• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deny Razianti Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Deny Razianti Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Abstrak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK HIBURAN, PAJAK RESTORAN, PAJAK PENERANGAN JALAN, PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN

BATUAN, PAJAK PARKIR DAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN BINTAN PERIODE 2011-2014

Deny Razianti 110462201296

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang

2015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan 2011- 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Pendapatan Asli Daerah 2011- 2014. Sedangkan sampel penelitian adalah Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Pendapatan Asli Daerah 2011- 2014. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan data di analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Pajak Hotel dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah, namun secara parsial Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan secara simultan menunjukkan bahwa Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini diperkuat dengan hasil uji koefisien determinasi sebesar 45,8%.

Kata Kunci : Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pendapatan Asli Daerah

PENDAHULUAN

Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat diharapkan mampu memberikan kemandirian bagi Pemerintah Daerah untuk mengembangkan daerahnya di segala bidang termasuk mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan pemerintah dan pembangunan. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Dari berbagai alternatif yang dipungut oleh daerah, Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.

Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Kepulauan Riau. Guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah

(2)

Kabupaten Bintan berusaha untuk meningkatkan pendapatan asli daerah salah satunya melalui pajak dan retribusi daerah. Realisasi Pajak Hotel pada tahun 2011-2014 cenderung mengalami peningkatan. Begitu pula dengan realisasi Pajak Restoran yang juga mengalami peningkatan yakni pada tahun 2011 dan tahun 2012. Hanya saja pada tahun 2013 mengalami penurunan, kemudian kembali mengalami peningkatan ditahun 2014.

Sedangkan realisasi Pajak Penerangan Jalan mengalami peningkatan di tahun 2012, namun mengalami penurunan di tahun 2013 dan pada tahun 2014 kembali meningkat. Dengan peningkatan tersebut tentunya akan memberi kontribusi terhadap penerimaan daerah Kabupaten Bintan.

Selanjutnya untuk realisasi Pajak Hiburan mengalami penurunan di setiap tahunnya yakni tahun 2012-2014. Begitu juga dengan Mineral Bukan logam dan Batuan yang mengalami penurunan disetiap tahunnya. Namun mengalami peningkatan di tahun 2014. Realisasi Pajak Parkir meningkat di tahun 2012 namun menurun di tahun selanjutnya kemudian kembali meningkat di 2014. Sedangkan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan mengalami penurunan di tahun 2012, sementara di tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap penerimaan pendapatan daerah Kabupaten Bintan.

Potensi-potensi yang ada di Bintan seharusnya bisa dimaksimalkan lagi untuk menambah sumber penerimaan yang diterima oleh daerah. Tujuan adanya peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah adalah untuk mendorong perekonomian Kabupaten Bintan melalui pembangunan sarana prasarana yang menunjang perekonomian. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan perekonomian dapat berkembang dan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul yakni “PENGARUH PAJAK HOTEL, PAJAK HIBURAN, PAJAK RESTORAN, PAJAK PENERANGAN JALAN, PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN, PAJAK PARKIR DAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BINTAN PERIODE 2011-2014”.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Pajak Hotel berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

2. Apakah Pajak Hiburan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

3. Apakah Pajak Restoran berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

4. Apakah Pajak Penerangan Jalan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

5. Apakah Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

6. Apakah Pajak Parkir berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

7. Apakah Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

8. Apakah Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bintan ?

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pajak

menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2011:1) “Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal-balik yang langsung dapat ditunjukkan dan yang dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Pengertian lain “Pajak adalah

(3)

prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah”, Smeets dalam Waluyo (2006:2).

Pengertian Pajak Daerah

Menurut Samudra (2005:49) pajak daerah adalah pungutan daerah yang berdasarkan peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluran-pengeluaran daerah sebagai badan publik. pengertian pajak daerah juga diungkapkan oleh Mardiasmo (2011:12) pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyatakan bahwa pajak daerah dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yakni:

1. Pajak Provinsi, antara lain:

 Pajak Kendaraan Bermotor;

 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

 Pajak Air Permukaan;

 Pajak Rokok.

2. Pajak Kabupaten, antara lain:

 Pajak Hotel;

 Pajak Restoran;

 Pajak Hiburan;

 Pajak Reklame;

 Pajak Penerangan Jalan;

 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

 Pajak Parkir;

 Pajak Air Tanah;

 Pajak Sarang Burung Walet;

 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Masa Pajak, Tahun Pajak Dan Saat Terutang Pajak

Masa Pajak menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 37 adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. Sedangkan Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender (Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 38) dan Pajak Terutang menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 1 Ayat 39, dinyatakan sebagai pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Tarif Pajak

Tarif pajak berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 dan Nomor 11 Tahun 2011 untuk Pajak Hiburan dan Pajak Penerangan Jalan

(4)

Jenis Pajak Tarif

UU 28/11 Perda 1/11

& 11/11

Pajak Hotel 10% 10%

Pajak Restoran 10% 10%

Pajak Hiburan 35% 35%

Pajak Reklame 25% 25%

Pajak Penerangan Jalan 10% 5%

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 20% 20%

Pajak Parkir 30% 30%

Pajak Air Tanah 20% 20%

Pajak Sarang Burung Walet 10% 10%

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 0,3% 0,2%

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 5% 5%

Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan.

Sumber Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, merupakan sumber keuangan daerah yang digali dalam wilayah daerah yang bersangkutan, yang terdiri dari Pajak daerah, Retribusi daerah, Kekayaan daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Pajak Hotel

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2001 menyatakan dengan nama Pajak Hotel dipungut pajak atas setiap pelayanan dihotel. Objek pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang seperti fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotocopy, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyaman termasuk fasilitas olahraga dan hiburan (Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011).

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011, menyatakan bahwa Dasar pengenaan pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada Hotel. Tarif Pajak Hotel berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 ditetapkan paling tinggi 10% dan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011 Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pajak Hiburan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 Dengan nama Pajak hiburan dipungut atas setiap penyelenggaraan hiburan. Dimana Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan di pungut bayaran. Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan dipungut bayaran.Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima termasuk potongan harga dan tiket Cuma-Cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan oleh penyelenggara hiburan (Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011).

(5)

Pajak Restoran

Dengan nama Pajak Restoran dipungut atas setiap pelayanan di restoran.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria/ pujasera, kantin, warung, bar, dansejenisnya termasuk jasa boga/katering. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran, meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain (Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011).

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 menyatakan Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima Restoran. Termasuk pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain. Tarif Pajak Restoran berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 ditetapkan paling tinggi 10% dan Untuk tarif pajak restoran Kabupaten Bintan dikenakan sebesar 10% (sepuluh persen) dari dasar pengenaan pajak (Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011).

Pajak Penerangan Jalan

Dengan nama Pajak Penerangan Jalan dipungut pajak atas setiap penggunaan listrik baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain (Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011). Objek Pajak Penerangan Jalan adalah pengguna tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri meliputi seluruh pembangkit listrik maupun yang diperoleh dari sumber lain (Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011).

Untuk tarif Pajak Penerangan Jalan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 ditetapkan paling tinggi 10% dan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011, ditetapkan 10% (sepuluh persen) dan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 11 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2011 tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Peraturan daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011 dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dipungut pajak atas setiap kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan berdasarkan Peraturan Pemerintah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011 adalah kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang diantaranya meliputi asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu kapur; batu apung; granit; pasir; tanah urug/tanah timbun.

Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan (Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dan Kabupaten Bintan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

Pajak Parkir

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011, dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan tempat Parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Objek Pajak Parkir menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

(6)

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011 menyatakan Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar termasuk potongan harga parkir dan Parkir Cuma-Cuma yang diberikan kepada penerima jasa parkir untuk menggunakan tempat parkir kepada penyelenggara tempat parkir.

Sedangkan untuk Tarif pajak ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen) dari dasar pengenaan pajak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011.

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dipungut pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011, hak atas tanah dan/atau bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya.Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011, Objek Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Dimana hak atas tanah terdiri dari hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.

Dasar pengenaan Objek Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011 adalah Nilai Perolehan Objek Pajak. Jika Nilai Perolehan Objek Pajak tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan yang dipakai adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan. Untuk tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 tahun 2011ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Hipotesis

Berdasarkan pengembangan hipotesis diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Pajak Hotel berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah H2 : Pajak Hiburan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah H3 : Pajak Restoran berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah H4 : Pajak Penerangan Jalan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli

Daerah

H5 : Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah

H6 : Pajak Parkir berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah

H7 : Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah

H8 : Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

METODOLOGI PENELITIAN Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah data dari laporan realisasi Pajak bulanan periode Januari 2011-2014 tentang Pajak Hotel (X1), Pajak Hiburan(X2), Pajak Restoran(X3), Pajak Penerangan Jalan(X4), Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan(X5), Pajak Parkir(X6), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan(X7) dan Pendapatan Asli Daerah(Y) yang diperoleh dari laporan keuangan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kekayaan Daerah Kabupaten Bintan.

Metode Penentuan Populasi/Sampel Populasi Penelitian

Menurut Suharyadi dan Purwanto (2009:7) populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda dan ukuran lain, yang menjadi objek

(7)

perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Populasi dalam penelitian ini adalah pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pendapatan asli daerah perbulan selama 4 tahun dari 2011 sampai dengan 2014

Sampel Penelitian

Sampel menurut Suharyadi dan Purwanto (1009:7) adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling artinya pengambilan sampel menggunakan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa Pajak Parkir tidak termasuk dalam sampel penelitian dikarenakan tidak terpenuhinya syarat-syarat sebagaimana yang telah ditetapkan oleh peneliti. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Mineral Bukan Logam dan Batuan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dan Pendapatan Asli Daerah.

Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumentasi sedangkan Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain (biasanya sudah dipublikasikan) (Seputra,2013:10). Dokumentasi dalam penelitian ini yakni mengumpulkan data-data yang diperlukan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan Daerah (DPPKD) Kabupaten Bintan. Selain itu peneliti juga mengadakan penelitian studi Kepustakaan dari buku-buku, jurnal, laporan penelitian, jurnal ilmiah dan penerbitan lainnya yang relevan dengan penelitian.

Metode Analisis Analisis Deskriptif

Deskriptif menurut Seputra (2013:3) bersifat memberi gambaran.

Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas

Menurut Wijaya (2012:132) Uji Normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk mendeteksi normal atau tidaknya data adalah dengan melakukan uji statistik yaitu dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Uji Multikolinearitas

Menurut Wijaya (2012:125) Uji Multikolinearitas merupakan uji yang ditunjuk untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi, Ghozali (2013:105) menyatakan multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF).

Uji Autokorelasi

Menurut Wijaya (2012:127) tujuan Uji Autokorelasi adalah menguji tentang ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan linier. Ghozali (2013:120) menyatakan bahwa Run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2013:139). Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas Grafik scatter plot dan Uji Spearman.

(8)

Analisis Berganda

Analisis regresi berganda dapat didefinisikan sebagai pengaruh antara lebih dari 2 variabel, dimana terdiri dari 2 atau lebih variabel independent/ bebas dan 1 variabel dependent (terikat) dan juga digunakan untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction) (Kurniawan:52). Sehingga Rumus persamaan Regresi Berganda dapat dijabarkan sebagai berikut (Kurniawan:52) :

Y = α + β1X12X23X3 + β4X4+ β5X5+ β6X67X7 + ε Dimana :

Y : Pendapatan Asli Daerah α : Konstanta

β : Koefisien Regresi X1 : Pajak Hotel X2 : Pajak Hiburan X3 : Pajak Restoran

X4 : Pajak Penerangan Jalan

X5 : Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan X6 : Pajak Parkir

X7 : Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Uji Hipotesis

Uji t

Menurut Priyatno (2010:68) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1,X2…….Xn) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji f

Menurut Priyatno (2010:67) Uji f digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2…….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y.

Uji Determinasi

Menurut Priyatno (2010:66) Uji determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1,X2…….Xn) secara serentak terhadap variabel Y.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Uji Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti minimum, maksimum,dan mean. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa :

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai rata-rata Rp 12424.6348 dengan tingkat standar deviasi Rp 3827.41728; dari 48 sampel variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai minimum adalah Rp 7945.99 dan memiliki nilai maksimum Rp 30931.86.

2. Variabel Pajak Hotel memiliki nilai rata-rata Rp 4528.0171 dengan tingkat standar deviasi Rp 967.78560; dari 48 sampel variabel Pajak Hotel memiliki nilai minimum adalah Rp 2423.00 dan memiliki nilai maksimum Rp 6513.23.

3. Variabel Pajak Hiburan memiliki nilai rata- rata Rp 254.6219 dengan tingkat standar deviasi Rp 194.77278; dari 48 sampel variabel Pajak Hiburan yang memiliki nilai minimum adalah Rp 28.84 dan memiliki nilai maksimum Rp 1049.32.

4. Variabel Pajak Restoran memiliki nilai rata- rata Rp 2158.3279 Dengan tingkat standar deviasi Rp 398.26423; dari 48 sampel variabel Pajak Restoran 5. memiliki nilai minimum adalah Rp 1144.10 dan memiliki nilai maksimum Rp

2833.46.

6. Variabel Pajak Penerangan Jalan memiliki nilai rata-rata Rp 632.9635 dengan tingkat standar deviasi Rp 235.83624; dari 48 sampel variabel Pajak Penerangan

(9)

Jalan memiliki nilai minimum adalah Rp 107.65 dan memiliki nilai maksimum Rp 1198.90.

7. Variabel Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan memiliki nilai rata-rata Rp 1149.3910 Dengan tingkat standar deviasi Rp 408.86333; dari 48 sampel variabel Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan memiliki nilai minimum adalah Rp 571.20 Dan memiliki nilai maksimum Rp 2747.60.

8. Variabel Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan memiliki nilai rata-rata Rp 522.6723 Dengan tingkat standar deviasi Rp 1261.31901; dari 48 sampel variabel Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan memiliki nilai minimum adalah Rp 9.42 dan memiliki nilai maksimum Rp 6915.65.

Hasil Uji Asumsi Klasik Normalitas

Wijaya (2012:132) Uji Normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel bebas terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki nilai residual yang berdistribusi secara normal. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov : Sebagai dasar pengambilan keputusan adalah dengan melihat nilai signifikansi residual. Jika signifikansi lebih besar dari 0.05 maka residual berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil tabel 4.6 diatas, terlihat bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov smirnov menunjukkan angka yang normal setelah variabel dependen dan independennya dilogaritma naturalkan. Karena lebih besar dari α (α = 0,05) yakni 0.061 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa berdistribusi normal.

Multikolinearitas

Menurut Wijaya (2012:125) Uji Multikolinearitas merupakan uji yang ditunjuk untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas(variabel independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance inflantion factor (VIF). Model yang baik adalah data yang tidak terkena masalah multikolinearitas. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai VIF < 10 dan Tolerance> 0,1 maka model regresi bebas dari multikolinearitas.

Berdasarkan dari hasil output diatas pada tabel 4.7 maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel tidak mengandung atau bebas dari multikolinearitas. Karena seluruh nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10.

Autokorelasi

Menurut Wijaya (2012:127) tujuan Uji Autokorelasi adalah menguji tentang ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan linier. Ghozali (2013) menyatakan bahwa Run test sebagai bagian dari statistik non parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi.

Model yang baik adalah model yang bebas dari uji autokorelasi. Dalam run test ini, jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual random atau bebas dari autokorelasi antar nilai residual.

Dari hasil uji di atas pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2- tailed) > 0.05. dengan demikian dapat dinyatakan bahwa residual random atau bebas dari autokorelasi.

Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas.

a. Grafik scatter plot, deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik tersebut. residual dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas jika pada grafik scatter plot tidak ada pola yang

(10)

jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya heteroskedastisitas.

Dari hasil output diatas pada gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

b. uji spearman menurut Priyatno (2010;84) adalah mengkorelasi nilai residual (unstandardized residual) dengan masing-masing variabel independen dengan ketetntuan jika probabilitas < 0,05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil output pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa korelasi ke lima variabel dengan Unstandarized Residual, semua nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak ada heteroskedastisitas.

Dari keempat uji asumsi klasik diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas serta terbebas dari masalah multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara lebih dari 2 variabel, dimana terdiri dari 2 atau lebih variabel independent/ bebas dan 1 variabel dependent (terikat) dan juga digunakan untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction) (Kurniawan:52).

Berdasarkan hasil uji diatas pada tabel 4.10 dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Uji Hipotesis Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Uji Simultan (Uji-f)

uji-f digunakan untuk menguji oengaruh variabel indepenen atau bebas secara bersama- sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hasil uji-f dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:

Analisis Koefisien Determinasi

Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hasil analisis determinasi dapat dilihat pada output tabel 4.13 dibawah ini:

Berdasarkan hasil output diatas pada tabel 4.13 diperoleh angka Adjusted r squared sebesar 0,458 atau 45,8%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 45,8%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 48,8% variasi variabel dependen.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk memperoleh model regresi yang baik, dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas serta terbebas dari masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Kemudian dari hasil pengujian secara simultan (Uji-f) diketahui bahwa Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, pajak Penerangan Jalan, pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bintan Periode 2011-2014.

Hal ini diperkuat dengan hasil uji koefisien determinasi (R2) sebesar 45,8%

yang berarti Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bintan 45,8% dipengaruhi oleh

(11)

Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dan Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

Pengaruh Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hasil pengujian Pajak Hotel menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 2,057 dan t-tabel sebesar 2,020 jadi t-hitung > t-tabel (2,057>2,020) dan nilai signifikansi 0,046 ternyata < 0,05. Dengan demikian Ho ditolak yang berarti pajak hotel berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Pajak Hiburan berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0,326 dan t-tabel sebesar 2,020 yang berarti t-hitung < t-tabel (0,326<2,020) dan nilai signifikansi Pajak Hiburan sebesar 0,746 > 0,05 Dengan demikian Ho diterima yang berarti Pajak Hiburan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Pengaruh Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hasil pengujian Pajak Restoran menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 0,817 dan t-tabel sebesar 2,020 jadi t-hitung < t-tabel (0,817<2,020) dan nilai signifikansi 0,418 ternyata > 0,05. Dengan demikian Ho diterima yang berarti Pajak Restoran tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Pengaruh Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hasil pengujian Pajak Penerangan Jalan menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar -0,543 dan t-tabel sebesar -2,020 jadi -t-hitung > -t-tabel (-0,543>-2,020) dan nilai signifikansi 0,590 ternyata > 0,05. Dengan demikian Ho diterima yang berarti Pajak Penerangan Jalan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Pengaruh Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan berdasarkan hasil pengujian menunjukkan nilai t-hitung sebesar 0,017 dan t-tabel sebesar 2,020 yang berarti t- hitung < t-tabel (0,017< 2,020) dan nilai signifikansi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebesar 0,987 > 0,05 Dengan demikian Ho diterima yang berarti Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Pengaruh Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Hasil pengujian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menunjukkan bahwa nilai t-hitung sebesar 4,869 dan t-tabel sebesar 2,020 jadi t-hitung > t-tabel (4,869>2,020) dan nilai signifikansi 0,000 ternyata < 0,05. Dengan demikian Ho

ditolak yang berarti Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil pengujian hipotesis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai pengaruh Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bintan pada Kantor DPPKD Kabupaten Bintan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian secara parsial untuk variabel Pajak Hotel, menyatakan bahwa Pajak Hotel berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

2. Dari hasil pengujian secara parsial Pajak Hiburan, dinyatakan bahwa Pajak Hiburan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

3. Dari hasil pengujian secara parsial Pajak Restoran, menunjukkan bahwa Pajak Restoran juga tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

4. Dari hasil pengujian secara parsial Pajak Penerangan Jalan, menunjukkan bahwa Pajak Penerangan Jalan tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

5. Dari hasil pengujian secara parsial Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, menyatakan bahwa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

(12)

6. Dari hasil pengujian secara parsial Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, menyatakan bahwa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

7. Dari hasil pengujian secara simultan variabel independen menunjukkan bahwa variabel independen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga lebih kecil dari 0,05 artinya variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat ditolak.

8. Dari dari hasil uji koefisien determinasi (R2) membuktikan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen dengan persentase 45,8% dan 54,2 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan model regresi.

Saran

Bagi DPPKD Kabupaten Bintan harus lebih meningkatkan pemungutan-pemungutan pajak daerah dan hendaknya mengawasi pemungutan yang dilakukan serta hendaknya dapat menyikapi dengan meningkatkan jumlah objek pajak tersebut di Kabupaten Bintan.

Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah sampel penelitian, agar hasil yang didapat lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya, peneliti selanjutnya juga dapat menambah variabel penelitian yang belum di gunakan atau sesuai dengan teori-teori yang digunakan

DAFTAR PUSTAKA

Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati.2010. Perpajakan Indonesia. Konsep, Aplikasi dan Penuntun Praktis. Yogyakarta:Andi

Ghozali, Imam.2013. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hasan, Iqbal. 2010. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT BUmi Aksara

Kurniawan, Albert. 2009. Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula.

Yogyakarta:MediaKom

Lind et al, 2007. Teknik-Teknik Sattistik Dalam Bisnis Dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Jakarta:Salemba Empat

Mardiasmo.2011. Perpajakan Edisi Revisi tahun 2011. Yogyakarta:Andi

Nirbeta, Hadis.2014. Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak penerangan Jalan, Pajak Restoran, dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali Haji

Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Peraturan Bupati Bintan Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak

Hotel Kabupaten Bintan

Peraturan Bupati Bintan Nomor 56 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Hiburan Kabupaten Bintan

Peraturan Bupati Bintan Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Restoran Kabupaten Bintan

Peraturan Bupati Bintan Nomor 38 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Bintan

Peraturan Bupati Bintan Nomor 68 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Bintan

Peraturan Bupati Bintan Nomor 53 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Parkir Kabupaten Bintan

Peraturan Bupati Bintan Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan kabupaten Bintan

Prayanti, Ni Luh Putu ari, I Wayan Suwendra dan Fridayana Yudiaatmaja. 2014.

Pengaruh Penerimaan pajak Hotel, pajak Restoran dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung 2010-2013. E-Journal Bisma: Universitas Pendidikan Ganesha

(13)

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Jakarta:

MediaKOm

Purnama, Elfira. 2012. Kontribusi Pajak Minerala Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kabupaten Lebak Banten.

Universitas Bina Nusantara

Purwanto. 2010. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Samudra, Azhari A.2005.Perpajakan Di Indonesia Keuangan, Pajak dan Retribusi.

Jakarta Pusat:PT Hecca Mitra Utama

Seputra, Yulius E. A. 2013. Belajar dan Analisis Tuntas Statistika Berbasis Komputer. Jakarta:Mitra Wacana Media

Siahaan, M.P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Grafindo Persada

Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Edisi 2 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Waluyo.2006. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Wijaya, Toni. 2012. Cepat Mengurangi SPSS 20 Untuk Olah Data dan Interprestasi Data. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi sistem informasi geografis manajemen aset wakaf di Kota Semarang yang dapat digunakan untuk menyimpan,

Wajib Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, serta Pajak Parkir wajib menghitung, memperhitungkan dan

(2) Penghapusan sanksi administratif untuk pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak mineral bukan logam, pajak parkir, dan pajak air tanah

Para penulis berbeda dalam mendefinisikan pengertian Pendidikan Islam Agama Islam, namun secara substansial keseluruhan definisi tadi mencakupa apa yang telah diuraikan di

Sebaliknya, kematian gagal sirkulasi terjadi pada pasien yang tidak aktif atau koma, mempunyai insidensi asistole lebih tinggi dari pada VF, mempunyai kecenderungan menjadi

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh jamur intermediate Candida sp., biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai

Haris Budi Susilo Joko Nurcahyo Faradiba Arbi.. Azhari / Herujito Suharianto / Sri

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian ini yaitu Penerapan Model Student Team Achievement Division (STAD) Berbasis Media PhET