BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian tentang Bahasa Ekspresif
1. Pengertian Bahasa Ekspresif Anak
Berdasarkan sifatnya bahas terbagi menjadi dua, yaitu bahasa yang bersifat reseptif (menerima) dan bahasa yang bersifat ekspresif (mengungkapkan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ekspresif berarti tepat (mampu) memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan. Sedangkan Menurut Rahmat (1991;97), “bahasa ekspresif merupakan bahasa yang berisi curahan perasaan”.
“Bahasa dan pengekpresian bahasa” adalah dua hal yang berbeda. Bahasa berada di dalam otak kita, dan ia akan tetap ada walaupun diekpresikan atau tidak Seseorang yang tidak bisa bicara (bisu) bukan berarti ia tidak memiliki bahasa. Ia tetap dapat mengetahui tentang kosa kata bahasa dan dapat menyimpan pengetahuannya dalam bentuk bahasa”.
Bahasa dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk, yaitu bicara, tulisan, dan gerakan. Bicara adalah ekspresi oral dari bahasa. Organ manusia yang berperan adalah mulut dan tenggorokan. Terkadang penggunaan istilah ”bahasa” dan ”bicara”
ini tertukar atau disamakan arti. Pada kenyataannya kedua istilah ini berbeda walaupun memiliki kaitan yang erat dalam komunikasi. Bicara bisa saja hadir tanpa adanya bahasa, begitupun sebaliknya.
Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak.
Anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa.
Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas. Sebelum mempelajari pengetahuan lain, anak perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik. Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung keberaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Bahasa juga dapat hadir tanpa bicara, contohnya dalah orang bisu-tuli karena ia tidak dapat mendengar ekpresi oral dari bahasa maka ia tidak dapat bicara. Bagi orang bisu-tuli bukan berarti ia tidak memiliki bahasa, jika ia menerima stimulasi yang tepat dan kesempatan pendidikan yang sesuai maka ia akan dapat mengembangkan kemampuan bahasa yang sama dengan orang yang dapat mendengar dan dapat berbicara atau orang yang normal seperti manusia biasa.
Dengan kata lain, ekspresi bahasa pada orang-orang tersebut bukan dengan oral melainkan dengan gerakan atau tulisan.
Bahasa ekspresif dapat membantu anak mengekspresikan kebutuhan, keinginan dan perasaan secara verbal. Mendorong anak untuk berbicara secara lebih jelas dan tegas sehingga mudah dipahami.Mendorong kepasihan berbahasa. Anak harus belajar
bahasa yang pasih baik ucapan maupun susunan kalimatnya sehingga mudah dimengerti oleh orang lain melalui pemberian contoh guru sendiri menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.Membantu anak memahami bahwa komunikasi tesebut dapat berpengaruh secara lebih efektif terhadap lingkungan sosial dan lingkungan anak.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa adalah kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan mendengarkan, berbicara dan menulis. Metoda bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan untuk Anak Usia Dini.Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi Anak Usia Dini.
Jadi bercakap-cakap adalah merupakan suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap salam bentuk tanya-jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.
Menurut Widodo (2008 : 4) berpendapat bahwa “ Bahasa ekspresif adalah kemampuan anak untuk mengeluarkan kata-kata yang berarti”.
Sedangkan menurut Fizal (2008 :3) berpendapat bahwa “Bahasa ekspresif adalah bahasa lisan dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan”
Dari beberapa pengertian diatas yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian bahasa ekspresif adalah merupakan cara seorang anak dalam mengungkapkan perasaan serta kata-katanya kepada orang lain yang berada di sekitarnya yang mempunyai arti dan kadang dicampur dengan gerakan tubuh.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan, seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan yang lain. Pendidik perlu menerapkan ide-ide mereka untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, dan menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak perlu terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Ketika belajar bahasa, anak perlu menggunakan berbagai strategi, misalnya permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan berbagai media yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa.
2. Tujuan Bahasa Ekspresif
Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, sesuai dengan tahapan usia dan karakteristik perkembangannya.
Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Adapun tujuan bahasa sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tentang perkembangan bahasa anak.
2. Untuk mengetahui tentang pengembangan bahasa lisan anak usia dini.
3. Untuk mengetahui tentang aspek perkembangan bahasa anak usia dini perkembangan bahasa anak usia dini.
4. Untuk mengetahui tentang prinsip perkembangan bahasa anak usia dini.
5. Untuk mengetahui Karakteristik kemampuan bahasa anak usia dini.
6. Untuk mengetahui tentang Keterkaitan kemampuan kognitif bahasadengan kemampuan bahasa.
7. Untuk mengetahui tentang proses perkembangan bahasa anak usia dini.
8. Untuk mengetahui bagaimana Implikasi perkembangan bahasa dalam proses pembelajaran efektif di taman kanak-kanak
3. Manfaat Bahasa Ekspresif
Berbicara tentang bercerita tentunya tidak akan lepas dari bahasa. Karena bahasa adalah sarana atau alat dalam bercerita.Perkembangan bahasa tergantung pada kematangan sel, dukungan lingkungan dan keterdidikan lingkungan.
Menurut Taningsih (2006:5) menyebutkan beberapa manfaat bahasa yaitu :
1. Sebagai alat untuk berkomunikasi.
2. Sebagai alat untuk mengembangkan intelektual anak
3. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
4. Melalui bahasa, pendengar/penerima akan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim berita.
Menurut Heyster (Suyanto, 2001:35) menyatakan bahwa manfaat bahasa itu adalah :
1. Bahasa sebagai alat penyatuan isi jiwa, misalnya ketika anak berkelahi dengan temannya dan anak tersebut melapor pada gurunya.
2. Bahasa sebagai perasapan (untuk mempengaruh orang lain)
3. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pendapat, misalnya : di dalam belajar anak kurang paham dan mempunyai pendapat yang lain, anak mengeluarkan pendapatnya serta disampaikan kepada guru.
Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa bahasa merupakan hal yang sangat penting dan utama karena merupakan alat dalam menyampaikan pendapat serta berkomunikasi antara orang yang satu dengan yang lain. Tanpa bahasa seseorang tidak akan mampu mengungkapkan apa yang ingin dikatakan dan tidak mampu memahami satu sama lain.
4. Indikator Bahasa Ekspresif
Indikator bahasa ekspresif pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tanggal 17 September 2009 sebagai berikut :
1. Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana
2. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri
3. Menceritakan isi buku walaupun tidak sama tulisan dengan yang diungkapkan
4. Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut 5. Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya, kamu, dia, mereka.
B. Pengertian Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak TK.
Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran, Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia TK.
Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa.
Bachri (2005:10) mengemukakan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Menurut Tampubolon (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak”.
Dari kedua pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa bercerita merupakan salah satu metode dan teknik bermain yang banyak dipergunakan di TK. Bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Jadi, bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan.
Bercerita juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang guru TK hendaklah mampu menjadi seorang pendongeng yang baik yang akan menjadikan cerita sebagai kegiatan bermain yang menarik dan dapat menjadikan pengalaman yang unik bagi anak.
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi Anak Usia Dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian
anak.Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk Anak Usia Dini, haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak, sehingga anak memahami isi cerita tersebut
2. Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira.lucu dan mengasyikan sesuai dengan kehidupan anak yang penuh suka cita.
3. Kegiatan bercerita diusahakanmenjadi pengalaman yang bersifat unik dan menarik bagi anak.
C. Kelebihan Metode Bercerita
Dhieni(2006 : 6.9) mengemukakan kelebihan metode bercerita antara lain : 1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif banyak,
2) Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, 3) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana,
4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah, 5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.
D. Kekurangan Metode Bercerita
Dhieni(2006 : 6.9)kekurangan daripada metode bercerita Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari guru, antara lain
1) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan pendapatnya,
2) Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar dipahami tujuan pokok isi cerita,
3) Cepat menumbuhkan rasa jenuh terutama apabila metode yang digunakan tidak menarik.
E. Langkah-langkah Metode Bercerita
Menurut Yusuf (2004:35) bahwa “cerita aan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak. Adapun langkah-langkah yang harus dalam metode bercerita adalah :
1. Dengan bimbingan guru anak mengatur posisi duduknya 2. Anak memperhatikan guru pada saat menyiapkan alat peraga 3. Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita guru
4. Anak diberi kesempatan memberikan judul cerita
5. Anak mendengarkan cerita guru dan memperhatikan gambar yang diperlihatkan oleh guru
6. Anak mendengarkan guru bercerita secara berurutan sesuai gambar yang dipegang
7. Setelah selesai bercerita seluruh gambar diperlihatkan kepada anak 8. Anak diberi kesempatan untuk memberi kesimpulan isi cerita.
9. Guru melengkapi kesimpulan cerita anak
Dalam bercerita memerlukan kemampuan berbahasa apalagi menceritakan sesuatu di depan umum. Bercerita merupakan kegiatan menyampaikan suatu kisah yang telah terjadi baik kejadian yang benar-benar terjadi maupun kejadian
hasil rekayasa. Dalam bercerita memerlukan suatu metode yang tepat agar mencapai tujuan dalam pembelajaran, dalam hal ini yaitu berbahasa.