• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN :Studi Pengembangan Model Konseling Bagi Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN :Studi Pengembangan Model Konseling Bagi Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL

UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN

(Studi Pengembangan Model Konseling pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga di Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung Tahun 2013)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang

Bimbingan dan Konseling

MUHTASOR 1008958

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI: Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja

Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. Nip. 195206201980021001

Anggota

Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono

Mengetahui

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul: “MODEL KONSELING

BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN

(Studi Pengembangan Model Konseling Pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga di

Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung Tahun 2013)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi

yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian ditemukan adannya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya ini.

Bandung, Agustus 2013

Yang membuat pernyataan

(4)

MODEL KONSELING BERBASIS PENYEMBUHAN SPIRITUAL UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN

(Studi Pengembangan Model Konseling Bagi Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga)

Oleh Muhtasor

S.Pd. STKIPM Pringsewu, 1995 M.M. IPWIJA Jakarta, 2002

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

SPs UPI Bandung

© Muhtasor 2013

Universitas Pendidikan Indonesia September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(5)

Abstrak

Muhtasor. (2013). Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk Mereduksi Kecemasan (Studi Pengembangan Model Konseling Bagi Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga di Pagelaran Kabupaten Pringsewu Lampung Tahun 2013). Dibimbing oleh: Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja (Promotor); Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. (Ko-Promotor); dan Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono (Anggota Promotor). Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Penelitian ini bertujuan menghasilkan model konseling yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan penelitian dan pengembangan (R&D). Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian campuran (mixed methods) dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil uji pakar dan uji lapangan, dihasilkan model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang dikembangkan untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga terdiri dari tiga sesi, lima langkah dan empat belas pertemuan konseling yang dilakukan secara sistematis. Pengujian efektivitas model menggunakan metode eksperimen dan desain yang dipilih adalah pretest and posttest control group design. Instrumen yang digunakan adalah skala pengukuran kecemasan adopsi dari teori Spielberger (1979). Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan analisis kovarian (ANAKOVA) dengan mengontrol sifat kecemasan, diketahui bahwa terdapat pengaruh model konseling berbasis penyembuhan spiritual terhadap penurunan kecemasan.

(6)

Abstract

Muhtasor. (2013). A Counseling Model Based on Spiritual Healing for Reducing Anxiety (A Study of Counseling Model Development for First Pregnancy Women of Third Trimester in Pagelaran of Pringsewu Regency in Lampung Province in 2013). Under guidance of: Prof. Dr. H. Rochman Natawidjaja (Promoter); Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. (Co-Promoter); and Prof. Dr. Kusdwiratri Setiono (Member of Promoters). Postgraduate of Guidance and Counseling Study Program in Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

The objective of this research is to produce an effective counseling model for reducing third trimester women who were pregnancy for the first time, and this objective is obtained by research and development (R&D). This research used a mixed method design with quantitative and qualitative approaches. Results of expert and field tests, a counseling model is produced based on spiritual healing which was developed to reduce anxiety of first pregnancy women of third trimester consisting of three sessions, five steps and fourteen counseling meetings conducted systematically. Model effectiveness test used experiment method with pretest and posttest control group design. An anxiety measurement scale adopted from Spielberger theory (1979) was used as instrument. The hypothesis analysis results using analysis covariance (ANCOVA) by controlling anxiety trait showed that there was an influence between the counseling model based on spiritual healing and reduced anxiety.

Keywords: anxiety, counseling model, spiritual healing, first pregnancy women of third trimester

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... ixx

DAFTAR GRAFIK ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 20

C. Tujuan Penelitian ... 23

D. Manfaat Penelitian ... 23

(8)

2. Jenis-jenis Kecemasan ... 35

3. Proses Terbentuknya Kecemasan ... 42

B. Konsep Tentang Kehamilan Pertama Trimester Ketiga 1. Pengertian Kehamilan ... 50

2. Perubahan-perubahan Psikologis pada Kehamilan ... 54

3. Kecemasan pada Kehamilan Pertama Trimester Ketiga ... 63

C. Konsep Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual 1. Pengertian Spiritual dan Penyembuhan Spiritual ... 75

2. Prinsip-prinsip Penyembuhan Spiritual ... 88

3. Spiritualitas dalam Konseling... 99

4. Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual ... 108

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 144

B. Variabel Penelitian ... 148

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 150

D. Subjek Penelitian ... 162

E. Teknik Analisa Data ... 164

F. Prosedur dan Tahap Penelitian ... 166

1. Studi pendahuluan ... 167

2. Pengembangan dan Validasi Model ... 169

3. Uji Coba Lapangan ... 172

(9)

A. Hasil Penelitian ... 189

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 189

2. Hasil Pengembangan dan Validasi Model ... 197

3. Hasil Uji Coba Keefektifan Model... 200

B. Pembahasan Hasil penelitian ... 227

1. Gambaran Kecemasan Pada Ibu Hamil ... 232

2. Efikasi Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk Mereduksi Kecemasan ... 244

3. Keunggulan dan Kelemahan Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual ... 247

4. Keterbatasan Penelitian ... 249

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 251

B. Rekomendasi ... 253

DAFTAR PUSTAKA ... 265

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 261

1. SK Pengangkatan Pembimbing dan Surat Izin Penelitian

2. Model Konseling Berbasis Penyembuhan untuk Mereduksi Kecemasan 3. Instrumen Penelitian

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kehamilan merupakan periode dramatis terhadap kondisi biologis wanita

disertai dengan perubahan-perubahan psikologis dan terjadinya proses adaptasi

terhadap pola hidup dan proses kehamilan itu sendiri. Informasi yang sama, tampak

juga dalam buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

(2002) yang menyebutkan bahwa kehamilan merupakan perubahan fisik maupun

emosional seorang wanita serta perubahan sosial dalam keluarga. Pada saat seorang

wanita mengalami hamil maka akan tejadi perubahan-perubahan yang bersifat fisik

maupun emosional.

Pada umumnya, dalam periode kehamilan akan terjadi perubahan kondisi fisik

dan tanda-tanda fisiologis mulai dari mual dan muntah-muntah, kepala pusing sampai

timbulnya keluhan secara umum seperti rasa panas dalam perut khususnya pada

lambung (heartburn). Persoalannya adalah keluhan-keluhan tersebut akan terus

meningkat setiap berat janin bertambah. Penambahan berat janin mengakibatkan

posisi rahim dalam perut naik atau meninggi, kemudian rahim serta segala hal yang

(11)

Lamadhah (2011) mengungkapkan bahwa keluhan berkaitan dengan

timbulnya rasa panas dalam perut tergolong sederhana namun dapat menimbulkan

kegelisahan dan kelelahan pada ibu hamil. Seiring dengan perubahan-perubahan

tersebut terjadi pula perubahan emosional yang kompleks, sehingga memerlukan

adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi.

Mustika (2008) dalam buku Panduan Spiritual Kehamilan menyebutkan satu

ungkapan Jack Canfield dalam Chicken Soup for the Expectant Mother’s Soul, bahwa

segala sesuatunya tidak akan pernah sama lagi. Tubuh kita mengalami

perubahan-perubahan drastis, sementara emosi kita berganti-ganti antara antisipasi dan rasa

takjub ketika merasakan getar-getar kehidupan yang pertama di dalam tubuh kita,

sampai pada kecemasan membayangkan saat melahirkan dan kesanggupan kita untuk

menjadi orang tua. Mulai dari rasa mual sampai eforia, kehamilan benar-benar

merupakan pengalaman mendebarkan.

Respon terhadap kecemasan pada wanita hamil tidak hanya menjadi masalah

pribadi, akan tetapi dapat meluas menjadi masalah-masalah sosial dalam keluarga.

Keharmonisan keluarga antara istri dan suami dapat menjadi kurang baik akibat

kurangnya pemahaman dan/atau penerimaan dari keduanya, keluarga atau ditempat

kerjanya terhadap kenyataan perubahan-perubahan prilaku ibu hamil yang terjadi

(12)

Pada proses kehamilannya, para wanita disamping mengalami

perubahan-perubahan fisik dan tanda-tanda fisiologis sebagaimana dijelaskan di atas, perubahan-perubahan

yang kemudian mampu menimbukan masalah sosial dalam keluarga adalah

perubahan-perubahan yang bernuansa psikologis terutama pada aspek emosionalnya seperti prilaku

menjadi mudah tersinggung, mudah sedih, suka khawatir, merasa kurang diperhatikan,

merasakan sesuatu yang tidak nyaman dan tidak jelas penyebabnya, termasuk memiliki

permintaan yang tidak masuk akal seperti minta jenis buah yang tidak pada musimnya,

dan cenderung harus dipenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka tidak sedikit dari wanita hamil

kemudian mengekspresikan perasaan dan pikirannya pada prilaku yang terkadang tidak

wajar seperti meminta yang harus segera dipenuhi, tersinggung dan menyalahkan sebagai

bentuk pertahanan ego. Tentu hal ini akan menjadi persoalan baru menyangkut

keharmonisan sosial dalam keluarga dan lingkungannya manakala kurangnya saling

mengerti dan memahami dengan baik. Dalam kontek konseling, fenomena di atas

memunculkan kebutuhan adanya sebuah layanan konseling yang dilakukan sebagai

upaya membangun self awareness pada konseli (wanita hamil dan suaminya), serta

pihak-pihak yang terkait dengan konseli.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa perubahan emosi pada ibu hamil

sangat jelas dan jika berkelanjutan tanpa penanganan yang tepat mampu

mengakibatkan reaksi kecemasan yang berat bahkan gangguan jiwa pada ibu hamil

(13)

Suami dan keluarga yang semestinya dapat menjadi pendamping untuk mengurangi

respon psikologis ibu hamil seperti kecemasan, justru sebaliknya berpotensi menjadi

ikut mengalami kecemasan.

Perubahan-perubahan psikologis selama menjalani kehamilan ternyata juga

disadari oleh para ibu hamil itu sendiri. Berikut ungkapan singkat seorang wanita

bernama Sofia yang dihasilkan dari wawancara dalam prariset. Sofia menjelaskan bahwa

pada masa kehamilannya mengalami perasaan yang berbeda dari masa sebelum hamil.

Beberapa hal yang dirasakannya seperti menjadi mudah sedih, manja dan ingin selalu

ditemani suami. Semua yang diinginkan harus dipenuhi dan jika tidak, maka direspon

dengan menangis. Hal lain yang lebih mencemaskan apabila membayangkan proses

melahirkan. Perasaannya sering takut, khawatir jika ada apa-apa dengan bayinya

memikirkan kira-kira selamat atau tidak, termasuk menjadi suka bertanya-tanya sendiri.

Padahal sudah cukup rajin periksa ke bidan dan sering dinasihati ibunya. Menurutnya,

semua hal di atas sering mengakibatkan sakit kepala, perut terasa pedih, dan rasanya

malas jika mau makan.

Ungkapan di atas secara umum dialami dan dirasakan oleh sebagian besar ibu

hamil sebagaimana diungkapkan oleh beberapa ahli, (Harianto: 2003; Mustika: 2008;

Krisnadi: 2008; Sweet dalam Andina: 2010; Stoppard: 2011; Sholihah: 2011; Apprilia

(14)

Perubahan-perubahan emosi terutama pada perasaan cemas berupa perasaan

tegang, khawatir, sedih, gugup, takut menjadi persoalan mendasar berkaitan dengan

proses kehamilan seorang ibu dan persoalan-persoalan tersebut jarang mendapatkan

solusi sehingga menimbulkan masalah psikologis pada ibu hamil yang akan

mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Utaminingsih dalam

Suciningsih (2004), menjelaskan bahwa kecemasan pada ibu hamil dapat mempengaruhi

perkembangan fisik dan otak bayi dalam kandungan termasuk kemungkinan bayi lahir

dengan cacat fisik dan lambanya perkembangan otak bahkan ada yang autis. Gambaran

tersebut akan menjadi persoalan yang tidak sederhana sebab jika lahir anak-anak dengan

kecacatan atau terjadi kelambanan perkembangan otak dan bahkan autis akan menjadi

persoalan besar terhadap penyiapan generasi yang berkualitas dalam rangka membangun

bangsa dan negara.

Uraian di atas menggambarkan bahwa sesungguhnya masalah

perubahan-perubahan psikologis yang mengakibatkan ketidaknyamanan, secara umum dialami

oleh ibu hamil dan masalahnya sangat kompleks dengan berbagai pengaruh atau

dampak yang buruk. Perubahan-perubahan tersebut diawali sejak usia trimester

pertama hingga trimester ketiga terutama dengan respon psikologis yang dapat

berubah-ubah setiap saat.

Krisnadi (2008) dalam makalahnya tentang Proses Adaptasi Psikologi pada ibu

(15)

diantaranya dimulai pada trimester pertama beberapa wanita hamil merasakan

kecemasan, kegusaran, ketakutan, perasaan panik terhadap kehamilan dan segala

akibatnya. Dalam pikiran mereka, kehamilan merupakan ancaman, kegawatan, ketakutan

dan bahaya bagi dirinya, bahkan ada di antara sikap mereka yang tidak hanya menolak

kehamilan tapi berusaha menggugurkannya atau mencoba bunuh diri. Pada trimester

kedua respon psikologis pada ibu hamil ditandai dengan adanya narsisme dan introversi.

Narsisme menandakan keterkaitan minat dan perhatian pada diri/tubuh sendiri yang

dimanivestasikan dalam bentuk hati memilih baju yang baik untuk digunakan,

hati-hati memilih makanan yang dimakan, memilih lingkungan yang lebih nyaman dari

sebelumnya, termasuk ketakutan kalau-kalau tugasnya dapat membahayakan janin.

Sedangkan introversi dimanivestasikan dalam bentuk memikirkan tentang diri sendiri,

membesar-besarkan kesalahannya, perasaannya, dan kurang berminat pada dunia luar.

Pada trimester ketiga secara umum kehidupan psikologik-emosional dikuasai oleh

perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang.

Dari uraian tersebut diperoleh suatu gambaran bahwa spektrum masalah pada

ibu hamil dengan adanya perubahan-perubahan disertai berbagai reaksi psikologisnya

begitu kompleks. Berbagai reaksi atau respon psikologis tersebutlah yang pada

gilirannya sebagai penyebab atau pemicu munculnya kecemasan bahkan distres pada

(16)

persoalan-persoalan di seputar persalinan seperti persalinan lama atau sulit,

mengganggu his, rasa nyeri atau kesakitan.

Kegelisahan-kegelisahan peneliti terhadap fenomena-fenomena sebagaimana

telah diuraikan sebelumnya, sekaligus menimbulkan pertanyaan awal bahwa:

“Apakah persoalan-persoalan yang sangat kompleks dengan berbagai dampak buruk

tersebut cukup menjadi konsumsi pembicaraan atau pembiaran oleh masyarakat,

negara, atau mungkin dunia pendidikan termasuk di dalamnya bimbingan dan

konseling tanpa adanya upaya yang tepat sebagai sebuah solusi?”.

Kegelisahan terhadap fenomena yang terjadi dan pertanyaan peneliti inilah

yang kemudian menjadi pijakan berpikir terhadap pentingnya dilakukan sebuah

penelitian. Secara konseptual, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan dengan

harapan mampu menjawab segala persoalan yang muncul pada masyarakat,

khususnya masalah-masalah kecemasan ibu hamil yang secara filosofis dan empiris

dapat menimbulkan dampak-dampak yang negatif.

Asumsi yang juga mendasari pentingnya penelitian ini dilakukan adalah

apabila fenomena kecemasan-kecemasan yang terjadi pada ibu hamil berlangsung

secara berkelanjutan tanpa adanya upaya atau penanganan yang tepat dapat

menimbulkan hal buruk seperti: 1) lahirnya pribadi ibu hamil yang lemah karena

terbebani oleh persoalan-persoalan yang menimbulkan berbagai reaksi negatif baik

(17)

ibu-ibu hamil yang terjerat dalam kecemasan; 3) menimbulkan persoalan bangsa

dengan kurang berkualitasnya generasi penerus.

Langkah berikutnya untuk mewujudkan penelitian ini dan untuk mendapatkan

data yang lebih mendalam termasuk dari sisi aspek spiritualitasnya, peneliti melakukan

wawancara terhadap beberapa bidan yang menangani pasien ibu hamil di lokasi

penelitian. Hasilnya, para bidan di lingkungan kerja PKM Pagelaran (lokasi penelitian)

membenarkan bahwa hampir dari setiap ibu hamil yang mereka hadapi mengalami

kecemasan dan sangat dirasakan terutama pada saat usia kehamilan memasuki bulan

ketujuh dan seterusnya (trimester ketiga).

Adapun deskripsi hasil wawancara secara umum adalah bahwa kecemasan yang

biasa dialami ibu hamil pada trimester ketiga yaitu apakah dapat melahirkan dengan

lancar tanpa kesulitan, apakah bayi yang akan dilahirkannya nanti dalam keadaan sehat

dan tidak cacat, apakah dapat menyusui dan merawat bayi dengan baik. Rata-rata merasa

cemas karena tubuhnya yang kurang menarik lagi dan mengkhawatirkan janin dalam

kandungannya. Saat persalinan sudah dekat dan kontraksi makin sering, akan semakin

tampak kecemasannya. Biasanya pasien terlihat pucat, susah senyum, dan tidak sedikit

yang berteriak-teriak bahkan ada yang berkata kasar. Saat ini pemberian obat penenang

sejenis diazepam menurut mereka bukan lagi merupakan solusi yang dilakukan.

Sementara dari sisi aspek spiritual, diperoleh data bahwa pada saat pasien

(18)

persalinan ketika dituntun ke jalan spiritual untuk menyadari segala hal yang sedang

terjadi agar diterima dengan baik atau untuk mengingat Tuhan, pasien cenderung acuh

atau hanya sekadarnya dan makin teriak atau sedikitnya hanya menangis dan mengeluh

kesakitan. Sedikit sekali yang mampu mengembangkan kesadaran bahwa segala rasa

sakit yang dialaminya adalah hal yang memang harus dilalui dengan baik dan ada

kemauan serta keyakinan bahwa dirinya mampu berusaha mengurangi rasa sakit serta

menyandarkan segala yang dilakukannya kepada Tuhan.

Hasil wawancara terhadap bidan berkenaan dengan reaksi fisiologis dan

psikologis, secara umum dapat dideskripsikan bahwa pasien terkadang sampai

mengeluhkan sesak nafas atau rasa tercekik, telinga berdenging, muka pucat, jantung

berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak akan tertolong

lagi. Pasien menunjukkan rasa kecemasan ditandai oleh rasa gelisah dan ketakutan

luar biasa sehingga kondisinya menjadi panik.

Kondisi kepanikan sebagai wujud dari kecemasan yang berat tersebut

berdampak sangat buruk bagi keselamatan ibu dan janinnya. Cohents dalam Andina

(2010) menyatakan bahwa cemas dapat mengganggu, seseorang perempuan yang

panik dapat mengalami abruptio plasenta dan hal tersebut berakibat sangat buruk

seperti terjadinya perdarahan hebat bahkan dapat menimbulkan kematian. Dalam

kondisi seperti ini, jika kecemasan ibu hamil tidak mendapatkan penanganan yang

(19)

benaknya saat mengalami rasa sakit atau persoalan yang berat terhadap kehamilannya

adalah berpikir selamat atau tidak, hidup atau mati, dan seterusnya.

Grayson (2001) menjelaskan bahwa dalam prinsip spiritual, apa yang

dipikirkan, itulah yang akan terjadi. Maka akan menjadi malapetaka besar jika dalam

kondisi kecemasan yang berat seseorang hanya berpikir tentang kematian. Secara

spiritual, ini menjadi sesuatu yang berbahaya jika konseli (pasien) benar-benar

mengalami kematian, sementara kondisi jiwanya tidak mampu bertransendensi, hanya

terpusat pada rasa sakit secara fisik, hilang spirit untuk hidup, tidak terbentuk

keterhubungan dengan Sang Pemilik Kekuatan, sehingga ia jauh dengan Tuhan yang

memiliki sifat kemahaan-Nya. Jiwanya kering tanpa sentuhan-sentuhan nilai

ketuhanan. Padahal sesungguhnya fitrah setiap manusia pada hakekatnya adalah

mahluk yang ber-Tuhan. Akan sangat menjadi rendah ketika manusia dengan

kalbunya tidak mampu mengembangkan fitrah mulia ini.

Dahlan (2005), memandang bahwa apabila fitrah manusia itu tidak

dikembangkan secara optimal, lahirlah kalbu yang qasi (membatu) mewujudkan

pribadi yang kaku, kasar, keras, kufur, dan tidak taat serta pribadi yang lalai sehingga

tidak meyakini akan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Berdasarkan gambaran di atas, dapat dijelaskan bahwa pada kehidupan kaum

hawa sesungguhnya ada suatu proses kehidupan manusia yang sangat berat dan harus

(20)

dengan kompetensi fitrahnya mampu menghadapinya dengan sadar atas segala apa yang

sedang terjadi sehingga ia mampu bertransendensi dengan Tuhannya secara baik atau

sebaliknya ia menjadi pribadi yang ingkar yang tidak mampu melakukan upaya

transendensi sama sekali sehingga hidupnya kosong dengan kalbu yang qasi.

Selanjutnya untuk mengetahui data empiris keadaan psikologis ibu hamil pada

trimester ketiga secara umum pada sebagian lokasi penelitian, peneliti melakukan

studi dokumentasi terhadap data penanganan pasien ibu hamil di BPS (bidan praktik

swasta). Keadaan psikologis dimaksud dalam hal ini adalah kondisi emosional ibu

hamil di trimester ketiga yang dibagi dalam dua kategori, yakni kategori cemas dan

tenang. Sepanjang periode empat bulan terakhir tahun 2011, diperoleh catatan

keadaan emosi wanita hamil pada trimester ketiga sebagai tahapan menghadapi waktu

persalinan menunjukkan bentuk emosi yang berbeda. Dari 32 orang pasien yang

diamati, kondisi emosional ibu hamil berupa cemas, yakni tidak mau tenang, banyak

mengeluh, berkeringat dingin, jarang senyum, kadang-kadang berteriak, berkata yang

tidak jelas, memarahi orang lain, menyalahkan orang lain termasuk suaminya, kadang

menggigit, sebanyak 23 orang (71,9%), dan hanya 9 orang (28,1%) kondisi

emosional ibu hamil yang tenang, yakni sikapnya tenang, mudah diarahkan, mudah

diajak komunikasi, sabar dan mau menyebut nama Tuhannya.

Penelitian berikut memperkuat temuan empiris dan kajian teoritis di atas,

(21)

dari Klinik Prorevital Jakarta dalam www.klinikpria.com, dengan judul Stress Pada

Wanita Hamil. Peneliti melakukan survei melalui daftar pertanyaan yang digunakan

untuk mengukur skala distres. Hasilnya diketahui bahwa lebih dari 60 persen wanita

hamil mengalami distres dan kurang dari 10 persen yang termasuk relatif tenang.

Masalahnya adalah, distres yang berlanjut akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan

janin, bahkan akan mempengaruhi tumbuh kembangnya kelak; 2) Andina (2010) dalam

penelitiannya mengungkapkan bahwa sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen

tentang kenyataan kehamilan. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan,

penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Penelitian lainya yang berkenaan dengan

kecemasan pada ibu hamil dan perlunya sebuah intervensi/bantuan, diantaranya adalah:

(Reed dalam Wiknjosastro: 1999; Harianto: 2003; Nur’aini: 2006; Diponegoro: 2007;

Budi dan Sulistyorini: 2007; dan Fatmawati: 2010).

Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran tentang kecemasan yang dialami

ibu hamil di lokasi penelitian, yakni di wilayah kerja puskesmas Pagelaran, peneliti

melakukan studi pendahuluan pada subyek sebanyak 30 orang ibu yang sedang

menjalani kehamilan trimester ketiga yang telah dipilih secara random dari populasi

sebanyak 92 orang. Studi ini dilakukan untuk mengungkap tingkat kecemasan

(anxiety state) yang sedang dialami oleh ibu hamil, juga diungkap sifat kecemasannya

(anxiety trait) sehingga diketahui apakah individu tersebut memiliki sifat dasar cemas

(22)

Hasil studi pendahuluan memberikan gambaran bahwa kecemasan ibu hamil

berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang (3%), kecemasan kategori

tinggi sebanyak 22 orang (73%), kecemasan kategori sedang sebanyak 5 orang

(17%), kecemasan kategori rendah sebanyak 2 orang (7%) dan kecemasan kategori

sangat rendah 0 (0%). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tingkat kecemasan

yang dialami ibu hamil pada trimester ketiga di Pagelaran Kabupaten Pringsewu

Lampung sebanyak 73% menunjukkan tingkat kecemasan tinggi. Dengan kata lain

secara umum ibu hamil pada trimester ketiga mengalami kecemasan yang tinggi.

Secara empiris, kecemasan pada ibu hamil secara umum dapat disebabkan

oleh beberapa faktor seperti: umur ibu hamil, umur kehamilan, urutan kehamilan

pertama, kedua dan seterusnya, ada tidaknya masalah kelainan kandungan, tingkat

keyakinannya (spiritual), sifat dasar kepribadian, dukungan sosial, keadaan ekonomi

termasuk dari kultur yang berbeda.

Pemikiran Freud, lebih mengedepankan bahwa penyebab utama dari

kecemasan adalah lemahnya ego untuk mengontrol dorongan insting atau id dan

tuntutan dari superego. Sedangkan Spielberger (1979) menggambarkan bahwa secara

umum penyebab dari kecemasan adalah dari persepsi individu atau penilaian kognitif

(cognitive appraisal) yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal

terdiri dari: a) pikiran; persepsi terhadap sumber ancaman atau bahaya yang berkaitan

(23)

b) perasaan, dicirikan dengan merasa sulit untuk mendapatkan sesuatu yang

diharapkan atau pesimis, menyerah terhadap situasi yang ada, kritis terhadap dirinya

sendiri dan selalu khawatir terhadap yang dilakukan; c) kebutuhan biologis, yaitu

kemampuan menjaga tubuh menjadi homeostatis menyangkut fungsi vital tubuh

(pernapasan, sirkulasi darah dan temperatur tubuh). Sedangkan faktor eksternal, yaitu

keadaan di luar diri individu yang dirasa merugikan, membahayakan atau mengancam

terdiri dari: a) perilaku orang lain di sekitarnya; dan b) kejadian-kejadian yang

berkaitan dengan dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung seperti melihat

peristiwa yang tidak diinginkan, mendengar berita buruk, terjadi kelainan medik atau

adanya tindakan medikalisasi terhadap dirinya.

Pada penelitian ini, untuk membatasi luasnya kajian penyebab dari

kecemasan, maka ditetapkan aspek spiritual yang dinilai akan banyak mempengaruhi

kecemasan seseorang. Hal tersebut berangkat dari asumsi dan hasil penelitian Miller

yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara spiritual, kesehatan

dan agama. Mann et al. (2008) dalam penelitiannya membuktikan bahwa religius dan

spiritual berhubungan dengan berkurangnya kecemasan pada wanita hamil. Demikian

juga hasil penelitian lainnya, (Simmon: 2001, J. R. Mann et al: 2010, Breen, Price

dan Lake).

Adapun aspek kondisi empiris pada ibu hamil trimester ketiga seperti umur

(24)

pekerjaan atau perbedaan kultur tidak menjadi kajian dalam penelitian ini. Hal ini

dapat menjadi bagian penelitian lainnya mengingat luasnya kajian yang harus

dilakukan. Selain itu berdasarkan hasil studi pendahuluan, kecemasan kategori tinggi

menyebar pada semua kondisi empiris tersebut kecuali pada urutan kehamilan

pertama (gravida satu) dan khusus untuk pasien yang mengalami kelainan medik

dianulir untuk menjadi subyek dalam penelitian ini.

Keterkaitan dengan latar belakang dari sifat kecemasan (anxiety trait) dapat

dijelaskan bahwa responden yang memiliki sifat dasar cemas, kecemasannya berada pada

kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang (3%), kategori tinggi sebanyak 16 orang (53%),

kategori sedang sebanyak 4 orang (13%) dan kategori rendah sebanyak 1 orang (3%).

Sedangkan responden yang tidak memiliki sifat dasar cemas, kecemasannya berada pada

kategori tinggi sebanyak 6 orang (20%), kategori sedang sebanyak 1 orang (3%) dan

kategori rendah sebanyak 1 orang (3%).

Berdasarkan data di atas, dapat dijelaskan secara singkat bahwa subyek yang

memiliki sifat dasar cemas memiliki tingkat kecemasan yang bervariasi dari

kecemasan kategori sangat tinggi sampai kategori rendah. Demikian juga sebaliknya

pada subyek yang tidak memiliki sifat dasar cemas. Tidak dimilikinya sifat dasar

cemas tidak mengindikasikan tidak adanya kecemasan. Dengan demikian diduga

(25)

sifat dasar cemas, sebaliknya orang yang memiliki tingkat kecemasan sedang atau

bahkan rendah juga bukan berarti karena tidak memiliki sifat dasar cemas.

Selanjutnya dari hasil pengukuran diperoleh data bahwa dari 22 orang (73%)

yang mengalami tingkat kecemasan kategori tinggi, ternyata 15 orang (68%) berasal dari

latar belakang kehamilan pertama, sebanyak 5 orang (23%) kehamilan kedua (G2),

sebanyak 1 orang (4,5%) kehamilan ketiga (G3) dan sebanyak 1 orang (4,5%) berasal

dari kehamilan keempat (G4). Dengan demikian diketahui bahwa ternyata 22 orang

responden yang mengalami kecemasan kategori tinggi, sebesar 68% adalah berlatar

belakang dari kehamilan pertama. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dan untuk

membatasi luasnya latar belakang kehamilan (gravida) pada sampel penelitian, peneliti

selanjutnya menetapkan sampel penelitian pada subyek yang sedang menjalani

kehamilan pertama trimester ketiga (G1T3).

Melalui data kualitatif pada tahap studi pendahuluan, diperoleh keterangan

bahwa selain bentuk-bentuk kecemasan yang dialami secara umum oleh ibu hamil,

calon ibu yang baru pertama kali hamil akan merasa lebih cemas khususnya

disebabkan oleh faktor internal ibu hamil, yakni belum memiliki pengalaman yang

cukup terhadap proses kehamilan dan melahirkan. Selain ibu hamil mengalami

bentuk kecemasan yang berkenaan dengan aspek fisik, fisiologis dan psikologis

ternyata ibu hamil mengalami masalah spiritual, yakni kepercayaan terhadap mitos

(26)

Secara rinci dapat dideskripsikan bahwa para ibu hamil lebih merasakan pada

rasa sakit atau rasa tidak nyaman seperti perut selalu kencang, jantung berdetak cepat,

perut terasa panas, leher seperti tercekik, mata terasa kabur, gatal-gatal, dan nyeri.

Sedangkan kemampuan membangun daya spiritualnya, yakni melakukan

keterhubungan dengan yang memiliki Kekuatan Lebih sangat lemah. Lemahnya

kemampuan tersebut akibat terdistorsinya pikiran dan perasaan-perasaan yang

bersifat subyektif sehingga sulit membuka dan membangkitkan nilai-nilai spiritual

yang ada dalam dirinya, kurang mampu memahami hakikat hidup dan dirinya sebagai

bagian dari penciptaan alam semesta, tidak mampu menolak pikiran negatif, serta

lemahnya kemampuan menyandarkan segala masalahnya pada kekuasaan Tuhan

akibatnya emosinya lebih tampak dan jiwanya kurang lembut, serta hatinya mengeras

dengan prilaku menolak, meronta, menyalahkan, dan kadang berteriak.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui studi pendahuluan yang berkaitan

dengan tingginya tingkat kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga dan

besarnya dampak negatif yang ditimbulkannya serta lemahnya kemampuan spiritualnya,

selanjutnya menjadi dasar asumsi diperlukannya sebuah intervensi konseling yakni

model konseling yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama

trimester ketiga.

British Association of Counseling (BAC) dalam McLeod (2003)

(27)

hubungan yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis,

psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah. Fungsi dari konseling adalah

memberikan kesempatan kepada “klien” untuk mengeksplorasi, menemukan dan

menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.

Selanjutnya, kegiatan layanan konseling memiliki kontribusi positif sebagai agen

perubahan (agent of change) di masyarakat dalam pembangunan dan penyiapan generasi

penerus yang berkualitas. Kaitannya dengan kontribusi kegiatan layanan konseling

terhadap penyiapan generasi yang berkualitas, didasari asumsi bahwa layanan konseling

akan mampu membantu ibu hamil yang sedang mengalami kecemasan sehingga mampu

terhindar dari masalah adanya potensi melahirkan anak yang kurang berkualitas.

Intervensi melalui layanan konseling ini penting dilakukan juga didasari oleh

kajian literatur bahwa: 1) kecemasan yang berlanjut pada proses kehamilan akan

berakibat buruk terhadap kesehatan psikologis ibu hamil bahkan gangguan jiwa yang

berat; 2) dalam manifestasi klinik, kecemasan berpotensi menimbulkan dampak yang

sangat buruk yakni terjadinya inertia uteri, abruptio plasenta yang dapat mengakibatkan

kematian atau mengganggu his sehingga proses persalinan menjadi sulit dan kesakitan.

Hal ini sebagaimana dijelaskan sebelumnya oleh Cohents dalam Andina (2010), bahwa

cemas yang salah satunya ditandai dengan panik, dalam proses persalinan sangat

(28)

Berkaitan dengan dampak buruk dalam proses persalinan, Cahyani (2010)

dalam tulisannya tentang gangguan kecemasan pada ibu hamil menjelaskan bahwa

tidak sedikit calon ibu yang mengalami rasa cemas ditandai dengan rasa takut pada

fase menjelang kelahiran. Menurutnya, justru rasa cemas itulah yang memicu rasa

sakit saat melahirkan. Perasaan tersebut selanjutnya membuat jalan lahir (birth canal)

menjadi mengeras dan menyempit. Dengan demikian diperlukan sebuah solusi yang

didesain secara khusus untuk mereduksi kecemasan-kecemasan pada ibu hamil

pertama trimester ketiga.

Solusi melalui intervensi konseling dilakukan melalui dengan menggali atau

mempengaruhi konseli dari aspek pola pikir, emosi, sikap, atau tingkah laku konseli, dan

aspek spiritualnya. Pada penelitian ini konseling dilakukan dengan penekanan pada aspek

spiritualnya yakni dengan layanan konseling berbasis penyembuhan spiritual. Hal ini

dilatarbelakangi asumsi bahwa sesungguhnya pada setiap diri manusia terdapat nilai-nilai

spiritual, sekalipun yang bersangkutan mungkin tidak beragama. Namun keinginan untuk

terjadi keterhubungan antara dirinya dengan pemilik kekuatan lebih (Tuhan) selalu ada

pada saat-saat tertentu. Siapapun manusia pada hakekatnya mengakui keberadaan Tuhan

yang memiliki kekuatan dan kuasa menciptakan termasuk terhadap dirinya sebagai

tempat dimintai pertolongan. Persoalannya adalah ketika para ibu hamil mengalami

(29)

spiritualnya untuk mengatasi masalah dan hanya terpusat pada perasaan-perasaan

kecemasan dan rasa sakit yang diakibatkannya.

Terdapat beberapa bentuk atau model intervensi konseling di Indonesia telah

dilakukan untuk membantu konseli yang mengalami kecemasan melalui riset

diantaranya: 1) konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis, 2)

konseling rasional emotif dengan teknik relaksasi, 3) teknik empty chair, 4) coping

skill, 5) pendekatan cognitif behavioral therapy (CBT).

Dalam perspektif ilmu bimbingan dan konseling (BK), kecemasan yang

berlanjut dipandang sebagai faktor psikologis yang negatif. Kecemasan yang terjadi

secara berkelanjutan tanpa mendapat penanganan yang tepat akan memunculkan

gangguan jiwa seperti stres dan depresi. Corey (2005) menjelaskan bahwa kecemasan

adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi individu berbuat sesuatu. Apabila

seseorang tidak dapat mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yang rasional dan

langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis, yakni tingkah

laku yang berorientasi pada pertahanan ego. Kebanyakan orang merasakan

kecemasan sebelum suatu peristiwa penting atau pertama kali hal itu terjadi. Dalam

hal ini individu terlebih dahulu mempersepsikan sesuatu yang akan dihadapinya

diprediksi sulit atau bahkan tidak akan dapat dikerjakannya, sehingga kecemasan pun

menjadi permasalahan pertama yang muncul dalam dirinya yang pada akhirnya

(30)

Berkaitan dengan gangguan jiwa, teori Freud (1923) dalam Hawari (2002)

menjelaskan bahwa ganguan jiwa muncul akibat terjadinya konflik internal (dunia

dalam) pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar. Lebih

lanjut, Hawari (2002) mengungkapkan bahwa faktor-faktor psikologis yang bersifat

negatif (stres, cemas, depresi) melalui jaringan “psiko-neuro-endokrin” secara umum

dapat mengakibatkan kekebalan tubuh (imunitas) menurun yang pada gilirannya

tubuh mudah terserang penyakit, atau dapat juga sel-sel organ tubuh berkembang

radikal (misalnya pada kanker). Demikian pula penyakit infeksi lainnya mudah

menyerang tubuh disebabkan karena kekebalan tubuh seseorang sedang menurun. Di

lain pihak, faktor psikologis yang bersifat positif (bebas dari stres, cemas, depresi)

melalui jaringan “psiko-neuro-endokrin” dapat meningkatkan kekebalan tubuh

sehingga seseorang tidak mudah terserang penyakit atau mempercepat proses

penyembuhan.

Setiap individu pada dasarnya menginginkan selalu berada pada kondisi

psikologis yang positif. Namun secara umum kemampuan individu untuk selalu

berada pada kondisi psikologis yang positif tersebut sangat fluktuatif. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor internal berupa kemampuan diri sendiri untuk mengelola

aspek psikologisnya dan faktor eksternal yang berpotensi ikut mempengaruhinya.

Pada konteks inilah bimbingan dan konseling memiliki kontribusi yang sangat besar

(31)

profesional agar memiliki kemampuan untuk berusaha, memelihara dalam kondisi

psikologis yang positif.

Pada penelitian ini, sesuai dengan karakteristik subyek yaitu ibu hamil pertama

trimester ketiga yang mengalami kecemasan dengan berbagai reaksi psikologisnya serta

lemahnya kemampuan untuk membangkitkan potensi spiritual, maka dikonstruksi Model

Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual untuk mereduksinya. Landasan filosofisnya

adalah bahwa manusia pada hakekatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Burke,

Chauvin, dan Miranti (1995) secara umum menyetujui bahwa secara total manusia terdiri

dari beberapa dimensi, yakni: fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Dimensi

spiritual merupakan potensi bawaan setiap individu yang dengan potensi tersebut

manusia akan mampu mengembangkan nilai-nilai kehidupan serta mencirikan bahwa ada

kehidupan pada diri seseorang.

Hendrawan (2009) mengungkapkan bahwa spiritual berhubungan dengan yang

suci. Dalam pengertiannya, spiritualitas berarti menghidupkan, tanpa spiritualitas

organisme mati secara jasad dan kejiwaan, memiliki status suci, statusnya lebih tinggi

dari yang material dan terkait dengan Tuhan sebagai causa prima kehidupan.

Beberapa hal di atas inilah yang selanjutnya menjadi asumsi dasar pentingnya

layanan konseling berbasis penyembuhan spiritual dilakukan untuk membantu

membangkitkan potensi kesadaran spiritual konseli. Layanan konseling berbasis

(32)

dan langkah-langkah yang didasarkan pada prinsip-prinsip penyembuhan spiritual

dalam melakukan terapeutik. Hal lain juga karena menurut pengetahuan peneliti,

kajian ini belum dilakukan oleh peneliti lain dalam bidang bimbingan dan konseling.

Model konseling berbasis penyembuhan spiritual merupakan sebuah model yang

dilakukan dengan mempengaruhi sisi spiritual/ruhaniyahnya dengan membangkitkan

nilai-nilai kesadaran spiritual akan fakta yang sedang ia hadapi dan membimbing agar

mampu melakukan tindakan secara sadar untuk melakukan keterhubungan

(transendensi). Model konseling berbasis penyembuhan spiritual adalah model layanan

bantuan yang diberikan kepada konseli yang didasarkan pada prinsip-prinsip

penyembuhan spiritual dan fokusnya adalah melibatkan hubungan serta manfaat

spiritualitas sehingga konseli mampu melakukan keterhubungan dengan Tuhan.

Asumsi dasar konsep penyembuhan spiritual digunakan sebagai pedoman

pokok dalam model konseling ini adalah bahwa penyembuhan spiritual itu untuk

semua orang dan merupakan hasil asli dan alami dari cara semesta berfungsi saat

digunakan dengan benar. Ide dasar dari spiritual adalah substansi dan daya

fundamental yang dilakukan seseorang, kemudian akan menciptakan sebuah

pengalaman yang dikehendaki. Fakta dari penyembuhan spiritual adalah bahwa apa

yang diyakini seseorang, itulah yang akan terjadi. Asumsi ini diadopsi dari teori

Grayson (2001) tentang penyembuhan spiritual (spiritual healing).

(33)

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut. 1) secara umum wanita saat menjalani kehamilannya terutama pada

trimester ketiga sampai dengan menjelang persalinan mengalami masalah psikologis

berupa kecemasan ditandai dengan ketegangan, rasa sedih, khawatir, gugup, termasuk

takut. Pada umumnya mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi

tanpa sebab yang jelas (bersifat subyektif); 2) pada saat mengalami kecemasan

ditandai oleh perasaan yang tidak menyenangkan bahkan merasa sangat tersiksa, ibu

hamil kurang mampu untuk membangkitkan potensi spiritualitasnya dan pikirannya

terdistorsi oleh persepsi-persepsi negatif terhadap segala yang sedang dirasakan

bahkan mitos lebih dipercayai; 3) bantuan layanan konseling selama ini di Indonesia

secara umum masih berorientasi pada upaya mempengaruhi aspek pola pikir, emosi,

sikap, atau tingkah laku konseli, dan masih sangat minim pada aspek spiritualnya; 4)

diperlukan pengembangan sebuah model konseling yang efektif digunakan untuk

mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga; 5) pendekatan

konseling berbasis penyembuhan spiritual diasumsikan sebagai model konseling yang

efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

Pemilihan pendekatan tersebut didasari beberapa pertimbangan, yakni: a)

kecemasan dan bentuk emosi lainnya sangat terkait dengan dimensi spiritual; b) lebih

nyata dapat kita temukan bahwa faktor spiritual secara langsung akan mempengaruhi

(34)

Pertimbangan tersebut sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebagaimana dijelaskan Satriyah (2010) dalam Jurnal Irsyad edisi 1 bahwa: (1)

penelitian Miller membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara spiritual,

kesehatan dan agama. Menurutnya jika spiritual dan agama meningkat maka

kesehatan pun akan meningkat, (2) penelitian Simmon (2001) menghasilkan bahwa

pasien-pasien yang kurang percaya dengan keberadaan Tuhan mempunyai risiko

kematian yang tinggi, (3) World Health Organization (WHO) dalam Hawari (2002)

menyatakan bahwa sejak tahun 1984 menetapkan bahwa sehat mencakup 4 aspek

yaitu: biologis, psikis, sosial, dan spritual.

Tahap penelitian selanjutnya berkaitan dengan intervensi yang akan

dikonstruksi untuk mengentaskan masalah-masalah di atas, yakni dengan model

konseling berbasis penyembuhan spiritual untuk mereduksi kecemasan pada ibu

hamil pertama trimester ketiga.

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini secara umum

baru mengungkap pada aspek kondisi psikologis ibu hamil, faktor yang menyebabkannya

serta ada tidaknya pengaruh konseling terhadap ibu hamil. Sebatas pengetahuan peneliti

belum menghasilkan konstruksi sebuah model intervensi konseling yang dapat

diterapkan terhadap ibu hamil yang sedang mengalami kecemasan.

Hal lain yang menjadi kekhasan penelitian ini adalah adanya sebuah model

(35)

atau sumber kekuatan dalam diri konseli dengan fokus melibatkan hubungan serta

manfaat spiritualitas terhadap cara seseorang memandang kehidupannya. Dengan

demikian posisi penelitian ini menjadi urgen dan memiliki unsur orisinalitas.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut maka dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut: “Bagaimana model konseling berbasis penyembuhan

spiritual yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama

trimester ketiga?”

Secara rinci pertanyaan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk model konseling hipotetik yang dapat digunakan untuk

mereduksi kecemasan pada kehamilan pertama trimester ketiga?

2. Apakah Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual (MKBPS) efektif

untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga?

B.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menghasilkan model

konseling berbasis penyembuhan spiritual yang efektif untuk mereduksi kecemasan

pada ibu hamil pertama trimester ketiga. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian

ini adalah untuk mengkaji dan memperoleh gambaran teoritis dan empiris mengenai

(36)

1. Dihasilkannya sebuah Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual

(MKBPS) yang efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama

trimester ketiga.

2. Diketahuinya tingkat keefektifan Model Konseling Berbasis Penyembuhan Spiritual

(MKBPS) untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

Dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut.

Model konseling berbasis penyembuhan spiritual efektif untuk menurunkan

kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pengembangan

ilmu maupun pelaksanaan bimbingan dan konseling.

1. Manfaat teoritik

Hasil penelitian berupa model konseling berbasis penyembuhan spiritual

(MKBPS) diharapkan dapat menambah jumlah referensi/teori dalam bimbingan

dan konseling sebagai model yang efektif untuk mereduksi kecemasan.

2. Manfaat empirik

Hasil penelitian ini diharapkan praktis dan mudah digunakan oleh para konselor

untuk membantu konseli dalam mereduksi kecemasan.

(37)

a. Menjadi masukan sebagai rumusan kebijakan sebagai salah satu bentuk model

konseling dalam bimbingan dan konseling di Indonesia.

b. Menjadi salah satu upaya pedagogis dalam keilmuan bimbingan dan konseling

sehingga MKBPS dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk memasukkan

aspek spiritual ke dalam kurikulum dan mata kuliah yang relevan sehingga setting

model layanan bimbingan dan konseling dapat berkembang.

c. Menjadi pertimbangan bagi bidan dan/atau rumah sakit untuk membuka layanan

MKBPS bekerjasama dengan para konselor terlatih sebagai pendamping layanan

medik mengingat secara umum kecemasan-kecemasan dialami pasien dalam

(38)

BAB III `

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan metode Penelitian

Tujuan akhir dari penelitan ini adalah tersusunnya model konseling berbasis

penyembuhan spiritual (MKBPS) untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil

pertama trimester ketiga. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan model penelitian

dan pengembangan (research and development), Borg dan Gall (2003). Kerangka isi

dan komponen model disusun berdasarkan kajian konsep dan teori konseling,

penyembuhan spiritual, kecemasan, kajian penelitian terdahulu yang relevan, studi

pendahuluan yang menjaring data dan permasalahan tentang kecemasan pada ibu

hamil, serta uji empiris terhadap model.

Memperkuat alasan pemilihan penelitian dan pengembangan dalam penelitian

ini adalah sebagaimana dijelaskan Sugiyono (2010) bahwa metode penelitian dan

pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini produk

yang akan dihasilkan adalah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang

(39)

Muhtasor, 2013

Sukmadinata (2012) mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan

pengembangan terdapat tiga metode yang digunakan, yaitu deskriptif, evaluatif dan

eksperimen. Metode deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menghimpun data

permasalahan ditinjau dari aspek profil kecemasan ibu hamil pada trimester ketiga

sebagai studi pendahuluan. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan

dari produk yang dihasilkan, yaitu kefektifan dari model konseling berbasis

penyembuhan spiritual. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba

pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba, dan

setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi baik proses maupun hasil. Dalam penelitian ini

evaluasi dilakukan pada pelaksanaan uji model konseling berbasis penyembuhan spiritual

baik pada uji coba terbatas maupun pada uji coba lebih luas atau uji empiris.

Pendekatan kuntitatif dan kualitatif dalam metode penelitian campuran (mixed

methods) digunakan bersama-sama secara terpadu. Alasan penggunaan pendekatan

ini adalah sebagaimana diungkapkan Natawidjaja (2009) adaptasi dari John W.

Creswell, bahwa penelitian dengan metode campuran akan diperoleh pemahaman

yang lebih lengkap mengenai masalah yang diteliti.

Mixed methods berfokus pada pengumpulan dan analisis data serta

(40)

Muhtasor, 2013

maupun penelitian jamak. Premis sentral yang menjadi dasar methods research

adalah bahwa mengunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk

menemukan hasil penelitian yang lebih baik dibanding menggunakan salah satu

pendekatan saja. Pada penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen

formal, standar dan bersifat mengukur, sementara penelitian kualitatif menggunakan

peneliti sebagai instrumen.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan eksperimen menggunakan model

konseling berbasis penyembuhan spiritual yang merupakan hasil pengembangan dari

model terapi penyembuhan spiritual (spiritual healing). Adapun rancangan penelitian

metode campuran yang digunakan adalah rancangan metode campuran melekat.

Proses mixed terjadi pada saat data hasil kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk

memperoleh suatu interpretasi.

Proses pengumpulan dan analisis data kuantitatif dilakukan sebelum intervensi

diberikan (pretest) dan setelah intervensi diberikan (posttest). Sedangkan proses

pengumpulan dan analisis data kualitatif dilakukan sebelum, selama dan setelah

intervensi dilakukan. Secara visual rancangan penelitian adopsi dari Natawidjaja

(2009) digambarkan pada bagan berikut.

Eksperimen

(41)

Muhtasor, 2013

Intervensi

Proses pengumpulan Dan analisis data kualitatif (sebelum, selama, setelah perecobaan)

Bagan 3.1

Rancangan Penelitian Metode Campuran Melekat

Pengumpulan data kualitatif sebelum intervensi, dilakukan dengan prosedur

wawancara terhadap subjek (ibu hamil), suami ibu hamil dan bidan yang menangani

pasien dalam subjek penelitian. Selama intervensi, pengumpulan data kualitatif

menggunakan format monitor pencapaian tujuan (format D1) pada tahap awal terapi

dalam SKL 5, 6 dan 7, dan format D2 pada tahap inti terapi dalam SKL 8, 9, 10 dan

11. Sedangkan setelah intervensi, data kualitatif diperoleh dari format umpan balik

(format E) berupa tanggapan umpan balik dari subjek terhadap proses dan hasil

intervensi konseling.

Adapun proses pengumpulan dan analisis data kuantitatif dilakukan sebelum

(42)

Muhtasor, 2013

kepompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang telah terbentuk dengan

prosedur random assigment.

Proses akhir adalah melakukan diskusi keseluruhan hasil dan interpretasi

terhadap keefektifan model konseling yang telah dikembangkan dan diujicobakan

sehingga menghasilkan model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang

akuntabel. Diskusi yang dilakukan dalam prosedur ini adalah diskusi tema dalam

konteks intervensi dan hasilnya. Hasil diskusi tersebut merupakan bahan yang

penting dalam rangka melakukan revisi dan finalisasi model sehingga terbentuk

produk akhir berupa model konseling (MKBPS) yang teruji.

Dalam mengembangkan model konseling, sebagai bahan revisi dan finalisasi

model, peneliti tidak hanya menganalisis hasil perhitungan data kuantitatif ujicoba

model akan tetapi mengakomodasi data kualitatif berupa penilaian pakar, tanggapan

dan masukan dari subjek maupun konselor pengamat. Penelitian kuantitatif

digunakan dalam pengumpulan dan analisis data berkaitan dengan tingkat dan sifat

kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga, sedangkan kualitatif digunakan

untuk mengetahui validitas rasional model hipotetik konseling berbasis penyembuhan

(43)

Muhtasor, 2013

hamil termasuk potensi spiritualitasnya serta tanggapan dan masukan terhadap proses

dan hasil konseling.

B. Variabel Penelitian

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah model

konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS), yakni intervensi konseling yang

diberikan kepada ibu hamil pertama trimester ketiga, sedangkan variabel terikat

(dependent variable) penelitian ini adalah kecemasan pada ibu hamil pertama

trimester ketiga.

Berikut dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan variabel-variabel

dalam penelitian ini secara operasional.

a. Model konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS)

Model konseling berbasis penyembuhan spiritual (MKBPS) merupakan

prosedur konseling yang dilakukan oleh konselor untuk mereduksi kecemasan pada

ibu hamil pertama trimester ketiga. Model konseling berbasis penyembuhan spiritual

adalah proses bantuan yang diberikan kepada konseli dengan cara membangkitkan

nilai kesadaran dalam diri konseli agar mampu belajar untuk menjadi sadar akan

faktor tak sadar dalam dirinya dan mampu mengubah serta mengarahkan faktor itu

(44)

Muhtasor, 2013

berdasarkan pada prinsip-prinsip penyembuhan spiritual. Fokusnya adalah dengan

cara melibatkan hubungan serta manfaat spiritualitas terhadap cara seseorang

memandang kehidupannya.

Produk akhir MKPBS memuat: (1) rasional, (2) tujuan, (3) strategi layanan,

(4) langkah-langkah implementasi model, (5) kompetensi konselor, (6) perangkat

yang digunakan, (7) evaluasi dan indikator keberhasilan, dan panduan model berupa

rincian pelaksanaan tiap sesi dilengkapi dengan satuan kegiatan layanan (SKL), alat

evaluasi serta lampiran deskripsi materi.

b. Kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga

Kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga adalah perasaan-perasaan

cemas yang dialami oleh ibu hamil pertama selama menjalani kehamilannya

ditrimester ketiga. Kecemasan tersebut diartikan sebagai perasaan yang mengeluhkan

bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tanpa sebab yang jelas ditandai oleh

perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, sedih, gugup dan khawatir disertai respon

fisiologis seperti detak jantung meningkat atau otot menegang dan respon psikologis

seperti kesulitan memusatkan perhatian.

Adapun bentuk-bentuk kecemasan dimaksud diantaranya meliputi menjadi

(45)

Muhtasor, 2013

atau was-was, merasa cemas akan kondisi janin yang masih dalam kandungan,

perubahan fisik, proses persalinan, merasa kurangnya penerimaan dari lingkungan,

percaya dengan mitos, ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya

masih tergolong wajar, sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan

perlindungannya kepada janin, berkhayal atau bermimpi tentang apabila janin akan

lahir dengan kecacatan, menjadi sangat merasa bergantung kepada pasangannya, dan

emosionalnya makin bergejolak bahkan menganggap orang lainlah yang menjadi

penyebab dari segala rasa tidak nyaman yang sedang dialami.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan dan sifat

kecemasan adalah skala pengukuran kecemasan A-State dan A-Trait adopsi dari

Spielberger (1979). Jumlah item dalam skala sebanyak 32 item, terdiri dari 16

item skala A-State dan 16 item skala A-Trait. Pernyataan yang tergolong positif

(favorable) sebanyak 22 item yakni pernyataan yang isinya mendukung tingkat

atau sifat kecemasan sebagai atribut yang hendak diukur dan pernyataan negatif

(46)

Muhtasor, 2013

positif guna mengontrol tingkat ketelitian dan keseriusan responden dalam

memberikan respons.

Skala disusun dengan empat alternatif jawaban. Pada skala A-State

menggunakan alternatif: sangat (verymuch), sedang (moderately), sedikit (somewhat),

dan tidak sama sekali (not at all). Sedangkan pada skala A-Trait menggunakan

alternatif: hampir selalu (almost always), sering (often), kadang-kadang (sometimes),

dan hampir tidak pernah (almost never).

Penilaian pernyataan favorable untuk skala kecemasan bergerak dari 4 sampai

1, yaitu: sangat (verymuch) mendapat skor 4, sedang (moderately) mendapat skor 3,

sedikit (somewhat) mendapat skor 2, tidak sama sekali (not at all) mendapat skor

1. Sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable penilaiannya bergerak

sebaliknya yaitu sangat (verymuch) mendapat skor 1, sedang (moderately) mendapat

skor 2, sedikit (somewhat), mendapat skor 3, tidak sama sekali (not at all)

mendapat skor 4.

Berdasarkan definisi operasional yang telah dikemukakan maka disusunlah

kisi-kisi instrumen pengungkap kecemasan pada ibu hamil pertama trimester ketiga

(47)

Muhtasor, 2013

Tabel 3.1

Kisi-kisi Skala Kecemasan Pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga

(48)

Muhtasor, 2013

Setelah dihasilkan skor dari tabulasi data hasil pengukuran, selanjutnya dibuat

kategorisasi berdasar model distribusi normal (Azwar: 2002) sebagai berikut.

Tabel 3.2

Standar Kategorisasi A-State Data Berdasarkan Model Distribusi Normal

Standar Kategorisasi

X ≤ -1,5 SD sangat rendah

-1,5 SD < X ≤ -0,5 SD Rendah

-0,5 SD < X ≤ +0,5 SD Sedang

+0,5 SD < X ≤ +1,5 SD Tinggi

+1,5 SD < X sangat tinggi

Perhitungan kategorisasinya adalah sebagai berikut.

Jumlah item : 16

Rentang skor : 1 – 4

Skor terendah : 16

Skor tertinggi : 64

Mean ideal : 40

Standar deviasi : 10,67

(49)

Muhtasor, 2013

Berdasarkan perhitungan di atas, maka ditetapkan kategorisasi sebagai

berikut.

Tabel 3.3

Perhitungan Terhadap Kategorisasi Tingkat Kecemasan (A-State)

Kategorisasi Perhitungan Rentang

Sangat rendah X ≤ 24 di bawah atau = 24

Rendah 24 < X ≤ 35 25 s.d 35

Sedang 35 < X ≤ 45 36 s.d 45

Tinggi 45 < X ≤ 56 46 s.d 56

Sangat tinggi 56 < X di atas 56

Selanjutnya untuk mengetahui apakah individu/subjek memiliki sifat dasar

cemas atau sifat dasar tidak cemas berdasarkan distribusi normal mengunakan

rumus:

Mean > X = tidak memiliki sifat dasar cemas

(50)

Muhtasor, 2013

Dimana mean adalah mean teoritis hasil perkalian nilai tengah pada skala instrumen

dengan jumlah butir pertanyaan ( 2,5 x 16) = 40

Selanjutnya bagi subjek yang memiliki sifat dasar cemas diberi koding 1.

Sedangkan individu yang memiliki memiliki sifat dasar tidak cemas (tidak pencemas)

diberi koding 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.4

Koding Kategorisasi Pada Sifat Kecemasan (A-Trait)

Kategorisasi Koding

Memiliki sifat dasar cemas (pencemas) 1 Tidak memiliki sifat dasar cemas (tidak pencemas) 2

Adapun pedomaan wawancara untuk mengetahui lebih mendalam berkaitan

dengan kecemasan yang dialami yakni dari beberapa ibu hamil itu sendiri, suami ibu

hamil dan bidan dapat dilihat pada tabel 3.5, 3.6 dan 3.7 berikut.

Tabel 3.5

Pedoman Wawancara Bagi Ibu Hamil

Reponden : Ibu hamil Kode : ...

Nama :

(51)

Muhtasor, 2013

Alamat : ... Agama : ... Pendidikan : ...

Gravida ke : ...

Aspek yang diungkap : kecemasan dan spiritual Hari/tanggal : ...20...

Ibu yang saya hormati,

Menurut beberapa hasil penelitian dan teori, wanita hamil pertama pada trimester ketiga merasakan berbagai perubahan yang menyebabkan kecemasan (anxiety). Kecemasan tersebut ditandai dengan ketegangan, rasa khawatir, rasa gugup, rasa sedih dan kadang ketakutan pada sesuatu yang penyebabnya tidak jelas atau bersifat subjektif. Rasa cemas berkaitan dengan kondisi tubuh, janin yang dikandungnya sampai dengan cemas membayangkan proses dan keselamatan persalinan. Kecemasannya juga ditampakkan prilaku ibu hamil menjadi lebih manja, mudah marah, tersinggung, menangis, termasuk cemburu tanpa alasan yang jelas.

Apakah anda juga demikian?.

Jika demikian, ceritakanlah hal apa saja yang anda alami berkaitan dengan hal di atas. Disamping itu, apakah saat mengalami kecemasan, anda mampu membangkitkan daya spiritual anda untuk terhubung dengan yang anda yakini memiliki kekuatan lebih (Tuhan)?.

Informasi anda sangat berguna berkaitan dengan penelitian yang sedang saya lakukan untuk mengkonstruksi sebuah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang diharapkan efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil.

Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

(52)

Muhtasor, 2013

Pedoman Wawancara Bagi Suami Ibu Hamil

Reponden : Suami Ibu hamil

Aspek yang diungkap : kecemasan dan spiritual Hari/tanggal : ...20...

Bapak yang saya hormati,

Menurut beberapa hasil penelitian dan teori, wanita hamil pertama pada trimester ketiga merasakan berbagai perubahan yang menyebabkan kecemasan (anxiety). Kecemasan tersebut ditandai dengan ketegangan, rasa khawatir, rasa gugup, rasa sedih dan kadang ketakutan pada sesuatu yang penyebabnya tidak jelas atau bersifat subjektif. Rasa cemas berkaitan dengan kondisi tubuh, janin yang dikandungnya sampai dengan cemas membayangkan proses dan keselamatan persalinan. Kecemasannya juga ditampakkan prilaku ibu hamil menjadi lebih manja, mudah marah, tersinggung, menangis, termasuk cemburu tanpa alasan yang jelas.

Apakah istri anda juga demikian?.

Jika demikian, ceritakanlah hal apa saja yang anda ketahui berkaitan dengan hal di atas. Disamping itu, apakah saat mengalami kecemasan, istri anda mampu membangkitkan daya spiritualnya untuk terhubung dengan yang diyakini memiliki kekuatan lebih (Tuhan)?.

Informasi anda sangat berguna berkaitan dengan penelitian yang sedang saya lakukan untuk mengkonstruksi sebuah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang diharapkan efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

(53)

Muhtasor, 2013

Aspek yang diungkap : kecemasan dan spiritual Hari/tanggal : ...20...

Ibu bidan yang saya hormati,

Menurut beberapa hasil penelitian, wanita hamil pertama pada trimester ketiga merasakan berbagai perubahan yang menyebabkan kecemasan (anxiety) ditandai dengan ketegangan, rasa khawatir, rasa gugup, rasa sedih dan kadang ketakutan pada sesuatu yang penyebabnya tidak jelas atau bersifat subjektif. Rasa cemas diantaranya berkaitan dengan kondisi tubuhnya, janin yang dikandungnya sampai dengan cemas membayangkan proses dan keselamatan persalinan. Kecemasannya juga ditampakkan pada prilaku ibu hamil menjadi lebih manja, mudah marah, mudah tersinggung, kadang menangis, termasuk cemburu tanpa alasan yang jelas.

Apakah pasien anda juga demikian?.

Jika demikian, jelaskan hal apa saja yang anda ketahui tentang kondisi pasien anda berkaitan dengan hal kecemasan seperti di atas. Disamping itu, saat pasien mengalami kecemasan, apakah mereka mampu membangkitkan spiritualnya yakni berusaha untuk terhubung dengan yang diyakini memiliki kekuatan lebih (Tuhan)?.

Informasi anda sangat berguna berkaitan dengan penelitian yang sedang saya lakukan untuk mengkonstruksi sebuah model konseling berbasis penyembuhan spiritual yang diharapkan efektif untuk mereduksi kecemasan pada ibu hamil. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Deskripsi Jawaban Responden:

Gambar

Gambaran di atas menunjukkan bahwa perubahan emosi pada ibu hamil
Tabel 3.1 Kisi-kisi Skala Kecemasan Pada Ibu Hamil Pertama Trimester Ketiga
Tabel 3.2   Data Berdasarkan Model Distribusi Normal
Tabel 3.3 Perhitungan Terhadap Kategorisasi Tingkat Kecemasan (
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui kapasitas daya yang dihasilkan, dilakukan pengukuran tegangan (V), arus (I) dan cos

Tujuan dalam penelitian adalah: (1) Untuk mengetahui apakah variabel atribut perilaku kepemimpinan transformasional yang terdiri dari kemampuan berempati, tindakan yang

Pemerintah Kota Balikpapan berkomitmen untuk mempertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya pelaksanaan kebijakan dan program yang

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan maka dapat di simpulkan bahwa Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang di ajarkan dengan model pembelajaran Discovery

i) Sejarah dan matlamat penubuhan Taman Laut Sultan Iskandar bagi mendapatkan gambaran sebenar latar belakang kajian kes ini. ii) Kajian ini akan mengenalpasti apakah

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk membandingkan kualitas udara parameter CO (karbon monoksida) sebelum dan seletah program CSR Dinding Asri PT

Problem Based Learning mencapai ketuntasan belajar. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang belajar menggunakan model Problem Based Learning mencapai

Pemkot Surabaya bekerjasama dengan UCLG ASPAC dalam pengembangan tata kelola kota melalui Global Public Space Programme. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa