TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana
Jurusan Pendidikan Olahraga
Oleh :
SOLIHIN YULIANTO 1004716
Oleh : Solihin Yulianto
S.Pd. Universitas Pendidikan indonesia, 2003
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga
© Solihin Yulianto2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing
Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP: 196306181688031002
Mengetahui:
Ketua Prodi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana UPI,
Solihin Yulianto, 2014
ABSTRAK
Tesis ini berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah Permainan Bolavoli dan Kerjasama Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Di SMP”.
Berdasarkan situasi dan kondisi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah, khususnya pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga bola besar beregu pada materi pasing bawah permainan bolavoli dan kerjasama siswa kelas VII di SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, pembelajaran dirasakan belum berjalan maksimal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya (1) kondisi peserta didik, (2) pendidik itu sendiri, dan (3) sarana prasarana.
Data awal menunjukan persentase hasil belajar kelas tujuh dengan jumlah peserta didik 28 siswa diperoleh data 80% siswa memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada aspek keterampilan gerak dasar pasing bawah dan kerjasama pada materi permainan bolavoli, sedangkan KKM untuk materi tersebut adalah 75.
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc Taggart (1988). Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah observasi terhadap keterampilan gerak dasar pasing bawah dan kerjasama peserta didik pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang telah divalidasi oleh akhli, sedangkan persentase digunakan sebagai teknik analisis data.
ABSTRACT
This thesis entitled "Implementation Type STAD Cooperative Learning Model To Improve Motor Basic Skills of volleyball forearm Pass and pupils Cooperation in Junior High School Physical Education Lesson".
Under the circumstances of sport and physical education lessons in school, in particular the implementation of the game sport learning in the material volleyball forearm pass and cooperation in the seven grade of laboratory junior high school UPI campus Cibiru, perceived learning not running optimally. This can be caused by several factors, including (1) the condition of the students, (2) educators themselves, and (3) infrastructure.
Preliminary data shows the percentage of seventh grade learning outcomes with 28 student enrollment data showed 80% of students received grades below the minimum completeness criteria (KKM) on aspects of basic motor skills and co-operation in volleyball forearm pass material, while the chief engineer for the material is 75.
The research method used is the method of Kemmis and Mc Taggart action research (1988). Data collection techniques used to measure learning outcomes is the observation of basic motor skills and co-operation on students volleyball forearm pass material in the implementation of cooperative learning model Student Team Achievement Division (STAD) which has been validated by the expert, while the percentage used as a data analysis technique.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
F. Variabel Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORITIS ... 12
A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 12
B. Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP ... 16
C. Pengertian Pembelajaran ... 18
D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 20
F. Keterampilan Gerak ... 22
G. Permainan dan Olahraga Bola Besar ... 25
H. Keterampilan Kerjasama ... 27
J. Hipotesis ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 31
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
C. Definisi Operasional ... 34
D. Prosedur Penelitian ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 40
1. Observasi Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah .. 40
2. Observasi Kerjasama ... 43
3. Observasi Efektivitas Proses Belajar Mengajar ... 45
F. Uji Coba Instrumen ... 48
1. Uji Validitas ... 49
2. Uji Reliabilitas ... 52
3. Uji Intereliabilitas ... 52
G. Pengumpulan Data ... 55
H. Pengolahan dan Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 58
1. Deskripsi Penelitian ... 58
2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59
B. Pembahasan ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 92
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah, karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006, hlm. 197) menjelaskan sebagai
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Berdasarkan penjelasan BSNP tersebut, dapat memiliki makna bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan di sekolah sama posisinya dengan mata pelajaran lain, sama-sama memiliki peranan penting dalam rangka memberikan pengalaman belajar.
Kelebihan mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan mata pelajaran lainnya adalah peserta didik diberikan pengalaman untuk terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, dan olahraga, dan kesehatan sehingga menempatkan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada posisi yang strategis sebagai media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, dan keterampilan motorik, seperti
dijelaskan BSNP (2006, hlm. 198) bahwa “Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),...” yang bermuara pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Selanjutnya, sehubungan dengan penghayatan nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani, menurut Mike McNamee (dalam Green & Hardman, 2005, hlm. 1) menyebutkan “can help students to live better lives”, yang dapat berarti
Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah adalah meningkatkan kompetensi peserta didik, diantaranya kompetensi dasar pada aspek pengembangan sikap dan keterampilan seperti terlihat dalam kompetensi dasar untuk SMP/MTs yang dipublikasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2013 yaitu menunjukkan kemauan kerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik dalam bentuk permainan dan mempraktikkan modifikasi teknik dasar permainan bola besar dengan menekankan gerak dasar fundamentalnya.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan seperti terlihat dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dikeluarkan Kemdikbud tahun 2013 perlu direncanakan secara sungguh-sungguh agar pelaksanaannya di sekolah dapat terlaksana dan tercapai tujuannya.
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah akan memberikan dampak positif bagi kemajuan pembangunan bangsa Indonesia secara umum, karena syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju adalah pendidikan yang bermutu, seperti hasil riset Komisi nasional Pendidikan jasmani dan olahraga (Komnas Penjasor, 2009, hlm. 54) tentang kompetensi guru pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah disebutkan bahwa “Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera”. Hal tersebut didasari oleh sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, pengajarannya telah dilakukan sejak dini, yaitu mulai dari sekolah
sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat sebagaimana tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) No.19 Tahun 2005, pelaksanaan pendidikan jasmani pada usia dini bukan sekedar dijadikan landasan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi, namun dilakukan agar tumbuh kemauan dan berkembangnya potensi dan kreativitas peserta didik yang dibangun dengan memberikan keteladanan.
Dalam pelaksanaan pengembangan potensi dan kreativitas peserta didik, guru senantiasa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan pembelajaran.
Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran dapat diidentifikasikan atas beberapa aspek seperti; (1) aspek peserta didik, (2) aspek pendidik itu sendiri, dan (3) sarana prasarana atau media pembelajaran. Pertama, pada aspek peserta didik permasalahan yang muncul dapat dilihat berdasarkan gejalanya, Suherman (2009, hlm. 71) menyebutkan bahwa beberapa gejala tersebut dapat diamati dari kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan gurunya, seperti siswa sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak mengikuti petunjuk guru, tidak mendengarkan guru, melalaikan perintah guru, tidak mau belajar, dan lain sebagainya. Kurangnya perhatian siswa tersebut telah mengakibatkan proses pengembangan potensi maupun kreativitas peserta didik menjadi terhambat dan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal oleh peserta didik. Kedua, pada aspek pendidik atau guru dirasakan memiliki kualitas yang rendah seperti disebutkan dalam hasil riset Komnas Penjasor (2009), sedangkan pusat kurikulum (2007) dalam naskah akademik disebutkan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya kurang mengembangkan pendekatan, gaya, metode, model serta strategi pembelajaran. Ketiga, pada aspek sarana dan prasarana, pusat kurikulum (2007) mengungkapkan bahwa alat dan sumber belajar kurang mendukung dan tidak sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi (SK)
Masalah yang dirasakan peneliti sebagai guru pendidikan jasmani di SMP Lab UPI Kampus cibiru adalah kondisi sesuai yang diharapkan pada pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga beregu bola besar. Pada pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran sering ditemukan perilaku-perilaku yang kurang sesuai, seperti sikap dan perilaku siswa yang suka saling merendahkan satu sama lain, kurang menghargai temannya, dan perilaku-perilaku lain yang mencerminkan tidak terjalinnya sikap dan perilaku kerjasama pada waktu kegiatan belajar sehingga menghambat pada pencapaian potensi peserta didik perihal keterampilan
gerak dasar pada materi pasing bawah permainan bolavoli.
Dalam salinan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk SMP/MTs dijelaskan kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan pendidikan yaitu, (1) kompetensi sikap seperti siritual dan sosial, (2) pengetahuan seperti faktual, konseptual, dan prosedural, dan (3) keterampilan seperti kemampuan pikir dan tindak yang efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa lulusan SMP harus memenuhi kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran disekolah memperhatikan ketiga ranah tersebut, begitu pula dengan penilaiannya, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan memegang peranan penting
physical education has an important role to play in promoting the development of pupils’ personal and social skills through the encouragement of ‘an ability to work co-operatively with others by being a member of a team or group.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perkembangan peserta didik dalam perihal keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan memberikan dorongan kepada peserta didik untuk bekerja bersama-sama dengan menjadi anggota pada sebuah tim atau kelompok. Akan tetapi, kemampuan bekerjasama bukan sekedar siswa belajar atau bekerja bersama-sama, belajar atau bekerja bersama-sama dilakukan karena terdapat tujuan. Pada pelaksanaannya, belajar atau bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan sering terkendala oleh efektivitas dan efisiensi sehingga tujuan tidak tercapai secara optimal atau maksimal. Tujuan dapat dicapai dengan maksimal apabila para pelaku kerjasama mengetahui indikator dari kerjasama, sehingga suatu tujuan dapat dicapai secara maksimal.
Berhubungan dengan permasalahan dalam pembelajaran di SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, terlihat bahwa terjadi ketimpangan dalam proses pembelajaran pada aspek afektif yaitu sikap dan perilaku kerjasama yang mempengaruhi terhadap perkembangan dan peningkatan penguasaan keterampilan gerak dasar pada pasing bawah permainan bolavoli.
Data menunjukan persentase kriteria ketuntasan minimal (KKM) peserta didik untuk hasil belajar keterampilan gerak dasar pasing bawah pada permainan
bolavoli adalah 71% dibawah KKM dengan rata-rata nilai 62, dan untuk aspek kerjasama diperoleh data 89% siswa dibawah KKM dengan rata-rata nilai 59 dari kriteia ketuntasan minimal yaitu 75. Perolehan data tersebut merupakan masalah besar dalam pembelajaran yang kalau tidak segera diatasi dapat mempengaruhi efektivitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan yang berdampak pada perkembangan potensi peserta didik.
pembelajaran, guru dapat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kebutuhan proses pembelajaran, dan proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan melaksanakan berbagai strategi dan model.
Model pembelajaran kooperatif telah diakui para akhli dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan permasalahan sikap sosial, Hardy (1999, hlm. 96) menyebutkan bahwa penelitian
dalam pembelajaran kooperatif seluruhnya menyebutkan positif, “research on cooperative learning is ‘overwhelmingly positive’. Kemudian Lickona (1991, hlm.
187) menyebutkan bahwa “Cooperative Learning improves academic achievement, self-esteem, and attitude toward school”. Strachan & MacCauley (dalam Hardy, A, Colin & Mawer, M. 1999 hlm. 96) menggunakan pembelajaran kooperatif pada kelas tujuh dan delapan untuk melakukan kaji ulang bahan-bahan pembelajaran, merancang strategi permainan, dan kegiatan refleksi setelah permainan.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif menggambarkan bagaimana siswa dapat belajar dengan bekerjasama dalam team, Rink (1993, hlm. 176) mendeskripsikan
pembelajaran kooperatif sebagai “groups of learners” dapat diartikan sebagai pembelajaran grup. Selanjutnya dijelaskan, grup belajar dalam menyelesaikan tugas belajar atau proyek untuk diselesaikan secara team. Rink (1993, hlm. 176)
menjelaskan, “in cooperative learning, groups of learners are assigned a learning task or project to complete as a team”.
Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam kerangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, karena pada umumnya seorang
diharapkan para guru pada umumnya adalah lingkungan belajar yang didalamnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh, saling menghargai dan saling mendukung
untuk belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih ideal”.
Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti sebagai guru penjas, diketahui bahwa faktor penyebab pelaksanaan pembelajaran kooperatif sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar dan kerjasama siswa dirasakan belum optimal dilaksanakan. Kemampuan peserta didik masih dirasakan rendah perihal peningkatan hasil belajar keterampilan dan
perkembangan aspek sosial seperti kerjasama dalam belajar sehingga perlu dikembangkan berdasarkan fenomena yang terjadi di kelas atau di lapangan yang selanjutnya dilakukan perbaikan secara berkelanjutan sampai masalah dirasakan sudah terselesaikan.
Proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik bagaimana belajar dilakukan bersama-sama dengan tetap saling menghargai terhadap segala perbedaan diantara peserta didik. Model ini berkembang berdasarkan pandangan bahwa ketika dewasa kelak mereka akan dihadapkan pada suatu situasi dan kondisi yang mengharuskan mereka dapat bekerja dengan orang lain, dan menghargai segala perbedaan dalam lingkungan masyarakat yang beragam yang dapat mengantarkan mereka pada produktivitas dan kehidupan yang menyenangkan, Rink (1993, hlm. 176) menjelaskan
... adults in today’s society need to be able appreciate diversity and work with others in a very diverse society to lead productive and happy lives. Cooperative learning has the potential to increase student learning, as well as to contribute to social and affective development.
Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dalam kegiatan pembelajaran, diperlukan suatu pemecahan permasalahan sebagai suatu sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu, dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai upaya, Muslich (2009, hlm. 4) menyebutkan upaya tersebut dapat dilakukan melalui pembenahan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Dan, ternyata upaya
peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik ini hanya bisa dilakukan setelah diadakan penelitian tindakan kelas (PTK) oleh guru yang bersangkutan. Sukidin dkk (2010, hlm. 14) menjelaskan “ dalam PTK, guru
dapat meneliti sendiri praktik pembelajaran yang ia lakukan di kelas”.
Kegiatan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas biasa disebut dengan penelitian kaji tindak (Action Research). Maksum (2012, hlm. 88)
menyebutkan “ Penelitian kaji tindak, yang pada tataran tertentu juga sering
disebut penelitian tindakan kelas (PTK), adalah proses penelitian bersiklus yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara berkelanjutan. Artinya guru sendiri yang melakukan penelitian melalui PBM-nya (involvement & improvement)”. Oleh karena itu, penelitian dilakukan seputar penyempurnaan
rancangan atau perencanaan pembelajaran dengan mengembangkan alternatif tindakan untuk memperbaiki keadaan.
Penyempurnaan rancangan atau perencanaan pembelajaran perlu dilakukan agar pelaksanaan model yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat berjalan sebagaimana fungsi dan potensi yang dimiliki model tersebut, agar tujuan, program, praksis, dan hasilnya tidak banyak menyimpang dari yang diinginkan dan dicita-citakan semula, sehingga relevan bagi kehidupan peserta
berkualitas dan lebih baik dari generasi kini. Tanpa adanya penyempurnaan yang dilakukan secara sistematis melalui kegiatan refleksi, Suwirta (2003, hlm. 3) menjelaskan “…pendidikan hanya merupakan proses mekanis yang hampa makna dan pada gilirannya tidak prospektif dan tidak relevan bagi kehidupan di masa
depan”.
Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah bukan semata-mata pengajaran yang berorientasi pada penguasaan keterampilan oleh peserta didik dalam kecabangan olahraga tertentu seperti masih banyak
diparaktekan oleh guru-guru penjas di Indonesia, Komnas Penjasor (2009, hlm.
44) menyebutkan “...mutu proses belajar mengajar pendidikan jasmani perlu ditingkatkan agar praktik pendidikan jasmani yang benar-benar sebagai wahana pendidikan dapat diwujudkan.
Sesuai dengan perkembangan jaman saat ini yang ditandai dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, dan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi yang disebut dengan era globalisasi, suatu masyarakat dituntut untuk dapat menyesuaikan diri. Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah RI (2010, hlm. 22) dalam kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa menyebutkan
“globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat serta bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia”.
Perkembangan jaman tersebut telah menggiring terjadinya perubahan paradigma pembelajaran seperti pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, dijelaskan oleh BSNP (2010, hlm. 49) bahwa “Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individu, maka yang
harus dikembangkan saat ini adalah model pembelajaran yang
Tugas utama guru adalah untuk memastikan bahwa melalui mekanisme pembelajaran yang dikembangkan, setiap individu dapat mengembangkan seluruh potensi diri yang dimilikinya untuk menjadi manusia pembelajar yang berhasil. Untuk menghasilkan pembelajar yang berhasil tidaklah mudah. Maksum (2012, hlm. 89) menyebutkan “Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun didalam kelas, guru tidak akan lepas dari permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran. Masalah yang muncul bisa sederhana, tapi juga bisa komplek yang merupakan masalah yang dihadapi para siswa, ataupun yang secara umum dialami
oleh setiap guru”. Melalui penelitian tindakan kelas, Muslich (2009, hlm. 6) menyebutkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang optimal dapat diwujudkan secara sistematis.
B. Rumusan Masalah
Dalam latar belakang masalah dapat diidentifikasi bahwa pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga beregu bola besar di SMP Laboratorium UPI Kampus Cibiru belum dilaksanakan secara maksimal. Permasalahan tersebut dapat dikategorikan pada masalah peserta didik, sarana prasarana dan tidak menutup kemungkinan adalah kurang pengembangan pendekatan atau model dalam pembelajaran sebagai strategi meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga sarana prasarana atau media dalam pembelajaran tidak maksimal digunakan pendidik sebagai alat bantu agar peserta didik lebih aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran.
Berdasarkan identifikasi tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan secara
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan keterampilan gerak dasar pasing bawah dalam permainan bola voli?
2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan kerjasama peserta didik?
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Model yang digunakan adalah model pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) dengan menggunakan tipe Student Team-Achievement Division (STAD).
2. Penerapan model hanya dibatasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kelas VII SMP Lab UPI Kampus Cibiru Bandung. 3. Materi Penjas yang dipilih dalam penelitian ini adalah permainan bola voli
4. Titik fokus penelitian adalah peningkatan kemampuan penguasaan teknik dasar pasing bawah dan keterampilan sosial seperti kerjasama peserta didik dalam belajar dan berlatih.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan keterampilan teknik
dasar pasing dan kerjasama peserta didik. Sedangkan tujuan khusus penelitian disajikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan penguasaan teknik dasar peserta didik.
3. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman, pengetahuan dan keterampilan peserta didik hubungannya dengan implementasi model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran terhadap peningkatan penguasaan teknik dasar dan kerjasama peserta didik.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini secara umum adalah sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, pembinaan, dan pelaksanaan model pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di seklah menengah pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan manfaat lainnya disajikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi dan referensi bagi para peneliti yang hendak melakukan penelitian dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan proses
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada umumnya, dan khususnya dalam materi permainan dan olahraga beregu bola besar sebagai alat pendidikan di sekolah menengah pertama. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan rujukan dalam bidang pelaksanaan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan referensi tambahan oleh para praktisi pendidikan khususnya oleh para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dan umumnya adalah lembaga-lembaga pendidikan formal maupun informal seperti sekolah dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar dan kerjasama peserta didik, serta para peneliti yang tertarik dalam bidang dan kajian yang sama.
Mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing dan kerjasama peserta didik melalui permainan dan olahraga beregu bola besar pada siswa sekolah menengah pertama.
F. Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
tindakan kelas (classroom research). Berdasarkan metode penelitian dan rumusan masalahnya, maka penelitian ini memiliki tiga variabel yang dibagi atas satu
variable bebas (X) yaitu model pembelajaraan kooperatif (Cooperative Learning) tipe STAD, dan dua variable terikat yaitu keterampilan gerak dasar (Y1) dan
kerjasama siswa (Y2).
Gambar. 1
Variabel Penelitian Tindakan
Keterangan : X = Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Y1 = Keterampilan gerak dasar
Y2 = Kerjasama siswa
Y2 X
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitiannya
yaitu menggunakan penelitian kaji tindak (action research) atau biasa disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah proses penelitian bersiklus
yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas secara berkelanjutan, Maksum (2012, hlm. 88).
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII.A SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, dengan jumlah siswa 28 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa kelas VII digunakan sebagai tempat penelitian diasumsikan bahwa mereka belum memiliki keterampilan teknik dasar passing dalam permainan bola voli serta pemahaman yang cukup tentang kerjasama.
Penelitian ini rencana berlangsung selama tiga minggu, dimulai pada akhir Oktober dan berakhir pada bulan November minggu kedua. Penelitian dibagi kedalam beberapa siklus tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD sampai diperoleh hasil maksimal perihal peningkatan keterampilan teknik dasar passing dalam permainan bola voli dan kerjasama siswa.
2. Desain Penelitian
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak Taggart (dalam Hopkins, 2008, hlm. 51). Berikut ini bentuk desain PTK model Kemmis and Mc Taggart.
Gambar 3.1.
The ‘action research spiral’ (Kemmis and McTaggart 1988)
Model yang dikemukakan Kemmis and Mc Taggart pada hakekatnya berupa
untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ;
Refl
ec
t
PLAN
AC
T
Observe
Refl
ec
t
AC
T
Observe
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus dalam penelitian ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Memilih kelas untuk dilakukan penelitian tindakan.
2. Melaksanakan uji coba tindakan. 3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas.
4. Melaksanakan Tindakan (model kooperatif tipe STAD). 5. Melakukan analisis dan pengolahan data.
6. Membuat kesimpulan atau laporan
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama
Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru tempat penulis mengajar. Sekolah tempat penulis mengajar merupakan sekolah tingkatan pertama yang digunakan universitas sebagai tempat atau laboratorium untuk mengkaji dan menerapkan berbagai temuan atau praktik kependidikan. SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru terletak di jalan raya cibiru Km 15, Kelurahan Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak latar belakang yang heterogen seperti ekonomi keluarga, dan kedaerahan yang menjadikan kondisi peserta didik lebih unik dengan yang lain.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, yang berjumlah 28 orang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa
perempuan. Alasannya, berdasarkan analisis guru penjasnya perolehan prestasi belajar permainan dan olahraga beregu bolavoli pada siswa dalam pembelajaran
penjasorkes masih kurang.
Siswa kelas VII masuk pada kategori usia 12 tahun, dijelaskan Wall and Murray (1994:35) bahwa peserta didik pada usia 10-12 tahun dalam perihal perkembangan fisik memiliki karakteristik perkembangan yang cepat dalam kekuatan dan kontrol terhadap otot-otot besar dan kecilnya. Sedangkan pada perkembangan sosial, sebuah kelompok berdasarkan gender dan usia yang relatif sama sudah mulai dapat membangun nilai-nilai untuk menghasilkan keputusan yang dibuat bersama-sama. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Metzler (1999, hlm. 27) menyebutkan karakteristik peserta didik pada usia 11-14 tahun pada tahapan kognitif bahwa “able to transform previous knowledge and
experience into new structures”, yang berarti bahwa mereka mampu
mentransformasikan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya ke dalam struktur yang baru.
C. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joyce & Weil (dalam Metzler, 1999, hlm. 12) disebutkan sebagai “a plan or pattern that can be used to shape curriculums
(long-term courses of studies), to design instructional materials, and to guide
instruction in the classroom and other settings”. Dalam pernyataan tersebut mengandung arti bahwa model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dapat digunakan untuk mengarahkan kurikulum pada program tujuan jangka
panjang, merancang bahan ajar yang akan dilaksanakan, dan membimbing proses pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe student team and achievement division atau
dikenal pula sebagai ‘STAD’ merupakan model pembelajaran kooperatif dengan
menempatkan siswa dalam kelompok non-kompetitif, Suherman (2009, hlm. 23). Sedangkan Lang, R, Hellmut & Evans, N, David (2006, hlm. 422) menyebutkan pembelajaran STAD sama dengan TGT, maksudnya adalah mengelompokan siswa dalam tim yang heterogen dan berusaha menyelesaikan suatu tugas pembelajaran dengan cara bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok. Lebih lanjut Slavin (dalam Jolliffe, 2007, hlm. 48) menjelaskan student-team achivement division dalam pembelajaran sebagai berikut
The teacher presents the lesson, and then pupils work in teams to ensure that all members have mastered the objective. Pupils then take individual tests on the material, and scores are averaged for teams and compared with past scores, with teams rewarded for meeting certain criteria.
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak 3. Keterampilan Gerak
Keterampilan dijelaskan oleh Ma’mun dan Yudha (1999/2000, hlm. 47)
sebagai derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif. Sedangkan keterampilan gerak dijelaskan Schmidt & Wrisberg (2000, hlm. :6) sebagai kualitas gerak yang ditampilkan pelaku, “a skill for which
the primary determinant of success is the quality of the movement that the
performer produces”.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar passing dan kerjasama peserta didik dalam permainan bola voli. Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai suatu permasalahan dalam pembelajaran dapat ditemukan alternatif tindakan sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai maksimal, yang berarti bahwa penelitian yang dilakukan dikatakan berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan evaluasi, serta (4) analisis dan refleksi. Adapun prosedur dan rencana penelitian tindakan, peneliti mengacu pada model Suhardjono (2009, hlm. 70-72) yang telah disesuaikan dengan kajian peneliti seperti terlihat pada tabel 3.1
Tabel. 3.1
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I Perencanaan Merencanakan pembelajaran yang akan
Mengembangkan skenario pembelajaran Mengembangkan format evaluasi
Mengembangkan format observasi pembelajaran
Tindakan Menerapkan tindakan mengacu pada skenario
pembelajaran
Pengamatan Melakukan observasi dengan menggunakan
format observasi
Menilai hasil tindakan sesuai dengan format evaluasi dalam perencanaan pembelajaran
Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan yang meliputi efektivitas model dalam pembelajaran, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil
evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya Evaluasi tindakan I
Siklus II Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
Pengembangan program tindakan II
Tindakan Pelaksanaan program tindakan II
Pengamatan Pengumpulan data tindakan II
Refleksi Evaluasi Tindakan II
Siklus-siklus berikutnya
Kesimpulan, saran, dan rekomendasi
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan
No. Rencana Kegiatan
Bulan / Minggu ke-
Maret April
2 3 4 1 2 3
1 Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan
Menyusun Instrumen
Menyepakati jadwal / izin penelitian
2 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat Melaksanakan Tindakan Siklus I Melaksanakan Tindakan Siklus II Melaksanakan Tindakan Siklus III
3 Pengolahan dan analisis data
4 Penyusunan Laporan
Adapun rincian kegiatan pada setiap tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini pertama-tama peneliti
peserta didik berdasarkan pengamalaman mengajar sebelumnya yang kemudian dilanjutkan dengan :
a) Membuat skenario pembelajaran. Sehubungan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif, maka skenario pembelajaran yang digunakan adalah skenario dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) menggunakan konsep kerangka dasar dan operasional yang dikembangkan
oleh Suherman (2010), dapat dilihat pada lampiran 1 tentang tindakan awal penelitian.
b) Membuat lembar observasi untuk melihat efektivitas pembelajaran penjas dengan model pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan keterampilan mengajar yang efektif diterapkan pada pembelajaran kooperatif dalam Metzler (2000, hlm. 239-241).
c) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam aspek; (1) Afektif : kemampuan kerjasama siswa, dan (2) Psikomotor: kemampuan siswa melakukan teknik dasar passing dalam permainan bola voli, ( instrumen penelitian halaman 40-42).
2. Pelaksanaan Tindakan
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak kedua untuk melakukan perbaikan terhadap tugas atau performa untuk meningkatkan perolehan skor kelompok. Lebih rinci, Suherman (2009, hlm. 23) menjelaskannya dalam garis besar langkah model pembelajaran STAD sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
b) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 5-8 orang
c) Guru menyampaikan dan menjelaskan permasalahan yang ingin dipecahkan oleh masing-masing team
d) Guru memberi kesempatan kepada semua team untuk bekerjasama melaksanakan tugas dan menunjukan hasil terbaiknya melalui suatu test dan dicatat hasilnya
e) Guru melakukan diskusi dan penjelasan tentang berbagai alternative meningkatkan skor kelompok
f) Guru memberi kesempatan kedua kepada semua team untuk bekerjasama berlatih meningkatkan skor dilanjutkan dengan pengetesan ulang untuk mengetahui peningkatannya
g) Guru memberikan penilaian keberhasilan team berdasarkan skor perolehan tes kedua dikurangi skor perolehan kesatu
h) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
3. Pengamatan atau Observasi
hlm. 78) menyebutkan peneliti atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Oleh karena itu, dalam kegiatan pengumpulan data, guru sebagai peneliti menggunakan format observasi dan penilaian yang telah disusun.
Adapun format observasi yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang berbeda, (1) format observasi digunakan untuk melihat efektivitas proses pembelajaran melalui PTK untuk kepentingan refleksi, dan (2)
format observasi yang digunakan sebagai instrumen penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam melakukan gerak dasar pasing bawah, dan format observasi untuk menilai kemampuan kerjasama peserta didik dalam pembelajaran..
Hasil observasi yang telah dilakukan dalam pelaksanaan tindakan kelas pada dasarnya adalah data penelitian tindakan. Data tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk melakukan refleksi, sehingga peneliti dapat merekonstruksi dengan cermat tindakan terkait. Oleh karena itu, pengumpulan data dalam observasi tidak hanya untuk keperluan hipotesis, melainkan juga sebagai alat untuk membukukan amatan dan menjebatani antara momen-momen tindakan dan refleksi dalam setiap siklus penelitian tindakan, Muslich (2009, hlm. 90).
4. Analisis dan Refleksi
Tahapan refleksi merupakan tahapan pengkajian tindakan yang dilakukan secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, sampai pada pengamatan. Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi, Hopkins (dalam Suhardjono, 2009, hlm. 81) Demikian tahapan demi tahapan kegiatan terus berulang sehingga membentuk siklus kesatu, siklus kedua, siklus ketiga dan seterusnya sampai suatu permasalahan dianggap selesai.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari :
1. Observasi Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah a. Petunjuk Pelaksanaan
Tes keterampilan gerak dasar pasing bawah dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tes pasing bawah (lihat gambar 3.2), dengan cara mengamati sikap awal, pelaksanaan, dan sikap akhir gerak pasing bawah yang dilakukan siswa.
[image:34.595.117.533.546.654.2]Untuk mempermudah pengamatan pada setiap tahapan pelaksanaan keterampilan gerak dasar pasing bawah dirumuskan indikator seperti dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Indikator Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah
Australian Curriculum Council (2009)
Gerak Dasar Indikator
Sikap Awal
- Pandangan mata ke arah datangnya bola - Tubuh berdiri kangkang dan lutut ditekuk - Badan sedikit condong kedepan
- Bola divoli dari bawah,
- Badan condong ke depan dengan lutut ditekuk
Sikap Akhir
- Lengan mengayun keatas mengikuti gerakan setelah perkenaan dengan bola
- Tungkai diluruskan seiring dengan ayunan lengan ketika perkenaan dengan bola dan gerakan ikutannya.
- pandangan mata tertuju pada lepasnya bola dan lutut ditekuk
b. Format observasi gerak dasar keterampilan pasing bawah dalam permainan bola voli.
Observasi Gerak Dasar Pasing Bawah
No Nama Siswa
(1) (2) (3)
Skor
Nilai Akhir Sikap Awal Pelaksanaan Sikap
Akhir
1 2 3
1. A
2. B
3. C
Dst
Jumlah Skor Maksimal = 9
c. Rubrik keterampilan gerak dasar pasing bawah
Gerak Dasar Mekanisme Penskoran
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak
Gerak Dasar Mekanisme Penskoran
a) Pandangan mata ke arah datangnya bola b) Tubuh berdiri kangkang dan lutut ditekuk c) Badan sedikit condong kedepan
Berikan angka 2 jika : hanya dua kriteria yang
dilakukan secara benar
Berikan angka 1 jika : hanya satu kriteria yang
dilakukan secara benar
2) Pelaksanaan Gerak
Berikan angka 3 jika :
a) Kedua lengan lurus dan dirapatkan b) Perkenaan setinggi bahu
c) Badan condong kedepan dengan lutut ditekuk Berikan angka 2 jika : hanya dua kriteria
dilakukan secara benar
Berikan angka 1 jika : hanya satu kriteria yang
dilakukan secara benar
3) Sikap Akhir
Berikan angka 3 jika :
a) Lengan mengayun keatas mengikuti gerakan setelah perkenaan dengan bola
b) Tungkai diluruskan seiring dengan ayunan lengan ketika perkenaan dengan bola dan gerakan ikutannya.
c) pandangan mata tertuju pada lepasnya bola dan lutut ditekuk
Berikan angka 2 jika : hanya dua kriteria yang
Gerak Dasar Mekanisme Penskoran
Berikan angka 1 jika : hanya satu kriteria yang
dilakukan secara benar
2. Observasi Kerjasama
[image:37.595.110.512.334.532.2]Kerjasama peserta didik diobservasi selama proses belajar mengajar. Untuk mempermudah pelaksanaan observasi, terlebih dahulu dirumuskan indikator-indikator yang akan diobservasi dalam kerjasama seperti pada tabel 3.4.
Tabel 3.4.
Aspek Kerjasama yang diobservasi
Aspek Kerjasama Butir-butir
1) Membantu Teman
Memberikan petunjuk
Mengoreksi kesalahanyang dilakukan teman Mendorong teman dalam belajar
2) Menghargai Teman Toleran terhadap perbedaan
Menerima saran atau ide orang lain
3) Berpartisipasi Aktif
Menjaga lingkungan belajar/latihan tetap kondusif
Berusaha keras menampilkan performa terbaik
a. Petunjuk Pelaksanaan
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak Observasi atau pengamatan dilakukan secara bergantian terhadap setiap kelompok belajar dengan waktu pengamatan setiap kelompoknya dilakukan selama 1 menit.
b. Format Observasi Kerjasama
No Nama
Siswa
Aspek yang dinilai
Skor Nilai
(1) (2) (3)
Membantu Teman
Menghargai teman
Berpartisipasi aktif
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1. A
2. B
3. C
dst. Skor Maksimal = 9
Skor = (1)+(2)+(3), Nilai = Perolehan skor dikali 100 dibagi skor maksimal
c. Rubrik Kerjasama
Aspek Kriteria Makna/Arti
1) Membantu Teman yang belum bisa
3 Dilakukan
2 Kadang-kadang
1 Tidak dilakukan
2) Menghargai teman
3 Dilakukan
2 Kadang-kadang
1 Tidak dilakukan
3) Berpartisipasi Aktif
3 Dilakukan
2 Kadang-kadang
3. Observasi efektivitas proses belajar mengajar
Untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar efektiv atau tidak, perlu dilakukan observasi terhadap efektivitas proses belajar mengajar. Untuk keperluan tersebut peneliti mengacu pada efektivitas mengajar pendidikan jasmani menurut ahli, Smith, 1983; Brophy & Good, 1986; Rosenshill & Stevens, 1986; Evertsin,
[image:39.595.107.518.432.665.2](dalam Suherman, 2009, hlm. 55) yang telah dimodifikasi peneliti untuk kepentingan perolehan data. Data temuan hasil penelitian para ahli tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Temuan-temuan melalui penelitian tentang efektivitas mengajar menurut para ahli
(Smith, 1983; Brophy & Good, 1986; Rosenshill & Stevens, 1986; Evertsin, 1989)
Aspek-aspek temuan para ahli Indikator
1) Waktu, kesempatan belajar, dan materi yang diberikan
Guru selalu memfokuskan
pembelajaran agar siswa
mempelajari bahan pelajaran yang menjadi tujuan belajarnya
Guru mengalokasikan waktu
sebanyak-banyaknya untuk
pencapaian tujuan pembelajaran
dengan belajar secara aktif
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak
Aspek-aspek temuan para ahli Indikator
kepada siswa yang secara jelas dapat diobservasi
3) Pengelolaan kelas dan keterlibatan siswa (student
engagement)
Guru melaksanakan rutinitas PBM Guru memberikan motivasi positif
4) Tugas belajar yang “meaningful”
dan tingkat keberhasilan yang
tinggi
Tugas gerak cukup memberikan
tantangan kepada siswa
5) Kelancaran dan momentum
Guru menjaga kondusifitas
pembelajaran
Aktivitas belajar disusun secara
bertahap
6) Mengajar secara aktif
Guru tidak ketergantungan pada media pembelajaran
Demontrasi dilakukan secara singkat
Guru melakukan pengecekan
terhadap pemahaman siswa
mengenai latihan yang dilakukan
7) Pengawasan yang aktif
Siswa terlihat mengerti dan tidak
banyak melakukan kesalahan
Siswa diberi kesempatan berlatih
secara independen
Guru memantau kemajuan belajar
a. Petunjuk Pelaksanaan
Observasi efektivitas proses belajar mengajar dilakukan oleh salah seorang observer selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh observer dengan mengacu kepada format observasi yang dibuat peneliti.
Observer memberikan tanda checklist (√) pada aspek-aspek pengamatan yang
terdapat dalam format observasi.
b. Format observasi efektivitas proses belajar mengajar
No Kategori
Efektivitas PBM
Kebutuhan Perbaikan Tidak
Efektif
Kurang
Efektif Efektif
1. Waktu, kesempatan belajar, dan
materi yang diberikan √
2. Harapan dan aturan √
3.
Pengelolaan kelas dan
keterlibatan siswa (student engagement)
√
4.
Tugas belajar yang “meaningful”
dan tingkat keberhasilan yang tinggi
√
5. Kelancaran dan momentum √
6. Mengajar secara aktif √
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak c. Rubrik efektivitas proses belajar mengajar
Kategori Efektivitas Mengajar Kriteria Skor
1) Waktu, kesempatan belajar, dan
materi yang diberikan
Tidak Efektif 1
Kurang Efektif 2
Efektif 3
2) Harapan dan aturan
Tidak Efektif 1
Kurang Efektif 2
Efektif 3
3) Pengelolaan kelas dan keterlibatan siswa (student engagement)
Tidak Efektif 1
Kurang Efektif 2
Efektif 3
4) Tugas belajar yang “meaningful” dan
tingkat keberhasilan yang tinggi
Tidak Efektif 1
Kurang Efektif 2
Efektif 3
5) Kelancaran dan momentum
Tidak Efektif 1
Kurang Efektif 2
Efektif 3
6) Mengajar secara aktif
Tidak Efektif 1
Kurang Efektif 2
Efektif 3
7) Pengawasan yang aktif
Tidak Efektif 1
Kurang Efektif 2
Efektif 3
Sebelum instrumen yang telah disusun digunakan, maka instrumen diujicobakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat validitas, reliabilitas dan objektivitas dari alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
Instrumen dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpul data apabila instrumen tersebut valid dan reliabel. Untuk memperoleh informasi tentang validitas terutama validitas isi (content validity), terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan ahli untuk mendapatkan saran dalam penyusunan instrumen agar isi tes dengan isi materi memiliki kesesuaian dalam setiap instrumen yang
digunakan.
Untuk memperoleh vailidtas isi, sebuah instrumen harus terjadi kesesuaian antara isi tes dengan isi materi. Oleh karena itu sering kali digunakan sebuah perencanaan dalam pembuatan tes dengan membuat kisi-kisi sederhana.
1. Uji Validitas
Uji validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi dilakukan melalui pembuatan kisi-kisi pada setiap variabel yang akan dinilai.
Berikut adalah kisi-kisi untuk observasi keterampilan gerak dasar pasing bawah, kerjasama siswa, dan efektivitas proses belajar mengajar untuk memperoleh validitas isi.
Tabel 3.6.
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak
Materi Sub Materi Indikator Item Observasi
Bola Voli
(keterampilan) Pass Bawah
Sikap Awal
Pandangan kearah bola Lutut ditekuk
Badan condong kedepan
Pelaksanaan
Kedua lengan lurus dan
dirapatkan
Perkenaan setinggi bahu Badan condong kedepan
dengan lutut ditekuk
Sikap Akhir
Badan kembali condong Lutut ditekuk
[image:44.595.106.518.112.379.2] Pandangan kearah bola
Tabel 3.7.
Kisi-kisi observasi kerjasama peserta didik
Materi Sub Materi Indikator Item Observasi
Bola Voli (pengetahuan dan
keterampilan)
Pass Bawah
Membantu teman : apakah siswa berusaha memberikan petunjuk atau kesalahan yang
dilakukan temannya
Aktivitas membantu teman; memberikan petunjuk atau arahan dalam kapasitas
pemahaman siswa
Menghargai teman : apakah siswa melakukan latihan dengan
sungguh- Usaha siswa
Materi Sub Materi Indikator Item Observasi
sungguh Menerima saran
atau petunjuk teman
Berpartisipasi aktif : apakah siswa
berpartisipasi dengan aktif
Siswa aktif
melakukan latihan
pasing bawah Usaha siswa untuk
[image:45.595.106.519.110.392.2]dapat melakukan keterampilan pasing bawah dengan sungguh-sungguh
Tabel 3.8.
Kisi-kisi Efektivitas Proses Belajar Mengajar
Aspek-aspek Efektivitas PBM Indikator
1) Waktu, kesempatan belajar, dan materi yang diberikan
Guru selalu memfokuskan
pembelajaran agar siswa mempelajari bahan pelajaran yang menjadi tujuan belajarnya
Guru mengalokasikan waktu sebanyak-banyaknya untuk
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak
Aspek-aspek Efektivitas PBM Indikator
2) Harapan dan aturan
Guru mengkomunikasikan harapan
kepada siswa yang secara jelas dapat diobservasi
3) Pengelolaan kelas dan keterlibatan siswa (student engagement)
Guru melaksanakan rutinitas PBM Guru memberikan motivasi positif
4) Tugas belajar yang
“meaningful” dan tingkat
keberhasilan yang tinggi
Tugas gerak cukup memberikan
tantangan kepada siswa
5) Kelancaran dan momentum
Guru menjaga kondusifitas
pembelajaran
Aktivitas belajar disusun secara
bertahap
6) Mengajar secara aktif
Guru tidak ketergantungan pada
media pembelajaran
Demontrasi dilakukan secara singkat Guru melakukan pengecekan terhadap
pemahaman siswa mengenai latihan yang dilakukan
7) Pengawasan yang aktif
Siswa terlihat mengerti dan tidak
banyak melakukan kesalahan Siswa diberi kesempatan berlatih
secara independen
Guru memantau kemajuan belajar
Setelah menyusun kisi-kisi adalah melakukan konsultasi dengan ahli, kemudian dilakukan perbaikan instrumen yang akan digunakan supaya bisa memenuhi tuntutan valididtas isi.
Sedangkan uji validitas tes pasing bawah tidak dilakukan karena tes tersebut telah baku dan diakui validitasnya, Strand & Wilson (1993, hlm. 143).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas untuk tes pasing bawah telah diketahui sebelumnya melalui
perhitungan korelasi antar kelas diketahui koefisiensi reliabilitas untuk pasing bawah adalah 73, Strand & Wilson (1993, hlm. 143).
Sedangkan untuk uji reliabilitas efektivitas pembelajaran digunakan analisis
[image:47.595.170.444.421.607.2]menggunakan Cronbac’s Alpha seperti terlihat pada tabel.
Tabel. 3.9.
Uji Reliabilitas Instrumen Efektivitas Pembelajaran
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 7 100,0
Excluded
a 0 ,0
Total 7 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak
3. Uji Intereliabilitas
Untuk melihat apakah suatu tes dikatakan objektif atau memiliki intereliabilitas dilakukan uji coba instrumen dengan menggunakan penilaian oleh beberapa penilai, sedangkan instrumen yang diuji intereliabilitasnya dalam penelitian ini yaitu : a) instrumen keterampilan gerak dasar pasing bawah, dan b) instrumen kerjasama.
Instrumen dikatakan memiliki intereliabilitas atau objektif jika penilai yang
satu dengan yang lain memberikan angka yang relatif sama, maka tes tersebut dianggap objektif.
Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan cara dua orang individu (tester) diminta melakukan penilaian terhadap seluruh peserta tes (testee), kemudian hasil penilaian tester dikorelasikan. Semakin tinggi koefisien korelasi, semakin objektif suatu tes.
Hasil uji objektivitas dapat diketahui apakah setiap item test memiliki objektivitas dengan cara uji korelasi menggunakan SPSS, yaitu menghitung nilai r dan menghitung nilai signifikansi. Adapun aturan signifikansi adalah terima Ho jika signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan hipotesis sebagai berikut :
Ho : tidak terdapat korelasi antara penilai 1 dengan penilai 2 H1 : terdapat korelasi antara penilai 1 dengan penilai 2
Sedangkan klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.10
Klasifikasi Koefisien Korelasi (Suherman, 2003, hlm. 113)
Koefisiensi Intereliabilitas Interpretasi Intereliabilitas
0,90 ≤ rxy ≤1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,70 ≤ rxy ≤0,90 Tinggi (Baik)
0,40 ≤ rxy ≤ 0,70 Sedang (Cukup)
0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 Rendah (Kurang)
0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
Rxy ≤ 0,00 Tidak Valid
a) Uji Intereliabilitas Gerak Dasar Pasing Bawah
[image:49.595.112.516.490.670.2]Uji Intereliabilitas terhadap gerak dasar pasing bawah dengan menggunakan uji korelasi antara penilai 1 dan penilai 2 dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.11.
Uji Intereliabilitas Gerak Dasar Pasing Bawah
Correlations
gerakdasar1 gerakdasar2
Kendall's tau_b gerakdasar1 Correlation
Coefficient 1,000 ,751
**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 28 28
gerakdasar2 Correlation
Coefficient ,751
**
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 28 28
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel diatas diketahui bahwa koefisien korelasi adalah 0,751 yang berarti
memiliki tingkat korelasi yang tinggi (baik), dan memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti penilaian observer pertama dan kedua memiliki korelasi atau hubungan yang signifikan.
b) Uji Intereliabilitas Kerjasama
[image:50.595.117.514.108.166.2]Uji Intereliabilitas terhadap kerjasama siswa dengan menggunakan uji korelasi antara penilai 1 dan penilai 2 dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.12.
Uji Intereliabilitas Kerjasama Siswa
Correlations
Kerjasama1 Kerjasama2
Kendall's tau_b Kerjasama1 Correlation
Coefficient 1,000 ,670
**
Sig. (2-tailed) . ,000
Kerjasama2 Correlation
Coefficient ,670
**
1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 28 28
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel diatas diketahui bahwa koefisien korelasi adalah 0,670 yang berarti memiliki tingkat korelasi yang sedang (cukup), dan memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti penilaian observer pertama dan kedua memiliki korelasi atau hubungan yang signifikan.
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk menggambarkan segala perubahan yang
terjadi, Supardi (2009, hlm. 127). Seperti perubahan yang terjadi pada penelitian tindakan yang dilakukan peneliti, pengumpulan data dilakukan untuk melihat perubahan atau efek dari suatu intervensi (action).
Adapun pengumpulan data yang dilakukan yaitu berupa data kuantitatif hasil observasi yang diperoleh setiap pertemuan atau siklus tentang :
1. Data hasil tes pasing bawah.
2. Data hasil observasi keterampilan gerak dasar pasing bawah 3. Data hasil observasi terhadap kerjasama peserta didik, dan
4. Data hasil observasi terhadap efektivitas proses kegiatan belajar mengajar.
H. Pengolahan dan Analisis Data
Solihin Yulianto, 2014
iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak akan menuntun penulis ke arah temuan ilmiah bila diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat.
1. Teknik pengumpulan data kualitatif diperlukan langkah-langkah harus ditempuh.
a. Menyeleksi data
Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pemilihan data berdasarkan siklus dan jenis data seperti data keterampilan gerak dasar perminan bola voli dan kerjasama siswa, untuk selanjutnya merekapnya dengan
[image:52.595.124.487.344.554.2]menggunakan tabel sebagai berikut :
Tabel 3.13.
Format Rekapitulasi Data
No Nama Siswa
Siklus I Siklus II Siklus III
Obse rva si Ke rja sa m a Obse rva si Ge ra k Da sa r Obse rva si Ke rja sa m a Obse rva si Ge ra k Da sa r Obse rva si Ke rja sa m a Obse rva si Ge ra k Da sa r
1. A
2. B
3. Dst
b. Mengklasifikasi data
pengolahan data dan pengambilan keputusan berdasarkan persentase yang dijadikan pegangan.
c. Menstabulasi data
Setelah diklasifikasi berdasarkan siklus dan jenis data, selanjutnya dilakukan tabulasi data ke dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi masing-masing alterenatif jawaban yang satu dengan yang lain, di samping itu bertujuan memberikan kemudahan dalam membaca data.
d. Menafsirkan dan menginterpretasikan data
Setelah data diolah selanjutnya adalah menafsirkan data. Digunakan rumus perhitungan persentasi sebagai berikut (Maulana, 2002)
P = x 100%
P = persentase kriteria f = Frekuensi tindakan n = Banyak responden
Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterperstasikan ke dalam 4 tingkatan. Menurut Arikunto, S, (1992, hlm. 207) kriteria interpretasinya adalah sebagai berikut:
1. Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 76% - 100% 2. Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 56 % - 75% 3. Kriteria kurang baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara
40%-55%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil kajian teoritis terhadap variabel dependent dan variabel independent, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan umum sebagai berikut : Pertama: Model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division
(STAD) dapat diterapkan pada permainan beregu bola besar seperti permainan bolavoli. Para ahli telah menjelaskan bahwa yang menjadi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah berpusat pada seluruh kompetensi anak seperti psikomotor, afektif dan kognitif. Perkembangan psikomotor peserta didik seperti dapat memperagakan berbagai gerak tubuh berdasarkan kesadaran ruang dengan efisien, sedangkan pada aspek afektif peserta didik adalah dapat memperagakan hubungan sosial yang positif diantara peserta didik dan kerjasama dengan yang lain dalam rangka menyelesaikan berbagai macam tugas gerak.
Model pembelajaran kooperatif STAD menekankan pada pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berbagi tanggung jawab dan kepemimpinan dengan menggunakan keterampilan berkolaborasi untuk mencapai tujuan kelompok. Pada pelaksanaan proses pembelajarannya, peserta didik dituntut untuk memperagakan keterampilan-keterampilan sosial dan pada tahap akhir pembelajaran, penilaian dapat dilakukan oleh anggota tim itu sendiri berdasarkan kinerja atau penampilan suatu keterampilan yang pada akhirnya akan diperoleh skor, baik skor perorangan dan skor kelompok, maupun kombinasi dari keduanya.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa belajar dan menilai
meningkatkan pemahaman secara mendalam terhadap bentuk-bentuk kesalahan maupun keberhasilan dalam melakukan tugas yang diberikan, dan sekaligus membentuk suatu kegiatan refleksi peserta didik terhadap proses-proses belajar yang telah dilakukan.
Kedua: keterampilan gerak dasar pasing bawah peserta didik dapat meningkat dengan memodifikasi permainan bolavoli. Teori akhli telah telah menegaskan bahwa perkembangan keterampilan gerak merupakan salah satu tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani. Keterampilan ini, dikombinasikan dengan konsep
gerakan, memberikan dasar bagi kebermaknaan partisipasi dan sukses dalam aktivitas fisik. Keterampilan gerak dasar dalam melakukan pasing bawah merupakan keterampilan manipulatif. Keterampilan manipulatih dijelaskan oleh akhli sebagai pola-pola gerakan yang diarahkan pada tujuan yang digunakan untuk mendorong dan menerima objek.
Merencanakan pengalaman pendidikan jasmani yang diarahkan pada keterampilan dan kaya konsep gerakan memungkinkan siswa untuk mengalami pembelajaran yang berkualitas dalam pendidikan jasmani. Para akhli menyebutkan konsep gerakan termasuk didalamnya adalah kesadaran tubuh, kesadaran spasial, dan kesadaran usaha. Konsep ini merupakan struktur untuk belajar dalam pendidikan jasmani, dan struktur tersebut mengatur kinerja keterampilan motorik dalam semua aktivitas fisik. Penggunaan yang efisien dan efektif dari konsep gerakan memungkinkan siswa untuk menggunakan keterampilan motorik dalam berbagai cara serta situasi dan kondisi yang berbeda.
Dengan mempelajari keterampilan gerak dasar dapat membentuk pemahaman peserta didik tentang hubungan sebab akibat. Berdasarkan hubungan sebab akibat tersebut akan terbentuk motivasi belajar untuk dapat melakukan suatu keterampilan gerak yang efektif dan efisien. Uraian tersebut merujuk kepada
menempatkan objek secara akurat, hal tersebut menunjukan kepada kualitas efektivitas. Kemudian, ketika pemain itu melakukannya dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik, hal itu menunjukan adanya kualitas efisien.
Pembelajaran keterampilan gerak bertujuan agar anak dapat menguasai keterampilan dalam berbagai cabang olahraga. Tujuan utama dalam mengajarkan pendidikan jasmani adalah pengembangan keterampilan gerak, sehingga anak dapat dan mau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga bahkan kelak disepanjang hidupnya. Selanjutnya, akhli menjelaskan bahwa pembelajaran permainan
menuntut pengembangan tahapan permainan. Pentingnya aspek tahapan permainan ini, muncul dari studi bagaimana keterampilan digunakan dalam permainan. Setiap tahapan pengajaran harus melibatkan perpindahan dari latihan yang secara bertahap, lalu meningkat kesulitannya