• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi dengan Tekanan dan Glukosa Darah pada Mahasiswa IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi dengan Tekanan dan Glukosa Darah pada Mahasiswa IPB"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DAN GLUKOSA DARAH

PADA MAHASISWA IPB

FAJAR SAFITRI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi dengan Tekanan dan Glukosa Darah pada Mahasiswa IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014 Fajar Safitri NIM I14124041

(4)
(5)

ABSTRACT

FAJAR SAFITRI. Hubungan Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi dengan Tekanan dan Glukosa Darah pada Mahasiswa IPB. Dibimbing oleh DODIK BRIAWAN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan dan glukosa darah pada mahasiswa Mayor Ilmu Gizi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah subjek sebanyak 120 orang terdiri dari 17 mahasiswa dan 113 mahasiswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi yang ditemukan sebesar 7% dan untuk diabetes mellitus tidak ditemukan. Frekuensi kebiasaan makan seperti jajanan asin dan manis, olahan asin dan manis, makanan instan dan makanan berlemak dikonsumsi hanya 1-2 kali/minggu. Hasil menunjukkan bahwa 64.2% subjek mempunyai persen kontribusi lemak yang lebih dan 99.2% memiliki asupan natrium yang cukup. Terdapat 81.7% memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan. Terdapat 95.8% subjek mempunyai IMT normal, 96.7% subjek mempunyai lingkar pinggang normal dan 95% subjek mempunyai RLPP normal. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, riwayat kesehatan keluarga, frekuensi kebiasaan makan, konsumsi makanan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan darah dan glukosa darah (p> 0,05).

Kata kunci : glukosa darah, mahasiswa, tekanan darah.

ABSTRACT

FAJAR SAFITRI. Association between Food Consumption, Physical Activity and Nutritional Status with Blood Pressure and Glucose Undergraduate Students at Bogor Agricultural University. Supervised by DODIK BRIAWAN.

This study aimed to analyze the association between food consumption, physical activity and nutritional status with blood pressure and glucose on undergraduate students major in nutrition sciences. The design was a cross-sectional study with 120 subject consisting of 17 male and 113 female students. The results showed that the prevalence of hypertension was 7% and there was no student suffering diabetes mellitus. Frequency of eating habits as salty and sweet snacks, salty and sweet of processed, instant foods and fatty foods consumed only 1-2 times/week. There was 64.2% subject had a percent contribution of fat in higher categories and 99.2% subject had sufficient sodium intake. There was 81.7% subject had light activity lifestyle. There was 95.8% subject had normal BMI, 96.7% subject had normal waist circumference and 95% subject had normal waist hip ratio. The multiple logistic regression showed there was no a significant relationship between gender, family medical history, frequency of eating habits, food consumption, physical activity and nutritional status with blood pressure and blood glucose (p>0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DAN GLUKOSA DARAH

PADA MAHASISWA IPB

FAJAR SAFITRI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Hubungan Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan Status Gizi dengan Tekanan dan Glukosa Darah pada Mahasiswa IPB dapat diselesaikan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan MCN selaku pembimbing skripsi yang telah memberi saran yang bermanfaat atas penelitian ini.

2. Bapak dr. Naufal Muharam Nurdin, S. Ked selaku dosen penguji dan pemandu seminar yang telah banyak memberikan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Ir Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan. 4. Kedua orang tua : H. Zainal Dj (Ayah), H. Sumiyati (Ibu), Ari P

(kakak) dan seluruh keluarga besar atas segala doa dan dukungan morilnya.

5. Teman seperjuangan penelitian: Muh Yulianto, Hafiduddin, Wilda, Rekyan “Dedew”, Nida Nadia R dan Rhidati U atas semua dukungan, dan kerja sama selama pengumpulan data.

6. Mahasiswa TPB Mayor Gizi Masyarakat Angk. 50 yang sudah bersedia menjadi sampel penelitian.

7. Para pembahas seminar : Liris Nurfi’ah, Nadia Kholila, Miftahur Rahmah, Mar’atus Sholihah.

8. Teman-teman Gizi Masyarakat Alih jenis 6 “Nutrigenomic 6” : Titis, Liris, Cicit, Irma, Nida, Astri dan seluruh keluarga besar GM AJ 6 atas pertemanan dan semangatnya.

Demikian yang penulis sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis lakukan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 5

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 5

Cara Penarikan Subjek 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Karakteristik Subjek 14

Kejadian Hipertensi 15

Kejadian Hiperglikemi 16

Konsumsi Pangan dan Asupan Gizi 17

Aktivitas Fisik 22

Status Gizi 24

Hubungan Konsumsi Pangan dengan Tekanan Darah 25 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah 27

Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah 28

Hubungan Konsumsi Pangan dengan Glukosa Darah 29 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Glukosa Darah 29

Hubungan Status Gizi dengan Glukosa Darah 30

Faktor Risiko Hipertensi 30

Faktor Risiko Hiperglikemi 31

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 32

DAFTAR TABEL

1 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik 9 2 Pengelompokkan asupan dan tingkatan kecukupan zat gizi 11

3 Klasifikasi tekanan darah 12

4 Klasifikasi kadar glukosa darah sewaktu dan puasa 12

5 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik 15

(14)

8 Konsumsi pangan subjek yang dapat meningkatkan glukosa darah 19 9 Sebaran frekuensi kebiasaan makan dengan tekanan darah 20 10 Sebaran frekuensi kebiasaan makan dengan glukosa darah 20 11 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi 22 12 Rata-rata lama kegiatan berdasarkan jenis aktivitas fisik 23 13 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga 23 14 Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik 24

15 Sebaran subjek berdasarkan status gizi 25

16 Hubungan frekuensi kebiasaan makan yang berisiko dengan tekanan darah 26 17 Hubungan asupan lemak dan natrium dengan tekanan darah 27 18 Hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah 28 19 Hubungan antara status gizi dengan tekanan darah 28

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan kerangka pemikiran 5

2 Diagram alir penarikan subjek 6

3 Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul 7

4 Alat ukur tekanan darah digital Omron 7

5 Alat ukur glukosa darah digital Accu-Check 8

6 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi tekanan darah 16

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama penyebab kematian di dunia meskipun pengobatan di bidang ini sangat maju pesat. Mahalnya biaya pengobatan mengakibatkan tidak semua masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal. Pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan sedini mungkin, salah satu cara yaitu dengan memperkenalkan masyarakat dengan faktor risiko penyakit tersebut (Zhu et al. 2002). Kumpulan faktor risiko penyakit kardiovaskuler dapat meningkatkan risiko kejadian maupun kematian oleh penyakit kardiovaskuler yang disebut sindroma metabolik (Zhu et al. 2002 dan Yoo et al. 2004). Reaven (1988), menyatakan bahwa sindrom metabolik merupakan sekumpulan kelainan metabolisme, yang ditandai dengan obesitas viseral, meningkatnya kadar trigliserida, meningkatnya kadar glukosa, rendahnya kadar High Density Lipoprotein (HDL) dan hipertensi (Aru dan Sudoyo et al. 2006).

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi ditandai dengan nilai pengukuran tekanan darah seseorang yang tinggi untuk tekanan darah sistolik maupun untuk tekanan darah diastoliknya. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hipertensi tidak hanya terjadi pada orang dewasa atau usia lanjut, tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan hipertensi di Indonesia sebesar 25.8% dimana hanya 9.5% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi (Depkes 2013). Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain.

(16)

2

Peningkatan tekanan darah atau hipertensi dan diabetes mellitus yang cukup tinggi membuat kementerian kesehatan berupaya mencegah dan menanggulanginya dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dengan cara memperkenalkan faktor-faktor risiko yang terkait. Faktor-fator risiko yang terkait terbagi atas 2 jenis yaitu, faktor yang tidak dapat dikontrol/diubah seperti umur, jenis kelamin, riwayat penyakit dan faktor yang dapat dikontrol, seperti pola makan yang salah, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas.

Pola makan atau konsumi pangan adalah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dan mempengaruhi kejadian hipertensi dan diabetes mellitus. Salah satu zat gizi makro dan mikro yang berperan dalam peningkatan tekanan darah adalah lemak dan natrium. Tesfaye et al. (2007) menyatakan bahwa konsumsi pangan tinggi lemak dan energi dapat menyebabkan obesitas dan berakhir pada peningkatan tekanan darah. Studi meta analisis menunjukkan hasil penurunan tekanan darah sistolik sebesar 4 mmHg dan penurunan tekanan darah diastolik sebesar 2.5 mmHg setelah diturunkan asupan natrium sebesar 50 mmol (He 2003). Hasil penelitian tentang hubungan pola makan dengan penyakit diabetes mellitus menunjukkan bahwa pola makan Western (barat) pada penduduk pria di Amerika Serikat berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit diabetes mellitus (Van Dam et al. 2002). Penduduk Fiji yang mengonsumsi energi dan lemak lebih banyak memiliki risiko lebih tinggi terhadap diabetes mellitus dibandingkan dengan penduduk Jepang dan Vietnam (Tomisaka et al. 2002).

Peningkatan tekanan darah dipengaruhi berbagai macam faktor, diantaranya adalah kurangnya aktivitas fisik. Studi yang membandingkan beda efek intensitas olahraga menunjukkan olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan intensitas berat dan juga lebih efektif pada usia lanjut (Kokkinos 2009). Hasil studi epidemiologi juga menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik meningkatkan sensitifitas insulin dan menurunkan risiko berkembangnya DM tipe 2 (WHO 2003b).

Indikator status gizi yang dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler antara lain Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang (LiPi) Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP). IMT mempunyai hubungan yang kuat dengan tekanan darah (Zhou 2008). IMT ≥ persentil 95th berhubungan kuat dengan peningkatan tekanan darah ≥ persentil 90th

(RR = 3.8; 95% CI; 2.6 – 5.4) (Moore 2006). Pada remaja laki – laki dan perempuan dengan IMT ≥ persentil 90th mempunyai tekanan darah sistolik tinggi sebesar 35.7% dan 14.0%, dan tekanan darah diastolik tinggi sebesar 24.7% dan 15.9% (Plachta-Danielzik 2008). Lingkar pinggang menggambarkan akumulasi lemak intra-abdominal atau lemak viseral. Bertambahnya ukuran LiPi berkaitan erat dengan peningkatan faktor risiko penyakit kardiovaskuler (Seidell 2001). Pada remaja laki – laki dan perempuan dengan LiPi ≥ persentil 90th

(17)

(Humayun 2010). Pada penelitian Kusama (2005) menunjukkan bahwa RLPP berhubungan positif dengan diabetes mellitus (OR = 1.53; 95% CI; 1.29 – 1.79).

Berdasarkan penjelasan di atas maka terlihat adanya hubungan antara konsumsi makan, aktivitas fisik dan status antropometri dengan peningkatan kadar tekanan darah dan glukosa darah. Hal tersebut melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan darah dan glukosa darah pada mahasiswa TPB IPB.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan dan glukosa darah pada mahasiswa IPB. Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan darah?

2. Apakah terdapat hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan glukosa darah?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan dan glukosa darah pada mahasiswa.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi karakteristik subjek, meliputi : umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan riwayat penyakit keluarga.

2. Mengidentifikasi tekanan darah subjek. 3. Mengidentifikasi glukosa darah subjek. 4. Mengidentifikasi konsumsi pangan subjek. 5. Mengidentifikasi aktivitas fisik subjek. 6. Mengidentifikasi status gizi subjek.

7. Menganalisis hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan dan glukosa darah pada mahasiswa.

Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan darah.

2. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan glukosa darah.

(18)

4

4. Terdapat pengaruh jenis kelamin, riwayat kesehatan keluarga, konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi terhadap glukosa darah

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keterkaitan hubungan antara konsumsi pangan, aktivitas fisik dan status gizi dengan tekanan darah dan glukosa darah pada mahasiswa. Selain itu juga dapat memberikan informasi dalam mengidentifikasi individu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus.

.

KERANGKA PEMIKIRAN

Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong jantung memompa darah ke seluruh tubuh dan berubah-ubah sepanjang hari sesuai dengan situasi dan juga karena pertambahan usia dan berat badan seseorang. Tekanan darah dinyatakan dengan tekanan sistolik dan diastolik. Glukosa darah atau yang biasa disebut dengan gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Glukosa darah dapat dinyatakan diabetes mellitus apabila glukosa darah puasa melebihi batas normal.

Peningkatan tekanan darah atau hipertensi dan diabetes mellitus yang cukup tinggi membuat kementerian kesehatan berupaya mencegah dan menanggulanginya dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dengan cara memperkenalkan faktor-faktor risiko yang terkait. Faktor-fator risiko yang terkait terbagi atas 2 jenis yaitu, faktor yang tidak dapat dikontrol/diubah seperti umur, jenis kelamin, riwayat penyakit dan faktor yang dapat dikontrol, seperti pola makan yang salah, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas.

Pola makan atau konsumi pangan adalah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi dan mempengaruhi kejadian hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini berkaitan dengan konsumsi makanan tertentu yang dapat menstimulasi naiknya tekanan darah dan glukosa darah. Kandungan gizi yang berdampak nyata terhadap naiknya tekanan darah dan glukosa darah adalah mineral sodium dan makanan berlemak. Konsumsi makanan tinggi sodium dan tinggi lemak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian hipertensi dan diabetes mellitus.

Aktivitas fisik dengan intensitas ringan hingga sedang lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan intensitas berat. Peningkatan aktivitas fisik meningkatkan sensitifitas insulin dan menurunkan risiko berkembangnya diabetes mellitus tipe 2.

(19)

darah dan glukosa darah. Semakin besar rasio lingkar pinggang pinggul maka tekanan darah dan glukosa darah juga semakin meningkat.. Hubungan antar variabel yang diamati dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan status gizi dengan tekanan dan glukosa darah pada mahasiswa.

Keterangan

: variabel yang diteliti : hubungan yang dianalisis : hubungan yang tidak dianalisis : variabel yang tidak diteliti

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan alasan sebagian besar aktivitas mahasiswa TPB di lakukan di asrama. Pengumpulan data dilakukan di

Karakteristik Subjek Umur

Jenis kelamin Berat dan tinggi badan

Riwayat penyakit keluarga

Glukosa darah : GD puasa Aktivitas

fisik

Status gizi

Tekanan darah : Sistolik Diastolik

(20)

6

asrama putra-putri TPB IPB dan ruang Badan Konsultasi Gizi di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari - Maret 2014.

Cara Penarikan Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa TPB program S1 Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor tahun ajaran 2013/2014 yang bersedia diambil datanya dan pada saat penelitian masih aktif dalam perkuliahan. Total seluruh mahasiswa adalah 120 orang dengan jumlah mahasiswa yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini sebesar 100%. Gambar 2 menjelaskan mengenai penarikan/penyaringan subjek penelitian.

Gambar 2 Diagram alir penarikan subjek

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner, wawancara dan pengukuran secara langsung oleh subjek yang dilaksanakan setelah jam kuliah. Data primer yang diperoleh dengan cara pengisian adalah karakteristik subjek meliputi nama, tanggal lahir, dan jenis kelamin, data riwayat kesehatan meliputi riwayat hipertensi dan diabetes mellitus kedua orang tua dan keluarga subjek, pola konsumsi pangan meliputi frekuensi kebiasaan jajanan asin (keripiki asin, chiki, biskuit asin), olahan asin (telur asin, ikan asin, makanan bersantan, makanan yang diawetkan dengan garam), jajanan manis (donat, jelly kemasan, kue basah, es campur, jus buah, jus pop ice), olahan manis (bolu, dodol, buah kaleng, sirup, selai, makanan yang diawetkan dengan gula), makanan instan (makanan kemasan/kaleng, mie instan, bubur instan, pasta instan) dan makanan berlemak (fast food, gorengan, keju, cake, udang) subjek seminggu terakhir, data aktivitas fisik dengan mengisi kuesioner aktivitas fisik

pada hari kuliah dan hari libur, dan data kebiasaan berolahraga mencakup jenis

Populasi : 120 orang

Laki-laki : 17 orang Bersedia berpatisipasi

dalam penelitian

Perempuan : 113 orang Bersedia berpatisipasi

dalam penelitian

(21)

olahraga, durasi olahraga dan frekuensi olahraga. Data primer yang dilakukan dengan cara wawancara yaitu data asupan gizi yang diperoleh melalui food recall 2x24 jam (hari kuliah dan hari libur).

Data primer yang dilakukan dengan cara pengukuran meliputi, pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0.1 kg, tinggi badan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm, lingkar pinggang-pinggul dengan menggunakan pita centimeter dengan ketelitian 0.1 cm.

Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul berdasarkan WHO (2008a). Diukur dalam posisi tegak dan tenang. Baju atau penghalang pengukuran disingkirkan. Lingkar pinggang diukur pada titik tengah antara ujung bawah tulang rusuk dan puncak tulang iliac (pinggul). Subjek harus berada dalam keadaan santai dan bernapas secara alami untuk meminimalkan tarikan ke dalam dari abdominal. Untuk pengukuran lingkar pinggul disekitar bagian terluas atau menonjol dari pinggul. Pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar dengan lantai. Cara pengukuran lingkar pinggang-pinggul dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul

Data tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat digital tekanan darah Omron. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, setelah sebelumnya diistirahatkan minimal 15 menit atau setelah wawancara. Lengan baju disingkirkan kemudian kenakan manset pas melingkar pada bagian lengan kiri atas. Atur letak manset hinggan 1-2 cm diatas siku lengan. Manset direkatkan hingga pas di lengan. Tekan tanda START pada alat digital, tunggu beberapa menit alat tersebut akan memompa dan manset akan mengembung untuk mengukur tekanan sistolik dan siatolik. Setelah itu manset akan mengempis dan data hasil pengukuran akan muncul di layar alat tersebut yaitu data tekanan darah sistolik dan diastolik.

Gambar 4 Alat ukur tekanan darah digital Omron

(22)

8

keringkan kedua tangan sebelum pengambilan sampel untuk menghindari kontaminasi. Jarum lancet dimasukkan ke alat penusuk. Ujung jari manis bagian kiri yang akan ditusuk dibersihkan dengan kapas beralkohol untuk menghindari infeksi. Tusukkan jarum ke ujung jari, lap darah pertama yang keluar dengan kapas atau tissue. Tekan dengan pelan jari yang sudah ditusuk tadi untuk membantu mengeluarkan darah, tapi jangan terlalu kuat agar sampel darah tidak bercampur dengan cairan otot. Test strip dimasukkan ke alat glucose meter, tempelkan ujung jari yang ditusuk tadi ke test strip sampai terbasahi merata. Bila sampel darah sudah memadai maka alat akan mulai mengukur dan data hasil pengukuran akan muncul di layar alat tersebut yaitu data glukosa darah. Tempelkan kapas beralkohol ke ujung jari yang tertusuk untuk menghentikan pendarahan.

Gambar 5 Alat ukur gula darah digital Accu-check

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 13 for Windows. Proses pengolahan meliputi coding, entri dan analisis.

Karakteristik Subjek.

Data umur responden dihitung berdasarkan pada ulang tahun terakhir yang telah dijalani. Data jenis kelamin responden dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Data berat badan dan tinggi badan digunakan untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Data riwayat keluarga/keturunan dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu ada keturunan jika terdapat riwayat keturunan langsung dari bapak dan ibu dan/atau tidak langsung dari kakek dan nenek (kode 1) dan kelompok tidak ada riwayat keturunan (kode 0).

Aktivitas Fisik.

(23)

Keterangan:

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam)

Untuk menghitung nilai PAL seseorang maka perlu diketahui nilai PAR (Physical Activity Ratio). Nilai PAR berbeda untuk setiap aktivitas fisik yang dilakukan. FAO/WHO (2001) menentukan nilai PAR untuk berbagai jenis aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik

Aktivitas Physical Activity Ratio

Tidur 1.0

Berkendara dalam bus/mobil 1.2

Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1.4

Makan 1.5

Duduk 1.5

Mengendarai mobil/berkendara 2.0

Memasak 2.1

Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2

Mandi dan berpakaian 2.3

Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin 2.3

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8

Berjalan 3.2

Berkebun 4.1

Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2

Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1.5

Transportasi dengan bus 1.2

Kegiatan ringan 1.4

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Nilai PAR kemudian dikalikan dengan alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik tersebut selama 24 jam sehingga diperoleh nilai PAL. Berdasarkan nilai PAL tersebut maka diketahui kategori tingkat aktivitas fisik seseorang yaitu, sangat ringan (< 1.40), ringan (1.40 – 1.69), sedang (1.70 – 1.99) dan berat (> 1.99). Data kebiasaan olahraga diperoleh dengan cara mengisi kuesioner yang meliputi jenis olahraga, durasi olahraga dan frekuensi olahraga yang dilakukan oleh subjek.

Konsumsi Pangan.

(24)

10

KGij= (Bj/100)x Gij x (BDDj/100) dimana

KGij : Kandungan zat gizi i dan pangan j dengan berat B gram Bj : Jenis pangan j (g)

Gij : Kandungan zat gizi i dalam 100 g BDD pangan j BDDj : Persen pangan j yang dapat dimakan (%BDD)

Untuk menghitung tingkat kecukupan konsumsi energi dan zat gizi subjek yang dikoreksi dengan berat badan aktual sehat (dari setiap kelompok usia) dengan rumus :

AKGi = (Ba/Bs) x AKG Keterangan :

AKGi : Angka kecukupan energi dan protein Ba : Berat badan aktual sehat (kg)

Bs : Berat badan standar yang tercantum dalam AKG AKG : angka kecukupan gizi yang di anjurkan WNPG 2013

Rumus di atas hanya diberlakukan pada subjek dengan status gizi normal sedangkan untuk subjek dengan status gizi kurang, overweight, dan obese menggunakan koreksi berat badan ideal menurut tinggi badan. Perhitungan tingkat kecukupan gizi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan :

TKGi : Tingkat kecukupan zat gizi i Ki : Konsumsi zat gizi i

AKGi : Kecukupan zat gizi yang dianjurkan

Pengelompokkan berat badan, energi dan protein berdasarkan AKG 2013 yang sesuai dengan golongan laki-laki dan perempuan pada umur 16-18 tahun dan 19-29 tahun. Pada kelompok umur 16-18 tahun rata-rata untuk orang Indonesia secara berturut-turut pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 56kg, 2675kkal dan 66g; dan 50kg, 2125kkal dan 59g. Pada kelompok umur 19-29 tahun secara berturut-turut pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 60kg, 2725kkal dan 62g; dan 54kg, 2250kkal, 59g.

Perhitungan kandungan zat gizi natrium menggunakan software nutrisurvey, terdapat 5.3% (wortel, kacang kedelai, pisang lampung, bawang bombay, kacang bogor, oncom, dan sate kulit) bahan makanan mentah dan makanan matang yang tidak terdapat pada nutrisurvey sedangkan makanan dan minuman kemasan berdasarkan nutrition fact pada kemasan. Bahan makanan mnentah dan makanan matang yang tidak terdapat pada nutrisurvey ada beberapa makanan yang menggunakan pendekatan terhadap jenisnya dan ada data yang tidak digunakan.

(25)

Tabel 2 Pengelompokkan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi

Variabel Kategori

Tingkat kecukupan energi dan protein 1. Defisit tingkat berat (< 70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Kurang (80-89% AKG)

4. Cukup (90-119% AKG)

5. Lebih (≥ 120% AKG)

(Depkes 1996)

Persen kontribusi lemak 1. Cukup (≤ 30% total energi) 2. Lebih (> 30% total energi) (WNPG 2004)

Asupan natrium 1. Cukup (≤ 1500 mg)

2. Lebih (> 1500 mg) (WNPG 2012)

Konsumsi pangan untuk kebiasaan jajanan asin (keripiki asin, chiki, biskuit asin), olahan asin (telur asin, ikan asin, makanan bersantan, makanan yang diawetkan dengan garam), jajanan manis (donat, jelly kemasan, kue basah, es campur, jus buah, jus pop ice), olahan manis (bolu, dodol, buah kaleng, sirup, selai, makanan yang diawetkan dengan gula), makanan instan (makanan kemasan/kaleng, mie instan, bubur instan, pasta instan) dan makanan berlemak (fast food, gorengan, keju, cake, udang) diperoleh dengan cara mengisi kuesioner frekuensi selama seminggu terakhir. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan nilai median dari setiap frekuensi kebiasaan makan, kurang dari sama dengan median disebut tidak sering dan lebih dari median disebut sering.

Status gizi.

Status gizi pada penelitian ini terdiri dari IMT, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP). Data IMT diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan serta tanggal lahir dan tanggal pengambilan data sebagai acuan penentuan umur subjek yang kemudian diolah oleh software Anthroplus.

Pengelompokkan IMT untuk subjek diatas 19 tahun menggunakan IMT yang dikelompokkan berdasarkan Depkes (2003) yaitu normal apabila IMT ≤ 25 kg/m2 dan obese apabila > 25 kg/m2. Subjek dengan usia 17-19 tahun menggunakan indikator IMT/U yang dikelompokkan berdasarkan WHO (2007) yaitu normal apabila IMT/U ≤ +2 SD dan obese apabila > +2 SD. Lingkar pinggang tergolong beresiko/obese jika >90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan (IDF 2006 dalam WHO 2008a). Nilai RLPP dikatakan beresiko/obese adalah ≥0.90 pada laki-laki dan ≥0.85 pada perempuan (WHO 2008a).

Tekanan Darah

(26)

12

Tabel 3 Klasifikasi tekanan darah

Kategori Tekanan darah

Prehipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160-179 atau ≥100

Sumber : Sani (2008) dalam Jafar (2010)

Glukosa Darah

Glukosa darah diklasifikasi berdasarkan glukosa darah puasa menurut hasil konsensus Perkeni 2011 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Klasifikasi kadar glukosa darah sewaktu dan puasa

Normal Diabetes Mellitus Kadar glukosa darah

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan seluruh variabel. Melalui uji deskriptif tersebut dapat diketahui nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata serta frekuensi dan sebaran data. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai variabel yaitu dengan uji Chi-Square, Spearman, dan Pearson.

Analisis uji beda yang dilakukan adalah Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan asupan zat gizi antara kuliah dan libur, aktivitas fisik antara kuliah dan libur. Uji Independent-t test dan Mann-whitney untuk mengetahui perbedaan tekanan dan glukosa darah antara subjek yang normal dan gemuk. Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui nilai faktor risiko atau Odds Ratio (OR) variabel independen terhadap variabel dependen. Seluruh variabel independen dianalisis bersama-sama untuk mengetahui variabel independen mana yang paling berpeluang meningkatkan atau menghambat variabel dependen. Variabel independen merupakan seluruh variabel yang berhubungan dengan kejadian hipertensi atau diabetes mellitus, sedangkan variabel dependen merupakan kejadian hipertensi atau diabetes mellitus itu sendiri. Analisis ini menggunakan model multiple logistic regression metode enter. Adapun langkah-langkah dalam uji regresi logistik berganda (Sopiyudin 2009) adalah:

1. Data variabel dependen dan independen merupakan variabel dikotomus (2 macam kategori) tetapi apabila skala kategorik nominal lebih dari 2 kategori, lakukan dummy data. Skala kategoriknya 0 = normal , 1 = abnormal.

(27)

3. Masukkan variabel independen yang ingin di uji ke dalam kotak Covariate. Masukkan variabel dependen ke kotak Dependent. Untuk Method, pilih Enter.

4. Klik Options, centang “CI For Exp (B)”

5. Klik OK

6. Nilai sig. p < 0.05 yang berpengaruh terhadap variabel dependen.

7. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

keterangan untuk peluang terjadinya hipertensi:

π (x) = peluang terjadinya hipertensi (0 = normal, 1 = tinggi) e = eksponsensial

βo –β1 = koefisien regresi

x1 = jenis kelamin (0 = laki-laki, 1 = perempuan) x2 = riwayat hipertensi keluarga (0 = tidak ada, 1 = ada)

x3 = frekuensi konsumsi jajanan asin (0 = tidak sering, 1 = sering) x4 = frekuensi konsumsi olahan asin (0 = tidak sering, 1 = sering) x5 = frekuensi makanan instan (0 = tidak sering, 1 = sering) x6 = frekuensi makanan berlemak (0 = tidak sering, 1 = sering) x7 = asupan lemak (0 = cukup, 1 = lebih)

x8 = asupan natrium (0 = cukup, 1 = lebih) x9 = aktivitas fisik (0 = ringan, 1 = berat) x10 = lingkar pinggang (0 = normal, 1 = obese) keterangan untuk peluang terjadinya diabetes mellitus:

π (x) = peluang terjadinya diabetes mellitus (0 = normal, 1 = diabetes mellitus) e = eksponsensial

βo –β1 = koefisien regresi

x1 = jenis kelamin (0 = laki-laki, 1 = perempuan)

x2 = riwayat diabetes mellitus keluarga (0 = tidak ada, 1 = ada) x3 = frekuensi konsumsi jajanan manis (0 = tidak sering, 1 = sering) x4 = frekuensi konsumsi olahan manis (0 = tidak sering, 1 = sering) x5 = frekuensi makanan berlemak (0 = tidak sering, 1 = sering) x6 = asupan lemak (0 = cukup, 1 = lebih)

x7 = aktivitas fisik (0 = ringan, 1 = berat) x8 = lingkar pinggang (0 = normal, 1 = obese)

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah banyaknya waktu (jam) yang digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang menuntut pergerakan fisik tubuh seseorang.

Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur menggunakan timbangan digital ketelitian 0,1 kg.

(28)

14

Karakteristik individu terdiri dari usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan riwayat penyakit keluarga.

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi oleh subjek meliputi sarapan, selingan pagi, makan siang, selingan sore, makan malam dan selingan malam yang akan di konversi ke zat gizi dan kebiasaan makan.

Lingkar pinggang adalah salah satu indikator penentu obesitas sentral.

Rasio lingkar pinggang pinggung adalah perbandingan antara pinggang dan pinggul.

Riwayat penyakit keluarga adalah subjek dikatakan memiliki riwayat keluarga tekanan darah tinggi dan glukosa darah tinggi jika ibu atau bapak (keturunan langsung), dan/atau kakek atau nenek (keturunan tidak langsung) mengalami tekanan darah tinggi dan glukosa darah tinggi.

Status gizi adalah metode penelitian untuk mengukur antropomteri berdasarkan beberapa indikator sederhana antara lain IMT, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul.

Tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak

sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan menggunakan microtoise ketelitian 0,1 cm.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek

Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi, usia, jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa TPB Mayor Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor yang berjumlah sebanyak 120 orang, yang terdiri dari 17 orang (14.2%) laki-laki dan 103 orang (85.8%) perempuan. Subjek berada pada rentang usia 17-20 tahun, kelompok umur terbanyak berada pada usia 18 tahun yang berjumlah 82 orang (68.3%) dan kelompok umur yang paling sedikit adalah umur 20 tahun yang berjumlah 1 orang (0.8%), dengan rata-rata usia 18.14 ± 0.569 tahun.

(29)

Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik

Keluarga langsung (ayah dan ibu) Keluarga tidak langsung (kakek dan Keluarga langsung (ayah dan ibu) Keluarga tidak langsung (kakek dan

Terdapat 61 orang (50.8%) mempunyai riwayat penyakit hipertensi yang berasal dari keluarga langsung (ayah dan ibu) (26.7%) sedangkan yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu sebanyak 44 orang (36.7%) yang berasal dari keluarga tidak langsung (kakek dan nenek) (21.7%).

Kejadian Hipertensi

Tekanan darah dibagi menjadi dua komponen, yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolik subjek yaitu 110.84±9.215 mmHg dengan kisaran 93 – 134 mmHg sedangkan diastoliknya 75.70±8.089 mmHg dengan kisaran 54 – 96 mmHg. Berdasarkan tekanan darah sistolik terdapat 21 orang (17.5%) yang mengalami prehipertensi, dan 99 orang (82.5%) kategori normal. Jika berdasarkan tekanan darah diastolik terdapat 8 orang (6.7%) yang mengalami hipertensi 1 dan 22 orang (18.3%) yang mengalami prehipertensi. Tekanan darah sistolik umumnya menunjukkan angka yang lebih besar dibandingkan angka diastoliknya. Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi hipertensi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi hipertensi

(30)

16

Subjek dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik dan diastoliknya dan/atau melebihi batas normal. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa besarnya prevalensi hipertensi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu sebesar 7% yang termasuk kategori hipertensi 1. Proporsi prehipertensi juga cukup besar yaitu sebesar 24%. Subjek yang sudah memasuki kategori prehipertensi perlu diwaspadai karena berisiko menjadi hipertensi seiring dengan meningkatnya faktor risiko.

Gambar 6 Sebaran subjek berdasarkan klasifikasi tekanan darah Masa remaja merupakan suatu masa kehidupan yang mengalami percepatan pertumbuhan fisik, mental, emosional dan sosial. Remaja juga identik dengan beberapa kebiasaan seperti mengonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, produk instan yang mengandung kadar natrium tinggi, kebiasaan merokok, kurang berolahraga dan stress (Lai 1994). Hal-hal tersebut telah menjadi gaya hidup terutama di perkotaan, padahal semua perilaku tersebut merupakan faktor-faktor risiko hipertensi. Diduga subjek yang sudah mengalami hipertensi karena adanya perubahan gaya hidup seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Kejadian Hiperglikemia

(31)

Amerika Serikat bahkan kebanyakan mulai berkembang pada usia remaja, usia 10-20 tahun. Kasus ini meningkat 10 kali lipat antara tahun 1982-1994 di Amerika Serikat dan merupakan 45% kasus baru diabetes mellitus pada anak-anak (Lanywati 2011).

Konsumsi Pangan dan Asupan Gizi

Pola konsumsi pangan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan seseorang dan merupakan ciri khas untuk kelompok masyarakat tertentu (Hong dalam Kardjati et al. 1985). Konsumsi makanan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu karakteristik individu, karakteristik pangan dan karakteristik lingkungan (Suhardjo 1989). Secara umum tujuan survei konsumsi makan adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan (Sanjur 1982).

Makanan dan minuman yang harus dibatasi, dihindari atau tidak dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi menurut Almatsier (2004) adalah sumber karbohidrat (roti, biskuit, mie instan dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan/atau baking powder dan soda), sumber protein hewani (telur ayam maks 1 butir, daging sapi maks 100g, makanan kaleng, makanan yang diawetkan dengan garam dan jeroan), sumber protein nabati (semua kacang-kacangan yang dimasak dengan garam dapur dan kacang kemasan), sayuran (sayuran yang diawetkan dengan garam seperti, sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, dan acar), buah-buahan (buah-buahan yang diawetkan dengan garam), lemak (margarin dan mentega), minuman (minuman kemasan dan soda) dan bumbu (soda kue, vetsin, kecap, saos, dan tauco).

(32)

18

Tabel 7 Konsumsi pangan subjek yang berisiko dapat meningkatkan tekanan darah

Jenis makanan dan minuman Hari kuliah Hari libur Konsumsi pangan (n=120)

n % n % Hari kuliah Hari libur

Roti (g) 34 28.3 25 20.8 19.7 ± 40.4 10.5 ± 22.5

Biskuit (g) 35 29.2 32 26.7 8.8 ± 15.1 10.0 ± 20.1

Mie kering/basah/mie instan (g) 38 31.7 24 20.0 23.8 ± 49.8 21.3 ± 52.2

Bihun (g) 26 21.7 12 10.0 5.8 ± 12.2 2.7 ± 9.8

Jeroan (g) 5 4.2 6 5.0 1.2 ± 6.0 1.6 ± 8.4

Ikan asin/teri (g) 8 6.7 5 4.2 1.3 ± 5.6 0.7 ± 3.3

Sosis (g) 8 6.7 4 3.3 1.6 ± 6.8 1.6 ± 7.9

Bakso (g) 12 10.0 16 13.3 4.4 ± 16.0 5.4 ± 18.9

Kornet/daging asap (g) 12 10.0 2 1.7 0.9 ± 3.8 0.5 ± 4.5

Abon (g) 0 0.0 6 5.0 0 1.5 ± 6.9

Keju (g) 8 6.7 13 10.8 1.3 ± 5.2 2.5 ± 10.2

Seafood (g) 6 5.0 6 5.0 1.3 ± 6.0 1.7 ± 8.0

Mentega/margarine (g) 18 15.0 20 16.7 1.6 ± 4.7 2.1 ± 5.6

Minuman kemasan (ml) *) 15 12.5 23 19.2 34.4 ± 105.7 54.4 ± 137.0

Minuman kemasan bubuk (g) 12 10.0 6 5.0 1.9 ± 6.1 1.2 ± 6.4

Gorengan (g) 28 23.3 34 28.3 9.3 ± 20.5 17.2 ± 34.7

Chiki (g) 5 4.2 12 10.0 1.5 ±7.2 2.4 ± 7.5

Kerupuk/keripik (g) 27 22.5 20 16.7 4.9 ± 11.5 4.1 ± 12.3

Kacang kemasan (g) 3 2.5 5 4.2 0.9 ± 5.8 2.6 ± 17.4

Makanan bersantan (g) 27 22.5 23 19.2 5.1 ± 16.7 18.5 ± 51.7

Susu kental manis (ml) 16 13.3 15 12.5 2.2 ± 6.7 3.0 ± 10.5

Susu UHT (ml) 25 20.8 17 14.2 48.8 ± 100.7 26.7 ± 73.5

Susu bubuk (g) 12 10.0 8 6.7 2.5 ± 7.5 1.7 ± 6.5

Bumbu-bumbu (g) 60 50.0 49 40.8 3.6 ± 6.2 4.5 ± 7.1

*)

botol/kemasan/gelas

Makanan yang harus dibatasi, dihindari atau tidak dianjurkan bagi penderita glukosa darah tinggi menurut Almatsier (2004) adalah mengandung banyak gula sederhana (gula pasir, gula jawa, sirup, selai, buah dalam kaleng, susu kental manis, minuman botol ringan, dan es krim), mengandung banyak lemak (cake, makanan siap saji (fast food), dan gorengan), mengandung banyak natrium (ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan).

(33)

Tabel 8 Konsumsi pangan subjek yang berisiko dapat meningkatkan glukosa darah

Jenis makanan dan minuman Hari kuliah Hari libur Konsumsi pangan (n=120)

n % n % Hari kuliah Hari libur

Gula pasir (g) 36 30.0 37 30.8 5.4 ± 9.3 4.6 ± 8.6

Gula merah (g) 6 5.0 3 2.5 0.5 ± 2.6 0.4 ± 2.6

Biskuit (g) 35 29.2 32 26.7 8.8 ± 15.1 10.1 ± 20.1

Mie kering/basah/mie instan (g) 38 31.7 24 20.0 23.8 ± 49.8 21.3 ± 52.2

Susu kental manis (ml) 16 13.3 15 12.5 2.2 ± 6.7 3.0 ± 10.5

Jeroan (g) 5 4.2 6 5.0 1.2 ± 6.0 1.6 ± 8.5

Ikan asin (g) 8 6.7 5 4.2 1.3 ± 5.6 0.7 ± 3.3

Sosis (g) 8 6.7 6 5.0 1.6 ± 6.8 1.6 ± 7.9

Bakso (g) 12 10.0 16 13.3 4.4 ± 16.0 5.4 ± 18.9

Kornet/daging asap (g) 12 10.0 2 1.7 0.9 ± 3.8 0.5 ± 4.5

Abon (g) 0 0.0 6 5.0 0 1.5 ± 6.9

Keju (g) 8 6.7 13 10.8 1.3 ± 5.2 2.5 ± 10.2

Mentega/margarine (g) 18 15.0 20 16.7 1.6 ± 4.7 2.1 ± 5.6

Minuman kemasan (ml) *) 15 12.5 23 19.2 34.4 ± 105.7 54.4 ± 137.0

Makanan siap saji (g) 22 18.3 25 20.8 32.6 ± 40.5 21.9 ± 46.0

Gorengan (g) 28 23.3 34 28.3 9.3 ± 20.5 17.2 ± 34.7

Jus buah (ml) 5 4.2 12 10.0 6.0 ± 29.8 19.9 ± 62.8

Es krim (g) 0 0.0 2 1.7 0 1.2 ± 9.8

Susu UHT (ml) 25 20.8 17 14.2 48.8 ± 100.7 26.7 ± 73.5

Minyak (g) 107 89.2 108 90.0 12.3 ± 7.2 11.3 ± 7.7

Selai (g) 2 1.7 0 0.0 0.5 ± 4.8 0

Coklat (g) 22 18.3 23 19.2 3.9 ± 9.9 3.1 ± 8.0

*)

botol/kemasan/gelas

Selain dari konsumsi pangan yang dikonsumsi, frekuensi makan juga merupakan aspek penting dari kebiasaan makan karena berpengaruh langsung terhadap asupan gizi. Rata-rata frekuensi jajanan asin yang dikonsumsi oleh subjek adalah 2.0±1.3 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 7 kali/minggu. Jumlah rata-rata frekuensi olahan asin yang dikonsumsi oleh subjek adalah 1.4±0.9 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 5 kali/minggu. Jumlah rata-rata frekuensi makanan instan yang dikonsumsi oleh subjek adalah 1.5±0.7 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 4 kali/minggu. Jumlah rata-rata frekuensi makanan berlemak yang dikonsumsi oleh subjek adalah 2.0±1.3 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 7 kali/minggu.

(34)

20

Tabel 9 Sebaran frekuensi kebiasaan makan yang berisiko meningkatkan tekanan darah

Frekuensi * Jumlah (n) Persentase (%)

*) pengelompokkan frekuensi berdasarkan median

Rata-rata frekuensi jajanan manis yang dikonsumsi oleh subjek adalah 2.7±1.6 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 7 kali/minggu. Jumlah rata-rata frekuensi olahan manis yang dikonsumsi oleh subjek adalah 1.4±0.9 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 5 kali/minggu. Jumlah rata-rata frekuensi makanan instan yang dikonsumsi oleh subjek adalah 1.5±0.7 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 4 kali/minggu. Jumlah rata-rata frekuensi makanan berlemak yang dikonsumsi oleh subjek adalah 2.0±1.3 kali/minggu, dengan jumlah minimum sebanyak 1 kali/minggu dan maksimum 7 kali/minggu.

Tabel 10 Sebaran frekuensi kebiasaan makan yang berisiko meningkatkan glukosa darah

Frekuensi * Jumlah (n) Persentase (%)

*) pengelompokkan frekuensi berdasarkan median

(35)

sirup, selai, makanan yang diawetkan dengan gula) paling banyak adalah 1 kali/minggu. Sebanyak 61 orang (50.8%) mengonsumsi frekuensi makanan berlemak (fast food, gorengan, keju, cake) subjek paling banyak adalah 1 kali/minggu.

Asupan energi, protein, lemak dan natrium pada subjek merupakan jumlah konsumsi energi, protein, lemak dan natrium harian yang didapat dari hasil konversi semua makanan yang dikonsumsi responden per hari, yang diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam. Rata-rata asupan energi yang dikonsumsi oleh subjek adalah 1395.2±351.5 kkal, dengan jumlah minimum sebesar 592 kkal dan maksimum 2589 kkal. Rata-rata asupan protein yang dikonsumsi oleh subjek adalah 35.9±13.6 g, dengan jumlah minimum sebesar 15.5 g dan maksimum 120.6 g. Rata-rata asupan lemak yang dikonsumsi oleh subjek adalah 45.1±18.5 g, dengan jumlah minimum sebesar 18.4 g dan maksimum 126.9 g. Rata-rata asupan natrium yang dikonsumsi adalah 541.5±297.2 mg, dengan jumlah minimum sebesar 106.9 mg dan maksimum 1664 mg.

Densitas zat gizi digunakan untuk mengukur kualitas konsumsi suatu bahan makanan yang dikonsumsi sampel atau dengan kata lain mengukur rasio jumlah zat gizi. Densitas zat gizi yang diukur adalah lemak dan natrium karena zat gizi tersebut memiliki fungsi dalam peningkatan tekanan dan glukosa darah. Densitas zat gizi diperoleh dari rata-rata konsumsi 2x24 jam. Hasil densitas lemak (per 1000 kkal) yaitu 32.3±13.2 g dan natrium 388.1±213.0 mg (0.4±0.2 g). Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa densitas natrium sebesar 1.8 g/1000kkal (1800 mg/1000kkal) dengan natrium yang diserap sebesar 98% (Holbrook et al. 1984).

Nilai densitas natrium pada penelitian ini masih rendah bila dibandingkan dengan penelitian di Amerika Serikat. Daftar makanan dan minuman yang mempunyai densitas natrium ≥ 1.8 g/1000kkal (1800 mg/1000kkal) adalah tempe bacem, sayur bayam, tahu goreng kecap, semur tahu, telur bb kecap, ayam bb kecap, hati ayam bb kecap, semur ampela ayam, sarimi goreng isi 2, indomie rebus ayam bawang, coolant, pop mie soto, sari roti tawar, saos bolognaise, bubur instan, kacang kedelai garuda, bubur kentang instan dan indomie soto mie (Lampiran 1).

(36)

22

Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi

Tingkat kecukupan Jumlah (n) Persentase (%)

Energi

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa distribusi subjek berdasarkan konsumsi pangan menurut tingkat kecukupan energi yang terbanyak adalah kategori defisit berat yaitu sebanyak 75 orang (62.5%) sedangkan kategori cukup hanya 12 orang (10%). Jumlah subjek berdasarkan tingkat kecukupan protein yang terbanyak adalah kategori defisit berat yaitu sebanyak 86 orang (71.7%) sedangkan kategori cukup hanya 6 orang (5%). Jumlah subjek berdasarkan persen kontribusi lemak yang terbanyak adalah kategori cukup yaitu sebanyak 77 orang (64.2%) dan kategori lebih hanya 43 orang (35.8%). Jumlah subjek berdasarkan asupan natrium yang terbanyak adalah kategori cukup yaitu sebanyak 119 orang (99.2%) sedangkan kategori lebih hanya 1 orang (0.8%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai kemaknaan p>0.05 yang artinya tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecukupan energi, protein, persen kontribusi lemak dan asupan natrium pada hari kuliah dan hari libur (Lampiran 2).

Aktivitas Fisik

(37)

± 2.7 jam) dan tidur (7.9 ± 1.9 jam). Jenis aktivitas fisk subjek pada hari kuliah dan hari libur dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Rata-rata lama kegiatan berdasarkan jenis aktivitas fisik

Jenis aktivitas fisik Rata-rata ± SD (jam)

Hari kuliah Hari libur

Tidur 6.4 ± 1.4 7.9 ± 1.9

Kuliah/seminar/praktikum 6.4 ± 1.5 0.2 ± 1.2

Mengerjakan tugas/belajar 3.4 ± 1.9 4.1 ± 2.7

Aktivitas fisik yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan cepat, jogging atau lari-lari kecil, renang, dansa, atau bersepeda. American College of Sport Medicine (ACSM) merekomendasikan frekuensi olahraga selama 5 sampai 7 hari/minggu dengan sesi latihan selama 45 sampai 60 menit. Olahraga yang lebih dari 60 menit dapat menyebabkan penurunan berat badan yang semakin besar dan mencegah peningkatan berat badan kembali pada orang obese (Donnelly et al. 2009).

Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga

(38)

24

Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan tingkat aktivitas fisik

Tingkat aktivitas fisik Jumlah (n) Persentase (%)

Sangat ringan Ringan Sedang Berat

14 98 7 1

11.7 81.7 5.8 0.8

Total 120 100.0

Rata-rata aktivitas fisik subjek berada dalam kategori ringan yaitu sebesar 81.7%. Hal ini disebabkan karena subjek pada hari kuliah sebagian besar waktunya dihabiskan dalam kondisi duduk terus menerus dan kurang bergerak di dalam kelas ataupun laboratorium praktikum. Sepulang kuliah, subjek menghabiskan waktu dengan beristirahat bahkan ada yang langsung kerja kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Pada hari libur hampir semua subjek menghabiskan waktunya untuk istirahat, mengerjakan tugas kuliah, beribadah, dan rapat atau mengobrol sehingga rata-rata aktivitas subjek pada aktivitas ringan, diduga hanya sedikit atau mungkin tidak ada subjek yang mengisi waktu liburnya dengan berolahraga karena jadwal kuliah yang sangat padat maka hari libur dihabiskan untuk beristirahat dan sosialisasi bersama teman. Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai kemaknaan p>0.05 yang artinya tidak terdapat perbedaan antara tingkat aktivitas fisik haris kuliah dan hari libur (Lampiran 2).

Status Gizi

Status gizi merupakan komponen integral dan memiliki implikasi yang vital terhadap status kesehatan individu (Riyadi 2006). Ada berbagai cara untuk menilai status gizi, yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokimia, dan klinis. Cara penilaian status gizi tersebut dapat digunakan secara tunggal (satu indikator saja) tetapi akan lebih efektif jika digunakan secara gabungan/lebih dari satu indikator (Riyadi 2001). Metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), lingkar pinggang serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Caballero B 2005).

(39)

Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan status gizi

Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

IMT/U

Pengukuran status gizi menurut IMT dilakukan dengan menggunakan data tinggi badan dan berat badan, subjek yang memiliki usia 17-19 tahun menggunakan IMT/U sedangkan subjek yang memiliki usia diatas 19 tahun menggunakan indikator IMT. Rata-rata IMT/U subjek adalah -0.3±0.9 SD yang berkisar antara -2.8 – 2.9 SD, sedangkan untuk IMT rata-ratanya adalah 21.2±2.6 kg/m2 yang berkisar antara 17.9 – 28.1 kg/m2. Status gizi berdasarkan IMT/U dengan status normal sebanyak 81.6% dan obese sebanyak 2.5%. Berdasarkan indikator IMT terdapat 14.2% dengan status gizi normal dan 1.7% dengan status obese. Berdasarkan pengukuran lingkar pinggang sebanyak 116 orang (96.7%) memliki lingkar pinggang yang normal. Berdasarkan pengukuran RLPP dilakukan dengan menggunakan data pengukuran lingkar pinggang dan pinggul, sebanyak 114 orang (95%) subjek memiliki RLPP yang normal.

Hasil uji korelasi spearman terdapat hubungan yang positif antara IMT dengan lingkar pinggang (p<0.05, r = 0.324) dan lingkar pinggul (p<0.05, r = 0.462) tetapi tidak ada hubungan dengan RLPP (p>0.05, r = 0.066) (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai IMT seseorang maka semakin besar juga lingkar pinggang dan pinggulnya. Hal ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan International Diabetes Federation (IDF) (2006) dimana seseorang dengan nilai IMT melebihi 30 kg/m2 maka orang tersebut tidak perlu dilakukan pengukuran lingkar pinggang karena diasumsikan mengalami obesitas sentral. Pada uji regresi logistik berganda status gizi yang digunakan adalah lingkar pinggang karena sindroma metabolik untuk obesitas indentik dengan lingkar pinggang.

Hubungan Konsumsi Pangan dengan Tekanan Darah

(40)

26

makanan berisiko dan makanan yang dapat menghambat terjadinya hipertensi. Kebiasaan makan makanan berisiko diantaranya konsumsi makanan asin, makanan yang diawetkan, makanan berlemak tinggi, dan makanan manis atau berkalori tinggi.

Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi jajanan asin, olahan asin, dan makanan instan (p>0.05) (Lampiran 4) dengan tekanan darah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa konsumsi makanan tinggi natrium mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian hipertensi. Makanan asin merupakan makanan yang ditambahkan garam maupun penguat rasa (mono sodium glutamat) dalam jumlah banyak sehingga umumnya memiliki kandungan natrium yang tinggi yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Natrium banyak terdapat pada makanan awetan seperti makanan kaleng dan makanan kemasan mulai banyak dijumpai sekarang karena dinilai praktis dan cepat saji (Herlina 2014).

Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi makanan berlemak dengan tekanan darah (p>0.05) (Lampiran 4). Tingginya frekuensi konsumsi makanan berlemak belum tentu sebanding dengan tingginya jumlah makanan yang dikonsumsi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Harris (2002) yang menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak akan berisiko terserang penyakit hipertensi sebesar 7.7 kali dibandingkan dengan orang yang tidak biasa mengonsumsi makanan berlemak. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.

Tabel 16 Hubungan frekuensi kebiasaan makan yang berisiko dengan tekanan darah

Frekuensi

Sering ( > 2 kali/minggu)

63

(41)

asupan lemaknya. Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan tekanan darah (p>0.05) (Lampiran 4). Hal ini tidak sejalan dengan dugaan awal dimana asupan lemak yang tinggi cenderung menaikkan kolesterol dalam darah (hiperkolesterolemia). Jika hal ini terjadi terus menerus maka akan memicu timbulnya hipertensi. Tesfaye et al. (2007) menyatakan bahwa konsumsi pangan tinggi lemak dan energi dapat menyebabkan obesitas dan berakhir pada peningkatkan tekanan darah. Hal ini dapat diduga bahwa jenis lemak yang dikonsumsi subjek belum tentu jenis lemak jenuh dan kolesterol yang banyak terdapat dalam pangan hewani.

Tabel 17 Hubungan asupan lemak dan natrium dengan tekanan darah

Asupan signifikan antara asupan natrium dengan tekanan darah (p>0.05) (Lampiran 4). Diduga karena asupan natrium subjek hampir keseluruhan sudah cukup dan teori mengatakan bahwa asupan natrium yang berlebih yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. He (2007) menyatakan bahwa asupan natrium yang berlebih akan meningkatkan cairan dari sel, cairan tersebut akan bergerak ke arah larutan elektrolit yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi yang akan mengakibatkan peningkatan volume plasma darah dan akan meningkatkan curah jantung, sehingga tekanan darah meningkat.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah

(42)

28

Tabel 18 Hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah

Tingkat aktivitas fisik

Ket : ringan (sangat ringan dan ringan) dan berat (sedang dan berat)

Hal ini diasumsikan bahwa subjek mempunyai kegiatan yang sama sehingga aktivitas fisik yang dilakukan juga hampir sama. Orang yang kurang aktif atau aktivitas fisiknya ringan akan lebih berisiko 30 – 50% mengalami hipertensi dibandingkan yang aktif atau aktivitas fisiknya sedang. Laporan penelitian JNC-7 menyebutkan aktivitas fisik seperti berjalan cepat yang dilakukan minimal 30 menit hampir setiap hari dalam 1 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 4 – 9 mmHg (Whelton et al. 2002 dan Kelly 2000).

Hubungan Status Gizi dengan Tekanan Darah

Hasil uji Chi-square manyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan tekanan darah (p>0.05) (Lampiran 5). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian di Iran yang menyatakan bahwa IMT merupakan indikator yang paling sesuai untuk memprediksi dislipidemia dan tekanan darah tinggi pada anak dan remaja (Kelishadi et al. 2007). Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang (p>0.05) dengan tekanan darah (Lampiran 5). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Choy et.al (2011) yang menyatakan bahwa lingkar pinggang mempunyai hubungan yang signifikan dan paling mempengaruhi kenaikan tekanan darah pada anak laki-laki dan perempuan (OR = 6.03; 95% CI: 3.59 – 10.1). Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara RLPP dengan tekanan darah (p>0.05) (Lampiran 5). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Rhomdhonah (2008) yang menyatakan bahwa RLPP mempunyai hubungan yang erat dengan tekanan darah. Hal ini diduga karena hampir semua subjek masih tergolong normal untuk IMT, lingkar pinggang dan RLPP.

Tabel 19 Rata-rata tekanan darah sistolik-diatolik pada status gizi

(43)

Aneja dan Tiengo (2003 dan 2001) menyatakan bahwa orang yang obese akan lebih mudah terkena hipertensi dan kebanyakan penderita hipertensi juga mengalami obesitas. Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung dan menurunnya resistensi vaskuler sistemik (Astria 2009). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara tekanan darah sistolik-diastolik yang IMT normal dan obese (p<0.05). Hasil uji T-test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara tekanan darah sistolik-diastolik yang lingkar pinggang normal dan obese (p>0.05), dan ada perbedaan antara tekanan darah sistolik yang RLPP normal dan obese (p<0.05) tetapi tekanan darah diastolik tidak ada perbedaan (p>0.05) (Lampiran 6).

Hubungan Konsumsi Pangan dengan Glukosa Darah

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi jajanan manis (p>0.05, r = 0.073), olahan manis (p>0.05, r = -0.024) dengan glukosa darah (Lampiran 7). Makanan/minuman manis dikatakan sebagai penghasil kalori. Sehingga makanan ini dikategorikan sebagai makanan berisiko bagi munculnya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus. Konsumsi makanan penghasil kalori dalam jumlah besar berisiko terjadi penumpukan kalori yang pada saatnya berpotensi menimbulkan obesitas. Bagi penyakit diabetes mellitus, obesitas merupakan faktor resiko yang signifikan (Kerelakes dan Wetherill 2001). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara makanan berlemak (p>0.05, r = -0.051) dengan glukosa darah (Lampiran 7). Subjek yang mengonsumsi makanan berlemak tidak sering kadar glukosa darahnya rendah dibandingkan dengan yang sering. Almatsier (2006) menyatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi lemak yang sering khususnya lemak jenuh meningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus.

Asupan zat gizi yang dianalisis dengan kejadian diabetes mellitus adalah asupan lemak. Secara umum, sebagian besar subjek tergolong lebih untuk asupan lemaknya. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan glukosa darah (p>0.05, r = -0.059) dengan korelasi negatif yang lemah (Lampiran 7). Subjek dengan asupan lemak yang cukup kadar glukosa darahnya rendah dibandingkan asupan lemak yang lebih. Hal ini sesuai dengan penelitian Tomisaka et al. (2002) menyatakan bahwa mengonsumsi energi dan lemak yang lebih banyak memiliki risiko lebih tinggi terhadap diabetes mellitus.

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Glukosa Darah

(44)

30

penimbunan lemak pada tubuh dan peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik yang rendah dapat mengurangi sensitivitas insulin dan menurunkan penggunaan glukosa oleh sel otot. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kurangnya aktivitas fisik berkaitan erat dengan meningkatnya insiden diabetes mellitus (Kriska 1997).

Hubungan Status Gizi dengan Glukosa Darah

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT (p>0.05, r = -0.094), lingkar pinggang (p>0.05, r = 0.001) dan RLPP (p>0.05, r = 0.084) dengan glukosa darah (Lampiran 8). Hal ini diduga karena hampir semua subjek kategorinya normal pada IMT, lingkar pinggang dan RLPP sehingga hasil yang didapat jumlah dan distribusi lemak tubuh tidak dapat menggambarkan keadaan metabolisme karbohidrat dalam tubuh. Teori menyatakan bahwa orang yang obese dapat menimbulkan resistensi insulin yang merupakan salah satu faktor utama penyebab meningkatnya kadar glukosa darah. Sanusi dan Foster (2001 dan 2000) mengatakan bahwa pada fase awal dimana resistensi insulin telah terjadi, pankreas meningkatkan sekresi insulin sehingga kadar glukosa darah masih dapat dipertahankan dalam kadar normal. Pada fase lanjut di mana sel-sel pankreas mengalami “kelelahan” maka sekresi insulin akan menurun secara bertahap sehingga barulah timbul hiperglikemia puasa ringan sampai berat (Indrawaty 2007). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara glukosa darah puasa yang IMT normal dan obese (p<0.05). Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara glukosa darah puasa yang lingkar pinggang normal dan obese (p>0.05), dan tidak ada perbedaan antara glukosa darah puasa yang RLPP normal dan obese (p>0.05) (Lampiran 9).

Faktor Risiko Hipertensi

(45)

Faktor Risiko Hiperglikemi

Uji lanjut multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda antara variabel independen (X) terhadap satu variabel dependen (Y). Variabel independen yaitu jenis kelamin (X1), riwayat diabetes mellitus keluarga (X2), frekuensi konsumsi jajanan manis (X3), frekuensi konsumsi olahan manis (X4), frekuensi konsumsi makanan berlemak (X5), asupan lemak (X6), aktivitas fisik (X7), dan lingkar pinggang (X8). Kejadian diabetes mellitus merupakan variabel dependen (Y). Seluruh variabel diuji bersamaan dan hasilnya berupa nilai Odds Ratio (OR). Hasil uji regresi logistik berganda untuk hiperglikemi tidak ditemukan yang signifikan karena hasil tes glukosa darah puasa subjek semuanya normal.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar subjek berada pada rentang usia 17 sampai 20 tahun, dimana subjek terbanyak berada pada usia 18 tahun. Jumlah subjek penelitian ini adalah 120 orang, dimana lebih banyak berjenis kelamin perempuan (85.8%) daripada laki-laki (14.2%). Sebagian besar (50.8%) subjek mempunyai riwayat hipertensi yang berasal dari keluarga langsung (ayah dan ibu) sedangkan yang mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus yaitu sebanyak 36.7% berasal dari keluarga tidak langsung (kakek dan nenek). Besarnya prevalensi hipertensi yang ditemukan dalam penelitian ini sebesar 7% dimana termasuk dalam kategori hipertensi 1 sedangkan untuk prevalensi diabetes mellitus tidak ditemukan.

Frekuensi kebiasaan makan seperti jajanan asin dan manis, olahan asin dan manis, makanan instan dan makanan berlemak dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/minggu. Terdapat 64.2% mempunyai persen kontribusi lemak yang lebih dan 99.2% memiliki asupan natrium yang cukup. Tingkat aktivitas fisik subjek berada dalam kategori ringan yaitu sebesar 93.3% dengan subjek yang tidak mempunyai kebiasaan olahraga sebesar 64.2%. Berdasarkan status gizi 95.8% subjek mempunyai IMT normal, 96.7% subjek mempunyai lingkar pinggang normal dan 95% subjek mempunyai RLPP normal.

Gambar

Gambar 1   Kerangka pemikiran hubungan konsumsi pangan, aktivitas fisik, dan
Gambar 2 Diagram alir penarikan subjek
Gambar 3.
Tabel 1 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

For my best friend campus : Suryadi Wibowo (a.k.a didit), I Putu Hendra Wijaya (a.k.a puhe), Muhammad Rifa’i (a.k.a ijang) dan teman-teman yang lain yang tidak bisa saya

Ada pun usaha- usaha yang telah dilakukan Pemerintah Kota Pekalongan di antaranya melakukan sosialisasi kepada UKM dan IKM yang ada di Kota Pekalongan tentang pentingnya

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran keterampilan

konstruksi kapal kayu 5.1 Memahami gambar kerja 5.2 Membuat mal konstruksi kapal. 5.3 Membuat komponen konstruksi kapal

Masyarakat Desa Bojong Koneng dan Desa Karang Tengah memiliki pengetahuan yang tidak berbeda dengan Perum Perhutani dalam kegiatan budi daya hutan.. Kegiatan budi

[r]

Dalam hal ini, PHP telah menyediakan fasilitas koneksi untuk hampir semua program database popular baik yang komersial maupun gratis, contohnya MySQL yang merupakan suatu

Pertemuan Panja Komisi VIII DPR RI mengenai BSM dengan MTSN Model Padusunan selain dihadiri kepala sekolah, guru, dan staf MTSN Padusunan, juga dihadiri Kepala