• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL MODEL MENTAL PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL MODEL MENTAL PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL MODEL MENTAL SISWA

PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh :

Citra Mutiara Annisa

0905660

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

(2)

2014

Profil Model Mental Siswa Pada

Pokok Bahasan Laju Reaksi

Oleh

Citra Mutiara Annisa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Citra Mutiara Annisa 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

CITRA MUTIARA ANNISA

PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA POKOK BAHASAN LAJU REAKSI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Wiji, M. Si

NIP. 197204302001121001

Pembimbing II

Dr. Sri Mulyani, M. Si NIP. 196111151986012001

Mengetahui,

(4)
(5)

Penelitian yang berjudul “Profil Model Mental Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi” bertujuan untuk mengetahui profil model mental siswa pada subpokok bahasan “pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi”. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung dengan subyek penelitian sebanyak enam orang siswa kelas XII Jurusan IPA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan instrumen penelitian berupa Interview About Event, IAE. Kepada siswa disajikan video mengenai suatu fenomena kemudian siswa memberikan penjelasan terhadap fenomena yang terjadi dengan menjawab pertanyaan yang diajukan. Jawaban yang diberikan siswa kemudian dibandingkan terhadap konsepsi target, kemudian dibuat pola-pola tertentu. Pola jawaban siswa kemudian digolongkan ke dalam tipe profil model mental. Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua tipe profil model mental yaitu tipe 1b (siswa menjawab benar dengan pertanyaan probing) dan tipe 2b (siswa menjawab benar sebagian dengan pertanyaan probing). Yang termasuk ke dalam tipe 1b sebanyak tiga orang siswa yang terdiri dari dua orang siswa dengan kemampuan tinggi dan satu orang siswa dengan kemampuan sedang. Sedangkan yang termasuk ke dalam tipe 2b sebanyak tiga orang yang terdiri dari dua orang siswa dengan kemampuan rendah dan satu orang siswa dengan kemampuan sedang.

(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH ………. ii

ABSTRAK...……….. iii

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR GAMBAR……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A.Latar Belakang Penelitian... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah... 4

C.Tujuan Penelitian... 4

D.Manfaat Penelitian... 4

E. Struktur Organisasi Skripsi... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A.Deskripsi Model Mental... 6

B.Cara Menggali Model Mental... 12

C.Deskripsi Materi Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 21

A.Lokasi dan Subjek Penelitian... 21

B.Desain Penelitian... 21

C.Metode Penelitian... 24

D.Definisi Operasional... 24

E. Instrumen Penelitian... 24

F. Proses Pengembangan Instrumen... 33

G.Teknik Pengumpulan Data... 34

(7)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

B.Profil Model Mental Siswa 2 (Kemampuan Rendah)... 46

C.Profil Model Mental Siswa 3 (Kemampuan Sedang)... 51

D.Profil Model Mental Siswa 4 (Kemampuan Sedang)... 57

E. Profil Model Mental Siswa 5 (Kemampuan Tinggi)... 61

F. Profil Model Mental Siswa 6 (Kemampuan Tinggi)... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 71

A.Kesimpulan... 71

B.Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72

(8)

Citra Mutiara Annisa , 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Johnstone (Jansoon et al. 2009) mengemukakan bahwa untuk memahami kimia, siswa harus menguasai pengetahuan tiga level representasi yaitu level makroskopik, level sub-mikroskopik dan level simbolik, serta dapat menghubungkan ketiga level representasi tersebut. Namun banyak siswa yang tidak dapat menguasai ketiga level representasi tersebut sehingga siswa menganggap bahwa konsep-konsep kimia sangat sulit untuk dipahami.

Pada umumnya pemahaman siswa mengenai kimia dibatasi oleh persepsi yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka cenderung berada pada level makroskopik dan tidak dapat menginterpretasikan ke dalam level sub-mikroskopik ataupun level simbolik (Ben-Zvi; Gabel; Hunn dalam Wu et al. 2001). Devetak et al. (2007) mengungkapkan adanya miskonsepsi siswa pada materi larutan yang disebabkan karena kemampuan siswa memahami level sub-mikroskopik sangat rendah. Nurrenbem dan Pickering (Jansoon et al. 2009) mengungkapan bahwa siswa tidak dapat memahami konsep sifat suatu materi karena mereka tidak dapat menghubungkan level sub-mikroskopik dan level simbolik dengan level makroskopik. Nasution (2012) mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI dan siswa kelas XII di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung tidak dapat menguasai level sub-mikroskopik dan level simbolik pada materi ikatan ion. Andhini (2010) mengungkapkan bahwa pada materi senyawa hidrokarbon siswa tidak dapat menguasai tiga level representasi kimia.

(9)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat menjawab dengan benar ketika diberikan suatu tes. Boo (Chittlebrough, 2002) menemukan bahwa siswa kelas 12 di Singapura dapat menjawab pertanyaan pada materi ikatan kimia dengan benar tanpa memahami konsep kimia. Tuysuz (2009) mengemukakan bahwa pada saat ujian dengan tes pilihan berganda, siswa dapat menjawab dengan benar tanpa mengetahui alasan mengapa jawaban tersebut benar. Siswa seringkali menggunakan simbol tanpa mengetahui makna dari simbol dan makna dari fenomena yang terjadi (Ben-Zvi et al. dalam Wang, 2007). Bunce et al. (Jansoon et al. 2009) mengemukakan bahwa siswa dapat menjawab dengan benar soal-soal kimia tanpa memahami konsep-konsep kimianya. Beall dan Prescott, 1994; Bunce, Gabel dan Samuel, 1991; Lythcott, 1990; Robinson, 2003 (Jansoon et al. 2009) mengemukakan bahwa siswa seringkali menggunakan persamaan kimia yang diingatnya dan memasukkan angka untuk menjawab pertanyaan dengan benar dibandingkan dengan menggunakan konsep kimia yang mereka miliki.

Pemahaman yang dimiliki siswa dapat terlihat dari cara penyampaian siswa mengenai tiga level representasi dari suatu konsep kimia. Penjelasan konsep kimia pada tiga level representasi tersebut dapat dilihat dari model mental yang dimiliki siswa karena saat mempelajari kimia siswa membangun model mental mereka sebagai hasil dari pemahaman saat pembelajaran (Harrison dan Treagust, 2000 dalam Jansoon et al. 2009). Dengan mengetahui model mental yang dimiliki oleh siswa, guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan (Duit et al. dalam Tan, 2000). Tan dan Treagust (1999) mengungkapkan bahwa dengan mengetahui pemahaman siswa, guru akan menjadi lebih mudah mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat mengatasi kesulitan yang dialami siswa.

(10)

3

Citra Mutiara Annisa , 2014

tidak konsisten, dan selalu berubah ketika lebih banyak informasi yang diperoleh atau diingat kembali (McClary dan Talanquer, 2011). Hal lain yang membuat model mental siswa sukar untuk diinvestigasi adalah karena siswa terkadang sulit untuk mengekspresikan model mental mereka kepada peneliti (Coll, 2008). Oleh karena itu untuk menginvestigasi model mental siswa dibutuhkan suatu cara yang tepat yang dapat menginvestigasi secara optimal model mental siswa tersebut.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengivestigasi model mental siswa, yaitu pertanyaan pilihan berganda, pertanyaan terbuka, wawancara dengan pertanyaan probing, wawancara berdasarkan model, wawancara berdasarkan masalah, Interview About Event (IAE), dan Prediction-Observation-Explanation (POE).

(11)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subpokok bahasan mengenai pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi merupakan suatu fenomena kimia yang mudah diamati siswa. Pada penelitian ini, untuk menggali profil model mental pada subpokok bahasan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi digunakan teknik IAE. Pada teknik IAE, interviewer menginvestigasi model mental siswa dengan menyajikan suatu fenomena yang selanjutnya diberikan beberapa pertanyaan penuntun (Wang, 2007). Pemilihan teknik ini dikarenakan dengan wawancara, interviewer dapat menggali pemahaman siswa secara mendalam (Taber dalam Tan, 2000). Selain itu, Osbourne dan Gilbert (Tan, 2000) mengungkapkan bahwa dengan wawancara, siswa tidak bisa hanya menebak jawaban dari pertanyaan ataupun tidak menjawab dari pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan sebelumnya, sangatlah perlu untuk menggali profil model mental siswa pada materi laju reaksi. Oleh karena itu dilakukan penelitian dengan judul “Profil Model Mental Siswa pada Pokok Bahasan Laju reaksi”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana profil model mental siswa pada pokok bahasan laju reaksi khususnya pada subpokok bahasan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang profil model mental siswa pada subpokok bahasan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.

(12)

5

Citra Mutiara Annisa , 2014

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Sebagai informasi bagi guru terkait profil model mental siswa pada pokok bahasan laju reaksi.

2. Sebagai informasi bagi guru untuk menentukan cara yang dapat digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep yang dimiliki siswa.

3. Sebagai rujukan bagi peneliti yang lain untuk mengkaji lebih lanjut tentang profil model mental siswa dalam pembelajaran kimia dengan materi dan instrumen yang berbeda.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara umum skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

1. Bab I, berisi latar belakang yang menjelaskan alasan mengapa penelitian mengenai profil model siswa pada pokok bahasan laju reaksi perlu dilakukan, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian yang menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan serta manfaat penelitian.

2. Bab II, secara umum membahas mengenai kajian pustaka dari teori-teori yang menjadi landasan dari masalah yang sedang dikaji dalam penelitian ini yaitu mengenai model mental, cara menggali model mental dengan teknik IAE, dan deskripsi materi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.

(13)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bab IV, mendiskusikan mengenai temuan data yang diperoleh selama proses penelitian dan pembahasan dari data tersebut.

(14)

Citra Mutiara Annisa , 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subyek penelitian yang dipilih berjumlah enam orang siswa yang terdiri dari dua orang siswa dengan kemampuan tinggi, dua orang siswa dengan kemampuan sedang, dan dua orang siswa dengan kemampuan rendah.. Siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah siswa yang sudah mendapatkan materi mengenai laju reaksi.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena sosial (Wiersma dan Jurs, 2009). Fenomena yang diangkat dalam penelitian ini adalah profil model mental siswa.

Prosedur penelitian ini secara umum terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap awal, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap awal

(15)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(IAE). Setelah teknik ditentukan, dibuatlah instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan video mengenai fenomena yang berkaitan dengan materi yang diteliti. Instrumen tersebut kemudian divalidasi oleh tiga orang dosen. Setelah valid, instrumen tersebut diuji cobakan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam pedoman wawancara sehingga saat penelitian dilakukan peneliti memiliki gambaran dari kemungkinan-kemungkinan jawaban siswa.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pengambilan data mengenai model mental siswa pada materi laju reaksi dengan teknik IAE. Pengambilan data dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Jumlah siswa yang diteliti sebanyak enam orang, namun pada saat pengambilan data, siswa diwawancara satu per satu. Pengambilan data dilakukan selama beberapa tahap. Hal ini dikarenakan waktu pengambilan data disesuaikan dengan waktu dan kondisi yang dimiliki siswa. Pada saat pengambilan data, sebelum memulai wawancara diberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa seperti menanyakan kabar, keadaan belajar di sekolah dan pertanyaan lain yang dapat mencairkan suasana. Setelah itu proses wawancara dimulai dengan mengamati terlebih dahulu video mengenai fenomena yang ditayangkan. Selanjutnya siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada pedoman wawancara. Siswa yang belum diwawancara tidak boleh mendengarkan isi dari wawancara. Setelah dilakukan pengambilan data, peneliti mentranskripsikan jawaban siswa ke dalam bentuk tulisan untuk mempermudah analisis.

3. Tahap akhir

(16)

23

membuat pola model mental dari jawaban-jawaban siswa yang kemudian digolongkan ke dalam tipe model mental tertentu.

Prosedur penelitian yang dilakukan tergambar pada alur penelitian yang disajikan pada Gambar 3.1 berikut ini.

Tahap Awal

Tidak valid

valid

Tahap Pengambilan data

Revisi instrumen Analisis SK-KD dalam standar

isi KTSP 2006

Pemilihan cara menggali model mental dengan teknik IAE

Pembuatan instrumen penelitian Pemilihan materi laju reaksi

Validasi instrumen

(17)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan

Tahap Akhir

Gambar 3.1. Alur penelitian C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. McMillan dan Schumacher (Sukmadinata, 2012) mengungkapkan bahwa metode deskriptif memiliki dua tujuan yaitu untuk menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) serta menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini dijabarkan istilah-istilah yang digunakan:

1. Profil adalah ikhtisar yang memberikan fakta-fakta tentang hal-hal khusus. 2. Model mental adalah representasi intrinstik seseorang mengenai suatu obyek,

ide, atau proses yang tersusun dari persepsi, imaginasi, atau dari pemahaman seseorang.

Analisis data

Profil model mental

Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3 Siswa 4 Siswa 5 Siswa 6

(18)

25

3. Interview About Event (IAE) adalah salah satu teknik wawancara yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep tertentu yang dimulai dengan penyajian suatu fenomena.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa pedoman wawancara, yang sebelumnya disajikan video mengenai pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Pedoman wawancara berisi langkah-langkah yang dilakukan selama wawancara sebagai penuntun selama proses wawancara berlangsung. Pada bagian awal berisi mengenai tahap-tahap untuk membuat siswa berada pada kondisi yang nyaman, bagian selanjutnya berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan subpokok materi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terdiri dari Pertanyaan-pertanyaan umum dan Pertanyaan-pertanyaan probing yang digunakan sebagai pertanyaan penuntun apabila dirasa siswa belum memberikan jawaban yang optimal atas pertanyaan umum yang diberikan. Selain pertanyaan-pertanyaan, dalam pedoman wawancara juga tercantum jawaban-jawaban dari pertanyaan yang ada, serta terdapat kemungkinan-kemungkinan dari jawaban siswa.

Pertanyaan umum 1 diberikan setelah siswa mengamati video 1 mengenai reaksi antara larutan HCl dengan padatan CaCO3. Pertanyaan umum 1 berbunyi

“Berdasarkan fenomena yang ditayangkan dari video tersebut, apa yang anda amati?”. Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 1 tertulis pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 1

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

(19)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pereaksi apa saja yang udara yang ada di sekitar kita. Apakah sama dengan

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 1, pertanyaan dilanjutkan ke pertanyaan umum 2. Pertanyaan umum 2 berbunyi “Pereaksi yang digunakan dalam reaksi tersebut adalah larutan HCl dan padatan CaCO3.

Partikel-partikel apa saja yang ada dalam larutan HCl dan CaCO3?”. Pertanyaan probing

dari pertanyaan umum 2 tertulis pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 2

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

(20)

27

HCl

Berdasarkan sifat dari larutan HCl, partikel apa saja yang ada dalam larutan HCl?

Partikel H dan Cl yang dimaksud itu yang seperti senyawa apakah CaCO3?

CaCO3 merupakan apa saja yang ada dalam CaCO3?

Pada CaCO3 terdapat ion

Ca2+ dan ion CO3

2-Tabel 3.2 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 2 (lanjutan)

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

(21)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam padatan

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 2, pertanyaan dilanjutkan ke pertanyaan umum 3. Pertanyaan umum 3 berbunyi “Ketika larutan HCl dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi padatan CaCO3 maka timbul

gelembung gas. Mengapa terbentuk gelembung gas?”. Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 3 tertulis pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 3

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

(22)

29

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 3, pertanyaan dilanjutkan ke pertanyaan umum 4. Pertanyaan umum 4 berbunyi “Partikel -partikel apa saja yang bertumbukan dan menghasilkan reaksi sehingga terbentuk gas?”. Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 4 tertulis pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 4

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

diharapkan

terdapat partikel Ca2+ dan Cl

-Coba anda bandingkan partikel Ca2+ dan Cl-

sebelum dan sesudah reaksi!

Sebelum dan sesudah bereaksi, partikel Ca2+ dan Cl- tidak berubah,

(23)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghasilkan reaksi.

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 4, pertanyaan dilanjutkan ke pertanyaan umum 5. Pertanyaan umum 5 berbunyi “Gas apa yang terbentuk dari reaksi antara larutan HCl dengan serbuk CaCO3?”. Pertanyaan

probing dari pertanyaan umum 5 tertulis pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 5

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

diharapkan

Apabila partikel H+ bereaksi dengan CO32- produk apa

yang dihasilkan?

Apabila partikel H+ bereaksi dengan CO3

2-produk yang dihasilkan adalah larutan H2CO3

Berdasarkan video yang

(24)

31

Tabel 3.6 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 6

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

diharapkan

Tabel 3.6 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 6 (lanjutan)

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

diharapkan mengamati video 2 mengenai pengaruh konsentrasi HCl pada reaksi antara larutan HCl dengan padatan CaCO3. Selanjutnya pertanyaan dilanjutkan ke pertanyaan

umum 7. Pertanyaan umum 7 berbunyi “Berdasarkan fenomena yang ditayangkan dari video tersebut, apa yang anda amati?”. Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 7 tertulis pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 7

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

(25)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan serbuk

CaCO3 membentuk

gelembung gas CO2

yang digunakan dalam reaksi tersebut?

CaCO3 yang ditambahkan

masing-masing sebanyak larutan HCl 1 M terbentuk lebih cepat

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 7, pertanyaan dilanjutkan ke pertanyaan umum 8. Pertanyaan umum 8 berbunyi “Apa arti dari pembentukan balon yang lebih besar pada erlenmeyer yang berisi larutan HCl 1 M?”. Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 8 tertulis pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 8

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

diharapkan

Larutan HCl 1 M yang bereaksi dengan serbuk CaCO3 lebih cepat

membentuk gas CO2.

Berdasarkan video yang telah anda amati, berasal dari mana gas CO2?

Gas CO2 terbentuk dari

(26)

33

reaksi antara larutan HCl 0,5 M dengan serbuk CaCO3

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 8, pertanyaan

dilanjutkan ke pertanyaan umum 9. Pertanyaan umum 9 berbunyi “Pada tayangan

video yang anda lihat, ada dua pereaksi yang digunakan yaitu serbuk CaCO3 dan

larutan HCl. Larutan HCl yang digunakan yaitu 1 M dan 0,5 M. Apa makna dari 1 M dan 0,5 M?”. Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 9 tertulis pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 9

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

diharapkan

Konsentrasi larutan HCl 1 M lebih pekat dari 0,5 M

(27)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jumlah partikel H+ dan larutan HCl 1 M terdapat 0,1 mol HCl. Sedangkan

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 9, pertanyaan

dilanjutkan ke pertanyaan umum 10. Pertanyaan umum 10 berbunyi “Dari kedua

larutan HCl dengan konsentrasi yang berbeda, manakah yang lebih cepat bereaksi dengan padatan CaCO3? Mengapa?”. Pertanyaan probing dari pertanyaan umum

10 tertulis pada Tabel 3.10

Tabel 3.10 Pertanyaan probing dari pertanyaan umum 10

Kemungkinan

jawaban

Pertanyaan probing Jawaban yang

(28)

35

Setelah siswa menjawab secara optimal pertanyaan umum 10, pertanyaan dilanjutkan ke pertanyaan umum 11. Pertanyaan umum 11 berbunyi “Coba simpulkan apa yang dapat kalian amati dari tayangan-tayangan video sebelumnya!”.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu mengidentifikasi dan mengembangkan instrumen penelitian. Validitas dan realibilitas instrumen dalam penelitian kualitatif sangat sukar untuk ditentukan. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif dilakukan pada setting yang ilmiah (Wiersma dan Jurs, 2009).

(29)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil wawancara enam orang siswa. Enam orang siswa terdiri dari dua orang siswa dengan kemampuan tinggi, dua orang siswa dengan kemampuan sedang, dan dua orang siswa dengan kemampuan rendah. Siswa-siswa tersebut dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan guru kimia yang ada di sekolah tersebut. Pengelompokan kemampuan siswa tersebut berdasarkan prestasi yang dimiliki siswa pada mata pelajaran kimia.

Pengumpulan data tidak dilakukan secara sekaligus melainkan dilakukan selama beberapa tahap di luar jam sekolah. Waktu wawancara disesuaikan dengan waktu yang dimiliki siswa. Wawancara berlangsung selama 30-60 menit.

Sebelum dilakukan wawancara, siswa diberikan beberapa pertanyaan seperti menanyakan kabar, kondisi belajar kimia dan pertanyaan lain yang dapat membuat siswa merasa nyaman. Setelah siswa merasa nyaman, siswa kemudian disajikan tayangan video yang ditayangkan di layar laptop dan kemudian diberikan pertanyaan yang telah disiapkan dalam pedoman wawancara. Apabila siswa belum menjawab secara optimal, peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan probing berdasarkan dari jawaban yang dikemukakan siswa. Setiap proses wawancara direkam dengan rekaman video dan rekaman suara, selain itu siswa juga disediakan kertas dan alat tulis untuk menulis selama proses wawancara.

H. Analisis Data

(30)

37

ditulis kembali dalam bentuk yang lebih baku tanpa merubah makna yang diungkapkan oleh siswa.

Hasil transkripsi setiap siswa tersebut kemudian dibuat pola-pola tertentu. Pola dibuat berdasarkan dari jawaban-jawaban yang diberikan selama proses wawancara. Pada pola jawaban siswa, terdapat beberapa kata kunci dari setiap pertanyaan umum yang diajukan, dari setiap pertanyaan umum terdapat beberapa pertanyaan probing yang juga dibuat kata kuncinya. Kata kunci yang dibuat pada pola jawaban siswa yaitu sebagai berikut.

1. Kata kunci “fenomena reaksi kimia HCl (aq) + CaCO3(s)”

Kata kunci ini menjelaskan data mengenai pengamatan makroskopik siswa terhadap fenomena pengaruh konsentrasi pada reaksi antara HCl dengan CaCO3 yang ditayangkan pada video 1. Kata kunci ini merupakan kata kunci

dari pertanyaan umum 1. Jawaban benar untuk kata kunci ini adalah “Fenomena mengenai reaksi antara larutan HCl yang tidak berwarna dengan padatan CaCO3 yang berwarna putih membentuk gelembung gas”. Jika siswa

belum menjawab secara optimal diberikan pertanyaan probing yang dibuat kata kuncinya, yaitu identifikasi pereaksi, mengamati perubahan yang terjadi, dan identifikasi hasil reaksi (gelembung gas).

2. Kata kunci “identifikasi spesi dalam pereaksi”

Kata kunci ini menjelaskan mengenai penjelasan siswa pada level sub-mikroskopik. Kata kunci ini merupakan kata kunci dari pertanyaan umum 2. Jawaban yang benar pada kata kunci ini adalah “Dalam larutan HCl terdapat partikel H+ dan Cl- dan pada padatan CaCO3 terdapat partikel Ca2+ dan CO32-.

Jika siswa belum menjawab secara optimal diberikan pertanyaan probing yang dibuat kata kuncinya, yaitu HCl merupakan elektrolit kuat dan CaCO3

termasuk senyawa ion, ionisasi HCl dan disosiasi CaCO3, serta gambar spesi

(31)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Kata kunci “interaksi antar spesi”

Kata kunci ini menjelaskan mengenai penjelasan siswa pada level sub-mikroskopik. Kata kunci ini merupakan kata kunci dari pertanyaan umum 3, 4, dan 5. Jawaban yang benar pada kata kunci ini adalah “ion H+ dan CO3

2-akan mengalami tumbukan sehingga bereaksi menghasilkan gas CO2 dan air,

sedangkan tumbukan antara partikel Ca2+ dan Cl- dalam larutan tidak akan menghasilkan reaksi”. Jika siswa belum menjawab secara optimal diberikan pertanyaan probing yang dibuat kata kuncinya, yaitu interaksi antara Ca2+ dan Cl- tidak menghasilkan reaksi dan interaksi antara H+ dan CO3

2-menghasilkan gas CO2.

4. Kata kunci “persamaan reaksi”

Kata kunci ini menjelaskan mengenai penjelasan siswa pada level simbolik. Kata kunci ini merupakan kata kunci dari pertanyaan umum 6. Jawaban yang benar pada kata kunci ini adalah

“2HCl (aq) + CaCO3(s) → CaCl2 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)”.

Jika siswa belum menjawab secara optimal diberikan pertanyaan probing yang dibuat kata kuncinya, yaitu rumus kimia, koefisien, dan fasa.

5. Kata kunci “Membandingkan reaksi 100 mL HCl 1 M + 2,5 g CaCO3 dan 100

mL HCl 0,5 M + 2,5 g CaCO3”

Kata kunci ini menjelaskan data mengenai pengamatan makroskopik siswa terhadap fenomena pengaruh konsentrasi pada reaksi antara HCl dengan CaCO3 yang ditayangkan pada video 2. Kata kunci ini merupakan kata kunci

dari pertanyaan umum 7 dan 8. Jawaban benar untuk kata kunci ini adalah

“Fenomena mengenai reaksi antara 100 mL larutan HCl 1 M dengan 2,5 gram

padatan CaCO3 dan reaksi antara 100 mL larutan HCl 0,5 M dengan 2,5

gram padatan CaCO3 membentuk gelembung gas. Reaksi antara larutan HCl

(32)

39

hal ini ditandai dengan pembentukan balon yang lebih cepat membesar”. Jika siswa belum menjawab secara optimal diberikan pertanyaan probing yang dibuat kata kuncinya, yaitu identifikasi pereaksi dan waktu reaksi, mengamati perbedaan dua reaksi, dan reaksi A lebih cepat dari reaksi B.

6. Kata kunci “hubungan konsentrasi dengan jumlah spesi”

Kata kunci ini menjelaskan mengenai penjelasan siswa pada level sub-mikroskopik. Kata kunci ini merupakan kata kunci dari pertanyaan umum 9. Jawaban yang benar pada kata kunci ini adalah “Partikel H+ dan Cl- pada larutan HCl 1 M lebih banyak dibandingkan pada larutan HCl 0,5 M”. Jika siswa belum menjawab secara optimal diberikan pertanyaan probing yang dibuat kata kuncinya, yaitu semakin pekat konsentrasi semakin banyak jumlah spesi dan jumlah spesi H+ dalam reaksi A > B.

7. Kata kunci “hubungan jumlah spesi dengan laju reaksi”

Kata kunci ini menjelaskan mengenai penjelasan siswa pada level sub-mikroskopik. Kata kunci ini merupakan kata kunci dari pertanyaan umum 10. Jawaban yang benar pada kata kunci ini adalah “Partikel H+

dan Cl- pada larutan HCl 1 M lebih banyak dibandingkan pada larutan HCl 0,5 M sehingga pada waktu yang bersamaan dan dengan jumlah pereaksi yang sama, larutan HCl 1 M akan lebih cepat bereaksi dengan padatan CaCO3 membentuk gas

CO2. Hal ini dikarenakan jumlah partikel H+ dalam larutan HCl 1 M lebih

banyak sehingga partikel H+ yang bertumbukan dengan CO32- akan semakin

banyak dan reaksinya pun akan semakin cepat”. Jika siswa belum menjawab secara optimal diberikan pertanyaan probing yang dibuat kata kuncinya, yaitu teori tumbukan, semakin banyak spesi semakin tinggi frekuensi tumbukan dan semakin tinggi frekuensi tumbukan semakin banyak tumbukan efektif.

(33)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(34)
(35)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(36)

40

Setelah dibuat pola-pola dari jawaban siswa, pola-pola tersebut dikelompokan ke dalam tipe model mental tertentu. Sendur (2010) mengungkapkan empat tipe model mental yang digunakan untuk mengelompokkan penjelasan yang dapat diterima secara keilmuan dan penjelasan yang tidak dapat diterima secara keilmuan. Empat tipe tersebut yaitu:

1. Benar secara keilmuan (Scientifically Correct, SC), yaitu siswa menjawab benar secara keilmuan dan memberikan penjelasan yang benar.

2. Benar sebagian (Partially Correct, PC), yaitu siswa menjawab benar secara keilmuan namun memberikan penjelasan yang salah atau siswa menjawab salah secara keilmuan namun memberikan penjelasan yang benar.

3. Miskonsepsi pada bagian tertentu (Specific Misconceptions, SM), yaitu siswa menjawab dan memberikan penjelasan yang salah secara keilmuan.

4. Tidak ada tanggapan(No Response, NR), yaitu siswa tidak memberikan jawaban ataupun penjelasan.

Pada penelitian ini digunakan pengelompokkan yang diadopsi dari pengelompokkan yang dibuat oleh Sendur (2010). Namun pada penelitian ini tipe yang digunakan hanya tipe SC, PC, dan SM. Hal ini dikarenakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara sehingga seluruh siswa memberikan tanggapan terhadap setiap pertanyaan.

Tabel 3.11 Tipe Model Mental Siswa

Tipe Kriteria Penilaian

1 (SC) 1.a Jawaban siswa benar dan menjawab tanpa mendapatkan pertanyaan probing

1.b Jawaban siswa benar dan menjawab dengan mendapatkan pertanyaan probing

(37)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.b Jawaban siswa hanya benar sebagian dan menjawab dengan mendapatkan pertanyaan probing

3 (SM) Jawaban siswa salah

Setelah dikelompokkan tipe model mentalnya, kemudian jawaban setiap siswa pada setiap tipe model mental dibahas lebih lanjut satu per satu. Setelah pembahasan jawaban siswa, kemudian ditarik kesimpulan mengenai tipe model mental siswa yang selanjutnya tipe-tipe model mental tersebut dideskripsikan. Deskriptif dan interpretasi dari proses coding selama proses pengolahan data, dikembangkan untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian (McClary dan Talanquer, 2011).

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan profil model mental siswa pada pokok bahasan laju reaksi yaitu terdapat dua tipe profil model mental yaitu tipe 1b (siswa menjawab benar dengan pertanyaan probing) dan tipe 2b (siswa menjawab benar sebagian dengan pertanyaan probing). Pada tipe model mental 1b terdapat tiga orang siswa yang terdiri dari dua orang siswa dengan kemampuan tinggi dan satu orang siswa dengan kemampuan sedang. Pada tipe model mental 2b sebanyak tiga orang siswa yang terdiri dari dua orang siswa dengan kemampuan rendah dan satu orang siswa dengan kemampuan sedang.

B. Saran

(39)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Andhini, Ruri. (2010). Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Senyawa Hidrokarbon. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Balci, C. (2006). Conceptual Change Text Oriented Instruction to Facilitate

Conceptual Change in Rate of Reaction Concepts. Tesis Master pada Middle East Technical University: tidak diterbitkan.

Cakmaci, G. dan Leach, J. (2005). “Turkish Secondary and Undergraduated Students` Understanding of The Effect of Temperature on Reaction Rate”. Paper at the European Science Education Research Association (ESERA).

Chittleborough, G.D. (2004). The Role of Teaching Models and Chemical Representation in Developing Students` Mental Models of Chemical Phenomena. Tesis Doktor pada Curtin University of Technology: tidak diterbitkan.

Coll, R.K. (2008). “Chemistry Learners` Preferred Mental Models for Chemical

Bonding”. Journal of Turkish Science Education.5, (1), 22-47.

Coll, R.K. dan Treagust, D.F. (2003). “Investigation of Secondary School, Undergraduate, and Graduate Learners` Mental Models of Ionic Bonding”. Journal of Research in Science Teaching. 40, (5), 464-486.

Devetak, I., Vogrinc, J, dan Glazar, S.A. (2007). “Assessing 16- Year- Old Students` Understanding of Aqueous Solution at Submicroscopic Level”. Gilbert, J.K. dan Treagust, D. (2009). Multiple Representations in Chemical

Education. Australia: Springer.

Henrickson, C. (2005). Chemistry. Canada: Wiley Publishing.

Jansoon, N., Coll, R.K. dan Somsook, E. (2009). ”Understanding Mental Models

of Dilution”. International Journal of Environtmental & Science Education. 4,

(2), 147-168.

Jimoh, A.T. (2004). “Perception of Difficult Topics in Chemistry Curriculum by

Students in Nigeria Secondary Schools”. Ilorin Journal of Education.

Kurt, S dan Ayas, A. (2012). “Improving Students` Understanding and Explaining

(40)

73

Constructivist Approch”. Energy Education Science and Technology Part B:

Educational Studies. 4, (2), 979-992.

Myers, R. (2003). The Basics of Chemistry. London: Greenwood Press.

Nasution, Efrida. (2012). Profil Model Mental Siswa dan Guru SMA Pada Materi Ikatan Ion.Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Nguyen, T.T., Henderson, L. dan Baskin, C. “First Year Bachelor of Education

Students` Mental Models of Themselves as Learners”.

Sendur, G., Toprak, M., dan Pekmez, E.S. (2010). “Analyzing of Students` Misconceptions About Chemical Equilibrium”. Paper on International Conference on New Trends in Education and Their Implications. Antalya-Turkey.

Suharso dan Retnoningsih, A. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.

Talanquer, V. (2011). “Macro, Submicro, and Symbolic: The Many Faces of The

Chemistry Triplet”. International Journal of Science Education. 33, (2),

179-195.

Talanquer, V. dan McClary, L. (2011). “College Chemistry Students` Mental

Models of Acids and Acid Strength”. Journal of Research in Science

Teaching. 48, (4), 396-413.

Tan, K.C. (2000). Development and Application of a Diagnostic Instrument to Evaluate Secondary Students` Conceptions of Qualitative Analysis. Disertasi Doktor pada Curtin University of Technology: tidak diterbitkan.

Tan, K.C. dan Treagust, D.F. (1999). “Evaluating Students’ Undersatanding of Chemical Bonding”. School Science Review. 81, (294), 75-83.

Taylor, N. dan Coll, R. K. (2002). “Pre-Service Primary Teachers’ Models of

Kinetic Theory: An Examination of Three Different Cultural Groups”. Chemistry Education: Research and Practise in Europe.3, (3), 293-315.

(41)

Citra Mutiara Annisa , 2014

Profil Model Mental Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tuysuz, C. (2009). “Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess

Students’ Understanding in Chemistry”. Scientific Research and Essay. 4, (6), 626-631.

Wang, C.Y. (2007). The Role of Mental-Modelling Ability, Content Knowledge, and Mental Models in General, Chemistry Students` Understanding about Molecular Polarity. Disertasi Doktor pada University of Missouri: tidak diterbitkan.

Whitten, et al. (2004). General Chemistry (Seventh Edition). USA: Thomson Brooks.

Wu, H.K., Krajcik, J.S., dan Soloway, E. (2001). “Promoting Understanding of Chemical Representations: Students` Use of a Visualization Tool in the

Gambar

Gambar 3.1. Alur penelitian
Tabel 3.1 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 1
Tabel 3.2 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 2
Tabel 3.2 Pertanyaan probing untuk pertanyaan umum 2 (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari 38 orang pasien BPJS rawat jalan yang tidak lengkap berkas pendaftaran yang diteliti diketahui bahwa berkas yang tidak lengkap terbanyak adalah tidak membawa

Bilangan pecahan biasa ini sebenarnya yang sering disebut sebagai bilangan pecahan itu sendiri, yaitu bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b, dengan a dan b adalah

tanaman pangan yang kita konsumsi mengandung racun dengan kadar yang jauh lebih.. rendah daripada kerabatnya yang bertipe liar ( wild

Despite the complex ity and diver sity of life the str uctur e of DNA is dependent on only 4 differ ent nucleotides. Diver sity is dependent on the nucleotide

Procalsitonin merupakan biomarker infeksi bakteri yang memilki hubungan dengan derajat keparahan PK yang dinilai dengan skor PSI sehingga PCT dapat digunakan untuk

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa setelah dikontrol oleh variabel karakteristik responden, ibu hamil yang melakukan ANC minimal empat kali memiliki peluang 2 kali lebih

[r]

Telah dilakukan penelitian tentang penentuan kadar Pb dan Fe masing-masing pada akar enceng gondok tua dan muda yang berasal dari Pantai Putri Lopian Pangururan Kabupaten