• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA REMAJA : Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA REMAJA : Studi Korelasional Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Lilis Anisyah, 2013

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA REMAJA

(Studi Korelasional pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

Lilis Anisyah 0800925

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

Lilis Anisyah, 2013

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA REMAJA

(Studi Korelasional pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung)

Oleh Lilis Anisyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lilis Anisyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

Lilis Anisyah, 2013

ABSTRAK

Lilis Anisyah (0800925). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Kemampuan

Berpikir Kreatif pada Remaja (Studi Korelasional pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung). Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung dengan sampel sebanyak 80 orang siswa yang berusia 15 hingga 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik purposive sampling. Pada penelitian ini disebarkan kuesioner motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir kreatif sebagai alat pengumpul data. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman’s Rank, dan didapatkan hasil bahwa koefisien korelasi antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif sebesar 0,475 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Berdasarkan hal itu, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi positif yang signifikan dengan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif. Ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi pada diri remaja maka semakin tinggi pula kemampuan berpikir kreatif yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi pada diri remaja maka semakin rendah pula kemampuan berpikir kreatif yang dimilikinya.

(6)

Lilis Anisyah, 2013

ABSTRACT

Lilis Anisyah (0800925). The Relationship Between Achievement Motivation and

Creative Thinking Ability in Adolescents (Correlational studies in Grade XI High School District 6 Bandung). Thesis. Department of Psychology Faculty of Educational

Science Indonesia University of Education. Bandung 2013.

This study aimed at determining the relationship between achievement motivation with the creative thinking ability. The research was done in class XI High School District 6 Bandung with a sample of 80 students aged 15 to 18 years. The sampling technique used in this research is purposive sampling technique. In this study, distributed questionnaires achievement motivation and creative thinking ability as a means of collecting data. Hypothesis testing was done by using Spearman's rank correlation, and showed that the correlation coefficient between achievement motivation with the creative thinking ability at 0.475 with a significance value of 0.000 (p <0.05). Accordingly, it can be concluded that there is a significant positive correlation between achievement motivation with the creative thinking ability. This means that the higher achievement motivation in adolescents, the higher its creative thinking ability. Conversely, the lower the achievement motivation in adolescents the lower they have the creative thinking ability.

(7)

Lilis Anisyah, 2013

DAFTAR ISI

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA ILMIAH ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Asumsi ... 6

E. Hipotesis ... 6

F. Metode Penelitian... 7

G. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 9

H. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KONSEP MOTIVASI BERPRESTASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ... 10

A. Motivasi Berprestasi... 10

B. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 16

C. Remaja... 25

D. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 38

(8)

Lilis Anisyah, 2013

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

A. Desain Penelitian ... 45

B. Definisi Operasional... 47

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

D. Instrumen Penelitian... 49

E. Pengujian Instrumen Penelitian... 52

F. Kategorisasi Data ... 59

G. Pengolahan Data... 60

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 64

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 82

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Rekomendasi ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN

(9)

Lilis Anisyah, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap orang tentunya memiliki dorongan untuk bertumbuh dan berkembang. Dorongan tersebut didasari oleh kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Hal itu menyebabkan terciptanya motivasi pada diri seseorang. Motivasi tersebut dapat muncul dalam diri seseorang ketika seseorang ingin mencapai sesuatu hasil yang diharapkannya. Namun tidak jarang bahwa hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan, bahkan bisa saja keinginannya tersebut tidak tercapai.

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai tujuan (Thoha, 2008). Motivasi dapat berasal dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik) tetapi dapat juga berasal dari luar diri seseorang (motivasi ekstrinsik).

Motivasi intrinsik timbul karena adanya imbalan-imbalan intrinsik potensial sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya antisipasi akan dicapainya imbalan-imbalan ekstrinsik (Gray, dkk. dalam Winardi, 2011: 61). Dengan adanya motivasi dalam diri seseorang, tentunya orang tersebut akan terdorong juga untuk melakukan suatu hal yang memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkannya.

(10)

Lilis Anisyah, 2013

masalahnya. Proses pencarian dan pembentukan ide-ide baru itu biasa disebut dengan kreativitas. Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan indentitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain (Moustakas dalam Munandar, 1999). Seseorang yang memiliki perilaku yang menunjukkan suatu kreativitas disebut memiliki kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban (Munandar 1999).

Banyak orang yang memiliki motivasi yang tinggi tetapi tidak memiliki kemampuan berpikir kreatif tentunya akan cepat merasa jenuh dengan suatu hal yang biasa dilakukan seperti orang-orang kebanyakan. Dengan motivasi yang tinggi, seseorang terdorong untuk menjadi yang terbaik dan berbeda dengan orang lain. Dan dengan dimilikinya kemampuan berpikir kreatif tentunya seseorang akan merasa lebih puas karena mampu melakukan suatu hal yang berbeda dengan orang lain. Dalam hal ini, motivasi sangatlah berperan penting agar seseorang dapat memiliki kemampuan berpikir kreatif. Sehingga kita harus membangun motivasi yang tinggi agar dapat memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi pula.

Salah satu bentuk keberhasilan dalam bidang pendidikan biasa disebut dengan prestasi. Menurut McClelland, manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain (Thoha, 2008). Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tentunya mempunyai keinginan untuk melakukan suatu hal yang lebih baik dari orang lain.

(11)

Lilis Anisyah, 2013

pribadi yang memiliki motivasi berprestasi tentunya dapat memperbarui diri dalam hal pengembangan diri, dapat bersikap dan berperilaku yang bertanggungjawab, matang serta dapat menjalankan tugas sehari-hari dengan baik, harapannya tentu dapat mencapai prestasi yang dibanggakan (Mulyaningsih, 2010).

Keinginan untuk berprestasi sudah ada sejak kecil, namun keinginan tersebut terbentuk sangat kuat saat seseorang sedang berada pada masa remaja. Pada masa ini, prestasi yang baik dapat memberikan kepuasan pribadi dan ketenaran. Kebutuhan untuk berprestasi ini ditunjukkan pada keberhasilan akademis, olah raga, maupun kegiatan sosial.

Dalam penelitian ini, penulis memilih subjek penelitian pada remaja yang sedang berada pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas. Pada jenjang pendidikan ini, sangat tampak persaingan dalam meraih prestasi, terutama prestasi akademik. Namun terdapat perbedaan dalam usaha yang dilakukan oleh setiap individunya. Usaha yang dilakukan untuk meraih prestasi tersebut tentunya dipengaruhi oleh motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh individu tersebut. Semakin tinggi motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir kreatifnya, maka semakin keras usaha yang dilakukan untuk meraih prestasi tersebut.

(12)

Lilis Anisyah, 2013

yang memiliki kreativitas rendah. Konsep diri dan motivasi berprestasi pada remaja pria dan wanita yang memiliki kreativitas rendah kurang dari rata-rata dan lebih besar dari remaja pria dan wanita yang memiliki kreativitas tinggi. Selain itu, hasil menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dari remaja pria dan wanita yang memiliki konsep diri tinggi adalah lebih besar dari rata-rata konsep diri dan lebih besar dari konsep diri yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan konsep diri dan kreativitas.

Terdapat pula penelitian lain yang mencari hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kepribadian kreatif. Penelitian ini dilakukan oleh Kyung-Hwa Lee (2005). Studi ini meneliti hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan kepribadian kreatif anak-anak prasekolah. Sampel dari penelitian ini adalah sekitar 1.000 anak-anak prasekolah usia 4 hingga 5 tahun sebagai sampel nasional yang diambil dari beberapa kota di Korea.

(13)

Lilis Anisyah, 2013

Jika pada penelitian pertama remaja di sekolah menengah di kota Amman para siswa memiliki kreativitas yang tinggi dipengaruhi oleh motivasi berprestasi yang tinggi serta pada penelitian kedua anak-anak prasekolah memiliki kemampuan berpikir kreatif yang sebagiannya berhubungan dengan kepribadian kreatif, maka penulis termotivasi ingin mengetahui hubungan motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif pada remaja.

B. Rumusan Masalah

Secara spesifik rumusan masalah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran motivasi berprestasi pada siswa kelas XI Sekolah

Menengah Atas Negeri 6 Bandung?

2. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung?

3. Bagaimana hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif di masa remaja pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran motivasi berprestasi pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

2. Untuk mengetahui gambaran kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

(14)

Lilis Anisyah, 2013

D. Asumsi

1. Setiap manusia pada hakikatnya memiliki motivasi untuk berprestasi lebih baik dari orang lain.

2. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha lebih keras dalam meraih prestasi.

3. Berpikir kreatif mempunyai kaitan yang erat dengan kreativitas.

4. Pemikir divergen (kreatif) mampu menggabungkan unsur-unsur dengan cara-cara yang tidak lazim dan tidak diduga.

5. Kreativitas tidak hanya bergantung pada keterampilan dalam bidang dan dan dalam berpikir kreatif, tetapi juga pada motivasi intrinsik (pendorong internal) untuk bersibuk diri dalam bekerja, dan pada lingkungan sosial yang kondusif (pendorong eksternal).

6. Keberhasilan kreatif adalah persimpangan (intersection) antara keterampilan anak dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsic, juga disebut motivasi internal.

E. Hipotesis

a. H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif di masa remaja pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

(15)

Lilis Anisyah, 2013

F. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel.

2. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung. Sedangkan sampel penelitiannya adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 15 hingga 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik

Purposive Sampling.

3. Teknik Pengumpulan Data

(16)

Lilis Anisyah, 2013

jawaban yang digunakan, yaitu 1 = Tidak Pernah, 2 = Jarang, 3 = Kadang-kadang, 4 = Sering, dan 5 = Selalu.

Dalam penelitian ini, dibuat kuesioner yang mengukur motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir kreatif. Untuk membuat kuesioner yang mengukur motivasi berprestasi, maka disusun intrumen dengan indikator yang dimodifikasi berdasarkan pada teori motivasi berprestasi dengan ciri-ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menurut David C. McClelland. Sedangkan untuk membuat kuesioner yang mengukur kemampuan berpikir kreatif, maka disusun instrumen dengan indikator yang dimodifikasi berdasarkan pada teori kreativitas dengan ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan berpikir kreatif menurut Utami Munandar.

4. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik sebagai berikut.

a. Pengelompokkan data

Pengelompokkan data dilakukan untuk menyeleksi sejumlah kuesioner yang telah diisi oleh responden. Kuesioner tersebut kemudian diperiksa kelengkapan jumlah dan pengisiannya.

b. Penskoran data

Penskoran data dilakukan sesuai dengan pola yang telah ditentukan sebelumnya.

(17)

Lilis Anisyah, 2013

Verifikasi data bertujuan untuk melihat ketepatan skala teoritis dengan data yang telah diperoleh. Dalam memverifikasi data, dilakukan analisis data dengan menggunakan teknik korelasional.

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung yang beralamat di Jalan Pasirkaliki No. 51 Bandung 40172. Penelitian dilakukan dari bulan November hingga Desember 2012. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 15 hingga 18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik

Purposive Sampling.

H. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara konseptual dapat memberikan kontribusi terhadap keilmuan khususnya yang berkaitan dengan teori motivasi berprestasi dan kemampuan berpikir kreatif.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat memberikan informasi yang berarti mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif di masa remaja. b. Diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut

(18)

Lilis Anisyah, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang di dalamnya menjelaskan penyebab fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerikal (Masyhuri dan Zainuddin, 2009). Dalam penelitian kuantitatif harus memiliki landasan teori yang relevan.

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel dengan tujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Narbuko & Achmadi, 2010).

Adapun desain penelitian untuk menggambarkan hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada gambar 3.1.

r

Gambar 3.1.

Desain Penelitian Korelasional

Keterangan: X = Motivasi Berprestasi

Y = Kemampuan Berpikir Kreatif r = Korelasi

(19)

Lilis Anisyah, 2013

Melalui metode korelasional diharapkan hasil penelitian ini dapat menggambarkan secara sistematis mengenai hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

B. Definisi Operasional

A. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan atau keinginan yang ada dalam diri siswa untuk dapat meraih suatu hasil atau prestasi belajar yang lebih baik dari orang lain yang ditunjukkan dengan perilaku atau tindakan yang dilakukan sebagai upaya untuk meraih prestasi tersebut seperti mempunyai tanggung jawab pribadi, menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar keunggulan, berusaha bekerja kreatif, berusaha mencapai cita-cita, memiliki tugas yang moderat, melakukan kegiatan sebaik-baiknya, serta mengadakan antisipasi.

B. Kemampuan Berpikir Kreatif

(20)

Lilis Anisyah, 2013

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung yang berjumlah 384 orang. Berikut adalah tabel sebaran populasi siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

Tabel 3.1.

Populasi Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung, dengan kriteria sebagai berikut:

a. remaja kelas XI,

(21)

Lilis Anisyah, 2013

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik Purposive

Sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah peneliti dapat dengan tepat memilih subjek penelitian karena sesuai dengan variabel yang akan diteliti dan dengan kriteria yang telah ditentukan. Sedangkan kelemahannya adalah teknik ini tidak dapat menggunakan statistik parametrik dalam menganalisis datanya. Hal tersebut dikarenakan teknik ini tidak memenuhi persyaratan random.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan jumlahnya dengan menggunakan rumus dari Slovin, yaitu sebagai berikut.

n = N

N. d2+ 1

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

d2 = Galat pendugaan (Error tolerance)

Dengan menggunakan rumus tersebut, peneliti menggunakan tingkat keandalan 90% dengan toleransi kesalahannya 10% (0,1) sehingga didapatkan jumlah sampel minimal sebesar 79,34 dan dibulatkan menjadi 80 orang.

D. Instrumen Penelitian

(22)

Lilis Anisyah, 2013

memberikan respon atas daftar pertanyaan dan/atau pernyataan tersebut. Dalam penelitian ini, skala ukur yang digunakan dalam pembuatan kuesioner adalah dengan menggunakan Skala Likert.

Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif dan pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif. Dalam penelitian ini pernyataan yang dibuat hanya pernyataan positif. Terdapat 5 pilihan jawaban dalam setiap item yaitu Selalu, Sering, Kadang-kadang, Jarang, dan Tidak Pernah. Peskoran yang dilakukan pada instrumen ini dilakukan secara langsung dengan skor yang diberikan untuk kategori Selalu = 5, Sering = 4, Kadang-kadang = 3, Jarang = 2, dan Tidak Pernah = 1.

1. Instrumen Motivasi Berprestasi

Instrumen pengukuran motivasi berprestasi didasarkan pada teori David C. McClelland (1953). Adapun kisi-kisi kuesioner motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2.

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Berprestasi

Dimensi Indikator No. Item Jumlah 2. Menetapkan nilai yang lebih

tinggi dari nilai standar.

(23)

Lilis Anisyah, 2013

Berusaha bekerja kreatif

1. Mencari ide-ide kreatif dengan gigih dan giat untuk menyelesaikan tugas.

2. Memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.

2. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif

Instrumen pengukuran kemampuan berpikir kreatif didasarkan pada teori Utami Munandar (1999). Adapun kisi-kisi kuesioner kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3.

Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kreatif

Dimensi Indikator No. Item Jumlah

Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam

(24)

Lilis Anisyah, 2013

dengan orang lain. Sering mengajukan

pertanyaan yang baik

1. Aktif bertanya saat sedang berdiskusi di dalam suatu

1. Memiliki banyak ide atau gagasan.

5, 25 2

2. Mampu mencari jalan keluar dari setiap permasalahan. dari suatu karya seni.

9, 29 2

2. Mampu melihat sisi yang baik dari setiap karya. konsep menjadi karya seni.

12, 32 2

Mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang

1. Mampu membaca situasi. 13, 33 2 2. Mampu melihat masalah dari

sudut pandang yang berbeda dengan orang lain.

14, 34 2

Mempunyai rasa humor yang luas

1. Dapat melihat hal yang lucu dari suatu masalah. berbeda dengan orang lain.

19, 39 2

2. Memiliki ide yang baru berdasarkan penemuan sendiri.

20, 40 2

Jumlah 40

E. Pengujian Instrumen Penelitian

(25)

Lilis Anisyah, 2013

dapat memberikan hasil yang sama jika dilakukan pengukuran yang sama pada waktu yang berbeda.

1. Uji Validitas

Valid berarti syah atau layak dipercaya. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Validitas suatu tes menggambarkan sejauh mana tes tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

a. Validitas Isi

Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara meminta pendapat dari para ahli. Dalam hal ini dilakukan pengujian melalui penilaian professional judgment untuk memastikan bahwa item yang disusun oleh peneliti sudah sesuai dengan

blue-print dan indikator perilaku yang hendak diungkapnya, melihat apakah item telah

ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang benar, dan melihat apakah item-item yang ditulis masih mengandung social desirability yang tinggi (Azwar, 2010). Dalam pengujian ini, peneliti meminta pendapat dari tiga orang dosen psikologi yaitu Dra. Hj. Herlina, M.Pd., Psi., Drs. MIF. Baihaqi, M.Si., dan Helli Ihsan, M.Si. b. Validitas Konstruk

Setelah dilakukan penilaian professional judgment, selanjutnya data tersebut diujicobakan pada 69 orang siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung. Uji Coba ini dilakukan pada tanggal 16 November dan 23 November 2012.

(26)

Lilis Anisyah, 2013

(Sugiyono, 2012). Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah rumus korelasi

Product Moment (Arikunto, 2010), yaitu sebagai berikut.

� = N XY− ( X) ( Y)

N X2− X2 {N Y2− Y2 }

Keterangan:

= Koefisien korelasi product moment N = Jumlah sampel penelitian

X = Skor rata-rata dari x Y = Skor rata-rata dari y

Pengujian validitas konstruk ini dilakukan dengan bantuan software IBM

SPSS Statistics 19. Berikut merupakan hasil perhitungan pengujian validitas item

untuk masing-masing skala.

Tabel 3.4.

Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Item Skala Motivasi Berprestasi

(27)

Lilis Anisyah, 2013

(28)

Lilis Anisyah, 2013

Tabel 3.5.

Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Item Skala Kemampuan Berpikir Kreatif

(29)

Lilis Anisyah, 2013

Untuk menyeleksi item yang valid dan menghilangkan item yang tidak valid dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Bila harga korelasi < 0.30 maka dapat disimpulkan bahwa item tersebut tidak valid. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa harga koefisien korelasi yang terendah adalah 0.139 dan yang tertinggi 0.626. Maka, item yang dinyatakan tidak valid berjumlah 10 item yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, 6, 13, 16, 24, 35, dan 38.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2010), dengan rumus sebagai berikut.

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

(30)

Lilis Anisyah, 2013

σt2 = Varians total

Penggunaan rumus alpha cronbach dikarenakan pada penelitian ini memiliki skor dengan rentang nilai 1 – 5. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 19. Hasil dari pengujian reliabilitas instrumen akan dikategorikan menurut kategori koefisien reliabilitas dari Guilford yang tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.6.

Kategori Koefisien Reliabilitas Guilford

Koefisien Reliabilitas Kategori

0,80 < r11 < 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,61 < r11 < 0,80 Reliabilitas tinggi 0,41 < r11 < 0,60 Reliabilitas sedang 0,21 < r11 < 0,40 Reliabilitas rendah

−1,00 r11 < 0,20 Reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)

Berikut merupakan hasil perhitungan pengujian reliabilitas instrumen untuk masing-masing skala.

Tabel 3.7.

Hasil Perhitungan Pengujian Reliabilitas Instrumen Motivasi Berprestasi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.911 .912 42

(31)

Lilis Anisyah, 2013

dinyatakan bahwa instrumen ini termasuk ke dalam kategori reliabilitas sangat tinggi karena besar koefisien reliabilitasnya mendekati 1.

Tabel 3.8.

Hasil Perhitungan Pengujian Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.895 .895 40

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas yang dimiliki oleh Skala Kemampuan Berpikir Kreatif adalah sebesar 0.895 sehingga dapat dinyatakan bahwa instrumen ini termasuk ke dalam kategori reliabilitas sangat tinggi karena besar koefisien reliabilitasnya mendekati 1.

F. Kategorisasi Data

Kategorisasi data dilakukan untuk pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala yang digunakan dalam penelitian ini. Skor skala tersebut memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Kategorisasi data dapat dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif dari distribusi data skor kelompok yang umumnya mencakup banyaknya subjek dalam kelompok, mean skor skala, deviasi standar skor skala dan varians, skor minimum dan maksimum, dan statistik-statistik lain yang dirasa perlu (Azwar, 2010). Untuk menghitung kategorisasi data digunakan rumus z skor (Reksoatmodjo, 2007) yaitu sebagai berikut.

z =X− μ

(32)

Lilis Anisyah, 2013

Keterangan:

X = Skor total masing-masing sampel μ = Rata-rata

σ = Standar deviasi

Kategorisasi data telah ditetapkan berdasarkan suatu norma (Azwar, 2010) yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.9.

Norma Kategorisasi Data

Rentang Kategori

(μ+1,0σ) < X Tinggi

(μ-1,0σ) < X < (μ+1,0σ) Sedang X < (μ-1,0σ) Rendah

G. Pengolahan Data

1. Pengelompokkan data

Pengelompokkan data dilakukan untuk menyeleksi sejumlah kuesioner yang telah diisi oleh responden. Kuesioner tersebut kemudian diperiksa kelengkapan jumlah dan pengisiannya. Kegiatan dalam pengelompokkan data ini antara lain sebagai berikut.

a. Menghitung jumlah kuesioner yang telah diisi, barangkali ada yang belum mengumpulkan.

b. Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden.

c. Mengecek kelengkapan data dengan memeriksa kelengkapan lembar instrumen barangkali ada yang terlepas atau sobek atau terlewat dan belum diisi.

(33)

Lilis Anisyah, 2013

2. Penskoran data

Penskoran data dilakukan sesuai dengan pola yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, pola yang digunakan dalam memberikan skor adalah dengan memberi rentang skor pada pilihan jawaban, yaitu skor 1 untuk Tidak Pernah, skor 2 untuk Jarang, skor 3 untuk Kadang-kadang, skor 4 untuk Sering, dan skor 5 untuk Selalu. Sedangkan untuk item pernyataan yang tidak diisi oleh responden, akan diberi skor 0. Pemberian skor dengan urutan tersebut dikarenakan semua pernyataan yang menjadi item dalam kuesioner berupa pernyataan positif. Setelah semua kuesioner dikelompokkan, maka akan diberikan penyekoran pada seluruh item pernyataan yang ada dalam kuesioner satu per satu dan akan di rekapitulasi dengan dibuat tabel skor keseluruhan.

3. Verifikasi Data

Verifikasi data bertujuan untuk melihat ketepatan skala teoritis dengan data yang telah diperoleh. Dalam verifikasi data hasil penelitian dilakukan empat macam pengujian data yaitu sebagai berikut.

a. Uji Korelasi

Uji korelasional dilakukan dengan menggunakan teknik korelasional. Dikarenakan menggunakan teknik sampling berupa purposive sampling, maka dalam penelitian ini digunakan statistik nonparametrik dengan teknik korelasional yang digunakan adalah teknik korelasi Spearman’s Rank. Berikut adalah rumus untuk menghitung koefisien korelasi Spearman’s Rank (Arikunto,

2010):

ρxy = 1−

(34)

Lilis Anisyah, 2013

Keterangan:

ρxy = Koefisien korelasi Spearman Rank

D = Difference. Sering digunakan juga B singkatan dari Beda. D adalah beda antara jenjang setiap subjek.

N = Banyaknya subjek

Untuk memberikan interpretasi terhadap besar kecilnya koefisien korelasi yang dihasilkan, maka dapat dilihat pada pedoman interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono, 2012) pada tabel berikut.

Tabel 3.10.

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software

IBM SPSS Statistics 19, maka didapatkan hasil bahwa koefisien korelasi antara

motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif adalah 0,475 yang menunjukkan bahwa korelasi tersebut berada pada tingkat hubungan korelasi yang sedang.

b. Uji Signifikansi

(35)

Lilis Anisyah, 2013

pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus uji t (Sugiyono, 2012) sebagai berikut.

t =ρ n−2 1− ρ2

Jika t > t tabel, maka hipotesis alternatif diterima.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software

IBM SPSS Statistics 19, maka didapatkan hasil bahwa nilai signifikansi antara

motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif adalah 0,000 p< 0,05 yang menunjukkan bahwa korelasi tersebut signifikan.

c. Uji Hipotesis

Uji korelasi dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut.

1) H0 :

ρ

= 0, Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif di masa remaja pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

2) Ha :

ρ

≠ 0, Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif di masa remaja pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung.

Hipotesis penelitian tersebut akan diuji dengan koefisien

α

sebesar 0,05 dengan ketentuan H0 ditolak apabila angka probabilitas < 0,05 dan H0 diterima apabila angka probabilitas > 0,05.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software

(36)

Lilis Anisyah, 2013

probabilitas < 0,05 artinya terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemampuan berpikir kreatif.

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (ρ2). Koefisien ini disebut koefisien penentu, karena varians yang terjadi pada variabel dependen dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel independen. Koefisien determinasi dihitung secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

KD =ρ2 x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi ρ = Koefisien Korelasi

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut maka didapatkan hasil bahwa koefisien determinasi sebesar 22,56%. Hal ini berarti bahwa pengaruh motivasi berprestasi (variabel X) terhadap kemampuan berpikir kreatif (variabel Y) hanya tampak sebesar 22,56%.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

(37)

Lilis Anisyah, 2013

teoretis, melakukan studi pendahuluan, melakukan teknik penganalisaan, hingga pelaksanaan Seminar.

Setelah pelaksanaan seminar, selanjutnya merevisi proposal dan mengajukannya kepada Dewan Pembimbing Skripsi (DBS). Setelah mendapat persetujuan dari DBS, dilanjutkan dengan pengurusan surat-surat yang menunjang penyusunan skripi, yaitu dengan membuat SK Pembimbing Skripsi dan selanjutnya membuat surat pengantar untuk penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan dilakukan bimbingan skripsi kepada dosen pembimbing baik pembimbing satu dan pembimbing dua. Pelaksanaan bimbingan dilakukan hingga penelitian dan penyusunan skripsi telah selesai.

Dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan professional judgment untuk memastikan bahwa item yang disusun sudah sesuai dengan blue print. Setelah melaksanakan professional judgment, selanjutnya dilakukan uji coba untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen yang telah disusun. Setelah uji coba, selanjutnya adalah melaksanakan pengumpulan data.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

(38)

Lilis Anisyah, 2013

4. Tahap Penyelesaian

(39)

Lilis Anisyah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum, siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung memiliki tingkat motivasi berprestasi sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung sudah cukup memiliki dorongan atau keinginan untuk dapat meraih suatu hasil atau prestasi belajar yang lebih baik dari orang lain di dalam dirinya.

2. Secara umum, siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung sudah cukup memiliki kemampuan untuk berpikir secara bebas dan mampu menghasilkan berbagai gagasan yang baru sebagai hasil dari pemikiran tersebut di dalam dirinya.

(40)

Lilis Anisyah, 2013

berprestasi pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bandung cukup memiliki pengaruh pada munculnya kemampuan berpikir kreatif dalam dirinya. Hal yang berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan berpikir kreatif adalah dengan adanya motivasi atau dorongan dari dalam diri siswa tersebut (motivasi intrinsik) untuk mencapai suatu keberhasilan atau prestasi. Dengan adanya dorongan dari dalam diri tersebut, maka siswa melakukan berbagai upaya untuk mencapai keberhasilannya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut.

1. Bagi SMA Negeri 6 Bandung

a. Melihat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa motivasi berprestasi dan kepribadian kreatif dari siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung memiliki tingkat yang sedang, maka diperlukan berbagai upaya dalam peningkatannya. Untuk meningkatkan motivasi berprestasi dalam diri siswa, pihak sekolah dapat memberikan arahan kepada siswanya mengenai berbagai cara dan upaya yang harus dilakukan guna meningkatkan prestasi dan keberhasilannya terutama dalam bidang akademik. Selain itu dapat juga dengan cara memberikan cara belajar yang lebih menarik agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar serta dapat memunculkan keinginan untuk meraih hasil yang terbaik. Bila diperlukan, pemberian penghargaan juga dapat meningkatkan motivasi berprestasi

(41)

Lilis Anisyah, 2013

harus mengetahui latar belakang dari setiap permasalahan yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru dapat mendampingi siswa dan memberikan treatment jika diperlukan.

b. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, pihak sekolah terutama pengajar dapat mengembangkan metode pengajaran yang menuntut siswa lebih aktif serta lebih memicu siswa untuk mencari dan mengembangkan ilmu yang dimiliki dalam setiap bidang. Serta dengan memberikan stimulus-stimulus tertentu agar siswa lebih mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan. Guru pun dapat memberikan kebebasan kepada siswa dalam berkarya. Dan diharapkan pihak sekolah dapat memberikan fasilitas yang menunjang untuk pengembangan diri setiap siswanya.

2. Bagi peneliti selanjutnya

(42)

Lilis Anisyah, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaisy, L.M. dan Turki, J. (2011). “Adolescents Creativity, Self-Concept and Achievement Motivation”. British Journal of Arts and Social Sciences. 2. (2). 88-101. Tersedia: http://www.bjournal.co.uk/paper/bjass_2_2/bjass_02_02_02.pdf (23 Mei 2012)

Amirin, T.M. (2009). Populasi dan Sampel Penelitian 3: Pengambilan Sampel dari

Populasi Tak-Terhingga dan Tak-Jelas. (Online). Tersedia:

http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/30/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-bagian-ii-teknik-sampling-ii/ (3 Mei 2012)

___________. (2010). Populasi Dan Sampel Penelitian 4: Ukuran Sampel Rumus Slovin. (Online). Tersedia: http://www.scribd.com/doc/64539362/Populasi-Dan-Sampel-Penelitian-4-Ukuran-Sampel-Rumus-Slovin-Tatangmanguny-s-Blog (21 November 2012)

Annisa, W. (2010). Metode Penelitian Korelasional. (Online). Tersedia:

http://bintangkecilungu.wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitian-korelasional-2/ (1 Oktober 2011)

Arikunto, S. (2010). PROSEDUR PENELITIAN, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________. (2010). Tes Prestasi, Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar

Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baihaqi, MIF. (2008). PSIKOLOGI PERTUMBUHAN, Kepribadian Sehat untuk

Mengembangkan Optimisme, Bandung: Remaja Rosdakarya.

BAPM. (2008). Uji Coba Instrumen Penelitian dengan Menggunakan MS. Excel dan

SPSS. (Online). Tersedia:

http://validition.googlecode.com/files/Makalah_November_spss_2008.pdf (20 November 2012)

Dahlia. (2011). Skala Likert, Skala Guttman, Skala Thurstone. (Online). Tersedia:

(43)

Lilis Anisyah, 2013

Fakharuddin, A. (2010). Pengembangan Kreativitas Anak dan Remaja. (Online). Tersedia:

http://garudapendidikan.blogspot.com/2010/01/pengembangan-kreativitas-anak-dan.html (15 Juli 2012)

Farida, M. (2010). Motivasi Berprestasi. (Online). Tersedia:

http://moethya26.wordpress.com/2010/11/10/motivasi-berprestasi/ (9 Maret 2012) Friedman, H. S. & Schustack, M. W., (2008). Kepribadian; Teori Klasik dan Riset

Modern, Edisi ke-3, Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Ginanjar. (2010). Kreativitas. (Online). Tersedia: http://ginanjar-webanywhere.blogspot.com/2010/03/kreativitas.html (14 Juni 2012)

Hall, C. S. & Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personality. Canada: John Wiley & Sons.

Halman, S.U. (2012). Teori Berpikir Psikologi. (Online). Tersedia:

http://utamitamii.blogspot.com/2012/04/teori-berpikir-psikologi.html (21 Februari 2013)

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Kolodziej, S. (2010). “The Role of Achievement Motivation in Educational Aspirations and Performance”. General and Professional Education. 1. 42-48. Tersedia: http://genproedu.com/paper/2010-01/full_042-048.pdf (10 Januari 2013)

Lee, K.H. (2005). “The Relationship Between Creative Thinking Ability and Creative Personality of Presschoolers”. International Education Journal. 6. (2). 194-199. Tersedia: http://ehlt.flinders.edu.au/education/iej/articles/V6n2/Lee/paper.pdf (10 Januari 2013)

Maslow, A.H. (1993). Motivasi dan Kepribadian 2, Teori Motivasi dengan Pendekatan

Hierarki Kebutuhan Manusia, Seri Manajemen No. 104B. Jakarta: PT. Midas Surya

Grafindo.

Masyhuri & Zainuddin, M. (2009). Metodologi Penelitian; Pendekatan Praktis dan

Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.

Mulyaningsih, D.K. (2010). Motivasi Berprestasi Kunci Pencapaian Cita-cita dan

Pengembangan Diri pada Remaja. (Online). Tersedia:

(44)

Lilis Anisyah, 2013

Munandar, U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif

dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Murtiyasa, B. (2008). Korelasi. (Online). Tersedia:

http://budimurtiyasa.files.wordpress.com/2008/09/statistik_korelasi.ppt (21 November 2012)

Muskita, S.M. (2012). Pentingnya Motivasi Berprestasi. (Online). Tersedia:

http://universitas.widyamandala.ac.id/index.php?option=com_content&view=articl e&id=336:pentingnya-motivasi-berprestasi&catid=65:krida-rakyat (22 Februari 2013)

Nahel, B. (2012). Pengertian Berpikir Kreatif. (Online). Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253026-pengertian-berpikir-kreatif/#ixzz2LUlwce4L (21 Februari 2013)

Narbuko, C. & Achmadi, A. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Ngatiqoh, S., Sriyono, dan Ngazizah, N. (2012). “Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Berpikir terhadap Prestasi Belajar IPA (Fisika) Kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012”. Radiasi. 1. (1). 24-27.

Tersedia: http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/RADIASI/article/view/235/265

(10 Januari 2013)

Reksoatmodjo, T.N. (2007). Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development, Perkembangan Masa Hidup, Jilid II, Edisi

Kelima. Jakarta: Erlangga.

____________. (2007). Remaja, Jilid I, Edisi 11. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiawan, N. (2007). Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin Dan Tabel

Krejcie-Morgan: Telaah Konsep Dan Aplikasinya. (Online). Tersedia:

http://205.196.121.134/i1vp7pxpbbcg/ox7suqmlb0os00h/rumus_slovin.pdf (21 November 2012)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung

(45)

Lilis Anisyah, 2013

Steinberg, L. (1993). ADOLESCENCE, International Edition, 3rd ed. United States of

America: McGraw – Hill, Inc.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulastri, T. (2007). “Hubungan Motivasi Berprestasi dan Disiplin dengan Kinerja Dosen”.

Jurnal Optimal. 1. (1). 13-21. Tersedia: http://www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/optimal/article/download/417/390 (10 Januari 2013) Thoha, M. (2008). Perilaku Organisasi; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali

Pers.

Tutar, H., Altinoz, M., dan Cakiroglu, D. (2011). “The Effects of Employee Empowerment on Achievement Motivation and The Contextual Performance of Employees”.

African Journal of Business Management. 5. (15). 6318-6329. Tersedia: http://www.academicjournals.org/ajbm/pdf/pdf2011/4Aug/Tutar%20et%20al.pdf

(10 Januari 2013)

Gambar

Gambar 3.1.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji korelasi product moment yang menguji hubungan antara konformitas teman sebaya dengan gaya hidup hedonis menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,519 dengan p&lt;0,01,

Tr anspor tasi mer upakan sar ana yang sangat penting dalam mendukung aktifitas atau mobili tas manusia setiap har i nya sehingga har us diper siapkan dengan baik

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, kosakata yang bervariasi dan kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari, petunjuk

K.. 2 Model pembelajaran hendaknya berprinsip aktif, sehingga dalam proses belajar dan perhatian pembelajaran utama ditujukan kepada peserta didik yang belajar. Oleh

Hal ini berarti pada kontrol, perlakuan melati air dan perlakuan gabungan melati air dan karbon aktif sudah efektif dalam menurunkan kadar COD limbah cair rumah

Siswa mampu menyebutkan usia Nabi Muhammad saw ketika menerima wahyu yang

Program Bimbingan Karir Berdasarkan Profil Pembuatan Keputusan Karir Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat 8 huruf a Pasal ini tidak tercapai, RUPS kedua dapat diadakan dengan ketentuan RUPS kedua sah dan berhak mengambil