• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN SEPAKBOLA USIA DINI (USIA 10 SAMPAI 12 TAHUN) DI PROBAYA FC.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN SEPAKBOLA USIA DINI (USIA 10 SAMPAI 12 TAHUN) DI PROBAYA FC."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan tertentu. Dalam melakukan penelitian diperlukan pemilihan

metode yang tepat sehingga dapat memberikan kemudahan untuk memecahkan

masalah yang diteliti. Hal ini senada dengan Sugiyono (2011: 6) “Metode

penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan

tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan

tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah”.

Adapun metode yang digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis

yang penulis ajukan, maka penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan

metode eksperimen, yaitu proses pencarian data untuk memecahkan masalah

dengan menggunakan metode latihan dan tes. Mengenai metode eksperimen ini

dikemukakan oleh Surakhmad (1998:149) bereksperimen dalam arti yang luas adalah “Mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hasil itu akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kausal antara variabel yang diselidiki”. Penelitian ini menggunakan metode latihan lari bolak -balik (shuttle run) dan metode latihan balap zig-zag dalam pemberian latihannya dan tes yang

dilakukan adalah tes menggiring bola (dribbling.)

B. Desain Penelitian

Untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu

penelitian, diperlukan alur yang menjadi pegangan agar peneliti tidak keluar dari

ketentuan yang sudah di tetapkan sehingga tujuan atau hasil yang diinginkan akan

(2)

Menurut Sugiyono (2011: 383) “Rencana penelitian atau research proposal

merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti peneliti

untuk melakukan penelitiannya”.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test Post-test Group

Design. Mengenai ini Lutan (2007:164) menjelaskan bahwa: “Desain Pre-test

Poste-test Group digunakan terdiri atas dua kelompok subjek dan kedua-duanya

diukur atau diobservasi dua kali”. Dengan kata lain desain penelitian ini menggunakan dua kali pengumpulan data yaitu dengan melakukan pre-test dan

post-test.

Pengukuran pertama dilakukan melaui tes awal (pre-test) dan pengukuran

ke-dua melalui tes akhir (post-test). Tes awal dilakukan dengan tujuan untuk

mengambil data sebelum diberikan treatment, dan tes akhir dilakukan untuk

mengambil data setelah diberikan treatment. Penetapan kelompok dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara matching setelah tes awal yang selanjutnya

dibagi dua kelompok dengan sistem zig-zag yaitu misalnya rangking pertama di kelompok “A” (metode latihan balap zig-zag), rangking kedua di kelompok “B” (metode latihan shuttle run), rangking ketiga di kelmpok “B”, rangking keempat di kelompok “A”, dan seterusnya. Sehingga membentuk dua kelompok sampel yang seimbang. Lebih jelasnya seperti yang tertera di lampiran.

Dibawah ini adalah gambar “Pre-test dan Post-test Group Design”

menggunakan “Matched Subject”.

(3)

24

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

A : Kelompok metode latihan lari bolak-balik (shuutle run) B : Kelompok metode latihan lari balap zig-zag

O1 : Tes Awal M : Matching

X1 : Treatment (Metode latihan lari bolak – balik/shuulte run ) X2 : Treatment (Metode latihan permainan lari balap zig - zag ) O2 : Tes Akhir

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(4)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Menurut

Sugiyono, (2011:117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Kemudian populasi menurut Arikunto (2010:173) ialah keseluruhan subjek

penelitian.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa usia

10-12 tahun yang terdaftar di team porbaya FC dan aktif mengikuti kegiatan latihan

yaitu sebanyak 30 siswa.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”. Pengambilan sampel yang penulis lakukan dengan cara teknik sampel jenuh. Menurut Sugiyono

(2011: 124) sampel jenuh adalah “Penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel”. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa

pertimbangan, misalnya jumlah populasi yang relatif kecil. Dalam penelitian ini

siswa pemain sepak bola usia dini (usia 10-12 tahun) yang terdaftar di team

porbaya FC merupakan sampel.

D. Instrumen Penelitian

Agar dapat mengetahui pengaruh hasil perlakuan. Dalam pengumpulan

data untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan setelah diberikan

perlakuan, penulis menggunakan tes menggiring bola sebagai alat tes nya. Tes

tersebut memiliki validitas sebesar 0,92 dan reabilitas sebesar 0,99 Frank M.

Verducci, ed.D.(1980:334). Tata cara pelaksanaan tes tersebut di jelaskan oleh

(5)

26

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tes menggiring bola ( dribbling )

Tujuan : Mengukur keterapilan, kelincahan, dan kecepatan kaki

dalam memainkan bola.

Alat/fasilitas :Bola, stopwatch, 6 buah rintangan (tongkat/lembing), tiang

bendera, kapur.

Pelaksanaan : pada aba-aba “siap”, testee berdiri di belakang garis star

dengan bola dalam penguasaan kakinya, pada aba-aba “ya”, testee mulai

menggiring bola ke arah kiri melewati rintangan pertama dan berikutnya

menuju rintangan berikutnya sesuai dengan arah panah yang telah ditetapkan

sampai melewati garis finish. Salah arah dalam menggiring bola, harus

memperbaikinya tanpa menggunakan anggota badan selain kaki dimana

melakukan kesalahan dan selama itu pula stop watch tetap jalan. Menggiring

bola dilakukan oleh kaki kanan dan kaki kiri bergantian, atau minimal salah

satu kaki pernah menyentuh bola satu kali sentuhan. Gerakan tersebut

dinyatakan gagal bila testee menggiring bola tidak sesuai dengan arah panah,

testee menggunakan anggota badan lain selain kaki pada saat menggiring

bola.

Cara menskor: Waktu yang di tempuh oleh testee dari aba-aba “ya”

(6)

Gambar 3.2

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tes

Tempat penelitian ini dilaksanakan dilapangan sepak bola pasir mulya

Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Pemilihan tempat tersebut didasari

bahwa lapangan tersebut tempatnya cukup memadai, untuk terlaksananya suatu

test. Waktu pelasanaan penelitian ini dilaksanakan selama enam minggu. Latihan

dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu senin, rabu, dan jumat setiap pukul

15.00 WIB sampai dengan selesai. Hal ini didasarkan pada pendapat Bompa (1990:86) menyatakan bahwa:”siswa (atlet) berlatih 3 kali dalam seminggu, tergantung dari tingkat keterlibatannya dalam olahraga.” Mengenai jangka waktu lamanya latihan menurut Sajoto (1990:48) menjelaskan bahwa:”latihan 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu atau lebih.” Latihan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan, inti, dan penenangan. Adapun uraian

latihannya adalah sebagai berikut:

1. Latihan pemanasan

Sebelum melakukan latihan inti, subyek diinstruksikan untuk melakukan

pemanasan dengan bimbingan dari peneliti, yaitu melakukan peregangan statis,

(7)

28

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 menit pada tahap ini ditekankan untuk anggota tubuh bagian bawah, karena

latihan initi menuntut kesiapan dari anggota tubuh bagian bawah, dalam hal ini

adalah otot tungkai dan kaki. Setelah itu denyut nadi subyek dihitung untuk

mengetahui kesiapan subyek untuk melakukan latihan inti.

2. Latihan inti

Setelah melakukan pemanasan, siswa selanjutnya melakukan latihan inti

sesuai dengan bentuk latihan yang diberikan pada masing-masing kelompok.

Untuk kelompok A diberi metode latihan lari bolak-balik (shuttle run) dan

kelompok B diberi metode latihan permainan balap zig-zag. Adapun program

latihan dari kedua bentuk latihan tersebut dapat dilihan pada lampiran.

3. Latihan pendinginan

Setelah melakukan latihan inti,subyek diintruksikan untuk melakukan

latihan penenangan dengan suatu bimbingan, yaitu melakukan lari-lari kecil yang

dilanjutkan dengan gerakan pelemasn yang lamanya kurang-lebih 10 menit. Tahap

ini ditetapkan pada anggota tubuh yang telah melakukan aktivitas yaitu otot-otot

tungkai dan kaki.

F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah di rumuskan,

diperlukan pengolahan dan analisis data untuk menerima atau menolak hipotesis.

Adapun rumus-rumus atau langkah-langkah statistika yang digunakan oleh

penulis untuk mengolah data hasil tes awal dan tes akhir, adalah sebagai berikut :

a. Menghitung skor rata-rata dari setiap kelompok sampel dengan rumus:

(8)

b. Menghitung simpangan baku

S

=

∑ ̅

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

S = Simpangan baku yang dicari

n = Jumlah sampel

∑ ̅ = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

c. Menguji Homogenitas, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

F =

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari

F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (a) =

0,05.

d. Menguji normalitas data menggunakan uji Liliefors. Prosedur yang digunakan

adalah:

baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing

nilai X (Fzi) dengan ketentuan: Jika nilai Z negatif maka dalam

menetukan Fzi nya adalah 0,5 – luas daerah distrbusi Z pada tabel.

3) Menetukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan cara melihat

kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan

banyaknya sampel.

(9)

30

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari

seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.

6) Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah

nilai L.

7) Bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai Lo untuk menghitung

diterima atau ditolak hipotesisnya, dengan kriteria:

- Terima Ho jika Lo < Lα = Normal

- Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak normal

e. Uji Signifikasi peningkatan hasil latihan, dengan menggunakan uji t dengan

rumus :

H0 : ̅ = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan

H1 : ̅ ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan

t =

̅

Untuk masing-masing kelompok

Arti dari tanda-tanda dari rumus tersebut:

t = Nilai t hitung yang dicari

f. Uji Signifikasi perbedaan peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t:

(10)

n2

= Jumlah sampel kelompok 2

̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok 1

̅̅̅ = Nilai rata-rata kelompok 2

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:

- Terima hipotesis jika, thitung ≤ t(1-0.05) - Tolak hipotesis jika, thitung > t(1-0.05)

Batas penerimaan dan penolakan hipotesis

1-α

1-(0.05)

0.95

(11)

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat

penting bagi kehidupan bangsa dan kemajuan suatu negara. Dengan adanya

pendidikan bangsa indonesia akan mengalami kemajuan dan meninggalkan suatu

bentuk keterpurukan, seperti sekarang ini. Untuk itu pemerintah harus lebih

berkosentrasi terhadap pendidikan di indonesia dan juga harus membuat suatu

kebijakan yang mengarahkan pada perkembangan pendidikan di indonesia.

Pendidikan merupakan cara yang strategis untuk mencetak sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan kebijakan yang berkelanjutan

khususnya dalam dunia pendidikan di indonesia, bukan mustahil pendidikan di

indonesia akan menciptakan SDM yang berwawasan luas dan berkualitas. Sumber

daya manusia yang berkualitas akan membawa pada kemajuan bangsa. Sehingga

dengan adanya pendidikan yang bermutu maka semua hal yang berhubungan

dengan masalah pendidikan akan cepat terselesaikan. Salah satu pendidikan yang

mengarahkan pada perkembangan keseluruhan aspek manusia adalah pendidikan

jasmani. Pendidikan jasmani hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu baik secara jasmani dan rohani. Sehingga pendidikan jasmani

merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dan utama untuk kemajuan

suatu bangsa.

Dalam mengikuti perkembangan olahraga saat ini sungguh mendapat fenomena

yang sangat menarik, olahraga berkerbang pesat ternyata bukan sekedar konsumsi

para atlet, pelatih, maupun kelompok-kelompok yang hanya berkecimpung di

bidang tersebut. Bisa dikatakan olahraga kini telah merambah merata ke seluruh

(12)

semua tingkatan usia, baik cabang olahraga individual maupun olahraga beregu.

Tujuan seseorang dalam melakukan olahraga tersebut bermacam-macam, ada

yang bertujuan untuk sekedar mengisi waktu luang, rekreasi, kesehatan,

kebugaran, gengsi, atau untuk pencapaian prestasi. Olahraga yang bertujuan untuk

mencapai prestasi memerlukan proses latihan secara detail dan terukur dengan

benar, baik yang sifatnya individual ataupun beregu. Oleh karena itu takaran atau

dosis latihan sangat menentukan tingkat keberhasilan prestasi yang di raih. salah

satu cabang olahraga yang sangat berkembang pesat di masyarakat yaitu olahraga

sepak bola. Sepak bola adalah permainan bola besar, dan merupakan salah satu

cabang olahraga yang sangat digemari di dunia. Olahraga sepak bola dapat

dimainkan oleh semua kalangan, dari anak kecil, anak remaja, sampai orang

dewasa pun dapat memainkan olahraga ini. Saking digemarinya olahraga ini,

banyak yang berpendapat mengenai pengertian sepak bola. Menurut Sucipto dkk

(2000:7) sepak bola adalah “permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang”. Sama halnya pendapat dari

Usli dan Hermanu (2009:18) bahwa “sepak bola merupakan olahraga beregu, satu

regunya terdiri dari sebelas orang pemain, tiap-tiap pemain mempunyai peranan

masing-masing.”

Sepak bola merupakan permainan tim, oleh karena itu kerja sama tim

merupakan kebutuhan permainan sepak bola yang harus dipenuhi oleh setiap

kesebelasan yang menginginkan kemenangan. Kemenangan dalam permainan

sepak bola hanya akan diraih dengan melalui kerjasama dari tim tersebut.

Kemenangan tidak dapat diraih secara perseorangan dalam permainan tim,

disamping itu setiap individu atau pemain harus memiliki kondisi fisik yang

bagus, teknik dasar yang baik dan mental bertanding yang baik pula. Keberhasilan

akan diraih apabila latihan yang dilakukan sesuai dan berdasarkan prinsip latihan

yang terencana, terprogram yang mempunyai tujuan tertentu.

Sepak bola merupakan permainan yang membutuhkan banyak energi, memacu

semangat sekaligus memberi luapan kegembiraan melalui kebersamaan dalam

(13)

3

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberhasilan permainan ini dan hanya pemain yang terdidik dengan baik dapat

menyajikan permainan yang bagus, cerdas, dan menghibur. Untuk menjadi

pemain sepak bola yang berkualitas tentunya harus melewati berbagai tahapan

pembinaan. Menurut Sukatamsi (2003: 1.29) tahapan-tahapan pembinaan dan

tahap prestasi dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

 Usia 7-12 tahun : Tahap persiapan atau tahap pemasalan, ialah tahap belajar dasar dasar permainan sepak bola, penguasaan teknik-teknik dasar,

pengajaran permainan sepakbola.

 Usia 13-16 tahun : Tahap pembangunan atau tahap pembibitan. Dimulainya pembinaan prestasi, ialah pembinaan-pembinaan khusus :

pembinaan teknik, pembinaan kondisi fisik, pembinaan taktik, dan sering

bertanding untuk mencapai kematangan juara.  Usia 17-22 tahun : Masa sukses pertama.

Oleh PSSI diselenggarakan Kompetisi Kejuaraan Remaja Taruna (Junior)

memperebutkan Piala Suratin.

 Usia 23-29 tahun : Masa prestasi puncak (optimal)

 Usia 30-35 tahun : Masa usaha untuk menjadikan tetap berprestasi puncak (stabilisasi).

Kondisi fisik pemain sepak bola menjadi sumber bahan untuk dibina oleh

pakar sepak bola selain teknik, taktik, mental dan kematangan bertanding.

Harsono (2001 : 4), “menyatakan latihan kondisi fisik memegang peranan yang

sangat penting dalam program latihan atlet, terutama atlet pertandingan”. Kondisi

fisik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat

dipisahkan, baik dalam meningkatkan maupun pemeliharaannya.

Seorang pemain sepak bola dalam bertahan maupun menyerang

kadang-kadang menghadapi benturan keras, lari dengan kecepatan penuh ataupun berkelit

menghindari lawan, berhenti menguasai bola dengan tiba-tiba. Seorang pemain

sepak bola dalam mengatasi hal seperti itu haruslah dibina dan dilatih sejak usia

(14)

Di Porbaya FC yang memiliki pemain-pemain muda yang berbakat akan tetapi

kurang berkembang karena kurangnya kegiatan latihan yang hanya satu kali

dalam satu minggu, dan kurangnya tenaga pelatih. Akan tetapi para pemain sangat

berantusias dalam mengikuti kegiatan latihan. Dari 4 kali pertandingan uji coba

tim porbaya FC mengalami kekalahan dua kali, satu kali menang dan satu kali

seri. Tentu dari hasil pertandingan tersebut tim porbaya FC mendapatkan hasil

yang kurang baik dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor

yang mempengaruhinya yaitu kurang lincahnya pemain ketika menggiring bola

melewati lawan.

Untuk meningkatkan kemampuan kelincahan pada saat menggiring bola

pemain-pemain muda di porbaya FC tentu harus diberikan bentuk latihan yang

mengharuskan pemain untuk bergerak dengan cepat dan mengubah arah dengan

lincah. Menurut Harsono (2001:22) “ada beberapa bentuk latihan agility

(kelincahan) yaitu: lari bolak-balik (shuutle run), lari bolak-belok (zig-zag run),

lari boomerang run, envelop, halang rintang, heksagon, dan banyak lagi”.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa unsur teknik menggiring bola

sangat diperlukan dalam permainan sepakbola. Sedangkan keterampilan

menggiring bola memerlukan banyak unsur diantaranya adalah kelincahan.

Berdasarkan pertimbangan hal di atas maka penulis perlu membuktikan dengan

mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Latihan Permainan

Balap Zig-zag dan Metode Latihan Shuttle run Terhadap Peningkatan Kelincahan

Menggiring Bola Pada Pemain Sepak Bola Usia Dini (usia 10 sampai 12 tahun)

Di Porbaya FC”.

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah penulis ingin merumuskan masalah

penelitian tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah metode latihan lari bolak-balik ( shuttle run ) memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan menggiring

(15)

5

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Apakah metode latihan permainan balap zig-zag memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada

pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di Porbaya FC?

3. Dari ke dua metode latihan tersebut manakah yang lebih baik untuk

meningkatkan kelincahan menggiring bola pada anak usia dini (10-12

tahun) di Porbaya FC?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang di lakukan oleh penulis yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah metode latihan lari bolak-balik ( shuttle run )

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan

menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di

Porbaya FC.

2. Untuk mengetahui apakah metode latihan permainan balap zig-zag

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan

menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di

Porbaya FC.

3. Untuk mengetahui dari ke dua metode latihan tersebut manakah yang lebih

baik untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak

bola usia dini (10-12 tahun) di porbaya FC.

D. Mafaat penelitian

Telah penulis kemukakan sebelumnya uraian mengenai latar belakang rumusan

masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka

penulis mengharapkan manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan informasi

tentang latihan kelincahan menggiring bola untuk pemain sepak bola usia dini.

(16)

lebih meningkatkan semangat penelitian yang lainnya dan sebagai bahan

untuk mempelajari ilmu yang lainnya.

2. Secara praktik

Secara praktis penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat baik

bagi penulis khususnya, para pelatih, dan atlet pada umumnya dalam

menentukan dan menerapkan metode latihan lari bolak-balik ( shuttle run )

dan metode latihan permainan balap zig-zag untuk meningkatkan kelincahan

menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini.

E. Pembatasan Penelitian

Untuk menghindari timbulnya penafsiran dan agar tidak menyimpang dari

permasalahan dan tujuan penelitian, maka masalah yang telah penulis uraikan

perlu dibatasi sebagai berukut:

1. Kegiatan latihan pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) di Porbaya FC

di fokuskan pada latihan lari bolak-balik (shuttle run) dan latihan

permainan balap zig-zag untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain sepak bola usia dini

(10-12 tahun) yang terdaftar di Porbaya FC.

3. Penelitian ini dilakukan di lapangan sepak bola pasir mulya pangalengan

kabupaten Bandung.

F. Penjelasan Istilah

Untuk lebih memahami dan memudahkan istilah-istilah penelitian, maka

penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengaruh. Menurut supandi ( 1992:37 ) pengaruh adalah hasil atau akibat

yang ditimbulkan oleh sesuatu.

2. Olahraga. Menurut Rusli Lutan ( 1992:12 ) adalah olaraga merupakan

suatu kegitan otot yang enerjik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan

(17)

7

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Latihan. Menurut ( Harsono:1988 ) adalah proses yang sistematis dari

berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian

hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya.

4. Kelincahan. menurut ( Harsono:1988 ) adalah kemampuan seseorang

untuk mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa

kehilangan keseimbangan.

5. Sepakbola. Menurut Sucipto dkk (2000:7) adalah permainan beregu,

masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga

gawang.Sepak bola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang

masing-masing beranggotakan 11 orang pemain, tujuannya adalah

memasukan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin, dengan

memanipulasi bola dengan kaki dan anggota tubuh lainnya kecuali tangan

(http:id.wikipedia.org.wiki//sepakbola).

6. Menggiring bola. Menurut Sucipto dkk (2000:28) adalah menendang

terputus-putus pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan

menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan menendang

bola.

G. Struktur Organisasi

Pada penelitian ini, peneliti akan membagi kedalam lima bab yaitu:

Bab I menjelaskan mengenai latar belakan masalah dalam penelitian ini.

Bab II mengenai tinjauaan teoritis, anggapan dasar, dan hipotesis.

Bab III memaparkan tentang metode penelitian, desain penelitian,

populasi, sampel instrumen penelitian, waktu dan tempat pelaksanaan tes,

prosedur pengolahan dan analitis data.

Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan, diskusi penelitian.

(18)

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zig–zag dan metode latihan shuttle

run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini

(usia 10 sampai 12 tahun) di probaya fc

Pembimbing :1. Drs. D. Hasanudin Cholil

2. Drs. Satriya

Asum Sumirat* 2014

Skripsi ini dilatar belakangi oleh pengamatan penulis terhadap beberapa metode latihan yang digunakan untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola pada permain sepak bola usia dini. Metode latihan tersebut adalah metode latihan balap zig-zag dan shuutle run. Kedua metode latihan ini memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing dalam proses pemberian latihannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latihan manakah yang lebih berpengaruh dari metode latihan balap zig-zag dan metode latihan shuutle run terhadap peningkatan kelincahan menggring bola pada pemain sepak bola usia dini dalam permainan sepak bola.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan variabel bebas (X1), metode latihan balap zig-zag, variabel bebas (X2) metode latihan shutle run dan variabel terikatnya (Y) adalah kelincahan menggiring bola dalam cabang olahraga sepakbola. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemain sepak bola usia dini (10-12 tahun) PORBAYA FC sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tes menggiring bola (Dribbling).

(19)

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(20)

Asum Sumirat, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan serta analisis data yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode latihan balap zig-zag memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola

usia dini.

2. Metode latihan shutle run memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia

dini.

3. Metode latihan balap zig-zag memberikan pengaruh yang lebih signifikan

dibandingkan dengan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan

kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia dini.

B. Saran

Saran-saran yang dapat penulis kemukakan sesuai dengan hasil penelitian ini

adalah sebagi berikut:

1. Disarankan kepada lembaga dan pelatih PORBAYA FC untuk

menggunakan metode latihan balap zig-zag dalam upaya meningkatkan

kelincahan menggiring bola (dribbling) pada pemain sepak bola usia dini.

Hal tersebut dikarenakan metode latihan balap zig-zag memberikan

peningkatan yang lebih signifikan terhadap kelincahan menggiring bola

(dribbling) pada pemain sepak bola usia dini.

2. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang

aspek-aspek teknik, Perlu dilakukanya penelitian yang lebih lanjut mengenai

(21)

38

(dribbling) pada permainan sepak bola, dengan lebih memperluas ruang

lingkup penelitian dan jumlah sampel yang lebih besar dan kajian yang

lebih mendalam agar hasil yang dicapai lebih memuaskan dan lebih

signifikan.

3. Bagi ketua atau pembina PORBAYA FC penulis menyarankan untuk

lebih memperhatikan sarana dan prasarana di lapangan, untuk mendukung

jalanya latihan supaya lancar sehingga siswa dapat lebih termotivasi lagi

untuk berprestasi.

4. Penulis menyarankan kepada pelatih yang berkecimpung dalam cabang

olahraga sepak bola untuk menggali ilmu-ilmu yang dapat dijadikan

sebagai penunjang keberhasilan dalam melatih. Hal ini tentu bertujuan

untuk lebih memberikan suatu kontribusi terhadap pengembangan dan

(22)

PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN

KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN SEPAKBOLA USIA DINI (usia 10-12 tahun)

DI PROBAYA FC

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Disusun Oleh :

ASUM SUMIRAT 0805432

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(23)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul

PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN

METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN SEPAKBOLA USIA DINI (USIA 10 SAMPAI 12 TAHUN) DI PROBAYA FC, ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian adanya pelanggaran atas etika keilmuan karya saya

ini, atau ada klaim terhadapkeaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2014

Yang Membuat Pernyataan

Asum Sumirat

(24)

LEMBAR PENGESAHAN

Asum Sumirat 0805432

PENGARUH METODE LATIHAN PERMAINAN BALAP ZIG–ZAG DAN

METODE LATIHAN SHUTTLE RUN TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN MENGGIRING BOLA PADA PEMAIN

SEPAKBOLA USIA DINI (USIA 10 SAMPAI 12 TAHUN)

DI PROBAYA FC

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Drs. Dudung Hasanudin Ch NIP. 196003151987031007

Pembimbing II

Drs. Satriya

NIP. 196002101987031004

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

FPOK UPI

(25)

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

UCAPAN TERIMA KASIH...iii

DAFTAR ISI...V DAFTAR TABEL...VIII DAFTAR BAGAN...IX DAFTAR GAMBAR...X DAFTAR LAMPIRAN...XI BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar belakang masalah...1

B. Rumusan masalah...4

C. Tujuan penelitian...5

D. Manfaat penelitian...5

E. Pembatasan penelitian...6

F. Penjelasan istilah...6

BAB II TINJAUAN TEORITIS, ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS...8

A. Tinjauan teoritis...8

1. Sepak bola...8

2. Karakteristik gerakan permainan sepak bola...9

3. Teknik dasar permainan sepak bola...10

3.1. Teknik tanapa bola (teknik badan)...10

(26)

Asum Sumirat, 2014

3.2.8. Teknik penjagaan gawang (goal keeping)...12

3.2.9. Teknik dribling dalam permainan sepak bola...12

4. Kelincahan (agility)...16

E. Waktu dan tempat pelaksanaan tes...27

F. Prosedur pengolahan dan analisis data...28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...31

A. Hasil penelitian dan pembahasan...31

B. Diskusi penelitian...35

(27)

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Kesimpulan...37

B. Saran...37

DAFTAR PUSTAKA...39

(28)

Asum Sumirat, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Danny Mielke. (2007). Dasar – Dasar sepak bola. Bandung: PT. Intan Sejati

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

Jozef Sneyers (1990 dalam Haryanto). Sepak Bola Remaja. Jakarta. PT. Rosda Jaya Putra Jakarta. Diterjemahkan Haryanto

Lingling Usli, Hermanu Entang, Imanudin Iman. (2008). Pelatihan Cabang Olahraga

Sepak bola. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.

Luxbacher A. Joseph (1997 dalam Agusta Wibawa). Sepak Bola. Jakarta: Raja Grafindo, Edisi Kedua. Diterjemahkan Agusta Wibawa

Nurhasan.H, Hasanudin.C.Dudung. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.

Robert Koger. (2007). Latihan Dasar Andal Sepak bola Remaja. Klaten: PT. Saka Mitra Kompetensi

(29)

Asum Sumirat, 2014

Pengaruh metode latihan permainan balap zigzag dan metode latihan shuttle run terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepakbola usia dini (usia 10 sampai 12 tahun)di probaya fc

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sudjana. (2002). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukatamsi. (1984). Permainan Besar I Sepak Bola. Jakarta: Prima.

Surakhmad, winarno. (1998). Pengantar Metodelogi Ilmiah. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Situs

(http://id.wikipedia.org/wiki/Sepak_bola)

http://taraprahas.blogspot.com/2012/10/tes-agility.html

http://kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-bola/

http://duniaanak.org/seputar-anak/pengertian-anak-usia-dini-yang-perlu-kita-ketahui.html

Gambar

Gambar 3.1
tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (a) =

Referensi

Dokumen terkait

PERUBAHAN KELIMA BELAS ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

[r]

Berdasarkan uji statistik yang dilakukan tidak terdapat hubungan antara frekuensi kebiasaan makan (jajanan asin, olahan asin, makanan instan dan berlemak),

Penyelenggaraan ibadah haji khusus yaitu Pasal 2 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus pada ayat

PENGARUH IMPLEMENTASI ELECTRONIC PROCUREMENT (E- PROC) DALAM PENGADAAN BARANG/ JASA TERHADAP PERWUJUDAN GOOD GOVERNANCE DI BALAI BESAR WILAYAH..

[r]

Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai