• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KINERJA KEPEMIMPINAN SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP KEEFEKTIFAN SEKOLAH : Studi pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se- Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KINERJA KEPEMIMPINAN SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP KEEFEKTIFAN SEKOLAH : Studi pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se- Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK……….. i

PERNYATAAN………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH……….. iii

KATA PENGANTAR……… v

C. Definisi Operasional……… 9

D. Tujuan Penelitian……… 10

A. Konsep Dasar Administrasi dan manajemen Pendidikan………… 15

B. Kajian Tentang Kinerja Kepemimpinan Sekolah……… 21

1. Pengertian Kinerja………... 21

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja………. 27

3. Aspek-aspek kinerja……… 35

4. Penilaian Kinerja……… 36

5. Manfaat Penilaian Kinerja………. 44

6. Standart Penilaian Kinerja………. 45

7. Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah……… 46

8. Kinerja Kepala Sekolah………. 49

C. Kinerja Mengajar Guru……… 60

1. Konsep Kinerja……… 60

2. Konsep Kinerja Mengajar Guru………. 63

D. Konsep Sekolah Efektif……….. 74

1. Pengertian Sekolah Efektif……… 75

2. Ciri-ciri Sekolah Efektif……… 91

E. Kontribusi Kinerja Kepemimpinan Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Keefektifan Sekolah……….. 97

(2)

vii

1. Gambaran Tanggapan Responden Tentang Kinerja kepemimpinan Sekolah (X1)……… 130

2. Gambaran Tanggapan Responden tentang Kinerja Mengajar Guru (X2)……… 132

3. Gambaran tanggapan Responden tentang Keefektifan Sekolah (Y)……… 133

1. Hubungan Antara Kinerja Kepemimpinan Sekolah (X1) dengan Keefektifan Sekolah (X2)………. 144

2. Hubungan Antara Kinerja Mengajar Guru (X2) dengan Keefektifan Sekolah (Y)……… 149

3. Hubungan antara Kinerja kepemimpinan sekolah(X1) dengan Kinerja Mengajar Guru………. 153

4. Hubungan antara Kinerja kepemimpinan sekolah (X1) dan kinerja Guru (X2) secara bersama-sama dengan keefektifan sekolah(Y)………... 157

E. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 161

1. Profil Kinerja Kepemimpinan Sekolah (X1) pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se- Kabupaten Deli Serdang……….. 161

2. Profil Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang………. 163

3. Profil Keefektifan Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang………. 164

(3)

viii

B A B V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI……….. 169

A. Kesimpulan……… 169

B. Implikasi……… 172

C. Rekomendasi……… 174

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidkan nasional pada hakekatnya memiliki tujuan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan berusaha untuk membangun manusia indonesia seutuhnya

serta seluruh masyarakat Indonesia, berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Upaya

untuk mewujudkan tujuan tersebut harus dilaksanakan secara sistemik dan integratif

oleh seluruh sistem penyelenggara pendidikan.

Pendidikan mempunyai tugas untuk menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas untuk pembangunan, derap langkah pembangunan selalu diupayakan

seirama dengan tuntutan zaman. Pembangunan sumber daya manusia memiliki

peranan penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan.oleh karena itu

pembangunan dan peningkatan kualitas sumberdaya mutlak diperlukan. Dalam

konteks pembangunan sumberdaya manusia, pendidikan pada dasarnya merupakan

proses mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan manusia Indonesia

seutuhnya.hal ini dijelaskan dalam Sisdiknas pasal 3 Bab 3 (2003:5) :

(5)

Mengingat betapa pentingnya pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan

bangsa yang bertujuan secara makro, Kegiatan ini merupakan pencapaian tujuan

pendidikan institusional atau tujuan pendidikan di sekolah. Sekolah adalah lembaga

tempat penyelenggaraan pendidikan merupakan sistem yang memiliki berbagai

perangkat dan unsur yang saling berkaitan dan memerlukan pemberdayaan. Secara

internal sekolah memiliki perangkat guru, murid, kurikulum, sarana dan prasarana.

Secara eksternal sekolah memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik secara

vertical maupun horizontal (Udin Syaefuddin S. 2003: 242).

Perangkat dan unsur pendidikan diatas untuk membantu para siswa agar lebih

mampu dalam menghadapi tantangan hidup baik pada masa sekarang maupun masa

yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah adalah mengelola sumber

daya manusia yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas dari

manajemen sekolah yang efektif.

Pengelolaan sebuah lembaga pendidikan yang sangat berperan dan

bertanggung jawab dalam menghadapi perubahan adalah kepemimpina sekolah,

dalam hal ini Kepala Sekolah untuk menciptakan visi pendidikan dan

implementasinya dengan memperagakan sikap, prilaku, nilai-nilai dan norma diri dari

kepala sekolah sebagai kepemipinan sekolah dan guru dalam profesi kependidikan

untuk masa mendatang untuk dapat memberikan motivasi dalam melakukan

perubahan. Keefektifan sekolah salah satu sasarannya adalah Input, Proses dan

Output, Kesemuanya itu banyak ditentukan oleh beberapa faktor seperti diantaranya

(6)

James M. Lipham (1974 : 96) mengartikan kepemimpinan sebagai berikut:

“ The leadership as the behaviour of the individual that interactives a new structur in interaction whit in a social system by changging the goals, objectives conigeration, procedures or output of the system”

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan sebagai

tingkah laku individu dalam intraksi sosial, untuk tercapai tidaknya tujuan sebuah

organisasi sangat tergantung pada kepemimpinan yang digunakan oleh seorang

pemimpin.

Seorang Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin berarti usaha untuk

menggerakkan dan memberikan bimbingan kepada personil pendidikan agar tercapai

sebuah tujuan pendidikan.seperti dirumuskan oleh M.Idochi Anwar (2003:70):

….pengertian kepemimpinan kepala sekolah sebagai kemampuan dan persiapan untuk dapat mengerakkan dan membina para pendidik/aparatur pendidikan sehingga mereka mau melakukan tugas-tugas pendidikan secara efektif dan efesien dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan

Kepemimpinan suatu lembaga pendidikan seperti sekolah dapat diartikan

sebagai seorang kepala sekolah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap

keseluruhan kegiatan sekolah baik kegiatan teknis, administrasi maupun lintas

program-program dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada disekolah agar

tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dengan kata lain dapat

dimaknai bahwa efektifitas sekolah menunjukkan seberapa maksimal tujuan

pendidikan di sekolah dapat tercapai dan seberapa optimal sumber daya sekolah

(7)

Kewenangan diatas dipusatkan kepada kepala sekolah yang berperan sebagai

pemimpin di sekolah, tugas dan fungsi kepemimpinan sekolah harus melibatkan

guru-guru dalam merencanakan program pembelajaran, melaksanakan program

pembelajaran serta melaksanakan penilaian atau evaluasi pembelajaran dan staf

dimana kepala sekolah harus mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang akan dicapai.

Sejalan dengan hal tersebut (Aas Syaefuddin 2003 :60 ) menyatakan bahwa tugas dan

fungsi kepala sekolah adalah :

a. Menentukan dan merumuskan tujuan sekolah

b. Mengembangkan dan memotivasi serta mengupayakan berbagai tindakan yang dapat membentu para siswa dalam mencapai keberhasilan belajar

c. Menentukan dan mengupayakan tercapainya standart akademik secara optimal d. Menilai dan memantau secara kontinyu kegiatan siswa

e. Mendorong dan mengupayakan kegiatan belajar mengajar

f. Mengadakan supervisi dan evaluasi terhadap pendidikan dan pengajaran g. Mengupayakan terciptanya lingkungan dan iklim kerja yang menggairahkan dan produktif

h. Mengidentifikasi sumber-sumber pelayanan yang memadai i. Mengupayakan perbaikan dan pengembangan kurikulum

Apa yang diungkapkan diatas sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan

tugas seorang kepala sekolah yang harus seiring dengan dukungan kinerja mengajar

guru yang semakin efektif dan efisien. Disamping itu, perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan disekolah

juga cenderung bergerak maju sehingga menuntut penguasaan dan kompetensi dari

seluruh elemen secara professional. Menyadari hal tersebut, seorang kepala sekolah

dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara

(8)

Selain faktor kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam

pencapaian keefektifan sekolah, kinerja mengajar guru seperti merencanakan

program pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran dan mengevaluasi atau

penilaian hasil pembelajaran juga merupakan salah satu faktor penting untuk

meningkatkan ketercapaian dalam pendidikan. Oleh karena itu kepala sekolah dan

guru bersama-sama harus dapat melaksanakan perannya dan dapat mengupayakan

adanya kontribusi terhadap keefektifan sekolah.

Kinerja mengajar guru seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli dengan

berbagai versi seperti:

Fakry Gaffar (1987 :159) menyebutkan kinerja mengajar guru terbagi

kedalam tiga bagian besar yaitu : Konten Knowledge. Behavioral Skill, dan Human

Relation Skill. Conten Knowledge berkaitan dengan penguasaan materi pengetahuan

yang akan diajarkan kepada peserta didik, Behavioral Skill berupa keterampilan

prilaku yang harus dimiliki oleh pendidik/pengajar yang berkaitan dengan

penguasaan dan metodologis pengajaran.

Pentingnya kinerja mengajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang

akan meningkatkan tingkat keefektifan sekolah, merupakan salah satu kekuatan

eksternal yang dapat digunakan oleh seorang guru untuk melaksanakan perannya

dalam mengajar dapat teraktualisasikan. Menurut Uzer Usman (1989. 50) Kinerja

mengajar guru termasuk didalamnya

1. Keterampilan menyusun rencana pembelajaran

(9)

3. keterampilan mengevaluasi pelajaran.

Efektifitas sekolah merupakan fenomena yang mengandung banyak dimensi,

sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan keefektifan sesuai dengan

keefektifan itu sendiri. Secara umum teori keefektifan berorientasi pada tujuan sesuai

dengan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang keefektifan.

Etzioni (1964;187) Mengemukakan bahwa keefektifan adalah derajat dimana

organisasi mencapai tujuannya. Efektifitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen

dan kepemimpinan sekolah , guru, tenaga kependidikan, dan personil lainnya seperti

siswa , kurikulum, sarana dan prasarana , pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan

masyarakat, pengelolaan bidang khusus lainnya yang mana hasil nyatanya merujuk

kepada hasil yang diharapkan.

Kualitas sekolah dapat diidentifikasi dari banyaknya siswa yang memiliki

prestasi, baik prestasi akademik maupun prestasi bidang lainnya, serta lulusan yang

relevan dengan tujuan. Melalui siswa yang berprestasi dapat ditelusuri bagaimana

manajemen suatu sekolah, profil guru , sumber belajar dan lingkungannya.

Pada satu kabupaten di Sumatera Utara yakni Kabupaten Deli Serdang

terdapat 15 Sekolah Menengah Atas Negeri yang tersebar dibeberapa kecamatan,

Sekarang ini sedang galak-galakkannya program Cerdas yang diterapkan oleh

seorang Bupati dalam rangka untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia

yang mendukung ketercapaian manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi

sekarang ini. Hal ini diprioritaskan karena dalam kurun waktu lima tahun terakhir

(10)

kualitas sumber daya manusia yang menjadi penopang pembangunan bangsa dan

Negara.

Perwujudan pelaksanaan program ini dilakukan dengan meningkatkan

Kualitas maupun kuantitas sumber daya manusia yang bergerak dalam pendidikan,

seperti pengalokasian guru-guru yang berkualitas, menerapkan kepemimpinan

pendidikan yang berbasis kepada mutu, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan,

dengan membangun sarana pendidikan seperti sekolah yang layak dan kompetitif,

memberikan perhatian kepada kesejahteraan guru, dan lain sebagainya. Kesemuanya

itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan mewujudkan

keefektifan lembaga pendidikan yang memberikan sumbangan bagi pembangunan

dan peningkatan kualitas sumber daya manusia pada Kabupaten Tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang hal

tersebut karena sangat berkaitan dengan program pendidikan dan peningkatan

sumber daya manusia. Lebih jauh lagi tentang Kontribusi kinerja kepemimpinan

sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap keefektifan sekolah. Khususnya pada

Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, dalam latar belakang penelitian dapat

dikemukakan bahwa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Seberapa besar kontribusi kinerja kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar

(11)

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara ? Dengan rumusan masalah tersebut maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana diskripsi tentang Kinerja Kepemimpinan Sekolah pada sekolah

Menengah Atas Negeri Se- Kabuapten Deli Serdang Sumatera Utara

2. Bagaimana Diskripsi tentang kinerja Mengajar guru pada Sekolah Menengah

Atas Negeri Se-Kabuapaten Deli Serdang, Sumatera Utara

3. Bagaimana diskripsi tentang Keefektifan Sekolah pada Sekolah Menengah

Atas Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

4. Seberapa besar Kontribusi Kinerja kepemimpinan sekolah terhadap

Keefektifan Kekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten

Deli Serdang Sumatera Utara

5. Seberapa besar kontribusi Kinerja Mengajar Guru terhadap Keefektifan

Sekolah Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang

Sumatera Utara

6. Seberapa besar kontribusi kinerja kepemimpinan sekolah terhadap Kinerja

Mengajar Guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli

Serdang Sumatera Utara

7. Seberapa besar kontribusi Kinerja Kepemimpinan Sekolah dan Kinerja Guru

secara bersama-sama terhadap Keefektifan Sekolah pada Sekolah Menengah

(12)

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini mencakup tiga Variabel penelitian

yaitu Kinerja kepemimpinan sekolah, kinerja mengajar guru dan keefektifan sekolah

yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel Kinerja Kepemimpinan Sekolah terhadap perwujudan keefektifan

sekolah dalam penelitian ini dapat dinilai dari enam aspek yaitu :

a) Kompetensi Pembinaan

b) Kompetensi Pengawasan

c) Kompetensi Komunikasi

d) Kompetensi Pendelegasian Tugas

e) Kompetensi memiliki Visi dan Misi

d) Kompetensi Kemampuan mengambil keputusan

2. Variabel Kinerja Mengajar Guru terhadap keefektifan sekolah dalam penelitian

ini dapat dinilai dari Tiga Aspek yaitu ;

a) Kompetensi Merencanakan

b) Kompetensi Melaksanakan

c) Kompetensi Penilaian (evaluasi)

3. Variabel Keefektifan Sekolah dalam penelitian ini dapat dinilai dari tiga aspek

yaitu :

a) Input

(13)

c) Output

D. Tujuan Penelitian

Secara tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang

seberapa besar kontribusi Kinerja kepemimpinan Sekolah dan kinerja mengajar guru

terhadap keefektifan sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se- Kabupaten

Deli Serdang Sumatera Utara.

Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan informasi tentang Kinerja Kepemimpinan Sekolah pada

Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

2. Mengumpulkan informasi tentang Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah

Menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui gambaran tentang Keefektifan Sekolah pada Sekolah

Menengah Atas Negeri Se- Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara

4. Mengumpulkan informasi tentang Kontribusi Kinerja Kepemimpinan

Sekolah terhadap Keefektifan Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri

Se-Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

5. Mengumpulkan informasi tentang Kontribusi Kinerja Mengajar Guru

terhadap Keefektifan Sekolah pada Sekolah Menengah atas Negeri

Se-Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

6. Mengumpulkan informasi tentang Kontribusi Kinerja Kepemimpinan

Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Menengah Atas

(14)

7. Mengumpulkan informasi tentang Kontribusi Kinerja Kepemimpinan Sekolah

dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Keefektifan Sekolah secara bersama-

sama terhadap keefektifan sekolah pada sekolah menengah atas negeri Se-

Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis manfaat penelitian ini untuk memperdalam kajian tentang

kepemimpinan pendidikan baik sebagai konsep maupun praktek sebagai stimulus

pengembangan kualitas kepemimpinan pendidikan dalam administrasi pendidikan.

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada:

1. Guru-guru secara umum dan guru Sekolah Menengah Atas Negeri

Se-Kabupaten Deli Serdang pada Khususnya,Untuk meningkatkan kualitas

kinerja mengajarnya, seperti membuat perencanaan pengajaran,

melaksanakan pengajaran dan penilaian atau evaluasi pengajaran.

2. Kepemimpinan sekolah dalam hal ini khususnya kepala sekolah Sekolah

Menengah Atas Negeri Se- Kabupaten Deli Serdang, dan kepemimpinan

sekolah pada umumnya , dalam memimpin institusi pendidikan untuk

dapat merealisasikan suatu kepemimpinan yang berorientasi kepada

pembinaan, pengawasan, komunikatif, pendelegasian tugas, visi dan

misi, dan efektif dalam pengambilan keputusan yang akan berkontribusi

kepada keefektifan sekolah yang dipimpinnya.

3. Sebagai bahan masukan kepada pihak penentu kebijakan, berkenaan

(15)
(16)

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu prinsip atau pandangan yang dianggap benar

tanpa pembuktian dan sudah seharusnya terdapat dalam suatu penelitian. Anggapan

dasar sebagai suatu titik tempat berpijak, dari sinilah penelitian dimulai. Anggapan

dasar yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keefektifan Sekolah memerlukan kontribusi dari kepemimpinan sekolah

dan kinerja mengajar guru agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai

secara maksimal.

2. Kinerja kepemimpinan sekolah (kepala sekolah) merupakan ujung tombak

bagi perkembangan dan kemajuan suatu sekolah

3. Kinerja mengajar guru, merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi ketercapaian keefektifan sekolah.

4. Kinerja kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar guru sangat

berpengaruh pada keefektifan sekolah.

5. Kepala sekolah dan guru merupakan dua faktor yang memberikan kontribusi

signifikan pada peningkatan keefektifan sekolah. Lipham dan Hoer, Jr.

(1974: 232) menegaskan bahwa kepala sekolah dan guru profesional sangat

menentukan keefektifan sekolah (the principal and professional teachers

(17)

H. Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian, sebagaimana diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan Hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Kinerja Kepemimpinan Sekolah berkontribusi signifikan terhadap

Keefektifan Sekolah.

2. Kinerja Mengajar Guru berkontribusi signifikan terhadap Keefektifan

Sekolah.

3. Kinerja Kepemimpinan Sekolah berkontribusi signifikan terhadap Kinerja

Mengajar Guru

4. Kinerja Kepemimpinan Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru secara

bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap Keefektifan Sekolah.

(18)

104

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk

mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interpretasi mengenai data yang

diteliti. Surakhmad (1992: 131) mengemukakan: metode merupakan cara utama yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa

dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan

setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya dan tujuan penyelidikan serta

situasi penyelidikan.

Untuk keperluan penelitian mengenai Kontribusi Kinerja Kepemimpinan

Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Keefektifan sekolah pada SMAN

Se-Kabupaten Deli Serdang yang dikategorikan berdasarkan pada status sekolah negeri,

maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini

dengan maksud ingin mendapatkan gambaran informasi yang komprehensif

mengenai variabel penelitian yang terjadi saat ini. Adapun pendekatan kuantitatif

digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai

kontribusi mengenai variabel penelitian khususnya vaniabel , dan Y.

Metode deskriptif adalah suatu metode peneliltian yang dipergunakan untuk

(19)

Lebih lanjut Surakhmad (1985: 140) mengemukakan beberapa ciri metode deskriptif

yaitu memuaskan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula

disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis karena itu, metode ini sering disebut

dengan metode analitik.

Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan berbagai asumsi

mengenai hal-hal yang terjadi di sekolah mengenai pengaruh kinerja kepemimpinan

sekolah , kinerja mengajar guru dan Keefektifan Sekolah. Peneliti berasumsi bahwa

hal itu dapat diklasifikasi, diketahui hubungan sebab akibatnya,

B. Populasi dan Sampel 1. populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Se-Kabupaten Deli

Serdang. Penyebarannya seperti terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Populasi penelitian

SMA Negeri Se- Kabupaten Deli Serdang

No Nama Sekolah Kecamatan

Jumlah

Guru

1 SMA Negeri I Lubuk Pakam Lubuk Pakam 30

2 SMA Negeri II Lubuk Pakam Lubuk Pakam 34

3 SMA Negeri Percut Percut 24

4 SMA Negeri Batang Kuis Batang Kuis 26

5 SMA Negeri I Galang Galang 25

6 SMA Negeri Deli Tua Deli Tua 27

7 SMA Negeri Tanjung Morawa Tanjung Morawa 30

8 SMA Negeri Hamparan Perak Hamparan Perak 21

(20)

10 SMA Negeri Sibolangit Sibolangit 20

11 SMA Negeri Namo Rambe Namo Rambe 22

12 SMA Negeri Labuhan Deli Labuhan 25

13 SMA Negeri Bangun Purba Bangun Purba 27

14 SMA Negeri Pancur Batu Pancur Batu 21

15 SMA Negeri Gunung Meriah Gunung Meriah 19

jumlah 375

2.Sampel

Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan Teknik Simple Random Sampling yaitu cara pengambilan

sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan Strata

atau tingkatan dalam anggota populasi tersebut. Akdon (2008:100).

Pengambilan sampel dalam suatu penelitian dilakukan sedemikian rupa,

sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh dan

bersifat representative, artinya dapat mewakili karakteristik dari populasi penelitian

secara keseluruhan, dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, sebagaimana

dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1995:93) bahwa :

Karena tidak memungkinkan penyelidikan selalu langsung menyelidiki setiap populasi, maka seringkali penyelidik terpaksa menggunakan sebagian saja dari populasi, yakni sebuah sampel yang dapat dipandang representative terhadap populasi itu, karena itulah maka penarikan atau pembuatan sampel (yakni penarikan sebagaian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi) adalah penting.

Dalam menentukan jumlah sampel, Riduwan dan Akdon (2005) menyatakan

(21)

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya

besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih”.

Memperhatikan penjelasan di atas, karena jumlah populasi dalam penelitian

lebih dari 100 orang, yaitu 375 orang .Maka teknik pengambilan sampel

menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin sebagaimana dikutip oleh

Riduwan dan Akdon (2007 : 254), yaitu:

1

kehati-hatian, dalam penelitian ini presisi ditetapkan 10%).

Berdasarkan rumus tersebut pada penelitian ini diperoleh sampel guru , sebagai

berikut:

masing-masing sampel menurut jumlah guru yang berada di masing-masing sekolah

dengan menggunakan Teknik proportionate random sampling dengan rumus:

n N Ni ni= .

Dimana :

ni = Jumlah sampel menurut stratum

(22)

Ni = Jumlah populasi menurut stratum

N = Jumlah populasi seluruhnya

(Riduwan dan Akdon, 2007:254)

Selanjutnya dari15 sekolah tersebut diperoleh sampel yang mewakili. Dapat dilihat

pada Tabel sebagai berikut:

Table 3.2

Daftar Jumlah guru dan nama sampel sekolah SMA Negeri Se- Kabupaten Deli Serdang

No Nama Sekolah Kecamatan

Jumlah

(23)

penelitian. Hal ini, seperti dikemukakan Subino, (1982: 162) bahwa yang dimaksud

dengan teknik-teknik pengumpulan data disini adalah cara-cara yang ditempuh dan

alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya.

Adapun langkah-langkah proses pengumpulan data ini meliputi:

1. Pengumpulan data,

Yaitu mengecek jawaban responden yang dituangkan dalam angket;

Pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

atau kuesioner. Sanafiyah Faisal (1981: 2) mengemukakan bahwa

“kuesioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan data melalui daftar

pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau

keterangan dari sumber data yang berupa orang atau responden”.

2. Penyusunan alat pengumpul data

Untuk memudahkan alat pengumpul data, dalam hal penyusunan angket,

peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan indikator-indikator dan setiap variabel penelitian yang dianggap

penting untuk dipertanyakan kepada responden berdasarkan pada teori-teori yang

telah diuraikan.

b. Membuat kisi-kisi butir item berdasarkan variabel penelitian

c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang disertai alternatif jawaban yang akan

dipilih responden berdasarkan indikator variabel yang telah ditentukan dalam

(24)

d. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban setiap item pada

setiap variabel dengan menggunakan skor penilaian yang berkisar dari 4 sampai 1

dengan perincian pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Kriteria penskoran alternative jawaban untuk setiap item

Alternatif Jawaban Skor Pertanyaan

SL (Selalu) 5

SR (Sering) 4

KD (Kadang-kadang) 3

JR (Jarang) 2

TP (Tidak pernah) 1

3. Uji coba instrumen pengumpulan data

Ukuran memadai atau tidaknya instrumen pengumpul data, minimal dilihat

dan dua syarat yaitu syarat validitas atau kesahihan dan syarat reliabilitas atau

keajegan. Dalam pelaksanaan uji coba, penulis melaksanakannya terhadap sejumlah

subjek yang bukan merupakan sampel penelitian akan tetapi mempunyai karakteristik

yang sama dengan subjek yang akan dijadikan sampel penelitian.

Setelah data untuk uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis

statistik dengan tujuan untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Angket dianggap

valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti dan angket dianggap reliabel apabila

(25)

Dengan diketahui keterjaminan validitas dan reliabilitas alat pengumpul data,

maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi atau memiliki validitas dan reliabilitas

yang dapat dipertanggung jawabkan.

a. Uji Validitas Instrumen

“Untuk menguji validitas konstruksi, maka dapat digunakan pendapat dari

ahli (judgement experts)”. Para ahli diminta untuk memberikan koreksi terhadap

konstruksi instrument yang telah disusun peneliti.

Validitas instrumen dalam penelitian ini diawali dengan validitas susunan

(construct validity) dan validitas isi (content validity). Untuk menguji validitas

konstrak dan validitas isi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts).

Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang isi dan aspek-aspek yang

akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya

dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang

instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberi keputusan:

instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin

dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan

umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti

(Sugiyono, 2008:177)

Setelah pengujian validitas konstrak dan validitas isi dari ahli dan

berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji

(26)

instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor

total, dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment:

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus :

(Sugiyono, 2008:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat

kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ha : instrumen soal valid.

Ho : instrumen soal tidak valid

(27)

Jika instrument itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) Untuk dapat memberikan penafsiran besar-kecil koefisien korelasi

yang ditentukan tersebut, maka berpedoman pada interpretasi koefisien korelasi

menurut Akdon (2005:188), sebagai berikut:

Tabel 3.4

Interval Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000

Uji coba untuk menentukan validitas item dan reliabilitas ketiga variabel

dilakukan sebanyak satu kali pada responden 20 guru. Dengan menggunakan dk =

jumlah option – 1, dan tingkat kepercayaan 0,05 secara lengkap terdapat pada

lampiran 3 Rangkuman hasil analisis validitas tersebut adalah sebagai berikut:

a) Instrumen kepemimpinan kepala sekolah

Jumlah butir soal : 30 soal

Taraf signifikansi : 0,05

Hasil analisis : pada uji coba semua item pernyataan valid

(lampiran 3.1)

Keputusan : sebanyak 30 butir soal yang dipakai untuk

mengumpulkan data kepemimpinan kepala

(28)

b) Instrument kinerja guru

Jumlah butir soal : 30 soal

Taraf signifikansi : 0,05

Hasil analisis : pada uji coba semua item pernyataan valid

(lampiran 3.2)

Keputusan : sebanyak 30 butir soal yang dipakai untuk

mengumpulkan data kinerja guru

c) Instrument keefektifan sekolah

Jumlah butir soal : 36 soal

Taraf signifikansi : 0,05

Hasil analisis : pada uji coba terdapat 2 butir soal tidak yaitu

nonor 21 dan 30. (lampiran 3.3)

Keputusan : 2 butir soal yang tidak valid yaitu no 21 dan 30

pernyataan yang tidak valid ini tidak didrop

(dibuang) akan tetapi dipertimbangkan untuk

direvisi dan dijadikan instrument penelitian,

(29)

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Kepemimpinan Sekolah (X1)

(30)

Tabel 3.6

(31)

Tabel 3.7

(32)

1.Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun

internal. Secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retestb (stability), equivalent,

dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan

menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu

(Sugiyono, 2005:273).

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan Teknik

Belah Dua (split half) yang dianalis dengan rumus Spearmen Brown. Untuk

keperluan itu, maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok instrumen nomor ganjil dan kelompok instrumen nomor genap.

Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya

dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment:

Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown:

b

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi

(Tabel r) untuk α = 0,05 atau α = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk = n-2), kemudian

(33)

keputusan : Jika r hitung > r tabel berarti reliabel dan r hitung < r tabel berati tidak

reliabel.

Untuk mempermudah pengolahan data menggunakan sofware SPSS version

17.0 for windows , yaitu suatu konstruk variable dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbach’s Alpha > dari 0,70. Dari hasil pengolahan dengan SPSS Ver. 17.0 untuk

uji coba yang terlihat pada tabel sebagai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,70 baik

untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah, variable kinerja guru maupun

keefektifan sekolah. Nilai-nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel kepemimpinan

kepala sekolah terdapat pada tabel 3.8 dan variabel kinerja guru terdapat pada tabel

3.9 dan variable kefektifan sekolah terdapat pada table 3.10 ketiga tabel tersebut

sebagai berikut:

Tabel 3.8 Statistik Reliablitas

Variable Kinerja Kepemimpinan sekolah (X1 )

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

.945 .948 30

Sumber lampiran

Tabel 3.9 Statistik Reliabilitas

Variable Kinerja mengajar Guru (X2)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

.949 .951 30

(34)

Tabel 3.10 Statistik Reliablitas Variable Keefektifan sekolah Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized Items N of Items

.957 .958 34

Sumber lampiran

Pada tabel terlihat bahwa Cronbach’s alpha lebih dari 0,945, lebih dari 0,949

dan lebih dari 0,960 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konstruk pernyataan

dalam angket yang merupakan dimensi variabel kepemimpinan kepala sekolah,

variable, kinerja guru dan variable keefektifan sekolah adalah reliabel.

D. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan maksud agar data yang terhimpun dapat

memberikan arti bagi penelitian yang dilakukan. Data yang terkumpul harus diolah,

diorganisir dan disistematisasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Winarno

Surakhmad (1994: 91) menjelaskan:

Mengolah data adalah suatu konkrit untuk membuat data itu “berbicara” sebab betapapun besamya jumlah data dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksañaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematis yang baik niscaya data itu tetap merupakan bahan-bahan bisu “seribu bahasa”

Dalam prosedur pengolahan data, penulis menempuh langkah-langkah sebagai

(35)

1. Seleksi dan klasifikasi data

a. Pemeriksaan kecenderungan umum skor responden

b. Mengubab skor mentah menjadi skor baku

c. Uji normalitas distribusi data

2. Analisis data untuk pengujian hipotesis penelitian

a. Analisis regresi

b. Analisis korelasi

Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah secara terperinci dapat dilihat sebagai

berikut:

1. Memberi bobot setiap kemungkinan jawaban pada item untuk setiap variabel

penelitian dan memberi skor pada angket responden berdasarkan petunjuk yang

telah ditetapkan

2. Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan persentase. Perhitungan

persentase dimaksimalkan untuk mengetahui kecendrungan umum jawaban

responden terhadap variabel penelitian dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

=

Keterangan:

P = Persentase rata-rata yang dicari

X = Skor rata-rata flap variabel

(36)

3. Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104) mengemukakan

rumus sebagai berikut:

= 50 + 10

Keterangan:

Ti = Skor baku yang dicari

X = Skor rata-rata

S = Simpangan baku

Xi = Skor mudah

Untuk menggunakan rumus diatas, maka akan ditempuh langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menentukan rentang (R) yaitu skor tertinggi dikurangi skor

terendah (STT –STR)

R = STT - STR

b. Menentukan banyak kelas (bk) interval dengan menggunakan

rumus: bk = 1 + (3,3) log n

c. Menentukan panjang kelas interval yaitu rentang dibagi banyak

kelas.

=

d. Mencari rata-rata dengan rumus:

=∑

(37)

= ∑ − ∑− 1

4. Uji Normalitas distribusi

Digunakan untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data

menggunakan analisis parametrik atau non parametrik dengan

menggunakan rumus Chi kuadrat ( )

= ∑

! "" #

Keterangan:

= Chi kuadrat yang dicari

Oi = Frekuensi yang tampak

Ei = Frekuensi yang diharapkan

Langkah-langkah yang ditempuh adalah:

a. Membuat diistribusi frekuensi

b. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval

c. Mencari Z untuk batas kelas dengan rumus:

$ =

%

Keterangan:

= Chi kuadrat yang dicari

= Frekuensi yang tampak

S = Simpangan baku untuk distribusi

(38)

e. Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas 0 - Z dengan

interval yang berdekatan untuk tanda Z sejenis dan menambahkan luas 0 — Z

yang berlawanan

f. Mencari Ei (frekuensi yang diharapkan) diperoleh dengan cara mengalikan

luas interval n.

g. Mencari 0i (frekuensi hasil penelitian) diperoleh dengan cara meithat tiap

kelas interval (Fi) pada tabel distribusi frekuensi

h. Mencari dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan

i. Menentukan keberartian dengan jalan membandingkan nilai presentif

untuk distribusi

5. Analisis Regresi

Dipergunakan untuk mencari hubungan fungsional antara variabel X

dengan variabel Y dengan rumus:

Y = a + b X

Keterangan:

Y = Harga variabel Y yang diramalkan

a = Konstanta (hargaY bila X = O)

b = Koefisien arah regresi linier yang menyatakan perubahan rata-rata

variabel X sebesar satu unit

X = Harga variabel X

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

a. Mencari harga-harga ∑X, ∑Y, ∑XY, ∑ . ∑&

(39)

c. Mencari persamaan untuk regresi sederhana:

' = ∑& ∑ ∑ − ∑− ∑ ∑ ∑ &

= ∑ & − ∑∑ − ∑− ∑&

Mencari JK (jumlah kuadrat):

1. Mencari jumlah kuadrat total {JK (T)}, jumlah-jumlah kuadrat regresi

{JK(a), JK(b/a)}, jumlah kuadrat residu {JK(s)}, jumlah kuadrat kekeliruan

{JK(E)} dan jumlah kuadrat tuna cocok {JK(TC)}, dengan rumus-rumus

sebagai berikut: () ' =∑*#

+

() ,'- = .∑ & − ∑ ∑& / () = ∑&

() = () − () ' − () /'

() = () − () 1

() 1 = ∑ .& − ∑& /

2. Membuat daftar analisis untuk uji linieritas regresi seperti yang

(40)

Tabel 3.11

Analisis Varians (ANAVA) dan Regresi Linear Sumber

3. Mencari F untuk taraf signifikan dengan cara :

4. Uji F untuk menguji signifikansi koefisien digunakan rumus:

9 = 734

9;=>3? dan tolak Ho dalam kondisi lainnya.

6. Analisis Korelasi

Analisis korelasi merupakan teknik statistik yang berusaha mencari derajat

(41)

derajat hubungan dalam penelitian ini adalah analisis parametrik dengan

menggunakan koefisien korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:

@ = ∑ & − ∑ − ∑&

AB ∑ − ∑ C B ∑& − ∑D C

Langkah-langkah perhitungan untuk mrncari koefisien korelasi r

adalah

a. Menentukan harga-harga ∑X, ∑Y, ∑XY, ∑ . ∑&

b. Menafsirkan besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang

dikemukakan Sugiono (1999:66) adalah sebagai berikut:

Kurang dari 0,20 : Hubungan dianggap tidak ada

Antara 0,21 — 0,40 : Hubungan ada tetapi rendah

Antara 0,41 —0, 60 : Hubungan cukup

Antara 0,61 — 0,80 : Hubungan tinggi

Antara 0,81 — 1,00 : Hubungan sangat tinggi

c. Menghitung keberartian koefisien korelasi (tingkat signifikansi) dengan

menggunakan rumus:

@ =@√ − 1 √1 − @

Keterangan:

t = nilai t yang dicari

r = koefisien korelasi

(42)

Selanjutnya nilai F: ;<+4dibandingkan dengan nilai F;=>3? dengan dk = n-2

pada taraf atau tingkat kepercayaan yang dipilih, dalam hal ini adalah tingkat

kepercayaan 95 %. Apabila F: ;<+4 > F;=>3?, maka dapat disimpulkan

hipotesis diterima atau dengan kata lain hipotesis nol ditolak.

d. Mencari derajat hubungan berdasarkan koefisien determinasi (@

dimaksudkan untuk menyatakan besarnya presentase variabel yang satu turut

ditentukan oleh variabel yang lain (Sugiono, 1999: 63) dengan rumus sebagai

berikut:

KD = (@ ) x 100%

(43)

169 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan pada

beberapa sekolah mengenai keefektifan sekolah sebgai variabel dependent, dan

kinerja kepemimpinan sekolah serta kinerja mengajar guru, didapat kesimpulan

sebagai berikut.

1. Gambaran tentang kinerja kepemimpinan sekolah di lapangan secara

keseluruhan berada pada posisi 3,9 atau 78% artinya menunjukkan kualifikasi

tinggi . Kinerja kepemimpinan sekolah berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan kondisi tinggi sehingga dipandang sudah baik dalam

menjalankan kinerjanya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya

untuk meningkatkan keefektifan sekolah.

2. Gambaran tentang kinerja mengajar guru dilapangan secara keseluruhan juga

berada posisi 3,8 ,atau 77% artinya menunjukkan kualifikasi tinggi. Kinerja

mengajar guru pada SMA Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang dari aspek

perencanaan, pelaksanaan mengajar dan evaluasi sudah dipandang baik untuk

dapat meningkatkan keefektifan sekolah.

3. Gambaran keefektifan sekolah pada SMA Negeri Se-Kabupaten Deli Serdang

di lapangan secara keseluruhan sudah berada pada nilai 39 atau 78% ini

mempunyai makna bahwa keefektifan sekolah secara umum telah dapat

(44)

4. Kinerja kepemimpinan sekolah secara tunggal memberikan nilai korelasi

sebesar 0,452 terhadap keefektifan sekolah.hal tersebut menunjukkan

pengertian adanya korelasi yang cukup kuat dan positif serta signifikan antara

kinerja kepemimpinan sekolah dengan keefektifan sekolah. Nilai kontribusi

dari variable (kinerja kepemimpinan sekolah (X1 ) terhadap keefektifan

sekolah (X2) sebesar 20,5%

Hal tersebut menunjukkan pengertian adanya kontribusi kepemimpinan

sekolah sebesar 20,5% terhadap keefektifan sekolah dan sisanya 79,5%

dipengaruhi olesar faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

5. Kinerja mengajar guru secara tunggal memberikan nilai korelasi sebesar

0,530 terhadap keefektifan sekolah. Hal tersebut menunjukkan pengertian

adanya korelasi yang cukup kuat dan positif serta signifikan antara kinerja

mengajar guru terhadap keefektifan sekolah. Nilai kontribusi dari variable

kinerja mengajar guru (X2 ) Terhadap keefektifan sekolah (y) sebesar 28,1% .

Hal tersebut menunjukkan pengertian adanya kontribusi kinerja mengajar guru

sebesar 28,1% terhadap keefektifan sekolah dan sisanya 71,9% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

6. Kinerja kepemimpinan sekolah secara tunggal memberikan nilai korelasi

sebesar 0,482 terhadap kinerja guru. Hal tersebut menunjukkan pengertian

adanya korelasi yang cukup kuat dan positif serta signifikan antara kinerja

kepemimpinan (X1) sekolah terhadap kinerja mengajar guru (X2). Adapun

nilai kontribusi dari variable kinerja kepemimpinan sekolah (X1) terhadap

(45)

kontribusi kinerja kepemimpinan sekolah terhadap kinerja mengajar guru

sebesar 23,3% dan sisanya 77,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diteliti pada penelitian ini.

7. Dan kinerja kepemimpinan sekolah(X1) secara bersama-sama dengan kinerja

mengajar guru(X2) memberikan nilai korelasi sebesar 0,577 terhadap

keefektifan sekolah. Hal tersebut menunjukkan pengertian adanya korelasi

yang cukup kuat dan positif serta signifikan antara kinerja kepemimpinan

sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap keefektifan sekolah Adapun nilai

kontribusi dari variable kinerja kepemimpinan sekolah (X1) secara

bersama-sama dengan kinerja mengajar guru sebesar 33,2%. Hal tersebut

menunjukkan adanya kontribusi kinerja kepemimpinan sekolah secara

bersama-sama dengan kinerja mengajar guru sebesar 33,2% dan sisanya

sebesar 67,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian

ini.

8. Upaya yang dilakukan pihak sekolah, kepala sekolah, dan guru di lapangan

untuk meningkatkan keefektifan sekolah secara umum sudah cukup, akan

tetapi perlu adanya peningkatan yang dilakukan secara terencana dan

terprogram secara konsisten dan berkesinambungan

9. Kinerja kepemimpinan sekolah dalam meningkatkan keefektifan sekolah

perlu ditingkatkan melalui berbagai bentuk kegiatan yang dapat memfasilitasi

guru untuk memahami secara lebih komprehensif pelaksanaan kepemimpinan

sekolah yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem disekolah mulai dari

(46)

10.Peningkatan keefektifan sekolah yang dapat dikembangkan berdasarkan

temuan hasil penelitian dan kajian konseptual tentang kinerja kepemimpinan

sekolah dan kinerja mengajar guru sehingga pelaksanaan peningkatan

keefektifan sekolah didasarkan sesuai dengan konsep dan karakteristik

sekolah.

11.Peningkatan keefektifan sekolah dilakukan dengan melihat faktor kinerja

kepala sekolah dan kinerja mengajar guru dibuat berdasarkan hasil penelitian

memuat beberapa hal yaitu : a) Rasional, b) Tujuan, c) Bentuk Kegiatan, d)

Pelaksanaan, e) Sarana dan Prasarana, dan f) Evaluasi.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, penulis dapat

menemukan implikasi yang dapat diterapkan pada kegiatan empirik mengenai

kontribusi kinerja kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap

keefektifan sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri Se-Kabuapaten Deli

Serdang Sumatera Utara. Sebagai berikut :

1. Menerapkan kompetensi pada penilaian kinerja kepemimpinan sekolah

Pengembangan efektifitas kinerja kepemimpinan sekolah hendaknya

memperhatikan kepada beberapa aspek kinerja kepemimpinan sekolah yang

mengacu pada perwujudan sekolah efektif yang termasuk didalamnya pembinaan,

pengawasan, komunikasi, pendelegasian tugas, memiliki visi dan misi dan aspek

pengambilan keputusan yang kesemuanya itu merupakan aktulisasi kinerja yang

dilakukan oleh seorang pemimpin sekolah. Dari analisis variable kinerja

(47)

kompetensi dengan skor terendah, namun secara umum kinerja kepemimpinan

sekolah mencerminkan kualitas kinerja yang baik dan perlu terus dikembangkan

untuk perwujudan sekolah yang efektif.

2. Menerapkan kompetensi kinerja mengajar guru sebagai acuan standar

Pengembangan efektifitas kinerja mengajar guru disekolah yang berdasar

kan kepada aspek merencanakan program pengajaran, melaksanakan program

pengajaran, dan melakukan evaluasi pengajaran. Dari analisis variable kinerja

mengajar guru kesemuanya dapat dikategorikan baiki namun terdapat 2 aspek

yang mesti lebih ditingkatkan lagi yakni aspek membuat perencanaan program

pengajaran dan melaksanakan penilaian atau evaluasi pembelajaran. Hal ini akan

mengacu kepada perwujudan keefektifan sekolah.

3. Perwujudan keefektifan sekolah

Terciptanya keefektifan sekolah dapat terwujud dengan kinerja

kepemimpinan sekolah yang optimal dan kinerja mengajar guru yang baik.Oleh

karena itu peningkatan kinerja kepemimpinan sekolah, kinerja mengajar guru

secara optimal sangat diperlukan yang pada akhirnya akan meningkatkan dan

membangun keefektifan sekolah secara menyeluruh.

Adanya kontribusi yang nyata antara kinerja kepemimpinan sekolah dan

kinerja mengajar guru pada Sekolah menengah Atas Negeri Se-Kabupaten Deli

Serdang, mengisyaratkan bahwa penting memberikan suasana yang mendukung

pada ketercapaian sekolah yang efektif. Kompetensi yang dimiliki oleh seorang

pemimpin sekolah secara signifikan mempengaruhi kinerja kepala sekolah

(48)

terwujud oleh kinerja mengajar guru yang efektif. Dengan demikian implementasi

keefektifan sekolah harus didukung oleh kesiapan sistem dalam menjalankan

pengelolaan suatu lembaga pendidikan atau sekolahan.

Adanya komitmen kepemimpinan sekolah dalam kebersamaan kinerja

mengajar guru dan komponen sekolah merupakan salah satu contoh bagaimana

sistem sekolah berjalan dengan baik dalam pencapaian keefektifan sekolah.

C.Rekomendasi

Berdasarkan pada beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari

permasalahan-permasalahan penelitian mengenai Kontribusi kinerja

kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap keefektifan sekolah

pada SMA Negeri Se- Kabupaten Deli serdang Sumatera Utara, maka ada

beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut:

1. Pemerintah melalui Dinas pendidikan

Keefektifan sekolah dipengaruhi oleh kontribusi kinerja kepemimpinan

sekolah dan kinerja mengajar guru pada suatu lembaga pendidikan yang

berbentuk sekolah. Temuan penelitian menunjukkan ada beberapa aspek

kompetensi yang tergolong rendah yakni tentang kompetensi kepemilikan visi

dan misi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sekolah dalam hal ini kepala

sekolah, dengan demikian Dinas pendidikan sebagai lembaga yang bertanggung

jawab dalam peningkatan mutu pendidikan, dalam hal ini kepemimpinan sekolah

(49)

pengembangan kinerja kepemimpinan sekolah melalui penerapan regulasi yang

berkaitan dengan penilaian dan pengawasan kinerja kepemimpinan sekolah.

Pengembangan kinerja ini dilakukan melalui desiminasi berupa pelatihan,

seminar dan diklat dalam penerapan perlunya kepemilikan visi dan misi untuk

mewujudkan keefektifan sekolah yang lebih maksimal.program-program dinas

pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan lebih mengarah pada

peningkatan kompetensi kepemimpinan sekolah karena tuntutan ini diperlukan

untuk melaksanakan pengelolaan sekolah dengan kinerja yang efektif termasuk

didalamnya bagaimana pihak dinas pendidikan melihat kembali sistem

rekruitmen kepemimpinan sekolah untuk diangkat menjadi kepala sekolah agar

lebih mengacu kepada kompetensi , dedikasi, integritas serta profesionalitas.

2. Untuk pemimpin sekolah

Enam kompetensi minimal kepemimpinan yang harus diwujudkan oleh

seorang pemimpin sekolah atau kepala sekolah, ternyata dari temuan penelitian ini

hanya aspek kepemilikan visi dan misi yang rata-rata skornya yang paling rendah

yaitu sebesar 3,7 . padahal aspek ini merupakan salah satu aspek yang harus

diimplementasikan oleh seorang kepala sekolah untuk mewujudkan keefektifan

sebuah lembaga pendidikan yang berbentuk sekolah. sehingga atas dasar temuan

tersebut penulis ingin berbagi penelitian bahwa aspek kepemilikan visi dan misi

merupakan salah salah satu indicator penting dalam kepemimpinan sekolah dalam

rangka meningkatkan profesionalisme kinerja kepemimpinan sekolah untuk

(50)

Pengembangan ini dapat dilakukan melalui pemberdayaan kelompok kerja

kepala sekolah kepala sekolah(K3S), atau musyawarah kerja kepala sekolah

(MKKS) harus diorientasikan dan diarahkan pada upaya peningkatan kompetensi

dalam hal kepemimpinan yang termasuk didalamnya pentingnya perwujudan visi

dan misi dalam mewujudkan keefektifan sekolah dimana ia memimpin.

Adanya lembaga professional kepala sekolah ini seperti yang tersebut

diatas tadi harus dimaknai keberadaannya serta ditegaskan kembali fungsi dan

peranannya bagi kepentingan mewujudkan lembaga pendidikan yang efektif.

3. Untuk guru- guru

Tiga aspek yang dapat menilai kinerja mengajar guru dalam penelitian ini

telah menggambarkan tingkat kinerja mengajar yang efektif namun ada 2 aspek

yang perlu ditingkatkan lagi yaitu aspek merencanakan pembelajaran dan aspek

mengevaluasi pembelajaran. Dalam hal ini dapat direkomendasikan kepada

guru-guru yang melakukan pengajaran agar dapat lagi lebih meningkatkan kinerjanya

pada bidng tersebut karena pengoptimalan ketiga aspek kinerja tersebut akan

dapat mewujudkan keefektifan sekolah pada tempat guru-guru tersebut mengajar.

Hal ini dapat ditindaklanjuti dengan menambah wawasan dan

pengetahuan tentang pentingnya merencanakan dan evaluasi dalam pendidikan hal

ini dapat dilakukan dengan pembekalan diri baik mengikuti pelatihan, seminar,

sarasehan, workshop atau mengagendakan pembahasan tentang hal tersebut pada

(51)

4.Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti pada permasalahan yang

sama direkomendasikan untuk :

a. Mengkaji lebih lanjut mengenai kinerja kepemimpinan sekolah dan kinerja

guru serta permasalahannya yang terkait dengan seluruh jenis kinerja

kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar guru, diteliti secara detail setiap

aspek dan sub aspek kinerja kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar guru

beserta indikator-indikator yang menunjang peningkatan kinerja

kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar guru.

b. Menggunakan pendekatan penelitian ke arah penelitian dan pengembangan

(Research and Development) untuk mengujicobakan program peningkatan

kinerja kepemimipinan sekolah dan kinerja mengajar guru yang telah dibuat

apakah telah layak atau perlu perbaikan dan penyempurnaan, sehingga

menghasilkan model kepemimpinan yang akan meningkatkan standar

keefektifan sekolah yang standar dan teruji di lapangan

c. Menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih dapat mengukur kinerja

kepemimpinan sekolah dan kinerja mengajar guru, dengan memperkaya

berbagai metode yang lebih baik tidak hanya menggunakan angket dan

wawancara serta observasi saja melainkan dengan studi kasus untuk

mengamati lebih mendalam setiap kinerja kepemimpinan sekolah dan kinerja

Gambar

Gambar 1.1 Paradigma penelitian
Tabel 3.1 Populasi penelitian
Table 3.2 Daftar Jumlah guru dan nama  sampel sekolah
Tabel 3.3 Kriteria penskoran alternative jawaban untuk setiap item
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan. dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penataan arsip dinamis aktif pada bagian tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara adalah berdasarkan jenis arsipnya

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM LEGENDA ORANG KAYO HITAM DI JAMBI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR KAJIAN PROSA FIKSI DI FKIP UNIVERSITAS

Vocabulary Learning Strategies (Vls) Of High-Achieving Indonesian Efl Undergraduate Students.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meyakinkan PT X untuk memprioritaskan e-learning sebagai media pembelajaran yang penting dalam mendukung penerapan manajemen pengetahuan, karena. dengan e-learning karyawan

Saat ini pemakaian jasa internet sebagai sarana untuk memperoleh informasi semakin banyak digunakan karena jangkuannya yang luas, internet sangat ideal bila digunakan sebagai

Eksternalisasi membutuhkan penyajian tacit knowledge ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap eksternalisasi ini, individu