PERBANDINGAN ANTARA SISWA KELAS BILINGUAL DAN SISWA KELAS REGULER DITINJAU DARI PARTISIPASIDAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES (STUDI
DESKRIPTIF DI SMPN 1 BANDUNG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh Risca Andriani
0900263
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PERBANDINGAN ANTARA SISWA KELAS BILINGUAL DAN
SISWA KELAS REGULER DITINJAU DARI PARTISIPASIDAN
HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES
(STUDI DESKRIPTIF DI SMPN 1 BANDUNG)
Oleh
Risca Andriani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Risca Andriani 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
November 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
RISCA ANDRIANI 0900263
PERBANDINGANANTARA SISWA KELAS BILINGUAL DAN KELAS REGULER DITINJAU DARI PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR
DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES
(Studi Deskriptif di SekolahMenengah Pertama Negeri 1 Bandung) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001
Pembimbing II
Arif Wahyudi, S. Pd NIP. 197405202001121001
Mengetahui, Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
vi
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……….……….……….……. i
ABSTRAK………...….ii
KATA PENGANTAR ...………..iii
UCAPAN TERIMA KASIH………....iv
DAFTAR ISI …………...……….vi
DAFTAR TABEL ………...….ix
DAFTAR GAMBAR………...…..…...x
DAFTAR LAMPIRAN………..………...…xi
BAB I PENDAHULUAN ……….….1
A. LatarBelakangPenelitian ………..………..………..1
B. IdentifikasiMasalahPenelitian ……….……….………...4
C. RumusanMasalahPenelitian ……….……….………..4
D. TujuanPenelitian ……….……….5
E. ManfaatPenelitian ……….………...5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. KajianPustaka 1. HakikatPendidikanJasmaniOlahragadanKesehatan ………....8
a. PengertianPendidikanJasmani ………..………..………….8
b. TujuanPendidikanJasmani ………..…….………….10
c. RuangLingkupPendidikanJasmani ……….…….…....12
vii
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
2. HakikatBelajardanPembelajaran ………...……….14
a. PengertianBelajar ………..…………14
b. Ciri-ciriBelajar ………..………15 c. LandasanKonsepPembelajaran ……….………..……..17
d. Proses Pembelajaran ……….………..…………18
e. HasilBelajar Dari Pembelajaran ………...….20
3. Partisipasi a. PengertianPartisipasi………..……….……22
b. ManfaatPartisipasi………..25
c. TingkatanPartisipasi………...26
d. JenisPartisipasi………....27
e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi…….……….…..27
f. PartisipasiBelajarSiswa……….……….…..28
4. SekolahBertarafInternasional………...30
F. Proses PengembanganPenelitian……….….40
G. TeknikPengumpulan Data……….………...42
H. Analisis Data………..………45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..….46 A. HasilPenelitian………..………46
1. LembarObservasi………..………..46
viii
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
B. DiskusiTemuan………..………...53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………….……….…………55
A. Simpulan………..………..55
B. Saran ………..………56
ii
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perbandingan Antara Siswa Kelas Bilingual Dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau Dari Parisipasi Dan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Penjasorkes (Studi
Deskriptif Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandung) Drs. Mudjihartono, M. Pd
Arif Wahyudi, S. Pd ABSTRAK
Fakta di lapangan menunjukan adanya perbedaan antara siswa kelas bilingual dan siswa kelas regular dalam pembelajaran penjasorkes, terindikasi dari perbedaan partisipasi dan hasil belajar. Adanya syarat khusus untuk masuk kelas bilingual, mencerminkan siswa yang berada mempunyai kemampuan yang lebih dari siswa yang lainnya. Indikasi tersebut membuat kelas bilingual lebih unggul dari kelas regular baik dalam partisipasi maupun hasil belajar. Penelitian menggunakan metode deskirptif dengan studi perbandingan atau komparatif, penelitian dilakukan di SMPN 1 Bandung, yang menggunakan lembar observasi kepada siswa kelas bilingual (VII-5) dan siswa kelas regular (VII-12), wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini ditujukan untuk mencari gambaran tentang perbandingan partisipasi dan hasil belajar di kelas bilingual dan regular. Melalui statistik sederhana dengan rumus polled varian, didapat bahwa tidak ada perbedaan antara kelas bilingual dan kelas regular baik dalam partisipasi maupun hasil belajar dalam pembelajaran penjasorkes di SMPN 1 Bandung.
ii
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
The Comparison Between Bilingual Class Students And Regular Class Students From Participation and Study Result In Penjasorkes Study
(Descriptive Study In SMP Negeri 1 Bandung) Drs. Mudjihartono, M. Pd
Arif Wahyudi, S. Pd
ABSTRACT
Facts on the school the difference between grade bilingual students and students in the regular classroom learning physical education, indicated differences in participation and learning outcomes. The existence of special requirements to enter the bilingual class, reflecting the ability of students who are having more than other students. Indications are making bilingual class superior to regular classes in both the participation and learning outcomes. Research using methods descriptive by comparison or comparative studies, research conducted at SMPN1 Bandung, which uses observation sheets to students bilingual class (VII-5) and the students' regular classes (VII-12), interviews, and documentation studies. This study aimed to find a picture of the comparative participation and learning outcomes in bilingual classes and regular. Through a simple statistical variants polled, found that there was no difference between the bilingual classes and regular classes in both the participation and learning outcomes in learning physical education in SMPN1 Bandung.
Keywords: participation of learning, learning outcomes, bilingual classes, regular classes.
1 Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu interaksi yang mengasilkan pribadi
yang lebih baik. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan
lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas
manusia baik individu maupun kelompok, jasmani, rohani, spiritual, material maupun
kematangan berfikir, sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur
hidup. Pendidikan memiliki sarana pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang
lengkap dengan adanya pendidikan jasmani, karena gerak adalah ciri kehidupan. Maka
dari itu manusia dalam meningkatkan gerak sebagai ciri kehidupan dapat melalui
aktifitas pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan tentang dan
melalui aktivitas jasmani, dengan permainan atau olahraga yang terpilih untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
perkembangan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental-emosional-sportifitas-spritual-sosial)
serta pembinaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan kualitas psikis dan fisik yang seimbang. Oleh sebab itu pendidikan
jasmani merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam sistem
pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk meraih tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, proses pembelajaran merupakan
komponen utama dalam mencapai tujuan pendidikan, karena pembelajaran pada
hakekatnya merupakan interaksi yang bernuansa edukatif. Tujuan pendidikan bisa
2
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
baik. Tentunya perubahan tersebut bisa terjadi apabila ada partisipasi dari semua pihak,
salah satunya adalah partisipasi dari siswa.
Dalam dunia pendidikan, partisipasi akan mucul apabila seorang guru bisa
membawakan materi ajar dengan menarik. Hal ini dapat dikatakan sebagai penggugah
keinginan siswa untuk berpartisipasi lebih aktif. Namun tidak semua siswa
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dengan alasan tertentu terkadang
banyak siswa yang tidak ikut berpartisipasi dalam pembelajaran penjas.
Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sangat penting sekali karena dengan
adanya partisipasi dari siswa maka proses pembelajaran dapat berjalan dan tujuan
pembelajarannya akan tercapai sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang
sebagaimana mestinya. Begitupun dalam pembelajaran penjas, apabila siswa tidak bisa
berpartisipasi maka guru tidak bisa mengembangkan kemampuan siswa dari berbagai
aspek baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu partisipasi menjadi
hal yang paling mendasar yang harus diterapkan dan ditanamkan pada murid dalam
pembelajaran. Menurut Suryosubroto (2002, hlm. 279), menjelaskan bahwa “Partisipasi
adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapain tujuan dan ikut
tanggung jawab di dalamnya”. Dari pemaparan tersebut maka dibutuhkan keikutsertaan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Maka dapat dikatakan dalam pembelajaran, keterlibatan peserta didik merupakan
hal yang penting dan mendasar dalam segala kegiatan proses belajar mengajar.
Keterlibatan tersebut haruslah bisa membuat siswa untuk merespon maupun berkreasi
dalam segala kegiatan pembelajaran, yang akan menimbulkan suasana pembelajaran
yang kondusif dan menyenangkan.
Disamping ditinjau dari segi proses, keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari
segi hasil. Asumsi dasar adalah proses pembelajaran yang optimal memungkinkan hasil
belajar yang optimal pula. Ada korelasi antara proses pembelajaran dengan hasil yang
ingin dicapai. Pada pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah partisipasi siswa
tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar. Setiap akhir pembelajaran atau akhir
3
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidikan jasmani. Nilai ini merupakan sebuah evaluasi yang diberikan guru terhadap
siswanya dan juga sebagai evaluasi keberhasilan guru dalam memberikan
pembelajaran. Dalam pendidikan jasmani di sekolah nilai atau hasil belajar siswa yaitu
terdiri dari tiga domain, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dunia pendidikan di negara kita sudah teramat pesat perkembangannya, terutama
dalam segi pendidikan usia 6-17th, mendiknas membuat gebrakan baru yaitu
memperkenalkan sistem sekolah yang berstandar nasional (SSN), rintisan sekolah
berstandar internasional (RSBI) dan sekolah berstandar internasional. Hal ini
menyebabkan mahalnya biaya pendidikan, sehingga menimbulkan perbandingan antara
mana yang sekolah di kelas RSBI dan SSN. Sekolah berlomba-lomba untuk
meningkatkan kualitas pengajarannya dalam segi eksak dan sosial, tetapi dalam segi
pendidikan jasmani dikesampingkan, sehingga terdapat perbedaan antara efektifnya
pembelajaran di kelas RSBI dan SSN (regular).
Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) bercirikan proses
pembelajarannya dilakukan dengan penggunaan bahasa bilingual yaitu perpaduan
antara bahasa Indonesia dengan bahasa Internasional (bahasa Inggris). Kelas bilingual
merupakan kelas yang menerapkan dwibahasa sebagai pengantar pembelajaran kepada
siswa.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa di sekolah terdapat beberapa kelas
kelas yang berbeda. Salah satu perbedaan yang ada adalah adanya kelas bilingual ini
yaitu kelas yang mengharuskan siswanya menggunakan dua bahasa setiap mengikuti
proses pembelajaran. Bahasa yang diharuskan salah satunya adalah bahasa
internasiaonal yaitu bahasa inggris. Dari perbedaan ini terindikasi adanya perbedaan
kelas bilingual dan kelas reguler. Perbedaan yang terindikasi adalah hasil belajar dan
pastisipasi siswa. Indikasi ini tercerminkan dalam ada syarat-syarat khusus untuk setiap
siswa yang mau masuk kelas bilingual. Syarat khusus ini dapat dikatakan syarat yang
mencerminkan siswa mempunyai kemampuan yang lebih dari siswa yang lainnya yang
tidak masuk kelas bilingual. Dengan adanya inidikasi tersebut maka disebut-sebut kelas
4
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswanya. Itu semua terlihat dari fakta dilapangan selama peneliti mengikuti mata
kuliah PPL.
Dari fakta lapangan yang didapat maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
keadaan partisipasi siswa antarakelas bilingual dan kelas regular serta bagaimana hasil
belajar siswa yang belajar dikelas bilingual dan siswa yang belajar di kelas reguler.
Atas dasar latar belakang tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Antara Siswa Kelas Bilingual Dan Kelas Reguler Ditinjau Dari Partisipasi Belajar Dalam Hasil Belajar Pada Pembelajaran Penjasorkes (Studi Deskriptif Di SMP Negeri 1 Bandung)”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Identifikasi masalah merupakan investigasi masalah-masalah yang muncul
berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti. Siswa kelas bilingual merupakan kelas
yang menerapkan dwibahasa sebagai pengantar pembelajaran kepada siswa, dan kelas
ini termasuk kelas unggulan, karena tujuannya diadakan kelas bilingual ini merupakan
salah satu misi sekolah untuk menjadikan Sekolah Berstandar Internasional (SBI).
Sedangkan kelas regular yaitu kelas umum yang mengikuti sistem pembelajaran pada
umumnya di sekolah. Dari hal ini terindikasi adanya perbedaan kelas bilingual dan
kelas reguler. Perbedaan yang terindikasi adalah hasil belajar dan pastisipasi siswa.
Indikasi ini tercerminkan dalam ada syarat-syarat khusus untuk setiap siswa yang mau
masuk kelas bilingual. Syarat khusus ini dapat dikatakan syarat yang mencerminkan
siswa mempunyai kemampuan yang lebih dari siswa yang lainnya yang tidak masuk
kelas bilingual. Dengan adanya indikasi tersebut maka disebut-sebut kelas bilingual
adalah kelas yang unggul, baik dalam partisipasi belajar bahkan hasil belajar siswanya.
Hal ini menimbulkan perbandingan antara partisipasi dan hasil belajar siswa kelas
5
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka perumusan masalah yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perbandingan partisipasi belajar siswa kelas bilingual dan
regular dalam pembelajaran Penjasorkes di SMPN 1 Bandung?
2. Bagaimanakah perbandingan hasil belajar siswa kelas bilingual dan regular
dalam pembelajaran Penjasorkes di SMPN 1 Bandung?
3. Adakah perbedaan antara siswa kelas bilingual dan regular ditinjau dari
aspek partisipasi dan hasil belajar dalam pembelajaran Penjasorkes di SMPN
1 Bandung?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran dan informasi tentang perbandingan antara siswa kelas bilingual
dan kelas reguler yang ditinjau dari partisipasi dan hasil belajar pada pembelajaran
penjasorkes di SMPN 1 Bandung.
Secara lebih khusus tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbandingan partisipasi siswa kelas bilingual dan regular dalam
pembelajaran Penjasorkes di SMPN 1 Bandung.
2. Mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas bilingual dan regular dalam
pembelajaran Penjasorkes di SMPN 1 Bandung.
3. Mengetahui perbedaan siswa kelas bilingual dan regular ditinjau dari aspek
partisipasi dan hasil belajar dalam pembelajaran Penjasorkes di SMPN 1
Bandung.
E. Manfaat Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian, diharapkan apa yang telah diteliti
6
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengembangan disiplin ilmu yang berkaitan lebih lanjut dan bermanfaat praktis berguna
untuk memecahkan masalah aktual.
Penelitian yang berjudul Perbandingan Antara Siswa Kelas Bilingual Dan Kelas
Reguler Ditinjau Dari Partisipasi Dan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Penjasorkes
Studi Deskriptif Di SMP Negeri 1 Bandung ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Secara teoritis:
a. Dapat memberikan wawasan keilmuan yang berarti bagi dunia
pendidikan terutama pengembangan pendidikan jasmani khususnya
dalam pelaksanaan pembelajaran partisipasi dan hasil belajar siswa di
kelas bilingual dan kelas reguler.
b. Informasi dan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dalam kaitannya dengan kurikulum
dan proses belajar mengajar.
c. Bahan masukan bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
dalam upaya memodifikasi proses belajar pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan di sekolah atau menciptakan proses belajar mengajar
terhadap partisipasi dan hasil belajar siswa, khususnya dalam kelas
bilingual dan kelas reguler.
d. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan dalam pengembangan
Program Pengajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di
Sekolah Menengah Pertama.
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Dapat dijadikan bahan informasi kepada sekolah sehingga dapat
kebijakan-7
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebijakan terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan terutama di sekolah yang bersangkutan.
b. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti atau mahasiswa dalam
menyusun rencana penelitian yang berkaitan dengan partisipasi dan
hasil belajar siswa dalam pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan.
c. Sebagai rambu-rambu dan panutan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
d. Dapat dijadikan acuan bagi para pembina dan guru pendidikan jasmani
dalam memberdayakan potensi dan keterampilan siswa melalui
modifikasi alat bantu pembelajaran maupun sarana dan prasarana
pembelajaran.
e. Menjadi masukan kepada guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran seperti
penentuan motode pembelajaran, penilaian pembelajaran,
penanggulangan masalah dalam pembelajaran serta menciptakan iklim
35 Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tentang perbandingan antara siswa kelas bilingual dan kelas
reguler ditinjau dari partisipasi dan hasil belajar dalam pembelajaran penjasorkes
adalah di SMP Negeri 1 Bandung yang terletak di Jalan Kesatriaan No. 12 Tlp.
022-6011429 Kota Bandung 40172. Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Bandung.
2. Polulasi Penelitian
Populasi menurut Sudjana (2005, hlm. 5), merupakan “Totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifatnya”. Selain itu, Arikunto (2002, hlm. 108) menjelaskan “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Maka oleh karena itu, peneliti menyimpulkan
bahwa populasi merupakan suatu keseluruhan objek penelitian, baik benda hidup,
manusia, benda mati, atau berupa gejala maupun peristiwa-peristiwa yang dijadikan
sebagai sumber data yang memiliki berbagai karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang
mengikuti mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2013/ 2014.
3. Sampel Penelitian
Sampel menurut Sugiyono (2011, hlm. 81) bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh polulasi tersebut”.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang
36
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
random sampling. Simple random sampling merupakan bagian dari probability
sampling, yang artinya teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara
ini dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis mengambil sample kelas VII-5
sebagai kelas bilingual dan kelas VII-12 (kelas regular).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rancangan mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti antara lain:
1) Persiapan, yang meliputi:
a. Mempersiapkan berbagai macam keperluan perizinan tentang pelaksanaan
penelitian dan informasi dari berbagai pihak.
b. Observasi lapangan awal, dengan menghubungi lembaga yang
bersangkutan dengan penelitian yaitu SMP Negeri 1 Bandung untuk
memperoleh izin sebelum melakukan penelitian.
2) Menentukan Sampel
Sampel dari penelitian ini merupakan siswa kelas VII-5 bilingual dan siswa
kelas VII-12 reguler.
3) Menentukan Instrumen Penelitian
a. Menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi kegiatan
pembelajaran di kelas bilingual dan kelas reguler.
b. Memberikan wawancara kepada guru penjas yang mengajar kelas
bilingual dan kelas reguler.
4) Melakukan pengumpulan data dari setiap instrumen yang sudah digunakan.
5) Menganalisis data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik analisis
37
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Menyimpulkan data dari setiap teknik analisis data.
Gambar 3.1
Desain Penelitian
C. Metode penelitian
Berdasar pada tujuan penelitian, yaitu bertujuan untuk mengetahui perbandingan
antara kelas bilingual dan kelas regular yang ditinjau dari partisipasi dan hasil belajar
pada pembelajaran penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandung,
maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif.
Menurut Suharsimi (2010, hlm. 3), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”.
Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa,
karena itu sering disebut metode analitik. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian
yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah
kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Metode ini digunakan dengan suatu cara
mengadakan penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang cukup banyak
dalam suatu jangka waktu tertentu, maka hasil dari penelitian ini, peneliti harus
Persiapan
Menentukan Sampel
Menentukan Instrumen
Pengumpulan Data
Analisis Data
38
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendapatkan gambaran yang utuh dan terperinci mengenai perbandingan siswa kelas
bilingual dan siswa kelas regular yang ditinjau dari partisipasi dan hasil belajar dalam
pembelajaran penjasorkes.
Kemudian karena penelitian ini menitikberatkan pada perbandingan atau
perbedaan dari partisipasi dan hasil belajar antara kelas bilingual dan kelas reguler,
maka peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan penelitian studi
perbadingan atau biasa disebut dengan studi komparatif. Penelitian dengan
menggunakan studi perbandingan atau komparatif ini dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan berbagai fenomena untuk mencari faktor apa, atau situasi
bagaimana sehingga menyebabkan suatu peristiwa tertentu.
Dengan pemaparan yang telah dijelaskan, maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian deskriptif komparatif, yaitu dengan cara membandingkan
antara kelas bilingual dan kelas regular yang ditinjau dari partisipasi dan hasil belajar
dalam pembelajaran penjasorkes di SMP Nergeri 1 Bandung.
D. Definisi Operasional
Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989, hlm. 179) menerangkan bahwa “Definisi
operasional menjelaskan pengukuran variabel yang ada dalam permasalahan, sehingga
jelas hasil pengukuran yang diharapkan dari penelitian serta jenis data yang harus
diperoleh di lapangan”.
Pengukuran yang ada di dalam penelitian:
1. Disiplin
Untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa diperlukan indikator-indikator
mengenai disiplin belajar. Menurut A. S Moenir (2010, hlm. 96)
indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa
berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan, yaitu:
39
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah
tepat waktu, mulai dari selesai belajar di rumah dan di sekolah tepat
waktu
2) Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran
3) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan
b. Disiplin Perbuatan, meliputi:
1) Patuh dantidak menentang peraturan yang berlaku
2) Tidak malas belajar
3) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya
4) Tidak suka berbohong
5) Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak mencontek, tidak
membuat keributan, dan tidak mengganggu orang lain yang sedang
belajar.
2. Aktivitas Pembelajaran
Hamalik, (2005, hlm. 175) menjelaskan bahwa nilai aktivitas dalam
pembelajaran, yaitu:
a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b. Beraktivitas sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
c. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
d. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat, dan hubungan orang
tua dengan guru.
g. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga mengembangkan
pemahaman berfikir kritis serta menghindari verbalitas.
h. Pembelajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan masyarakat.
40
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kehadiran siswa di sekolah adalah kehadiran dan keikutsertaan siswa secara
fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah.
Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik siswa
terhadap kegiatan-kegiatan sekolah. Jika siswa tidak ada di sekolah,
seyogyanya dapat memberikan keterangan yang sah serta diketahui oleh orang
tua atau walinya (Akhmad Sudrajat, 2010).
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 307), menjelaskan bahwa “Dalam penelitian
kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus
penelitian menjadi jelas, maka akan dikembangkan instrument penelitian sederhana
yang dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan
melalui observasi dan wawancara”. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka peneliti menggunakan
pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen. Berikut kisi-kisi untuk menyusun
instrumen:
Instrumen penelitian obervasi
Tabel 3.1
Kisi-kisi Observasi Partisipasi Belajar, Saputra (1986, hlm. 16)
No Indikator Sub Indikator
1 Kehadiran - Melaksanakan kegiatan pembelajaran
- Ikut serta dalam pembelajaran
2 Aktivitas Pembelajaran - Kesungguhan
- Aktif
41
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
- Semangat
- Keriangan
3 Disiplin - Mematuhi peraturan
- Hadir tepat waktu
- Berpakaian olahraga
Instrumen penelitian wawancara
Kisi-kisi Wawancara Partisipasi Belajar Siswa
Tabel 3.2
Variabel Sub Variabel Indikator
Partisipasi Kehadiran - melaksanakan kegiatan
pembelajaran
- ikut serta dalam pembelajaran
Aktivitas - kesungguhan
- aktif
- mengikuti contoh
- melaksanakan bentuk kegiatan
- semangat
- keriangan
- bermotivasi
Disiplin - mematuhi peraturan
- hadir tepat waktu
- berpakaian olahraga
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
42
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Observasi
Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data
yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan ruang, tempat, pelaku kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan,
dan perasaan (Ghoni&Almanshur, 2012, hlm. 165).
Peneliti menggunakan observasi partisipasif, hal ini bertujuan agar
memperoleh data yang lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono, 2011, hlm. 310). Dalam hal
ini, peneliti hanya mengamati guru yang mengajar di kelas bilingual dan guru
yang mengajar di kelas regular tanpa memberikan perilaku khusus kepada sumber
data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan statistik sederhana. Uji hipotesis
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara pretest dan
posttest akibat pemberian perlakuan atau untuk mengetahui apakah hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Uji hipotesis ini menggunakan
t-test. Uji t-test dilakukan untuk dapat mengambil kesimpulan dalam penerimaan
hipotesis penelitian, untuk pengujian tersebut dipergunakan rumus t-test dan
menggunakan taraf signifikan 0,05 % karena penelitiannya termasuk pendidikan
sosial. Rumus t-test dan langkah-langkah uji hipotesisnya sebagai berikut :
1) Ketentuan pemilihan rumus t-test menurut Sugiyono (2010, hlm.
272-273), sebagai berikut :
a) Bila jumlah anggota sampel �1 = �2 dan varians homogen (�12 = �22),
maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated, maupun pool
varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = �1+ �2 – 2.
b) Bila �1 ≠ �2, varians homogen (�12 = �22), dapat digunakan rumus t-test
pooled varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan (dk) = �1+ �2 – 2.
43
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harga t-tabel digunakan dk = �1 – 1 atau dk = �2 – 1 . Jadi dk bukan
�1+ �2– 2.
d) Bila �1 ≠ �2, varians tidak homogen (�12 ≠ �22). Untuk ini digunakan t-test dengan separated. Harga t sebagai penggati t-tabel dihitung dari
selisih harga t-tabel dengan dk (�1 – 1) dan dk (�2 – 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.
2) Rumus t-test :
a) Separated varians
t = � 1−� 2
�21
�1 +
�22
�2
b) Polled varians
t = � 1−� 2
�1− 1 �12 + �2− 1 �22
�1 + �2– 2 ( 1
�1+ 1
�2)
Ket :
t = nilai yang dicari (thitung )
�1 = rata-rata kelompok A
�2 = rata-rata kelompok B
�1 = jumlah sampel kelompok A
44
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
�12 = variansi kelompok A
�22 = variansi kelompok B
3) Menentukan batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis:
Dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 )
Untuk α = 0,05 dan dk ( n1 + n2 – 2 ) = 24, maka diperoleh nilai t sebesar 1,71.
4) Kriteria pengujian hipotesis
Hipotesis yang diajukan diterima jika t-hitung < t-tabel.
b. Wawancara
Instrumen wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.
Wawancara yang dilakukan peneliti merupakan wawancara semiterstruktur
(Semistructure Interview). Jenis wawancara ini ternmasuk dalam kategori in-depthinterview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Tujuan penulis menggunakan wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
c. Studi Dokementasi
Studi dokumentasi merupakan metode pendukung dalam menghasilkan
data-data dari sumber baik itu foto-foto dan catatan yang berhubungan. Data yang
harus diperoleh yakni me-recheck pendukung proses belajar mengajar pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatandi sekolah, misalnya me-recheck sarana dan
45
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menentukan jawaban akan sebuah pertanyaan yang
diajukan dalam sebuah penelitian. Proses ini merupakan pengolahan dari teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Analisis Data Sebelum di Lapangan
Sebelum melaksanakan penelitian, penulis menganalisis terlebih dahulu gejala
yang terjadi di SMPN 1 Bandung, khususnya ketika pembelajaran Penjasorkes
berlangsung. Hal ini dapat dikatakan sebagai observasi awal sebelum
menentukan masalah apa yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.
2. Analisis Data di Lapangan Model Miles dan Huberman
Analisis data model ini mebagi langkah analisis ke dalam tiga langkah yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing/ veripication. a. Data Reduction (Reduksi Data)
Langkah ini dilakukan ketika diperoleh dari lapangan yang cukup banyak.
Berdasarkan hasil analisis awal serta pengalaman penulis ketika
melaksanakan Praktik Profesi Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, penulis
mendapatkan data kelas bilingual lebih unggul dari kelas regular baik dari
segi kognitif, afektif, dan psikomotor, maka ini menimbulkan penulis
untuk mengetahui perbandingan partisipasi dan hasil belajar pada kelas
bilingual dan kelas regular dalam pembelajaran penjasorkes.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah terdapat data yang spesifik, kemudian data tersebut diolah kembali
untuk disajikan. Langkah ini untuk lebih memperdalam hal-hal yang
terdapat di dalam faktor adanya perbedaan partisipasi dan hasil belajar
antara siswa kelas bilingual dan kelas regular dalam pembelajaran
penjasorkes.
46
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Langkah terakhir ini adalah menyimpulkan gejala yang terdapat dalam
penelitian terhadap perbandingan kelas bilingual dan kelas regular yang
ditinjau dari partisipasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
55
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan data dan analisis data, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbandingan antara kelas bilingual dan reguler yang
terdapat di SMPN 1 Kota Bandung.
Yang mendasari pengambilan kesimpulan ini adalah diperolehnya
temuan-temuan penelitian yang dianggap menjadi dasar dan jawaban atas pertanyaan
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Partisipasi Belajar
Dari lembar observasi dan wawancara yang telah dilakukan, partisipasi
belajar siswa yang terdapat pada kelas bilingual dan siswa dalam kelas
regular terlihat tidak menunjukan perbedaan yang signifikan bahkan
dapat dikatakan hampir sama.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar disini diambil dari niali hasil ujian akhir semester. Nilai
ujian ini ada semua akumulasi dari berbagai aspek lengkap penilaian.
Maka dari data yang terkumpul dapat terlihat hasil belajar siswa kelas
bilingual dan kelas regular tidak menunjukan perbedaan yang signifikan.
3. Partisipasi belajar dan hasil belajar siswa
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukan bahwa siswa
yang belajar di kelas bilingual dan kelas regular menunjukan partisipasi
dan hasil belajar yang sama. Hal ini diperkuat oleh lembar observasi dan
wawancara dengan guru yang langsung mengajar di kelas bilingual
56
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian yang penulis laksanakan, maka penulis ingin
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi pihak sekolah khususnya para guru penjasorkes, apabila ingin anak
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, maka sebaiknya guru lebih
aktif, inovatif, dan kreatif dalam menggunakan strategi pembelajaran
agar siswa tidak jenuh dengan materi yang disampaikan. Selain itu juga
untuk mendapatkan hasil belajar penjas yang baik, maka harus
ditingkatkan lagi proses pembelajarannya.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian
dengan cakupan yang lebih luas lagi dengan memperbaiki instrumen
peneliti yang lebih akurat mengenai partisipasi dan hasil belajar karena
penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini oleh
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, B. (2008). Manajemen Pendidikan Jasmani Olahraga. Bandung : FPOK
Chin, NgBee, and Wigglesworth, G. (2007). Bilingualism: an Advanced resource book.
Abigdon: Routledge.
C.A Bucher. 1960. PendidikanJasmani.Jakarta : Raya Grafindo.
Darsono. 2000. BelajardanPembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Dharma, S. (2007). Sekolah Bertaraf Internasional : Quo Vadiz? Http://www.ask.com.
Accessed: 19 June 2009
Hayati, Nor. 2001. AnalisisFaktor-faktor yang
MenyebabkanKurangnyaPartisipasiMahasiswa Malaysia dalamKegiatanKokurikulerdanEkstrakurikuler di UniversitasNegeri Semarang.Skripsi. Semarang: UNNES
http://gudangartikelpendidikan.blogspot.com/2011/10/tinjauan-tentang-hasil-belajar.html
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html http://orteach.blogspot.com/2011/02/proses-pembelajaran-penjaskes-melalui.html http://wildanyuslih.blogspot.com/2013/04/pendekatan-pembelajaran-penjas.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/
http://www.academia.edu/3981066/Makalah_BELAJAR_DAN_PRINSIP_BELAJARBA B_I_PENDAHULUAN_A._LATAR_BELAKANG
http://viaseven-viaseven.blogspot.com/p/ciri-ciri-belajar-mengajar.html http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi
Risca Andriani, 2014
Perbandingan Siswa Kelas Bilingval dan Siswa Kelas Reguler Ditinjau dari Partisipasi dan Hasil Belajr dalam Pembelajaran Penjaskes
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lee, C. (2008). Interdisciplinary collaboration in English language teaching: Some
observations from subject teachers’ reflections. Reflections on English Language
Teaching, vol 7, (2), 129-138.)
Mulyasa. 2002. ManajemenBerbasisSekolah. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Moh.Surya.(1997). PsikologiPembelajarandanPengajaran. Bandung PPB – IKIP
Bandung
Sastropoetro, S. 1989. Partisipasi, Komunikasi, PersuasidanDisiplindalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung
Sofa (2009). Konsep Sekolah Bertaraf Internasional. Http://massofa.wordpress.com.
Accessed: 20 June 2009
Sudjana, Nana. 2010. PenilaianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung: RemajaRosdakarya
Sugandi, Achmad, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang:IKIP PRESS.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kuantitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryosubroto, B. 2009.Proses BelajarMengajar di Sekolah. Jakarta: RinekaCipta
Upi. (2013). PedomanPenulisanKaryaIlmiahUniversitasPendidikan Indonesia 2013.
Bandung: universitasPendidikanIndonesia.
Winardi. 2002. MotivasidanPemotivasiandalamManajeman. Jakarta: PT. GrafindoPersada
Yudiningsih, Titis. (2012).