• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL TEORI TRAUMATIK II Tim Penyusun: Ns. Pitriani, S.Kep, M.Kep Ns. Iskandar Markus, S.Kep.M.Kep Ns. Tahan Adrianus Manalu, S.Kep.M.Kep,Sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL TEORI TRAUMATIK II Tim Penyusun: Ns. Pitriani, S.Kep, M.Kep Ns. Iskandar Markus, S.Kep.M.Kep Ns. Tahan Adrianus Manalu, S.Kep.M.Kep,Sp."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL TEORI TRAUMATIK II Tim Penyusun:

Ns. Pitriani, S.Kep, M.Kep Ns. Iskandar Markus, S.Kep.M.Kep

Ns. Tahan Adrianus Manalu, S.Kep.M.Kep,Sp.KMB

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, pertolongan dan karuniaNya modul ini dapat diselesaikan dan diterbitkan. Modul teori Traumatik II dasar ini menjelaskan tentang proses pembelajaran dari praktikum Ilmu Dasar Keperawatan yang ada pada Kurikulum Pendidikan Keperawatan, sebagai pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan konten pembelajaran yang dibahas selama proses belajar terstandar untuk semua dosen pada pendidikan Keperawatan.

Pembelajaran praktikum ini telah disesuaikan dengan kurikulum dari segi kedalaman dan keluasan materi pembelajaran, serta menggunakan strategi pembelajaran menggunakan pendekatan Student Center Learning (SCL).

Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan agar pembelajaran menjadi terarah, mudah, berorientasi pada pendekatan SCL dan terutama mempunyai kesamaan dalam keluasan dan kedalaman materi pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan menghantar mahasiswa untuk berhasil dengan baik pada ujian akhir ataupun UjiKompetensi.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kaprodi Keperawatan INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM dan segenap dosen serta semua pihak yang telah berkontribusi sampai terbitnya modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi dosen maupun mahasiswa program Fakultas Keperawatan.

Lubuk Pakam, Agustus 2020

Penulis,

(3)

Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Visi

Menjadi institut yang unggul dan profesional dalam bidang kesehatan di tingkat Nasional dan Asia tahun 2028.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul, berkarakter, dan kompeten yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan globalisasi;

2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif, produktif dan responsif terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan masyarakat;

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan nilai dan tanggung jawab sosial; dan

4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.

Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Visi

Menghasilkan lulusan yang unggul dalam bidang keperawatan trauma dan manual terapi yang mampu bersaing secara nasional dan menuju regional Asia tahun 2023.

Misi

1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas belajar, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik (laboratorium, RS, dan pelayanan kesehatan lainnya) sehingga menghasilkan karakter yang unggul, kompeten dan excellent service;

2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset keperawatan dan fisioterapi di tingkat lokal maupun nasional dengan menggunakan pendekatan riset kolaboratif dalam bidang ilmu keperawatan dan fisioterapi;

3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan di tingkat nasional bahkan kawasan regional Asia dengan menekankan upaya pendekatan preventive health science;

4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.

(4)

Program Studi Keperawatan Diploma Tiga Visi

Menjadi Program Studi Keperawatan Diploma Tiga yang unggul dalam bidang keperawatan trauma dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara nasional dan menuju regional Asia tahun 2023.

Misi

1. Meningkatkan kualitas Dosen melalui pendidikan formal berjenjang dan berlanjut serta non formal melalui pendidikan dan pelatihan non gelar.

2. Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang terselenggaranya proses pembelajaran.

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum Program Studi Keperawatan Diploma Tiga dengan keunggulan keperawatan trauma.

4. Melaksanakan penelitian sesuai dengan roadmap penelitian di bidang keperawatan terutama keperawatan trauma.

5. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan hasil penelitian di bidang keperawatan terutama keperawatan trauma.

6. Memperluas jaringan kerjasama baik di dalam maupun luar negeri yang mencakup Tri Dharma Perguruan Tinggi.

7. Melaksanakan penjaminan mutu dalam penyelenggaraan program studi.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

TOPIK I ... 1

Konsep Cidera Abdomen ... 1

TOPIK 2 ... 5

Pemeriksaan Fisik Abdomen ... 5

TOPIK 3 ... 7

Penanganan Medik Trauma Abdomen ... 7

TOPIK 4 ... 9

Penanganan Luka Trauma Abdomen ... 9

Luka Tusuk Abdomen ... 9

TOPIK 5 ... 9

Farmakolog dan penggunaan obat-obat kedaruratan medik trauma abdomen ... 9

TOPIK 6 ... 12

Konsep Trauma Uroginetal ... 12

TOPIK 7 ... 28

Prinsip dasar dan prosedur diagnosis kedaruratan medik trauma Urogenital ... 28

TOPIK 8 ... 32

Prinsip dasar dan prosedur penanganan kedaruratan medik trauma Urogenital ... 32

TOPIK 9 ... 34

Prinsipdasar dan prosedur evaluasi kedaruratan medik trauma Urogenital ... 34

TOPIK 10 ... 36

Farmakologi dan penggunaan obat-obat kedaruratan medic trauma Urogenital ... 36

TOPIK 11 Konsep Cidera Kulit ... 39

TOPIK 12 ... 42

Prinsipdasar dan prosedur diagnosis kedaruratan medic Cidera kulit ... 42

TOPIK 13 ... 45

Prinsip dasar dan prosedur penanganan kedaruratan Cidera kulit ... 45

TOPIK 14 ... 48

(6)

TOPIK I

KONSEP CIDERA ABDOMEN

A. Defenisi trauma abdomen

Trauma abdomen adalah cedera yang terjadi pada organ di dalam perut, seperti lambung, usus, hati, limpa, pankreas, empedu dan ginjal, kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis. Kondisi yang juga disebut trauma atau cedera perut ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ di dalam perut manusia. Sebagaimana yang kita ketahui, rongga perut merupakan tempat bagi semua organ pencernaan (seperti lambung, usus halus, usus besar, pankreas, hati, dan kantung empedu), ginjal, serta limpa.Abdomen dapat mengalami cedera atau trauma dengan berbagai tingkat keparahan. Kondisi ini tergantung pada mekanisme terjadinya cedera serta jenis benda yangterlibat.

B. Jenis-jenis traumaabdomen

Trauma abdomen bisa dikelompokkan dalam dua jenis berikut:

Trauma tumpul

Trauma tumpul abdomen terjadi ketika perut mengalami benturan keras.

Benturan ini bisa muncul akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, terjatuh, cedera saat berolahraga, atau pukulan. Organ yang paling sering terkena adalah limpa, hati, dan usus halus.

Trauma tembus

Trauma tembus abdomen biasanya muncul karena robekan pada rongga perut akibat luka tembak atau luka tusuk. Misalnya cedera oleh pisau, peluru, atau ledakan.Trauma tembus ini akan mencederai organ vital dalam abdomen. Hati menjadi merupakan organ yang paling sering mengalami luka.

A. Tanda dan Gejala TraumaAbdomen

Gejala trauma sering tidak muncul seketika setelah terjadi benturan. Tapi keluhan yang muncul bisa berupa:

(7)

Sakit perut

Memar pada lokasibenturan

Perdarahan di saluran pencernaan bagianbawah

Tanda-tandavitalyangtidakstabil,sepertidenyut nadi yangcepat,tekanan darah yang rendah, serta pernapasan abnormal

Nyeri yang menjalar ke bahu kiri (bisa menjadi gejala cedera pada limpa)

Hematuria, yakni darah dalam urine (bisa menjadi gejala cederaginjal)

Perut terasa kaku(bisa menjadi gejala peritonitis,yakni peradangan lapisan dinding dalam perut)

B. Diagnosis

Untuk memastikan diagnosis trauma abdomen dan kondisi pasien, dokter dapat meneraapkan sederet langkah pemeriksaan di bawah ini: Trauma abdomen harus ditangani sesuai dengan algoritma advanced trauma life support (ATLS) yang meliputi:

A(airway)

Menilai jalan nafas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas tanpa adanya sumbatan. Perhatikan seluruh bagian wajah dan leher apakah ada memar, luka atau cedera laiinya. Jika tidak ada dapat dilakukan chinlift untuk membuka jalan napasnya. Cara melakukan chinlift adalah gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien lalu angkat dan dorong dagu keatas.

(8)

Menilai pernapasan pasien, apakah pasien mengalami kesulitan bernapas? apakah ada bunyi napas dan gerakan dada saat bernapas? jika tidak, dapat memberikan napas buatan

C(circulation)

Pada tahap sirkulasi adalah tahap penilaian apakah denyut teraba? Jika tidak teraba nadi maka lakkan cardiopulmonary resuscitation (CPR), lalu mintalah bantuan oranglain untuk menghubungi ambulans. Selain itu, jika melihat adanya pendarahan maka pendarahan tersebut dapat dibalut dengan kain bersih. Namun, apabila terdapat pisau yang masih tertancap di perut maka jangan dilepaskan karena akan berakibat pendarahan.

D(disability)

Pada tahap disability, dokter akan melakukan penilaian kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar.

Apakah pasien bisa bergerak? apakah pasien dalam keadaan sadar?

E(exposure)

Dokter akan melepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat mencari cedera yang mungkinada pada tubuh pasien.

(9)

MIND MAPPING PATOFISIOLOGI TRAUMA ABDOMEN

Benda tajam

(paku, pisau, besi, gunting, pedang, ddl)

Menuruk kulit dan jaringan abdomen

Luka tembus abdomen

LukaTerbuka Melukai organvisceral

Terkena pembuluhdarahbesar adanya perlukaan pada

(asteri/vena) usus/ limfa/lambung

Kebocoranpembuluhdarah PerforasiUsus

Perdarahan DistensiAbdomen

Mk: Hipovolemia Daya Kembang Paru TidakMaksimal

Sesak Nafas

Mk : Pola Nafas Tidak Efektif

(10)

TOPIK 2

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN TUJUAN PRAKTIKUMTUJUAN UMUM.

TUJUAN KHUSUS.

a. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswamampu:

b. Melakukanpemeriksaanabdomensecarainspeksi,auskultasi,palpasidanperkusi c. Melakukan pemeriksaanhepar

d. Melakukan pemeriksaansphleen

e. Mengidentifikasi abnormalitas pada abdomen KONSEP TEORI

Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.

Pemeriksaan ini berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukanterlebihdahulusebelumpalpasidanperkusi,agarhasilpemeriksaanlebih akurat karena belum dilakukan manipulasi pada abdomen. Pembagian topografi abdomen dapat di amati pada gambar dibawahini:

(11)
(12)

TOPIK 3

PROSEDUR PENANGANAN MEDIK TRAUMA ABDOMEN

Trauma abdomen merupakan kondisi cedera yang harus segera ditangani. Hal ini penting untuk mengantisipasi dan mencegah berbagai komplikasi serius, seperti perdarahan berat (syok), kerusakan organ di dalam perut, abses di dalam perut, peritonitis, obstruksi usus, dan sindrom kompartemen perut.

Kenali Jenis Trauma Abdomen

Secara umum, ada dua jenis trauma abdomen yang dikenal dalam dunia medis, yaitu:

Trauma tumpul abdomen

Trauma tumpul abdomen adalah trauma yang disebabkan oleh benturan benda tumpul pada perut.

Trauma ini bisa disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, pukulan pada perut, atau jatuh dari ketinggian.

Limpa dan hati merupakan organ yang paling sering mengalami cedera akibat trauma tumpul abdomen.

Meski relatif lebih jarang, cedera abdomen juga dapat terjadi pada pada pankreas, empedu, usus, kandung kemih, diafragma, ginjal, dan pembuluh darah besar (aorta) di perut.

Trauma tajam abdomen

Trauma tajam abdomen merupakan trauma yang disebabkan oleh tusukan atau perlukaan oleh benda tajam pada perut. Trauma ini bisa terjadi akibat tusukan benda tajam atau luka tembak yang mengenai perut.

Tingkat keparahan trauma tajam abdomen tergantung pada lokasi luka, bentuk dan ketajaman benda penyebabnya, serta seberapa dalam benda tersebut menusuk ke dalam rongga perut.

Penanganan Trauma Abdomen

Penanganan trauma tumpul dan tajam abdomen, sebenarnya tidak jauh berbeda. Langkah pertolongan pertama yang terpenting pada pasien cedera abdomen adalah mengevaluasi dan menstabilkan jalan napas, pernapasan, serta sirkulasi darah (Airway, Breathing and Circulation atau ABC). Berikut adalah penjelasannya:

1. A (airway)

Pertama-tama, pastikan tidak ada cedera, luka memar atau luka terbuka di bagian leher. Setelah dipastikan tidak ada cedera leher, bisa dilakukan upaya pertolongan dengan menempatkan tangan di bawah dagu korban dan meninggikannya (chin lift) untuk membuka jalan napas. Langkah ini dilakukan untuk membantu korban cedera agar bisa bernapas lebih baik.

2. B (breathing)

Tindakan ini bisa berguna untuk memastikan apakah korban benar-benar bernapas atau tidak. Cara memeriksanya adalah dengan melihat naik-turunnya dada saat bernapas. Apabila korban tidak bernapas, maka perlu dilakukan pemberian napas buatan.

(13)

3. C (circulation)

Apabila korban tidak bernapas dan denyut nadinya tidak teraba, penolong perlu segera melakukan kompresi dada CPR (cardiopulmonary resuscitation) dan meminta bantuan orang lain untuk memanggil ambulans. Lakukan CPR hingga bantuan medis tiba.

Sama dengan prinsip penanganan pada trauma tumpul abdomen, trauma abdomen akibat benda tajam juga mengutamakan prinsip ABC. Namun ingat, untuk luka tusuk yang dalam di perut, jangan

mencabut benda tersebut karena bisa menimbulkan perdarahan hebat yang dapat mengancam nyawa korban.

Apapun jenis trauma abdomennya, segeralah bawa korban ke IGD rumah sakit terdekat untuk

mendapatkan pertolongan medis sesegera mungkin. Setelah kondisi korban stabil, dokter mungkin akan melakukan operasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan dan memperbaiki kerusakan pada organ dalam perut.

(14)

TOPIK 4

PENANGANAN TRAUMA TERBUKA ABDOMEN

Berikut prinsip umum penanganan trauma Abdomen:

1. SEGERA panggil bantuan medis professional. Semua cedera abdomen baik perdarahan karena luka terbuka atau luka tusuk, maupun cedera tumpul abdomen merupakan EMERGENSI. Panggil ambulans, atau lakukan pertolongan pertama dan pindahkan korban secara hati-hati dan perlahan (bila memungkinkan degan tandu atau stretcher) ke RSterdekat.

2. Jika memungkinkan, simpan sampel muntahan, urin, atau organ dan serahkan pada petugas medis (dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarungtangan).

3. Jangan berikan korban makanan atau minumanapapun 4. Buat korban tenang dan senyamanmungkin

 Selama menunggu pertolongan medis, baringkan pasien

 dengan posisi terlentang, jika pasien muntah, letakkankorban

 dalam posisipemulihan.

 Naikkan sedikit kepala korban dan bahu, lipat kedua lutut korban dan letakkan bantal di bawahnya. Jaga korban hangat dan tenangkan korban.

 Amati tanda renjatan dan ambil tindakansegera

LUKA TUSUK ABDOMEN

a. Bila cedera / luka mengalami perdarahan serius, lakukan balut tekan dengan kain bersih ataukassa.

b. Tutup luka tusuk terbuka dengan bantalan/ alas dan bersih, atau dengan tangan penolong yang telah menggunakan sarung tangan / alat pelindung lain (lindungi diri dari darah korban). Berikan tekanan pada luka dengan mendekatakan kedua ujung terbuka sambil memberikan tekanan untuk mencegah masuknya lebih banyak udara (membuat ruang kedap udara dalamdada).

c. JANGAN memindahkan atau mencabut objek apapun bila luka tusuk pada abdomen disertai benda yang tertancap di dinding dada.Lakukan

(15)

imobilisasi objek dengan menggunakan selotip atau perban disekitar objek tersebut. Hal ini mencegah objek tersebut terdorong masuk lebih jauh ke dalam luka dan rongga perut selama penanganan luka.

d. Bila luka terbuka abdomen disertai dengan keluarnya organ dalam perut seperti usus dan lainnya, JANGAN memaksakan untuk mendorong organ- organ tersebut untuk masuk ke dalamabdomen.

e. Menutup luka

 Tutuplah luka dengan perban steril atau bersih dan balut denan cukup kencang namun tidak terlalu ketat. Basahkan baluta dengan air steril (sdh dimasak dandidinginkan)

 Gunakan alumunium foil untuk menutupp luka bila organ dalam menimbul

 Tangani cedera besarlainnya

(16)

TOPIK 5

Farmakolog dan penggunaan obat-obat kedaruratan medik trauma abdomen

Trauma abdomen adalah cedera yang terjadi pada organ di dalam perut, seperti lambung, usus, hati, limpa, pankreas, empedu dan ginjal, kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis. Kondisi yang juga disebut trauma atau cedera perut ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ di dalam perut manusia. Sebagaimana yang kita ketahui, rongga perut merupakan tempat bagi semua organ pencernaan (seperti lambung, usus halus, usus besar, pankreas, hati, dan kantung empedu), ginjal, serta limpa.Abdomen dapat mengalami cedera atau trauma dengan berbagai tingkat keparahan. Kondisi ini tergantung pada mekanisme terjadinya cedera serta jenis benda yangterlibat.

C. Jenis-jenis traumaabdomen

Trauma abdomen bisa dikelompokkan dalam dua jenis berikut:

Traumatumpul

Trauma tumpul abdomen terjadi ketika perut mengalami benturan keras.

Benturan ini bisa muncul akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, terjatuh, cedera saat berolahraga, atau pukulan. Organ yang paling sering terkena adalah limpa, hati, dan usus halus.

Traumatembus

Trauma tembus abdomen biasanya muncul karena robekan pada rongga perut akibat luka tembak atau luka tusuk. Misalnya cedera oleh pisau, peluru, atau ledakan.Trauma tembus ini akan mencederai organ vital dalam abdomen. Hati menjadi merupakan organ yang paling sering mengalami luka.

C. Tanda dan Gejala TraumaAbdomen

Gejala trauma sering tidak muncul seketika setelah terjadi benturan. Tapi keluhan yang muncul bisa berupa:

(17)

Sakit perut

Memar pada lokasibenturan

Perdarahan di saluran pencernaan bagianbawah

Tanda-tanda vital yang tidak stabil,seperti denyut nadi yang cepat,tekanan darah yang rendah, serta pernapasan abnormal

Nyeri yang menjalar ke bahu kiri (bisa menjadi gejala cedera padalimpa)

Hematuria, yakni darah dalam urine (bisa menjadi gejala cederaginjal)

Perut terasa kaku(bisa menjadi gejala peritonitis,yakni peradangan lapisan dinding dalam perut)

D. Diagnosis

Untuk memastikan diagnosis trauma abdomen dan kondisi pasien, dokter dapat meneraapkan sederet langkah pemeriksaan di bawah ini: Trauma abdomen harus ditangani sesuai dengan algoritma advanced trauma life support (ATLS) yang meliputi:

A(airway)

Menilai jalan nafas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas tanpa adanya sumbatan. Perhatikan seluruh bagian wajah dan leher apakah ada memar, luka atau cedera laiinya. Jika tidak ada dapat dilakukan chinlift untuk membuka jalan napasnya. Cara melakukan chinlift adalah gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien lalu angkat dan dorong dagu keatas.

B (breathing andventilation)

(18)

Menilai pernapasan pasien, apakah pasien mengalami kesulitan bernapas? apakah ada bunyi napas dan gerakan dada saat bernapas? jika tidak, dapat memberikan napas buatan

C(circulation)

Pada tahap sirkulasi adalah tahap penilaian apakah denyut teraba? Jika tidak teraba nadi maka lakkan cardiopulmonary resuscitation (CPR), lalu mintalah bantuan oranglain untuk menghubungi ambulans. Selain itu, jika melihat adanya pendarahan maka pendarahan tersebut dapat dibalut dengan kain bersih. Namun, apabila terdapat pisau yang masih tertancap di perut maka jangan dilepaskan karena akan berakibat pendarahan.

D(disability)

Pada tahap disability, dokter akan melakukan penilaian kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar.

Apakah pasien bisa bergerak? apakah pasien dalam keadaan sadar?

E(exposure)

Dokter akan melepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat mencari cedera yang mungkinada pada tubuh pasien.

(19)

TOPIK 6

KONSEP TRAUMA UROGENITAL A. TraumaGinjal

1. Epidemiologi

Trauma ginjal terjadi pada sekitar 1-5% dari semua kasus trauma.9,11 Ginjal adalah organ urogenital paling sering cedera, dengan rasio perbandingan laki-laki dan perempuan

2. Jenis Trauma Berdasarkan Etiologi

a. Trauma Tumpul Mekanisme trauma tumpul termasuk kecelakaan bermotor, jatuh, olahraga dan perkelahian. Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama, sekitar setengah dari cedera tumpul.12 Deselerasi cepat atau cedera akibat kompresi suatu benda dapat mengakibatkan memar atau laserasiparenkim.

b. Trauma Tajam

Tembakan dan luka tusuk adalah penyebab paling umum dari trauma tajam dan cenderung lebih berat dan kurang dapat diprediksi daripada trauma tumpul.14,15 Peluru memiliki potensi terhadap kerusakan parenkim yang lebih besar dan yang paling sering dikaitkan dengan cedera multi organ.16

3. Klasifikasi

Sistem klasifikasi yang paling umum adalah dari American Association for the Surgery of Trauma(Tabel 2.1.3.). Klasifikasi ini dapat memprediksi morbiditas setelah terjadi trauma tumpul atau tajam dan mortalitas trauma tumpul.

(20)

Tabel 2.1.3 Derajat Trauma Ginjal 4. Evaluasi Diagnostik

Tanda-tanda vital harus dicatat di seluruh evaluasi diagnostik. Pada tahap resusitasi awal, pertimbangan khusus harus diberikan untuk riwayat penyakit ginjal. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan trauma tajamdengan jelas dari trauma tusukan di punggung bawah, panggul dan perut bagian atas. Hematuria, nyeri pinggang, ekimosis, abrasi, patah tulang rusuk, distensi abdomen dan / atau massa dan nyeri meningkatkan kecurigaan keterkaitanginjal.

5. EvaluasiLaboratorium

Urinalisis, hematokrit dan kreatinin adalah tes yang paling penting.

Hematuria, baik mikroskopis atau makroskopis sering ditemukan tetapi tidak sensitif atau cukup spesifik untuk membedakan antara trauma minor dan mayor.

6. Pencitraan: Kriteria PenilaianRadiografi

Indikasi untuk evaluasi radiografi adalah hematuria makroskopis, hematuria mikroskopis dengan hipotensi, atau adanya trauma mayor yang berhubungan dengan ginjal.Pasien dengan trauma tajam pada tubuh memiliki insiden yang tinggi trauma signifikan pada ginjal. Jika ada kecurigaan, pencitraan harus dilakukan, terlepas dari tingkat hematuria. Beberapa pilihan untuk radiografi adalah ultrasonografi (USG), pielografi intravena,computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging(MRI).

7. Penatalaksanaan

Pengelolaan trauma ginjal terbagi atas dua yaitu konservatif dan operatif selama 7 hari (Tabel 2.1.7.1. dan Tabel 2.1.7.2.)

Tabel 2.1.7.1. Tatalaksana Konservatif Trauma Ginjal 24

(21)

Tabel 2.1.7.2. Tatalaksana Operatif Trauma Ginjal

(22)
(23)

8. Komplikasi

Komplikasi awal, terjadi kurang dari 1 bulan setelah trauma, termasuk perdarahan, infeksi, abses perinefrik, sepsis, fistula kemih, hipertensi, ekstravasasi urin dan urinoma. Komplikasi lanjut termasuk perdarahan, hidronefrosis, pembentukan kalkulus, pielonefritis kronis, hipertensi, fistula arteriovenosa, hidronefrosis dan pseudo-aneurisma. Perdarahan retroperitoneal yang lanjut mungkin mengancam hidup dan embolisasi angiografi selektif merupakan pengobatan pilihan.

B. Trauma Ureter

1. Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi

Secara keseluruhan, trauma ureter sekitar 1-2,5% dari trauma saluran kemih.24-27 Trauma ureter iatrogenik dapat terjadi dari berbagai mekanisme: ligasi atau terbelit dengan jahitan, klem penjepit, transeksi parsial atau total,trauma termal, atau iskemia dari devaskularisasi.28-30 Operasi ginekologi adalah hal yang paling umum penyebab trauma iatrogenik pada ureter, tetapi dapat juga terjadi dalam operasi kolorektal, terutama reseksi abdominoperineal.

2. Evaluasi Diagnostik a. Diagnosis Klinis

Trauma ureter eksternal biasanya disertai trauma abdomen dan panggul yang parah. Trauma tajam biasanya berhubungan dengan trauma pembuluh darah dan usus, sedangkan trauma tumpul dikaitkan dengan trauma pada tulang panggul dan tulang lumbosakral.26,27 Hematuria merupakan indikator yang kurang akuratpadatrauma ureter, karena hanya ditemukan pada 50 – 75%pasien.

b. Diagnosis Radiologi

Ekstravasasi medium kontras di computerized tomography ( CT ) adalah tanda-tanda dari trauma ureter. Namun, hidronefrosis, asites, urinoma atau dilatasiureter ringan sering merupakan tanda satu- satunya. Dalam kasus yang tidak jelas, sebuah urografi retrograde atau

(24)

terutama one-shot IVP, tidak dapat diandalkan dalam diagnosis, karena hasil negatif sekitar 60 % dari total pasien.

3. Penatalaksanaan

Pengelolaan trauma ureter terbagi atas dua yaitu konservatif dan operatif selama 7 hari (Tabel 2.2.3.1. dan Tabel 2.2.3.2.)

Tabel 2.2.3.1. Tatalaksana Konservatif Trauma Ureter

(25)

Tabel 2.2.3.2. Tatalaksana Operatif Trauma Ureter

(26)

C. Trauma Kandung Kemih 1. Klasifikasi

Sebuah klasifikasi trauma kandung kemih dapat dibuat berdasarkan modus tindakan (Tabel 2.3.1.). Lokasi trauma kandung kemih ini penting karena akan menentukantahap tatalaksana lebih lanjut:

• Intraperitoneal

• Ekstraperitoneal

• Gabunganintra-ekstraperitoneal Trauma non-iatrogenik

• Tumpul

• tajam /tajam Trauma iatrogenik

• eksternal

• internal

• bendaasing

Tabel 2.3.1. : KlasifikasiTrauma Kandung Kemih

(27)

2. Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi a. Trauma Kandung KemihNon-Iatrogenik

Kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor adalah penyebab paling umum dari trauma kandung kemih tumpul, diikuti oleh jatuh, trauma industri / trauma panggul dan pukulan ke perut bagian bawah. Fraktur panggul berhubungan dengan trauma kandung kemih hanya 3,6% dari kasus. Ruptur ekstraperitoneal hampir selalu dikaitkan dengan patah tulang panggul. Trauma ini biasanya disebabkan oleh distorsi sendi panggul, danpergeseran dari dinding anterolateral kandung kemih dekat pangkalan kandung kemih (di lapisan fasia nya). Kadang, kandung kemih mengalami perforasi langsung oleh fragmen tulang yang tajam.

Ruptur intraperitoneal disebabkan oleh peningkatan tekanan intravesika secara tiba-tiba, pukulan pada panggul atau perut bagian bawah. Kubah kandung kemih adalah titik terlemah dari kandung kemih dan biasanya sering ruptur. Kandung kemih yang penuh juga merupakan faktor resiko untuk pecah intraperitoneal.

b. Trauma Kandung Kemih Iatrogenik

Kandung kemih adalah organ urologi yang paling sering mengalami trauma iatrogenik. Tabel 2.3.2.menunjukkan kejadian trauma kandung kemih iatrogenik pada berbagai prosedur.

Tabel 2.3.2. : Insidensi Trauma Kandung Kemih Iatrogenik pada Berbagai

Prosedur Persentase (%)

Eksternal Obstetri

Operasi caesar39,40 0.0016-0.94

Ginekologi

Sterilisasi laparoskopi34 0.02

34

(28)

Benda asing intravesikal meliputi :

• Bagian peralatan endourologi yang tertinggal seperti resectoscopes , stent ureter atau kateter kandung kemih;

• Potongan kasa bedah yang tertinggal, jahitan atau staples yang digunakan dalam prosedurpelvik.

3. Evaluasi Diagnostik a. EvaluasiUmum

Tanda kardinal trauma kandung kemih adalah hematuria makroskopis.

Trauma kandung kemih non-iatrogenik sangat berkorelasi dengan gabungan fraktur panggul dan hematuria makroskopis dan ini merupakan indikasi mutlak untuk pencitraan lebih lanjut. Tanda-tanda trauma kandung kemih iatrogenikeksternal adalah ekstravasasi urin, tampak laserasi, kateter kandung kemih, dan darah dan / atau gas di kantong urin selama laparoskopi. Jikaperforasi kandung kemih dekat trigonum, orifisium ureter harus diperiksa.

Trauma kandung kemih iatrogenik internal disarankan identifikasi dengan sistoskopi dari jaringan lemak, ruang gelap antara serat-serat otot detrusor, atau visualisasi usus. Gejala dari benda asing di intravesikal termasuk disuria, infeksi saluran kemih berulang, frekuensi, urgensi, hematuria, dan nyeri panggul /perineum.42 Batu kandung kemih biasanya terbentuk setelah benda asing menetap > 3 bulan.

b. Evaluasi Tambahan Sistografi

Sistografi adalah alat diagnostik yang lebih sering dipilih untuk trauma kandung kemih non-iatrogenik dan pada kasusyang dicurigai IBT pasca operasi. Selain itu, sistografi CT dapat mendiagnosa trauma atau penyebab nyeri abdomen lainnya.

Sistografi harus dilakukan dengan mengisi kandung kemih dengan volume minimal 350 mL bahan kontras cairsecara retrograde. Dengan

(29)

ekstravasasi intraperitoneal, medium kontras divisualisasikan di abdomen, memberi warnapada usus dan / atau organ dalam abdomen seperti hati. Trauma kandung kemih ekstraperitoneal ditandai dengan bagian yang berbentukflame-shaped pada jaringan lunak perivesikal.

Sistoskopi

Sistoskopi adalah metode yang terkenal untuk mendeteksi trauma kandung kemih intra-operatif, karena dapat langsung mengetahui laserasi.Sistoskopi lebih sering digunakan untuk mendiagnosis benda asing.

4. Penatalaksanaan

Pengelolaan trauma kandung kemih terbagi atas dua yaitu konservatif dan operatif selama 7 hari (Tabel 2.3.4.1. dan Tabel2.3.4.2.)

Tabel 2.3.4.1. Tatalaksana Konservatif Trauma Kandung Kemih

(30)

Tabel 2.3.4.2. Tatalaksana Operatif Kandung Kemih

(31)

D. Trauma Uretra

1. Epidemiologi, Etiologi danPatofisiologi a. Trauma UretraIatrogenik

Jenis yang paling umum dari trauma uretra dilihat dalam urologi adalah iatrogenik, karena kateterisasi, instrumentasi, atau operasi.

1) KateterisasiTransuretral

Trauma uretra iatrogenik biasanya karena kateterisasi yang tidak benar atau berkepanjangan dan sebanyak 32% dari striktur.

Sebagian besar striktur ini mempengaruhi bulbar uretra.

2) OperasiTransuretral

Operasi transuretral adalah penyebab umum dari trauma

(32)

dihasilkan oleh arus unipolar dan diameter instrumen yang digunakan.

3) Radioterapi pada Kanker Prostat

Terjadinya fistula saluran kemih telah dilaporkan setelah menjalani brakhiterapi dan prostatektomi radikal,dengan insiden masing-masing 0,3- 3,0 % dan 0- 0,6 % , sebagian besar fistula melibatkan rektum.

4) Operasi Mayor Pelvis danKistektomi

Trauma iatrogenik uretra dapat menjadi komplikasi dari operasi mayor pelvis. Kateterisasi kandung kemih dan uretra karena itu harus dikeluarkan sebelum operasi untuk mencegah komplikasi ini.

b. Trauma UretraNon-Iatrogenik

1) Trauma Uretra Anterior (padaLaki-laki)

Berbagai macam penyebab padatrauma anterior digambarkan pada Tabel 2.4.2. Trauma uretra anterior terutama disebabkan oleh trauma tumpul Bulbar uretra adalahlokasi yang paling umum trauma.

Tabel 2.4.2. : Etiologi Trauma Uretra

Penyebab Contoh

Trauma tumpul

Kecelakaan kendaraan bermotor

Jatuh mengangkang (mis: sepeda, pagar) Pukulan di perineum

Aktivitas seksual Fraktur penis

Stimulasi intraluminal uretra

Trauma tajam

Trauma tembak Trauma tusuk Gigitan anjing External impalement Amputasi penis

Trauma iatrogenic Penggunaan endoskopi Kateterisasi uretra / dilator 2) Trauma Uretra Posterior (padaLaki-laki)

(33)

Trauma pada uretra posterior paling sering berhubungan dengan patah tulang panggul (sekitar 72%) 58,59, biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Trauma posterior iatrogenik, karena iradiasi atau operasi prostat, merupakan masalah yang semakin meningkat tetapi tampaknya kurang umum (3 – 25%).

3) Trauma Uretra padaWanita

Trauma uretra sangat jarang pada wanita. Fraktur panggul adalah etiologi utama.61Trauma biasanya ruptur parsial yang memanjang dari dinding anterior yang berhubungan dengan laserasivagina.

2. Evaluasi Diagnostik pada Laki-laki danWanita a. Tanda-tandaKlinis

Dijumpai darah di meatus adalah tanda kardinal trauma uretra.

Ketidakmampuan untuk berkemih (dengan teraba distensi kandung kemih) adalah tanda klasik lain dan seringterkait dengan ruptur total.

Pemeriksaan rektal harus selalu dilakukan untuk menyingkirkan traumarektum (sampai 5% dari kasus) dan dapat mengetahui prostat

‘high- riding'. Tanda lain dari trauma uretra adalah kesulitan atau ketidakmampuan untuk memasang kateter uretra.65 Trauma uretra pada wanita harus dicurigai dari kombinasi fraktur panggul dengan adanya darah di introitus vagina, laserasi vagina, hematuria, urethrorrhagia, pembengkakan labial dan / atau retensi urin.

Pemeriksaan vagina diindikasikan untuk menilai laserasi vagina.

b. Evaluasi Diagnostik LebihLanjut

Urethrography retrograde adalah alat diagnostik standar untuk evaluasi akut trauma uretra laki-laki. Sebuah urethrography retrograde dilakukan dengan menyuntikkan 20-30 mL bahan kontras saat meatus ditahan dengan balon kateter Foley di fossa navicularis.

Pencitraanharusdiambildalamposisi30°-oblique,kecualihalini

(34)

tidak mungkin karena beratnya patah tulang panggul dan terkait ketidaknyamananpasien.

Klasifikasi trauma uretra berikut berdasarkan urethrography retrograde(Tabel 2.4.3.):

Tabel 2.4.3. : Derajat Trauma Uretra Uretra anterior

• Disrupsiparsial

• Disrupsilengkap Uretra posterior

• Stretched butintact

• Disrupsiparsial

• Disrupsilengkap

• Kompleks (meliputileher kandung kemih/rektum)

*Menurut 2004 Consensus Panel on Urethral Trauma.

 Ultrasonography (USG), Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging(MRI)

Pada fase akut, USG scanning digunakan untuk menuntun penempatan kateter suprapubik.CT dan MRI jarang berguna untuk mengevaluasi trauma yang bersamaan.

 Sistoskopi

Sistoskopi fleksibel merupakan pilihan untuk mendiagnosis (dan mengelola) trauma uretra akut dan dapat membedakan antara ruptur komplit dan inkomplit.54Pada wanita, di mana uretra pendek, visualisasi radiologi, uretroskopi dan vaginoskopi adalah alat diagnostic pilihan.

(35)

TOPIK 7

Prinsip dasar dan prosedur diagnosis kedaruratan medik trauma Urogenital

Trauma Urogenital

Prinsip-prinsip Umum danPatofisiologi

Pada trauma genital, urinalisis harus dilakukan. Ada atau tidaknya perdarahan perlu dilakukan uretrogram retrograde pada laki-laki. Pada wanita, sistoskopi fleksibel atau rigiddigunakan untuk mengesampingkantrauma uretra dan kandung kemih.

a. Klasifikasi Trauma Genital i. Trauma Tumpul Penis

Trauma tumpul pada penis flaccid biasanya tidak menyebabkan robeknya tunika.Dalam kasus ini, hanya hematoma subkutan dengan tunika albuginea dapat terlihat utuh.

Fraktur Penis

Presentasi yang paling penting dan umum pada trauma tumpul penis adalah fraktur penis. Ini hasil dari trauma pada penis ereksi selama hubungan seksual, masturbasi, berguling di tempat tidur (jarang).

Anamnesis lengkap dan pemeriksaan biasanya mengkonfirmasi diagnosis, tetapi dalam beberapa kasus pencitraan mungkin berguna.Kaversonografi, ultrasonografi atau MRI70-72 dapat mengidentifikasi laserasi dari tunika albuginea dalam kasus tidak jelas73, atau memberikan gambaran bahwa tunika masih utuh.

Penutupan dapat dilakukan dengan menggunakan jahitan absorbable, dengan hasil jangka panjangbaik, dan perlindungan potensi.komplikasi pasca operasi dilaporkan di 9%, termasuk infeksi trauma yang dangkal dan impotensi pada 1,3%. Manajemen konservatif fraktur penis tidak dianjurkan. Hal ini meningkatkan komplikasi, seperti abses penis, kelengkungan penis, dan hematoma persisten membutuhkan intervensi bedah lanjutan.75Komplikasi akhir

(36)

ii. Trauma Tajam Penis

Kebanyakan kasus berhubungan dengan trauma multipel.Manajemen non- operasi dianjurkan dalam trauma kecil dengan fascia Buck utuh.

Traumatajam penis yang lebih signifikan, eksplorasi bedah dan debridement jaringan nekrotik dianjurkan.

iii. Trauma Tumpul Skrotum

Trauma tumpul ke skrotum dapat menyebabkan dislokasi testis, hematokel testis, ruptur testis dan / atau hematoma skrotum.

-Dislokasi Testis

Dislokasi traumatis testis jarang terjadi. Hal ini paling sering terjadi pada korban kecelakaan kendaraan bermotor. Dislokasi bilateral testis telah dilaporkan hingga 25% dari kasus. Dapat berupa dislokasi subkutan dengan perpindahan epifascial dari testis atau dislokasi internal. Dislokasi traumatis dari testis ditangani dengan penggantian manual dan orkidopeksi sekunder.Jika reposisi primer tidak dapat dilakukan, segera lakukan orkidopeksi.

-Hematokel

Manajemen konservatif dianjurkan pada hematokelyang lebih kecil tiga kali dari ukuran testis kontralateral.80 Dalam hematokel besar, manajemen non- operatif sering gagal, dan operasi lanjutan (> 3 hari) sering dipertrauman.Selain itu, manajemen non-operatif juga terkait dengan rawat inap di rumah sakit yang berkepanjangan.Oleh karena itu, hematokel besar harus dilakukanpembedahan.

-Ruptur Testis

Ruptur testis ditemukan pada sekitar 50% kasus trauma skrotum tumpul.81 Ini dapat terjadi karena kompresi traumatik dari testis terhadap ramus pubis inferior atau simfisis, mengakibatkan pecahnya tunika albuginea testis. Hemiskrotum bengkak dan ekimotik.Testis mungkin sulit untuk teraba.

(37)

iv. Trauma Tajam Skrotum

Traumatajam ke skrotum memerlukan eksplorasi bedah dengan debridement konservatif jaringan non-layak.Operasivaso-vasostomy mikro sekunder bertahap dapat dilakukan setelah rehabilitasi, meskipun hanya beberapa kasus telah dilaporkan. Jika pasien tidak stabil atau rekonstruksi tidak dapat dicapai, orkiektomi kemudian dilakukan. Antibiotik profilaksis direkomendasikan setelah trauma tajam skrotum, meskipun data untuk mendukung pendekatan ini kurang.Profilaksis tetanus adalah wajib. Komplikasi pasca operasi dilaporkan pada 8% dari pasien yang menjalani perbaikan testis setelah traumatajam.

v. Trauma Genital padaWanita

Pada wanita dengan trauma tumpul pada alat kelamin eksternal, pencitraan dari panggul dengan ultrasonografi, CT, atau MRI harus dilakukan karenatrauma tambahan dan luas hematoma intra-panggul sering terjadi.

-Trauma Tumpul Vulva

Insiden hematoma vulva traumatis setelah kelahiran pervaginam telah dilaporkan 1 dari 310 kelahiran. Sistoskopi fleksibel atau rigid direkomendasikan untuk mengesampingkantrauma uretra dan kandung kemih.

(38)

MIND MAPPING TRAUMA UROGENITAL

Kecelakaan

Tembakan senjata api/tusukan benda tajam

Tindakan medis (operasi)

Goncangan rongga Menciderai

abdomen/pinggang/punggu ng

Menciderai ginjal

Peningkatan tekanan subcortical

Menembus ginjal

Rupture

Trauma urogenital

Merangsang reseptor

Perdarahan massif pada

reptroperitoneal Fungsi ginjal

Menyentuh ujung

syaraf Resiko syok

hipovolemik

Penurunan GFR

MK : Gangguan rasa nyaman

Resiko kekurangan volume cairan

disuria

(39)

TOPIK 8

Prinsip dasar dan prosedur penanganan kedaruratan medik trauma Urogenital

Kegawatdaruratan urologi merupakan kegawatan di bidang urologi yang bisa disebabkan oleh karena trauma maupun bukan trauma. Kegawatdaruratan urologi ini adalah kondisi kegawatan yang mencakup organ urinaria (saluran kencing) baik laki-laki dan perempuan, serta organ reproduksi (genitalia) pria, dan kelenjar suprarenal.

Lambok Simorangkir, SpU selaku Dokter Spesialis Urologi dari Primaya Hospital Bekasi

Timur menjelaskan kegawatdaruratan urologi dapat disebabkan oleh trauma urogenitalia ataupun non traumatika. “Trauma urogenital lebih sering dijumpai pada pria usia 15-45 tahun, terutama disebabkan oleh kecelakan lalu lintas.” ujar Dokter Spesialis Urologi tersebut.

Trauma urogenitalia ini terdiri dari:

Trauma ginjal. Trauma ginjal paling sering terjadi pada sistem urogenital, 5% dari seluruh kasus trauma, 10% dari seluruh trauma abdomen.

Trauma ureter. Trauma ureter relatif jarang, terutama disebabkan trauma iatrogenik, luka tusuk dan luka tembak.

Trauma kandung kemih. Trauma kandung kemih terutama disebabkan oleh blunt trauma, juga disebabkan oleh trauma iatrogenik.

Trauma urethra. Trauma urethra terutama disebabkan oleh straddle injury.

Trauma genitalia eksternal. Trauma genitalia eksterna lebih sering dijumpai pada pria dan disebabkan oleh aktifitas olah raga.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik urogenitalia secara sistematis dan benar.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :

b. Dapat melakukan persiapan pasien untuk pemeriksaan fisikurogenitalia c. Dapat melakukan pemeriksaan fisik urogenitalia secara sistematisdan

benar

(40)

Media dan alat bantu pembelajaran :

1. Daftar panduan belajar pemeriksaan fisikurogenitalia 2. Manekin

3. Senter

4. Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan

5. Status penderita,pena.

Metode pembelajaran :

1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduanbelajar 2. Ceramah

3. Diskusi

4. Partisipasi aktif dalam skill lab(simulasi)

5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistems

(41)

TOPIK 9

Prinsipdasar dan prosedur evaluasi kedaruratan medik trauma Urogenital

Evaluasi Diagnostik a) Evaluasi Umum

Tanda kardinal trauma kandung kemih adalah hematuria makroskopis.34,35 Trauma kandung kemih non- iatrogenik sangat berkorelasi dengan gabungan fraktur panggul dan hematuria makroskopis 44 , dan ini merupakan indikasi mutlak untuk pencitraan lebih lanjut.34,44 Tanda-tanda trauma kandung kemih iatrogenikeksternal adalah ekstravasasi urin, tampak laserasi, kateter kandung kemih, dan darah dan / atau gas di kantong urin selama laparoskopi.34,39 Jikaperforasi kandung kemih dekat

trigonum, orifisium ureter harus diperiksa.34,38 Trauma kandung kemih iatrogenik internal disarankan identifikasi dengan sistoskopi dari jaringan lemak, ruang gelap antara serat-serat otot detrusor, atau visualisasi usus.

Gejala dari benda asing di intravesikal termasuk disuria, infeksi saluran kemih berulang, frekuensi, urgensi, hematuria, dan nyeri panggul /perineum. Batu kandung kemih biasanya terbentuk setelah benda asing menetap > 3 bulan.

b) Evaluasi Tambahan i. Sistografi

Sistografi adalah alat diagnostik yang lebih sering dipilih untuk trauma kandung kemih non- iatrogenik dan pada kasusyang dicurigai IBT pascaoperasi. Selain itu, sistografi CT dapat mendiagnosa trauma atau penyebab nyeri abdomen lainnya. Sistografi harus dilakukan dengan mengisi kandung kemih dengan volume minimal 350 mL bahan kontras cairsecara retrograde.37 Dengan ekstravasasi intraperitoneal, medium kontras divisualisasikan di abdomen, memberi warnapada usus dan / atau

(42)

ii. Sistoskopi

Sistoskopi adalah metode yang terkenal untuk mendeteksi trauma kandungUniversitas Sumatera Utara kemih intra-operatif, karena dapat langsung mengetahui laserasi.Sistoskopi lebih sering digunakan untuk mendiagnosis benda asing.

(43)

TOPIK 10

Farmakologi dan penggunaan obat-obat kedaruratan medic trauma Urogenital

Trauma Urogenital

Prinsip-prinsip Umum dan Patofisiologi

Pada trauma genital, urinalisis harus dilakukan. Ada atau tidaknya perdarahan perlu dilakukan uretrogram retrograde pada laki-laki. Pada wanita, sistoskopi fleksibel atau rigiddigunakan untuk mengesampingkantrauma uretra dan kandung kemih.

g. Klasifikasi Trauma Genital i. Trauma Tumpul Penis

Trauma tumpul pada penis flaccid biasanya tidak menyebabkan robeknya tunika.Dalam kasus ini, hanya hematoma subkutan dengan tunika albuginea dapat terlihat utuh.

Fraktur Penis

Presentasi yang paling penting dan umum pada trauma tumpul penis adalah fraktur penis. Ini hasil dari trauma pada penis ereksi selama hubungan seksual, masturbasi, berguling di tempat tidur (jarang).

Anamnesis lengkap dan pemeriksaan biasanya mengkonfirmasi diagnosis, tetapi dalam beberapa kasus pencitraan mungkin berguna.Kaversonografi, ultrasonografi atau MRI70-72 dapat mengidentifikasi laserasi dari tunika albuginea dalam kasus tidak jelas73, atau memberikan gambaran bahwa tunika masih utuh.

Penutupan dapat dilakukan dengan menggunakan jahitan absorbable, dengan hasil jangka panjangbaik, dan perlindungan potensi.komplikasi pasca operasi dilaporkan di 9%, termasuk infeksi trauma yang dangkal dan impotensi pada 1,3%. Manajemen konservatif fraktur penis tidak dianjurkan. Hal ini meningkatkan komplikasi, seperti abses penis, kelengkungan penis, dan hematoma persisten membutuhkan intervensi bedah lanjutan.75Komplikasi akhir

(44)

ii. Trauma Tajam Penis

Kebanyakan kasus berhubungan dengan trauma multipel.Manajemen non- operasi dianjurkan dalam trauma kecil dengan fascia Buck utuh.

Traumatajam penis yang lebih signifikan, eksplorasi bedah dan debridement jaringan nekrotik dianjurkan.

iii. Trauma Tumpul Skrotum

Trauma tumpul ke skrotum dapat menyebabkan dislokasi testis, hematokel testis, ruptur testis dan / atau hematoma skrotum.

-Dislokasi Testis

Dislokasi traumatis testis jarang terjadi. Hal ini paling sering terjadi pada korban kecelakaan kendaraan bermotor. Dislokasi bilateral testis telah dilaporkan hingga 25% dari kasus. Dapat berupa dislokasi subkutan dengan perpindahan epifascial dari testis atau dislokasi internal. Dislokasi traumatis dari testis ditangani dengan penggantian manual dan orkidopeksi sekunder.Jika reposisi primer tidak dapat dilakukan, segera lakukan orkidopeksi.

-Hematokel

Manajemen konservatif dianjurkan pada hematokelyang lebih kecil tiga kali dari ukuran testis kontralateral.80 Dalam hematokel besar, manajemen non- operatif sering gagal, dan operasi lanjutan (> 3 hari) sering dipertrauman.Selain itu, manajemen non-operatif juga terkait dengan rawat inap di rumah sakit yang berkepanjangan.Oleh karena itu, hematokel besar harus dilakukanpembedahan.

-Ruptur Testis

Ruptur testis ditemukan pada sekitar 50% kasus trauma skrotum tumpul.81 Ini dapat terjadi karena kompresi traumatik dari testis terhadap ramus pubis inferior atau simfisis, mengakibatkan pecahnya tunika albuginea testis. Hemiskrotum bengkak dan ekimotik.Testis mungkin sulit untuk teraba.

(45)

iv. Trauma Tajam Skrotum

Traumatajam ke skrotum memerlukan eksplorasi bedah dengan debridement konservatif jaringan non-layak.Operasivaso-vasostomy mikro sekunder bertahap dapat dilakukan setelah rehabilitasi, meskipun hanya beberapa kasus telah dilaporkan. Jika pasien tidak stabil atau rekonstruksi tidak dapat dicapai, orkiektomi kemudian dilakukan. Antibiotik profilaksis direkomendasikan setelah trauma tajam skrotum, meskipun data untuk mendukung pendekatan ini kurang.Profilaksis tetanus adalah wajib. Komplikasi pasca operasi dilaporkan pada 8% dari pasien yang menjalani perbaikan testis setelah traumatajam.

v. Trauma Genital padaWanita

Pada wanita dengan trauma tumpul pada alat kelamin eksternal, pencitraan dari panggul dengan ultrasonografi, CT, atau MRI harus dilakukan karenatrauma tambahan dan luas hematoma intra-panggul sering terjadi.

-Trauma Tumpul Vulva

Insiden hematoma vulva traumatis setelah kelahiran pervaginam telah dilaporkan 1 dari 310 kelahiran. Sistoskopi fleksibel atau rigid direkomendasikan untuk mengesampingkantrauma uretra dan kandung kemih.

(46)

TOPIK 11 KONSEP CIDERA KULIT

B. KULIT Bagian kulit :

1. Epidermis : paling atas dan tipis

2. Dermis : dalam dan tebal. Terdiri atas rambut, kelenjar, pemuluh darah, dan saraf.

3. Subcutan 4. Otot *

Hipodermis : lapisan antara jaringan dan organ : fasia. Letaknya di bawah dermis, sebelum sub cutan.

C. Fungsi Kulit:

1. Protek :

a. Melindungi kulit untuk mencegah masuknya microorganisme ke dalam tubuh

b. Mencegah masuknya substansi asing masuk dalamtubuh c. Mempertahankan dari bahan kimia yang masuk dalam tubuh d. Tempat keluar masuknya air dalamtubuh

e. Melindungi lapisan di bawahnya f. Melindungi dariultraviolet

g. Bantalan untuk mencegah trauma organ di dalamtubuh h. Memproduksi zat

i. Mengatur regulasiair

(47)

2. Termoregulasi:

a. Mengontrol suhu badan dengan konveksi, evaporasi, konduksi danradiasai

b. Membantu tubuh menyesuaikan dengan suhulingkungan c. Menghilangkan panas saatberaktivitas

d. Membuat tubuh menggigil dan bulu uduk berdiri, untuk mempertahankan tubuh tetap hangat walau di suhu dingin

e. Mendinginkan tubuh saat terjadievaporasi 3. Metabolisme:

a. Membantu aktivasi vitamin D dan mengunakan vitaminD b. Membantu tubuh mengeluarkan zatsisa

c. Menyerapmedikasi d. Menyimpanlemak

e. Berperan dalam regulasi cardiac output dan tekanandarah 4. Sensasi:

a. Merasakan adanya sensai: dingin, panas, nyeri, tekanan dan sentuhan b. Menyalurkan sensai sosial danseksual

c. Membantu keintiman secarafisik 5. Komunikasi:

a. Mengkomunikasikan preasaan dan mood yang terlihat dari ekspresiwajah b. Mengambarkan marah, malu atau takut (merah, berkeringat,pucat) C. LUKA

Pengertian Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (

(48)

tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsiorgan 2. Respon stressimpatis

3. Perdarahan dan pembekuandarah 4. Kontaminasibakteri

5. Kematiansel

(49)

TOPIK 12

Prinsipdasar dan prosedur diagnosis kedaruratan medic Ciderakulit

Jenis-Jenis Luka Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).

1. Berdasarkan tingkatkontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% -5%.

b.Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% -11%.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% -17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme padaluka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnyaluka

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermiskulit.

(50)

adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yangdangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

3. Berdasarkan waktu penyembuhanluka

a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen danendogen.

(51)

Mekanisme terjadinya luka :

1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat(Ligasi)

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. 3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidaktajam.

4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yangkecil.

5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.

6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akanmelebar.

7. Luka Bakar (Combustio) * Decubitus/luka tekan : karena proses tertekan yang lama di area tertentu bagiantubuh.

(52)

TOPIK 13

Prinsip dasar dan prosedur penanganan kedaruratan Cidera kulit

Fase Penyembuhan Luka:

1. Vascularresponse:

Beberapa detik setelah terjadinya luka pada tipe apapun, respon tubuh dengan penyempitan pembuluh darah (konstriksi) untuk menghambat perdarahan dan mengurangi pajanan terhadap bakteri. Pada saat yang sama, protein membentuk jaringan fibrosa untuk menutup luka. Ketika trombosit bersama protein menutup luka, luka menjadi lengket dan lemb membentuk fibrin. Setelah 10-30 menit setelah terjadinya luka, pembuluh darah melebar karena serotonin yang dihasilkan trombosit. Plasma darah mengaliri luka dan melawan toxin yang dihasilkan microorganisme, membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan membawa agen fagosit untuk melawan bakteri maupun jaringagan yangrusak.

Inflamasi:

Bagian luka akan menjadi hangat dan merah karen aprose fagositosis. Fase inflamasi terjadi 4-6 hari seteah injury. Tujuan inflamasi untuk membatasi efek bakteri dengan menetralkan toksin dan penyebaran bakteri

Proliferasi/resolusi:

Penumpukan deposit kolagen pada luka, angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru), proliferasi dan pengecilan lebar luka. Fase ini berhenti 2 mgg setelah terjadinya luka, tetapi proses ini tetap berlangsung lambat 1- 2 tahun. Fibroblast mensistesis kolagen dan menumbuhkan sel baru. Miofibroblas menyebabkan luka menyempit, bila tidak terjadi penyempitan akan terjadi kematian sel. Contohnya jika terjadi scar atau

(53)

kontraktur. Epitelisasi adalah perpindahan sel epitel dari area sekitar folikel rambut ke area luka. Perpingahan tersebut terbatas 3 cm. Epitelisai akan lebih cepat jika luka dalam keadaan lembab.

Maturasi/rekontruksi:

Fase terakhir penyembuhan dengan remodelling scaryang terjadi. Biasanya terjadi selam asetahun atau lebih seteleh luka tertutup. Selama fase ni fibrin di bentuk ulang, pembuluh darah menghilang dan jaringan memerkuat susunananya. Remodeling ini mencakup sintesis dan pemecahan kolagen.

(54)

MIND MAPPING PATOFISIOLOGI CIDERA KULIT

Spasme dan akumulasi lendir Pejanan ujung syaraf

Kerusakan intergritas kulit atau jaringan

Inhalasi asap Luka Bakar

Kontak dengan permukaan kulit

asap

Edema laring dan tracheal

Nyeri Dilatasi permeabilitas

kapiler menurun Kerusakan pertukaran gas

Odium klorida, Na, protein hilang

Dehidrasi jaringan

Resiko kekurangan volume cairan

(55)

TOPIK 14

Prinsip dasar dan prosedur evaluasi kedaruratan medic Cidera kulit

Pengertian Suatu kegiatan yang di laksanakan untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup teknik inspeksi dan palpasi.

Tujuan

Untukmengetahui kemampuan mahasiswa keperawataan yang akan melaksanakan praktek klinik di rumah sakit dalam:

6. Melakukan pemeriksaankulit 7. Melakukan pemeriksaankuku 8. Melakukan pemeriksaanrambut

9. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaanintegumen Prosedur

Persiapan alat :

1. Sarungtangan/handscoen 2. Penggaris

3. Bullpen

4. Lembardokumentasi Persiapan Perawat

1. Memperkenalkandiri

2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan

(56)

Pelaksanaan : 1. Cucitangan.

2. Pakai sarungtangan.

3. Menanyakan Riwayat kesehatanpasien

a. Keluhan/riwayat kesehatan yang dirasakan atau dialami (gatal,benjolan).

b. Riwayat Alergi (obat, makanan dan kosmetik)

c. Riwayat kesehatan berdasarkan tingkat perkembangan, anak-anak, lansia dan wanitahamil.

d. Aktifitas sehari-hari seperti kebersihan diri, lingkungan, gaya hidup dan hal lain yang menimbulkan penyakit atau masalah pada sistem integument.

Inspeksi dan Palpasi

4. Inspeksi kulit untuk mengetahui warna kulit, jaringan parut, lesi dan kondisi vaskularisasi

5. Palpasi untuk mengetahui suhu kulit (bandingkan dengan suhu kesua kaki dan tangan dengan menggunakan punggung tangan), tekstur, edema atau adanyalesi.

6. Palpasi (tarik/cubit lembut untuk mengetahui turgor kulit) normalnya kembalicepat

7. Jika terdapat edema tentukan derajat pitting edema. Derajat edema ditentukan untuk menentukan cairan yang akan diberikan. Ada beberapa penilaian. Pertama dikatakan pitting edema minimal terjadi pada kesua punggung kaki Dengan rejat edema yaitu (+) pada kedua punggung kaki, (++) pada Tungkai dan lengan bawah, (++++) pada Seluruh tubuh termasuk dada dan perut. Penilaian yang kedua adalah sebagai berikut:

a. Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3detik

(57)

b. Derajat II : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5detik c. Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7detik d. Derajat IV : kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7detik

8. Inspeksi kuku jari untuk menentukan lengkungan dan sudut kuku (Abnormal bila sudut > 60°), catat warna, bentuk dan setiap ketidak normalan

9. Palpasi untuk pemeriksaan CRT (< 3detik)

10. Inspeksi pola penyebaran rambut (normalnya penyebaran rambut merata, tidak ada lesi danpitak)

11. Inspeksi warna rambut, perhatikan keseuaian antara warna dan usia. Serta inspeksi adanya warna rambut coklat kemerahan yang mungkin terjadi padamalnutrisi

12. Lakukan palpasi area rambut dan kepala dengan sirkuler. Perhatikan ada atau tidaknya masa serta nyeritekan.

13. Perhatikan konsistensi rambut : halus atau kasar, pecah-pecah atau mudah rontok saatdipegang.

(58)

PERTOLONGAN PERTAMA CIDERA KULIT Alat dan Bahan :

a) Antiseptic b) NaCl0,9%

c) Plaster d) Kassa

e) Saleb (sesuai kondisiluka) Prosedur :

1. MEMBERSIHKANLUKA

Pertolongan pertama saat luka, sesuai standar medis adalah dengan membersihkan luka,. Luka dapat dibersihkan dengan air bersih yang mengalir dan cairan pembersih PHMB atau yang mengandung antiseptic serta tidak merusak jaringankulit.

2. MENILAILUKA

Setelah membersihkan luka, berikan penilaian pada luka berdasarkan kedalaman luka, besar luka, dan jaringan yang terpengaruh. Jika luka bisa diatasi dapat dilanjutkan dengan tahap berikutnya

3. HENTIKANPERDARAHAN

Jika luka mengucurkan darah, hentikan perdarahan dengan menekan luka menggunakan kain bersih, kassa, atau kapas. Tekan bagian yang berdarah dengan kain bersih. Ditekan setelah 30 detik biasanya luka simple akanberhenti

4. MEMBERIKAN SALEPLUKA

Salep luka dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka. Salep membuat luka lembab, yakni kondisi tidak kering dan juga tidak basah.

Gunakan salep sesuai dengan kondisi luka

(59)

5. MENUTUP LUKA

Tutup luka setelah diberikan salep. Meutup luka bertujuan agar luka tidak terkontaminasi bakteri luar juga menjaga luka tetap lembab. Jangan menutup luka dengan kassa karena tidak dapat menghambat abkteri.

Sebaiknya tutup dengan palster, ganti plaster secara rutin setiap hari

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Chambell J (2012). International Trauma Life Support (ITLS) for Emergency Care Providers, 7thEdition

Hans & Mawji (2012). The ABC's of Emergency Medicine, 12th Ed. University of Toronto

Hoyt, Selfridge & Thomas (2007). Emergency Core Curicullum, Emergency Nurse Association (ENA). Six Edition.Elsevier

Hudak & Gallo (2007). Keperawatan Kritis edisi 6. EGC. Jakarta

O. Shirley (2004). Guide to the essentials in Emergency Medicine. National University Hospital. Singapore.

Puruhito, dkk (2005). Buku Kuliah Bedah Thorak Kardiovaskuler. RS dr Soetomo/ FK Unair.Surabaya

Smeltzer & Bare (2010). Brunner & Suddarth's Textbook of Medical Surgical Nursing 10th

Wilson, Grande, Hoyt (2007). Trauma Critical Care Volume 1 & 2. Informa Health Care. USA

W.Karjadi, dkk (2008). General Emergency Life Support. Penanggulangan

penderita gawat darurat. RS dr Soetomo/ FK Unair. Surabaya

(61)

Referensi

Dokumen terkait

 Teman sebaya memberikan bimbingan khusus bagi peserta didik yang belum dapat menemukan informasi terkait dengan pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, dan mengapa

1 Menerapkan algoritme genetika untuk mengoptimumkan fuzzy decision tree (FDT) sehingga diperoleh genetically optimized fuzzy decision tree (G-DT) pada data diabetes,

Data yang diambil dari Eurodad, sebuah lembaga masyarakat sipil di Eropa yang membidani isu pembiayaan untuk pembangunan, mencatat investasi asing langsung di negara-negara

Terkait dengan kondisi volatilitas yang meningkat di pasar keuangan global, usaha kami di bawah kerangka ABMI untuk mengembangkan efisiensi dan likuiditas pasar

Adapun tahap yang dilakukan dalam interogasi yaitu meberikan beberapa pertanyaan terhadap pihak-pihak yang terkait dalam tindak pidana tersebut, khususnya tersangka,

subyek penelitian yakni pihak – pihak yang terkait dengan penelitian Implementasi Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 101

Hare (1991, 2003) menyatakan bahwa kepribadian psikopatik juga memiliki kaitan yang erat dengan emosi yang dangkal, ditunjukkan dari kurangnya rasa empati dan

Institut Teknologi Bandung sebagai perguruan tinggi nasional yang memiliki sumber daya dan pengalaman dalam teknologi pembangkit dan rekayasa energi nuklir memiliki kewajiban