• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PhET-SS DALAM MEMBANGUN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SERTA KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN PhET-SS DALAM MEMBANGUN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SERTA KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PhET-SS DALAM MEMBANGUN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SERTA KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA SMA KELAS XI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

Wini Rizky Gustiani 1005350

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Oleh

Wini Rizky Gustiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Wini Rizky Gustiani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang. Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak

ulang, di foto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis

(3)

PERANAN PhET-SS DALAM MEMBANGUN KONSEP KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SERTA KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA SMA KELAS XI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Ijang Rohman, M.Si. NIP. 196310291987031001

Pembimbing II,

Drs. Rachmat Setiadi, M.Sc. NIP. 196004111984031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

(4)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai peranan PhET-SS dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan serta keterampilan proses sains siswa kelas XI di salah satu SMA Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalen control group design. Subjek penelitian adalah 40 orang siswa kelas XI IPA 3 dan 34 orang siswa kelas XI IPA 4. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes tertulis (baseline penelitian), LKS, angket, dan lembar observasi. Data hasil penelitian diuji menggunakan uji t dua sampel independen, Mann-Whitney U dan uji Anova satu jalur menggunakan software SPSS Statistics versi 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa. (1) PhET-SS berperan dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan pada tiga konsep (kelarutan, Q, dan Ksp, (2) PhET-SS sangat berperan dalam membangun konsep secara signifikan pada siswa kelompok rendah, (3) PhET-SS dapat membangun keterampilan proses sains siswa pada indikator mengajukan pertanyaan, meramalkan, mengamati, mengkomunikasikan hasil penelitian dan menafsirkan hasil pengamatan, (4) Keterampilan proses sains untuk ketiga kelompok siswa pada percobaan pelarutan garam dapur dan pelarutan garam sukar larut pada indikator mengajukan pertanyaan berada pada kriteria sangat baik (100,00% dan 90,00%); pada indikator meramalkan percobaan berada pada kriteria sangat baik (85,00% dan 87,50%); pada indikator mengamati berada pada kriteria baik (69,17% dan 65,83%); pada indikator mengkomunikasikan hasil penelitian berada pada kriteria baik (71,00% dan 69,63%); pada indikator keterampilan menafsirkan pengamatan sub indikator menghubungkan hasil pengamatan berada pada kriteria baik (65,50%) dan cukup (44,02%); pada indikator menafsirkan pengamatan sub indikator menarik kesimpulan definisi kelarutan berada pada kriteria cukup (59,64%) sedangkan pada quotient reaksi (Q) dan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp), berada pada kriteria sangat kurang (13,44%).

Kata Kunci: PhET-SS, Membangun Konsep, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, Keterampilan Proses Sains (KPS).

ABSTRACT

(5)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

independent samples t test, Mann-Whitney U and one-way ANOVA test using SPSS software version 17.0 Statistics. The results showed that. (1) PhET-SS have a role in developing the concept of solubility and solubility product on the three concepts (solubility, Q, and Ksp, (2) PhET-SS significantly had a role in

constructing the concept of low group student, (3) PhET-SS can build students' science process skills on indicators asking questions, predicting, observing, communicating the results of research and interpret the observations, (4) science process skills for all students group on salt dissolution and insoluble salt dissolution experiment on indicator asking questions is classified as a very good criterion (100,00% and 90,00%); on indicator predicting the experiment is classified as a very good criterion (85,00% and 87,50%); on indicator observe is classified as a very good criterion (69,17% and 65,83%); on indicator communicate the results of the experiment is classified as a very good criterion (71,00% and 69,63%); on indicator interpreting observational skills sub-indicators linking the observation are classified as a very good criterion (65,50%) and sufficient (44,02%); on indicator interpret observation sub-indicator draw conclusion on the definition of solubility is classified as a sufficient criterion (59,64%) while the reaction quotient (Q) and the solubility product constant (Ksp)

is classified as a very less criterion (13.44%).

(6)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A. Kajian Pustaka 1. Virtual Lab PhET Salts & Solubility (PhET-SS) ... 11

2. Membangun Konsep Melalui PhET-SS ... 16

3. Membangun Keterampilan Proses Sains Melalui PhET-SS ... 28

4. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 35

B. Kerangka Pemikiran ... 39

C. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42

(7)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

C. Metode Penelitian... 43

D. Definisi Operasional... 44

E. Prosedur Penelitian... 44

F. Instrumen Penelitian... 47

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Analisis Konsep yang Dapat Dibangun dengan PhET Salts & Solubility (PhET-SS) ... 58

B. Analisis Keterampilan Proses Sains yang Dapat Dibangun dengan PhET Salts & Solubility (PhET-SS) ... 59

C. Rancangan Strategi Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 60

D. Optimasi Simulasi Virtual Lab PhET-SS ... 62

E. Optimasi Praktikum Real Lab ... 62

F. Installasi PhET-SS untuk Pembelajaran dengan Virtual Lab Kelas Eksperimen... 64

G. Preparasi Zat untuk Pembelajaran dengan Real Lab Kelas Kontrol ... 64

H. Data Penelitian Membangun Konsep dengan PhET-SS ... 65

I. Data Penelitian Membangun Keterampilan Proses Sains dengan PhET-SS ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(8)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kekhawatiran Melakukan Real Laboratorium serta Solusi yang

Ditawarkan oleh Vitrual Laboratorium ... 13 Tabel 3.1 Desain Penelitian... 43 Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ... 51 Tabel 4.1 Indikator dan Sub Indikator KPS yang Dapat Dibangun Melalui

PhET-SS ... 60 Tabel 4.2 Hasil Optimasi Garam Sukar Larut pada Panel Slightly Soluble Salts . 62 Tabel 4.3 Harga Ksp Garam Pada Suhu 25oC ... 63

Tabel 4.4 Persentase Jumlah Siswa dengan Jawaban Serupa pada Tes

(9)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tampilan Awal PhET Simulations ... 15

Gambar 2.2 Tampilan Awal PhET Salts & Solubility (PhET-SS) ... 15

Gambar 2.3 Tampilan Panel Table Salts ... 20

Gambar 2.4 Tampilan Panel Table Salts pada Proses Pelarutan Garam NaCl ... 21

Gambar 2.5 Grafik Percobaan Pelarutan Garam Dapur Menggunakan PhET-SS 22 Gambar 2.6 Tampilan Panel Slightly Soluble Salts ... 23

Gambar 2.7 Grafik Percobaan Pelarutan Garam AgBr Menggunakan PhET-SS . 24 Gambar 2.8 Grafik Percobaan Pelarutan (a) Garam Tl2S, (b) Garam Ag3AsO4, (c) Garam CuI, (d) Garam HgBr2 dan(e) Garam Sr3(PO4)2 ... 25

Gambar 2.9 Tampilan Panel Design a Salt ... 27

Gambar 2.10 Proses Pelarutan BaSO4 ... 38

Gambar 2.11 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 40

Gambar 3.1 Alur Penelitian... 46

Gambar 4.1 Contoh Jawaban Siswa (a) Kelompok Tinggi, (b) Kelompok Sedang dan (c) Kelompok Rendah dalam Membangun Konsep Kelarutan Garam Dapur ... .. 73

Gambar 4.2 Contoh Jawaban Siswa (a) Kelompok Tinggi, (b) Kelompok Sedang dan (c) Kelompok Rendah dalam Membangun Konsep Quotient Reaksi (Q)... .. 74

(10)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

Gambar 4.4 Kemampuan Membangun Konsep Masing-masing Kelompok Siswa.76 Gambar 4.5 Sub Indikator KPS Masing-masing Kelompok Siswa pada

Kriteria Membangun Konsep Kelarutan (LKS I)... 81

Gambar 4.6 Sub Indikator KPS Masing-masing Kelompok Siswa pada Kriteria Membangun Konsep Q dan Ksp (LKS II) ... 82

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Lampiran A.1 Hasil Analisis Konsep yang Dapat di Bangun Melalui PhET-SS . 95 Lampiran A.2 Tabel Analisis KPS dan Strategi Pembelajaran untuk Membangun KPS (Kelas Eksperimen) ... 96

Lampiran A.3 Tabel Analisis KPS dan Strategi Pembelajaran untuk Membangun KPS (Kelas Kontrol) ... 106

Lampiran B Lampiran B.1 RPP Pembelajaran (Kelas Eksperimen) ... 111

Lampiran B.2 RPP Pembelajaran (Kelas Kontrol) ... 124

Lampiran B.3 Instrumen Tes Tertulis (Kelas Eksperimen) ... 136

Lampiran B.4 Instrumen Tes Tertulis (Kelas Kontrol) ... 138

Lampiran B.5 Sampel Instrumen LKS I (Kelas Eksperimen) ... 140

Lampiran B.6 Sampel Instrumen LKS I (Kelas Kontrol) ... 146

Lampiran B.7 Sampel Instrumen LKS II (Kelas Eksperimen) ... 152

Lampiran B.8 Sampel Instrumen LKS II (Kelas Kontrol) ... 160

Lampiran B.9 Instrumen Angket (Kelas Eksperimen) ... 168

Lampiran B.10 Instrumen Angket (Kelas Kontrol) ... 169

Lampiran B.11 Instrumen Lembar Observasi (Kelas Eksperimen) ... 170

(11)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

Lampiran B.13 Rubrik Penilaian Membangun Konsep (Kelas Eksperimen) ... 176

Lampiran B.14 Rubrik Penilaian Membangun Konsep (Kelas Kontrol) ... 178

Lampiran B.15 Rubrik Penilaian KPS (Kelas Eksperimen) ... 181

Lampiran B.16 Rubrik Penilaian KPS (Kelas Kontrol) ... 202

Lampiran C Lampiran C.1 Hasil Optimasi Simulasi Virtual Lab PhET-SS ... 221

Lampiran C.2 Jurnal Hasil Optimasi Praktikum Real Lab ... 231

Lampiran C.3 Analisis Pengetahuan Awal Siswa pada Kriteria Membangun Konsep ... 248

Lampiran C.4 Data Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Nilai UTS ... 250

Lampiran C.5 Hasil Pengolahan Data pada Kriteria Membangun Konsep ... 252

Lampiran C.6 Hasil Analisis Data Statistik Membangun Konsep ... 256

Lampiran C.7 Hasil Pengolahan Data Pada Kriteria KPS (Kelas Eksperimen) ... 259

Lampiran C.8 Hasil Pengolahan Data Pada Kriteria KPS (Kelas Kontrol) ... 266

Lampiran C.9 Hasil Analisis Data Statistik KPS ... 271

Lampiran C.10 Rekapitulasi Angket Siswa (Kelas Eksperimen) ... 273

Lampiran C.11 Rekapitulasi Angket Siswa (Kelas Kontrol) ... 275

Lampiran C.12 Waktu Percobaan Siswa Menggunakan Simulasi PhET-SS ... 277

Lampiran C.13 Waktu Percobaan Siswa Melakukan Praktikum Nyata ... 279

Lampiran C.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa (Kelas Eksperimen) ... 281

Lampiran C.15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa (Kelas Kontrol) ... 282

Lampiran D Lampiran D.1 KPS dan Sub KPS Menurut Dahar ... 283

Lampiran D.2 Surat Izin Penelitian ... 284

Lampiran D.3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 285

(12)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii

(13)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu kimia yang dipelajari siswa SMA/MA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (BSNP, 2006).

(14)

2

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menumbuh-kembangkan keterampilan fisik dan mental, serta sebagai wahana untuk menyatukan pengembangan konsep siswa dengan pengembangan sikap dan nilai yang penting sebagai bekal terhadap tantangan di era globalisasi (Semiawan dkk,1985). Oleh karena itu, keterampilan proses sains sangat penting untuk di latih atau dikembangkan dalam proses pembelajaran, karena dengan memiliki keterampilan proses sains, siswa akan lebih memahami apa yang dipelajarinya. Siswa tidak hanya sekedar memperoleh pengetahuan akan tetapi belajar menemukan pengetahuan itu sendiri.

Keterampilan proses sains siswa dapat dibangun salah satunya adalah dengan metode praktikum. Melalui kegiatan praktikum, siswa tidak hanya memperoleh informasi berupa sejumlah fakta-fakta atau konsep ilmiah tertentu, tetapi juga belajar menemukan konsep-konsep tersebut dengan menggunakan berbagai aspek keterampilan proses sains, seperti merumuskan masalah, meramalkan, merencanakan percobaan, mengamati (mengobservasi), menggunakan alat dan bahan, menafsirkan data (interpretasi), menerapkan konsep (aplikasi) dan mengkomunikasikan. Namun, berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada beberapa SMA di Kota Bandung, pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum jarang sekali dilakukan. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala dalam keterlaksanaan metode praktikum di sekolah.

(15)

3

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Faktor kedua adalah masalah persiapan pelaksanaan kegiatan praktikum. Salah satu guru kimia kelas XI berpendapat bahwa praktikum kimia biasanya jarang dilakukan karena diperlukan persiapan yang harus direncanakan dengan baik seperti preparasi alat dan bahan, optimalisasi prosedur praktikum, penyusunan strategi pembelajaran, persiapan penilaian aspek kognitif, afektif serta psikomotor siswa pada saat melaksanakan kegiatan praktikum dll.

Faktor ketiga adalah ketersediaan alat dan bahan di sekolah yang belum memadai. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa tidak tersedianya alat seperti neraca yang akurat untuk menimbang massa zat, pipet volume dan labu ukur menyebabkan para guru sulit melakukan preparasi bahan. Hal ini juga dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan Tuysuz (2010). Ketiadaan laboratorium kimia di sekolah atau instrumen yang tidak mencukupi (karena keterbatasa biaya yang ada) di laboratorium, merupakan kendala sekolah dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Sehingga dalam hal ini, guru mengalami kesulitan atau malas menggunakan metode praktikum untuk melaksanakan proses pembelajaran kimia di sekolah.

Oleh sebab itu, berdasarkan keterbatasan yang ada, perlu adanya suatu alternatif yang dapat mempermudah keterlaksanaan kegiatan praktikum kimia, salah satunya adalah dengan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Terdapat banyak keunggulan dalam pembelajaran berbasis TIK seperti penggunaan waktu yang lebih efektif, bahan materi pelajaran yang lebih mudah diakses, menarik dan biaya yang murah. Pembelajaran berbasis TIK ini yang pada dasarnya menggunakan media komputer, memungkinkan guru dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik tanpa perlu tatap muka, sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri (Alessi, et al dalam Sutrisno, 2011).

(16)

4

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti virtual lab dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran karena pengajaran tradisional tidak cukup menarik minat siswa dan dianggap membosankan. Penyataan ini di dukung oleh Tatli & Ayas (2013) yang menyebutkan bahwa virtual lab memiliki kelebihan dari segi kepraktisan sehingga efektif untuk menghemat waktu dan memiliki keselamatan praktikan yang tinggi bila dibandingkan praktikum menggunakan laboratorium nyata (real lab).

Virtual lab telah banyak dikembangkan salah satunya adalah simulasi Physics Education Technology (PhET). PhET merupakan suatu software simulasi yang dibuat dan dikembangkan oleh University of Colorado di Boulder. Saat ini, lebih dari 80 simulasi PhET telah dikembangkan. Pada awalnya, PhET dibuat untuk proses belajar mengajar fisika, namun dalam perkembangannya PhET dapat digunakan untuk pengajaran Kimia, Biologi, Ilmu Bumi, Matematika dan ilmu lainnya (Adams dalam Rakhmat, 2014).

Terdapat beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh simulasi PhET, yaitu dapat di akses di unduh secara bebas dan tanpa berbayar (freeware) pada situs http://PhET.colorado.edu., serta dapat digunakan tanpa terkoneksi dengan internet (offline). Selain itu, baru-baru ini PhET telah diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia.

Mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dari materi yang diberikan pada jenjang SMA/MA, diantaranya terdapat materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang ditemukan pada kelas XI semester 2. Berdasarkan Standar Isi Kurikulum KTSP, materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk kedalam Kompetensi Dasar 4.6. yaitu “Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan”. Keterampilan memprediksi merupakan sub indikator keterampilan proses sains yang dapat di bangun atau dikembangkan melalui kegiatan praktikum.

(17)

5

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian pra-eksperimen yang dilakukan, Muflika (2011) menemukan bahwa PhET-SS berperan dalam membangun konsep dan keterampilan proses sains siswa.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya penelitian mengenai peranan PhET-SS sebagai alternatif pengganti metode praktikum konvensional untuk membangun konsep dan keterampilan proses sains siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Diharapkan dengan menggunakan simulasi virtual lab PhET, kemungkinan keterbatasan proses pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum dapat diatasi.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

(18)

6

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan uraian identifikasi masalah, dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana peranan PhET-SS dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan serta keterampilan proses sains siswa?”

Permasalahan yang umum di atas, dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana peranan virtual lab PhET-SS dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan?

2. Sejauh mana peranan virtual lab PhET-SS dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan?

3. Bagaimana peranan virtual lab PhET-SS dalam membangun keterampilan proses sains siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan?

4. Keterampilan proses sains apa saja yang dapat di bangun melalui pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka permasalahan penelitian dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitan yang dilakukan merupakan studi kasus terhadap siswa kelas XI di salah satu SMA Kota Bandung. Adapun siswa kelas XI yang menjadi objek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 3 dan siswa kelas XI IPA 4 sebagai kelompok pembanding.

2. Konsep yang dibangun melalui proses pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam penelitian ini, hanya dibatasi pada konsep kelarutan, quotient reaksi (Q) dan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp). Analisis terhadap

(19)

7

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Keterampilan proses sains (KPS) yang dibangun dalam proses pembelajaran mengacu pada kriteria KPS yang dikembangkan menurut Dahar (dalam Susiwi, 2007) meliputi keterampilan mengajukan pertanyaan, meramalkan, mengamati, mengkomunikasikan hasil penelitian dan menafsirkan pengamatan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai peranan PhET-SS dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan serta keterampilan proses sains siswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa:

a. Membangun pemahaman konsep serta keterampilan proses sains siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

b. Menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif.

c. Mempermudah siswa melakukan percobaan secara mandiri apabila peralatan laboratorium sekolah belum menunjang untuk dilaksanakannya praktikum.

2. Bagi Guru:

(20)

8

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Memberikan bekal kepada guru mengenai pemanfaatkan teknologi informasi, yakni teknologi komputer, yang dapat membantu guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran kimia di kelas, khususnya pada materi-materi kimia yang bersifat abstrak serta memerlukan visualisasi submikroskopis dalam menggambarkan fenomena-fenomena molekuler kimia.

3. Bagi Sekolah:

a. Memberikan sumbangan pemikiran serta masukan dalam menentukan alternatif pembelajaran menggunakan simulasi virtual PhET-SS apabila ketersediaan alat dan bahan praktikum di sekolah belum memadai.

b. Ditinjau dari segi biaya, penggunaan simulasi virtual lebih ekonomis sehingga pihak sekolah tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli peralatan laboratorium.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Berikut ini merupakan penjabaran secara terperinci mengenai urutan penulisan dari setiap bab dan sub bab dalam skripsi. Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian; Bab III Metode Penelitian; Bab IV Hasil dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran.

(21)

9

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep dan KPS siswa. Sub bab batasan masalah berisi uraian mengenai batasan-batasan dalam penelitian atau fokus masalah pada penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian dari hasil penelitian yang dilakukan bagi pihak terkait seperti siswa, guru dan sekolah secara terperinci di jelaskan pada sub bab manfaat penelitian. Sub bab struktur organisasi menjelaskan secara terperinci mengenai bagian bab dan sub bab dalam penulisan skripsi ini, sehingga keterhubungan satu sama lain dari penelitian yang dilakukan menjadi jelas.

Bab II terdiri dari tiga bagian sub bab, yaitu kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Sub bab kajian pustaka memaparkan secara terperinci mengenai virtual lab PhET-SS, membangun konsep melalui PhET-SS, membangun KPS melalui PhET-SS, deskripsi mengenai materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pada sub bab kerangka pemikiran, dipaparkan secara terperinci dasar pemikiran dari penelitian yang dilakukan dan digambarkan dalam bentuk bagan skematis. Bagan tersebut memuat informasi mengenai hubungan antar variabel penelitian berdasarkan pada kajian teoritis sekaligus memuat masalah yang melatarbelakangi penelitian. Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pemikiran tersebut, dapat dipaparkan dugaan sementara atas rumusan pernyataan dari masalah utama.

(22)

10

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai instrumen-instrumen penelitian yang digunakan berupa tes tertulis, LKS, angket serta lembar observasi keterlaksanaan proses pembelajaran. Pada sub bab teknik pengumpulan dan analisis data dijelaskan mengenai cara-cara dan tahapan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian serta cara-cara pengolahan dan analisis data terhadap data penelitian yang diperoleh.

Bab IV terdiri dari beberapa bagian sub bab yang terdiri dari temuan-temuan hasil penelitian disertai dengan pembahasan. Analisis mengenai hasil penelitian yang dilakukan mengacu pada teori-teori untuk menjawab tiap rumusan masalah.

(23)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan, meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu SMA Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada kesesuaian kurikulum yang distandarkan oleh pemerintah (KTSP) dengan kurikulum di sekolah tersebut. Subjek dalam penelitian terdiri dari 74 orang siswa kelas XI semester 2, yang terdiri dari dua kelas yaitu 40 siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelompok eksperimen dan 34 siswa kelas XI IPA 4 sebagai kelompok kontrol yang belum mempelajari topik materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

B. Desain Penelitian

(24)

43

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Baseline Penelitian (Pretest)

Perlakuan LKS (Posttest)

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

(Sugiyono, 2013)

Keterangan :

O1 : Baseline Penelitian (Pretest) Kelas Eksperimen O3 : Baseline Penelitian (Pretest) Kelas Kontrol X1 : Pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS X2 : Pembelajaran dengan real lab

O2 : LKS (Posttest) Kelas Eksperimen O4 : LKS (Posttest) Kelas Kontrol

Sebelum proses pembelajaran dilakukan, baik siswa kelas eksperimen maupun siswa kelas kontrol di bagi kedalam beberapa kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari dua orang siswa. Setiap siswa dalam kelompok kemudian di beri tes tertulis berbentuk essay dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan sebagai baseline penelitian (O1). Siswa kelas eksperimen selanjutnya di berikan pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS, sedangkan siswa kelas kontrol di beri pembelajaran dengan praktikum real lab. Kemampuan siswa dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan serta KPS, dapat di lihat dari hasil jawaban siswa pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan pada saat melakukan proses pembelajaran.

(25)

44

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen dipilih karena pada penelitian ini tidak dilakukan pengacakan sampel, melainkan menggunakan kelas secara utuh sebagai subjek penelitian.

D. Definisi Operasional

Agar menghindari terjadi nya perbedaan penafsiran pada istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan pemaparan definisi terkait istilah-istilah yang digunakan, yaitu.

1. PhET (Physics Education Technology) adalah suatu cousware simulasi virtual lab untuk belajar dan pembelajaran fisika yang dibuat dan dikembangkan oleh University of Colorado di Boulder dan dapat diakses secara bebas (Adams dalam Rakhmat, 2014). Adapun PhET yang digunakan dalam penelitian ini adalah PhET Salts and Solubility (PhET-SS), yaitu salah satu simulasi virtual yang disediakan PhET pada pembelajaran kimia untuk topik kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Keterampilan membangun konsep merupakan keterampilan mendapatkan konsep baru (Brotosiswoyo dalam Muflika, 2011).

3. Keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan (Dahar dalam Muflika, 2011).

E. Prosedur Penelitian

Berdasarkan alur penelitian yang digambarkan, penelitian ini terbagi menjadi 3 tahapan penelitian yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. Adapun rincian tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Analisis konsep yang dapat di bangun melalui PhET-SS. b. Analisis KPS yang dapat di bangun melalui PhET-SS.

(26)

45

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Optimasi simulasi virtual lab PhET-SS. e. Optimasi praktikum real lab.

f. Penginstallan PhET-SS untuk pembelajaran dengan virtual lab kelas eksperimen.

g. Preparasi zat untuk pembelajaran dengan real lab kelas kontrol. 2. Tahap pelaksanaan

a. Uji coba tes tertulis sebagai baseline penelitian (pretest) pada subjek penelitian.

b. Pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS untuk kelas eksperimen dan pembelajaran dengan real lab untuk kelas kontrol.

c. Pemberian LKS (postest) pada subjek penelitian saat pembelajaran berlangsung.

d. Melakukan observasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran. e. Pemberian lembar angket pada subjek penelitian.

3. Tahap Akhir

a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari baseline penelitian, LKS, angket, dan lembar observasi.

b. Membuat kesimpulan penelitian yang dilakukan. 4. Alur Penelitian

(27)

46 Tahap persiapan Tahap pelaksanaan Tahap penyelesaian Baseline Penelitian Pembelajaran dengan

virtual lab PhET-SS

LKS I dan II

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Pembelajaran dengan real

lab

Temuan Analisis Data

Kesimpulan Pengisian angket

Penginstallan PhET-SS dan Preparasi Zat revisi LKS Real Praktikum Simulasi PhET-SS Judgjement Optimasi revisi Studi kepustakaan membangun konsep

PhET-SS yang telah di analisis

Konsep yang dapat di bangun melalui

PhET

Perancangan Instrumen Penelitian

Studi kepustakaan KPS

(28)

47

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2009). Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu:

1. Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan baseline penelitian yang digunakan untuk mengukur kemampuan konsep siswa sebelum melakukan pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tes tertulis berupa soal berbentuk essay berisi pertanyaan mengenai 3 sub konsep yang akan di bangun melalui proses pembelajaran, yaitu konsep kelarutan, Q, dan Ksp.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS berperan untuk mengukur KPS siswa serta kemampuan siswa dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan setelah melakukan pembelajaran baik pada kelas eksperimen yang maupun kelas kontrol. Instrumen berupa LKS terbagi menjadi dua bagian, yaitu LKS I yang bertujuan untuk mengukur KPS siswa serta kemampuan siswa dalam membangun konsep kelarutan dan LKS II yang bertujuan untuk mengukur KPS serta kemampuan siswa dalam membangun konsep Q dan Ksp. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat

pada LKS dikembangkan berdasarkan hasil analisis KPS siswa menurut Dahar (dalam Susiwi, 2007) dan mengacu pada konsep-konsep yang dapat di bangun melalui proses pembelajaran.

3. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh data tambahan berupa pendapat siswa mengenai pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS untuk kelas eksperimen dan

(29)

48

pendapat siswa mengenai pembelajaran dengan real lab untuk kelas kontrol pada indikator efektivitas media dalam melakukan percobaan, fenomena kimia saat melakukan percobaan, serta kemampuan membangun konsep pada ketiga konsep (kelarutan, Q dan Ksp). Setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dengan

pilihan jawaban ya atau tidak. 4. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai data pendukung untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran meliputi waktu yang diperlukan pada saat melakukan percobaan serta implementasi pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS pada siswa kelas eksperimen dan real lab pada siswa kelas kontrol.

Seluruh instrumen yang dikembangkan merupakan hasil judgement dosen pembimbing dan guru kimia di tempat peneliti melakukan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi beberapa tahapan. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Melaksanakan Tes Awal (Baseline Penelitian)

Baseline penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan awal siswa baik

kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Tes berisi pertanyaan mengenai konsep yang akan dibangun oleh siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan pada konsep kelarutan, Q dan Ksp. Pemberian tes dilakukan sebelum pelaksanaan

proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar

(30)

49

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inkuiri terstruktur serta metode praktikum menggunakan PhET-SS untuk kelas eksperimen dan praktikum konvensional untuk kelas kontrol.

3. Pengisian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa dikerjakan oleh siswa selama melaksanakan proses pembelajaran dan dikumpulkan setelah pembelajaran berlangsung. LKS ini bertujuan untuk mengetahui KPS siswa serta kemampuan siswa dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan.

4. Pengisian Angket

Pengisian angket dilaksanakan setelah melakukan proses pembelajaran dan segera dikumpulkan ketika pembelajaran selesai dilaksanakan.

5. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan oleh peneliti dan observer selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dan observer mengamati serta mencatat waktu yang diperlukan tiap kelompok siswa pada saat melakukan percobaan serta aktivitas siswa selama implementasi proses pembelajaran baik pada siswa kelas eksperimen maupun siswa kelas kontrol.

Analisis data atau pengolahan data dilakukan setelah semua data penelitian terkumpul. Pengolahan data tersebut dilakukan dari tes tertulis, LKS, angket dan lembar observasi. Langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tes Tertulis

Data hasil penelitian berupa tes tertulis (baseline penelitian) merupakan gambaran pengetahuan awal siswa dalam membangun konsep kelarutan, Q dan Ksp. Berikut merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk mengolah data

(31)

50

a. Menghitung skor mentah pada keseluruhan jawaban tes tertulis berdasarkan kriteria penilaian yang telah dibuat (Lampiran B.13 dan B.14).

b. Mengubah skor tes tertulis siswa ke dalam bentuk persentase: Skor Siswa % =

c. Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah berdasarkan hasil baseline penelitian.

1) Kelompok tinggi ditentukan dari penjumlahan rata-rata skor baseline dan standar deviasi. Untuk siswa yang bernilai lebih dari jumlah rata-rata skor baseline dan standar deviasi dikategorikan sebagai kelompok tinggi.

2) Kelompok sedang ditentukan dari hasil selisih dan penjumlahan antara rata-rata skor baseline dan standar deviasi. Untuk siswa yang bernilai diantara selisih dan penjumlahan rata-rata skor baseline dan standar deviasi dikategorikan sebagai kelompok sedang.

3) Kelompok rendah ditentukan dari hasil selisih rata-rata skor baseline dan standar deviasi. Untuk siswa yang bernilai dibawah selisih rata-rata skor baseline dan standar deviasi dikategorikan sebagai kelompok rendah.

d. Menghitung skor rata-rata persentase nilai tes tertulis siswa secara keseluruhan.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Data berupa jawaban siswa pada lembar LKS merupakan penilaian kemampuan siswa dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan pada tiga konsep (kelarutan, Q dan Ksp) serta KPS siswa pada saat melakukan

pembelajaran. Berikut merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data LKS:

(32)

51

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Menghitung skor mentah pada jawaban keseluruhan di LKS I dan LKS II pada kriteria membangun konsep berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat (Lampiran B.15 dan B.16).

2) Mengubah skor LKS siswa ke dalam bentuk persentase: Skor siswa (%) =

x 100%

3) Menghitung skor rata-rata persentase nilai kemampuan membangun konsep siswa secara keseluruhan.

4) Menghitung skor tiap kelompok siswa pada setiap konsep yang dibangun.

5) Mengubah skor tiap kelompok siswa tersebut per konsep yang dibangun menjadi nilai dalam bentuk persentase.

Skor per konsep (%) =

x 100%

[image:32.595.218.437.523.683.2]

6) Menentukan tingkat kemampuan siswa dalam membangun konsep pada masing-masing kelompok siswa berdasarkan kriteria yang dikemukakan Arikunto (2009) yang disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa Nilai (%) Tafsiran

80-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

(33)

52

7) Mengolah data secara statistik menggunakan software SPSS Statistics versi 17.0 untuk menguji signifikansi perbedaan kemampuan siswa dalam membangun konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tahapan sebagai berikut.

a) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan aplikasi SPSS Statistics versi 17.0. Masing-masing nilai kemampuan siswa dalam membangun konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang akan dibandingkan, sebelumnya harus dilakukan pengujian terlebih dahulu apakah data pada kedua kelompok tersebut normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji normal atau tidak nya suatu data. Taraf signifikansi 5% (α = 0,05), kriteria pengujiannya adalah:

(1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka nilai kemampuan siswa dalam membangun konsep berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka nilai kemampuan siswa dalam membangun konsep berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan Levene Test menggunakan SPSS Statistics versi 17.0. Pengujian ini dilakukan ketika data kemampuan membangun konsep siswa yang berasal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. Tujuan dari dilakukannya pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah kedua nilai memiliki varians yang sama atau tidak. Taraf signifikansi 5% (α = 0,05), kriteria pengujiannya adalah:

(34)

53

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama.

c) Uji-t Dua Sampel Independen

Uji dua rerata (Uji-t dua sampel independen) dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS dibandingkan dengan pembelajaran dengan real lab ditinjau dari aspek kemampuan siswa dalam membangun konsep menggunakan SPSS Statistics versi 17.0. Pengujian ini dilakukan menggunakan SPSS Statistics versi 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut.

Hipotesis:

H0: Tidak terdapat perbedaan signifikan pada kemampuan membangun konsep antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1: Terdapat perbedaan signifikan pada kemampuan

membangun konsep antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Taraf signifikansi 5% (α = 0,05), kriteria pengujiannya adalah: (1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 di terima dan H1 di

tolak.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 di terima dan H0 di tolak.

Atau,

(1) Jika – ttabel < thitung < ttabel maka H0 di terima dan H1 di tolak. (2) Jika thitung > ttabel atau thitung < – ttabel maka H1 di terima dan H0

di tolak.

(Subana, 2000).

(35)

54

Pengujian uji Anova satu jalur dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peranan PhET-SS dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan pada tiap kelompok siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistics versi 17.0 dengan rancangan hipotesis sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan signifikan antara tiga kelompok siswa dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan

H1: Berbeda signifikan antara ketiga kelompok siswa dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Taraf signifikansi 5% (α = 0,05), kriteria pengujiannya adalah: (1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 di terima dan H1 di

tolak.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 di terima dan H0 di tolak.

Atau,

(1) Jika Fhitung < Ftabel maka maka H0 di terima dan H1 di tolak. (2) Jika Fhitung > Ftabel maka maka H1 di terima dan H0 di tolak.

b. Pengolahan Data KPS Siswa:

1) Menghitung skor mentah pada jawaban keseluruhan di LKS I dan LKS II pada kriteria KPS berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat (Lampiran B.17 dan B.18).

2) Mengubah skor KPS siswa pada LKS I dan LKS II ke dalam bentuk persentase:

Skor siswa (%) =

(36)

55

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Menghitung skor rata-rata persentase KPS siswa pada LKS I dan LKS II.

4) Menghitung skor KPS siswa secara keseluruhan dengan merata-ratakan skor pada LKS I dan LKS II.

5) Menghitung skor tiap kelompok siswa per indikator KPS pada LKS I dan LKS II

6) Mengubah skor tiap kelompok siswa tersebut per indikator KPS pada LKS I dan LKS II menjadi nilai dalam bentuk persentase.

Skor per konsep (%) =

x 100%

7) Menentukan tingkat kemampuan KPS siswa pada masing-masing kelompok siswa berdasarkan kriteria yang dikemukakan Arikunto (2009) yang disajikan dalam tabel 3.2 diatas.

8) Membandingkan masing-masing KPS siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji statistik menggunakan software SPSS Statistics versi 17.0 dengan tahapan sebagai berikut.

a) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan aplikasi SPSS Statistics versi 17.0. Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji normal atau tidak nya suatu data. Taraf signifikansi 5% (α = 0,05), kriteria pengujiannya adalah:

(1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka nilai KPS siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka nilai KPS siswa berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

(37)

56

Uji homogenitas dilakukan dengan Levene Test menggunakan SPSS Statistics versi 17.0. Taraf signifikansi 5% (α = 0,05), kriteria pengujiannya adalah:

(1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians sama.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama.

c) Uji-t Dua Sampel Independen

Uji-t dua sampel independen dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan efektivitas pembelajaran dengan virtual lab PhET-SS dibandingkan dengan pembelajaran dengan real lab ditinjau dari aspek KPS siswa. Pengujian ini dilakukan menggunakan SPSS Statistics versi 17.0 dengan penafsiran sebagai berikut.

Hipotesis:

H0: Tidak terdapat perbedaan signifikan pada KPS siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1: Terdapat perbedaan signifikan pada KPS siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Taraf signifikansi 5% (α = 0,05), kriteria pengujiannya adalah: (1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 di terima dan H1 di

tolak.

(2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 di terima dan H0 di tolak.

Atau,

(1) Jika – ttabel < thitung < ttabel maka H0 di terima dan H1 di tolak. (2) Jika thitung > ttabel atau thitung < – ttabel maka H1 di terima dan H0

di tolak.

(38)

57

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Temuan hasil penelitian selanjutnya dijabarkan secara deskriptif untuk mendapatkan generalisasi atau kesimpulan secara utuh terhadap studi kasus yang dilakukan.

3. Angket

Data penelitian berupa angket digunakan sebagai data pendukung berupa pendapat siswa setelah melakukan pembelajaran baik dengan virtual lab PhET-SS maupun dengan real lab. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data menurut skala Guttman. Pada skala pengukuran tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”. Hasil jawaban “ya” diberi nilai 1 sedangkan jawaban “tidak” diberi nilai 0. Selanjutnya data hasil hasil angket dari tiap siswa tersebut diubah kedalam bentuk persentase untuk tiap indikator pendapat siswa dengan rumus:

Persentase Pendapat Siswa Per Indikator:

4. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan oleh peneliti dan observer untuk mengobservasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran meliputi waktu yang dibutuhkan tiap kelompok siswa pada saat melakukan percobaan dengan virtual lab dan real lab serta implementasi proses pembelajaran terhadap tiap kelompok siswa yang mampu dan tidak mampu dalam hal merumuskan masalah dan hipotesis sementara, melakukan dan menuliskan hasil percobaan, mengaplikasikan perhitungan kimia, mengaplikasikan perhitungan kimia dalam program Excel (pada kelas eskperimen), membuat grafik hasil percobaan serta membangun konsep (kelarutan, Q dan Ksp). Data hasil penelitian selanjutnya dideskripsikan

(39)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa temuan yang dapat dijadikan saran untuk perbaikan penggunaan virtual lab PhET-SS kedepannya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, berikut ini merupakan kesimpulan mengenai peranan PhET-SS dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan serta keterampilan proses siswa SMA kelas XI:

1. PhET Salts & Solubility (PhETS-SS) memiliki peranan dalam membangun konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan, yaitu konsep kelarutan, Q dan Ksp.

Dalam membangun konsep kelarutan, siswa kelompok tinggi memiliki nilai rata-rata persentase 65,00% dengan kategori baik; kelompok sedang memiliki presentase nilai rata-rata 56,61% dengan kategori cukup; dan kelompok rendah memiliki persentase nilai rata-rata 14,10% dengan kategori sangat kurang. Sedangkan pada kriteria membangun konsep quotient reaksi (Q), siswa kelompok tinggi memiliki nilai rata-rata persentase 58,85% dengan kategori cukup; kelompok sedang memiliki presentase nilai rata-rata 43,83% dengan kategori cukup; dan kelompok rendah memiliki persentase nilai rata-rata 10,36% dengan kategori sangat kurang. Pada kriteria membangun konsep tetapan hasil kali kelarutan (Ksp), siswa kelompok tinggi memiliki nilai

(40)

90

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. PhET-SS berperan dalam membangun konsep secara signifikan pada kriteria siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Dari ketiga kelompok siswa tersebut, PhET-SS sangat berperan dalam membangun konsep secara signifikan pada siswa kelompok rendah.

3. PhET-SS berperan dalam membangun keterampilan proses sains siswa pada indikator mengajukan pertanyaan, meramalkan, mengamati, mengkomunikasikan hasil penelitian dan menafsirkan hasil pengamatan. 4. Keterampilan mengajukan pertanyaan untuk ketiga kelompok siswa pada

percobaan pelarutan garam dapur memperoleh kriteria sangat baik (100,00%) sedangkan pada percobaan pelarutan garam sukar larut memperoleh kriteria sangat baik (90,00%); keterampilan meramalkan percobaan untuk ketiga kelompok siswa pada percobaan pelarutan garam dapur memperoleh kriteria sangat baik (85,00%) sedangkan pada percobaan pelarutan garam sukar larut memperoleh kriteria sangat baik (87,50%); keterampilan mengamati untuk ketiga kelompok siswa pada percobaan pelarutan garam dapur memperoleh kriteria baik (69,17%) sedangkan pada percobaan garam sukar larut memperoleh kriteria baik (65,83%); keterampilan mengkomunikasikan hasil penelitian untuk ketiga kelompok siswa pada percobaan pelarutan garam dapur memperoleh kriteria baik (71,00%) sedangkan pada percobaan pelarutan garam sukar larut memperoleh kriteria baik (69,63%); keterampilan menafsirkan pengamatan sub indikator menghubungkan hasil pengamatan untuk ketiga kelompok siswa pada percobaan pelarutan garam dapur memperoleh kriteria baik (65,50%) sedangkan pada percobaan pelarutan garam sukar larut memperoleh kriteria cukup (44,02%); keterampilan menafasirkan pengamatan sub indikator menarik kesimpulan untuk ketiga kelompok siswa pada definisi kelarutan memperoleh kriteria cukup (59,64%) sedangkan pada quotient reaksi (Q) dan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp),

(41)

91

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

PhET-SS dapat dijadikan sebagai solusi alternatif pembelajaran dengan metode praktikum di laboratorium yang memerlukan waktu lama untuk melakukan percobaan serta kekurangan alat dan bahan yang memadai. Selain itu, PhET-SS juga merupakan simulasi interaktif, yang berarti siswa dapat belajar aktif secara mandiri melakukan percobaan sendiri yang dapat dilakukan tidak hanya di dalam kelas.

Bagi praktisi pendidikan yang akan menggunakan PhET dalam proses pembelajaran di kelas, peneliti menyarankan:

1. Mengembangkan lebih dalam konsep-konsep kimia pada materi kelarutan dan hasil kelarutan yang dapat di bangun melalui PhET-SS.

2. Memanfaatkan fasilitas panel Design a Salt pada PhET-SS untuk pembelajaran sub pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang dapat dikembangkan.

3. Penekanan pada pengaruh suhu terhadap kelarutan.

4. Menjelaskan kembali fenomena pelarut yang tidak mengalami perubahan warna ketika zat terlarut ditambahkan pada PhET-SS agar tidak terjadi miskonsepsi pada siswa.

5. Simulasi virtual lab memiliki kekurangan tidak dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Untuk mengembangkan kemampuan membangun konsep, guru dapat memanfaatkan media virtual lab PhET-SS tersebut, tetapi untuk mengembangkan KPS siswa, diharapkan guru memberikan pengalaman belajar pada siswa secara langsung melalui kegiatan praktikum nyata.

Bagi praktisi-praktisi yang akan mengembangkan simulasi virtual lab seperti PhET-SS, peneliti menyarankan:

1. Adanya fasilitas yang dapat merekam hasil kerja siswa.

(42)

92

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelarutan garam.

(43)

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Blaxter, L., Hughes, C., & Thight, M. (2001). How to Research. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Dahar, R. W. (1985). Teori-tori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Eggen, P. & Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran:

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT Indeks.

Farida, Ida. (2010). Peranan Analisis Konsep dalam Pengebangan Pembelajaran. Tersedia: http://faridach.wordpress.com/2010/11/04/peranan analisis-konsep-dalam-pengembangan-pembelajaran/. [Diakses April 2014].

Herga, N.R. & Dinevski, A. (2012). Virtual Laboratory in Chemistry Experimental Study of Understanding, Reproduction and Application of Acquired Knowledge of Subject’s Chemical Content. Organizacija, 45, 108-116.

Jaya, H. (2012). Pengembangan Laboratorium Virtual untuk Kegiatan Praktikum dan Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2 (1), 81–90.

Krishnan. (2007). Solubility Product Constant (Ksp) Values at 25 0C. Tersedia: https://users.stlcc.edu/gkrishnan/ksptable.html. [Diakses April 2014].

Masyuri & Zainuddin. (2008). Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

McMurry, J. & R.C. Fay. (2004). McMurry Fay Chemistry 4th Edition. Belmont: Pearson Education International.

(44)

93

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mulyono, E. & Purwaningsih, E. (2010). Efektivitas Penggunaan Metode Eksperimen Real dan Virtual Terhadap Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi, Jurnal SAINS, 38 (2), 123–128.

Perkins, K., et.al. (2010). PhET Interactive Simulations: New Tools for Teaching and Learning Chemistry. Boulder: University of Colorado.

Rakhmat, A.S. (2014). Peranan PhET-3S dalam Pembelajaran Remedial Terhadap Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit serta Membangun Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. (Skripsi Sarjana Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Riana. (2001). Pembelajaran Kimia dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Virtual Lab dan Real Lab Ditinjau dari Gaya Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta pada Materi Kimia Koloid Tahun Pelajaran 2009/2010). (Tesis Program Magister Sekolah Pascasarjana). Universitas Sebelas Maret, Sukarata.

Rustaman, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. FPMIPA: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sari, P.A. (2008). Hubungan Kepercayaan Diri dengan Perilaku Mencontek pada Siswa SMK. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya: Universitas Islam Indonesia.

Semiawan. (1985). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar?. Jakarta: Gramedia.

Subana, M.R. (2000). Statistika Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sunarya, Y. (2012). Kimia Dasar 2: Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini. Bandung: Yrama Widya.

Susiwi. (2007). Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sutrisno. (2011). Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Gaung Persada.

(45)

94

Wini Rizky Gustiani, 2014

Peranan Phet-Ss Dalam Membangun Konsep Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan Serta Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Kelas Xi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TÜYSÜZ. C, (2010). The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in Chemistry. International Online Journal of Educational Sciences, 2 (1), 37–53.

Utami, D.W. (2012). Analisis PhET Build An Atom dalam Membangun Konsep Struktur Atom dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. (Skripsi Sarjana Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Whitten, K. W., Davis, R. E., Peck, M. L., Stanley, G. G. (2004). General Chemistry. Seventh edition. Thomson Brooks/Cole, USA.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Contoh beberapa tipe pemborosan dalam proses jasa adalah kesalahan- kesalahan dalam melakukan suatu aktivitas, melakukan aktivitas yang tidak perlu, menunggu untuk proses

Konseling dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fiqh Siswa.. MTs Darul Hikmah Tulungagung, dapat diambil kesimpulan

1. Karakteristik pembelajaran Discovery yang diterapkan pada Tema Perubahan Benda-benda di Sekitar Kita untuk meningkatkan literasi sains yang melalui beberapa

Pada tahun 2013 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

Students Perception of Peer Response Activity in English Writing Instruction.. CELEA

Bekas dengan Teknik Mikrofiltrasi dan Transesterifikasi Sebagai Alternatif. Bahan Bakar Mesin

High Gain Active Microstrip Antena for 60-GHz.