita suara baik

Leher

Posisi trachea : Medial.

Thyroid :Tidak ada pembesaran thyroid.

Suara : Normal.

Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran limfe.

Vena jugularis : Tidak ada distensi vena jugularis.

Denyut nadi karotis : Denyut nadi teraba.

Pemeriksaan integumen

(43)

Kebersihan : Bersih.

Kehangatan : Akral hangat.

Warna : Warna kulit sawo matang.

Turgor : Turgor kulit baik, CRT< 2 detik.

Kelembaban : Baik.

Kelainan pada kulit :Tidak ada kelainan pada kulit.

Pemeriksaan payudara dan ketiak

Ukuran dan bentuk :tidak normal, ada pembengkakan Warna payudara dan areola : sawo matang, areola hitam Kondisi payudara dan putting : ada pembengkakan

Produksi ASI : tidak memproduksi asi Aksilla dan calvicula : normal

Pemeriksaan thoraks/ dada : normal

Inspeksi thoraks : Normal, simetris.

Pernafasan (frekuensi, irama) : 20x/ menit

Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas Pemeriksaan paru

Palpasi getaran suara : Gerak dada normal.

Perkusi : Suara resonan

Auskultasi (suara nafas, ucapan suara, suara tambahan) : Vesikuler, tidak ada suara tambahan.

Pemeriksaan jantung

Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan abdomen

(44)

Inspeksi (bentuk, benjolan) :Tidak dilakukan pemeriksaan.

Auskultasi :Tidak dilakukan pemeriksaan.

Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Perkusi (suara abdomen) : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : Tidak dilakukan pemeriksaan X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

Frekuensi makan/ hari : 3 kali sehari.

Nafsu/ selera makan : Kurang selera makan.

Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati.

Alergi : Tidak ada alergi.

Mual dan muntah : Tidak ada mual dan muntah.

Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) : Makan tidak memisahkan diri dari keluarga.

Waktu pemberian makan : Pagi, sore, dan malam.

Jumlah dan jenis makan : satu piring, biasa.

Waktu pemberian cairan/ minum : sewaktu-waktu, 1 liter perhari.

Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : Tidak ada kesulitan saat makan dan minum.

II. Perawatan diri/ personal hygiene Kebersihan tubuh : Bersih.

Kebersihan gigi dan mulut : Bersih.

Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih.

III. Pola kegiatan/ Aktivitas

(45)

Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total:Mandiri.

Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/ sakit: klien hanya bisa berdoa selama sakit.

IV. Pola eliminasi 1. BAB

Pola BAB : 2 kali sehari Karakter feses : Feses lunak.

Riwayat perdarahan : Tidak ada perdarahan.

BAB terakhir : Saat dilakukan pengkajian.

Diare : tidak ada diare.

Penggunaan laksatif :Tidak ada penggunaan laksatif.

2. BAK

Pola BAK : 6-7 kali sehari.

Karakter urine : Kuning terang.

Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : Tidak ada kesulitan BAK.

Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit ginjal.

Penggunaan diuretik : Tidak ada penggunaan deuretik.

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
Table 1 Gangguan rasa aman dan nyaman; Nyeri berhubungan dengan  bendungan ASI ditandai dengan adanya pembengkakan pada payudara,  nyeri dan juga tidak ada produksi ASI, skala nyeri 5, tanda-tanda vital, T:
Table 2 Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kelainan  pada payudara ibu ditandai dengan adanya bendungan ASI, pembengkakan  pada payudara dan tidak ada produksi ASI

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Carmichael (dalam Astuti, 2010) menyatakan bahwa minat siswa dalam belajar matematika dipengaruhi oleh pengetahuan siswa tentang matematika, perasaan

Berdasarkan hal-hal rkan hal-hal tersebu tersebut, t, dalam upaya dalam upaya pemb pembinaan guru inaan guru dan peningkat dan peningkatan an kualit kualitas as hasil

Penelitian ini bertujuan menganalisis fluktuasi konsentrasi parameter pencemar di Sungai Krengseng yang di pengaruhi oleh tata guna lahan berdasarkan parameter

Penilaian kinerja keuangan perbankan BUMN yang terdiri atas Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, dan Bank Mandiri selama tiga tahun

Sebagai pewujudan dari beberapa kebijakan dan strategi dalam rangka mencapai setiap tujuan strategisnya, maka langkah operasionalnya harus dituangkan ke dalam

Hasil yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa Maintenance Reminder Appointment (MRA) dalam layanan purna jual di Agung Toyota Bengkulu mempunyai strategi

Mengkoordinasikan Mengkoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan Program Program Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat serta penarikan/pengembaliannya secara tertib bagi