ii
TUGAS AKHIR
MANAJEMEN PEMBIBITAN SAPI BALI
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI
BALI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli
Madya Peternakan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi Diploma III Agribisnis Peternakan
Oleh :
Agus Saputro Wibowo
H3409001
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS MINAT PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
iii
TUGAS AKHIR
MANAJEMEN PEMBIBITAN SAPI BALI
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI
BALI
Telah dipertahankan didepan dewan penguji PadaTanggal: 18 Juli 2012
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji:
Penguji I Penguji II
Wara Pratitis S.S, S.Pt,. M.P Drh. Sunarto, M.Si. NIP.19730422 200003 2 001 NIP.19550629 198601 1 001
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 195602251986011001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya Sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Manajemen Pembibitan Sapi Bali Di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali. Bali”. Tugas Akhir ini ditulis untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Ahli Madya di Program Studi Diploma III Agribisnis Minat Peternakan Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penyusun menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program D-III Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Minat Program Studi D-III Agribisnis Minat Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Wara Pratitits S.S, S.Pt.MP., selaku Dosen Pembimbing. 5. Drh. Sunarto, M. Si.,selaku Dosen Penuji.
6. Drh. Edi Suprapto,selaku Kepala Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali yang telah memberikan banyak pengalaman.
7. Orang tua yang telah memberikan motivasi dan dukungan, serta 8. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dari penyusunan Tugas Akhir ini, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penyusun berharap Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi penyusun pada khusunya dan semua pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2012
v C.Reproduksi atau Perkawinan ………...…………..……….
D.Pakan………...………
E. Perkandangan...………...………... F. Kesehatandan Penyakit Ternak..………...………. BAB III. TATA PELAKSANAAN KEGIATAN ...
vi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...
A.KondisiUmumPerusahaan………
1. Sejarah Perusahaan………...
2. Visi dan Misi………
3. Tugas Pokok dan Fungsi Balai……….
4. Lokasi Perusahaan………
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1.Pejantanunggul………. Gambar2.Pemeliharaan indukan di ranch………. Gambar 3.Perkawinan dengan kawin suntik atau IB………. Gambar4.Proses penyacahan rumput dengan chopper………. Gambar5.Perkandangan……… Gambar6.Kebun hijauan………. Gambar7.Kebun jagung dan ubi kayu……… Gambar8.Penyakit baliziekte……….. Gambar9.Obat-obatan……….. Gambar10.Pakan konsentrat……….. Gambar11.Rumput kompetidor……… Gambar12.Perkawinan alami………. Info pedock BPTU Sapi Bali………
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi BPTU Sapi Bali……… 21
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapi Sali merupakan salah satu plasma nulfah yang ada di Indonesia yang telah lama dibudidayakan dan telah menyebar ke berbagai penjuru Nusantara.Sapi Bali (Bos Sondaicus) merupakan sapi asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestika si (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa domestikasi tersebut berlangsung di Bali sehingga disebut Sapi Bali. Sapi Bali menyebar ke pulau-pulau di sekitar pulau Bali melalui komunikasi antar raja-raja pada zaman dahulu. Dengan demikian, adaptabilitasnya terhadap iklim dan lingkungan tropis tidak diragukan lagi. Selain itu Sapi Bali merupakan potensi lokal yang mempunyai nilai jual tinggi dalam sektor agribisnis peternakan. Pembibitan Sapi Bali merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai prospek yang masih sangat bagus. Hal ini karena kebutuhan maupun permintaan daging cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini juga di karenakan meningkatnya kesadaran dan juga tingkat pendapatan masyarakat. Dari karakteristik karkas, Sapi Bali digolongkan sapi pedaging ideal ditinjau dari bentuk badan yang kompak dan serasi, bahkan nilai lebih unggul daripada sapi pedaging Eropa seperti Hereford, Shortorn. Oleh karena itu dianggap lebih baik sebagai ternak pada iklim tropik yang lembab karena memperlihatkan kemampuan tubuh yang baik dengan pemberian makanan yang bernilai gizi tinggi (Fikar, 2010). Selain mempunyai kualitas karkas dan pertumbuhan yang baik, Sapi Bali mempunyai fertilitas yang sangat tinggi dan sangat bagus untuk usaha pembibitan. Namun dari keunggulan tersebut timbul permasalahan salah satunya adalah menurunnya populasi dan mutu genetik. Penurunuan populasi dan mutu genetik disebabkan oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah manajemen reproduksi.
berkewajiban untuk peduli akan kelestarian plasma nutfah Sapi Bali. BPTU Sapi Bali mempunyai tugas pokok salah satunya pemurnian genetik untuk menghasilkan dan menjaga keaslian genetik Sapi Bali yang unggul, dalam rangka meningkatkan populasi ternak Sapi Bali agar plasma nutfah asli indonesia ini tidak punah. Dalam melaksanakan tugas pokok, BPTU sapi Bali menerapkan sistem manajemen mutu yang sesuai dengan standarisasi nasional. Standarisasi nasional tersebut adalah dapat dilihat dalam pengelolaan breeding center dalam pengadaan seleksi bibit yang mengacu kepada SNI tentang Sapi Bali. Selain sistem manajemen mutu yang berstandar nasional BPTU Sapi Bali mempunyai keunggulan dengan adanya tempat yang representatif dalam pemuliabiakan yaitu dengan penerapan metode kandang
ra nch. Metode ranchini sangat mendukung pemuliaan Sapi Bali, karena
sistem ra nchdi rasa sesuai dengan habitat aslinya.
Lokasi yang dipilih untuk kegiatan magang mahasiswa ini adalah BPTU Sapi Bali karena jarang sekali perusahaan peternakan di Indonesia yang memelihara sapi dengan sistem ra nch dengan padang penggembalaan yang sangat luas disertai manajemen yang baik dan terarah. Selain itu, sebagai institusi mitra, BPTU Sapi Bali merupakan mitra yang selalu terbuka dan mendukung dalam kemajuan dunia pendidikan di Indonesia, dalam hal ini transfer ilmu pengetahuan khusunya dalam hal seluk beluk Sapi Bali. Dengan mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan pada pejantan dan induk yang ada disini mulai dari bagaimana pemberian pakan hingga penanganan terhadap penyakit pada sapi diharapakan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa untuk kedepannya.
B. Tujuan Kegiatan Magang
a. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara langsung dan dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan pemeliharaan Sapi Bali.
b. Mengetahui dan memahami secara langsung tentang teknis pemeliharaan dan penglolaan Sapi Bali.
c. Menambah pengetahuan, keterampilan dan wawasan bagi setiap mahasiswa dalam dunia peternakan ruminansia khususnya Sapi Bali. d. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori
dan penerapannya sehingga dapat memberikan bekal bagi mahasiswa untuk dapat mengapdi ke masyarakat.
e. Mengetahui dan memahami secara langsung bagaimana manajemen pemeliharaan pejantan dan indukan sapi bali yang dilakukan secara
ra nch mulai dari pemberian pakan hingga pengelolaan kesehatan Sapi
Bali.
f. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah diperoleh dengan aplikasinya di lapangan.
g. Memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis kepada mahasiswa dalam rangka kesiapan menghadapi dunia kerja yang mengarah pada kegiatan kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.
h. Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara perguruan tinggi, pemerintah, dan perusahaan.
C. Perumusan Masalah
Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebuuhan gizi yang diiringi dengan tingkat pendapatan maka kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani turut meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan daging, terutama daging sapi maka peluang usaha disektor peternakan masih sangat terbuka lebar khususnya usaha peternakan sapi potong seperti breeding maupun fattening.
Semua aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan populasi atau kelompok ternak bibit dapat dilaksanakan dengan meningkatkan mutu genetik ternak tersebut dengan cara manajemen pemeliharaan yang terarah dan tepat guna.
Perumusan masalah mengenai manajemen pemeliharaan pada Sapi Bali di Balai pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali yang dapat diuraikan antara lain:
1. Manajemen pemeliharaan pada pejantan dan induk Sapi Bali. 2. Manajemen reproduksi Sapi Bali,
3. Manajemen perkandangan dan tata letaknya.
4. Manajemen kesehatan dan penanganan penyakit Sapi Bali. 5. Manajemen pakan Sapi Bali.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeliharaan Pejantan
Sapi Bali pejantan memiliki ciri khas antaranya bulu berwarna merah keemasan, pada jantan dewasa akan menjadi hitam, kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih seperti memakai kaus kaki, bagian pantat berwarna putih membentuk setengah lingkaran, ujung ekor berwarna hitam. Sapi Bali memiliki kepala pendek dengan kepala datar, Sapi Bali jantan memiliki tanduk panjang dan besar yamg tumbuh ke samping belakang. (Fikar, 2010)
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya (Ngadiyono, 2012).
Perkawinan pertama pada sapi jantan bisa dilakukan pada saat umurnya mencapai 18 bulan.Pada saat ini, secara tubuh, sapi telah dewasa dan mampu mengawini induk.Selain itu, produksi semen juga sudah cukup banyak dengan kualitas yang baik.Agar hasil perkawinan bisa maksimal, sebaiknya pejantan dikawinkan 2-3 kali dalam seminggu.Setelah dikawinkan, sebaiknya pejantan diistirahatkan agar kondisi tubuhnya membaik dan produksi semennya meningkat, baik secara kualitas maupun kuantitas.Seekor pejantan yang prima mampu mengawini hingga 30 ekor induk.Pejantan sebaiknya ditempatkan dikandang khusus pejantanyang letaknya berjauhan
dengan kandang induk.Agar kondisi pejantan prima dengan produksi semen yang bagus, pejantan harus diberi pakan yang berkualitas tinggi (Fikar, 2010). Sapi jantan akan mencapai kedewasaan pada umur 12 bulan. Temperamen sapi jantan biasanya agresif apalagi terhadap orang yang tidak dikenal.Oleh karenanya, sapi ini sebaiknya didekati dan dipegang setiap hari untuk meminimalisir tingkat agresifnya. Dengan demikian sapi tersebut akan mudah ditangani (Rianto dan Purbowati, 2010).
Seleksi pejantan menyangkut :
- kesehatan fisik: mata bersih dan bersinar, bulu bersih, halus dan mengkilap, tidak ada leleran pada hidung, mulut bau rumput, bentuk kaki simetris dan konsistensi feses normal.
- kualitas semen baik, dapat dilihat dari keturunannya atau diperiksa langsung dengan mikroskop
- kapasitas servis yaitu kemampuan untuk dapat mengawini induk betina, idealnya 1 ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor betina (Fikar, 2010). B. Pemeliharaan Induk
Sapi Bali memiliki tubuh menyerupai banteng tapi ukurannya lebih kecil karena proses penjinakan. Warna bulu pada waktu masih pedet sawo matang atau merah bata dan setelah dewasa warna bulu pada sapi bali betina bertahan merah bata sedangkan yang jantan kehitam-hitaman. Bagian keempat kakinya daribawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih seperti memakai kaus kaki. Kepala pendek dan dahi datar. Tanduk sapi betina tumbuh agak ke dalam. (Fikar, 2010)
Sapi induk harus dipelihara dengan baik agar penampilan reproduksinya meningkat.Sebaiknya, sapi induk digembalakan secara teratur.Tujuannya agar pemberian pakan lebih ekonomis, ternak dapat memilih sendiri pakan yang disukainya, serta melatih otot dan menjaga kondisi tubuh (Santosa, 1995).
atau terlalu kurus. Sapi betina yang terlalu kurus umumnya akan menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi. Sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami kesulitan ketika melahirkan (Fikar, 2010).
Waktu pertama kali kawin pada sapi dara harus benar-benar diperhatikan.Memang pada umur 12-15 bulan sapi dara sudah menunjukkan gejala estrus (birahi).Namun pada umur tersebut sapi belum bisa dikawinkan karena pertumbuhan tubuhnya belum mencapai titik optimum. Perkawinan yang terlalu muda dapat menyebabkan indukan kesulitan beranak karena sapi betina masih terlalu muda. Selain itu, dapat menyebabkan alat reproduksi menjadi rusak akibat kesulitan ketika beranak.Sebaiknya, sapi dara dikawinkan pertama kali pada umur 18-24 bulan.Pada umur tersebut, pertumbuhan tubuh pada sapi betina sudah mencapai optimum untuk mendukung perkembangan janin.Untuk efektivitas perkawinan, induk sapi tidak bisa dikawinkan setiap saat. Induk baru bisa dikawinkan ketika mengalami estrus pada sapi, siklus estrus akan terulang setiap 21 hari. Pada masa estrus inilah tingkat terjadinya pembuahan saat sapi dikawinkan sangat tinggi (Rianto dan Purbowati, 2010).
C. Reproduksi atau Perkawinan
Keberhasilan usaha pembibitan sapi salah satunya di ukur dari berapa jumlah anak yang bisa di hasilkan.Peranan manajemen perkawinan sangat penting, terutama dalam hal menunjang keberhasilan perkawinan sehingga terjadi kebuntingan pada sapi yang telah di kawinkan. Perkawinan pada sapi potong bisa dilakukan secara alami maupun kawin suntik (Inseminasi Buatan,IB). (Rianto dan Purbowati, 2010).
hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoon.Potensiterpendam yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yangunggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Feradis, 2010).
Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakuppemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksidan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan ataupengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi,pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan danpenyuluhan pada peternak. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yangmencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi
a rtificia lbreeding (perkawinan buatan).Tujuan dari IB itu sendiri adalah
sebagai satu alat yangampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi dan produksi ternaksecara kuantitatif dan kualitatif.(Feradis, 2010).
Manfaat penerapan bioteknologi IB pada ternak (Fikar,2010) adalah sebagaiberikut :
a. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan.
b. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding). c. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma tozoa dapat simpan
dalam jangka waktu yang lama.
d. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati.
e. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar.
f. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
D. Pakan
Secara teknis diketahui bahwa ruminan mempunyai potensi biologis untuk dapat mengunakan hijauan dengan baik sebagai bahan makanan utamanya. Hijauan terutama rumput relatif lebih mudah ditanam atau dipelihara sehingga harganya sebagai sumber energi relatif lebih murah dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya. Akan tetapi di lain pihak, hewan dapat mengadaptasikan diri terhadap berbagai keadaan lingkungan (Siregar, 2008).
Pakan mempunyai peranan yang penting baik diperlukan bagi ternak-ternak muda, maupun untuk mempertahankan hidupnya dan menghasilkan suatu produksi serta tenaga bagi ternak dewasa dan berfungsi untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas yang baik (AAK, 1983).
Pakan ternak yang dikonsumsi perlu untuk pemeliharaan dan pertumbuhan. Jadi semakin cepat bobot yang dikehendaki dapat tercapai nisbah antara bagian yang dimakan untuk pemeliharaan dengan bagian yang perlu untuk pertumbuhan lebih menguntukngkan. Memelihara hewan-hewan dengan kemampuan tubuh yang tinggi tanpa memberinya pakan yang diperlukanmengakibatkan hasil yang lebih jelek dibanding dengan apa yang didapat dari kedua bangsa lokal dalam kondisi sama. (Rianto dan Purbowati, 2010).
sapikurang lebih 20-40 liter/ekor/hari yang harus disediakan dalam kandang.(Setiadi, 2001).
E. Perkandangan
Tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dankandang ganda.Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang dilengkapilorong jalan dan selokan atau parit.Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapisaling berhadapan hea d to hea d dan sapi saling bertolak belakang
tail to tail yangdilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan
pengontrolan ternak(Ngadiyono, 2012).Fungsi kandang adalah melindungi sapi potong darigangguan cuaca, tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapitidak merusak tanaman di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi,melindungi sapi dari hewan pengganggu, dan memudahkan pelaksanaanpemeliharaan sapi tersebut(Fikar, 2010).
Beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai kandang diantaranya adalah desain layout, kapasitas dan materi bangunan kandang terutama lantai dan atap kandang. Kesemuanya itu harus diperhatikan dalam rangka mempermudahkan alur kegiatan pemeliharaan mulai dari kedatangan bakalan, kemudahan proses pemberian pakan ternak dan minum, sekaligus menyangkut kemudahan membersihkan kandang baik dari sisa kotoran, makanan dan genangan air serta persiapan pngangkutan sapi yang siap dijual (Santosa, 1995).
Konstruksi kandang dirancang sesuai dengan keadaan iklim setempat, jenis ternak, dan tujuan pemeliharaan sapi itu sendiri.Dalam merancang kandang ternak yang penting untuk diperhatikan adalah tinggi bangunan, kedudukan atap dan bayangan atap, serta lantai kandang.Lantai kandang untuk penggemukan sebaiknya disemen dengan kemiringan 4-5 cm. Kemiringan itu bertujuan agar air kencing, air siraman pembersih kandang atau cairan lain di dalam kandang dapat mengalir keluar dengan mudah (Setiadi, 2001).
tahan lama.Tempat tendon pakan hijauan atau pakan konsentrat.Saluran pembuangan air, air kencing dan tempat penampungan kotoran, sisa-sisa pakan tersedia diluar kandang. Peralatan kandang seperti sekop, sapu lidi, arit atau parang untuk emoting hijauan ( Susilorini, 2008).
F. Kesehatan dan Penyakit Ternak
Sapi bali rentan terhadap penyakit jembrana dan ma lignant cata rrha l
fever (MCF). Selain itu tingkat kematian pedet sebelum sapih mencapai 15 –
20 persen. Tingkah laku sapi memberikan gambaran tentang status kesehatan sapi tersebut.Sapi yang sehat akan menampakkan gerakan yang aktif,selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi disekitarnya. Tingkat kesehatan yang baik dan hasil produksi serta reproduksi yang optimal memerlukan ketersediaan padang rumput yang cukup dan bermutu (Fikar, 2010).
Keberhasilan peternakan sapi potong tidak hanya terletak pada usaha pengembangan jumlah ternak yang dipelihara, namun juga pada perawatan dan pengawasan, sehingga kesehatan ternak sapi tetap terjaga. Perawatan dan pengobatan pada ternak sapi juga memerlukan pertimbangan dari berbagai segi, baik dari segi penyakit ( ringan, tidak menular, atau menular ) maupun dari segi ekonomis
(Rianto dan Purbowati, 2010).
Pengertian umum tentang hewan sakit adalah setiap penyimpangan dari kondisi normalnya.Dalam arti yang lebih spesifik, hewan sakit adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh suatu individu hidup atau oleh penyebab lainnya, baik yang diketahui maupun tidak, yang merugikan kesehatan hewan yang bersangkutan. Dari pengertian ini, maka hewan yang sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, faktor keturunan, dan sebagainya (Siregar, 2008).
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloa t) dan lain-lain (Syarif dan Harianto, 2011).
Vaksinasi pencegahan hendaknya dianggap sebagai perlindungan tambahan dibandingkan dengan pentingnya menjaga kebersihan.Keberhasilan vaksinasi jarang mencapai 100% dan hewan muda mungkin peka, jadi hendaknya hati-hati untuk mengurangi resiko intensitas dan penyebaran infeksi.Caranya adalah dengan menghindari kontak dengan hewan sakit, kontak dengan lendir, kotoran dan benda-benda tercemar (Rianto dan Purbowati).
13
BAB III. TATA PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 6 Februari sampai dengan 6 Maret 2012. Kegiatan proses magang dimulai pada puku 07.30 WITA berakhir pada pukul 16.00 WITA. Kegiatan magang ini dilaksanakan 6 hari kerja, dimulai dari hari senin sampai dengan sabtu.Kegiatan magang ini dilaksanakan di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali, Jl Raya Gilimanuk-Denpasar, berjarak sekitar 40 Km dari pusat kota Jembrana di Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.
B. Materi dan Metode
1. Materi
a. Alat : kandang, tempat pakan dan minum, timbangan sapi, sekop, cangkul, selang air, karung, sabit, traktor, mobil pick up, chopper, suntikan, dan buku recording.
b. Bahan : sapi potong jenis Sapi Bali pedet, calon indukan dan calon pejantan, pejantan, indukan, vaksin, obat mata, vitamin, pakan hijauan dan konsentrat, serta air.
2. Metode
a. Pemeliharaan pejantan
Pemeliharaan pejantan meliputi pembersihan kandang dua kali sehari pada pagi dan sore, pemberian pakan dan minum dua kali sehari,
exercise dilakukan setiap hari dan perawatan kesehatan yang meliputi
spra ying setiap bulan dan vaksinasi serta pemberian obat cacing dan
vitamin.
b. Pemeliharaan induk
melahirkan serta jika rumput di padang penggembalaan berkurang kualitas dan kuantitasnya. Untuk spra ying dilakukan setiap bulan. Selain itu di vaksinasi dan rutin di drenching atau pemberian obat cacing.
c. Manajemen Reproduksi
Manajemen perkawinan yang tepat merupakan salah satu salah satu cara untuk memperoleh tingkat keberhasilan kebuntingan pada hewan ternak. Manajemen ini meliputi pola perkawinan ternak, pengamatan waktu birahi, pemilihan sapi pejantan yang tepat, serta ketrampilan petugas dan peternak dalam teknik perkawinan.
d. Manajemen pakan
Pemberian pakan untuk ternak yang dikandangkan dilakukan dengan mencampurkan konsentrat dan hijauan yang sudah di chopper serta mineral mix. Sedangkan untuk ternak yang digembalakan diberikan tambahan konsentrat dan hijauan jika ketersediaan rumput di padang penggembalaan berkurang kualitas maupun kuantitasnya.
e. Manajemen kesehatan dan penyakit
Untuk mengantisipasi terjadinya penularan penyakit maka dilakukan pembersihan kandang dua kali setiap hari pada pagi dan sore. Pengawasan kesehatan ternak setiap hari dan melakukan pengobatan terhadap sapi yang mengalami penyakit atau luka.
C. Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah:
1. Pengamatan (Observasi)
Mahasiswa mengadakan pengamatan langsung mengenai kondisi dan kegiatan yang ada di lokasi magang, yang meliputi :
1) Observasi tentang penyediaan bahan baku dan cara pengelolaannya. 2) Observasi tentang pengendalian mutu dari material sampai produk
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak dari instansi yang bersangkutan mengacu pada quisioner yang telah dibuat, serta bagian-bagian yang kurang jelas pada kegiatan magang guna mengetahui segala hal yang diperlukan dalam penyusan laporan.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan magang.Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia misalnya buku, data perusahaan dan majalah ilmiah.
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam pelaksanaan kegiatan magang perusahaan ini, data primer didapat dari wawancara dengan kepala Balai Pembibitan ternak Unggul Sapi Bali, Ka.Si. Pelayanan Teknis, Kepala Instalasi, penanggung jawab divisi pemuliaan ternak, penanggung jawab divisi kesehatan ternak, penanggung jawab divisi hijauan makanan ternak, staf dan karyawan BPTU Sapi Bali. 2. Dalam kegiatan magang perusahaan ini, yang menjadi data sekunder
adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang perusahaan.
16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
Pada pertengahan dekade 70-an, ada dua isu besar tentang Sapi Bali. Pertama adalah menurunnya populasi Sapi Bali di Indonesia, yang disebabkan oleh pemotongan sapi betina produktif dan ekspor Sapi Bali yang tidak terkendali.Kedua adalah dampak ikutan dari terkurasnya Sapi Bali tersebut sehingga menimbulkan penurunan populasi disertai dengan penurunan mutu genetik Sapi Bali padahal Sapi Bali sangat berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Berawal dari kondisi tersebut, pada tahun 1976 berdirilah Proyek Pembibitan dan Pengembangan Sapi Bali (P3 Bali) , sesuai dengan SK Menteri Pertanian no.776/Kpts/Um/12/1976. Tahun1977, pemeritah lewat Bank Rakyat Indonesia, menyalurkan Kredit ternak sapi ke masyarakat sebagai upaya mendukung kegiatan P3 Bali,yang nantinya menjadi Instalasi Populasi Dasar (IPD).
Tahun 1986, dibangunlah Pusat Pembibitan Pulukan (Breeding
CenterPulukan (BC Pulukan)) di desa Pangyangan, Kecamatan Pakutatan,
2. Visi dan Misi
BPTU memiliki visi yaitu terwujudnya BPTU Sapi Bali dalam peningkatan mutu genetikbibit ternak Sapi Bali, dan pelestarian plasma nutfah nasional yang berwawasan agribisnis. Dan misi-misinya antara lain: 1) Melaksanakan pemuliabiakan dan kelestarian Sapi Sali
2) Melaksanakan pengujian mutu genetik ternak bibit Sapi Bali 3) Melaksanakan pengembangan dan penyebaran bibit Sapi Bali
4) Mengembangkan kerjasama dengan sta ke-holders dalam rangka pembangunan subsektor peternakan
5) Meningkatkan SDM bidang peternakan
6) Melaksanakan manajemen administrasidan evaluasi dalam melaksanaan Kegiatan Balai.
3. Tugas Pokok dan Fungsi Balai
Tugas pokok dari BPTU Sapi Bali yaitu melaksanakan pelestarian, pemuliaan, pembibitan, produksi dan pengembangan serta penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali unggul secara nasional.
Sedangkan fungsi balai sendiri antara lain:
1) Pelaksanaan pemeliharaan bibit Sapi Bali murni unggul
2) Pelaksanaan pelestarian, pemuliaan dan pembibitan melalui teknologi pemurnian
3) Pelaksanaan pencatatan (recording) pembibitan Sapi Bali murni 4) Pelaksanaan seleksi berdasarkan uji performance dan uji progeny Sapi
Bali murni unggul
5) Pelaksanaan standarisasi teknis bibit Sapi Bali murni unggul 6) Pelaksanaan sertifikasi bibit Sapi Bali murni unggul
7) Pemberian saran teknik pemeliharaan Sapi Bali murni unggul 8) Pelaksanaan penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali murni unggul 9) Pelaksanaan penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali murni unggul
10) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pelestarian, pemuliaan, pembibitan, produksi dan pengembangan serta penyebaran hasil produksi bibit Sapi Bali murni unggul secara nasional
11) Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembibitan Sapi Bali murni unggul 12) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai
4. Lokasi Perusahaan
Kantor pusat dari BPTU terletak di jalan Gurita III Pegok, Sesetan, Denpasar, Bali.Kepemilikan BPTU langsung dibawah Direktorat Jendral Peternakan. Alasan dipilih Denpasar sebagai kantor pusat karena Denpasar merupakan Ibukota Provinsi yang dapat memudahkan dalam mengurus perijinan.BPTU Sapi Bali memiliki dua unit breeding center yang terletak di desa Pangyangan, Kecamatan Pakutatan, Kabupaten Jembranadan di Dompu (NTB).
Breeding Centre (BC) di Jembrana lebih terkenal dengan nama BC
Pulukan terletak di Desa Pangyangan. Kecamatan Pekutatan. Kabupaten Jembrana Bali.Jembrana dipilih untuk dijadikan BC karena lahan yang terdapat di Jembrana masih luas sehingga sistim pemeliharaan bisa menggunakan sistim Ra nch. Sistim Ra nch digunakan karena Sapi Bali merupakan keturunan dari banteng yang mengalami domestika si sehingga Sapi Baliakanberkembang biak dengan baik jika dilepas diluar.BC Pulukan dibangun di atas tanah milik Pemerintah Daerah Provinsi Bali.Berjarak 40 kilometer dari pusat kota Jembrana dan 80 kilometer dari pusat kota Denpasar Bali.
Secara geografis BCPulukan BPTU Sapi Bali berada di lokasi yang berbukit dengan kemiringan 10 persen sampai 25 persen dengan ketinggian sekitar 125 meter di atas permukaan laut. Curah hujan rata – rata 458 mm/tahun dengan temperatur rata – rata 28oC sampai 30oC, dan kelembaban relatif antara 60 persensampai 70 persen. Peternakan Sapi Bali merupakan usaha untuk mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat peternak dan mendukung penyediaan daging nasional.
5. Populasi Ternak
Sapi yang ada di BC pulukan pada bulan Februari 2012 berjumlah 737 ekor yang terdiri dari induk 130 ekor, calon induk 277 ekor, betina muda 38 ekor, pedet betina 49 ekor, sisa performance test (PT) 89 ekor, pejantan 8 ekor, calon pejantan 97 ekor, pedet jantan 49 ekor.
6. Fasilistas
Fasilitas yang dimiliki unit BCPulukan antara lain dua bangunan mess untuk karyawan, satu bangunan untuk kantor administrasi, tiga mesin chopper, dua mobil pick upuntuk pengangkutan pakan, satu buah
tra ctoruntuk pengangkutan pakan, silo atau tempat pembutan silase,
timbangan analitik, gudang pakan yakni gudang untuk penyimpanan hijauan dan gudang untuk penyimpanan konsentrat, satu kandang pejantan PT, satu kandang untuk program Embrio Tra nsfer (ET), dua kandang penggemukan, dan kandang isolasi serta Cattle ya rd. Cattle ya rd yang dimiliki BPTU Sapi Bali dibangun pada awal pendiriannya, yaitu pada tahun 1986. Ca ttle ya rd BC Pulukan BPTU Sapi Bali memiliki bangunan antara lain loa ding unit, forcing ya rd, gang wa y, crush, alat spra ying, tempat penimbangan dan tempat IB.
Selain memiliki fasilitas diatas, BC Pulukan memiliki laboratorium reproduksi yang digunakan sebagai laboratorium analisa sperma pejantan unggul Sapi Bali yang siap dikirim ke Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Selain itu juga digunakan sebagai tempat penyimpanan
Pada peternakan dengan model semi intensif, penggembalaan atau
ra nching, pagar atau pemagaran merupakan sebuah titik yang
penting.Selain membatasi ternak dengan dunia luar, pagar juga dapat digunakan untuk melindungi sumber daya penting di dalam maupun di luar kawasan ternak seperti kebun rumput, sumber air, kawasan gudang dan kawasan-kawasan lain yang diharapkan tidak dijamah oleh ternak.Sekaligus pagar juga dibuat untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari luar, seperti pencurian ternak ataupun serangan predator.Dengan pemagaran, seorang peternak dapat membuat sistem gang untuk memudahkan manajemen ternak.Begitu banyak dan penting manfaat dari pagar, namun seringkali masalah ini tidak dilihat secara serius.Padahal investasi pagar ini boleh jadi merupakan investasi termahal setelah biaya pembelian ternak itu sendiri.Pada BC Pulukanyang manajemen pemeliharaannya menggunakan sistem ranch ini, pemagaran dilakukan untuk tiap-tiap paddock.Fasilitas pagar yang dimiliki BCPulukanterbuat dari besi dengan tinggi 120 sentimeter. Namun karena keterbatasan dana, sehingga ada beberapa pa ddock yang masih menggunakan pagar kayu dan kawat berduri.
7. Struktur Organisasi
Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab langsung ke Dinas Peternakan Propinsi Bali Secara struktural organisasi di BPTU Sapi Bali terdiri dari Kepala Balai, Kepala Tata Usaha, Kepala Seksi Pelaksanaan Teknis dan Kelompok Jabatan Fungsional, (Gambar 1)
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTU Sapi Bali
Kepala balai mempunyai fungsi untuk memimpin, mengkoordinasi dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengembangan pembibitan ternak Sapi Bali. Kepala Tata Usaha mempunyai tugas untuk melaksanakan penyusunan rencana kerja, pengelolaan administrasi, kepegawaian, perlengkapan dan pelaporan. Kepala Seksi Pelaksanaan Teknis mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan bibit dan teknologi pemeliharaan Sapi Bali di Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali dan bertugas mengawasi Instalasi Populasi Dasar. Di BPTU Sapi Bali terdapat sub kepala yang bertugas di bendahara, kesehatan hewan, hijauan makanan ternak, dan pembinaan ternak
8. Ketenagakerjaan
B. Hasil Pembahasan Kegiatan Magang
1) Pemeliharaan Pejantan
Sesuai dengan visi dari BPTU Sapi Bali yakni melakukan peningkatan mutu genetik bibit ternak Sapi Bali dan kelestarian plasma nutfah Nasional yang berwawasan agrobisnis maka pemeliharaan pejantan guna mendapatkan Elite Bull sangat mutlak dilakukan. Untuk menjaga
performa nce dari pejantanperformance test(Pejantan PT) dan pejantan
fattening maka pemeliharaan yang intensif mutlak diperlukan. Pemberian
pakan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Komposisi pemberian yaitu hijauan sebanyak 10% (berat basah) dari bobot badan sapi. Hijauan yang diberikan berupa 70% rumput dan 30%leguminosa e. Sedangkan konsentrat menggunakan konsentrat Ultrafeed dengan kandungan protein 12% dan Commfeed dengan kandungan pritein14%dengan pemberian sebesar 1-2 %dari bobot badan sapi. Jika dihitung perharinya maka setiap pejantan PT
dan Fa tteningdengan bobot badan rata-rata 350 kilogram mendapatkan
jatah rata-rata pakan konsentrat empatkilogram tiap hari dan hijuan kurang lebih 20 kilogram tiap hari sehingga total pakan yang diberikan untuk satu hari adalah 24 kilogram. Sedangkan kebutuhan pakan ideal untuk pejantan dengan bobot badan 350 kikogram sebanyak 35 kilogram hijauan dan 3,5 – 7 kilogram konsentrat.
Pemilihan bibit yang akan dijadikan sebagai pejantan harus dilakukan dengan seksama agar hasil yang didapat bisa optimal. Bibit untuk digunakan sebagai pejantan harus dipilih yang benar-benar memiliki keunggulan.Pemilihan ini sebaiknya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu saat sapi baru lahir, sapi umur sapih (205 hari), umur muda (365 hari), dan umur dewasa (tahun).
fertilitas tinggi, dan kualitas karkas yang baik dengan kondisi pakan yang buruk, serta tidak cacat fisik maupu genetik serta mempunyai daya adaptabilitas yang tinggi terhadap iklim dan lingkungan tropis.
2) Pemeliharaan Induk
Sapi induk harus dipelihara dengan baik agar penampilan reproduksinya meningkat. Sebaikya, sapi induk digembalakan tujuannya agar pemberian pakan lebih ekonomis, ternak dapat memilih sendiri pakan yang disukainya. Selain itu penggembalaan pada sapi induk sangat bagus untuk melatih otot dan menjaga kondisi tubuh yang berguna menguatkan kebuntingan.
Salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan peternakan sapi adalah pakan. Pakan yang dimanajemen dengan baik akan menunjang menjamin kelangsungan hidup serta pertumbuhan sapi. Kualitas pakan dan jumlah yang diberikan pada sapi induk harus benar-benar dikontrol. Tujuannya agar kondisi tubuhnya tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus. Sapi yang kurus umumnya akan menghasilkan anak yang kondisinya lemah karena kekurangan nutrisi bahkan sampai mengakibtakan a bortus.
Sementara induk yang terlalu gemuk akan mengalami distokia atau kesulitan ketika melahirkan.
Karena ternak-ternak betina di sini dipelihara dipadang penggembalaan atau ra nch maka pemberian pakan lebih efisien, ternak betina bisa memilih sendiri rumput yang akan dimakan. Ketersediaan rumput tak terbatas di padang penggembalaan. Rumput yang ada dipadang penggembalaan antara lain rumput belulang (Eleusine Indica), rumput teki
(Cyperus ratundus), rumput jarum (Cenchrus ciliaris)dan beberapa
pa ddock ditanami rumput Kompetidor yang asli dari Brasil. Namun pada
diberikantambahan hijauan berupa rumput gajah dan konsentrat. Selain pakan, air untuk minum ternak yang digembalakan juga sangat penting. Oleh karena itu air disediakan secara ad libitum atau terus menerus dengan cara dibuatkan kolam air ditengah ra nch atau sungai-sungai kecil.
3) Reproduksi atau Perkawinan
Seorang peternak harus mengetahui kapan ternak-ternak di dalam kelompok ternaknya mulai bunting.Setiap tahun biasanya terjadi banyak kerugian akibat pemotongan hewan ternak yang bunting. Indikasi kebuntingan yang sederhana dan cukup efektif, ialah ternak tersebut dinyatakan bunting jika setelah kurang lebih 45 hari setelah perkawinan tidak birahi kembali, tetapi tidak diketahui oleh pemilik dan anggapan bahwa ternak tersebut telah bunting sama sekali keliru. Sebaliknya dapat pula terjadi bahwa ternak birahi kembali meskipun sebenarnya ia telah bunting. Cara yang paling umum untuk menyidik kebuntingan ialah melalui palpasi rektal, dan seseorang yang telah berpengalaman dapat menyatakannya dengan ketepatan yang tinggi mengenai status dan umur kebuntingan (Fikar,2010).
Program perkawinan yang ada di BPTU Sapi Bali dilakukan pada bulan Oktober-Desember sehingga pemeriksaan kebuntingan(PKB) dilakukan pada bulan Maret-Mei dan diperkirakan pedet akan lahir pada bulan Juli-September. Untuk betina yang sedang bunting 8 bulan akan dipisahkan dari kelompok dan dicampur dengan betina bunting lain dan diberikan pakan yang lebih untuk menjaga kebuntingan, nutrisi induk dan calon pedet. Pakan tambahan yang diberikan berupa konsentrat dengan kandungan protein 14 %dan penambahan pakan hijauan. Proses kelahiran pada sapi tidak memerlukan bantuan dari peternak.
waktu birahi kembali setelah melahirkan biasanya lebih dari 160 hari. Pada Sapi Bali, jangka waktu birahi kembali setelah melahirkan dapat mencapai 182 hari (Feradis, 2012).
Interval beranak adalah jangka waktu antara satu kelahiran dan kelahiran berikutnya atau sebelumnya. Dibandingkan dengan jenis sapi-sapi lain, terutama sapi-sapi-sapi-sapi Eropa, interval beranak pada Sapi Bali lebih panjang. Hal ini antara lain disebabkan oleh masa birahi setelah melahirkan pada Sapi Bali relatif panjang. Namun pada BPTU Sapi Bali,
interva l ca lving hanya 12 bulan ini merupakan jarak beranak yang sangat
singkat dan S/C 1,5. Denganinterva l ca lving yang singkat dan S/C yang cukup bagus ini dapat dicapai dengan manajemen pemeliharaan yang baik, manajemen perkawinan yang terarah dan pakan yang bagus di BPTU Sapi Bali.
Pemeliharaan induk harus sangat diperhatikan, karena berat badan, kesehatan dan segala macam yang menyangkut tentang induk akan berkorelasi terhadap pedet yang akan dilahirkan. Pengafkiran pada sapi betina dilakukan karena sapi betina tidak layak sebagai bibit, misal tidak masuk dalam Breeding cow dan betina elite. Selain itu berasal dari betina yang tidak produktif lagi yaitu berumur 10 tahun yakni 7 kali beranak.
Setelah mengalami kebuntingan 9 bulan ±10 hari di hitung dari hari perkawinan, sapi akan beranak. (Fikar, 2010). Proses kelahiran pedet di BPTU Sapi Bali biasa terjadi secara alami namun apabila indukan kesulitan dalam beranak akan di bantu oleh petugas medis dandokter hewan. Setelah pedet lahir bagian tubuhnya di bersihkan dengan kain lap kering terutama baguan mulut dan hidung. Tali pusar di bersihkan kemudian di potong. Pedet di pastikan minum kolostrum dalam waktu 30 menit setelah lahir. Induk yang baru selesai beranak di beri antibiotik dengan cara di suntik.
Pemeliharaan pedet fase kolostrum dilakukan sejak pedet baru lahir hingga pedet berumur empat hari. (Fikar, 2010). Pedet yang baru lahir kemudian di ukur berat lahirnya sebagai data awal untuk recording. Pedet yang bobot lahirnya kurang dari standar akan mengalami pertumbuhan yang lambat sehingga dinyatakan sebagai bibit apkir. Standar bibit sapi bali 15 – 18 kg. Identifikasi atau pemberian tanda pada pedet dilakukan ketika pedet berumur 2 – 4 hari. Pemberian tanda ini bertujuan untuk tanda pengenal pada sapi dalam kartu kelahiran.
Pedet lepas sapih atau pedet pada umur 205 hari akan di recording
kembali dengan mengukur bobot badan, bobot badan yang lulus seleksi pada fase ini adalah pedet betina yang memiliki bobot badan di atas 78 kg. Dan memiliki warna bulu merah bata.
Sapi dara umur satu tahun di recording kembali dengan mencatat kemerahan, memiliki ambing yang simetris, dengan panjang badan minimal 101 cm. Dan tinggi badan minimal 103 cm.
4) Manajemen Pakan
Pakan merupakan kebutuhan yang penting yang harus selalu diperhatikan dalam setiap usaha peternakan.Setiap hewan ternak membutuhkan unsur-unsur pakan yang memenuhi syarat yang meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.Unsur tersebut didalam tubuh sapi berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, memelihara fungsi jaringan tubuh dan menghasilkan energi sehingga sapi mampu bermetabolisme dengan baik.
yang diberikan yaitu hijauan kering berupa jerami padi (Oryza sativa) yang berasal dari sawah sekitar BPTU Sapi Bali dan hijaun segar berupa rumput gajah (Pennicetum purpureum) dari ladang sendiri seluas sembilan hektar. Sedangkan konsentrat berupaUltra Feed dari Malang Jawa Timur dan Gemuk A produksi dari Comfeed. Konsentrat ini mengandung bahan-bahan seperti jagung kuning, whea t bra nd, soy bea n mea l, molla ses, pa lm oil, asam aimino esensial, mineral esensial, premik, dan vitamin.
BPTU Sapi Bali pernah beberapa kali melakukan pengolahan pakan seperti pembuatan ha y dan jerami fermentasi. Untuk pemberian pakannya, BPTU Sapi Bali menggunakan prinsip pemberian hijauan 10% dari bobot badandan pemberian konsentrat1% dari bobot badan.Cara pemberian pakan di BPTU Sapi Bali ini dengan mencampurkan hijauan yang telah dichopper dengan konsentrat sekaligus.Penchoppera n hijauan ini bertujuan agar semua bagian hijauan termakan oleh sapi. Susunan ransum yang biasa dipakai di BPTU Sapi Bali ini antara lain
a. Rumput gajah + Ultra feed + Gemuk A + premix b. Rumput gajah + ultra feed + premix
c. Rumput gajah + jerami + ultra feed + premix d. Jerami + ultra feed + tetes
Pakan diberikan dua kali setiap hari pada pagi hari pukul 08.00 WITA dan sore hari pada pukul 15.00 WITA.Porsi yang diberikan pada ternak bervariasi tergantung pada bobot badan sapi.Untuk pejantan PT diberikan porsi jumbo yaitu kurang lebih 12 kilogram untuk satu kali makan dan untuk sapi selain pejantan PT diberikan porsi biasa yaitu delapan kilogram untuk sekali makan.Untuk ternak yang baru datang dari pengadaan biasanya diberikan porsi delapan hingga 16 kilogram setiap hari.
Untuk ternak yang digembalakan tidak mendapatkan jatah ransum karena ketersediaan rumput di ranch sudah cukup terpenuhi.Rumput yang ada dipadang penggembalaan antara lain rumput belulang (Eleusine
cilia ris)dan rumput Kompetidor yang asli dari Brasil. Rumput kompetidor memiliki kelebihan yaitu tahan injakan, senggutan dan mampu berproduksi pada musim kemarau. Rumput ini didatangkan langsung dari Selandia Baru yang merupakan hasil kerjasama antara BPTU Sapi Bali dengan pemerintah Selandia Baru. Namun karena keterbatasan dana, penanaman rumput kompetidor ini baru beberapa pa ddock saja dan akan menjadi program BPTU selanjutnya untuk menanami seluruh paddock
dengan rumput jenis ini.
Untuk memenuhi kebutuhan pakan jika ketersediaan rumput di
pa ddock berkurang khususnya pada musim kemarau atau pada musim
penghujan yang menyebabkan rumput basah dan berbau dan sapi tidak mau memakan maka diberi tambahan hijauan berupa rumput gajah atau jerami serta konsentrat. Pemberian tambahan hijauan bisanya langsung disebar ke pa ddock tanpa di chopper. Konsentrat yang diberikan biasanya hanya 1 karung atau 50 kilogram per pa ddock.
Selain pakan, air sebagai minum ternak juga penting diberikan untuk metabolisme tubuh sapi.Untuk ternak yang dikandangkan, pemberian air minum dilakukan dua kali setip hari yakni sebelum diberi pakan.Sedangkan untuk ternak yang digembalakan, air diberikan secara a d
libitum atau tak terbatas karena dalam pa ddock ada aliran sungai. Untuk
pa ddock yang tidak ada aliran sungai, dibuatkan bak penampungan air
ditengah ra nch. 5) Perkandangan
Tujuan pembuatan kandang adalah pertama-tama diupayakan untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang merugikan baik terhadap sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, dan tiupan angin yang dingin (Siregar,2008).Di BPTU Sapi Bali ini hanya terdapat enam kandang karena sistim pemeliharaan di BC pulukan adalah ra nch.Ra nch merupakan sistim pemeliharaan dengan melepas sapi sehingga sapi bisa bergerak
bebas.Sistim ini digunakan karena Sapi Bali merupakan keturunan banteng yang tidak cocok apabila dipelihara dengan dikandangkan atau diikat.
Kandang di BPTU Sapi Bali ini hanya berjumlah enam buah masing-masing dipergunakan untuk sapi-sapi jantan yang masuk program
fattening berjumlah dua kandang, kandang isolasi bagi ternak sapi yang
berjumlah dua kandang, untuk pejantan Performen Test satu kandang dan satu kandang untuk program embrio transfer. Kegunaan kandang bagi pejantan Sapi Bali di BPTU ini sangat perlu karena dengan dikandangkan, pejantan akan mempunyai temperamen yang jinak, performance tetap terjaga dan mengurangi resiko pejantan terkena penyakit sehingga akan memaksimalkan program perbaikan mutu genetik dari Sapi Bali.
Kandang yang ada di BPTU bertipe hea d to head dan tail to tail.Pembuatan kandang tipe head to hea d atau sapi saling berhadapan dilengkapi dengan tempat pakan yang sekaligus menjadi tempat minum yang membujur sepanjang kandang dengan jalan ditengah.Hal ini bertujuan untuk lebih efisien dalam pemberian pakan dan lebih efisien
dalam pengontrolan kesehatan. Sedangkan kandang tipe tail to tail dibuat dengan tujuan agar jika ada sapi yang sakit tidak menularkan ke sapi lain.
Untuk kandang pejantan PT bertipe tail to tail, memiliki ukuran panjang kandang 10 meter, lebar tujuh meter dan tinggi 3,25 meter yang berkapasitas tujuh ekor sapi yang dibuat sekat-sekat dengan besi sehingga menjadi kandang individu. Kandang individu ini berguna untuk menghindari sapi untuk saling beradu dan untuk selalu menjaga
performa nce dari sapi. Atap kandang berbentuk monitor dengan kerangka
dari beton dan atap menggunakan genting dengan pertimbangan tahan lama dan pertimbangan segi estetika. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngadiyono (2012), atap terbuat dari bahan genting, seng, rumbia, asbes dan lain-lain.Untuk daerah panas (dataran rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai atap kandang.Bentuk dan model atap kandang hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang,
sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan ternak.
Lantai kandang untuk pejantanPerformen Test(PT) menggunakan bahan dari semen agar sapi dapat berdiri dengan baik, beristirahat dengan baik, mudah dibersihkan dan lantai kuat sehingga tidak mudah hancur oleh injakan sapi.Kemiringan lantai hanya 3 %.Tempat pakan dan minum disediakan secara individu atau untuk tiap-tiap ternak.Tempat pakan dan tempat minum memiliki ukuran masing-masing panjang 54 centimeter, lebar 42 centimeter dan tinggi 34 centimeter.Kandang untuk pejantan PT dilengkapi oleh sarana kebersihan seperti selang air, sekop, sapu, dan ember.
Kandang penggemukan ada dua yaitu terletak di pa ddock 1 dan di
pa ddock 3. Untuk kandang penggemukan di pa ddock 1 bertipe hea d to
hea d dengan ukuran panjang 15 meter, lebar 6 meter dan tinggi 2,5 meter
dari lantai dasar. Kandang ini berkapasitas 25 ekor sapi. Sedangkan injakan.Kemiringan lantai hanya 3%.Untuk tempat pakan, kedua kandang ini mempunyai tempat pakan yang memanjang tanpa sekat.Tempat pakan difungsikan sekaligus sebagai tempat minum.Ukuran tempat pakan untuk kandang penggemukan di pa ddock 1 yaitu panjang 13 meter, lebar 60 centimeter dan tinggi 50 centimeter.Sedangkan tempat pakan yang ada di kandang penggemukan di pa ddock 3 memiliki ukuran panjang 13 meter, lebar 60 centimeter dan tinggi 30 centimeter.
belum bisa beradaptasi di paddock.Letak kandang ada di dekat laboratorim reproduksi dan dekat dengan cattle ya rd. Kandang yang di dekat laboratorium reproduksi bertipe hea d to head memiliki ukuran panjang 9 meter, lebar 7 meter dan tinggi 2,7 meter. Kandang ini berkapasitas 24 ekor dan berisi 20 ekor sapi. Kandang yang terletak didekat ca ttleya rd
bertipe hea d to head dan memiliki ukuran panjang 9 meter, lebar 6 meter dan tinggi 2,7 meter. Kandang ini berisi 18 ekor sapi.
Tempat pakan dari kedua kandang isolasi ini dibuat memanjang tanpa sekat tanpa tempat minum.Minum diberikan ember dan pada tempat pakan sebelum pakan diberikan.Tempat pakan kandang isolasi dekat laboratium berukuran panjang 9 meter, lebar 50 centimeter dan tinggi 30 centimeter. Sedangkan kandang isolasi yang terletak didekat ca ttle ya rd
berukuran panjang 9 meter, lebar 40 centimeter dan tinggi 35 centimeter. Atap kandang yang digunakan pada kedua kandang isolasi ini dari bahan seng dengan pertimbangan tahan lama dan biaya perawatan murah.Langit-langit kandang dibuat cukup baik dengan model ga ble
dengan kerangka pipa besi.Sedangkan lantai terbuat dari semen dengan pertimbangan untuk kenyamanan sapi dan tahan terhadap injakan, kemiringan lantai 3-4 %.
Kandang untuk program embrio tra nsfer terletak berseberangan dengan cattle ya rd. Difungsikan untuk betina-betina yang nantinya akan mendapat transfer embrio dari Balai Embrio Transfer (BET) Cipelang. Kandang ini bertipe hea d to hea d dan berukuran panjang 9 meter, lebar 7 meter dan tingggi 2,5 meter. Kandang ini diisi 16 ekor sapi.Tempat pakan dibuat memanjang tanpa sekat seperti pada kandang isolasi.Ukuran tempat pakan yaitu panjang 6 meter, lebar 40 centimeter, tinggi 37 centimeter.Untuk model atap menggunakan model ga ble dengan bahan terbuat dari seng dan kerangka dari pipa besi.Lantai mempunyai kemiringan 3-4 % dan terbuat dari bahan semen.
kondisi iklim mikro yang optimal bagi ternaknya. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang untuk sapi potong antara lain dari segi teknis, ekonomis, kesehatan kandang (ventilasi kandang, pembuangan kotoran), efisien pengelolaan dan kesehatan lingkungan sekitarnya. Secara umum, dari segi teknis kandang yang ada di BPTU Sapi Bali unit BC Pulukan ini sudah cukup baik karena jauh dari pemukiman penduduk, kontruksi kandang kuat, cukup mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab.Kontruksi lantai kandang dari semen sehingga mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak.Pada kandang sapi belum ada tempat penampungan kotoran beserta saluran draina senya.Hal inilah yang kurang efisiensi dalam pengelolaan kesehatan kandang dan kesehatan lingkungan sekitarnya.
Sanitasi kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari dengan membersihkan feses, air kencing, dan sisa pakan yang tercecer.Pembersihan didahului dengan pembersihan feses dan sisa pakan yang tercecer menggunakan sekop setelah itu disemprotdengan air hingga kandang benar-benar bersih.
6) Kesehatan dan Penyakit Ternak
Pengendalian penyakit merupakan hal yang sangat penting dilakukan disetiap perusahaan peternakan.Penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai oleh setiap peternak.Penyakit juga dapat menghambat pertumbuhan ternak dan mengurangi produktivitas ternak.Pengendalian penyakit dilakukan dengan pencegahan penyakit.
Perawatan dan pengendalian penyakit yang dilakukan oleh BC Pulukan BPTU Sapi Bali pada sapi yang baru datang adalah dengan mengkarantina ternak-ternak yang baru datang, pemberian vitamin dan antibiotik. Sapi-sapi yang baru didatangkan sebelum dimasukkan kedalam
pa ddock,dikarantina terlebih dahulu selama 7 hingga 10 hari untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit pada sapi-sapi yang dipelihara sebelumnya pada setiap paddock. Pada masa karantina, dilakukan beberapa penanganan antara lain penyuntikan a ntibiotic, vitamin, vaksin
Septicemia Epizootica (SE), vaksin Jembra na Disease (JD), dan spra ying.
Spra yingyaitu menyemprotkan cairan ke tubuh ternak
menggunakan alat otomatis spra ying yang secara otomatis menyemprot secara langsung dan teratur.Dimana alat tersebut dilewati secara bergiliran oleh ternak-ternak.Pada alat spra ying ini juga diberi campuran a ntiseptic
yang bertujuan untuk membunuh bakteri dan microorganisme.Antiseptic
yang di gunakanbernama Butox50.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak BC PulukanBPTU Sapi Bali dalam hal pengendalian penyakit adalah dengan melakukan pengontrolan kesehatan.Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari di kandang, di ranch, maupun di cattleya rd.Pengontrolan dilakukan oleh anak kandang yang bertugas memberi pakan dan petugas kesehatan ternak.Pengontrolan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ternak yang sakit atau terluka. Apabila ada ternak yang sakit atau terluka maka anak kandang akan melaporkan ke bagian kesehatan ternak sehingga hal ini menuntut anak kandang untuk jeli melihat tingkah laku sapi yang sakit atau terluka. Pengamatan sapi yang sakit dilakukan dengan mengamati konsumsi pakan (bagi sapi yang dikandangkan), tingkah laku, dan kondisi fisiologisnya.Sapi yang sakit cenderung menyendiri, nafsu makan menurun, kurang lincah,mata terlihat sayu dan pada saat makan tidak mngibaskan ekornya.
ngorok dan vaksin Jembra na Disea se (JD) agar sapi tidak terserang penyakit jembarana.Vaksin SE dilakukan setiap 6 bulan sekali pada bulan April dan Oktober.Sedangkan untuk vaksin JD biasanya dilakukan pada bulan Januari dan selanjutnya dilakukan pengulangan pada bulan Februari.Alasan dilakukan pengulangan karena mengurangi resiko adanya sapi yang belum tervaksin dan mengantisipasi jika vaksin yang disuntikkan belum membentuk antibodi bagi ternak.
Selain melakukan pengontrolan terhadap ternak-ternak yang ada disana, pihak BC Pulukan BPTU Sapi Bali juga melakukan sanitasi seperti pembersihan kandang dan tempat pakan.Pembersihan biasanya dilakukan dengan membersihkan kotoran dengan sekop kemudian lantai disemprot dengan air menggunakan selang.Tempat pakan biasanya dibersihkan agar tidak menimbulkan jamur.Sisa pakan yang tercecer biasanya langsung dibersihkan dengan sapu.Sanitasi untuk peralatan kandang hanya dilakukan dengan membersihkan peralatan yang kotor dengan air bersih.
Tiga faktor yang saling berkaitan dalam permasalahan timbulnya suatu penyakit, yaitu : faktor agen penyakit, hospes (ternak itu sendiri) dan lingkungan. Penyakit yang penah terjadi di BPTU Sapi Bali ini antara lain:
a. Penyakit mata putih.
Hal ini dikarenakan saat merumput di padang gembalaan, mata sapi terkena bunga rumput sehinga mata akan terasa gatal. Setelah ini, sapi akan menggaruk-garukkan matanya dengan kakinya sehingga mata akan iritasi parah, berair, berwarna putih dan jika tidak segera diobati akan menyebabkan kebutaan. Pengobatan mata putih ini menggunakan
oxytetra ciclin 1% atau ag+.Sedangakan untuk pencegahan yaitu dengan
perabasan rumput.
b. Penyakit Ma lignant cata rrha l fever (MCF) atau penyakit ingusan MCF adalah penyakit fatal yang disebabkan oleh virus terutama menyerang sapi, kerbau dan rusa.Penyakit ini menyebabkan prolifera si
serta infiltra si limfoid yang diikuti oleh nekrosis di berbagai jaringan.Untuk pengobatan biasanya dengan pengobatan infeksi sekunder karena pengobatan yang efektif untuk penyakit ini belum ada. c. Penyakit Ba liziekte
Penyakit ini pertama kali ditemukan di Bali.Penyebabnya adalah sapi yang memakan sejenis tumbuhan seperti kirinju (daun tanah), sibentar bunga (Eupotorium inufolium), rumput embun (Dryma ria
cordata).Sapi yang terserang penyakit ini mengalami perlukaan (erosi)
di beberapa bagian tubuh, yang umumnya bersifat simetris. Artinya, jika menyerang kaki kiri, kaki kanan akan terserang pula. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian bahkan terkadang sembuh dengan sendirinya namun jika sudah menyerang organ pencernaan bisa dipastikan sapi akan mati.
Penyakit ini secara tidak langsung akan mengurangi tingkat pertumbuhan karena nafsu makannya menurun. Sapi yang terserang penyakit ini dihindarkan dari sinar matahari langsung dan air hujan secara langsung. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian olesan salep atau penyuntikan antibiotika, vitamin A dan B pada hewan untuk menghindari infeksi sekunder.
d. Penyakit Demam Tiga Hari (Three Da ys Sickness) atau Bovine
Ephemera l Fever (BEF)
Penyakit demam tiga hari adalah suatu penyakit vital pada sapi dan kerbau ditandai dengan terjadinya demam tinggi, rasa sakit otot, dan kepincangan.Sapi yang menderita sakit ini cepat sembuh bila tanpa komplikasi.Penyakit ini biasa menyerang pada musim pancaroba atau peralihan dari kemarau ke hujan.
Penyakit Demam Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. dan nyamuk.Cullicoides yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit
mencapai jarak 2.000 km. Ada dugaan penyebaran dapat pula terjadi melalui angin.Pengobatan dilakukan simtomatik dan pencegahan terhadap infeksi sekunder karena vaksin yang efektif belum ada.
Untuk ternak yang sakit biasanya ditempatkan pada kandang isolasi agar penyakit tidak menular pada kelompok ternak lain di padang gembalaan.
37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Manajemen pemeliharaan sapi Bali di BPTU Sapi Bali unit breeding
centerpuluka n dikategorikan sudah baik, Pemeliharaan pejantan, indukan,
pedet dan dara sudah baik.Manajemen perkawinan dengan sistem kawin suntik (IB) dan kawin alami sudah baik. Manajemen pakan dan perkandangan di BPTU Sapi Bali cukup baik. Manajemen Kesehatan sudah baik.
B. Saran
Pemberian pakan untuk ternak yang di kandangkan agar di perbanyak karena dengan pemberian yang ada di rasa belum mencukupi kebutuhan nutrisi ternak tersebut. Untuk kandang ternak yang ada di isi dengan kapasitas yang ideal yaitu setiap sapi di berikan ruang sebesar :panjang 2 meter dengan lebar 1,5 meter.
38
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Hija uan Ma ka na n Terna kPotong, Kerja dan Pera h. Kanisius. Yogyakatra.
Feradis. 2012. Bioteknologi Reproduksi Pa da Terna k. Alfabeta. Bandung.
Fikar, S dan Ruhyadi, D. 2010. Buku Pinta r Beterna k dan Bisnis Sa pi Potong. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Ngadiyono, N.2012.Beterna k Sapi Potong Ra ma h Lingkunga n. PT Citra Aji Pratama, Yogyakarta.
Rianto, E dan Purbowati, E. 2010.Pa nduan Lengkap Sa pi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santosa, U.1995. Ta ta La ksana Pemeliharaa n Terna k Sa pi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiadi, B. 2001.Beterna k Sapi Da ging dan Ma sa la hnya. Aneka Ilmu. Semarang. Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susilorini, T. E. 2008. Budi Da ya 22 Terna k Potensia l.Penebar Swadaya. Jakarta. Syarif, E. K. 2011. Buku Pinta r Beterna k dan Bisnis Sapi Pera h.Agromedia
Pustaka. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 2.Pemeliharaan indukan di ra nch
Gambar 3.Perkawinan dengan kawin suntik atau IB
Gambar 5.Perkandangan
Gambar 6.Kebun hijauan
Gambar 8.Penyakit baliziekte
Gambar 9.Obat-obatan
Gambar 11.Rumput kompetidor
Gambar 12.Perkawinan alami
Info paddock BPTU Sapi Bali
1. Pa ddock 1
Luas lahan : 4,5 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 18-32 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 50-60 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur satu tahun : 58–65 ekor
· Kandang postal A berkapasitas : 12 ekor
· Kandang postal B berkapasitas : 14 ekor
· Jumlah bak pakan : 2 buah
Peruntukan : hijuan makanan ternak Jenis tanaman hijuan
Peruntukan : Padang gembalaan Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 14-25 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 40-45 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur satu tahun : 45-50 ekor
· Kandang postal A berkapasitas : 126 ekor
· Jumlah bak pakan : 2 buah
Peruntukan : Padang gembalaan Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 30-50 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 80-90 ekor
· Program kawin : -
· Normal : 16-28 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 44-52 ekor
· Program kawin : -
Peruntukan : Padang gembalaan Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 32-56 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 88-104 ekor
· Program kawin : -
Peruntukan : Padang gembalaan Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 32-56 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 88-104 ekor
· Program kawin : -
Kapasitas ternak bersasarkan umur
· Jantan dan betina umur satu tahun : 100-110 ekor
Keterangan : lahan bukan milik BPTU Sapi Bali lagi.
9. Pa ddock9
Keterangan : lahan bukan milik BPTU Sapi Bali lagi.
10. Pa ddock10
Luas lahan : 6 hektar
Peruntukan : hijuan makanan ternak Jenis tanaman hijuan
· Lain-lain (singkong) : 400 ton/pertahun
11. Pa ddock11
Luas lahan : 8,5 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 35-60 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 94-110 ekor
· Induk bunting : 35-50 ekor
12. Pa ddock12
Luas lahan : 8,5 hektar
Peruntukan : Padang gembalaan Kapasitas ternak berdasarkan perlakuan
· Normal : 35-60 ekor
· Perlakuan rumput potong dan konsentrat : 94-110 ekor
· Program kawin : -
Keterangan : lahan bukan milik BPTU Sapi Bali lagi.
14. Pa ddock14
Luas lahan : 15 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai
15. Pa ddock15
Luas lahan : 15 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai
16. Pa ddock16
Luas lahan : 3 hektar
Peruntukan : hijuan makanan ternak Jenis tanaman hijuan
· Rumput gajah : 2 hektar
· Leguminosa : 0,5 hektar
· Lain-lain (singkong) : 0,5 hektar Jumlah produksi
· Runput gajah : 200 ton/tahun
· Leguminosa : 0,25 ton/tahun
17. Pa ddock17
Luas lahan : 3 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai
18. Pa ddock 18
Luas lahan : 10 hektar
Keterangan : Lahan belum terpakai