• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KETUA PANSUS DALAM PEMBICARAAN TINGKAT IV

RAPAT PARIPURNA DPR-RI MENGENAI PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENYIARAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

(2)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAP'ORAN

KETUA PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENYIARAN ·

DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT IV/

RAPAT PARIPURNA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 28 NOVEMBER 2002

Diba·cakan Ol·eh PAULUS WIDIYANTO Anggota Nomo·r : A - 90

Yth. Saudara Pimpinan D·ewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

Yth. Saudara Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

Yth. Saudara Menteri Negara Komunika·si dan Informasi, Saudara Menteri Perhubungan, dan Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manu·sia be·serta jajarannya yang m·ewa·kili Pemerintah,

Seluruh ma·syarakat penyiaran dan pe·rs In~do·n·e·sia,

Ha·dirin yan·g berbahagia, dan Sidan·g ya·n·g kami muliakan

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, dan Selamat pagi

\

\,

(3)

, - - - -

Pertama-tama perkenankanlah kami terlebih dahulu mengajak hadirin untuk senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat Rahmat-Nya, kita dapat melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan, dan secara khusus hari ini kita dapat menyelenggarakan Rapat Paripurna DPR RI untuk · Pembicaraan Tingkat IV /Pengambilan Keputusan atas Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran.

Atas nama seluruh Pimpinan dan Anggota Pansus Rancangan Undang-undang tentang Penyiaran, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Pimpinan Dewan, BAMUS yang telah mengagendakan kembali Rapat Paripurna hari ini Kamis, 28 November 2002 dan Sidang yang mulia atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaporkan Pembicaraan Tingkat III RUU tentang Penyiaran dalam Sidang Paripurna hari ini.

Seperti kita ketahui bersama, bahwa pembahasan RUU tentang Penyiaran telah berlangsung dalam tempo yang sangat panjang, dan pada hari Kamis 21 November 2002 yang lalu Pansus akhirnya telah merampungkan tugas yang dimandatkan oleh DPR-RI, dan berhasil merumuskan naskah RUU tentang Penyiaran dan telah ditandatangani oleh fraksi-fraksi di DPR dan pihak pemerintah.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati,

Untuk menyegarkan kembali ingatan kita betapa sudah demikian lamanya pembahasan RUU tentang Penyiaran ini, izinkanlah kami menguraikan secara kronologis tahap-tahap proses pembahasan RUU tentang Penyiara11 yang menggunakan tata tertib DPR-RI tahun 1999.

1. RUU INISIATIF DEWAN

Terbentuknya Pansus RUU tentang Penyiaran diprakarsai oleh 26 (dua puluh enam) anggota Dewan yang terdiri dari berbagai unsur Fraksi yang tergabung dalam Komisi I Dewan · Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang telah mengajukan usul RUU Usul Inisiatif DPR RI tentang Penyiaran pada bulan Juni 2000.

Hal ini sesuai dengan bunyi Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1999, Pasal 125 ayat (1) yang menyatakan bahwa, sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang anggota dapat mengajukan usul rancangan undang-undang

usul inisiatif DPR.

(4)

Para pengusul dalam Rapat Paripurna tanggal 21 Juli 2000 telah menyampaikan penjelasannya atas usul RUU Usul Inisiatif DPR RI tentang Penyiaran, dengan beberapa pokok yang melandasi para pengusul mengajukan RUU Usul Inisiatif tentang Penyiaran antara lain :

a. bahwa Undan'g-undang Nomor 24 tahun 1997 tentang Penyiaran sudah tidak sesuai dengan perkembangan demokrasi dan perubahan jaman, utamanya terhadap Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi Manusia; Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

b. Dengan dibubarkannya Departemen Penerangan, maka Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran secara operasional tidak dapat dilaksanakan, mengingat undang-undang ini memberi kewenangan kepada Menteri Penerangan untuk melaksanakannya.

Selanjutnya pada tanggal 4 September 2000 dilaksanakan Rapat Paripurna Dewan dan Fraksi-fraksi di DPR RI memberikan tanggapan atas usul RUU usul inisiatif tentang Penyiaran dan dilanjutkan dengan acara pengambilan keputusan yang menjadikan RUU tentang Penyiaran yang semula berupa usul inisiatif beberapa inisiator secara resmi telah diterima menjadi usul inisiatif DPR RI.

Tanggapan fraksi-fraksi di DPR RI mengenai usul RUU usul inisiatif DPR RI berkesimpulan sebagai berikut :

a. Agar penanganan RUU usul inisiatif DPR RI ini dilaksanakan oleh Pansus.

b. Draft RUU usul inisiatif yang dinilai belum sempurna perlu disempurnakan oleh Pansus.

Rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPR RI Tanggal 7 September 2000 telah memutuskan bahwa pembahasan dan penyempurnaan RUU tentang Penyiaran dilakukan oleh Panitia Khusus (Pansus) DPR RI yang terdiri dari 50 (lima puluh) Anggota Dewan berdasarkan pada perimbangan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi pada waktu ada 10 fraksi di Dewan, dengan menggunakan prosedur pembahasan empat tingkat (tingkat I hingga tingkat IV).

Pengesahan pembentukan Pansus RUU Penyiaran dilakukan dalam Rapat Paripurna pada Tanggal 4 Oktober 2000.

3

(5)

-:.

Dalam Rapat Pansus untuk pertama kalinya dilaksanakan tanggal 6 Oktober 2000, dipimpin oleh Wakil Ketua DPR RI/Korinbang telah menetapkan unsur/komposisi Pimpinan Pansus sebagai berikut :

K e t u a Prof. Dr. Dimyati Hartono, S.H.

W a k i I Ir. H. Soeharsojo

Wa ki I Drs. H. Nadhier Muhammad, M.A.

W a k i I Drs. Amin Said Husni

Rapat Plena Pansus Tanggal 6 Oktober 2000 telah menyepakati bahwa draft RUU usul inisiatif Dewan belum merupakan draft final Dewan dan masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu Pansus diberi kewenangan untuk melakukan penyempurnaan. Sebagai bahan acuan penyempurnaan RUU digunakan tanggapan Fraksi-Fraksi terhadap RUU tersebut yang disampaikan dalam Sidang Paripurna DPR RI dan juga masukan dari berbagai kalangan baik dari masyarakat penyiaran, tokoh kemasyarakatan dan kalangan ahli serta akademisi, yang dilakukan pada acara Rapat Dengar Pendapat Umum. Begitu juga dengan lembaga-lembaga yang. berkaitan dengan kegiatan penyiaran, lembaga akademi dan para ahli dalam bidang teknologi komunikasi, komunikasi massa, tokoh-tokoh agama dan budayawan dan lain-lain. Adapun pihak-pihak yang telah memberi masukan sebagai berikut:

A. Dari organisasijlembaga penyiaran dan masyarakat penyiaran : 1. Masyarakat Pers dan Penyiaran (MPPI),

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Himpunan Praktisi dan Penyiaran Indonesia (HPPI),

Pusat Pengembangan Pengkajian Penyiaran Indonesia (P4I),

Asosiasi Radio Siaran Swasta Indonesia (ARSSI),

Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI),

Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I), Asosiasi Rekaman Kaset Indonesia (ASERI ),

Asosiasi Industri Rekaman Video Indonesia (ASIREVI), Asosiasi Televisi Siaran Indoneisa (ATVSI),

Komunitas Televisi Publik Indonesia (KTPI), Komunitas Televisi Indonesia (KOMTEVE),

(6)

12. Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), 13. Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), 14. Masyarakat Ramah Keluarga (MARKA), 15. Persatuan Guru Republik Indonesia· (PGRI), 16. Komisi Nasional Perlindungan Anak,

17. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), 18. Lembaga Studi Reformasi- Cipaku,

19. Himpunan Ahli Teknologi Penyiaran Indonesia, dan

B. Para pakar dan ahli di bidang

,IJl~~;;;,~)r~assa,

komuhikasi, pendidikan, penyiaran, dan frekuef}~V: '

1. Saudara H. Agus Tagor, 2. Saudara Patrick Kwatno,

3. Saudara Prof.DR.Syafei Maa'rif, 4. Saudara Drs.Ishadi SK, MSC, .·. · 5. Saudara DR.Bachtiar Aly,

6. Saudara Prof.DR.Andi Muis, SH,

7. Saudara Prof. M .Aiwi Dahlan, PHD, dan 8. Saudara Prof. Sarjono Yatiman.

Selain itu Pansus juga menerima draft RUU Penyiaran dari berbagai pihak sebagai masukan antara lain dari Komunitas Televisi Indonesia, Aliansi Jurna.lis Independen, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia, Unesco, dan lain-lain.

Berdasarkan masukan yang diperoleh dalam Rapat Dengar Pendapat Umum tersebut, Pansus telah menyusun persandingan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Fraksi-Fraksi, guna penyempurnaan RUU. Pada tahap ini telah ada sebanyak 10

· kelompok DIM RUU yang berasal dari masing-masing fraksi, yang merupakan seluruh hasil penampungan dari aspirasi masyarakat.

Selanjutnya pembahasan DIM Fraksi dilakukcm dalam Rapat Kelompok Kerja (Pokja) dan Tim Perumus (Timus) untuk menyelesaikan pembahasan penyempurnaan naskah RUU Usul Inisiatif DPR RI tentang Penyiaran.

5

> ...

(7)

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati,

2. PEMBICARAAN TINGKAT I/PENJELASAN PANSUS

Setelah melalui proses yang panjang dan disertai perdebatan yang alot tetapi demokratis akhirnya naskah final RUU tentang Penyiaran dapat selesai, maka Pembicaraan Tingkat I/Penjelasan Pansus dihadapan Rapat Paripurna Dewan pada tanggal 20 Maret 2001 disampaikan oleh Saudara Prof. Dr. Dimyati Hartono, S.H.

3. PEMBICARAAN TINGKAT II/TANGGAPAN PEMERINTAH DAN JAWABAN PANSUS ATAS TANGGAPAN PEMERINTAH

Pembicaraan Tingkat II/tanggapan Pemerintah terhadap Penjelasan DPR RI dalam Rapat Paripurna Dewan pada tanggal 8 Mei 2001 serta jawaban Pansus atas tanggapan Pemerintah terhadap RUU tentang Penyiaran dilaksanakan tanggal 6 Juni 2001 yang disampaikan oleh Wakil Ketua Pansus RUU tentang Penyiaran Saudara Ir. H. Soeharsojo.

Kedua tahap pembahasan/pembicaraan tersebut telah selesai dilaksanakan pada Masa Persidangan III dan IV Tahun Sidang 2000 -2001.

4. PEMBICARAAN TINGKAT III/RAPAT PANSUS BERSAMA PEMERINTAH

Selanjutnya Masa Persidangan II Tahun Sidang 2001 - 2002, sesuai keputusan Rapat BAMUS semula telah dijadualkan pembahasan Tingkat III RUU tentang Penyiaran namun pembicaraan belum dapat dilaksanakan mengingat telah terjadi perubahan Pemerintahan/Kabinet. Sebelumnya sesuai surat Presiden No. R.21/PU/9/2000 tanggal 28 September 2000 perihal RUU tentang Penyiaran yang ditujukan kepada Pimpinan DPR RI, Pemerintah telah menunjuk Menteri Perhubungan dan Menteri Kehakiman dan HAM, yang mewakili Pemerintah dalam pembahasan RUU tentang Penyiaran.

Sehubungan dengan itu pada tanggal 19 Oktober 2001, Ketua Pansus RUU Penyiaran telah menyampaikan surat kepada

(8)

Ketua DPR RI untuk meminta penjelasan mengenai wakil dari Pemerintah yang akan membahas RUU tersebut.

Sesuai surat balasan Presiden No 8.09/Pres/12/2001 tanggal 20 Desember 2001, Pemerintah menugaskan 3 (tiga) Menteri untuk mewakili Pemerintah dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Penyiaran, yaitu Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, Menteri Perhubungan, dan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Dalam perjalanan pembahasan, pada Masa Sidang III Tahun Sidang 2001 - 2002 Ketua Pansus RUU tentang Penyiaran Saudara Prof. Dr. Dimyati Hartono, S.H., mengundurkan diri dari keanggotaan DPR RI maka pada tanggal 19 Maret 2002 Pansus melaksanakan Rapat Plena yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR . RI/Korinbang dengan acara penetapan Ketua Pansus Penyiaran yaitu Saudara Paulus Widiyanto menggantikan Saudara Prof. Dr.

Dimyati Hartono, S.H.

Selain pergantian pimpinan, dengan adanya perubahan Tata Tertib Dewan maka keanggotaan Pansus Penyiaran pada tanggal 20 Maret 2002 mengalami perubahan jumlah Anggota Pansus yang semula 50 Anggota dari ~0 fraksi di Dewan menjadi 49 Anggota dari 9 fraksi ,1

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati,

Sebelum memasuki pembicaraan tingkat III, Pansus dan Pemerintah sepakat untuk melaksanakan pertemuan informal guna menyatukan persepsi mengenai Penyiaran. Dalam pertemuan informal terse but tercatat 9 pokok permasalah krusial yaitu:

Lembaga Penyiaran Publik dan Lembaga Penyiaran Komunitas, Komisi Penyiaran Indonesia, Sistem Jaringan, Perizinan, Pemilikan Silang, Lembaga Penyiaran Asing, Penyidikan, dan Sanksi.

Dalam pembicaraan tingkat III/pembahasan RUU tentang Penyiaran Pemerintah telah mengajukan beberapa penambahan Bab, Pasal, dan ayat baru dari naskah RUU Penyiaran Usul Inisiatif Dewan, sehingga keseluruhan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) menjadi 255 nomor DIM.

Pembahasan telah berlangsung selama ini menempuh tahapan sebagai berikut:

7

(9)

1. Tahap Plena Pansus (Rapat Kerja)

Tahap ini membahas Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) oleh seluruh Anggota Pansus yang berjumlah 49 orang bersama Pemerintah selama 16 (enam belas) hari kerja dengan waktu yang digunakan sebagai berikut:

a. Masa Sidang III Tahun Sidang 2001 - 2002, Raker dilaksanakan sebanyak 1 (satu) hari yaitu tanggal 19 Maret 2002.

b. Masa Sidang IV Tahun Sidang 2001 - 2002, Raker dilaksanakan sebanyak 15 (lima belas) hari yaitu tanggal 14, 15, 16, 22, 23, 27, 29, dan 30 Mei 2002 serta tanggal 10, 11, 13, 17, 18, 19 Juni 2002, dan 10 Juli 2002.

Dari hasil Pembahasan dalam Rapat Kerja Pansus dengan materi pembahasan sebanyak 255 Nomor DIM, disepakati materi yang dibahas dalam Panja sebanyak 155 DIM, TIMUS sebanyak 44 DIM, TIMCIL sebanyak 8 DIM, dan TIMSIN 13 DIM, sedangkan DIM yang disetujui/tetap sebanyak 64 DIM.

2. Tahap Panitia Kerja (Panja)

Sesuai keputusan Rapat Kerja Pansus RUU tentang Penyiaran pada tanggal 10 Juli 2002, untuk membahas lebih lanjut DIM yang belum selesai (DIM yang diserahkan Raker ke Panja), maka d!bentuk Panja yang beranggotakan 23 orang, diketuai Saudara Ir. H. Soeharsojo.

Dalam melaksanakan tugasnya, Panja telah melaksanakan Rapat-rapat sebanyak 10 (sepuluh) hari yaitu tanggal 17 dan 18 Juli 2002, serta tanggal 19 sampai dengan 25 Agustus 2002, dan tanggal 16 September 2002.

Dalam Rapat Panja tanggal 25 Agustus 2002, dibentuk Timus diketuai Saudara Drs. H. Nadhier Muhammad, M.A., sedangkan Timcil dan Timsin diketuai Saudara Drs. Amin Said Husni dan telah melaksanakan Rapat sebanyak 2 (dua) hari kerja dari tanggal 29 dan 30 Agustus 2002.

Dalam pembahasan Panja, Timus, Timcil dan Timsin, Pemerintah diwakili Tim Interdepartemen.

3. Tahap Plena Pansus II (Raker Pansus)

Tahap ini dilaksanakan pada Masa Sidang I dan II Tahun Sidang 2002 - 2003, dimana Raker dilaksanakan sebanyak 12

(10)

(dua belas) hari kerja yaitu pada tanggal 18, 25, dan 26 September 2002, 5, 7, 11, 12, 13, 14, 19, 20, dan 21 November 2002.

Khusus pada Raker tanggal 18 September 2002, Panja melaporkan hasil pembahasannya, antara lain ada beberapa hal yang tidak dapat diputuskan dalam Panja, akan tetapi disetujui Panja untuk disampaikan dalam Rapat Kerja Pansus guna mendapatkan penetapan/persetujuan. Selain itu hasil pembahasan Panja digunakan sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat pers dan penyiaran pada tang_gal 19 dan 20 September 2002.

Kemudian Pansus mengadakan kembali Raker pada tanggal 25 dan 26 September 2002 guna membahas masalah yang

· tersisa dalam Panja dan hasil sosialisasi.

Selanjutnya hasil keputusan Rapat kerja Pansus pada tanggal 26 September 2002 disepakati bahwa hasil yang telah diputuskan dijadikan sebagai bahan sosialisasi kepada organisasi masyarakat pers dan penyiaran, untuk memperoleh masukan-masukan guna penyempurnaan RUU ini.

Sosialisasi RUU Tentang Penyiaran

Dalam rangka sosialisasi RUU Penyiaran tersebut, Pansus RUU Penyiaran menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi dan dukungan dari organisasi masyarakat pers dan penyiaran . seperti, PWI, SPS, ISAI, AJI, ATVSI, ATVLI, Jaringan Radio Komunitas, serta masyarakat perfilman seperti BP2N dan Saptatunggal, serta perguruan tinggi, antara lain Universitas Indonesia, Universitas Pajajaran, UNS Solo, Universitas Petra Surabaya, UNAIR Surabaya, Untag Surabaya dan lain-lain yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah berperan penting dalam rangka penyempurnaan RUU tentang Penyiaran.

Selanjutnya pada tanggal 21 November 2002, Rapat Kerja diakhiri dengan persetujuanjpengesahan dengan menandatangani naskah Rancangan Undang-undang oleh Fraksi-fraksi dan Pemerintah.

9

(11)

Dengan demikian pembicaraan tingkat III RUU tentang Penyiaran secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam waktu 40 (em pat puluh) hari.

Pimpinan dan Sidang Dewan yang kami hormati.

Proses pembahasan selama RUU Penyiaran telah dilakukan dalam suasana yang betul-betul mencerminkan keterbukaan antara fraksi-fraksi dan Pemerintah serta penuh dengan semangat kekeluargaan untuk mencapai kata mufakat, walaupun kadang- kadang diskusi cukup "alot" tetapi bukan untuk mempertahankan pendapat, melainkan untuk mencari solusi yang terbaik.

Selain itu, terhadap beberapa materi sering terjadi argumentasi yang berkepanjangan, sehingga perlu dilakukan lobby ataupun pending, namun pada akhirnya dicapai kata sepakat.

Hal ini membuktikan bahwa anggota Pansus mempunyai semangat yang benar-benar menempatkan kepentingan nasional di atas kepentingan kelompok atau golongan. Pemikiran yang positif dan konstruktif yang berasal dari Fraksi maupun Pemerintah diberikan respon secara obyektif dan yang terbaik disepakati menjadi keputusan bersama.

Yth. Saudara Pimpinan Sidang,

Yth. Saudara Menteri Negara Komunikasi dan Informasi, Yth. Saudara Menteri Perhubungan,

Yth. Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Man usia, Yth. Saudara Anggota Dewan,

Hadiri yang berbahagia,

Selanjutnya izinkanlah kami menyampaikan pokok-pokok laporan RUU tentang Penyiaran, yang melalui kerja keras, ketekunan, dan keuletan serta semangat kebersamaan dan dilandasi wawasan kebangsaan dari semua pihak, akhirnya berbagai materi muatan RUU ini dapat diselesaikan dengan baik

-~ dan lancar, sehingga dapat dilaporkan dalam Rapat Paripurna hari ini tanggal 2.8 November 2002, yang semula dijadualkan tanggal 25 November 2002.

(12)

Berdasarkan hasil yang telah dicapai melalui proses pembicaraan secara demokratis dengan memperhatikan dan mengakomodasikan aspirasi yang berkembang baik dari Fraksi maupun Pemerintah, maka tanpa bermaksud mengurangi kandungan muatan RUU, pada Rapat Paripurna ini hanya akan disampaikan garis-garis besarjpokok yang dianggap sangat penting yang terdapat dalam RUU ini.

Saudara Pimpinan dan An,ggota D·ewan yang berbahagia,

Naskah asli RUU tentang Penyiaran ini semula terdiri 10 Bab dan 63 pasal, namun setelah melalui pembahasan terdiri dari 12 bab dan 64 pasal, telah dibahas baik penyempurnaan rumusan substansi maupun redaksional.

Beberapa hal yang sangat penting dalam RUU Penyiaran adalah sebagai berikut:

Asas-asas Penyiaran

Sistem Penyiaran Nasional menentapkan asas-asas, yaitu asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.

Arah-arah penyiaran,

selain itu, penyiaran mempunyai arah untuk:

a. menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa;

c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

d. menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;

e. meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;

-~ f. menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran -aktif masyarakat dalam pembangunan naional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup;

11

(13)

g. mencegah monopoli pemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran;

h. mendorong peningkatan kemampuan perekomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi;

i. memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawb;

j. memajukan kebudayaan nasional.

Pokok-pokok pikiran tentang Penyiaran,

Undang-undang ini disusun berdasarkan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

1. penyiaran harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin kebebasan berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi, dan supremasi hukum;

2. penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak asasi setiap individu/orang dengan menghormati dan tidak mengganggu hak individu/orang lain;

3. memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, juga harus mempertimbangkan penyiaran sebagai lembaga ekonomi yang penting dan strategis, baik dalam skala nasional maupun internasional;

4. mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya di bidang penyiaran, seperti teknologi digital, kompresi, komputerisasi, televisi kabel, satelit, internet, dan bentuk-bentuk khusus lain dalam penyelenggaraan siaran;

5. lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol sosial dan berpartisipasi dalam memajukan penyiaran nasional;

untuk itu, dibentuk Komisi Penyiaran Indonesia yang menampung aspirasi masyarakat dan mewakili kepentingan publik akan penyiaran;

6. Penyiaran mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi

radio dan orbit satelit geostasioner yang merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien;

(14)

-~

7. Pengembangan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas, bermartabat, mampu menyerap, dan merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, untuk meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya asing.

Sistematika Undang-undang Penyiaran Bab I : Ketentuan Umum

Bab II : Asas, Tujuan, Fungsi dan Arah Bab III : Penyelenggara Penyiaran

Bagian Pertama - Umum

Bagian Kedua - Komisi Penyiaran Indonesia Bagian Ketiga - Jasa Penyiaran

Bagian Keempat - Lembaga Penyiaran Publik Bagian Kelima - Lembaga Penyiaran Swasta Bagian Keenam - Lembaga Penyiaran

Komunitas

Bagian Ketujuh - Lembaga Penyiaran Berlangganan

Bagian Kede/apan - Lembaga Penyiaran Asing Bagian Kesembilan - Stasiun Penyiaran dan

Wilayah Jangkauan Siaran Bagian Kesepu/uh - Rencana Dasar Teknik

Penyiaran dan Persyaratan Teknik Perangkat Penyiaran.

Bagian Kesebe/as - Perizinan.

Bab IV : Pelaksanaan Siaran

Bagian Pertama - Isi Siaran Bagian Kedua - Bahasa Siaran

Bagaian Ketiga - Rilai dan Siaran Bersama Bagian Keempat - Kegiaran Jurnalistik Bagian Kelima - Hak Siar

Bagian Keenam - Ralat Siaran

13

(15)

Bab V Bab VI Bab VII Bab VIII Bab IX Bab X Bab XI Bab XII

Bagian Ketujuh - Arsip Siaran Bagian Kedelapan - Siaran !klan Bagian Kesembilan - Sensor lsi Siaran : Pedoman Perilaku Penyiaran

: Peran Serta Masyarakat . : Pertanggung jawaban

: Sanksi Administratif : Penyidikan

: Ketentuan Pidana : Ketentuan Peralihan : Ketentuan Penutup

Yth. Saudara Pimpinan DPR-RI,

Yth. Saudara Menteri Negara Komuniklasi dan Informasi, Yth. Saudara Menteri Perhubungan,

Yth. Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Man usia, Seluruh masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia,

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Demikianlah pokok-pokok laporan Pansus mengenai pembahasan tingkat III RUU tentang Penyiaran yang telah disetujui dan ditandatangan oleh Fraksi-fraksi dan Pemerintah dalam rapat kerja tanggal 21 November 2002.

Apabila kita melihat dan mencatat adanya perubahan- perubahan yang dilakukan dalam pembahasan tersebut, hal ini bukanlah perubahan untuk sekadar sebuah perubahan, melainkan perubahan yang dimaksudkan sebagai perubahan untuk menampung berbagai pemikiran dan aspirasi rasional yang mengarah penyempurnaan.

Kami sadar bahwa Undang-undang . Penyiaran tm merupakan hasil tertinggi yang dapat Pansus putuskan melalui proses dan prosedur yang berlaku. Memang masih ada kelompok masyarakat penyiaran secara vokal menentang RUU tentang Penyiaran ini, tetapi banyak pula kelompok masyarakat dan "The

Voice of The Voiceless' yang meminta pengesahan Undang- Undang tentang Penyiaran, agar tidak ada kekosongan perundang-

(16)

undangan. Dalam hal ini kami berketetapan menyusun Undang- undang Penyiaran untuk mengantisipasi masa depan Indonesia yang lebih kuat dan bersatu menghadapi era informasl dan globalisasi di masa sekarang dan di masa depan. Kami mengajak semua komponen masyarakat penyiaran untuk senantiasa berpikiran bahwa Indonesia terlalu besar hanya diurus dan diperhatikan oleh sekelompok orang saja. Karena itu kita harus bersama-sama menyelesaikan persoalan bangsa dengan kerja keras dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Kami kutipkan bait lagu

"Dari Barat sampai ke Timur berjajar pulau-pulau

sambung menyambung menjadi Satu itulah Indonesia ... .

Indonesia tanah airku."

Itu pulalah sistem penyiaran nasional, sambung-menyambung antara lembaga-lembaga penyiaran yang ada menjadi jaringan yang kuat dan tangguh dalam sistem penyiaran Indonesia.

Untuk itulah, Pansus RUU tentang Penyiaran mempersembahkan hasil pembahasan RUU ini untuk dimintakan persetujuan Fraksi-fraksi dalam Sidang Paripurna menjadi undang- undang untuk selanjutnya disampaikan kepada Presiden guna mendapatkan pengesahan untuk diundangkan.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Reformasi, Fraksi TNI/POLRI, Fraksi Partai Bulan Bintang, Fraksi Partai Perserikatan Daulatul Ummah, Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia, dan Pemerintah yang telah dengan sungguh-sungguh dan cermat membahas RUU ini sehingga dapat menghasilkan suatu produk undang-undang yang menjadi landasan untuk melangkah lebih lanjut.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada media massa

·~ baik cetak maupun elektronika yang telah menginformasikan RUU ini kepada masyarakat. Demikian pula ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Sekretariat Jenderal DPR-RI, khususnya kepada Sekretariat Pansus RUU tentang Penyiaran dan Staf Kementrian

15

(17)

Komunikasi dan Informasi, Departemen Perhubungan dan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia yang telah membantu menyiapkan pembahasan RUU ini.

Pada kesempatan ini pula, kami seluruh Pimpinan dan Anggota Pansus Penyiaran menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang mempunyai perhatian dan minat kepada Undang-undang tentang Penyiaran ini terutama masyarakat Pers, perfilman, periklanan, pendidikan, lembaga-lembaga kemasyarakat lainnya apabila masukan dan usulan mereka belum tertampung dalam undang-undang ini. Untuk itulah aspirasi-aspirasi dan pemikiran-pemikiran lanjutan dapat disampaikari kepada Pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia untuk membahasnya.

Yth. Saudara Pimpinan DPR-RI,

Yth. Saudara Menteri Ne·gara Komuniklasi dan Informasi, Yth. Saudara Menteri Perhubungan,

Yth. Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Man usia, Masyarakat pers dana penyiaran Indonesia,

Hadirin sekalian yang berbahagia.

Demikian laporan pelaksanaan tugas Pansus RUU tentang Penyiaran dan perkenankanlah kami mempersembahkan hasil pembahasan tersebut kepada bangsa dan negara melalui Sidang Paripurna ini, terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

PANSUS RUU TENTANG PENYIARAN

PAULUS WIDIYANTO

Referensi

Dokumen terkait

Tidak melaksanakan program/kegiatan karena kegiatan seni sudah memenuhi syarat. Bidang Tematik dan Nontematik No. Subbidang, Program, dan Kegiatan Frekuensi & Durasi.

Adalah lapisan sel lebih dalam yang terbentuk dari sel kulit yang baru. Sebagian besar lapisan ini menghasilkan keratohialin dan serabut keratin yang berfungsi sebagai

JAMINAN UANG MUKA Cukup jelas.. JAMINAN PEMELIHARAAN

Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Evakuasi

Demikian pendapat akhir pemerintah atas RUU Panas Bumi dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia hari ini. Kepada Pimpinan Sidang dan Anggota Dewan

Interaksi an- tara konsentrasi asap cair batang tembakau de- ngan lama perendaman tidak berpengaruh pada kekerasan, warna, aroma, dan total bakteri daging ikan gurami

3) Soft copy Hasil Rekapitulasi Penghitungan Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota tingkat Oesa (Formulir Model OAA KWK); 4) Soft copy dokumen yang

Pimpinan Panitia Khusus Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Perpajakan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dipilih oleh dan dari Anggota