• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP BAB 2 Lomba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK SMP BAB 2 Lomba"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pendidikan memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap, mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan kebangsaan. Pendidikan harus

mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh

lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral

tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa (Sutikno,

2007)

2.1 Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Pembelajaran

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Kurikulum 2006 atau yang sering disebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat

(2)

pembelajaran pada suatu dan /kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi

dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Badan

Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Kurikulum 2006 menitik beratkan pada keaktifan peserta didik sebagai sentral

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, karena sentral pembelajaran adalah

keaktifan peserta didik maka peran guru hanya sebagai fasilitator dalam proses

pembelajaran.

Guru sebagai fasilitator dituntut untuk aktif dalam mendesain proses

pembelajaran, salah satu alternatif desain pembelajaran adalah pembelajaran

bervisi SETS (dilengkapi dengan multimedia interaktif) berfungsi sebagai

media penyampaian materi yang diharapkan dapat memberi wawasan

pengetahuan tentang sistem koordinasi pada manusia. Dengan bantuan CD

interaktif maka materi yang disampaikan kepada peserta didik menjadi jelas,

berkesan dan bermakna.

2.1.1 Pembelajaran Biologi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang

(3)

mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung

untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk

mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam

sekitar.

Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman

belajar untuk memahami konsep dan keterampilan proses sains. Keterampilan

proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis,

menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu

mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,

menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan

secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan

untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Ini

(4)

kehidupan nyata (kontekstual) dan belajar dari orang lain yang pada akhirnya

jika diterapkan dalam proses pembelajaran akan meningkatkan keterampilan

bermasyarakat dan meningkatkan hasil belajar siswa (Deen dan Smith, 2006).

Mata pelajaran Biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis,

induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

peristiwa alam sekitar. Mata pelajaran Biologi bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji

hipotesis melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan

secara lisan dan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif

dengan menggunakan konsep dan prinsip biologi.

5. Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling

keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan,

(5)

6. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya

teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

7. Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian

lingkungan.

2.1.2 Hasil Belajar

Pengertian kata hasil menurut Poerwadarminta (2006), yaitu sesuatu yang

diadakan (dibuat, dijadikan dan sebagainya) oleh usaha. Di samping itu beliau

mengemukakan definisi belajar sebagai usaha melalui latihan dan usaha lainnya

agar mendapat sesuatu kepandaian atau suatu ilmu pengetahuan.

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi arti entah teks, dialog,

pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses

mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari

dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya

dikembangkan. Proses tersebut bercirikan sebagai berikut belajar berarti

membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat,

dengar, rasakan, dan alami. Kontruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang

telah ia punyai (Suparno, 1997).

Menurut Abdurrahman (2003) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh

anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Sudjana (1999) hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

(6)

merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotoris. Hasil belajar dapat diukur melalui tiga hal yaitu: (1) keefektifan,

(2) efisiensi, (3) daya tarik. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan

tingkat pencapaian hasil belajar. Ada 4 aspek untuk mendiskripsikan keefektifan

pembelajaran yaitu: (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari

(tingkat kesalahan), (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat hasil belajar, dan (4)

tingkat retensi dari apa yang dipelajari. Menurut Rustad dan Sugiyanto (2007),

efektifitas belajar sangat dipengaruhi gaya belajar dan bagaimana cara belajar.

Efisiensi pembelajaran biasanya diukur rasio antara keefektifan dan jumlah

waktu yang dipakai pembelajaran dan atau jumlah biaya pembelajaran yang

digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya juga dapat diukur dengan

mengamati kecenderungan siswa untuk tetap terus belajar. Adapun daya tarik

pembelajaran erat sekali dengan daya tarik bidang studi. Keduanya dipengaruhi

kualitas belajar.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar

merupakan suatu perubahan tingkah laku yang baru yang menunjuk pada

prestasi belajar peserta didik setelah melalui usaha dalam proses belajar pada

mata pelajaran. Hasil belajar dapat diketahui setelah dilakukan penilaian hasil

belajar. Penilaian hasil belajar pembelajaran bervisi SETS materi sistem

koordinasi (dilengkapi dengan multimedia interaktif) yaitu berupa penilaian

kognitif, psikomotorik (keterampilan proses dan keaktivan) dan afektif (respon)

(7)

2.3 Keaktifan Peserta Didik Dalam Pembelajaran

Keaktifan dapat diartikan kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam proses

pembelajaran untuk mencapai hasil belajar (Sudjana, 1999). Keaktifan siswa

untuk berfikir mempunyai ciri-ciri: (a) mengarahkan peserta didik untuk

mengamati, menghitung, mengukur, mencatat data menggolongkan data dan

mencari hubungan antara dua data, (b) meminta peserta didik untuk hipotesis

dengan memecahkan masalah yang dihadapi, (c) mengarahkan peserta didik

untuk melakukan penelitian percobaan serta menyampaikan kembali

variabel-variabel dalam percobaan yang dilakukan, (d) meminta peserta didik untuk

menyimpulkan, menerapkan konsep serta mengkomunikasikan proses suatu

hasil belajar.

2.4. Pembelajaran Dengan SETS

Dasar dari pengembangan SETS adalah Constructivism oleh Glasersfeld pada

1986 (Glasersfeld, 1986). Teori konstruktivisme ini pada pokoknya

menggambarkan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun

pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya (Glasersfeld, 1986).

Dalam teori konstruktivisme siswa lebih diberikan tempat dibanding guru atau

instruktur, maksudnya dalam penyelenggaraan proses pembelajaran siswa

dijadikan sebagai pusat pembelajaran (student center), atau konstruktivisme

merupakan pembangunan pemahaman peserta didik secara aktif dalam

pemahaman sebuah makna (Jones dkk, 2002). Untuk lebih jelas dapat dilihat

(8)
(9)

Singkatan kata SETS mengandung makna tertentu. Akronim SETS, bila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan memiliki kepanjangan Sains,

Lingkungan, Teknologi, dan masyarakat (SETS) diturunkan dengan landasan

filosofis yang mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan mengingat urutan

unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut. Selanjutnya landasan

filosofis tersebut dipakai sebagai dasar pengembangan konsep pendidikan

SETS itu sendiri dalam implementasinya untuk ikut berperan dalam sistem

pendidikan, di mana saja dia diadopsi (Binadja, 1999).

Pada penelitian ini unsur sains menjadi perhatian utama. Namun tidak

menutup kemungkinan pada penelitian yang lain unsur lingkungan,

teknologi maupun masyarakat yang menjadi perhatian utama. Dengan

meletakkan sains sebagai fokus perhatian, seperti yang biasa dilakukan

dalam kegiatan pengajaran sains, maka guru sains serta para siswa yang

menghadapi pelajaran sains dapat dibawa melihat bentuk keterkaitan

sebenarnya dari ilmu yang dipelajarinya (sains) dikaitkan unsur lain

dalam SETS. Oleh karena itu dalam pengajaran sains seharusnya guru

dan siswa dapat mengambil berbagai contoh serta fakta yang ada atau

kemungkinan fakta yang dapat dikaitkan secara terpadu dalam pengenalan

atau pembelajaran konsep sains yang dihadapi sesuai dengan tujuan

pengajaran dan pada saat memungkinkan siswa mengembangkan diri

berdasarkan pengetahuan yang dipelajari tersebut. Adapun keterkaitan antara

(10)

Gambar 2. Keterkaitan antar unsur SETS (Binadja, 1999).

Pendidikan SETS atau yang sering disebut Salingtemas (Sains, Lingkungan,

Teknologi dan Masyarakat) merupakan kecenderungan masa depan pendidikan

yang belum banyak disadari oleh masyarakat (Binadja, 2001). Oleh karena itu

salah satu usaha untuk membumikan SETS dalam kehidupan mungkin bisa di

awali melaui pendidikan formal di sekolah dimana materi-materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru selalu dihubungkaitkan dengan SETS.

SETS harus memberikan kepada peserta didik pengetahuan yang sesuai dengan

(11)

pendidikannya. Hubungan yang tepat antara SETS dalam pembahasannya

adalah ketekaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan peserta didik harus

diutamakan (Binadja, 1999).

Dalam pembelajaran biologi, pengintegrasian dalam konteks SETS

memerlukan kesediaan guru atau pendidik biologi untuk memiliki cara pandang

terbuka di samping selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi

di dalam masyarakat berkenaan dengan subjek biologi. Untuk itu perlu

kepekaan yang tinggi dari guru biologi terhadap situasi di masyarakat yang

bernuansa biologi. Hal-hal yang bernuansa biologi tersebut dapat berupa

informasi baru, pengungkapan peristiwa lama yang baru ditemukan, masalah

penyakit, kaitan dengan bidang-bidang tertentu yang menyangkut biologi

seperti bidang medis, kefarmasian, pertanian, perikanan, kehutanan, kelautan,

bahkan keantariksaan. Dari sana para guru atau pendidik biologi diminta untuk

mengkaitkan topik pembelajaran yang akan diperkenalkan kepada siswa dari

berbagai segi SETS sehingga memungkinkan peserta didik memiliki keutuhan

pandangan tentang sesuatu yang harus dipelajari saat itu (Binadja, 2001).

Dalam pembelajaran biologi bervisi SETS, ciri atau karakteristik pendekatan

(12)

2.41. Sistem Saraf Dalam Konteks SETS

Gambar 3. Dua orang yang sedang telepon (Lestari dan Idun, 2009).

Gambar tersebut memperlihatkan dua orang yang berbincang-bincang melalui

telepon. Seseorang di suatu tempat menyampaikan suatu pesan dan ditanggapi

oleh orang di tempat lain. Melalui komunikasi tersebut akhirnya pesan yang

disampaikan seseorang dapat ditanggapi oleh orang lain. Ilustrasi tersebut

ternyata dapat menjelaskan tentang sistem saraf. Dilihat dari cara kerja dan

fungsinya, saraf bagaikan sebuah jaringan komunikasi. Sistem saraf berfungsi

untuk menerima pesan dan menanggapi pesan tersebut. Dalam hal ini, pesan

disebut rangsang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa saraf

merupakan bagian dari tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang dan

kemudian menanggapi rangsang tersebut.

Sebagai contoh saraf (sains) dapat dihubungkan dengan teknologi

penanggulangan parkinson yang sekarang ini sedang ramai dibahas manfaatnya

bagi masyarakat dan lingkungan yang sangat besar, diantaranya didirikannya

klinik terapi parkinson, obat untuk penderita parkinson, lebih jelasnya lihat

(13)

2.4.2. Sistem Hormon Dalam Konteks SETS

Pernahkah kalian merasa takut saat bertemu dengan orang gila atau

dikejar-kejar orang gila, mengahadapi ujian atau menunggu kelulusan atau peristiwa

lain yang menyebabkan perasaaan was-was. Tahukah kalian sebenarnya apa

yang terjadi dengan tubuh kalian saat itu? Pada saat itu tubuh mengeluarkan

hormon adrenalin (epinefrin) yang berpengaruh dalam penyempitan pembuluh

darah sehingga tekanan darah dan denyut jantung meningkat, hormon ini juga

mengubah glikogen (gula otot) menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan

energi sehingga pada saat dikejar orang gila memiliki kekuatan untuk lari, dan

memiliki semangat untuk mempersiapkan ujian sehingga saat kelulusan tidak

begitu ketakutan. Hormon dari bahasa Yunani yaitu hormaen yang berarti

menggerakkan. Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh bagian

dalam tubuh. Organ yang berperan dalam menghasilkan hormone adalah

(14)

Gambar 4. Penyakit parkinson dalam konteks SETS. membantu bagi penderita Parkinson untuk tetap

NuroPro (alat tes darah dari Power 3Product): untuk meneteksi sejak dini penyakit Parkinson

Saraf:

Penyakit

parkinson Bagi penderita Parkinson menurunkan kualitas

(15)

Kelenjar endokrin pada manusia terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,

kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid dan kelenjar pulau langerhans. Salah satu

contoh kelenjar langerhans (kelenjar pankreas) menghasilkan hormon insulin

yang berfungsi untuk mengatur kadar gula dalam darah, kekurangan hormon

insulin menyebabkan Diabetes mellitus (kencing manis), bila dihubungkan

dengan SETS dengan adanya Diabetes mellitus (sains) maka diproduksinya

insulin sintetis, obat untuk diabetes, produk susu diabetasol (teknologi), dokter

special untuk amputasi jika penderita diabet sampai mengalami pembusukan

pada organ tubuh yang mengalami luka, dokter mata jika diabetesnya dapat

menyebabkan kebutaan (masyarakat dan lingkungan) (gambar 5).

2.4.3 Sistem Indera Dalam Konteks SETS

Rasa nikmat dan lezat dari setiap masakan yang dirasakan dipengaruhi oleh

adanya rangsangan pada lidah. ungkapan rasa sakit seperti mengucap kata

“aduh” juga terkait rangsangan pada bagian tertentu tubuh kita. Oleh kerena itu,

rangsangan (stimulus) diartikan sebagai sesuatu yang menyebabkan perubahan

pada tubuh atau bagian tubuh tertentu. Sedangkan alat tubuh yang menerima

rangsangan tersebut dinamakan indera (reseptor). Adanya reseptor

memungkinkan ransangan dihantarkan menuju saraf pusat. Di dalam saraf pusat

rangsangan di olah untuk dikirim kembali meneuju efektor, seperti otot dan

(16)
(17)

Sementara rangsangan yang menuju tubuh dapat berasal dari luar tubuh dan

dalam tubuh. Rangsangan dari luar tubuh misalnya bau, rasa (pahit, manis, asin,

dan masam), sentuhan, cahaya, suhu, tekanan, dan gaya berat. Rangsangan itu

akan diterima indera penerima (reseptor luar/eksteroreseptor). Sedangkan

reseptor yang berasal dari dalam tubuh misalnya rasa kenyang, lapar, haus, dan

lelah diterima oleh indera yang disebut reseptor dalam (interoreseptor).

Eksoreseptor sering disebut alat indera yang terdiri indera penglihat, indera

peraba, perasa, pencium dan pengecap.

Bila dihubungkan dengan SETS, misalnya mata (sains) dapat dihubungkaitkan

dengan kaca mata (soflen) untuk membantu penglihatan, operasi katarak

(Lasik), obat mata (teknologi), dokter spesialis mata dan rumah sakit khusus

mata merupakan manfaatnya untuk lingkungan dan masyarakat. Telinga sebagai

indera pendengar, lidah sebagai indera pengecap, hidung sebagai indera

pencium dan kulit sebagai indera perasa, semua dapat dihubungkan dengan

(18)

Gambar 6. Penyakit katarak dalam konteks SETS

(19)

arakat berkenaan dengan subjek biologi. Untuk itu perlu kepekaan yang tinggi

dari guru biologi terhadap situasi di masyarakat yang bernuansa biologi.

Hal-hal yang bernuansa biologi tersebut dapat berupa informasi baru, pengungkapan

peristiwa lama yang baru ditemukan, masalah penyakit, kaitan dengan

bidang-bidang tertentu yang menyangkut biologi seperti bidang-bidang medis, kefarmasian,

pertanian, perikanan, kehutanan, kelautan, bahkan keantariksaan. Dari sana para

guru atau pendidik biologi diminta untuk mengkaitkan topik pembelajaran yang

akan diperkenalkan kepada siswa dari berbagai segi SETS sehingga

memungkinkan peserta didik memiliki keutuhan pandangan tentang sesuatu

yang harus dipelajari saat itu (Binadja, 2001).

Dalam pembelajaran biologi bervisi SETS, ciri atau karakteristik pendekatan

SETS yang perlu ditampilkan adalah:

Tetap memberi pembelajaran konsep biologi yang diinginkan

 Murid dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan

konsep yang dibelajarkan atau memanfaatkan konsep biologi ke bentuk

teknologi untuk kepentingan masyarakat

 Murid diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains

biologi yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang

(20)

 Murid dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian

menggunakan konsep sains biologi tersebut bila diubah dalam bentuk

teknologi

 Murid diajak untuk mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila

ada) yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi tersebut

terhadap lingkungan dan masyarakat (mencari teknologi yang lebih baik)

 Kontruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang SETS berkaitan

dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam arah dan

berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa

yang bersangkutan (Binadja, 2001).

2.5. Media Pembelajaran Dan Pengembangannya

Dalam proses pembelajaran terjadi proses interaksi antara guru dan peserta

didik, peserta didik dengan peserta didik yang lain dalam memahami,

mendiskusikan, tanya jawab, mendemontrasiksan, mempraktikan materi

pelajaran di dalam kelas. Dari situ terjadi komunikasi antara guru dan peserta

didik atau peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, di dalamnya terjadi

dan terlaksana hubungan timbal balik (komunikatif). Guru menyampaikan

pesan, peserta didik bertanya atau sebaliknya.

Menurut Yamin (2007a), interaksi pada intinya terdiri atas empat unsur yang

tidak terlepaskan, yaitu: komunikator, komunikan, pesan dan media. Media

(21)

Media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi final atau verbal. Media juga dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang

pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa

sehinggga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa

(Angkowo dan Kosasih, 2007)

Sadiman dkk (1984) mengatakan bahwa media pembelajaran memiliki

kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar

tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan

belaka), (2) penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran

akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran pada saat itu, (3)

penggunaan media dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih

interaktif, dengan diterapkannya teori belajar dengan prinsip-prinsip psikologis

(partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan), (4) penggunaan media

pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta

didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: (a) menimbulkan

kegairahan belajar, (b) memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai

dengan kemampuan dan minatnya, (c) memungkinkan interaksi yang lebih

langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan, (5) mengatasi

keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: (a) objek yang terlalu besar

(22)

2.6. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 5.Kerangka berfikir pembelajaran bervisi SETS sistem saraf

SETS merupakan pembelajaran

yang terintegrasi yang

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan lingkungan, (saraf, hormone dan indera) memiliki sub materi yang banyak dibanding dengan materi lain di kelas IX

 Berkurangnya jam biologi dari 3 jam menjadi 2 jam

 Nilai harian siswa untuk materi saraf rendah dibanding materi lain

 Belum adanya perangkat

(23)

2.7. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan

keaktifan bertanya peserta didik

2. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf meningkatkan keaktifan

bekerja kelompok dengan teman dan kelompok

3. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan

presentasi hasil diskusi peserta didik

4. Pembelajaran bervisi SETS materi sistem saraf dapat meningkatkan hasil

Gambar

Gambar 1. Peta  konsep sistem koordinasi manusia.
Gambar 2. Keterkaitan antar unsur SETS (Binadja, 1999).
Gambar 3. Dua orang yang sedang telepon (Lestari dan Idun, 2009).
Gambar 4. Penyakit parkinson dalam konteks SETS.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Terimakasih atas semua bantuan, dukungan, dan bimbingan yang tak kenal lelah, meskipun begitu banyak kesibukan yang harus dikerjakan, tetapi disela-sela kesibukan

Jadil hasil penelitian ini berupa analisa data – data kualitatif yang akan digunakan untuk mendeskripsikan tentang pengetahuan dan perilaku nasabah dalam Pemanfaatan Kredit

dapat diketahui bahwa selama inkubasi 6 minggu terjadi penurunan jumlah Bakteri Pelarut Fosfat, dengan jumlah BPF terendah terjadi pada perlakuan C3I2 (limbah kulit pisang 60

 Kolom Angka Kredit Menurut TPJA PT menunjukkan besaran angka kredit kegiatan tridarma dosen sesuai dengan hasil penilaian tim penilai jabatan akademik di PT dosen yang

Hasil daripada temu bual dan analisis dokumen yang telah dijalankan untuk mendapatkan maklum balas daripada murid setelah menggunakan Kaedah Tahfiz Akhyar, murid menyatakan

Mekanisme upaya keberatan terhadap putusan Badan Penyesaian Sengketa Konsumen di Pengadilan Negeri Makassar dapat dilakukan apabila terdapat salah satu pihak yang

[r]

09 Surat Dukungan Keuangan dari Bank (Dukungan Bank) asli harus diserahkan 10 Kontrak & LKP Paket Pekerjaan yang sedang dilaksanakan serahkan LKP progres terakhir D Dokumen yang