Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan tertentu. Dalam melakukan penelitian diperlukan pemilihan
metode yang tepat sehingga dapat memberikan kemudahan untuk memecahkan
masalah yang diteliti. Hal ini senada dengan Sugiyono (2011: 6) “Metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan
tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah”.
Adapun metode yang digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis
yang penulis ajukan, maka penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan
metode eksperimen, yaitu proses pencarian data untuk memecahkan masalah
dengan menggunakan metode latihan dan tes. Mengenai metode eksperimen ini
dikemukakan oleh Surakhmad (1998:149) bereksperimen dalam arti yang luas adalah “Mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel yang diselidiki”. Penelitian ini menggunakan metode latihan lari bolak -balik (shuttle run) dan metode latihan balap zig-zag dalam pemberian latihannya dan tes yang
dilakukan adalah tes menggiring bola (dribbling.)
B. Desain Penelitian
Untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu
penelitian, diperlukan alur yang menjadi pegangan agar peneliti tidak keluar dari
ketentuan yang sudah di tetapkan sehingga tujuan atau hasil yang diinginkan akan
Menurut Sugiyono (2011: 383) “Rencana penelitian atau research proposal
merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti peneliti
untuk melakukan penelitiannya”.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test Post-test Group
Design. Mengenai ini Lutan (2007:164) menjelaskan bahwa: “Desain Pre-test
Poste-test Group digunakan terdiri atas dua kelompok subjek dan kedua-duanya
diukur atau diobservasi dua kali”. Dengan kata lain desain penelitian ini menggunakan dua kali pengumpulan data yaitu dengan melakukan pre-test dan
post-test.
Pengukuran pertama dilakukan melaui tes awal (pre-test) dan pengukuran
ke-dua melalui tes akhir (post-test). Tes awal dilakukan dengan tujuan untuk
mengambil data sebelum diberikan treatment, dan tes akhir dilakukan untuk
mengambil data setelah diberikan treatment. Penetapan kelompok dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara matching setelah tes awal yang selanjutnya
dibagi dua kelompok dengan sistem zig-zag yaitu misalnya rangking pertama di kelompok “A” (metode latihan balap zig-zag), rangking kedua di kelompok “B” (metode latihan shuttle run), rangking ketiga di kelmpok “B”, rangking keempat di kelompok “A”, dan seterusnya. Sehingga membentuk dua kelompok sampel yang seimbang. Lebih jelasnya seperti yang tertera di lampiran.
Dibawah ini adalah gambar “Pre-test dan Post-test Group Design”
menggunakan “Matched Subject”.
24
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
A : Kelompok metode latihan lari bolak-balik (shuutle run) B : Kelompok metode latihan lari balap zig-zag
O1 : Tes Awal M : Matching
X1 : Treatment (Metode latihan lari bolak – balik/shuulte run ) X2 : Treatment (Metode latihan permainan lari balap zig - zag ) O2 : Tes Akhir
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Menurut
Sugiyono, (2011:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Kemudian populasi menurut Arikunto (2010:173) ialah keseluruhan subjek
penelitian.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa usia
10-12 tahun yang terdaftar di team porbaya FC dan aktif mengikuti kegiatan latihan
yaitu sebanyak 30 siswa.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”. Pengambilan sampel yang penulis lakukan dengan cara teknik sampel jenuh. Menurut Sugiyono
(2011: 124) sampel jenuh adalah “Penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel”. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa
pertimbangan, misalnya jumlah populasi yang relatif kecil. Dalam penelitian ini
siswa pemain sepak bola usia dini (usia 10-12 tahun) yang terdaftar di team
porbaya FC merupakan sampel.
D. Instrumen Penelitian
Agar dapat mengetahui pengaruh hasil perlakuan. Dalam pengumpulan
data untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan setelah diberikan
perlakuan, penulis menggunakan tes menggiring bola sebagai alat tes nya. Tes
tersebut memiliki validitas sebesar 0,92 dan reabilitas sebesar 0,99 Frank M.
Verducci, ed.D.(1980:334). Tata cara pelaksanaan tes tersebut di jelaskan oleh
26
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tes menggiring bola ( dribbling )
Tujuan : Mengukur keterapilan, kelincahan, dan kecepatan kaki
dalam memainkan bola.
Alat/fasilitas :Bola, stopwatch, 6 buah rintangan (tongkat/lembing), tiang
bendera, kapur.
Pelaksanaan : pada aba-aba “siap”, testee berdiri di belakang garis star
dengan bola dalam penguasaan kakinya, pada aba-aba “ya”, testee mulai
menggiring bola ke arah kiri melewati rintangan pertama dan berikutnya
menuju rintangan berikutnya sesuai dengan arah panah yang telah ditetapkan
sampai melewati garis finish. Salah arah dalam menggiring bola, harus
memperbaikinya tanpa menggunakan anggota badan selain kaki dimana
melakukan kesalahan dan selama itu pula stop watch tetap jalan. Menggiring
bola dilakukan oleh kaki kanan dan kaki kiri bergantian, atau minimal salah
satu kaki pernah menyentuh bola satu kali sentuhan. Gerakan tersebut
dinyatakan gagal bila testee menggiring bola tidak sesuai dengan arah panah,
testee menggunakan anggota badan lain selain kaki pada saat menggiring
bola.
Cara menskor: Waktu yang di tempuh oleh testee dari aba-aba “ya”
Gambar 3.2
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tes
Tempat penelitian ini dilaksanakan dilapangan sepak bola pasir mulya
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Pemilihan tempat tersebut didasari
bahwa lapangan tersebut tempatnya cukup memadai, untuk terlaksananya suatu
test. Waktu pelasanaan penelitian ini dilaksanakan selama enam minggu. Latihan
dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu senin, rabu, dan jumat setiap pukul
15.00 WIB sampai dengan selesai. Hal ini didasarkan pada pendapat Bompa (1990:86) menyatakan bahwa:”siswa (atlet) berlatih 3 kali dalam seminggu, tergantung dari tingkat keterlibatannya dalam olahraga.” Mengenai jangka waktu lamanya latihan menurut Sajoto (1990:48) menjelaskan bahwa:”latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih.” Latihan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan, inti, dan penenangan. Adapun uraian
latihannya adalah sebagai berikut:
1. Latihan pemanasan
Sebelum melakukan latihan inti, subyek diinstruksikan untuk melakukan
pemanasan dengan bimbingan dari peneliti, yaitu melakukan peregangan statis,
28
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 menit pada tahap ini ditekankan untuk anggota tubuh bagian bawah, karena
latihan initi menuntut kesiapan dari anggota tubuh bagian bawah, dalam hal ini
adalah otot tungkai dan kaki. Setelah itu denyut nadi subyek dihitung untuk
mengetahui kesiapan subyek untuk melakukan latihan inti.
2. Latihan inti
Setelah melakukan pemanasan, siswa selanjutnya melakukan latihan inti
sesuai dengan bentuk latihan yang diberikan pada masing-masing kelompok.
Untuk kelompok A diberi metode latihan lari bolak-balik (shuttle run) dan
kelompok B diberi metode latihan permainan balap zig-zag. Adapun program
latihan dari kedua bentuk latihan tersebut dapat dilihan pada lampiran.
3. Latihan pendinginan
Setelah melakukan latihan inti,subyek diintruksikan untuk melakukan
latihan penenangan dengan suatu bimbingan, yaitu melakukan lari-lari kecil yang
dilanjutkan dengan gerakan pelemasn yang lamanya kurang-lebih 10 menit. Tahap
ini ditetapkan pada anggota tubuh yang telah melakukan aktivitas yaitu otot-otot
tungkai dan kaki.
F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah di rumuskan,
diperlukan pengolahan dan analisis data untuk menerima atau menolak hipotesis.
Adapun rumus-rumus atau langkah-langkah statistika yang digunakan oleh
penulis untuk mengolah data hasil tes awal dan tes akhir, adalah sebagai berikut :
a. Menghitung skor rata-rata dari setiap kelompok sampel dengan rumus:
b. Menghitung simpangan baku
S
=
√
∑ ̅
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
S = Simpangan baku yang dicari
n = Jumlah sampel
∑ ̅ = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
c. Menguji Homogenitas, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
F =
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari
F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (a) =
0,05.
d. Menguji normalitas data menggunakan uji Liliefors. Prosedur yang digunakan
adalah:
baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing
nilai X (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z negatif maka dalam
menetukan Fzi nya adalah 0,5 – luas daerah distrbusi Z pada tabel.
3) Menetukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat
kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan
banyaknya sampel.
30
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari
seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.
6) Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah
nilai L.
7) Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk menghitung
diterima atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria:
- Terima Ho jika Lo < Lα = Normal
- Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak normal
e. Uji Signifikasi peningkatan hasil latihan, dengan menggunakan uji t dengan
rumus :
H0 : ̅ = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan
H1 : ̅ ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan
t =
̅√
Untuk masing-masing kelompok
Arti dari tanda-tanda dari rumus tersebut:
t = Nilai t hitung yang dicari
f. Uji Signifikasi perbedaan peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t:
n2
= Jumlah sampel kelompok 2̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok 1
̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok 2
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:
- Terima hipotesis jika, thitung ≤ t(1-0.05) - Tolak hipotesis jika, thitung > t(1-0.05)
Batas penerimaan dan penolakan hipotesis
1-α
1-(0.05)
0.95
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi kehidupan bangsa dan kemajuan suatu negara. Dengan adanya
pendidikan bangsa indonesia akan mengalami kemajuan dan meninggalkan suatu
bentuk keterpurukan, seperti sekarang ini. Untuk itu pemerintah harus lebih
berkosentrasi terhadap pendidikan di indonesia dan juga harus membuat suatu
kebijakan yang mengarahkan pada perkembangan pendidikan di indonesia.
Pendidikan merupakan cara yang strategis untuk mencetak sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan kebijakan yang berkelanjutan
khususnya dalam dunia pendidikan di indonesia, bukan mustahil pendidikan di
indonesia akan menciptakan SDM yang berwawasan luas dan berkualitas. Sumber
daya manusia yang berkualitas akan membawa pada kemajuan bangsa. Sehingga
dengan adanya pendidikan yang bermutu maka semua hal yang berhubungan
dengan masalah pendidikan akan cepat terselesaikan. Salah satu pendidikan yang
mengarahkan pada perkembangan keseluruhan aspek manusia adalah pendidikan
jasmani. Pendidikan jasmani hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu baik secara jasmani dan rohani. Sehingga pendidikan jasmani
merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dan utama untuk kemajuan
suatu bangsa.
Dalam mengikuti perkembangan olahraga saat ini sungguh mendapat fenomena
yang sangat menarik, olahraga berkerbang pesat ternyata bukan sekedar konsumsi
para atlet, pelatih, maupun kelompok-kelompok yang hanya berkecimpung di
bidang tersebut. Bisa dikatakan olahraga kini telah merambah merata ke seluruh
semua tingkatan usia, baik cabang olahraga individual maupun olahraga beregu.
Tujuan seseorang dalam melakukan olahraga tersebut bermacam-macam, ada
yang bertujuan untuk sekedar mengisi waktu luang, rekreasi, kesehatan,
kebugaran, gengsi, atau untuk pencapaian prestasi. Olahraga yang bertujuan untuk
mencapai prestasi memerlukan proses latihan secara detail dan terukur dengan
benar, baik yang sifatnya individual ataupun beregu. Oleh karena itu takaran atau
dosis latihan sangat menentukan tingkat keberhasilan prestasi yang di raih. salah
satu cabang olahraga yang sangat berkembang pesat di masyarakat yaitu olahraga
sepak bola. Sepak bola adalah permainan bola besar, dan merupakan salah satu
cabang olahraga yang sangat digemari di dunia. Olahraga sepak bola dapat
dimainkan oleh semua kalangan, dari anak kecil, anak remaja, sampai orang
dewasa pun dapat memainkan olahraga ini. Saking digemarinya olahraga ini,
banyak yang berpendapat mengenai pengertian sepak bola. Menurut Sucipto dkk
(2000:7) sepak bola adalah “permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang”. Sama halnya pendapat dari
Usli dan Hermanu (2009:18) bahwa “sepak bola merupakan olahraga beregu, satu
regunya terdiri dari sebelas orang pemain, tiap-tiap pemain mempunyai peranan
masing-masing.”
Sepak bola merupakan permainan tim, oleh karena itu kerja sama tim
merupakan kebutuhan permainan sepak bola yang harus dipenuhi oleh setiap
kesebelasan yang menginginkan kemenangan. Kemenangan dalam permainan
sepak bola hanya akan diraih dengan melalui kerjasama dari tim tersebut.
Kemenangan tidak dapat diraih secara perseorangan dalam permainan tim,
disamping itu setiap individu atau pemain harus memiliki kondisi fisik yang
bagus, teknik dasar yang baik dan mental bertanding yang baik pula. Keberhasilan
akan diraih apabila latihan yang dilakukan sesuai dan berdasarkan prinsip latihan
yang terencana, terprogram yang mempunyai tujuan tertentu.
Sepak bola merupakan permainan yang membutuhkan banyak energi, memacu
semangat sekaligus memberi luapan kegembiraan melalui kebersamaan dalam
3
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keberhasilan permainan ini dan hanya pemain yang terdidik dengan baik dapat
menyajikan permainan yang bagus, cerdas, dan menghibur. Untuk menjadi
pemain sepak bola yang berkualitas tentunya harus melewati berbagai tahapan
pembinaan. Menurut Sukatamsi (2003: 1.29) tahapan-tahapan pembinaan dan
tahap prestasi dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
Usia 7-12 tahun : Tahap persiapan atau tahap pemasalan, ialah tahap belajar dasar dasar permainan sepak bola, penguasaan teknik-teknik dasar,
pengajaran permainan sepakbola.
Usia 13-16 tahun : Tahap pembangunan atau tahap pembibitan. Dimulainya pembinaan prestasi, ialah pembinaan-pembinaan khusus :
pembinaan teknik, pembinaan kondisi fisik, pembinaan taktik, dan sering
bertanding untuk mencapai kematangan juara. Usia 17-22 tahun : Masa sukses pertama.
Oleh PSSI diselenggarakan Kompetisi Kejuaraan Remaja Taruna (Junior)
memperebutkan Piala Suratin.
Usia 23-29 tahun : Masa prestasi puncak (optimal)
Usia 30-35 tahun : Masa usaha untuk menjadikan tetap berprestasi puncak (stabilisasi).
Kondisi fisik pemain sepak bola menjadi sumber bahan untuk dibina oleh
pakar sepak bola selain teknik, taktik, mental dan kematangan bertanding.
Harsono (2001 : 4), “menyatakan latihan kondisi fisik memegang peranan yang
sangat penting dalam program latihan atlet, terutama atlet pertandingan”. Kondisi
fisik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan, baik dalam meningkatkan maupun pemeliharaannya.
Seorang pemain sepak bola dalam bertahan maupun menyerang
kadang-kadang menghadapi benturan keras, lari dengan kecepatan penuh ataupun berkelit
menghindari lawan, berhenti menguasai bola dengan tiba-tiba. Seorang pemain
sepak bola dalam mengatasi hal seperti itu haruslah dibina dan dilatih sejak usia
Di Porbaya FC yang memiliki pemain-pemain muda yang berbakat akan tetapi
kurang berkembang karena kurangnya kegiatan latihan yang hanya satu kali
dalam satu minggu, dan kurangnya tenaga pelatih. Akan tetapi para pemain sangat
berantusias dalam mengikuti kegiatan latihan. Dari 4 kali pertandingan uji coba
tim porbaya FC mengalami kekalahan dua kali, satu kali menang dan satu kali
seri. Tentu dari hasil pertandingan tersebut tim porbaya FC mendapatkan hasil
yang kurang baik dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor
yang mempengaruhinya yaitu kurang lincahnya pemain ketika menggiring bola
melewati lawan.
Untuk meningkatkan kemampuan kelincahan pada saat menggiring bola
pemain-pemain muda di porbaya FC tentu harus diberikan bentuk latihan yang
mengharuskan pemain untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan
lincah. Menurut Harsono (2001:22) “ada beberapa bentuk latihan agility
(kelincahan) yaitu: lari bolak-balik (shuutle run), lari bolak-belok (zig-zag run),
lari boomerang run, envelop, halang rintang, heksagon, dan banyak lagi”.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa unsur teknik menggiring bola
sangat diperlukan dalam permainan sepakbola. Sedangkan keterampilan
menggiring bola memerlukan banyak unsur diantaranya adalah kelincahan.
Berdasarkan pertimbangan hal di atas maka penulis perlu membuktikan dengan
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Latihan Permainan
Balap Zig-zag dan Metode Latihan Shuttle run Terhadap Peningkatan Kelincahan
Menggiring Bola Pada Pemain Sepak Bola Usia Dini (usia 10 sampai 12 tahun)
Di Porbaya FC”.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah penulis ingin merumuskan masalah
penelitian tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah metode latihan lari bolak-balik ( shuttle run ) memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan menggiring
5
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Apakah metode latihan permainan balap zig-zag memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada
pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di Porbaya FC?
3. Dari ke dua metode latihan tersebut manakah yang lebih baik untuk
meningkatkan kelincahan menggiring bola pada anak usia dini (10-12
tahun) di Porbaya FC?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang di lakukan oleh penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah metode latihan lari bolak-balik ( shuttle run )
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan
menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di
Porbaya FC.
2. Untuk mengetahui apakah metode latihan permainan balap zig-zag
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan
menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di
Porbaya FC.
3. Untuk mengetahui dari ke dua metode latihan tersebut manakah yang lebih
baik untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak
bola usia dini (10-12 tahun) di porbaya FC.
D. Mafaat penelitian
Telah penulis kemukakan sebelumnya uraian mengenai latar belakang rumusan
masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka
penulis mengharapkan manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan informasi
tentang latihan kelincahan menggiring bola untuk pemain sepak bola usia dini.
lebih meningkatkan semangat penelitian yang lainnya dan sebagai bahan
untuk mempelajari ilmu yang lainnya.
2. Secara praktik
Secara praktis penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat baik
bagi penulis khususnya, para pelatih, dan atlet pada umumnya dalam
menentukan dan menerapkan metode latihan lari bolak-balik ( shuttle run )
dan metode latihan permainan balap zig-zag untuk meningkatkan kelincahan
menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini.
E. Pembatasan Penelitian
Untuk menghindari timbulnya penafsiran dan agar tidak menyimpang dari
permasalahan dan tujuan penelitian, maka masalah yang telah penulis uraikan
perlu dibatasi sebagai berukut:
1. Kegiatan latihan pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di Porbaya FC
di fokuskan pada latihan lari bolak-balik (shuttle run) dan latihan
permainan balap zig-zag untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain sepak bola usia dini
(10-12 tahun) yang terdaftar di Porbaya FC.
3. Penelitian ini dilakukan di lapangan sepak bola pasir mulya pangalengan
kabupaten Bandung.
F. Penjelasan Istilah
Untuk lebih memahami dan memudahkan istilah-istilah penelitian, maka
penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh. Menurut supandi ( 1992:37 ) pengaruh adalah hasil atau akibat
yang ditimbulkan oleh sesuatu.
2. Olahraga. Menurut Rusli Lutan ( 1992:12 ) adalah olaraga merupakan
suatu kegitan otot yang enerjik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan
7
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Latihan. Menurut ( Harsono:1988 ) adalah proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian
hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.
4. Kelincahan. menurut ( Harsono:1988 ) adalah kemampuan seseorang
untuk mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa
kehilangan keseimbangan.
5. Sepakbola. Menurut Sucipto dkk (2000:7) adalah permainan beregu,
masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga
gawang.Sepak bola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang
masing-masing beranggotakan 11 orang pemain, tujuannya adalah
memasukan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin, dengan
memanipulasi bola dengan kaki dan anggota tubuh lainnya kecuali tangan
(http:id.wikipedia.org.wiki//sepakbola).
6. Menggiring bola. Menurut Sucipto dkk (2000:28) adalah menendang
terputus-putus pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan
menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan menendang
bola.
G. Struktur Organisasi
Pada penelitian ini, peneliti akan membagi kedalam lima bab yaitu:
Bab I menjelaskan mengenai latar belakan masalah dalam penelitian ini.
Bab II mengenai tinjauaan teoritis, anggapan dasar, dan hipotesis.
Bab III memaparkan tentang metode penelitian, desain penelitian,
populasi, sampel instrumen penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan tes,
prosedur pengolahan dan analitis data.
Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, diskusi penelitian.
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle
run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini
(usia 10 sampai 12 tahun) di probaya fc
Pembimbing :1. Drs. D. Hasanudin Cholil
2. Drs. Satriya
Asum Sumirat* 2014
Skripsi ini dilatar belakangi oleh pengamatan penulis terhadap beberapa metode latihan yang digunakan untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola pada permain sepak bola usia dini. Metode latihan tersebut adalah metode latihan balap zig-zag dan shuutle run. Kedua metode latihan ini memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing dalam proses pemberian latihannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latihan manakah yang lebih berpengaruh dari metode latihan balap zig-zag dan metode latihan shuutle run terhadap peningkatan kelincahan menggring bola pada pemain sepak bola usia dini dalam permainan sepak bola.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan variabel bebas (X1), metode latihan balap zig-zag, variabel bebas (X2) metode latihan shutle run dan variabel terikatnya (Y) adalah kelincahan menggiring bola dalam cabang olahraga sepakbola. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) PORBAYA FC sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes menggiring bola (Dribbling).
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Asum Sumirat, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan serta analisis data yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode latihan balap zig-zag memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola
usia dini.
2. Metode latihan shutle run memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia
dini.
3. Metode latihan balap zig-zag memberikan pengaruh yang lebih signifikan
dibandingkan dengan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan
kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini.
B. Saran
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan sesuai dengan hasil penelitian ini
adalah sebagi berikut:
1. Disarankan kepada lembaga dan pelatih PORBAYA FC untuk
menggunakan metode latihan balap zig-zag dalam upaya meningkatkan
kelincahan menggiring bola (dribbling) pada pemain sepak bola usia dini.
Hal tersebut dikarenakan metode latihan balap zig-zag memberikan
peningkatan yang lebih signifikan terhadap kelincahan menggiring bola
(dribbling) pada pemain sepak bola usia dini.
2. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang
aspek-aspek teknik, Perlu dilakukanya penelitian yang lebih lanjut mengenai
38
(dribbling) pada permainan sepak bola, dengan lebih memperluas ruang
lingkup penelitian dan jumlah sampel yang lebih besar dan kajian yang
lebih mendalam agar hasil yang dicapai lebih memuaskan dan lebih
signifikan.
3. Bagi ketua atau pembina PORBAYA FC penulis menyarankan untuk
lebih memperhatikan sarana dan prasarana di lapangan, untuk mendukung
jalanya latihan supaya lancar sehingga siswa dapat lebih termotivasi lagi
untuk berprestasi.
4. Penulis menyarankan kepada pelatih yang berkecimpung dalam cabang
olahraga sepak bola untuk menggali ilmu-ilmu yang dapat dijadikan
sebagai penunjang keberhasilan dalam melatih. Hal ini tentu bertujuan
untuk lebih memberikan suatu kontribusi terhadap pengembangan dan
PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN
KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN SEPAKBOLA USIA DINI (usia 10-12 tahun)
DI PROBAYA FC
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Disusun Oleh :
ASUM SUMIRAT 0805432
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul
PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN
METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN SEPAKBOLA USIA DINI (USIA 10 SAMPAI 12 TAHUN) DI PROBAYA FC, ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian adanya pelanggaran atas etika keilmuan karya saya
ini, atau ada klaim terhadapkeaslian karya saya ini.
Bandung, Januari 2014
Yang Membuat Pernyataan
Asum Sumirat
LEMBAR PENGESAHAN
Asum Sumirat 0805432
PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN
METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN
SEPAKBOLA USIA DINI (USIA 10 SAMPAI 12 TAHUN)
DI PROBAYA FC
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Drs. Dudung Hasanudin Ch NIP. 196003151987031007
Pembimbing II
Drs. Satriya
NIP. 196002101987031004
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
FPOK UPI
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
UCAPAN TERIMA KASIH...iii
DAFTAR ISI...V DAFTAR TABEL...VIII DAFTAR BAGAN...IX DAFTAR GAMBAR...X DAFTAR LAMPIRAN...XI BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar belakang masalah...1
B. Rumusan masalah...4
C. Tujuan penelitian...5
D. Manfaat penelitian...5
E. Pembatasan penelitian...6
F. Penjelasan istilah...6
BAB II TINJAUAN TEORITIS, ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS...8
A. Tinjauan teoritis...8
1. Sepak bola...8
2. Karakteristik gerakan permainan sepak bola...9
3. Teknik dasar permainan sepak bola...10
3.1. Teknik tanapa bola (teknik badan)...10
Asum Sumirat, 2014
3.2.8. Teknik penjagaan gawang (goal keeping)...12
3.2.9. Teknik dribling dalam permainan sepak bola...12
4. Kelincahan (agility)...16
E. Waktu dan tempat pelaksanaan tes...27
F. Prosedur pengolahan dan analisis data...28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...31
A. Hasil penelitian dan pembahasan...31
B. Diskusi penelitian...35
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Kesimpulan...37
B. Saran...37
DAFTAR PUSTAKA...39
Asum Sumirat, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Danny Mielke. (2007). Dasar – Dasar sepak bola. Bandung: PT. Intan Sejati
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.
Jozef Sneyers (1990 dalam Haryanto). Sepak Bola Remaja. Jakarta. PT. Rosda Jaya Putra Jakarta. Diterjemahkan Haryanto
Lingling Usli, Hermanu Entang, Imanudin Iman. (2008). Pelatihan Cabang Olahraga
Sepak bola. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.
Luxbacher A. Joseph (1997 dalam Agusta Wibawa). Sepak Bola. Jakarta: Raja Grafindo, Edisi Kedua. Diterjemahkan Agusta Wibawa
Nurhasan.H, Hasanudin.C.Dudung. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.
Robert Koger. (2007). Latihan Dasar Andal Sepak bola Remaja. Klaten: PT. Saka Mitra Kompetensi
Asum Sumirat, 2014
Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukatamsi. (1984). Permainan Besar I Sepak Bola. Jakarta: Prima.
Surakhmad, winarno. (1998). Pengantar Metodelogi Ilmiah. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Situs
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sepak_bola)
http://taraprahas.blogspot.com/2012/10/tes-agility.html
http://kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-bola/
http://duniaanak.org/seputar-anak/pengertian-anak-usia-dini-yang-perlu-kita-ketahui.html