• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Busana Bidang studi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tata Busana Bidang studi"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PLPG

TATA BUSANA

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU

dan

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini

diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan

Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau

materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali

para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para

pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan

keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh

pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan

demi semakin sempurnanya buku ajar ini.

Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang

digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di

Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,

dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut

diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG

dengan relatif lebih cepat.

Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat

melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan

pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar

menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu

kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami

menyampaikan banyak terima kasih.

Malang, Juli 2013

Ketua Pelaksana PSG Rayon 115

(3)

MODUL

POLA BUSANA WANITA

WIDJININGSIH

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BUSANA

FAKULTAS TEKNIK UNY 2012

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Era globalisasi berpengaruh terhadap kemajuan teknologi, informasi dan persaingan sumberdaya manusia (SDM). Lalu lintas barang dan jasa tidak lagi mengenal batas-batas Negara, dimana pada tahun 2010, China-Asean Free Trade Agreement (CAFTA) sudah dibuka lebar-lebar, dan puncaknya tahun 2020 General Agreement on Trade and Tariffs (GAAT) serta General Agreement on Trade in Services (GATS). Sehubungan dengan perkembangan tersebut Indonesia dihadapkan pada permasalahan sektor pendidikan dan tenaga kerja. Indonesia harus mempersiapkan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing pada era perdagangan bebas, dengan mengalokasikan beaya besar pada sektor pendidikan.

Perubahan dan perkembangan tersebut perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi, dimana mutu pendidikan yang demikian sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek substantif yang mendukungnya, diantaranya adalah guru, yang merupakan pelaku utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebagai tenaga profesional pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis pendidikan tertentu, dimana salah satu pendidikan tersebut adalah Pendidikan Profesi Guru bidang Tata Busana.

(5)

iii

pembelajaran, menindaklanjuti hasil penilaian, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Hal ini akan dilakukan pula pada perkuliahan bidang Pola Busana.

Perkuliahan Pola Busana dirancang untuk memberi kesempatan kepada peserta PPG bidang busana dalam mempelajari secara luas dan mendalam materi kompetensi membuat pola busana, yang terdiri dari menguraikan teknik macam-macam pembuatan pola busana, baik teknik konstruksi maupun teknik draping. Dengan mempelajari berbagai teknik pembuatan pola busana tersebut, peserta diharapkan dapat mengembangkan dan menganalisis berbagai pola busana sesuai dengan trend mode yang berlaku.

Semoga materi pola busana yang disampaikan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi para peserta.

Yogyakarta, Desember 2013

(6)

iv

C. Petunjuk Penggunaan Modul………... ……… 1

D. Tujuan Akhir...………. 2

BAB II POLA BUSANA TEKNIK KONSTRUKSI……… 3

(7)

v

3. Bahan………. 41

4. Langkah Kerja Membuat Pola Draping ……… 41

5. Menandai Boneka Jahit ……….. 42

6. Menentukan kebutuhan Bahan ……… 43

7. Pola Busana Teknik Draping ………. 44

a. Draping Pola Dasar Badan ……….. 44

b. Draping Pola Dasar Rok ……… 46

c. Draping Kerah ………... 48

d. Draping Busana Lilit ……….. 51

Rangkuman ……….. 54

Latihan ………... 56

(8)

vi

Daftar Gambar

Halaman Gambar 1: Pola Dasar Badan Sistem Dressmaking……….. Gambar 2: Pola Dasar Lengan Sistem Dressmaking………... Gambar 3: Pola Dasar Rok Sistem Dressmaking ………. Gambar 4: Pola Dasar Celana Wanita ……… Gambar 5: Pola Dasar Badan Sistem Meyneke………. Gambar 6: Pola Dasar Lengan Meyneke……… Gambar 7: Pola Dasar Rok Meyneke………... Gambar 8: Lipit Bentuk Bahu………. Gambar 9: Lipit Bentuk Kerung Lengan ………. Gambar 10: Lipit Bentuk Bawah Ketiak ……….. Gambar 11: Lipit Bentuk Sisi Bawah……… Gambar 12: Berbagai Bentuk Lipit Pantas TM……… Gambar 13: Berbagai Bentuk Lipit Pantas Pada Kerung Leher……….. Gambar 14: Garis Prinses Dari Kerung Lengan……… Gambar 15: Garis Prinses Dari Bahu………... Gambar 16: Garis Empire………... Gambar 17 : Variasi Berbagai Garis Hias………. Gambar 18 : Bentuk Dasar Garis Leher……… Gambar 19 : Variasi Bentuk Leher Bulat……….. Gambar 20 : Variasi Bentuk Leher Persegi……….. Gambar 21 : Variasi Bentuk Leher V………. Gambar 22 : Kerah Dipasangkan……….. Gambar 23 :Kerah Menyatu Badan……… Gambar 24 : Kerah Terdiri 2 Bagian……….. Gambar 25 : Berbagai Lengan Dipasangkan……….. Gambar 26 :Berbagai Lengan Setali & Raglan……… Gambar 27 :Blus Dimasukkan & Blus Luar……….. Gambar 28 : Pengelompokkan Rok Berdasarkan Panjang……….. Gambar 29 : Pengelompokkan Rok Berdasarkan Siluet……… Gambar 30 :Bentuk Dasar Siluet Celana……….. Gambar 31 : Mengubah Pola Blus ………. Gambar 32 : Rancangan Bahan………. Gambar 33 : Boneka Jahit……… Gambar 34 :Langkah Draping Pola Dasar Badan Muka………. Gambar 35 : Langkah Draping Pola Dasar Badan Belakang………. Gambar 36 : Pola Dasar Badan Disempurnakan………. Gambar 37 :Langkah Draping Pola Dasar Rok……….

(9)

vii

Gambar 38 : Draping Busana Lilit………... Gambar 39 :Draping Busana Lilit Pada Boneka……….. Gambar 40 : Draping Busana Lilit Pada Model……… Gambar 41 : Desain Latihan Analisis Pola……….. Gambar 42 : Desain Latihan Draping………

(10)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Merancang Harga……….. Tabel 2 : Perbedaan Teknik Draping & Konstruksi………..

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Pelatihan Pola Busana Wanita dirancang untuk memberi kesempatan penyegaran kepada peserta pelatihan bidang busana dalam mempelajari secara luas dan mendalam materi kompetensi membuat pola busana, yang terdiri dari pembuatan pola busana teknik konstruksi, dan pembuatan pola busana/busana teknik draping. Pola busana teknik konstruksi adalah cara pembuatan pola busana berdasarkan ukuran badan pemakai, digambar pada kertas berdasarkan perhitungan secara matematis, sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok muka dan belakang, lengan, kerah dan sebagainya, sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing. Pada pola teknik konstruksi akan membahas berbagai pola busana dari berbagai sistem, pola bagian-bagian busana, dan analisis pola. Pola teknik draping merupakan teknik pembuatan pola dasar busana, pola busana maupun busana, baik pada boneka maupun langsung pada tubuh model dengan sematan dan tanpa memerlukan ukuran. Pada teknik draping akan membahas langkah kerja secara umum membuat berbagai pola busana secara draping, yaitu draping pola dasar badan, pola dasar rok, kerah rebah, kerah cina, kerah setali, dan busana lilit.

B. Prasyarat

Peserta pelatihan diharapkan sudah menguasai, ataupun pernah mengajar pembuatan pola busana wanita baik secara konstruksi maupun secara draping.

C. Petunjuk Penggunaan Modul

Bagi peserta pelatihan:

1. Bacalah dengan seksama tujuan akhir dan tujuan antara untuk mengetahui apa yang akan diperoleh setelah mempelajari materi ini.

(12)

2

3. Pelajari dengan seksama materi setiap kegiatan belajar, jika ada informasi yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam mempelajari setiap materi pada kegiatan belajar, sebaiknya berkonsultasi pada pengajar.

4. Kerjakan latihan serta tugas yang terdapat pada akhir kegiatan, diskusikan dengan teman untuk mengetahui jawaban mana yang mengandung kemungkinan benar. Bagi pengajar:

1. Baca, pelajari, kuasai, dan kembangkan dengan seksama materi setiap kegiatan pembelajaran.

2. Gunakan model pembelajaran inovatif supaya peserta pelatihan tidak jenuh.

3. Gunakan media pembelajaran yang dapat menrangsang peserta pelatihan berpartisipasi aktif dalam pelatihan.

D. Tujuan akhir

(13)

3

1. Memahami pengertian pola konstruksi.

2. Memahami peralatan untuk menggambar busana.

3. Memahami berbagai jenis ukuran untuk membuat berbagai jenis

pola konstruksi.

4. Memahami cara mengkonstruksi berbagai pola dasar busana dari

berbagai sistem, dan berbagai pola bagian-bagian busana.

5. Dapat menganalisis pola busana wanita.

B. Uraian Materi

1. KONSEP DASAR POLA BUSANA TEKNIK KONSTRUKSI

Busana dibuat berdasarkan pola, sehingga pola sangat penting artinya

dalam membuat busana, karena baik tidaknya busana yang dikenakan di

badan seseorang sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa pola,

memang suatu busana dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah sebagus yang

diharapkan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pola-pola busana yang

berkualitas akan menghasilkan busana yang enak dipakai, indah dipandang dan

bernilai tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi si pemakai. Kualitas

pola busana akan ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya adalah:

a. Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh si pemakai, hal ini mesti didukung

oleh kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis

tubuh, serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh si pemakai;

b. Kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis

lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk

(14)

4

luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecekan

ukuran;

c. Ketepatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas

karton manila, atau kertas koran;

d. Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap

bagian-bagian pola, misalnya tanda pola bagian-bagian muka dan belakang, tanda arah

benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda

kelim, dan lain sebagainya;

e. Kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar

pola tahan lama sebaiknya disimpan di tempat-tempat khusus seperti rak dan

dalam kantong - kantong plastik, diarsipkan dengan memberi nomor, nama

dan tanggal, serta dilengkapi dengan buku katalog.

Pola busana teknik konstruksi adalah cara pembuatan pola busana

berdasarkan ukuran badan pemakai, digambar pada kertas berdasarkan

perhitungan secara matematis, sehingga tergambar bentuk badan muka dan

belakang, rok muka dan belakang, lengan, kerah dan sebagainya, sesuai dengan

sistem pola konstruksi masing-masing.

Pembuatan pola konstruksi lebih rumit dari pada pola standar di samping

itu juga memerlukan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik dan

sesuai dengan bentuk tubuh si pemakai. Ada beberapa macam pola konstruksi

antara lain: pola sistem Dressmaking, pola sistem So-en, pola sistem Charmant,

pola sistem Aldrich, pola sistem Meyneke, dan lain sebagainya.

Menggambar pola busana memerlukan peralatan tertentu, yang terdiri dari

berbagai jenis antara lain:

a. Pita ukuran

Pita ukuran (cm) digunakan untuk mengambil ukuran badan seseorang yang

(15)

5

Untuk menggambar pola busana diperlukan penggaris pola dengan bentuk

yang berbeda-beda. Penggaris lurus digunakan untuk membuat garis lurus,

penggaris lengkung digunakan untuk membuat garis-garis melengkung seperti

garis lingkar leher, lingkar kerung lengan, kerah, dan garis sisi rok. Sedangkan

penggaris segi tiga siku-siku digunakan untuk membentuk garis sudut, seperti

garis badan dan tengah muka, garis badan dan tengah belakang serta garis lebar

muka dan garis lebar punggung.

c. Kertas Pola (Buku Pola /Buku Kostum)

Kertas pola (buku pola atau buku kostum) merupakan tempat

menggambar pola. Kertas pola merupakan alat penting untuk menggambar

pola. Kertas yang biasa digunakan untuk menggambar pola dengan ukuran

centimeter adalah kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas koran. Buku

pola digunakan untuk menggambar pola busana dengan ukuran skala. Buku pola

yang baik berukuran folio kertasnya berwarna putih, tebal dan halaman terdiri dari

kertas bergaris dan kertas polos dengan letak yang berselang-seling. Lembar

halaman bergaris diperlukan untuk mencatat ukuran dan mencatat keterangan

pola yang dibuat. Lembaran halaman tidak bergaris (polos) digunakan untuk

menggambar pola dengan ukuran skala

d. Skala

Skala atau ukuran perbandingan adalah alat ukur yang digunakan

untuk menggambar pola di buku pola. Skala ada beberapa macam yakni

ada yang menggunakan ukuran satu berbanding dua, satu berbanding empat,

satu berbanding enam dan satu berbanding delapan. Skala yang baik terbuat dari

kertas yang agak tebal seperti kertas karton dan berbentuk segi panjang, dengan

letak garis ukuran tepat pada tepi skala.

e Pensil

Pensil digunakan untuk menggambar pola di buku pola atau di kertas pola,

dimana pensil yang baik digunakan untuk menggambar pola ada beberapa

macam, yakni pensil terbuat dari graphite, pensil ini bagus digunakan dan

mempunyai ukuran yang berbeda. Untuk yang agak keras dengan kode H/HB

pensil ini tulisannya jelas dan mudah dihapus jika terjadi kesalahan. Pensil ini

(16)

6

garis dengan pensil ini dipertajam dengan pensil berwarna. Pensil bewarna merah

untuk garis pola bagian muka dan pensil bewarna biru untuk garis pola bagian

belakang. Garis bantu pola di pertajam dengan pulpen warna hitam.

f. Penghapus

Penghapus perlu disediakan sewaktu menggambar pola, penghapus

digunakan untuk membersihkan goresan pola yang salah. Penghapus yang baik

adalah yang berwarna hitam terbuat dari karet yang lemas, dengan menggunakan

penghapus ini goresan-goresan yang salah akan menjadi hilang dan tidak

meninggalkan bekas sampai mendapatkan hasil yang memuaskan.

g. Jarum

Jarum pentul yang baik terbuat dari baja dan berukuran panjang 3 s.d

4 cm. Bentuk jarum pentul/jarum penyemat yang dipergunakan pada pembuatan

pola adalah jarum pentul yang baik yaitu ujungnya runcing dan terdapat

pegangan mutiara dipangkalnya, sehingga mudah dalam menggunakannya.

2. Menggambar Pola Busana Teknik Konstruksi

Menggambar pola busana dengan teknik konstruksi yang baik harus

mempunyai lipit kup untuk ruang bentuk yang menonjol (buah dada), dimana

bentuk lipit kup ada yang di pinggang, di bahu, di sisi, dan ada pula yang

terletak di kerung leher, dan di tengah muka. Pola konstruksi untuk wanita

banyak macamnya, tetapi semua jenis sistem pola konstruksi memiliki lipit kup.

Untuk menggambar pola sesuai dengan masing-masing sistem pola

konstruksi di perlukan ukuran tubuh si pemakai yang diukur dengan cermat

menurut cara mengambil ukuran masing-masing. Ukuran tersebut disesuaikan

dengan masing-masing sistem pola konstruksi yang akan digambar, walaupun

demikian ukuran yang diperlukan dalam menggambar pola konstruksi secara

umum adalah sbb:

a. Pola Dasar Badan:

1). Lingkar leher : diukur sekeliling leher tidak terlalu ketat dan tidak

(17)

7

2). Lebar muka : diukur 6 atau 7 cm dari lekuk leher ke bawah,

kemudian diukur datar dari batas lingkar kerung lengan kiri sampai batas

lingkar kerung lengan kanan.

3). Lingkar badan : diukur sekeliling badan terbesar dengan posisi cm

tidak terlalu kencang dan ditambah 4 cm.

4). Lingkar pinggang : diukur pas sekeliling pinggang.

lingkar kerung lengan kanan.

10). Panjang punggung : diukur dari tulang pangkal leher belakang lurus

sampai batas pinggang.

11). Ukuran control/pemeriksa: diukur dari tengah muka pinggang, serong keatas

menuju garis bahu terendah melewati buah dada, serong kebawah menuju

tengah belakang pinggang melewati tulang belikat.

b. Pola Dasar Lengan:

1). Panjang lengan : diukur dari bahu terendah sampai panjang yang

diinginkan.

2). Tinggi puncak lengan : diukur dari bahu terendah sampai batas lengan

terbesar/otot lengan, atau sama dengan panjang bahu.

3). Lingkar pangkal lengan: diukur sekeliling pangkal lengan.

4). Lingkar kerung lenga : diukur sekeliling kerung lengan dengan sedikit longgar.

c. Pola Dasar Rok:

1). Lingkar pinggang : diukur pas sekeliling pinggang.

2). Tinggi panggul : diukur dari pinggang sampai batas panggul

terbesar pada bagian belakang.

3). Lingkar panggul : diukur melingkar pada pinggul yang paling tebal

(18)

8

4). Panjang rok : diukur dari pinggang sampai panjang rok yang

dikehendaki.

Berdasarkan jenis ukuran tersebut di atas dapat digambar pola menurut

sistem pola konstruksi yang diinginkan, jenis ukuran yang diperlukan, serta cara

menggambar pola untuk setiap sistem konstruksi berbeda-beda. Cara

menggambar pola sistem dressmaking dimulai dari pola bagian belakang,

dengan jumlah ukuran yang cukup banyak. Pola sistem meyneke, memerlukan

ukuran yang cukup lengkap, dimana pola badan muka dan belakang digambar

berdampingan, dengan lipit kup dibahu yang besarnya sesuai dengan besar

payudara, yaitu selisih antara lingkar badan dan lebar bahu. Kup bahu tersebut

mudah dipindahkan kesisi berbagai bagian pola badan/blus, sesuai dengan

desain busana. Ukuran yang diperlukan untuk mengkonstruksi pola meyneke juga

cukup banyak dan memakai ukuran control, sehingga hasilnya akan lebih baik.

Menggambar pola untuk berbagai sistem pola konstruksi tersebut

sama-sama menggunakan perhitungan secara matematis yang sangat

sederhana, dengan jumlah ukuran yang berbeda. Ukuran yang telah tersedia

akan memudahkan dalam membuat polanya.

3. Pembuatan Pola Dasar Teknik Kostruksi

Pola Dasar Badan Wanita Dewasa Sistem Dressmaking

(19)

9 m. Panjang rok = 50 cm

Pola Dasar Badan

Menggambar pola sistem dressmaking dimulai dari pola belakang, tetapi

sebelumnya ditentukan pedomam umumnya yaitu ukuran ½ lingkar badan yang

dimulai dengan sebuah titik.

Gambar 1

Pola Dasar Badan Simtem Dressmaking

Keterangan pola:

• A - B = ½ ukuran lingkar badan

• A - C = ¼ lingkar badan ditambah 1 cm • B- B1 = 1,5 cm

• B1 - D = ukuran panjang punggung, buat garis horizontal ke titik E • B - B2 = 1/6 lingkar leher ditambah 1 cm

• Hubungkan titik B1 dengan B2 seperti gambar (leher belakang)

• C - C1 = 5 cm, hubungkan ke titik B2 dengan garis putus-putus (garis bantu). • B2 dipindahkan ukuran panjang bahu melalui garis bantu diberi nama titik B3 • B3 - B4 = 1 cm, samakan ukuran B2 ke B4 dan dihubungkan dengan garis

tegas

• B1 - G = ½ panjang punggung ditambah 1 cm, buat garis horizontal ke kiri dan beri nama titik H

(20)

10

• G1 - F1 = ½ lebar punggung (buat garis batas lebar punggung)

• Bentuk garis lingkar kerung lengan belakang mulai dari titik B4 menuju • F1 terus ke F seperti gambar.

• D - D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang ditambah 3 cm (besar lipit kup) dikurang 1 cm

• D - D2 = 1/10 lingkar pinggang • D2 - D3 = 3 cm (besar lipit kup)

• Dari D2 dan D3 dibagi 2, dibuat garis putus-putus sampai ke garis badan • (G dan H) diukur 3 cm ke bawah, dihubungkan dengan titik D2 dan D3

menjadi lipit kup.

• D - D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang ditambah 3 cm.

• D1 dihubungkan dengan F, menjadi garis sisi badan bagian belakang. • A - A1 = 1/6 lingkar leher ditambah 1 cm

• A - A2 = 1/6 lingkar leher ditambah 1,5 cm

• Hubungkan titik A1 dengan A2 seperti gambar (garis leher pola muka). • A1 - C2 = ukuran panjang bahu untuk membedakan pola muka dengan belakang)

• E1 - E2 = 1/10 lingkar pinggang • E2 - E3 = 3 cm (besar lipit kup)

• E2 dan E3 dibagi dua dibuat garis putus-putus sampai ke garis tengah bahu. • A2 - J = ukuran tinggi dada

• Dari J dibuat garis sampai ke J1.

• J1 - J2 = 2 cm, lalu dihubungkan dengan titik E2 dan E3 membentuk lipit kup • F - I = 9 cm, lalu dihubungkan dengan garis putus-putus ke titik J1

(21)

11

• Dari I ke I1 dan I2 diukur masing-masing 1 cm, lalu hubungkan dengan titik K. • I1 - K = I2 - K, yang dijadikan patokan panjang adalah ukuran I1 ke K. • E4 dihubungkan dengan I2 dan titik I1 dengan F, menjadi garis sisi badan

bagian muka.

Pola Dasar Lengan Dressmaking

Ukuran yang diperlukan :

1. Lingkar kerung lengan = 40 cm (diukur dari pola badan)

2. Tinggi puncak lengan = 12 cm

3. Panjang lengan = 24 cm

Gambar 2

Pola Dasar Lengan Sistem Dressmaking

Keterangan pola lengan:

Menggambar pola lengan dimulai dari titik A yang merupakan puncak lengan.

1. A - B = panjang lengan

2. A - C = ukuran tinggi puncak lengan, buat garis sampai ke titik D dan E,

setelah diukur dari titik A ½ lingkar kerung lengan yang ukurannya

bertemu dengan garis dari titik C

3. Buat garis putus-putus (garis bantu) dari A ke D dan dari A ke E

4. Garis bantu dari A ke D dan A ke E dibagi tiga. 1/3 dari A ke D diberi titik A1

dan dari A ke E dinamakan titik A2.

5. A1 - A4 = A2 - A3 = 1,5 cm

(22)

12 7. D ke D1 dibagi dua dinamakan titik D2.

8. D2 - D3 = 0,5 cm

9. Hubungkan A dengan A4 dengan D1, D3 dan D seperti gambar (lingkar

kerung lengan bagian muka).

10. Hubungkan A dengan A3 dan E seperti gambar (lingkar kerung lengan bagian

belakang).

11. G - G1 = E1 - E2 = 1,5 cm

12. Hubungkan E dengan E2 (sisi lengan bagian belakang), dan D dengan G

seperti gambar (sisi lengan bagian muka)

Pola Dasar Rok Sistem Dressmaking

Ukuran yang diperlukan :

1. Lingkar pinggang = 66 cm

2. Tinggi panggul = 16 cm

3. Lingkar panggul = 96 cm

4. Panjang rok = 50 cm

Gambar 3

Pola Dasar Rok Sistem Dressmaking

Keterangan pola rok muka :

Menggambar pola rok dimulai dari titik A.

(23)

13 2. A – C = tinggi panggul

3. A – A1 = ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm (3 cm untuk besar lipit kup, 1

cm untuk membedakan ukuran pola muka degan pola belakang)

4. A1 – A2 = 1,5 cm

5. Hubungkan A dengan A1 seperti gambar (garis pinggang).

6. A – D = 1/10 lingkar pinggang

7. D – D1 = 3 cm

8. Pada garis tengah antara D dan D1 dibuat garis lurus sampai batas

garis C dengan C1 (garis panggul).

9. D – D1 = 12 cm

10. C – C1 = ¼ lingkar panggul ditambah 1 cm

11. B – B1 = C – C1

12. B1 – B2 = 3 cm

13. B2 – B3 = 1,5 cm

14. Hubungkan A1 dengan C1 membentuk garis pinggul dan dari C1 ke B3.

15. Hubungkan B dengan B3 seperti gambar (garis bawah rok).

Keterangan pola rok belakang

Menggambar pola rok bagian belakang sama dengan cara

menggambar pola rok bagian muka, bedanya hanya terletak pada ukuran lingkar

pinggang dan lingkar panggul. Ukuran lingkar pinggang dan ukuran lingkar

panggul pola bagian muka lebih besar 2 cm dari pada pola bagian belakang.

Tetapi bentuk garis sisi, garis pinggang dan garis bawah rok sama dengan pola

rok bagian muka. Oleh karena itu pola rok bagian belakang dibuat dari pola rok

bagian muka. Untuk membedakannya cukup dengan memindahkan garis tengah

muka sebesar 2 cm dengan cara mengukur dari A ke E sama dengan dari B ke F,

yaitu 2 cm, hubungkan titik E dengan F dengan garis lurus (garis tengah

belakang).

Apabila ingin memiliki pola bagian muka dan pola bagian belakang pada

kertas yang berbeda, sebaiknya salah satu dari pola rok dipindahkan, yaitu pola

bagian belakang, sehingga pola rok terdiri dari bagian muka dan bagian

(24)

14

belakang pola harus dalam posisi lurus, garis pinggang dan garis sisi rok

bentuknya sama dengan yang muka.

Pola Dasar Celana Wanita/Slack

Ukuran yang diperlukan:

1. Lingkar pinggang = 66 cm

2. Tinggi duduk = 23 cm

3. Lingkar panggul = 96 cm

4. Panjang celana = 90 cm

Pola bagian muka Pola bagian belakang

Gambar 4

Pola Dasar Celana Wanita

Keterangan pola celana wanita

Pola celana bagian muka:

1. A - B = panjang celana

(25)

15

11. Hubungkan I dengan j seperti gambar saku sisi celana. Hubungkan H dengan

E seperti gambar (pesak celana bagian muka). Hubungkan E dengan F2 terus

ke titik B2, seperti gambar (garis sisi celana). Hubungkan dengan D

membentuk garis panggul, terus ke titik B1 melalui titik F1 seperti gambar (sisi

celana).

Pola celana bagian belakang

1. Pola celana bagian belakang digambar berdasarkan pola celana bagian muka,

untuk itu pindahkan pola celana bagian muka dengan cara menjiplak sekaligus

memindahkan tanda-tanda pola seperti titik E, F2 dan B2.

2. E - E1 = 8 cm F2 - F3 = 4 cm B2 - B3 = 4 cm

8. Hubungkan H1 dengan E1 seperti gambar (pesak celana bagian belakang).

9. D - J = 5 cm

10. J - J1 ditambah J - J2 = ½ ukuran lingkar panggul.

Pola Dasar Badan Wanita Sistem Meyneke

Pola dasar sistem meyneke yang akan dibuat adalah pola dasar badan

dan pola dasar lengan. Pola dasar badan sebagai berikut:

(26)

16 1. Lingkar badan : 92 cm

2. Lingkar pinggang: 70 cm

3. Lingkar leher : 36 cm

4. Panjang bahu : 12 cm

5. Panjang muka : 32 cm

6. Lebar muka : 32 cm

7. Tinggi dada : 16 cm

8. Panjang sisi : 17 cm

9. Panjang punggung: 37 cm

10. Lebar punggung : 33 cm

11. Ukuran control : 40-78 cm

Gambar 5

Pola Dasar Badan Sistem Meyneke

Keterangan:

Bagian Depan

• A - B = 1/4 L. Badan + 1 cm. A-D = P. Muka

• D - E = 1/6 L. Leher + 2,5 cm

• E - F = 1/6 L. Leher + 1 cm, datar teruskan ke G

(27)

17

• F - L = P. Bahu, dan L harus jatuh pada garis datar pertolongan. Tara

garis F-L terus ke sisi, dapat titik L'

• L' - L" = Ukur 1/2 P. Bahu + 1 cm Sedangkan F - K diukur 1/2 P Bahu -1

untuk diperbesar 2 atau 3 cm

Bagian Belakang

cm, boleh dikurangi dan begitu pula di sisi

Pola Dasar Lengan Sistem Meyneke

Ukuran Lengan:

1. Lingkar pangkal lengan tergemuk 28 + 6 atau 8 cm

2. Tinggi kepala lengan

(28)

18

Gambar 6

Pola Dasar Lengan Meyneke

Keterangan:

• A – B : ½ P. lingkar pangkal lengan

• C – D : T. Kepala lengan

• D – E : P. Lengan dalam

Pola Dasar Rok Sistem Meyneke

Ukuran rok

1. Lingkar pinggang = 66 cm

2. Tinggi panggul = 16 cm

3. Lingkar panggul = 96 cm

(29)

19 Gambar 7

Pola Dasar Rok Meyneke Keterangan

Bagian depan Bagian belakang

A - B = panjang rok A - B = panjang rok

A – C = 2 cm A – C = 2 cm

A – E = tinggi panggul A – E = tinggi panggul

C – D = 0.5 lk pinggang + 3 + 1 cm C – D = 0.5 lk pinggang + 3 - 1 cm

E – F = 0. 25 lk panggul + 1 cm E – F = 0. 25 lk panggul – 1 cm

B – G = E – F B – G = E – F

G – H = B – G tambah 3 – 5 cm G – H = B – G tambah 3 – 5 cm

4. Pola Bagian-Bagian Busana

Busana haruslah digambar dengan baik sesuai dengan ide atau gagasan

yang dituangkan pada desain, sementara desain yang dibuat hendaknya mudah

dibaca dan dapat menjadi pedoman dalam pembuatan suatu busana.

Sehubungan dengan hal tersebut, desain busana dan bagian-bagian busana

harus digambar secara jelas seperti garis leher, bentuk atau siluet busana, bentuk

(30)

20

a. Lipit Bentuk (Kup)

Pemindahan lipit bentuk pola dasar :

1). Pemindahan lipit bentuk pada tempat umum :

a). Lipit bentuk pada bahu menurut pola dasar aslinya

.

Gambar 8

Lipit bentuk pada bahu

b). Lipit bentuk pada bagian kerung lengan.

Gambar 9

Lipit bentuk Pada Kerung Lengan

(31)

21 Gambar 10 Lipit Bentuk sisi atas

d). Lipit bentuk disisi dekat pinggang.

Gambar 11 Lipit bentuk Sisi Bawah

e). Lipit bentuk ditengah muka dapat sebagai kerut maupun bentuk lain.

Gambar 12

(32)

22

f). Lipit bentuk pada garis leher dapat sebagai kerut-kerut atau sebagai lipit kup

Gambar 13

Berbagai Bentuk Lipit Pantas Pada Kerung Leher

2). Pemindahan lipit bentuk pola dasar dalam garis hias :

a). Berbagai variasi garis prinses dari kerung lengan

Gambar 14

Garis Prinses Dari Kerung Lengan

(33)

23 Gambar 15 Garis Prinses dari Bahu

c). Garis hias empire.

Gambar 16 Garis Empire

d). Garis hias variasi dari berbagai garis.

Gambar 17

(34)

24

b. Garis Leher

Garis leher merupakan bagian busana yang terletak paling atas, dengan

bentuk bervariasi sesuai keinginan. Adapun bentuk dasar garis leher adalah garis

leher bulat (round neek line), garis leher persegi (square neck line), garis leher V

(V neck line). Bentuk dasar leher tersebut dapat dibuat menjadi berbagai variasi

sesuai kebutuhan. Gambar berikut merupakan bentuk dasar garis leher beserta

variasinya:

Bulat Persegi V

Gambar 18

Bentuk Dasar Garis Leher

Henley Bateau Decollete

Gambar 19

(35)

25

Scooped Diamond Sweet-Heart

Gambar 20

Variasi Bentuk Leher Persegi

Surplice Halter Off the Shoulder

Gambar 21 Variasi Bentuk Leher V

c. Kerah

Kerah adalah bagian dari busana, yang terletak di bagian kerung leher,

yang dalam membuatnya perlu mempertimbangkan bentuk wajah dan leher.

Bentuk leher tinggi sebaiknya menggunakan kerah tinggi atau menutupi sebagian

leher seperti kerah kemeja, kerah mandarin, dan sebaliknya apabila leher

pendek/rendah, pilihlah kerah yang agak rebah seperti kerah rebah, ½

berdiri, cape/ palerin, dan variasi kerah-kerah rebah. Secara garis besar kerah

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1). Kerah dipasangkan yaitu kerah yang polanya terpisah sebelum dipasangkan

pada garis leher, diantaranya kerah tegak, kerah setengah tegak, kerah

kemeja dengan penegak (boord), kerah mandarin, kerah Shiller / Kerah Sport

(36)

26

Kerah Rebah Kerah Mandarin Gambar 22

Kerah Yang Dipasangkan

2). Kerah yang menyatu dengan badan yaitu kerah yang polanya menyatu

dengan badan/kerung leher, diantaranya kerah setali/kerah selendang, garis

leher yang ditinggikan.

Kerah Revere Kerah Setali Kerah Milano Gambar 23

Kerah Yang Menyatu Dengan Badan

3). Kerah yang terdiri dari dua bagian (Notched Collar) yaitu bentuk kerah

sebagian menyatu dengan badan dan sebagan lain dipasangkan pada garis

leher, misalnya kerah tailoring.

Kerah Petal Kerah Framed Kerah Tailoring Gambar 24

(37)

27

d. Lengan

Lengan adalah bagian busana yang menutupi puncak lengan bahkan

sampai ke ujung lengan sesuai dengan desain. Lengan dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu:

l). Lengan yang dipasangkan atau lengan yang dijahit menempel di lubang lengan

badan, yaitu lengan yang polanya dibuat tersendiri kemudian dipasangkan

dilubang lengan badan. Lengan tersebut diantaranya lengan licin, lengan balon,

lengan kop, lengan kuncup mawar, lengan lonceng, lengan tailor/lengan jas

(terdiri dua bagian). Berikut beberapa contoh lengan dipasangkan:

Lentera Melon Balon Draperi

Gambar 25

Berbagai Lengan Yang Dipasangkan

2). Lengan yang polanya dibuat menyatu pola badan terdiri dari lengan setali dan

lengan raglan. Lengan setali yaitu lengan yang ada jahitan garis bahu dari

pangkal bahu atas sampai ujung lengan, yang dapat divariasi menjadi berbagai

(38)

28

jahitan dibawah garis bahu bagian muka dan belakang, dari kerung leher menuju

ke sisi bawah lengan, juga dapat divariasi menjadi berbagai bentuk baru. Berikut

gambar berbagai bentuk lengan setali dan raglan.

Gambar 26

Berbagai Lengan Setali & Raglan

e.Blus

Blus adalah bagian busana yang menutupi badan bagian atas, ada yang menggunakan belahan di depan, di belakang, di sisi, dan tanpa belahan. Model blus setiap tahun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan jaman dan selera masyarakat yang disebut dengan trend mode.

Gambar 27

Blus Dimasukkan & Blus Luar

f. Rok

Rok adalah bagian busana yang dikenakan pada bagian bawah badan,

(39)

29

diinginkan. Berdasarkan ukuran panjang, rok dapat dikelompokkan atas rok mini,

rok kini, rok midi, rok maksi, dan longdress. Secara garis besar pengelompokan

rok dapat dikelompokkan menjadi: (1). Rok lurus (straight skirt) yang terdiri dari

rok kerut, rok lipit, dan rok bungkus; (2). Rok pias (gore skirt), yaitu rok yang

terdiri dari beberapa bagian (pias), dengan jumlah pias yang ada akan

menentukan nama piasnya, seperti pias 4, pias 6, pias 8, dan sebagainya. Pada

umumnya jumlah pias genap. Ciri rok pias adalah bagian pinggang dan panggul

pas dibadan, sedangkan dari panggul kebawah melebar; (3). Rok lingkar (circular

skirt), yaitu rok yang pada bagian pinggang pas, dan makin kebawah makin

melebar, yang terdiri dari rok dengan gelombang sedang, rok dengan gelombang

sedikit atau rok yang dikembangkan, rok yang lebih banyak gelombangnya atau

dapat berbentuk rok setengah lingkar, dan rok lingkar penuh; (4). Rok draperi

yaitu rok yang pada bagian pinggang ke panggul membentuk draperi/lipit-lipit,

yang akhirnya lipitan hilang kearah samping.

Pengelompokan rok lain yaitu berdasarkan panjangnya, yang meliputi: (1)

Micromini yaitu rok yang panjangnya di atas pertengahan paha; (2) Mini yaitu rok

yang panjangnya sampai pertengahan paha; (3) Knee – Length yaitu rok yang

panjangnya selutut; (4) Midi yaitu rok yang panjangnya sampai pertengahan betis;

(5) Ballerina yaitu rok yang panjangnya sampai di atas mata kaki, (6) Ankle –

Length yaitu rok yang panjangnya sampai mata kaki; (7) Floor – Length

(longdress) yaitu rok yang panjangnya menutupi mata kaki atau sampai lantai.

1 2 3 4 5 6 7

Gambar 28

(40)

30

Berdasarkan siluetnya rok dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1)

rok lurus, (2) rok dikembangkan, (3) rok sepan, (4) rok lonceng.

1 2 3 4 Gambar 29

Pengelompokan Rok Berdasar Siluet

g. Celana

Celana merupakan busana yang dikenakan pada bagian pinggang

kebawah dengan bentuk pipa yang membungkus kedua kaki. Panjang celana

bervariasi mulai dari yang pendek sampai yang panjang, dapat dibuat pas di

tubuh atau longgar. Celana yang pas biasanya dibuat dari bahan yang elastis,

dipakai untuk busana olahraga seperti senam atau renang, sedangkan bentuk

celana yang longgar untuk busana kerja baik wanita maupun pria. Saat sekarang

banyak bermunculan model celana dengan detail yang rumit dan model yang unik

sesuai dengan perkembangan mode. Dari berbagai bentuk celana, berdasarkan

siluetnya dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu: (1) celana dengan siluet

lurus; (2) celana dengan siluet longgar di pinggang, meruncing kebawah; (3)

celana bersiluet besar dari pinggul ke kelim bawah (baggy); (4) celana dengan

siluet melebar lembut keluar dari pinggul/paha menuju kelim bawah; (5) siluet

celana yang longgar pada bagian atas pesak dan sangat sempit pada kelim

bawah; (6) siluet celana yang pas pada bagian atas sampai ke lutut, melebar

(41)

31

1 2 3 4 5 5 Gambar 30

Bentuk Dasar Siluet Celana

5. ANALISIS POLA BUSANA WANITA

Busana wanita mempunyai desain yang beraneka ragam, dimana

dengan keanekaragamannya sering kali menemui kesulitan dalam

melakukan pecah pola busananya. Busana ada bermacam-macam desainnya,

baik berupa gaun, rok, blus, celana, dan sebagainya yang masing-masing

memiliki bentuk yang bervariasi. Untuk membuat macam-macam bentuk

busana tersebut harus dilakukan analisis desain maupun polanya, yang

dilanjutkan mengubah pola dasar sesuai desain. Dengan demikian mengubah

pola merupakan kegiatan mengubah pola dasar sesuai desain atau

me-ngonstruksi pola busana dengan bermacam-macam bentuk sesuai desain.

Konstruksi pola yang benar dan busananya enak dipakai di badan, dapat

diperoleh dengan melakukan langkah-langkah yang betul dalam setiap

mengubah pola. Langkah-langkah dalam mengubah pola disebut juga

dengan prinsip-prinsip analisis pola atau pecah pola yang meliputi: (1)

Menyimak gambar/desain; (2) Memindahkan lipit bentuk; (3) Mengubah lipit

bentuk; (4) Menggambar macam-macam garis hias; (5) Menggambar

macam-macam model kerah; (6) Menggambar macam-macam model

lengan; (7) Menggambar macam-macam model rok; (8) Mengonstruksi

pola menurut desain.

Mengubah model adalah menganalisis disain busana atau busananya

(42)

32

garis-garis hiasnya, ukuran panjang busana, perbandingan bidang dan

penggu-naan lipit bentuknya. Desain busana yang dianalisis pada umumnya

berupa gambar busana yang berwujud foto hitam putih atau berwarna,

gambar yang lengkap ataupun sketsa kasar saja. Oleh karena itu

penganalisis harus dapat membaca dan menafsirkan serta pemecahan pola

dalam, cara mengonstruksi polanya. Dengan demikian seseorang yang

menganalisis pola/desain harus tahu perbandingan lebar kerah terhadap bahu

dan jatuhnya kerah yang luwes, besar saku terhadap ukuran panggul,

perbandingan pias pada rok dan sebagainya supaya menghasilkan busana

yang sesuai dengan disainnya dan bentuk badan si pemakainya serta

nyaman dalam pemakaian

Sehubungan dengan hal tersebut, teknik analisis pola busana wanita

memerlukan ketelitian dan kecermatan dibandingkan dengan mengubah pola

busana pria dan anak-anak. Busana wanita yang dibuat harus menonjolkan

sisi feminim dari wanita dan dapat menonjolkan kelebihan yang

dimilikinya sehingga dalam berpenampilan terlihat cantik, rapi dan menarik.

Oleh karena itu dalam pembuatan busana wanita perlu dilakukan analisis dan

pecah pola yang sesuai dengan desain dan bentuk tubuh seseorang. Supaya

pola yang dihasilkan sesuai dengan desain dan bentuk tubuh maka perlu

dilakukan analisis bentuk tubuh dan analisis desain.

Bentuk tubuh wanita secara umum ada 5 macam yaitu ideal, kurus

yang tersebut cocok untuk orang lain yang bentuk tubuhnya berbeda. Dengan

menganalisa bentuk tubuh akan dapat menyesuaikan pola dengan bentuk

tubuh sipemakai, sehingga kekurangan bentuk tubuh dapat tertutupi dengan

teknik pengembangan pola yang tepat. Selain analisa bentuk tubuh, perlu

(43)

33

Memperhatikan desain secara keseluruhan, terutama perbandingan letak

bagian-bagian busana pada sikap berdiri model akan lebih memudahkan memahami

desain busana yang akan dibuat; (2) Memahami gambar bagian-bagian busana

pada desain, misalnya garis leher, garis lingkar badan, garis pinggang,

garis panggul, garis tengah muka dan tengah belakang, garis lingkar kerung

lengan, garis besar lengan dan garis batas kup atau tinggi dada, yang akan

memudahkan untuk menganalisa bagian–bagian busana yang ada pada desain;

(3) Memahami desain busana pada badan bagian atas/badan atas/blus, maupun

bagian bawah.yang berbentuk rok maupun celana dengan berbagai variasinya;

(4) Memahami letak jatuhnya bahan busana pada badan, yang dapat dapat

diamati pada bagian sisi atau bagian bawah busana. Apabila dilihat pada

bagian sisi maka bahan yang jatuhnya lurus ke bawah atau agak kaku

dapat diperkirakan bahannya tebal dan kaku, sedangkan bahan yang

mengikuti bentuk tubuh menandakan bahwa bahan yang digunakan bahan

yang tipis atau melangsai.

Untuk menganalisa bentuk tubuh dan model busana dengan baik dan

benar diperlukan latihan yang banyak sehingga memudahkan dalam

membuat pecah pola busana yang sesuai dengan desain. Berikut contoh

(44)

34

Gambar 31 Mengubah Pola Blus

Penjelasan:

Desain tersebut berbentuk blus luar berkerah ½ tegak, memakai garis

princes bagian muka dan bagian belakang dari bahu sampai kelim bawah, dan

berlengan licin pendek . Blus panjangnya ± 10 cm dari garis panggul, panjang

lengan ± 25 cm dan kerah setengah tegak pas pada garis leher dasar.

Pola dasar rok dan badan disatukan, untuk membuat garis prinses pada

pola muka terlebih dahulu kup bahu ditutup dan garis princes dibentuk dari

pertengahan bahu melewati puncak payudara dan kup pinggang, lurus ke

bawah. Tengah muka ditambah 2 cm untuk lidah belahan, dan 4 cm untuk

lapisan ke bagian dalamnya. Bagian sisi ketiak diturunkan 1 cm, dan

dikeluarkan 1,5 cm untuk kelonggaran, dibentuk sampai batas panggul, pada sisi

bawah blus dikeluarkan 2 cm untuk melebarkan bagian bawah blus. Pola

belakang mengubahnya sama dengan pola muka.

Membuat pola kerah dengan ukuran lingkar leher dari batas tengah muka

ditambah ukuran leher belakang. Menggambar kerung leher pada kerah dari

(45)

35

dengan pola dasar lengan tetapi ukuran lingkar kerung lengan disesuaikan

dengan lingkar lengan yang sudah dirubah.

6. Merancang Bahan dan Harga

a. Merancang Bahan

Merancang bahan adalah menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan

untuk suatu desain busana, yang terdiri dari dua cara yaitu secara global dan

menggunakan pola skala kecil (skala ¼). Merancang bahan secara global yaitu

menghitung banyaknya bahan yang diperlukan untuk membuat suatu busana

secara garis besar dengan ukuran pola siap potong, dengan menjumlahkan

panjang masing-masing bagian pola, ditambah panjang kelim dan kampuh yang

diperlukan. Misalkan merancang bahan untuk rok suai, diperlukan bahan lebar

90cm atau 110 cm, dengan panjang bahan dikali dua panjang rok, misalnya

panjang rok 65 cm, ditambah kampuh pinggang 2 cm dan lebar kelim 5 cm

dikalikan dua., maka maka memerlukan bahan yang panjangnya 144cm,

sehingga harus beli bahan 1,5 m.

Merancang bahan menggunakan pola kecil yaitu dengan cara meletakkan

pola-pola kecil diatas kertas yang telah diskala sesuai lebar bahan yang

dikehendaki menurut desain, misalnya 90 cm, 115 cm atau 150 cm. Pola diatur

mulai dari bagian yang besar ke yang kecil-kecil, sesuai arah serat kain yang

dikehendaki dengan ditambah kampuh pada tiap pola lebih kurang 2cm dan untuk

kelim 4cm. Berdasarkan rancangan bahan yang demikian maka akan mudah

diketahui jumlah bahan yang diperlukan untuk suatu busana. Adapun hal-hal yang

perlu diperhatikan pada waktu merancang bahan diantaranya:

1) Membentangkan panjang kain yang dibutuhkan diatas meja apabila

memungkinkan, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan

yang sering terjadi misalnya garis hias tertukar arahnya atau bagian yang

seharusnya arah serat lungsin tertukar dengan bagian arah serat pakan.

2). Kain dilipat dengan bagian baik didalam, apabila diperlukan dua lapis,

sebelum pola-pola diletakan pada bahan.

3). Peletakkan pola pada bahan yang bermotif besar harus diatur sedemikian

rupa. Apabila motif-motif searah, harus diperhatikan jangan sampai salah satu

(46)

36

4). Bahan motif bergaris perlu diperhatikan garis-garisnya, dimana sebaiknya pola

diberi tanda garis sesuai dengan desain untuk memudahkan waktu memotong

supaya tidak terjadi kesalahan.

5). Meletakkan pola dimulai dari bagian yang besar baru kemudian yang

kecil-kecil, supaya sehemat mungkin ditinjau dari segi penghematan bahan dan

uang, namun tidak boleh dilupakan segi keindahan dan arah serat kain.

6). Tambahan kampuh harus diberikan, pada umumnya untuk kelim blus, lengan,

dan rok biasanya 4cm atau 5cm, kampuh sisi dan bahu 2 cm, kerung lengan

1,5 cm, kerung leher 1 cm.

Gambar berikut merupakan contoh merancang harga:

Gambar 32 Rancangan Bahan b. Merancang Harga

Merancang harga adalah menghitung semua biaya yang diperlukan untuk

keperluan suatu busana, dengan bagian-bagian yang harus dihitungdiantaranya:

1). Nama kain, spesifikasinya, lebar dan panjang kain menurut rancangan bahan,

panjang kain yang harus dibeli berikut harga satuan dan jumlahnya.

2). Nama keperluan-keperluan lainnya seperti: fliselin, renda, benang jahit,

benang jelujur, kancing hias, dan yang lainnya beserta harga satuan dan

jumlahnya.

3). Jumlah harga perbagian dijumlahkan semua, sehingga dari jumlah tersebut

dapat diketahui berapa harga atau biaya untuk busana yang akan dibuat.

Contoh merancang harga untuk gaun sederhana seperti pada rancangan

bahan, kain pada rancangan habis 2,6 m dengan lebar 90 cm yaitu kain katun,

(47)

37

benang jahit, tutup tarik, fliselin, kancing kait kecil. Rancangan harga tersebut

dapat dibuat dalam bentuk tabel seperti berikut:

Tabel 1. Merancang Harga

No Nama Bahan &

Spesifikasi Kebutuhan

Harga

Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 Bahan katun polos

lebar 90 cm 2,75 m 12000/m 32000

2 Fliselin 0, 25m 6000/m 1500

3 Rit jepang panjang 45

cm 1 biji 2500/biji 2500

4 Benang jahit astra 1 biji 1000/biji 1000

5 Kancing kait kecil 1 biji 100/biji 100

(48)

38

BAB III

KEGIATAN BELAJAR 2

POLA BUSANA TEKNIK DRAPING

A. Tujuan Antara

Tujuan antara yang perlu dicapai pada akhir kegiatan belajar 1, adalah:

1. Memahami pengertian pola draping.

2. Memahami perbedaan antara teknik draping dan teknik konstruksi.

3. Memahami peralatan untuk keperluan draping.

4. Memahami cara draping pola dasar badan dan rok.

5. Memahami cara draping pola kerah.

6. Memahami cara draping busana lilit.

B. Uraian Materi

1. Konsep Dasar Draping

Teknik draping merupakan istilah dalam dunia fashion, yaitu suatu teknik

membuat pola langsung di atas paspop atau boneka jahit. Disamping itu draping

juga dapat diartikan sebagai suatu teknik menata kain sepanjang beberapa meter

menjadi suatu bentuk busana tanpa memotong kain dan dijahit, yang cukup

dengan sematan. Keistimewaan teknik draping adalah dapat secara langsung

melihat hasil jadi dari bentuk busana yang diinginkan atau yang diuji cobakan.

Melalui teknik draping seseorang dapat bereksperimen untuk memperoleh

bentuk-bentuk busana baru yang terkadang sulit untuk didapatkan dari pola

secara konstruksi. Disamping itu teknik draping juga berguna untuk membuat

suatu display, dimana dengan penataan busana di atas boneka dari kain yang

tidak digunting dapat menjadi daya tarik tersendiri .

Pola dasar busana pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a. Pola badan (blus).

b. Pola lengan.

c. Pola rok .

Cara membuat pola busana ada 3 macam yaitu:

a. Secara konstruksi (flat pattern) yaitu dengan mengukur berbagai bagian

(49)

39

b. Secara draping yaitu menyampirkan bahan/kertas secara langsung baik

pada boneka maupun pada badan seseorang.

c. Secara kombinasi yaitu membuat pola busana dengan memadukan dua

cara yaitu secara konstruksi dan secara draping.

Draping adalah cara membuat pola dasar busana, pola busana, ataupun

busana dengan meletakkan/menyampirkan kertas tela/bahan, sedemikian rupa

pada badan boneka ataupun badan seseorang dengan sematan jarum

pentul/peniti.

Perbedaan antara pola teknik draping dengan pola teknik konstruksi:

Tabel 2

Perbedaan Teknik Draping & Teknik Konstruksi

TEKNIK DRAPING TEKNIK KONSTRUKSI

Keuntungan pembuatan pola teknik draping:

1. Dapat melihat proporsi garis-garis desain pada tubuh.

(50)

40

3. Dapat melihat keseimbangan garis-garis desain pada tubuh.

4. Dapat melihat style busananya.

2. Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam draping meliputi:

a. Boneka Jahit (Dressform) yaitu boneka yang digunakan untuk mendraping

berbagai pola busana. Terdapat bermacam-macam dressform/boneka jahit

yang dapat digunakan untuk membuat pola dasar, di antaranya boneka

tersebut meliputi: (1) boneka untuk membuat celana; (2) boneka wanita dalam

ukuran S, M, dan L; (3) boneka anak-anak remaja, (4), boneka untuk pria.

Berikut adalah contoh boneka yang dapat digunakan untuk melakukan

draping.

Gambar 33

Boneka Jahit (dressform)

b. Pita Ukur adalah alat untuk mengukur badan model dan boneka jahit, dimana

alat ini juga digunakan pada waktu penyesuaian pola dan menyiapkan bahan.

c. Penggaris terdiri dari: penggaris lurus; segitiga siku-siku; penggaris lengkung

untuk garis panggul; penggaris lengkung untuk kerung lengan, yang

dipergunakan pada waktu memperbaiki garis-garis pola.

d. Jarum terdiri dari: (1) Jarum pentul/jarum penyemat, yang terbuat dari baja dan

(51)

41

pembuatan pola draping adalah jarum pentul yang ujungnya runcing, panjang

dan terdapat pegangan/kepala; (2) Jarum jahit tangan yaitu jarum yang

digunakan untuk menjelujur pita pada boneka jahit dan untuk menyambung

bahan jika terjadi kekurangan bahan pada waktu draping.

e. Gunting kertas maupun gunting kain yaitu gunting yang diperlukan untuk

memotong kertas maupun kain, yang penggunaannya disesuaikan selama

proses draping. Gunting sebaiknya yang ujungnya tajam, dan tidak terlalu

berat.

f. Pensil digunakan untuk menandai garis-garis pola yang terdapat pada boneka

jahit. Pensil yang diperlukan berwarna hitam, dan dipilih yang tidak terlalu

keras.

g. Karbon jahit adalah karbon yang dipergunakan untuk memindahkan garis pola.

3. Bahan

a. Bahan utama pada pembuatan pola sistim draping aslinya adalah kain blaco

tipis, namun selain itu dapat pula menggunakan kertas singkong/tela. Bahan

blaco ada bermacam-macam jenis yang dapat dipergunakan sesuai desainnya.

Blaco kasar digunakan untuk pemula, karena sangat mudah mengetahui arah

serat kainnya, sedangkan blaco ringan atau tipis digunakan untuk draping

dengan mode yang ditekankan pada kelembutan bahan atau soft draping.

Adapun blaco tebal digunakan pada pembuatan pakaian pria atau jenis

pakaian jas (tailored garment).

b. Tali kord pipih sebagai bahan pelengkap dengan lebar 3-5 mm untuk memberi

tanda body line. Tali kord tersedia dalam beberapa warna, yang pada

umumnya tali merah untuk pembuatan garis-garis vertikal (tegak). Sedangkan

untuk garis horisontal (melintang) menggunakan pita biru. Untuk garis-garis

pecah pola dapat menggunakan warna yang lain, atau dapat juga

menggunakan benang warna beda dengan body line, untuk menandai

garis-garis pola sesuai desain.

(52)

42

Membuat pola busana teknik draping adalah membuat pola sesuai dengan

ukuran dan bentuk badan model, dimana untuk mempermudah prosedur

pembuatan pola, model dapat diganti dengan boneka jahit, yang mempunyai

ukuran sama atau mendekati ukuran model. Secara garis besar langkah kerja

pembuatan berbagai pola busana teknik draping adalah sebagai berikut:

a. Membuat pola berdasarkan desain busana.

b.Menandai garis pola sesuai desain terlebih dahulu, menggunakan pita yang

berbeda warna dari pita body line boneka, dengan sematan, kemudian dijelujur.

c. Medrape pola pada boneka jahit sesuai desain busana.

d. Meneliti/melihat kembali garis-garis desain yang meliputi: (1) proporsi yaitu

perbandingan garis-garis desain seperti garis pinggang, garis panggul, garis

dada; (2) style yaitu letak kupnat; (3) keseimbangan garis kupnat kiri dan

kupnat kanan.

e. Melepas pola dari boneka dan memperbaiki garis-garis pola.

f. Menyesuaikan ukuran pola.

g. Pola siap pakai.

5. Menandai Boneka Jahit

Garis dasar pola patokannya akan dibentuk sebagai penuntun dalam

membuat pola, dimana garis-garis konstruksi pada draping dikelompokkan

menjadi dua, yaitu: (1). Garis Tegak (vertikal) yang terdiri dari garis tengah muka

(panjang muka), garis tengah belakang (panjang punggung), dan garis sisi

(panjang sisi); (2) Garis Mendatar (horisontal) terdiri dari garis leher, garis bahu,

garis dada, garis pinggang, dan garis panggul. Garis-garis konstruksi ditentukan

menggunakan garis vertikal dengan tali merah, garis horisontal dengan tali biru,

dan garis pecah model dibuat dengan warna yang lain.

Pemasangan tali pada boneka sebagai garis-garis pola, dibantu dengan

penyemat jarum pentul, meliputi:

a. Garis lingkar pinggang yaitu bagian lingkar pinggang yang paling kecil,

lingkarkan tali pada bagian pinggang tersebut, bagian belakang (TB) diturunkan

(53)

43

b. Garis panggul, diukur 19-20 cm dari garis pinggang ke bawah dan lingkarkan

tali kor dari muka ke belakang sampai kemuka lagi.

c. Garis dada pada bagian paling menonjol/besar pada dada, lingkarkan tali kor

melewati titik dada tersebut.

d. Garis leher, untuk menentukan leher bagian depan diukur 38 cm dari pinggang

ke atas (disesuaikan dengan ukuran boneka), sedangkan bagian belakang

diukur 43 cm dari pinggang (disesuaikan dengan ukuran boneka), lingkar leher

depan 20 cm, dari TM kekiri dan kekanan 10 cm (disesuaikan dengan ukuran

boneka), lingkar leher belakang lebarnya disesuaikan dengan lebar leher muka.

Selain itu lingkar leher dapat juga ditentukan langsung dengan cara mencari

ukuran pangkal leher.

e. Garis panjang bahu/lebar bahu diukur dari pangkal leher sampai ujung bahu

tertinggi (puncak lengan).

f. Garis lebar dada diukur 7 cm dari garis lingkar dada keatas, kekiri dan kekanan

sampai kerung lengan.

g. Garis lebar punggung diukur 11cm keatas dari garis lingkar dada/badan bagian

belakang, diukur kekiri dan kekanan sampai kerung lengan.

h. Garis TM pada tengah boneka bagian muka, garis TB pada

tengah-tengah boneka bagian belakang.

i. Garis sisi dibuat pada sisi badan lurus dari ketiak sampai bawah, dimana untuk

bagian muka diukur ¼ lingkar badan, pinggang, dan panggul, dari TM kesisi

ditambah 1-2cm, sedangkan bagian belakang diukur ¼ lingkar badan,

pinggang, dan panggul, dari TB ke sisi dikurangi 1-2cm.

j. Garis lingkar kerung lengan dibuat dari puncak sampai ketiak kira-kira 15cm

untuk tingginya (disesuaikan dengan ukuran boneka), sedangkan lebarnya

ditentukan dari titik lebar dada dan lebar punggung. Setelah pemasangan tali

dengan sematan selesai maka semua tanda-tanda tersebut dijelujur.

6. Menentukan Kebutuhan Bahan

Menentukan kebutuhan bahan untuk draping disesuaikan desainnya, bagian

(54)

44

kelim 4 cm. Sedangkan untuk bagian lebar diukur bagian terbesar ditambah

kampuh untuk masing-masing sisi 2,5 cm.

7. Pola Busana Teknik Draping

a. Draping Pola Dasar Badan disajikan pada gambar berikut:

Draping Pola Dasar Badan Bagian Muka:

Gambar 34

Langkah Draping Pola Dasar Badan Muka

1). Menyiapkan kertas tela sesuai kebutuhan.

2). Meletakkan garis TM kertas tela pada TM boneka jahit, semat dengan rata dari

lekuk leher sampai ke bawah, dengan arah sematan jarum vertikal, ujung

(55)

45

3). Meratakan kertas tela dari TM, ke puncak dada sampai sisi dan semat, garis

leher diberi guntingan dan semat.

4). Semat bagian sisi dari ketiak sampai pinggang, kerung lengan semat dan beri

guntingan.

5). Ratakan bagian atas, selisih antara dada dan bahu dibuat kupnat, letak kupnat

lurus dari bahu sampai 2 cm sebelum puncak dada.

6). Kupnat bahu yang telah disemat sampai puncak dada.

7). Selisih antara dada dan pinggang dibentuk kupnat, bagian sisi badan diberi

guntingan dan kampuh.

8). Kupnat pinggang setelah dibentuk, disemat dari pinggang sampai 2 cm

sebelum puncak dada. Garis pinggang disemat dan diberi guntingan.

9). Pola yang telah selesai disemat, ditandai garis polanya, kampuh bagian sisi,

kerung lengan, dan bahu masing-masing 2 cm, bagian leher 1 cm, bagian

pinggang 2 cm.

Draping Pola Dasar Badan Bagian Belakang

Gambar 35

(56)

46

1). Meletakkan garis TB kertas tela pada TB boneka jahit, semat dengan rata dari

lekuk leher sampai pinggang, bahu bawah, dan bawah ketiak, dengan arah

sematan jarum vertikal, ujung jarum masuk ke dalam boneka.

2). Ratakan kertas tela dari TB, pada bagian garis punggung sampai garis kerung

lengan, semat garis kerung lengan dan leher, serta beri guntingan.

3). Kelonggaran yang terjadi pada bahu, dibentuk kupnat dan disemat

4). Semat bagian sisi badan dari atas sampai pinggang, beri kampuh dan

guntingan.

5). Selisih antara punggung dan pinggang dibuat kupnat, letaknya lurus dari

pinggang menuju punggung, disemat dan diberi guntingan pada pinggang.

6). Pola badan bagian belakang yang telah selesai disemat, ditandai garis

polanya, kampuh bagian sisi, kerung lengan, dan bahu masing-masing 2 cm,

bagian leher 1 cm, bagian pinggang 2 cm.

7) Setelah pola selesai didrape, dilepas dari boneka dan dibentangkan serta

disempurnakan garis-garis polanya, seperti pada gambar berikut:.

Gambar 36

Pola Dasar Badan/Blus Setelah Dilepas & Disempurnakan

(57)

47

Langkah Draping Pola Dasar Rok Muka & Belakang

Gambar 37

Langkah Draping Pola Dasar Rok Muka & Belakang

Draping pola dasar rok

1). Meletakkan garis TB kertas tela pada TB boneka jahit, semat TM pada

pinggang, panggul, bawah. Ratakan kesisi dan semat bagian panggul,

panggul sisi dan pinggang sisi.

2). Selisih yang terjadi antara pinggang dan panggul dibuat kupnat pinggang.

3). Semat pada sisi rok bagian bawah, beri guntingan pada bagian pinggang

4). Pola yang telah selesai disemat, ditandai garis polanya, diberi tambahan

kampuh untuk sisi rok dan pinggang selebar 2 cm, kelim pada bagian bawah

ditambah antara 4-5 cm.

5). Metakkan garis TB kertas tela pada TB boneka jahit, semat TB pada

pinggang, panggul, dan bagian bawah. Ratakan kesisi dan semat bagian

(58)

48

6). Selisih yang terjadi antara pinggang dan panggul dibuat kupnat pinggang, dan

disemat.

7). Menandai panjang rok, dan garis pola lainnya, .diberi tambahan kampuh untuk

sisi rok dan pinggang selebar 2 cm, kelim pada bagian bawah antara 4-5 cm.

8). Setelah pola muka dan belakang selesai didrape, dilepas dari boneka

dibentangkan dan disempurnakan garis-garis polanya.

c. Draping Kerah

Langkah Draping Kerah Rebah:

1) Semat kertas tela dibagian

belakang boneka, tandai TB,

kerung leher diberi kampuh 1 cm,

dan dibuat guntingan tegak lurus

pada garis leher.

2) Beri tanda garis luar kerah sesuai

desain, dan ratakan kearah muka.

3). Semat kertas tela pada bagian

muka kerung leher, gunting 1 cm

diatas kerung leher untuk kampuh

serta beri guntingan tegak lurus,

dan beri tanda garis luar kerah

pada bagian muka sesuai desain.

4). Lepaskan kertas tela dari boneka,

(59)

49

Langkah Draping Kerah Cina

1). Semat kertas tela dibagian belakang

boneka dengan arah seratnya

melintang, sisakakan 1 cm dibawah

garis leher untuk kampuh dan beri

guntingan tegak lurus.

2). Ukur tinggi kerah dari garis dasar

kerah sesuai desain, dan semat

kearah bahu, serta beri guntingan

tegak lurus pada garis luar/atas

kerah.

3) Lanjutkan kertas tela sampai TM,

semat dan beri tanda pada garis

kerung leher, kampuh diberi

guntingan tegak lurus kearah

kerung leher.

4). Ukur tinggi kerah bagian muka dan

beri tanda garis luar/atas kerah.

5). Lepaskan kertas tela dari boneka,

(60)

50

Langkah Draping Kerah Setali

1). Semat kertas tela dibagian muka

boneka pada dasar leher TM, 2,5

cm diatasnya, dada, garis dada, dan

pinggang. Letak kertas tela harus

beberapa cm melewati TM sesuai

lebar kerah, dan 12,5 cm diatas titik

bahu pada pangkal leher.

2). Tandai dan semat garis leher dari

TM kebahu dan garis bahu.

3). Garis bahu gunting dengan kampuh

2 cm, berhenti 3,5 cm sebelum titik

bahu pangkal leher, digunting

diagonal pada perpotongan garis

bahu dan garis leher.

4) Semat perpotongan garis bahu dan

garis leher, selesaikan/bentuk pola

badan bagian muka (pola badan

muka harus sudah jadi sebelum tepi

luar kerah dibentuk).

5). Putar kertas tela kebelakang pada

garis lipatan yang dikehendaki untuk

kerah dan tentukan lebar kerah dari

TM pada puncak kancing, serta

gambar garis luar kerah sesuai

Gambar

Gambar 8 Lipit bentuk  pada bahu
Gambar  11 Lipit bentuk Sisi Bawah
Gambar 13 Berbagai Bentuk Lipit Pantas Pada Kerung Leher
Gambar 16 Garis Empire
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejarah Busana Sejarah Pola Dasar  Menjelaskan pengertian celmik panggul, ponco, tunika dan kaftan.  Menerangkan pola dasar dan

Proses pembuatan busana pesta remaja meliputi: menggambar desain, mengambil ukuran, membuat pola kecil, merancang bahan, membuat pola besar, memilah-milah sumbu

Adapun proses pembuatan busana panggung anak yaitu mulai dari membuat desain, mengambil ukuran (ukuran standar anak umur 9 tahun), membuat pola dasar, merubah

Hasil penelitian analisis pola celana sistem Soekarno dalam pembuatan busana pria berdasarkan angket kenyamanan subyek untuk ukuran sedang dan kecil, cocok

Berdasarkan hasil data dari beberapa ahli tentang penelitian Pengembangan Media Modul Kompetensi Pembuatan Busana Rumah peserta didik Kelas XI Tata Busana 3 SMKN 2

Serangkaian tahapan ujicoba sasaran telah dilakukan, berdasarkan data hasil ujicoba sasaran tersebut dapat di rerata bahwa bahan ajar pola dasar badan busana wanita

Media Pembelajaran Pembuatan Pola Busana Wanita Untuk Siswa Program Study Keahlian Tata Busana SMKN 2 Ponorogo menggunakan Adobe Flashdapat mempermudah anak SMKN 2

Program Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep dasar konstruksi pola busana wanita Mahasiswa dapat mengambil ukuran dengan tepat Mahasiswa dapat dengan