• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK AKTIVITAS BERSEPEDA TERHADAP KEMAMPUAN SHORT TERM MEMORY DAN LONG TERM MEMORY :Studi Kasus Pada Komunitas Bike to Work Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK AKTIVITAS BERSEPEDA TERHADAP KEMAMPUAN SHORT TERM MEMORY DAN LONG TERM MEMORY :Studi Kasus Pada Komunitas Bike to Work Bandung."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

vii

1. Pengertian Aktivitas Fisik ... 27

2. Manfaat Aktivitas Fisisk ... 35

3. Bersepeda Sebagai Aktivitas Fisik ... 37

B. Hakekat Memory ... 43

1. Pengertian Memory ... 44

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memory ... 47

3. Mekanisme Memory ... 50

4. Fungsi Otak dalam Memory ... 57

C. Keterkaitan Aktivitas Fisik dengan Memory ... 64

D. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 73

B. Desain dan Langkah Penelitian ... 77

1. Desain Penelitian ... 77

2. Langkah Penelitian ... 79

C. Definisi Operasional Variabel ... 80

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 83

E. Instrumen Penelitian ... 87

F. Analisis Uji Coba Instrumen ... 90

1. Uji Validitas Instrumen ... 91

(2)

viii

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data ... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 97

1. Deskripsi Data ... 97

2. Uji Normalitas ... 101

3. Uji Homogenitas ... 107

4. Hasil Uji Beda Rata-rata Kemampuan Short Term Memory dan Kemampuan Long Term Memory antara Kelompok Bersepeda dan Kelompok Bermotor (Kontrol) ... 109

a. Hasil Uji Beda Rata-rata Short Term Memory ... 110

b. Hasil Uji Beda Rata-rata Long Term Memory ... 112

B. Pembahasan ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 122

B. Rekomendasi ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(3)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1. Nilai MET (metabolic energy turnover) dari sejumlah aktivitas fisik

Yang sering dilakukan ... 31

3.1. Hasil Uji Validitas Short Term Memory ... 91

3.2. Hasil Uji Validitas Long Term Memory ... 92

3.3. Hasil Uji Reliabilitas Short Term Memory ... 93

3.4. Hasil Uji Reliabilitas Long Term Memory ... 93

4.1. Deskripsi Data Short Term Memory ... 98

4.2. Deskripsi Data Long Term Memory ... 99

4.3. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Short Term Memory ... 103

4.4. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Long Term Memory ... 105

4.5. Hasil Uji Homogenitas Data ... 107

4.6. Hasil Uji Beda Rata-rata Kemampuan Short Term Memory antara Kelompok Bersepeda dan Kelompok Kontrol ... 110

(4)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Penurunan Daya Ingat ... 48

2.3. Modifikasi Teori V. Carl Hamacher oleh Funny M. Elita (2003) ... 56

2.4. Bagian-bagian Otak Manusia ... 60

2.5. Hubungan Olahraga dengan Daya Ingat ... 67

3.1. Desain Penelitian Casual-Comparative ... 78

3.2. Desain Penelitian Casual-Comparative Modivikasi dari Fraenkel dkk (1993) ... 79

3.3. Prosedur Penelitian... 79

4.1. Deskripsi Data Short Term Memory dalam Bentuk Diagram ... 98

4.2. Deskripsi Data Long Term Memory dalam Bentuk Diagram ... 100

4.3. Grafik Distribusi Data Kemampuan Short Term Memory ... 102

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari istilah sehat sering dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang dapat bekerja secara normal. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Kesehatan merupakan faktor yang yang sangat mendukung terhadap aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dengan tubuh yang sehat tersebut, seseorang akan dapat melaksanakan tugas yang dijalaninya baik itu bekerja ataupun kegiatan lainnya yang rutin dilakukan. Makna kesehatan sering diartikan dengan suatu keadaan dimana tubuh mampu bergerak dengan normal dan dapat melakukan setiap aktivitas dengan baik.

Untuk mendapatkan tubuh yang sehat tersebut, harus dilakukan dengan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. Melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah hal yang paling penting yang dapat membantu seseorang menjaga kesehatan dengan baik. Berikut adalah beberapa manfaat dari melakukan aktivitas fisik secara teratur (WHO, 2009 dalam http://www.who.int/):

1) Membantu orang mengendalikan berat badannya, yang pada akhirnya memungkinkan mereka untuk mempertahankan gaya hidup yang lebih baik dan tetap segar dan waspada selama terjaga.

2) Aktivitas fisik membantu mengurangi resiko penyakit jantung dan gagal jantung, karena otot-otot jantung menjadi lebih kuat.

3) Aktivitas fisik mampu mengurangi resiko diabetes tipe 2 dan kondisi lain yang terkait dengan aktivitas seperti obesitas dan apnea tidur.

4) Aktivitas fisik membantu mengurangi risiko kanker jenis tertentu.

(6)

6) Ketika seseorang aktif secara fisik, ia dapat meningkatkan kesehatan mental mereka dan juga mengendalikan suasana hati lebih stabil.

7) Membantu meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan bagi orang dewasa tua dapat memberikan kekuatan yang lebih banyak membantu untuk mencegah terjadinya jatuh.

8) Secara keseluruhan, aktivitas fisik membantu kesempatan untuk lebih lama hidup (panjang umur).

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur, akan sangat membantu untuk memelihara kesehatan setiap orang dan hal ini berlaku bagi berbagai usia baik itu anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini terutama bagi usia dewasa yang disibukan dengan rutinitas bekerja mengalami kekurangan aktivitas fisik yang dikarenakan oleh rutinitas pekerjaannya. Sehingga akan mengakibatkan cepat lelahnya fisik dan tidak menutup kemungkinan memory atau ingatan juga akan cepat mengalami kelelahan. Ada beberapa asumsi bahwa kalau tidak diimbangi dengan beraktivitas fisik kemampuan kognitif akan mengalami penurunan, begitupun sebaliknya. Beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa dengan melakukan aktivitas fisik akan berdampak terhadap kemampuan fungsi kognitif, diantaranya yaitu: 1. Zervas & Stambulova (dalam Auweele, et.al., 1999:149). Memberikan asumsi

(7)

2. Gage, F.H., Van Praag, H., & Kempermann (1999). Dalam penelitiannya mereka merekrut 11 orang dewasa yang sehat dan meminta mereka melakukan olahraga seperti aerobik selama tiga bulan secara rutin. Mereka melakukan pengukuran menggunakan MRI pada otak responden sebelum dan sesudah olagraga. Mereka juga mengukur kebugaran responden dengan volume oksigen sebelum dan sesudah olahraga. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa olahraga melancarkan aliran darah ke dentate gyrus pada manusia, dan makin sehat seseorang makin banyak aliran darah yang terdeteksi MRI. Terdapat kesamaan luar biasa antara perubahan volume darah otak yang dihasilkan oleh olahraga dalam pembentukan hippocampus pada tikus dan manusia menunjukan bahwa dampak tersebut memiliki mekanisme serupa. Olahraga dapat mengakibatkan pengembangan sel baru otak pada tikus di daerah dentate gyrus, mereka melacak volume darah pada otak setelah berolahraga. dan hal ini memberi manfaat untuk meningkatkan daya ingat dan meminimalkan kehilangan daya ingat normal.

(8)

bila di minta. Selain pertumbuhan sel baru yang banyak, dampak lain adalah akan tumbuh dan berkembang sejenis protein diotak yang lajim dinamakan Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF). Fungsi dari BDNF itu sendiri

adalah untuk membangun dan memelihara sel yang terdapat di otak bagian Hippocampus, yaitu bagian otak yang berhubungan dengan kemampuan otak untuk menerima dan menyimpan informasi yang didapat, dengan kata lain Hippocampus ini berhubungan dengan kwalitas kerja memory otak. Dengan banyaknya BDNF di hippocampus, maka kemampuan memory otak akan semakin baik dan tahan lama.

4. Laurin, dkk (2001). Dalam penelitiannya mengenai aktivitas fisik dan risiko penurunan kognitif dan demensia manusia lansia, menyimpulkan bahwa aktivitas fisik yang teratur bisa merupakan suatu faktor pelindung penting dan ampuh untuk penurunan kognitif dan demensia pada orang tua.

(9)

4-I), dan hasil kami menunjukkan bahwa rendahnya tingkat latihan fisik sudah menjadi faktor risiko dalam usia pertengahan. Cairan kecerdasan dipandang hakekatnya terkait dengan proses informasi dan melibatkan memori jangka pendek, berpikir abstrak, kreativitas, kemampuan untuk memecahkan masalah, dan waktu reaksi. Hasil penelitian kami tentang aktivitas fisik dan fungsi kognitif yaitu menunjukkan efek perlindungan dari aktivitas fisik pada penurunan kognitif dan demensia kalangan orang tua. Aktivitas fisik telah terbukti untuk mempertahankan aliran darah otak, dan meningkatkan kapasitas aerobik dan pasokan nutrisi otak. Aktivitas fisik juga diyakini untuk memfasilitasi metabolisme neurotransmitter.

(10)

Dari hasil-hasil penelitian di atas, jelaslah aktivitas fisik dapat mempengaruhi kinerja memory. Sebaliknya apabila kurang gerak dalam hal ini tidak melakukan aktivitas fisik akibat gaya hidup tidak sehat, akan menyebabkan demensia. Permanasari (Kompas, Sabtu 10 April 2010), mengemukakan bahwa penurunan daya ingat disebabkan banyak faktor, antara lain gangguan organik di otak, tekanan psikologis, dan gangguan lain (gula dan oksigen). Kerusakan fungsi memori organik disebabkan antara lain, adanya penyakit di otak akibat stroke, infeksi, tumor, dan degeneratif (penurunan kondisi) sehingga ada kerusakan di otak. Akibatnya, fungsi otak terganggu terutama ingatan. Umumnya yang pertama kali terganggu ialah ingatan jangka pendek. Gangguan fungsi kognitif ini disebut dengan demensia. Demensia merupakan gangguan fungsi kognitif menyeluruh otak yang ditandai antara lain dengan gangguan fungsi memory. Biasanya diawali dengan memori jangka pendek lalu diikuti ingatan jangka menengah dan panjang. Penyakit demensia ini dipicu oleh gaya hidup tidak sehat.

Selanjutnya mengenai Demensia atau sering disebut dengan alzheimer, Kensinger & Corkin (2003) dalam Sternberg yang dialih bahasakan oleh Santoso (2008:174) mengemukakan bahwa:

(11)

Lebih lanjut Kensinger & Corkin (2003) dalam Sternberg yang dialih bahasakan oleh Santoso (2008:175) menjelaskan bahwa:

Salah satu jenis dimensia adalah penyakit Alzhheimer disebut Alzheimer genetik, atau Alzheimer dini. Jenis ini berkaitan erat dengan mutasi genetik. Individu dengan mutasi genetik selalu mengembangkan penyakit ini setiap saat. Oleh karena itu, simtom Alzheimer bisa muncul lebih dini, bahkan sebelum usia 50 tahun, dan terkadang lebih muda lagi, sekitar 20 tahunan.

Dari beberapa penelitian dan pendapat di atas, dapat diangkat suatu permasalahan bahwa tingginya tuntutan kerja yang memerlukan kondisi tubuh yang baik harus ditunjang dengan gaya hidup sehat yaitu dengan melakukan aktivitas fisik salah satunya dengan bersepeda. Permasalahan ini diangkat karena belum adanya data empirik mengenai penelitian yang ditujukan kepada orang-orang sudah bekerja, yang memerlukan tuntutan kerja memori terutama pada usia produktif antara umur 20 sampai 35 tahun.

Tetapi pada kenyataannya sekarang dengan adanya kemajuan teknologi yang begitu pesat, aktivitas fisik justru sering diabaikan. Setiap orang lebih memilih berrekreasi dibandingkan dengan melakukan olahraga. Mereka lebih memilih menggunakan kendaraan dari pada harus berjalan kaki (hiking) atau menggunakan sepeda sebagai media perjalanannya.

(12)

sebagai sarana transportasi alternatif pilihannya. Dari sekedar alat olahraga dan rekreasi, sepeda lalu dicitrakan kembali sebagai alat transportasi sehari-hari, terutama bekerja. Belakangan ini muncul komunitas Bike to Work yang disingkat b2w, yang menaikkan popularitas sepeda sebagai kendaraan pengganti kendaraan bermotor untuk pergi ke kantor. Dengan adanya solusi sederhana ini akan mampu menjawab permasalahan kemacetan. Sehingga lingkungan hidup bersih yang bebas polusi dan bisa menciptakan masyarakat lebih sehat dan bugar. Komunitas bike to work terbentuk dari sekelompok penggemar kegiatan sepeda yang punya semangat terciptanya akan mimpi dan harapan lingkungan udara yang bersih di daerah perkotaan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Lusiana (Kompas 29 Maret 2009:17) bahwa “Ketika jalanan semakin disesaki kendaraan bermotor, sepeda kini mulai dilirik orang. Hemat energi, anti macet dan tidak mencemari udara. Cukup bermodal dengkul, kendaraan ini bisa mengantar kemana-mana.”

Dengan penggunaan sepeda tersebut, beberapa masalah yang dihadapi bisa terminimalisir dengan baik, seperti kemacetan, hemat BBM, dan polusi udara bisa dicegah, sehingga akan mengurangi dampak global warming.

(13)

meningkat 20-30 persen untuk seluruh Indonesia. Sementara untuk pasar Jakarta, ada peningkatan penjualan sebanyak 40 persen.”

Dari data tersebut, pada saat sekarang ini perkembangan jumlah pengguna sepeda ke kantor meningkat dengan cepat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Toto berdasarkan sumber dari Kompas (31 Agustus 2009) antara lain:

Jumlah pesepeda ke kantor pada tahun 2004 masih 150-an, tahun 2005 naik menjadi 700 orang, tahun 2006 mencapai 2000 orang, dan pada tahun 2008 naik menjadi 11000-an diseluruh Indonesia. Dengan jumlah orang yang naik sepeda di Jabodetabek mencapai 5000-an.

Dengan demikian, pengguna sepeda pada saat sekarang bukan hanya dipakai untuk sekedar berrekreasi saja. Tetapi dipakai untuk alat transfortasi dalam bekerja.

(14)

berfungsi meyimpan memori dalam waktu panjang dan meminimalkan terjadinya gegar otak.

Sistem memori manusia mempunyai dua bentuk, yaitu short term memory dan long term memori. Short-term memory mempunyai peran sebagai tempat penyimpanan memori-memori yang sifatnya hanya sementara atau dengan kata lain yaitu informasi dapat diingat setelah beberapa menit memperhatikan dan menghafalnya. Misalnya memutar nomor telpon sambil menghafalnya, ini dapat bertahan dalam beberapa menit sampai beberapa jam saja. Ini tidak lain karena memori semacam ini memang tersimpan dalam memori jangka pendek, bagian yang harus selalu di update supaya terus bisa terpakai untuk menampung memori-memori yang lain. Sedangkan Long-term memory, merupakan bagian otak manusia yang punya tugas menyimpan ingatan untuk jangka waktu yang panjang. Misalnya saja ingatan kita tentang rute jalan yang dilalui akan bekerja. Karena sudah sering dilalui dan kita terbiasa melakukannya, maka tentunya ingatan tersebut tersimpan dalam long term memory sehingga bisa mengingatnya. Long term memory digambarkan sebagai tempat penyimpanan yang relatif permanen.

(15)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian yang dianggap penting untuk diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan short term memory antara yang melakukan aktivitas bersepeda dengan yang berkendaraan bermotor (kontrol)?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan long term memory antara yang melakukan aktivitas bersepeda dengan yang berkendaraan bermotor (kontrol)?

C. Tujuan Penelitian

Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum.

Diharapkan dalam penelitian ini dapat mendeskripsikan dampak aktivitas bersepeda terhadap kemampuan short term memory dan long term memory. 2. Tujuan khusus.

(16)

2.2Ingin mengetahui perbedaan kemampuan long term memory antara yang melakukan aktivitas bersepeda dengan yang berkendaraan bermotor (kontrol).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat dijadikan bahan masukan yang berarti serta menjadi suatu informasi mengenai gaya hidup bersepeda pengaruhnya bagi kesehatan khususnya kemampuan mengingat atau memory.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan kualitas hidup sehat dengan mengubah gaya hidup melalui aktivitas bersepeda.

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksanaan penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.

E. Anggapan Dasar

(17)

Adapun anggapan dasar yang dipakai sebagai titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini adalah makin terpuruknya gaya hidup yang dilakukan di daerah perkotaan maka akan mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap kesehatan. Apalagi bagi orang yang sibuk dengan rutinitas pekerjaannya, seringkali tidak memperhatikan untuk melakukan aktivitas fisik. Sehingga sering terjadi kelelahan dalam melakukan aktivitas pekerjaannya, baik itu lelah fisik maupun lelah pikiran. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut yaitu beraktivitas fisik saat pergi bekerja yaitu dengan bersepeda. Aktivitas fisik yang intensitasnya sedang seperti bersepeda akan meningkatkan derajat sehat seseorang dan tentunya akan berdampak terhadap kemampuan memory. Makin seringnya melakukan aktivitas fisik makin baik juga kesehatan dan kemampuan memorynya.

Banyak hasil penelitian yang menegaskan bahwa efek dari olahraga adalah selain untuk kesehatan tubuh juga sangat membantu meningkatkan kinerja memory seseorang.

1. Holmann, dkk. (Tieneke, 2008; Meningkatkan kecerdasan anak dengan olahraga) dalam penelitiannya mengungkapkan, bahwa para pemuda (mahasiswa) yang melakukan olahraga bersepeda diketahui memiliki aliran darah kebagian otak meningkat 30%. Semakin bertambahnya aliran darah di dalam otak maka akan memicu otak untuk mengeluarkan sejumlah protein, diantaranya sejenis protein yang tumbuh di otak yang lajim dinamakan Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) yang menyebabkan tumbuhnya sel-sel

(18)

dalam waktu panjang dan meminimalkan terjadinya gegar otak. Dengan adanya pertumbuhan BDNF ini para mahasiswa yang bersepeda relative lebih cepat dan bagus dalam menyelesaikan tes ujiannya dibanding dengan mahasiswa yang tidak bersepeda.

2. Kana Endo,et.al. (1998) menyatakan bahwa aktivitas yang dilakukan dengan intensitas sedang selama 15 menit, namun bukan lima menit, mampu meningkatkan fungsi kognitif otak.

(19)

Tim riset mencatat 65 persen remaja mengatakan bersepeda atau berjalan ke sekolah.

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas fisik (dalam hal ini bersepeda) selain meningkatkan derajat sehat juga mampu meningkatkan integritas fungsi otak, terjadinya peningkatan dalam synaptogenesis dan neuronal arsitektur, meningkatkan neurogenesis dan pertumbuhan sel-sel otak baru, meningkatkan tingkat elastisitas sel syaraf di otak, dan membuat aliran darah dan oksigen ke otak menjadi lancar, sehingga akan membantu kinerja memory.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dalam sebuah penelitian. Mengenai pengertian hipotesis itu sendiri Arikunto (2002:64) mengemukakan bahwa “dari arti katanya hipotesis memang berasal dari dua penggalan kata, “hypo” yang artinya dibawah dan “thesa” yang artinya kebenaran”. Lebih lanjut Arikunto (2002:64) menjelaskan bahwa “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

(20)

Sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan short term memory antara yang melakukan aktivitas bersepeda dengan yang berkendaraan bermotor (kontrol).

2. Terdapat perbedaan kemampuan long term memory antara yang melakukan aktivitas bersepeda dengan yang berkendaraan bermotor (kontrol).

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena dalam menggunakan metoda penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

(21)

dikumpulkan telah selesai berlangsung. Adapun Sukardi (2003:174) menjelaskan bahwa “penelitian ex-post facto merupakan penelitian di mana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat.” Ciri utama dalam penelitian ex post facto dapat dijelaskan oleh Nasir (1999:73) sebagai berikut “Sifat penelitian ex post facto, yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.” Hal ini lebih lanjut diterangkan pula oleh Arikunto (2002:237) yaitu, “Pada penelitian ini, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil.” Sukardi (2003:165) mengemukakan hal yang sama bahwa “…..karena sesuai dengan arti ex post facto, yaitu ‘dari apa dikerjakan setelah kenyataan’, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian.”

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan treatment atau perlakuannya telah terjadi. Dengan mengacu pada beberapa penjelasan di atas, maka metode penelitian ex post facto dirasa tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

1. Desain Penelitian

(22)

particular variabel of interest and comparing them on another variabel or

variabel s.” Desain kausal komparatif pada dasarnya melibatkan pemilihan dua

kelompok penelitian yang berbeda dan membandingkannya dalam satu variabel atau beberapa variabel yang akan diteliti.

2. Populasi dan Sampel

Untuk memperoleh hasil dari sebuah penelitian tentunya diperlukan sumber data untuk dijadikan objek dari penelitian yang dilakukan. Sumber dari penelitian tersebut bisa dari orang, binatang atau pun benda sesuai dari tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut.

Adapun mengenai objek yang hendak diteliti adalah dinamakan dengan populasi dan sampel penelitian. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:115). Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:117).

Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi yaitu anggota pekerja bersepeda (bike to work) Bandung yang aktif berjumlah 128 orang, dan dirasa cocok dengan tujuan yang hendak penulis capai. Jumlah ini didapat setelah penulis melakukan observasi langsung melalui pendataan dan wawancara langsung dengan pengurus komunitas pekerja bersepeda (bike to work) Bandung.

Agar penelitian ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan, penulis membuat suatu kriteria khusus untuk menentukan orang-orang yang akan dijadikan sampel, yaitu antara lain:

(23)

b. Harus menggunakan sepeda sebagai aktivitas keseharian atau pergi bekerja dan dilakukan sudah satu tahun atau lebih.

c. Menggunakan sepeda lebih dari 3 atau 5 kali dalam seminggu.

d. Jarak yang ditempuh dalam beraktivitas sepedanya lebih dari 5 km dalam sehari.

e. Serta anggota aktif dalam setiap event yang diadakan oleh komunitas Bike to Work.

Sesuai dengan kriteria di atas, penentuan jumlah sampel yang diambil dirasa sesuai dengan persyaratan atau karakteristik penelitian yang penulis lakukan dan dapat mewakili populasi.

Sedangkan untuk pembandingnya penulis menggunakan kelompok kontrol (memakai kendaraan bermotor) yang penentuan kriterianya sama dengan sampel yang diteliti, yaitu:

a. Usia 20 tahun sampai 35 tahun, atau usia produktif bekerja.

b. Menggunakan sepeda bermotor sebagai aktivitas atau pergi bekerjanya. c. Dilakukan sudah satu tahun atau lebih.

Jumlah dari kelompok kontrol yang penulis ambil sama dengan jumlah sampel yang diteliti.

3. Definisi Operasional Variabel

(24)

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Variabel-variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang bisa menyebabkan perubahan (mempengaruhi) terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikat itu sendiri adalah variabel yang menjadi akibat (dipengaruhi) karena adanya variabel bebas.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah aktivitas bersepeda dan yang menjadi kelompok kontrol yaitu aktivitas yang menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan short term memory dan long term memory.

Secara rinci dapat diidentifikasikan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah aktivitas bersepeda, dalam hal ini penulis beranggapan bahwa aktivitas bersepeda merupakan salah satu contoh aktivitas fisik. Pengertian aktivitas fisik menurut Caspersen dkk (1985:126), dalam Public Health Report yaitu “physical activity is defined as any bodily movement produced by skeletal muscle that result in energy

expenditure. They energy expenditure can be measured in kilocalories.”

(25)

membutuhkan pengeluaran energi di atas level istirahat. Pengeluaran energi tersebut dapat diukur dalam jumlah kilokalori.

Aktivitas fisik yang dimaksud di sini tentunya bertujuan untuk pemeliharaan kesehatan fisik, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.

Beranjak dari pengertian aktivitas fisik tersebut, penulis menganggap aktivitas bersepeda dapat mewakili kegiatan fisik yang dimaksud. Aktivitas bersepeda adalah salah satu aktivitas fisik yang kegiatannya memanfaatkan sarana alat berupa sepeda dan proses pelaksanaannya mempergunakan energi secara aerobik yang bertujuan untuk pemeliharan kesehatan fisik, mental, dan kualitas hidup.

b. Varibel terikat

Pada penelitian ini, yang menjadi variabel terikatnya adalah short term memory dan long term memory. Memory adalah kemampuan psikis untuk menerima, mencamkan, menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan / peristiwa yang pernah dialami seseorang. Seperti halnya pendapat Walgito (2004:145) mengemukakan bahwa “ingatan (memory) merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal telah lampau”. Short terms memory (memori jangka pendek) adalah salah satu proses

(26)

diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek. Memori jangka panjang disebut juga sebagai gudang atau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas.

4. Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat atau metode untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat ukur dalam sebuah penelitian juga dapat dikatakan dengan instrumen penelitian.

Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian, Nurhasan (2000:2) mengemukakan bahwa “Dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur, dengan alat ini kita akan mendapat data yang merupakan hasil pengukuran”. Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, peneliti harus mengikuti prosedur-prosedur dalam pelaksanaan tes, dan demi kelancaran pelaksanaan tes perlu diperhatikan beberapa hal yang diduga sebagai indikator kelancaran tersebut.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan data dari kemampuan short terms memory, digunakan

alat tes yaitu Letter Test. Alat tes ini diadopsi dari G.A. Miller (1956) penelitian yang berjudul “The Magical Number 7+2” yang meneliti tentang kemampuan short terms memory seseorang.

(27)

1) Sampel diperlihatkan huruf atau angka yang telah disusun (namun tidak mengandung arti) secara bertahap. Dimulai dari dua digit huruf hingga 12 digit huruf selama 10 detik untuk masing-masing tahap/level.

2) Setelah dilperlihatkan huruf selama 10 detik, sampel kemudian diminta menuliskan kembali huruf tersebut dan dilakukan secara bertahap sampai level terakhir.

3) Tingkat kemampuan short terms memory sampel ditentukan oleh hasil komulatif skor tiap tahap/level.

b. Untuk mendapatkan data kemampuan long term memory, digunakan test mengingat kata atau disebut Word Test. Alat tes ini diadopsi dari penelitian G.A. Miller (1956) dalam penelitian yang sama yang berjudul “The Magical 7+2”.

Adapun untuk langkah-langkah pengambilan tes adalah sebagai berikut: 1) Sampel diperlihatkan 15 kata (tidak saling berhubungan), untuk

dihapalkan selama 1,5 menit.

2) Setelah 1,5 menit berlalu, sampel dituntut untuk menuliskan kembali kata-kata yang diperlihatkan tadi.

3) Jumlah kata-kata yang mampu ditulis secara benar, menggambarkan kemampuan long terms memory dari sampel tersebut.

5. Prosedur Penelitian

(28)

sampling, sampel yang diteliti terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok

bersepeda dan kelompok sepeda motor (kontrol) sebagai pembanding, setelah itu dilakukan pengambilan data melalui tes short term memory dan long term memory, data hasil tes memori tersebut kemudian dianalisis dan pada akhirnya

diambil sebuah kesimpulan. 6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 17. Tahapan analisis statistik untuk

membandingkan short term memory dan long term memory antara kelompok aktivitas bersepeda dengan kelompok kendaraan bermotor (kontrol). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilaksanakan dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi mengenai distribusi kenormalan data. Selain itu, uji normalitas data juga akan menentukan langkah yang harus ditempuh selanjutnya, yaitu analisis statistik apa yang harus digunakan, apakah statistik parametrik atau non-parametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS Serie 17.

Uji normalitas dari output yang dihasilkan program SPSS 17 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu kolmogorov smirnov, Shapiro-wilk, QQ Plots, Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.S Level Plot. Ke lima uji analisis ini

(29)

untuk jumlah sampel sama atau di bawah 30 orang termasuk pada kategori kelompok sampel kecil, maka pengujian dengan kolmogorov smirnov sangat relevan. Dengan pengujian kolmogorov smirnov, untuk jumlah sampel sama atau di bawah 30 orang memiliki derajat yang tinggi.

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Karena syarat dari uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen.

Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS Serie 17 adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dari descriptive explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan

homogenitas data. Untuk uji homogenitas data mengacu pada penghitungan Lavene Statistik hasil output dari SPSS.

c. Uji Hipotesis

(30)

apakah ada perbedaan kemampuan short term dan long term memory antara yang melakukan aktivitas fisik bersepeda yang menggunakan sepeda motor.

Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok sampel, digunakan analisis dengan independent sampel t-test. Output yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh uji-t (uji beda rata-rata).

H. Lokasi Penelitian

Untuk penentuan lokasi penelitian penulis lakukan dengan membagi ke dalam dua tempat yaitu sebagai berikut:

1. Untuk sampel penelitian bertempat di Taman Cikapayang Dago Bandung (Tempat Komunitas Bike to Work Bandung berkumpul) yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda Dago Bandung.

(31)

73 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Di dalam sebuah penelitian memerlukan metode yang digunakan untuk pemecahan masalah. Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Metoda penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh peneliti dalam rangka memperoleh data yang dipergunakan sesuai dengan permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, merumuskan masalah yang diteliti serta menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian sangat menentukan terhadap metode penelitian yang digunakan.

Ada beberapa metode penelitian yang sering digunakan diantaranya yaitu metode penelitian eksperimen, ex-post facto atau sering disebut dengan kausal komparatif, dan korelasi. Dari ketiga metode tersebut ada persamaan dan perbedaannya, seperti yang dikemukakan oleh Suherman (2002:15-16) yaitu sebagai barikut:

Persamaan dan perbedaan kausal komparatif dengan korelasional: Persamaannya yaitu;

- penelitian kausal komparatif dan korelasional merupakan contoh dari penelitian asosiasi yaitu ingin mengetahui keterkaitan di antara variabel penelitian

(32)

- kedua penelitian ini sama-sama tidak ada manipulasi variabel Perbedaannya yaitu;

- penelitian kausal komparatif membandingkan dua atau lebih kelompok subjek sementara itu penelitian korelasi memerlukan skor pada masing-masing variabel dari setiap subjek

- penelitian korelasi meneliti dua atau lebih variabel kuantitatif, sedangkan penelitian kausal komparatif melibatkan paling tidak satu variabel kategori (anggota kelompok)

- penelitian korelasi menganalisis data dengan menggunakan scaterplot atau koefisien korelasi, sedangkan kausal komparatif menganalisis data dengan membandingkan rata-rata atau tabel crossbreack

Persamaan dan perbedaan kausal komparatif dengan eksperimen: Persamaannya yaitu;

- kedua penelitian ini memerlukan paling tidak satu variabel kategori (anggota kelompok)

- kedua penelitian ini membandingkan penampilan kelompok (skor rata-rata) untuk menentukan hubungan atau keterkaitan

- kedua penelitian ini umumnya membandingkan kelompok subjek yang berbeda

perbedaannya yaitu;

- variabel independen dalam penelitian eksperimen dimanipulasi, sedangkan dalam penelitian kausal komparatif tidak dimanipulasi

- penelitian kausal komparatif menyediakan bukti empirik yang lebih lemah untuk menyatakan hubungan sebab akibat daripada penelitian eksperimen

- dalam penelitian eksperimen peneliti punya kewenangan untuk menentukan kelompok sampel pada treatmen, dalam kausal komparatif kelompok sampel sudah terbentuk peneliti hanya menginventarisirnya - dalam penelitian eksperimen peneliti lebih bisa fleksibel dalam

memformulasi struktur desain dan treatmen, sementara pada penelitian kausal komparatif tidak

(33)

Dalam penelitian ini metode yang paling cocok dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu menggunakan metode penelitian ex post facto. Metode yang digunakan ini lebih mentitik beratkan pada penelitian komparatif. Mengenai hal ini, Nasir (1999:68) menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat,

dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau pun munculnya suatu fenomena tertentu.” Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Sukardi (2003:174) menjelaskan bahwa “penelitian ex-post facto merupakan penelitian, di mana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat.” Selanjutnya ciri utama dalam penelitian ex post facto dapat dijelaskan oleh Nasir (1999:73) sebagai berikut “Sifat penelitian

ex post facto, yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak

mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.” Lebih lanjut mengenai penelitian ex post facto, Arikunto (2002:237) mengemukakan bahwa “Pada penelitian ini, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil.” Hal yang sama diungkapkan oleh Sukardi (2003:165) bahwa “…..karena sesuai dengan arti ex-postfacto, yaitu ‘dari apa dikerjakan setelah kenyataan’, maka penelitian ini

(34)

Sedangkan Suherman (2002:11) mengemukakan bahwa:

Penelitian kausal komparatif memungkinkan seseorang meneliti hubungan kausal di antara variabel-variabel yang tidak bisa dimanipulasi seperti dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian kausal komparatif, dua kelompok yang berbeda pada variabel terterntu dibandingkan dengan variabel lain.

Metode penelitian ex post facto dapat dikatakan juga dengan istilah metode penelitian Causal-Comparative, metode ini merupakan suatu penelitian yang mengamati dan melihat suatu masalah secara mendalam ke dalam situasi hidup, dengan cara membandingkan dua situasi kelompok yang berbeda.

Selanjutnya Sukhia, Metrota, P.V. dan Metrota, R.N. (1966) dalam Mulyana (2010:97) mengatakan:

This method is based on mill `s canon of agreement and disagreement which states that causes of a given observed effect may be ascertained by noting elements which are invariable present when the result is present and which is invariably absent when the result is absent”.

Pernyataan diatas dapat diartikan bahwa metode kausal komparatif berdasarkan pada aturan-aturan dari suatu perjanjian dan perbedaan paham dalam suatu keadaan, di mana menyebabkan suatu efek yang diamati diberikan mungkin dengan penambahan dengan cara mencatat unsur-unsur yang diperoleh ketika hasilnya tidak berubah-ubah serta tanpa alternatif kosong walau yang diraih hasilnya kosong/tidak tampak.

(35)

1. Kelemahan :

a) Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.

b) Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi anatar berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkannya sangat kompleks.

c) Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh suatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.

d) Apabila saling hubungan antara dua variabel telah ditemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.

e) Kenyataan bahwa dua atau lebih faktor saling berhubungan, tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat.

f) Menggolongkan subjek-subjek kedalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap.

g) Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol.

2. Keunggulan :

a) Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secra langsung.

b) Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.

c) Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan.

B. Desain dan Langkah Penelitian 1. Desain Penelitian

(36)

particular variable of interest and comparing them on another variable or

variables.” Desain ini pada dasarnya melibatkan pemilihan dua kelompok

penelitian yang berbeda dan membandingkannya dalam satu variabel atau beberapa variabel yang akan diteliti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1

Desain Penelitian Causal-Comparative (Sumber: Fraenkel etc, 1993:321)

Untuk sampel yang akan diteliti, penulis membagi menjadi dua kelompok yakni satu kelompok yang seolah-olah diberikan perlakuan dan satu kelompok tidak diberi perlakuan yang berfungsi sebagai kelompok kontrol atau pembanding. Dalam hal ini, penulis mengambil kelompok kontrolnya adalah kelompok yang menggunakan transportasi sepeda motor dalam kesehariannya. Maka untuk lebih memudahkan penelitian, desain penelitiannya dapat dilihat pada gambar berikut:

Independent Dependent Group variable variable

I C1 O (Group possesses (Measurement) characteristic I)

II C2 O

(37)

Gambar 3.2

Desain Penelitian Causal-Comparative modifikasi dari Fraenkel dkk (1993)

2. Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar halaman berikutnya:

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian

X

1

O

X

2

O

Keterangan:

X1 : Pengguna Sepeda

X2 : Pengguna Sepeda Motor

O : Short Term dan Long Term Memory

Pengambilan Data: Tes Short Term Memory dan Long Term Memory

Prosedur Pengolahan Data (Analsis Statistik)

Kesimpulan

Populasi

Kelompok Bersepeda

Sampel

(38)

C. Definisi Operasional Variabel

Salah satu konsep dalam penelitian adalah variabel. Menurut Sugiyono (2008:60) mengemukakan bahwa “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” Selanjutnya Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2008:61) menyatakan bahwa, “variabel adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.” Dengan kata lain, variabel adalah berbagai sifat atau sesuatu yang hendak diteliti atau dipelajari oleh peneliti yang ada pada suatu objek, baik itu orang, binatang atau objek lainnya yang memiliki sifat tertentu yang dapat diteliti dan dipelajari. Selanjutnya Kidder (1981) dalam Sugiyono (2008:61) menyatakan bahwa, “variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulannya.”

Demi kelancaran dan terkendalinya pelaksanaan penelitian, maka penulis perlu membatasi penelitian ini agar lebih terarah dan tidak terjadi salah penafsiran, dan selanjutnya menetapkan variabel-variabel yang akan diteliti. Karena bila hal ini tidak dilakukan, dikhawatirkan akan menyebabkan kekeliruan dan dapat mengaburkan atau menjadi bias definisi yang sesungguhnya.

(39)

Sugiyono (2008:61) menyatakan bahwa, “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.”

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah aktivitas bersepeda dan yang menjadi kelompok kontrol yaitu aktivitas yang menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan yang menjadi variabel terikat pada penelitian ini adalah short term memory dan long term memory.

Secara rinci dapat diidentifikasikan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah aktivitas bersepeda, dalam hal ini penulis beranggapan bahwa aktivitas bersepeda merupakan salah satu contoh aktivitas fisik. Pengertian aktivitas fisik menurut Caspersen dkk (1985:126), dalam Public Health Report yaitu “physical activity is defined as any bodily movement produced by skeletal muscle that result in energy

expenditure. They energy expenditure can be measured in kilocalories.”

Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa aktivitas fisik adalah gerakan fisik apapun yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan atau membutuhkan pengeluaran energi di atas level istirahat. Pengeluaran energi tersebut dapat diukur dalam jumlah kilokalori.

(40)

Beranjak dari pengertian aktivitas fisik tersebut, penulis menganggap aktivitas bersepeda dapat mewakili kegiatan fisik yang dimaksud. Aktivitas bersepeda adalah salah satu aktivitas fisik yang kegiatannya memanfaatkan sarana alat berupa sepeda dan proses pelaksanaannya mempergunakan energi secara aerobik yang bertujuan untuk pemeliharan kesehatan fisik, mental, dan kualitas hidup.

2. Varibel terikat

(41)

Mengenai Short terms memory (memori jangka pendek), Richardson-Klavehn&Bjork (2003) dalam Sternberg (2008:151) mengemukakan bahwa “tempat penyimpanan informasi untuk waktu yang singkat disebut memori jangka pendek”. Dengan demikian, Short terms memory adalah salah satu proses penyimpanan informasi yang bersifat sementara dan hanya mampu mengingat lima sampai sembilan bit informasi serta informasi yang disimpan berisi informasi yang terpilih dari memori sensori. Sedangkan mengenai Long term memory (memori jangka panjang), Richardson-Klavehn&Bjork (2003) dalam Sternberg (2008:151) mengemukakan bahwa “tempat menyimpan informasi untuk waktu yang sangat lama disebut memori jangka panjang, sebuah kapasitas memori yang sangat besar dalam kemampuannya menyimpan berbagai informasi pengalaman untuk periode yang sangat panjang, bahkan mungkin untuk waktu yang tak terbatas”. Dengan demikian, Long term memory diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek. Memori jangka panjang disebut juga sebagai gudang atau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

(42)

Dalam sebuah penelitian, diperlukan sekali sumber data yaitu subyek yang dijadikan penelitian. Subyek yang dijadikan sumber data tersebut tersebut dinamakan dengan populasi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Lutan (2001:53) bahwa “Populasi adalah sekelompok subyek yang diperlukan oleh peneliti, yaitu selompok di mana peneliti ingin menggeneralisasikan temuan penelitiannya”. Maksud dari menggeneralisasikan yaitu mengangkat kesimpulan penelitian yang berlaku bagi populasi yang diteliti. Selanjutnya Lutan (2001:53) menjelaskan bahwa “Populasi selalu merupakan seluruh individu yang mempunyai karakteristik tertentu (satu set karakteristik). Dalam penelitian pendidikan dan olahraga, populasi selalu merupakan sekelompok orang-orang (siswa, guru, atau individu lain) yang mempunyai karakteristik tertentu”.

Adapun mengenai objek yang hendak diteliti adalah dinamakan dengan populasi dan sampel penelitian. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:115). Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:117).

Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi yaitu anggota pekerja bersepeda (bike to work) Bandung yang aktif berjumlah 128 orang, dan dirasa cocok dengan tujuan yang hendak penulis capai. Jumlah ini didapat setelah penulis melakukan observasi langsung melalui pendataan dan wawancara langsung dengan pengurus komunitas pekerja bersepeda (bike to work) Bandung.

(43)

mengemukakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dengan kata lain sampel harus representatif dalam arti segala karakteristik populasi tercermin pula dalam sampel yang diambil.

Untuk teknik pengambilan dan pemilihan sampel, Syaodih (2008) menjelaskan bahwa salah satu cara pengambilan sampel adalah harus representatif, sampel yang diambil diharapkan dapat mewakili populasi, semakin besar sampel yang diambil mendekati populasi maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan sebaliknya bila terlalu sedikit sampel menjauh populasi, maka semakin besar kesalahan generalisasi. (Mulyana, 2010:100-101).

Agar penelitian ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan, penulis membuat suatu kriteria khusus untuk menentukan orang-orang yang akan dijadikan sampel, yaitu antara lain:

1. Usia 20 tahun sampai 35 tahun, atau usia produktif bekerja (sesuai klafikasi yang akan diteliti).

2. Harus menggunakan sepeda sebagai aktivitas kesehariannya atau bekerja sudah satu tahun atau lebih.

3. Menggunakan sepeda lebih dari 3 atau 5 kali dalam seminggu.

4. Jarak yang ditempuh dalam beraktivitas sepedanya lebih dari 5 km dalam sehari.

(44)

Berdasarkan hasil pengkatogorian menurut kriteria di atas, maka teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling. Hal ini dikarenakan sampel yang diambil dilakukan dengan

karakteristik yang ditentukan oleh penulis sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan diteliti.

Dalam penentuan jumlah sampel ini, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukan Fraenkel (1993:104) menegaskan bahwa:

For experimental and causal-comparatif studies, we recommand a minimum of 30 individual per group, although sometimess experimental studies with only 15 individual in each group can be defended if they very tightly controlled; studies using only 15 subject per group should probably be replicated however, before too much is made of any findings.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa, jumlah sampel untuk penelitian eksperimen dan kausal komparatif minimal 30 orang dalam setiap kelompok, meskipun terkadang 15 orang juga sudah dianggap mencukupi.

Lebih lanjut, Syaodih (2008:261) mengemukan bahwa:

…secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar, sedang dalam penelitian Kausal-Komparatif dan eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai, sedang untuk kelompok-kelompok sampel berkisar antara 20 sampai 50 individu.

(45)

Sedangkan untuk pembandingnya penulis menggunakan kelompok kontrol (memakai kendaraan bermotor) yang penentuan kriterianya sama dengan sampel yang diteliti, yaitu:

1. Usia 20 tahun sampai 35 tahun, atau usia produktif bekerja.

2. Menggunakan sepeda bermotor sebagai aktivitas atau pergi bekerjanya. 3. Dilakukan sudah satu tahun atau lebih.

Jumlah dari kelompok kontrol yang penulis ambil sama dengan jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 30 orang.

Untuk penentuan lokasi penelitian penulis lakukan dengan membagi ke dalam dua tempat yaitu sebagai berikut:

1. Untuk sampel penelitian bertempat di Taman Cikapayang Dago Bandung (Tempat Komunitas Bike to Work Bandung berkumpul) yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda Dago Bandung.

2. Untuk kelompok kontrol bertempat di Hotel Hyatt Regency Bandung yang terletak di Jl Sumatera No.51 Bandung.

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat atau metode untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Alat ukur dalam sebuah penelitian juga dapat dikatakan dengan instrumen penelitian.

(46)

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, peneliti harus mengikuti prosedur-prosedur dalam pelaksanaan tes, dan demi kelancaran pelaksanaan tes perlu diperhatikan beberapa hal yang diduga sebagai indikator kelancaran tersebut.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan data dari kemampuan short terms memory, digunakan

alat tes yaitu Letter Test. Alat tes ini diadopsi dari G.A. Miller (1956) penelitian yang berjudul “The Magical Number 7+2” yang meneliti tentang kemampuan short terms memory seseorang.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan tes sebagai berikut :

a. Sampel diperlihatkan huruf atau angka yang telah disusun (namun tidak mengandung arti) secara bertahap. Dimulai dari dua digit huruf hingga 12 digit huruf selama 10 detik untuk masing-masing tahap/level.

b. Setelah dilperlihatkan huruf selama 10 detik, sampel kemudian diminta menuliskan kembali huruf tersebut dan dilakukan secara bertahap sampai level terakhir.

c. Tingkat kemampuan short terms memory sampel ditentukan oleh hasil komulatif skor tiap tahap/level.

(47)

Adapun langkah-langkah pengambilan tes terinci sebagai berikut :

a. Sampel diperlihatkan 15 kata (tidak saling berhubungan), untuk dihapalkan selama 1,5 menit.

b. Setelah 1,5 menit berlalu, sampel dituntut untuk menuliskan kembali kata-kata yang diperlihatkan tadi.

c. Jumlah kata-kata yang mampu ditulis secara benar, menggambarkan kemampuan long terms memory dari sampel tersebut.

Adapun untuk teknik penghitungan atau penskoran terhadap instrumen short term memory dan long term memory digunakan teknik persentase dan

rinciannya adalah sebagai berikut: 1. Short term memory

a. Skor yang di ambil antara 0 sampai 100

b. Dalam setiap level penskorannya yaitu banyaknya huruf yang ditulis kembali dengan benar dibagi banyaknya huruf dalam level tersebut dikalikan dengan 100

c. Skor yang diperoleh merupakan persentase kemampuan short term memory yang diperoleh

2. Long term memory

1) Skor yang di ambil antara 0 sampai 100

2) Penskorannya yaitu banyaknya kata yang ditulis kembali dengan benar dibagi banyaknya/jumlah seluruh kata dikalikan dengan 100

(48)

F. Analisis Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen perlu untuk dilakukan, karena untuk menentukan layak tidaknya instrumen yang digunakan untuk pengambilan data. Sebuah instrumen dapat digunakan dalam penelitian apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrument. Mengenai validitas, Arikunto (2002:145) mengemukakan bahwa:

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Selanjutnya mengenai reliabilitas, Nurhasan (2007:42) mengemukakan bahwa:

Reliabilitas atau keterandalan menggambarkan derajat keajegan, atau konsistensi hasil pengukuran. Suatua alat pengukur atau tes dikatakan reriabel jika alat ukur itu menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk membuahkan hasil pengukuran yang sesungguhnya.

Adapun langkah yang ditempuh dalam menentukan validitas dan reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis dan menyeleksi tiap item tes dari kemungkinan adanya jawaban yang tidak dijawab oleh responden.

(49)

3. Memasukkan atau meng-input data yang diperoleh pada program komputer Microsoft Excel.

4. Selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) Seri 17.

Pelaksanaan uji coba instrumen penulis lakukan pada tanggal 06 Mei 2011 pada Komunitas Bike To Campus. Pengambilan komunitas ini dikarenakan memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan sampel yang akan dijadikan penelitian. Uji coba instrumen ini diberikan kepada 30 orang responden.

Berikut ini penulis uraikan ringkasan mengenai hasil uji validitas instrumen yang di analisis dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 17.

1. Uji Validitas Instrument

Dari penghitungan tingkat validitas instrument dengan menggunakan SPSS 17 melalui analisis Correllated Item – Total Correlation, untuk instrument short term memory (letter test) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Short Term Memory No Corrected

Item-Total Correlation Keterangan

Bit 1 0,752 Valid

Bit 2 0,852 Valid

Bit 3 0,892 Valid

Bit 4 0,901 Valid

Bit 5 0,781 Valid

(50)

Sedangkan untuk instrumen long term memory (word test) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Long Term Memory No Corrected

Item-Total Correlation Keterangan

Kata 1 0,655 Valid

Kata 2 0,655 Valid

Kata 3 0,496 Valid

Kata 4 0,493 Valid

Kata 5 0,541 Valid

Kata 6 0,559 Valid

Kata 7 0,497 Valid

Kata 8 0,635 Valid

Kata 9 0,478 Valid

Kata 10 0,571 Valid

Kata 11 0,514 Valid

Kata 12 0,503 Valid

Kata 13 0,590 Valid

Kata 14 0,620 Valid

Kata 15 0,518 Valid

(51)

2. Uji Reliabilitas Instrument

Penghitungan uji reliabilitas dari instrument letter tes dan word tes yang menggunakan SPSS 17 dengan rumus Cronbach’s Alpha hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Uji Reliabilitas Short Term Memory

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.922 6

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Long Term Memory

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.888 15

Norma yang digunakan untuk menilai koefisien reliabilitas instrumen, penulis mengacu pada pendapat Mathew (1963) dikutip oleh Nurhasan (2007:48) adalah sebagai berikut:

r = 0,90 – 0,99 sempurna r = 0,80 – 0,89 cukup r = 0,70 – 0,79 sedang r = 0,60 – 0,69 kurang

(52)

Nilai koefisien reliabilitas untuk short term memory adalah 0,922 dan long term memory adalah 0,888. Sesuai kriteria, nilai ini sudah lebih besar dari 0,60. Maka, data hasil tes uji coba untuk short term memory memiliki tingkat reliabilitas yang sempurna, sedangkan untuk long term memory memiliki tingkat reliabilitas yang cukup. Dengan demikian data hasil kedua tes tersebut dapat dipercaya.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian layak digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Selanjutnya item tes tersebut akan digunakan sebagai alat tes yang hendak penulis teliti kepada sampel yang sebenarnya.

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) Serie 17. Tahapan analisis statistik untuk

membandingkan short term memory dan long term memory antara kelompok aktivitas bersepeda dengan kelompok kendaraan bermotor (kontrol). Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

(53)

non-parametrik. Langkah yang dilakukan adalah dengan menginput dan menganalisa menggunakan deskripsi explore data pada menu SPSS Serie 17.

Uji normalitas dari output yang dihasilkan program SPSS 17 terdapat lima uji analisis normalitas data, yaitu kolmogorov smirnov, Shapiro-wilk, QQ Plots, Detrended normal QQ Plots, dan Spread V.S Level Plot. Ke lima uji analisis ini

sebenarnya saling mendukung satu sama lainnya. Untuk uji normalitas, penulis mengacu pada analisis kolmogorov smirnov. Penulis memiliki anggapan bahwa untuk jumlah sampel sama dengan atau di bawah 30 orang termasuk pada kategori kelompok sampel kecil, maka pengujian dengan kolmogorov smirnov sangat relevan. Dengan pengujian kolmogorov smirnov, untuk jumlah sampel di bawah atau sama dengan 30 orang merupakan sampel kecil memiliki derajat yang tinggi. 2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilaksanakan setelah uji normalitas data. Tujuan uji homogenitas data adalah untuk mengetahui apakah data tersebut berasal dari sampel atau populasi yang homogen atau tidak. Selain itu juga untuk menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya digunakan dalam uji hipotesis data. Karena syarat dari uji satistik parametrik, data penelitian harus berdistribusi normal dan homogen.

Uji homogenitas data menggunakan program software SPSS Serie 17 adalah sama dengan uji normalitas data. Output yang dihasilkan dari descriptive explore data tersebut sekaligus menghasilkan dua analisis, yaitu normalitas dan

(54)

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang diperoleh. Jenis analisis statistik yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data. Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil tes short term memory dan long term memory pada kelompok sampel bersepeda dan kelompok kendaraan bermotor (kontrol). Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari aktivitas bersepeda terhadap short term dan long term memory.

Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok sampel, digunakan analisis dengan independent sampel t-test. Output yang dihasilkan setelah pengolahan, diperoleh uji-t (uji beda rata-rata).

4. Analisis dan Deskripsi Data

(55)

122 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data antara yang telah penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan dari hasil penelitian. Hal tersebut berdasarkan fakta dan data yang ada yang penulis peroleh. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara Short Term Memory kelompok bersepeda dengan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan short term memory yang dimiliki kelompok bersepeda lebih baik

dibandingkan dengan kemampuan short term memory kelompok yang menggunakan sepeda motor (kontrol).

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara Long Term Memory kelompok bersepeda dengan kelompok kontrol.. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan long term memory yang dimiliki kelompok bersepeda lebih baik dibandingkan

dengan kemampuan long term memory kelompok yang menggunakan sepeda motor (kontrol).

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin mengemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

(56)

pemerintah kota dalam membuat perencanaan tata kota lebih memperbanyak tempat untuk sarana publik yang mendukung terhadap aktivitas untuk kesehatan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara pemerintah membuat jalan untuk pengguna sepeda, serta mewajibkan perusahaan, intansi, dan tempat belanja menyediakan area parkir sepeda. Dengan membuat kebijakan seperti itu, masyarakat secara tidak langsung akan terdorong untuk melakukan aktivitas bersepeda sebagai alat tranportasi baik untuk bekerja, berekreasi, maupun untuk pergi ke tempat tujuan tertentu.

2. Bagi para pengelola/pemimpin perusahaan dan intansi, agar lebih memperhatikan mengenai kesehatan para karyawan di perusahaan atau para pegawai pemerintah di instansi supaya memiliki derajat sehat yang baik. Hal ini akan menentukan terhadap produktivitas kerjanya. Dengan demikian salah satu program kesehatan yang sekarang telah dilakukan oleh sebagian perusahaan dan intansi pemerintah melalui program bike to work didukung salah satunya dengan cara menyediakan fasilitas parkir sepeda dan pendukung lainnya.

(57)

4. Bagi masyarakat, diharapkan agar merubah pola hidup yang kurang aktif menjadi pola hidup yang lebih aktif salah satunya dengan melakukan aktivitas bersepeda. Hal ini dikarenakan di samping manfaatnya bagi kesehatan juga akan menjadi sarana transfortasi yang ramah lingkungan.

(58)

125

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Atkinson, R.C. dan Shiffrin, R.M. (1968). Chafter : Human Memory : A Proposed System and Its Control Processes : In Spence,K.w.; Spence,J.T. The Psychology of Learning and Motivation ( vol 2 ). New York : Academic Perss. pp 89-195.

Auweele, Y.V., Bakker, F., Biddle, S., Durand, M., & Seiler, R., (1999). Psychology for Physical Educators. Champaign, Illinois: Human Kinetics.

Bike to Work. (2005). Kenapa kami bersepeda?. b2w-indonesia.or.id.

Campbell, T., Donald., Stanley, C., Julian. (1966). Experimental and Quasi-Experimental Designs for Research. Boston: Houghton Mifflin Company.

Caspersen, C., J., Powell, K., E., Christensen, G., M. (1985). Physical Activity, Exercise and Physical Fitness : definitions and distinctions for health-related research. Public Health Report.

Cavill N., Kahlmeier S.,Racioppi F (eds.).( 2006 ). Physical Activity and Health In Europe: evidence for action. Copenhagen : WHO Regional Office for Europe.

Elita, Mustikasari, Funny, R.. (2003). Memahami Memori. Artikel Pdf. [online]. http://docs.google.com/pustaka.unpad.ac.id/pdf. [6 Mei 2010].

Fraenkel, JR,. Wallen, NE. (1993). How To Design and Evaluate Research in Education. USA: McGraw Hill, Inc.

Furchan Arief. (1982). Pengantar Penelitian Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional.

Gage, F.H., Van Praag, H., & Kempermann, (1999). Running increases cell proliferation and neurogenesis in the adult mouse dentate gyrus. In Nature Neuroscience, 2 (3), 266-70. [9].

Gambar

Gambar 3.1  Desain Penelitian Causal-Comparative
Gambar  3.2  Desain Penelitian Causal-Comparative
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Short Term Memory
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Long Term Memory
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian pendahuluan meliputi penentuan konsentrasi natrium metabisufit pada proses pembuatan tepung labu kuning dengan cabinet dryer dan analisa sensori pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelompokan produktivitas padi di Indonesia menggunakan metrik LNP menghasilkan 3 kelompok, yaitu kelompok dengan produktivitas cepat,

Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa aparatur Inspektorat Kota Palu selain melakukan pengawasan terhadap SKPD di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Palu,

Angka infeksi B.hominis yang didapatkan dengan pemeriksaan mikroskopis pada penelitian ini sedikit lebih rendah dibandingkan angka yang didapatkan dari penelitian di beberapa

Umrah berbasis Android yang digunakan oleh jamaah, yang dimasukkan ke dalam basis data secara periodik. Selain itu, aplikasi ini juga dapat menerima pesan darurat dari para

Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan tentang komposit berpenguat serat alami adalah penelitian komposit polyester dengan penguat serat tapis kelapa dengan panjang serat

(2) Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konsumen kurang puas melakukan pembelanjaan karena produk yang mereka inginkan berkualitas rendah, sehingga