• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kualitas Hidup Pada Anak Dengan Dan Tanpa Konstipasi Fungsional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kualitas Hidup Pada Anak Dengan Dan Tanpa Konstipasi Fungsional"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Konstipasi fungsional adalah masalah kesehatan yang sering dijumpai di

praktek dokter saat para orang tua membawa anaknya berobat . Di Amerika

Serikat, sekitar tiga persen kunjungan klinik rawat jalan pediatrik dan 25% kunjungan

ke ahli gastro-enterologi anak yang berhubungan dengan gangguan defekasi atau

buang air besar.1 Konstipasi adalah gejala klinis yang bisa menimbulkan stress

pada anak dan orang tua sehingga menyebabkan gangguan emosional yang berat,

dan mempengaruhi kualitas hidup anak.2

Kebiasaan buang air besar cenderung bervariasi tergantung pada beberapa

faktor, termasuk umur, tahap perkembangan anak, diet, pengaruh sosial budaya,

dan genetik. Kebiasaan buang air besar pada anak-anak Asia yang mengkonsumsi

makanan pokok berupa nasi dan kandungan serat yang relatif tinggi cenderung

berbeda dengan anak-anak di negara barat yang mengkonsumsi makanan pokok

berupa gandum.3

Konstipasi kronik merupakan salah satu kondisi yang sering dijumpai pada

bagian anak umum, dan hal ini berkaitan dengan banyak morbiditas yang kurang

dipedulikan.4 Konstipasi melibatkan 40% pada bayi dan 30% pada anak usia

sekolah.5 Prevalensi konstipasi pada anak di dunia saat ini berkisar antara 0,7%

sampai 29,6%, yang mana menggambarkan adanya potensi meluasnya efek dari

kondisi ini.3,6,7 Hingga 80% anak-anak dengan konstipasi juga mengalami

inkontinensia fekal. Inkontinensia fekal terjadi pada 1,5 sampai 7,5% anak sekolah

(2)

16

usia 6-12 tahun. Penelitian terbaru melaporkan angka prevalensi sebesar 4,4%

untuk inkontinensia fekal pada anak di klinik perawatan primer Amerika Serikat.4,6,7

Saat ini di Indonesia dan beberapa daerah di dunia masih menggunakan

kriteria Roma III untuk menegakkan diagnosis konstipasi.6 Kriteria Roma III dapat

menegakkan diagnosis konstipasi berdasarkan gejala klinis dan temuan

pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi

seperti barium enema, kolonoskopi, manometri anoraktal dan lainnya jarang

digunakan kecuali pada kasus konstipasi yang tidak respon dengan pengobatan

standar.8

Masalah inkontinensia fekal dan konstipasi pada anak-anak menyebabkan

masalah perilaku, sosial dan emosional, yang secara negatif mempengaruhi kualitas

hidup anak dan keluarganya. Sebuah penelitian skala besar menemukan bahwa

orang tua dari anak dengan inkontinensia fekal memiliki masalah emosi dan perilaku

yang lebih tinggi dibandingkan orang tua dengan anak tanpa inkontinensia fekal.

Penelitian juga mengindikasikan bahwa anak-anak dengan inkontinensia fekal lebih

sering dilaporkan menjadi korban hinaan dan terlibat dalam perilaku anti sosial

dibandingkan dengan anak tanpa inkontinensia fekal.4,6,7 Walaupun gejala psikologi

sering terlihat pada anak dengan masalah ini tetapi tidak selalu masalah psikologi

yang merupakan penyebab utama dari inkontinensia. Inkontinensia ini biasanya

banyak terjadi pada anak yang kurang mendapatkan pendidikan toilet training pada

masa kecil, terjadinya stres psikologi misalnya masuk sekolah baru.9 Anak dengan

konstipasi fungsional dan orang tuanya dilaporkan mengalami gangguan kualitas

hidup sehubungan dengan keluhan fisik dan lamanya durasi gejala.7 Anak dengan

konstipasi dapat memiliki tampilan pendiam, menarik diri, malu, dan marah.

Penyangkalan gejala sering terjadi pada anak dengan konstipasi.4 Anak dengan

(3)

17

konstipasi dilaporkan memiliki gangguan kualitas hidup yang lebih besar dibanding

anak dengan keluhan gastrointestinal lainnya.6

Penggunaan instrumen Pediatric quality of life (PedsQoL) untuk menilai efek

fisik, kesehatan emosional, sosial dan sekolah telah banyak mengalami

peningkatan. Intrumen PedsQL ini bersifat umum dalam menilai kualitas hidup

anak.4,10

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan bahwa

perlunya dilakukan penelitian apakah ada perbedaan kualitas hidup pada anak

dengan dan tanpa konstipasi fungsional.

1.3. Hipotesis

Terdapat perbedaan kualitas hidup pada anak yang mengalami konstipasi fungsional

dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami konstipasi fungsional.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui kualitas hidup pada anak dengan dan tanpa konstipasi

fungsional.

1.4.2. Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui data demografik dari penelitian.

2. Untuk membandingkan perbedaan kualitas hidup pada anak pada tiap

Komponen berdasarkan laporan anak dan orang tua.

(4)

18

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah : memberikan masukan mengenai hubungan

konstipasi fungsional dengan kualitas hidup pada anak.

2. Di bidang pelayanan masyarakat : meningkatkan usaha pengobatan konstipasi

fungsional pada anak.

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan sumbangan pemikiran dalam

penelitian mencari hubungan konstipasi fungsional dengan kualitas hidup pada

anak.

Referensi

Dokumen terkait

Studi terdahulu menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara locus of control eksternal dengan penerimaan auditor atas perilaku audit disfungsional

Dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan, fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada waktu pembekuan dan kadar SGOT pada berbagai derajat ulkus diabetikum.. Akan tetapi perbedaan tidak dijumpai

Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,546 yang berarti variasi perubahan turnover intention Belle View Hotel Semarang dipengaruhi kepuasan kerja, pengembangan

Analisis linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh manajemen laba pada saat, dan 4 tahun setelah IPO terhadap reaksi investor yang diukur dengan menggunakan CAR dan

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka,

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis menggunakan program aplikasi Macromedia Flash MX 2004, software berbasis animasi vektor yang dapat digunakan untuk menghasilkan animasi