• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Karakteristik Klinis Anak Konstipasi Fungsional Dengan Riwayat Keluarga Konstipasi dan Tanpa Riwayat Keluarga Konstipasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Karakteristik Klinis Anak Konstipasi Fungsional Dengan Riwayat Keluarga Konstipasi dan Tanpa Riwayat Keluarga Konstipasi"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS ANAK KONSTIPASI FUNGSIONAL DENGAN RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI

DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI

SYAFRIDA HILIYA RAMBE 097103018 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS ANAK KONSTIPASI FUNGSIONAL DENGAN RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI

DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) dalam Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak-Spesialis pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

SYAFRIDA HILIYA RAMBE 097103018 / IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-KONSENTRASI ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

Tanggal Lulus : 5 Juli 2014 PERNYATAAN

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS ANAK KONSTIPASI

FUNGSIONAL DENGAN RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI

DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 17 Januari 2014

(5)
(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Dr. Supriatmo, SpA(K) dan Dr. Emil Azlin, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

(7)

Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) dan Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) selaku Ketua Program Magister Kedokteran Klinik FK-USU dan Dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK-USU

4. Prof. Dr. H.M Joesoef Simbolon, Sp.KJ.K-AR, Prof.dr. Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K), Dr. Tina Christina L.Tobing, Sp.A(K), Prof. Dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K) Dr. Ade Rachmat Yudianto, M.Ked(Ped), Sp.A yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Marlina Tanjung, Meiviliani Sinaga, Wardah, Bia Safitri dan kak Rani Syahrin. Terima kasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.

7. Direktur beserta seluruh guru di Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah beserta anak didik

(8)

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Dr. H. Abdul Jalil Rambe, SpPD dan Hj. Ilmawati Harahap atas pengertian serta dukungan yang sangat besar, terima kasih karena selalu mendo’akan, memberikan bantuan moril dan materil. Jasa-jasa nya tidak akan pernah saya lupakan dalam membimbing dan membesarkan saya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada mertua saya (alm) H. Bachrum Harahap dan Hj. Aminah Siregar yang telah banyak membantu saya selama ini. Begitu juga dengan suami tercinta H. Ichwal Fauzi Harahap, Ak, MM yang selalu sabar dan memberikan dorongan semangat selama mengikuti pendidikan ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada adik – adik saya Sarah Ida Wardani Rambe, SP dan Soffi Dian Fauziah Rambe, ST yang telah mendukung saya selama mengikuti pendidikan ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Medan, Juli 2014

(9)

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS ANAK KONSTIPASI FUNGSIONAL DENGAN RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI DAN

TANPA RIWAYAT KELUARGA KONSTIPASI

Syafrida Hiliya

Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan, Indonesia

*, Supriatmo, Emil Azlin, Atan Baas Sinuhaji, Ade Rachmat Yudianto

Abstrak

Latar Belakang Konstipasi merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai pada anak. Terdapat perbedaan karakteristik klinis pada anak konstipasi funsional yang memiliki riwayat keluarga konstipasi dibandingkan dengan anak konstipasi tanpa riwayat keluarga konstipasi.

Tujuan Menilai perbedaan karakteristik klinis antara anak konstipasi fungsional dengan riwayat keluarga konstipasi dan tanpa riwayat keluarga konstipasi.

Metode Studi sekat lintang dilaksanakan pada Januari – Februari 2014 di SD Siti Hajar dan Pesantren Raudhatul Hasanah Medan. Subjek adalah anak usia 7 – 14 tahun yang menderita konstipasi fungsional sesuai kriteria ROME III dengan riwayat keluarga konstipasi dan tanpa riwayat keluarga konstipasi. Dilakukan penilaian frekuensi BAB, nyeri perut, konsistensi BAB, usia awitan.

Hasil Subjek yang memenuhi syarat sebanyak 191 anak. Terdapat perbedaan yang bermana untuk rerata usia onset (P=0.0001) dimana kelompok keluarga konstipasi sebesar 10.65 tahun (SB=2.31 tahun) sedangkan kelompok keluarga tanpa konstipasi dengan rerata 11.87 tahun (SB=1.73 tahun). Terdapat perbedaan yang bermakna pada konsistensi tinja antara kelompok dengan riwayat keluarga konstipasi dan keluarga tanpa konstipasi yaitu sebanyak 41 orang (43.6%) dengan riwayat keluarga konstipasi dan tanpa riwayat keluarga konstipasi 15 anak (15.5%)(P=0.0001).

Kesimpulan Terdapat perbedaan bermakna dalam rerata usia awitan dan konsistensi tinja pada subjek konstipasi fungsional pada anak konstipasi dengan riwayat keluarga konstipasi dan tanpa riwayat keluarga konstipasi.

(10)

CHARACTERISTIC DIFFERENCES BETWEEN FUNCTIONAL

CONSTIPATION CHILDREN WITH FAMILY HISTORY OF CONSTIPATION AND WITHOUT FAMILY HISTORY OF CONSTIPATION

Syafrida Hiliya

Department of Child health, Medical School, University of Sumatera Utara, Adam Malik General Hospital, Medan, Indonesia

*, Supriatmo, Emil Azlin, Atan Baas Sinuhaji, Ade Rachmat Yudianto

Abstract

Background Constipation is one of the common health problems in children. There are characteristic differences between children with functional constipation and children without family history of constipation.

Objective To determine the clinical characteristic differences of functional constipation children with and without family history of constipation.

Methods A cross-sectional study has been done from January until February 2014 at Siti Hajar Islamic school and Raudhatul Hasanah boarding school Medan. The subjects are children with aged 7 to14 years old who have functional constipation according to ROME III criteria or without family history of constipation. On the study the frequency of defecation, abdominal pain, defecation consistency and age of the onset has been measured.

Results Subjects in the study are 191 children. There are significantly difference in mean onset ages (P=0.0001), where the group with constipation family history are 10.65 years old (SD= 2.31), while the group without family history of constipation are 11.87 years old (SD= 1.73). There are significant difference on defecation consistency between group with and without family history of constipation, which are 41 children (43.6%) with family history of constipation and 15 children (15.5%) without family history of constipation (P=0.0001).

Conclusion There are significant differences on onset’s ages and defecation consistency on subject functional constipation with and without family history of constipation.

(11)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konstipasi merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai dan sering dikeluhkan orangtua ketika membawa anaknya ke praktek dokter. Di Amerika Serikat, sekitar tiga persen kunjungan klinik rawat jalan pediatrik dan 25% kunjungan ke ahli gastro-enterologi anak berhubungan dengan gangguan defekasi atau buang air besar.1 Konstipasi merupakan gejala klinis yang dapat menimbulkan stress pada anak dan orang tua dan menyebabkan gangguan emosional berat,2 dan mempengaruhi kualitas hidup anak.3

(12)

ini bahwa konstipasi akan menghilang atau sembuh seiring bertambahnya usia ternyata terbukti salah karena sebagian konstipasi menetap hingga setelah pubertas.7 Faktor prognosis yang berhubungan dengan kegagalan terapi ini masih terus diselidiki, sebagian studi menemukan bahwa faktor usia saat awal terjadinya konstipasi berhubungan dengan risiko menetapnya gejala,7 tetapi studi lain menemukan bahwa riwayat keluarga menderita konstipasi merupakan faktor risiko kegagalan terapi pada konstipasi.8

(13)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan : Bagaimana perbedaan karakteristik klinis anak konstipasi dengan riwayat keluarga juga menderita konstipasi dan tanpa riwayat keluarga menderita konstipasi.

1.3. Hipotesis

Terdapat perbedaaan karakteristik klinis anak konstipasi disertai riwayat keluarga juga menderita konstipasi dibandingkan anak konstipasi tanpa riwayat keluarga menderita konstipasi.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Menilai perbedaan karakterisitik klinis antara anak konstipasi dengan riwayat keluarga juga menderita konstipasi dan anak konstipasi tanpa riwayat keluarga menderita konstipasi.

1.4.2 Tujuan Khusus

(14)

2. Untuk mengetahui karakteristik klinis yang dijumpai pada anak konstipasi disertai riwayat keluarga juga menderita konstipasi

3. Untuk mengetahui karakteristik klinis yang dijumpai pada anak konstipasi tanpa riwayat keluarga menderita konstipasi

4. Untuk menilai perbedaan karakteristik klinis di antara kedua kelompok anak konstipasi tersebut

1.5 Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah:

Menilai hubungan konstipasi pada anak disertai riwayat keluarga juga menderita konstipasi dengan gejala klinis yang timbul

2. Di bidang pelayanan masyarakat:

Meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada anak dengan konstipasi agar dapat diketahui kemungkinan pengaruh genetik dan mencegah kegagalan pengobatan.

3. Di bidang pengembangan penelitian:

(15)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi konstipasi

Kata konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti “bergerombol bersama” atau “berkerumun”, yaitu suatu istilah yang berarti menyusun ke dalam menjadi bentuk padat. Baru pada abad ke-16 istilah konstipasi digunakan pada keadaan ditemukan sejumlah tinja terakumulasi di dalam kolon yang berdilatasi.12 Definisi konstipasi adalah suatu kesulitan atau keterlambatan defekasi atau buang air besar yang telah dialami selama 2 minggu atau lebih.13 Konstipasi dapat dibedakan atas konstipasi fungsional dan konstipasi yang disebabkan kelainan organik seperti penyakit hirschsprung atau malformasi anorektal yang menyebabkan sumbatan aliran tinja. Konstipasi fungsional berhubungan dengan gangguan motilitas kolon atau anorektal tanpa adanya kelainan organik yang mendasari.12

2.2 Epidemiologi

(16)

Puncak insidens terjadi pada usia saat dimulainya latihan buang air besar (toilet training) yaitu 2 sampai 3 tahun.14

2.3 Etiologi dan patofisiologi

Proses defekasi yang normal memerlukan keadaan anatomi dan persyarafan yang normal dari rektum, otot puborektal dan sfingter ani. Konstipasi fungsional merupakan hasil dari abnormalitas fungsi kolon, rektum, komplek sfingter, dan faktor baik yang disadari atau tidak oleh sang anak. Ada dua kelompok konstipasi fungsional yang diketahui, yaitu tipe slow-transit dan tipe

outlet obstruction.15 Rektum adalah organ sensitif yang mengawali proses defekasi. Tekanan pada dinding rektum akan merangsang sistem syaraf intrinsik rektum dan menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, yang dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter ani eksterna kemudian menjadi relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon melalui anus. Bila relaksasi sfingter ani interna tidak cukup kuat, maka sfingter ani eksterna akan berkontraksi secara refleks, selanjutnya sesuai kemauan. Otot puborektal akan membantu sfingter ani eksterna sehingga anus mengalami konstriksi. Bila konstriksi sfingter eksterna berlangsung cukup lama, refleks sfingter internus akan menghilang, sehingga keinginan defekasi juga menghilang.15

(17)

atau toilet. Pengalaman nyeri saat buang air besar ini diduga menimbulkan penahanan tinja saat ada hasrat untuk defekasi. Kebiasaan menahan (retensi) tinja yang berulang akan meregangkan rektum dan kemudian kolon sigmoid yang menampung bolus tinja berikutnya. Tinja yang berada di kolon akan terus mengalami reabsorpsi air dan elektrolit dan membentuk skibala. Seluruh proses akan berulang dengan sendirinya, yaitu tinja yang keras dan besar menjadi lebih sulit dikeluarkan melalui kanal anus, menimbulkan rasa sakit dan kemudian retensi tinja selanjutnya. Lingkaran setan ini terus berulang dan menyebabkan konstipasi.16,17

(18)
[image:18.612.109.549.137.561.2]

Tabel 1. Penyebab konstipasi berdasarkan usia.16

Usia Penyebab konstipasi

Neonatus/Bayi • Meconium plug

• Penyakit Hirschsprung

• Fibrosis kistik

• Malformasi anorektal bawaan, ter masuk anus imperforate,

stenosis ani, anal band

Chronic idiopathic intestinal pseudo-obstruction • Hipotiroid congenital

• Alergi susu sapi

• Diabetes insipidus, renal tubular asidosis • Retensi tinja

• Perubahan diet Toddler (usia 2 – 4 tahun) • Fisura ani, retensi tinja

Toilet refusal • Alergi susu sapi

• Penyakit Hirschsprung segmen pendek

• Penyakit saraf sentral atau muscular dengan hipotoni

• Medula spinalis: meningomielokel, tumor, tethered cord

Usia sekolah • Retensi tinja

• Ketersediaan toilet terbatas

• Keterbatasan kemampuan mengenali rangsang fisiologis

• Preokupasi dengan kegiatan lain

Tethered cord

Remaja • Irritable bowel syndrome

• Jejas medulla spinalis (kecelakaan, trauma)

• Diet • Anoreksia • Kehamilan • Laxative abuse

Segala usia • Efek samping obat, perubahan diet, pasca operasi

• Riwayat operasi anal-rektum

• Retensi tinja dan enkopresis akibat distensi tinja kronis • Perubahan aktifitas fisik, dehidrasi

• Hipotiroid

2.4. Faktor genetik dan riwayat keluarga pada konstipasi fungsional

(19)

konstipasi fungsional mencakup kurangnya asupan serat dan cairan serta mobilisasi yang diduga sebagai penyebab. Faktor tingkah laku diduga bahwa pasien konstipasi tipe slow transit lebih sering berhubungan dengan stress psikososial, sehingga masalah psikologis sering dituding sebagai faktor penyebab, juga sering dijumpai konstipasi fungsional pada anak dengan gangguan perilaku seperti autisme.18 Kemungkinan pengaruh genetik terhadap konstipasi telah diteliti pada beberapa studi. Dalam sebuah studi pada 686 saudara kembar, ditemukan 33 (4.8%) diantaranya mengalami gejala yang didiagnosis sebagai gangguan usus fungsional (functional bowel disorders) yang salah satu diantara gejalanya adalah konstipasi, juga ditemukan bahwa diagnosis tersebut lebih sering pada kembar monozigot dibandingkan kembar dizigot.11 Studi lainnya juga pada saudara kembar di Virginia AS tahun 2007, yang membandingkan prevalensi irritable bowel syndrome (IBS), diketahui bahwa salah satu gejala IBS adalah konstipasi. Dari studi ini diperoleh hasil IBS lebih sering terjadi pada kembar monozigot dengan prevalensi 17.2% dibandingkan dizigot dengan prevalensi 8.4% (P=0.030).10

(20)

mendasari belum diketahui secara pasti, meskipun beberapa teori genetika telah diajukan. Perubahan polimorfisme fungsional pada gen yang mengatur protein reseptor serotonin atau serotonin reuptake transporter (SERT) diduga bertanggung jawab dalam terjadinya pelepasan 5-hidroksi triptamin (5-HT) yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya IBS, yang bisa muncul sebagai diare atau konstipasi.20 Studi lainnya membuktikan bahwa selain polimorfisme pada gen SERT juga terjadi polimorfisme pada gen alpha (α2A dan α2C) adrenoceptor norepinephrine transporter yang berhubungan kuat dengan gejala konstipasi dan skor keluhan somatik yang tinggi pada pasien dengan gangguan gastrointestinal bawah fungsional.21 Kedua studi ini memperkuat hipotesis mengenai peran genetik dalam konstipasi fungsional.

(21)

berdasarkan kriteria ROME III, ternyata saudara kandung atau orangtua dari kelompok kasus lebih banyak menderita konstipasi daripada saudara kandung dan orangtua dari kelompok kontrol (32% dibandingkan 7% untuk saudara kandung dan 42% dibandingkan 9% untuk orangtua).23

(22)

mengenai perbedaan etiologi genetiknya. Untuk itu diperlukan lebih banyak studi lainnya khususnya pada kelompok pediatrik untuk mengetahui faktor genetik atau familial tersebut pada konstipasi fungsional pada anak.

2.5. Diagnosis

Kriteria yang hingga saat ini masih digunakan untuk mendiagnosis konstipasi adalah kriteria ROME III yang umumnya berdasarkan gejala klinis (Tabel 2).17

Tabel 2. Kriteria ROME III.17

Kriteria ROME III untuk diagnosis konstipasi fungsional pada anak dan remaja

Gejala berikut harus muncul setidaknya satu kali per minggu selama setidaknya 2 bulan dan meliputi 2 atau lebih gejala berikut pada anak dengan usia perkembangan > 4 tahun, dan tidak memenuhi syarat untuk kriteria diagnosis Irritable bowel syndrome:

≤ 2 kali buang air besar di toilet per minggu

Setidaknya satu kali episode inkontinensia fekal per minggu

Adanya riwayat perilaku menahan buang air besar yang berlebihan (retentive posturing)

Adanya riwayat buang air besar yang sakit atau keras Dijumpai massa fekal yang besar di rektum

Riwayat feses yang besar yang menyumbat toilet

(23)

(rectal toucher/RT) wajib dilakukan. Tekanan anus yang rendah pada pemeriksaan RT menunjukkan adanya retensi fekal dengan inhibisi tekanan anus istirahat atau penyakit yang melibatkan sfingter ani interna dan eksterna. Sering dijumpai rektum yeng penuh dengan feses yang konsistensinya keras seperti batu atau bisa juga lembek. Bisa dijumpai fisura anal, stenosis anal, atau atresia ani dengan fistel perianal, atau ampula rekti yang sangat ketat yang mengindikasikan penyakit Hirschsprung. Bisa juga dijumpai tumor yang menyumbat rektum namun hal ini sangat jarang.17

Pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium jarang diperlukan kecuali jika dicurigai penyakit lain yang mendasari. Pemeriksaan darah yaitu kadar hormone tiroid atau adrenal, elektrolit dan kalsium, antigliadin, antitissue transglutaminase (TTG), dan antibodi endomisial. Pemeriksaan kultur urin juga dapat dilakukan.17

Pemeriksaan radiologi berupa foto polos abdomen dapat berguna untuk menentukan ada atau tidaknya retensi feses, sampai sejauh mana, serta menilai abnormalitas tulang belakang spinalis. Pada anak dengan inkontinensia fekal tanpa adanya massa feses pada pemeriksaan abdomen dan RT, pada anak yang menolak pemeriksaan RT, anak dengan obesitas, dan anak yang masih bergejala setelah pengobatan dengan laksatif.17

(24)

inkontinensia fekal. Pemeriksaan ini tidak akan merubah keputusan awal seperti terapi apa yang akan diberikan.17

Manometri anorektal juga tidak perlu dilakukan pada anak dengan konstipasi fungsional. Fungsi utama pemeriksaan ini adalah sebagai evaluasi pada anak dengan konstipasi berat, untuk mengeksklusikan penyakit Hirschsprung. Juga berguna untuk menilai penyakit lain seperti defek spinalis dan achalasia anal. Pada pemeriksaan manometri anorektal dapat dijumpai peningkatan ambang rangsang terhadap distensi rektal dan menurunnya kontraktilitas rektal. Kelainan yang juga ditemukan yaitu kontraksi sfingter ani eksterna dan otot pelvis bukannya relaksasi selama proses defekasi.15

2.6. Penatalaksanaan

Tatalaksana konstipasi meliputi edukasi orangtua, evakuasi tinja, terapi rumatan, modifikasi perilaku, obat, dan konsultasi.

2.6.1. Evakuasi tinja (disimpaksi)

(25)

adalah minyak mineral (paraffin liquid) 15 – 30 ml/usia (tahun) dosis maksimum 240ml per hari kecuali pada bayi. Larutan polietilen glikol (PEG) 20ml/kg/jam maksimum 1000ml/jam diberikan dengan pipa nasogastrik selama 4 jam per hari. Evakuasi dengan obat per rektal dapat dilakukan menggunakan enema fosfat hipertonik (3ml/kg 2 kali sehari maksimal 6 kali enema), enema garam fisiologis (600-1000ml) atau 120 ml minyak mineral. Pada bayi digunakan supositoria gliserin 2 – 5 ml.15

2.6.2. Terapi rumatan

Setelah proses evakuasi tinja berhasil dilakukan, terapi selanjutnya adalah rumatan yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan. Terapi rumatan ini meliputi intervensi diet, modifikasi perilaku dan pemberian laksatif untuk menjamin interval defekasi yang normal dengan evakuasi tinja yang sempurna.15

(26)

Komponen penting dalam terapi rumatan adalah modifikasi perilaku dan latihan berhajat atau toilet training. Segera setelah makan pagi dan malam, anak dianjurkan untuk buang air besar. Tidak perlu terlalu terburu-buru, yang akan membuat anak semakin tertekan, berilah waktu 10 sampai 15 menit bagi anak untuk buang air besar. Toilet training yang dilakukan secara teratur akan mengembangkan refleks gastrokolik dan selanjutnya akan membangkitkan refleks defekasi.24

Selain toilet training, latihan dan aktifitas fisik secara teratur membantu melatih otot-otot yang mengatur defekasi. Aktifitas fisik juga berguna untuk memperbaiki gerakan usus yang teratur, sehingga membantu feses melewati anus. Monitor terhadap pola defekasi dan penggunaan obat serta efek samping dapat diperoleh dari catatan harian yang dibuat oleh orangtua. Salah satu cara untuk menjaga kepatuhan terapi adalah menstimulasi anak yang telah berhasil dalam kegiatan ini dengan memberikan hadiah.24

Pemberian asam palmitat, prebiotik oligosakarida dan whey protein

(27)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik klinis: 1. Frekuensi BAB 2. Nyeri perut 3. Konsistensi tinja 4. Usia awitan

: Hal yang diamati dalam penelitian

Konstipasi Fungsional

Faktor genetik

Riwayat konstipasi pada: 1. Orangtua

2. Saudara kandung 3. Saudara kembar

Faktor tingkah laku 1. Stres psikososial 2. Gangguan perilaku

Faktor lingkungan 1. Diet

(28)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini merupakan studi sekat lintang untuk menilai perbedaan karakteristik klinis anak konstipasi dengan riwayat keluarga menderita konstipasi dan anak konstipasi tanpa riwayat keluarga.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Siti Hajar dan Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah di kota Medan Propinsi Sumatera Utara selama bulan November 2013 hingga Januari 2014.

3.3. Populasi dan Sampel

(29)

3.4. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi independen, yaitu :25

n1 =n2 = 2 (Zα+Zβ) S 2 (X1 – X2)

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I

n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%

Zα = nilai baku normal = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%

Zβ = 0,84

S = Simpang baku frekuensi BAB dari kedua kelompok : 1,99 X1 – X2= Perbedaan frekuensi BAB yang diinginkan : 0,9

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 72 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1.Kriteria Inklusi

(30)

2. Memenuhi diagnosis konstipasi fungsional menurut kriteria ROME III. 3. Tidak mempunyai kelainan organik berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

4. Bersedia mentaati prosedur penelitian dan menandatangani informed consent.

3.5.2. Kriteria Ekslusi

1. Mengunakan obat-obatan yang efek sampingnya menyebabkan konstipasi, seperti antasida, antikolinergik, antikonvulsan, antidepresan, diuretika, preparat besi, relaksan otot, narkotika dan psikotropika.

2. Sedang minum obat pencahar. 3. Gangguan perilaku.

3.6. Persetujuan / Informed Consent

Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu.

3.7. Etika Penelitian

(31)

3.8. Cara Kerja

1. Pasien disurvei dengan kuisioner dan wawancara langsung.

2. Pasien dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengukuran berat badan dan tinggi badan.

3. Sampel dikumpulkan secara consecutive sampling

4. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

5. Keluarga dari sampel yaitu orangtua, dan saudara kandung atau saudara kembar diberikan kuisioner yang sama mengenai konstipasi

6. Sampel penelitian diberikan penjelasan dan informed consent yang menyatakan setuju mengikuti penelitian

7. Kedua kelompok dinilai karakteristik konstipasi seperti usia awitan, nyeri perut, frekuensi BAB dan konsistensi tinja dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik

(32)

3.9 . Alur Penelitian

3.10. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Riwayat keluarga Nominal

Variabel tergantung Skala

Frekuensi Numerik

Nyeri Perut Nominal

Konsistensi Nominal

Usia awitan Ordinal

A. Kelompok anak konstipasi dengan riwayat keluarga (+)

B. Kelompok anak konstipasi tanpa riwayat keluarga menderita konstipasi

Karakteristik klinis konstipasi fungsional 1. Frekuensi BAB

2. Nyeri Perut 3. Konsistensi tinja 4. Usia awitan

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

(33)

3.11. Definisi Operasional

1. Konstipasi adalah kesulitan defekasi dengan tinja keras dan rasa sakit dengan frekuensi defekasi ≤ 2 kali dalam 1 minggu.

2. Konstipasi fungsional adalah konstipasi yang didiagnosis berdasarkan Kriteria ROME III (memenuhi 2 dari kriteria berikut selama 1 bulan) yaitu :

a. Buang air besar 2 kali atau kurang setiap minggu

b. Sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu mengalami inkontinensia

c. Riwayat menahan buang air besar yang berlebihan d. Riwayat nyeri saat buang air besar dan feses yang keras e. Teraba massa feses yang banyak di dalam rectum

f. Riwayat feses dalam diameter yang besar sehingga dapat menyumbat lubang kloset.

(34)

4. Frekuensi defekasi dicatat sesuai dengan jumlah defekasi yang dialami setiap minggu yaitu ≤ 2 kali dalam 1 minggu, 3-4 kali dalam 1 minggu, dan 5-6 x dalam 1 minggu.

5. Nyeri perut adalah sakit perut yang dialami pasien dengan konstipasi dinilai dengan visual analog scale (VAS).

6. Konsistensi tinja dicatat sesuai dengan bentuk tinja yang dialami.

7. Murid SD yang dimaksud pada penelitian ini anak usia adalah 7 – 14 tahun

8. Usia awitan adalah usia saat pertama kali muncul gejala konstipasi atau saat pertama kali didiagnosis konstipasi

9. Keluarga menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1988 adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Keluarga terdiri dari satu kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu tempat dan saling berinteraksi serta saling ketergantungan.

3.12. Pengolahan dan Analisa Data

(35)
(36)

BAB 4. HASIL

4.1 Data Demografik dan Karakteristik Sampel

[image:36.612.179.539.459.662.2]

Penelitian dilaksanakan di SD Siti Hajar dan pesantren Raudhatul Hasanah di kotamadya Medan propinsi Sumatera Utara. Dari 800 siswa SD dan pesantren yang disurvei dengan kuesioner dan wawancara langsung serta dilakukan pemeriksaan fisik selama bulan Januari 2014 sampai Februari 2014. Dari 191 anak yang memenuhi kriteria inklusi, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 94 anak penderita konstipasi fungsional dengan riwayat keluarga penderita konstipasi dan 97 anak penderita konstipasi fungsional tanpa riwayat keluarga penderita konstipasi. Seperti yang terlihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Profil penelitian

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi N = 191

Anak konstipasi fungsional tanpa riwayat keluarga

konstipasi N= 97 Anak konstipasi fungsional

dengan riwayat keluarga konstipasi

(37)
[image:37.612.112.565.141.604.2]

Table 4.1. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik Keluarga

Konstipasi n = 94

Keluarga Tanpa Konstipasi

n = 97

P

Jenis Kelamin, n (%)

Laki-laki 41 (43.6) 36 (37.1) 0.360

Perempuan 53 (56.4) 61 (62.9)

Anggota keluarga yang Konstipasi

Ayah/Ibu 40 (42.6) -

Adik/Kakak 31 (33) -

Ayah/Ibu dan Adik/Kakak

23 (24.5) -

Usia onset, rerata (SB), tahun

10.65 (2.31) 11.87 (1.73) 0.0001

Frekuensi BAB, n (%)

Setiap hari 10 (10.6) 16 (16.5) 0.193

2 – 3 hari 60 (63.8) 56 (57.7)

4 – 5 hari 19 (20.2) 24 (24.7)

6 – 7 hari 5 (5.3) 1 (1)

Nyeri Perut

Ringan 11 (11.7) 10 (10.4) 0.460

Sedang 69 (73.4) 77 (80.2)

Berat 14 (14.9) 9 (9.4)

Konsistensi tinja

Konstipasi 41 (43.6) 15 (15.5) 0.0001

BAB Normal 51 (54.3) 75 (77.3)

Diare 2 (2.1) 7 (7.2)

(38)
(39)
[image:39.612.131.397.152.351.2]

Gambar 4.1.1 Grafik histogram rerata usia awitan

[image:39.612.130.466.406.612.2]
(40)

Table 4.2. Perbedaan Usia awitan, frekuensi BAB, nyeri perut dan konsistensi tinja pada kelompok responden dengan riwayat keluarga menderita konstipasi

Variabel

Anggota Keluarga Konstipasi

P Ayah/Ibu (n=40) Kakak/Adik (n=31) Ayah/Ibu dan Kakak/Adik (n=23) Usia onset, rerata

(SB), tahun

10.95 (2.40) 10.59 (2.21) 10.05 (2.32) 0.244

Frekuensi BAB, n (%)

Setiap hari 4 (10) 4 (12.9) 4 (10) 0.697 2 – 3 hari 25 (62.5) 22 (71) 13 (56,5)

4 – 5 hari 8 (20) 5 (16.1) 6 (16.1)

6 – 7 hari 3 (7.5) 0 2 (8.7)

Nyeri Perut

Ringan 4 (10) 3 (9.7) 4 (17.4) 0.804

Sedang 31 (77.5) 22 (71) 16 (69.6) Berat 5 (12.5) 6 (19.4) 3 (13) Konsistensi tinja

Konstipasi 22 (55) 11 (35.5) 8 (34.8) 0.316 BAB Normal 18 (45) 19 (61.3) 14 (60.9)

[image:40.612.109.570.196.566.2]

Diare 0 1 (3.2) 1 (4.3)

(41)
(42)

BAB 5. PEMBAHASAN

Konstipasi merupakan masalah umum yang dikeluhkan, sekitar 3% dari seluruh kunjungan dokter anak dan sampai 25% ditangani ahli gastroenterologi anak.7,26 Sebuah sistematik review dari 19 studi prospektif tahun 2013 terhadap epidemiologi konstipasi fungsional pada anak di seluruh dunia menyebutkan bahwa prevalensi berkisar 0.7% sampai 29.6%.27 Sekitar 1/3 dari anak-anak ini terus memiliki konstipasi hingga dewasa meskipun pengobatan dan tindak lanjut.28

Konstipasi cenderung sama kejadiannya antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada usia di bawah lima tahun, dan lebih sering terjadi pada remaja perempuan usia di atas 13 tahun.14 Kebanyakan studi epidemiologi menunjukkan tidak ada perbedaan dalam prevalensi konstipasi antara laki-laki dan perempuan, berbeda dengan studi pada dewasa di mana prevalensi yang lebih tinggi dijumpai pada wanita.29 Sebagian besar studi, melaporkan prevalensi pada perempuan dijumpai lebih tinggi dibandingkan laki-laki.19 Sistematik review tahun 2005 menyimpulkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi dimana perempuan memiliki rasio mendapat konstipasi 3 kali lebih besar dari laki-laki.30

(43)

(56.4%) sedangkan pada kelompok tanpa riwayat keluarga konstipasi sebanyak 61 anak perempuan (62.9%).

Akhir-akhir ini penelitian mengenai etiologi dan patogenesis konstipasi pada anak telah difokuskan kepada faktor lingkungan, tingkah laku, dan faktor genetik.18 Kemungkinan pengaruh genetik terhadap konstipasi telah diteliti pada beberapa studi.11 Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada studi tahun 2007, yang membandingkan prevalensi irritable bowel syndrome

(IBS). Studi tersebut melaporkan bahwa salah satu gejala IBS adalah konstipasi, dimana IBS lebih sering terjadi pada kembar monozigot.10 Sebuah studi dengan jumlah sampel 686 pasangan kembar, melaporkan bahwa faktor genetik dijumpai pada 56.9% pasangan yang memiliki satu atau lebih gejala functional bowel disease (FBD).11

(44)

IBS, dan jika dia memiliki bentuk genotip S/S dari SERT, maka IBS lebih dominan berkembang menjadi varian konstipasi.31

Sebuah studi di Hongkong tahun 2007, menyebutkan bahwa riwayat keluarga menderita konstipasi berhubungan dengan peningkatan risiko konstipasi, dengan nilai Odds Ratio (OR) 2.02 jika satu orang anggota keluarga yang terkena, dan OR 3.99 jika setidaknya dua orang anggota keluarga terkena.22 Penelitian ini kami menemukan adanya anggota keluarga yang mengalami konstipasi yaitu ayah/ibu pada 40 anak (42.6%), kakak/adik pada 31 anak (33%) dan ayah/ibu dan kakak/adik pada 23 anak (24.5%).

Konstipasi yang bersifat familial mempunyai ciri klinis yang berbeda dari konstipasi fungsional pada umumnya, ini terlihat pada sebuah studi yang membandingkan 118 pasien konstipasi dengan riwayat keluarga juga menderita konstipasi dan 114 pasien konstipasi tanpa riwayat keluarga. Ditemukan bahwa penderita konstipasi yang memiliki riwayat keluarga cenderung memiliki usia awitan penyakit lebih muda, lebih banyak komplikasi seperti hemoroid, fisura anal, dan prolapsus rektal, juga lebih sering melakukan evakuasi dengan jari.9

Studi populasi tahun 1994 menyebutkan adanya hubungan insiden konstipasi yang tinggi dengan riwayat konstipasi pada keluarga dan sebagian mengalami konstipasi dengan onset pada usia yang dini.8

(45)

konstipasi adalah 10.65 tahun (SB=2.31 tahun) sedangkan pada kelompok tanpa riwayat keluarga konstipasi rerata 11.87 tahun (SB=1.73 tahun). Dimana usia lebih muda dijumpai pada anak yang menderita konstipasi fungsional dengan riwayat keluarga.

Namun, kami tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk frekuensi BAB (P=0.193) pada dua kelompok. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk konsistensi tinja pada kedua kelompok (P=0.0001, P<0.05). Pada kelompok responden dengan keluarga konstipasi terdapat 41 anak (43.6%) yang mengalami konstipasi sedangkan pada kelompok dengan keluarga tanpa konstipasi hanya 15 anak (15.5%) yang mengalami konstipasi.

Penilaian skala nyeri Wong-Baker FACES (WBS) umumnya lebih disukai oleh orang tua dan pasien untuk melaporkan persepsi rasa sakit, digunakan pada anak usia 3 hingga 18 tahun. Terdapat 6 skala wajah mulai dari tersenyum sampai menangis. Wajah dikembangkan berdasarkan analisis gambar wajah anak-anak yang mewakili derajat nyeri yang berbeda dan skala ditunjukkan pada angka 0 sampai 5.32 Studi observasional tahun 2013 menunjukkan bahwa WBS menunjukkan korelasi sedang dengan skala nyeri yang lainnya pada pasien usia sekolah dengan nyeri.33

(46)

keluarga konstipsi. Sedangkan pada kelompok keluarga tanpa konstipasi dijumpai nyeri ringan sebanyak 10 orang (10.4%), nyeri sedang 75 orang (77.3%), dan nyeri berat 9 orang (9.4%) dengan nilai P=0.460.

SD Siti Hajar memiliki program pendidikan mulai pukul 07.00 wib hingga pukul 17.00 wib. Aktifitas fisik para siswa dimulai dengan kegiatan senam pagi bersama setelah itu kegiatan belajar mengajar. Untuk asupan makanan para siswa makan secara bersama sama di kantin sekolah, dengan menu yang sama untuk tiap siswa. Namun para siswa memiliki kebiasaan pola makan yang berbeda beda dalam hal asupan sayur dan buah-buahan serta jumlah air yang diminum. Kamar mandi yang tersedia di sekolah ini adalah 12 kamar mandi untuk siswa perempuan dan 12 kamar mandi untuk siswa laki-laki.

(47)
(48)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini terdapat perbedaan bermakna dalam rerata usia awitan, dimana siswa dengan riwayat keluarga penderita konstipasi fungsional memiliki usia awitan lebih muda daripada siswa tanpa riwayat keluarga konstipasi. konsistensi tinja pada kelompok siswa dengan riwayat keluarga konstipasi memiliki nilai bermakna dibandingkan dengan siswa tanpa riwayat keluarga konstipasi. Tidak ditemukan nilai yang bermakna pada frekuensi BAB dikelompok siswa dengan riwayat keluarga penderita konstipasi dibandingkan dengan kelompok siswa tanpa riwayat keluarga konstipasi. Penilaian nyeri perut, tidak ditemukan nilai yang bermakna diantara kedua kelompok

6.2. Saran

(49)

RINGKASAN

Konstipasi merupakan masalah kesehatan yang sering dijumpai dan sering dikeluhkan orangtua ketika membawa anaknya ke praktek dokter. Di Amerika Serikat, sekitar tiga persen kunjungan klinik rawat jalan pediatrik dan 25% kunjungan ke ahli gastro-enterologi anak berhubungan dengan gangguan defekasi atau buang air besar. Konstipasi merupakan gejala klinis yang dapat menimbulkan stress pada anak dan orang tua dan menyebabkan gangguan emosional berat dan mempengaruhi kualitas hidup anak.

Pemahaman umum yang berkembang selama ini bahwa konstipasi akan menghilang atau sembuh seiring bertambahnya usia ternyata terbukti salah karena sebagian konstipasi menetap hingga setelah pubertas. Faktor prognosis yang berhubungan dengan kegagalan terapi ini masih terus diselidiki, sebagian studi menemukan bahwa faktor usia saat awal terjadinya konstipasi berhubungan dengan risiko menetapnya gejala, tetapi studi lain menemukan bahwa riwayat keluarga menderita konstipasi merupakan faktor risiko kegagalan terapi pada konstipasi.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik klinis konstipasi fungsional pada siswa yang memiliki riwayat keluarga penderita konstipasi, seperti frekuensi BAB, nyeri perut, konsistensi tinja dan usia awitan.

(50)

Utara selama bulan November 2013 hingga Januari 2014. Populasi target adalah anak yang menderita konstipasi fungsional. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.

Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square. Pengolahan data yang telah terkumpul dilakukan dengan perangkat lunak computer SPSS 15 dengan tingkat kemaknaan P< 0,05. Jumlah kejadian konstipasi pada anak dihitung dengan rumus prevalensi.

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik dasar antara kelompok yaitu, jenis kelamin, rerata usia, frekuensi BAB, nyeri perut dan konsistensi tinja. Mayoritas peserta penelitian ini adalah anak dengan jenis kelamin perempuan. Didapatkan nilai yang bermakna pada rerata usia awitan dan konsistensi BAB konstipasi. Tetapi tidak ditemukan nilai yang bermakna dari frekuensi BAB dan nyeri perut.

(51)

SUMMARY

Constipation is a health problem that is frequently encountered and often complain when parents bring their children to the doctor’s office. In the United States, pproximately three percent of pediatric outpatient clinic visit and 25% of visits to a gastro-enterolog associated with defecation disorder or defecate. Constipation is a clinical symptom that can cause stress in children and parents and causes severe emotional disturbance and affect the quality of life of children.

The common understanding is develop over time that will disappear or be cured of constipation with age proved wrong because most constipation settled until puberty. Prognostic factors associated with treatment failure is still being investigated, some studies have found that age onset of constipation associated with the risk of persistence of symptoms, but another study found that family history of suffering from constipation is a risk factor in constipation treatment failure.

This study aimed to examine the clinical characteristics of functional constipation in students who have a family history of constipation, such as the frequency of defecate, abdominal pain, feces consistency and age of onset.

The research have been conducted in Siti Hajar elementary school and Ar-Raudhatul Hasanah boarding school in Medan North Sumatera during November 2013 to January 2014. The population are children who suffer from functional constipation. Sample are affordable population that met the inclusion criteria.

Statistical test used was chi-square test. Data collected with computer software SPSS 15 with a significant level of P<0.005. total incidences of constipation in children calculated with prevalence.

(52)

consistency. The majority participants were children with female gender. Obtained significant values of the frequency of defecate and abdominal pain.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. Clinical practice guideline: evaluation and treatment of constipation in infants and children: recommendations of the North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. JPGN. 2006; 43:e1-13

2. Tabbers MM, Boluyt N, Berger MY, Benninga MA. Clinical practice: diagnosis and treatment of functional constipation. Eur J Pediatr. 2011; 170:955-63

3. Belsey J, Greenfield S, Candy D, Geraint M. Systematic review: impact of constipation on quality of life in adults and children. Aliment Pharmacol Ther. 2010; 31:938-49

4. Lee WTK, Ip KS, Chan JSH, Lui NWM, Young BWY. Increased prevalence of constipation in pre-school children is attributable to under-consumption of plant foods: a community-based study. J Paediatr Child Health. 2008; 44:170-5

5. Saps M, Sztainberg M, Di Lorenzo C. A prospective community-based study of gastroenterological symptoms in school-age children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2006; 43(4):477-82

6. Rajindrajith S, Devanarayana MN. Constipation in children: novel insight into epidemiology, pathophysiology, and management. J Neurogastroenterol Motil. 2011; 17(1):35-47

7. Van Ginkel R, Reitsma JB, Bϋller HA, Van Wijk MP, Taminiau JJM, Benninga MA. Childhood constipation: longitudinal follow-up beyond puberty. Gastroenterol. 2003; 125:357-63

(54)

9. Chan AO, Lam KF, Hui WM, Leung G, Wong NYH, Lam SK, dkk. Influence of positive family history on clinical characteristics of functional constipation. Clin Gastroenterol Hepatology. 2007; 5:197-200

10. Levy RL, Jones KR, Whitehead WE, Feld SI, Talley NJ, Corey LA. Irritable bowel syndrome in twins: heredity and social learning both contribute to etiology. Gastroenterol. 2001; 121:799-804

11. Morris-Yates A, Talley NJ, Boyce PM, Nandurkar S, Andrews G. Evidence of a genetic contribution to functional bowel disorder. Am J Gastroenterol. 1998; 93(8):1311-7

12. Endryani B, Syarif BH. Konstipasi fungsional. Sari Pediatri. 2004; 6(2):75-80

13. Wyllie R. Motility disorders and hirschsprung disease. Dalam: Kliegman MR, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia: Saunders elsevier; 2007.h.1565 14. Afzal NA, Tighe MP, Thomson MA. Constipation in children. Italian J

Pediatr. 2011; 37(28):1-10

15. Taminiau J, Benninga M. Constipation and encopresis in childhood. Dalam: Guandalini S, penyunting. Textbook of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. London: Taylor and Francis Group; 2004.h.247-51

16. Firmansyah A. Konstipasi pada anak. Dalam: Juffrie M, Soenarto SY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010.h.201-11

17. Loening-Baucke V. Constipation and fecal incontinence. Dalam: Wyllie R, Hyams JS, Kay M, penyunting. Pediatric Gastrointestinal and Liver Disease. Edisi ke-4. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011.h.127

(55)

19. Peeters B, Benninga MA, Hennekam RC. Childhood constipation: an overview of genetic studies and associated syndromes. Best Pract Res Clin Gastroenterol. 2011; 25:73-88

20. Yeo A, Boyd P, Lumsden S, Saunders T, Handley A, Stubbins M, dkk. Association between a functional polymorphism in the serotonin transporter gene and diarrhea predominant irritable bowel syndrome in women. Gut. 2004; 53:1452-8

21. Kim HJ, Camilleri M, Carlson PJ, Cremonini F, Ferber I, Stephens D, dkk. Association of distinct α2 adrenoceptor and serotonin transporter polymorphisms with constipation and somatic symptoms in functional gastrointestinal disorders. Gut. 2004; 53:829-37

22. Chan AO, Hui WM, Lam KF, Leung G, Yuen MF, Lam SK, dkk. Familial aggregation in constipated subjects in a tertiary referral centre. Am J Gastroenterol. 2007; 109:149-52

23. Otswani W, Dolan J, Elitsur Y. Familial clustering of habitual constipation: a prospective study in children from West Virgina. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2010; 50(3):287-9

24. Jurnalis YD, Sarmen S, Sayoeti Y. Konstipasi pada anak. Cermin Dunia Kedokteran. 2013; 40(1):27-31

25. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30

(56)

27. Pijpers MAM, Bongers MEJ, Benningga MA, Berger MY. Functional Constipation in children: a systematic review on prognosis and predictive factors. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2010; 50: 256-68

28. Wald A, Sigurdsson L. Quality of life in children and adults with constipation. Best Prac Res Cl Gastrolenterol. 2011; 25: 19-27

29. Mugie SM, Benninga MA, Lorenzo CD. Best Prac Res Cl Gastrolenterol 2011; 25: 3-18

30. Richmond JP, Wright ME. Development of a constipation risk assessment scale. J Orthopaed Nurs. 2006; 10: 186-97

31. Pata C, Erdal E, Derici E, Yazar A, Kanik A, Ulu O. Serotonin transporter gene polymorphism in irritable bowel syndrome. Am J Gastroenterol. 2002; 97(7): 1780-4

32. Chambers CT, Giesbrecht K, Craig KD, Bennett SM, Huntsman E. A comparison of faces scales for the measurement of pediatric pain: children’s and parents’ ratings. Pain. 1999; 83: 25-35

(57)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Syafrida Hiliya Rambe

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU 2. Anggota penelitian

1. Prof.Dr. Atan Baas Sinuhaji,SpAK 2. Dr. Supriatmo, SpAK

3. Dr. H. Emil Azlin, SpAK 4. dr. Marlina Tanjung 5. dr. Meiviliani Sinaga 6. dr. Wardah

7. dr. Bia Safitri

2. Jadwal Penelitian Kegiatan/ Waktu Nopember 2013 Desember 2013 Januari 2014 Februari 2014 Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan

3. Perkiraan biaya

1. Penyediaan obat-obatan : Rp. 6.000.000 2. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 3.000.000 3. Seminar hasil penelitian

Jumlah : Rp. 11.000.000

(58)

4. Lembar Penjelasan

Yth Bapak/ Ibu……

1. Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter Syafrida Hiliya Rambe, bertugas di divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang pengaruh faktor keturunan terhadap ciri-ciri klinis konstipasi fungsional.

2. Pertama-tama saya dibantu beberapa teman-teman saya akan mewawancarai anak ibu/bapak mengenai gejala konstipasi. Setelah itu kami juga akan memberikan kuisioner mengenai konstipasi kepada ibu/bapak juga anak ibu/bapak lainnya.

3. Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, pemeriksaan fisik sederhana, dan pemberian kuisoner untuk mengetahui anak yang menderita konstipasi.

4. Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya ikut serta dalam penelitian ini maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

5. Bapak/ Ibu serta putri anda bebas menolak ikut atau mengundurkan diri dalam penelitian ini. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia, sehingga tidak memungkinkan orang lain mengetahui data penderita. Semua biaya penelitian akan ditanggung oleh peneliti.

6. Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Hormat saya Peneliti,

(59)

5. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk diikutsertakan sebagai sampel terhadap anak saya :

Nama : ... Umur ... tahun Alamat Rumah : ... Alamat Sekolah : ... yang tujuan, sifat, dan perlunya penelitian tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ... 2014 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan dr. Syafrida H. Rambe

………

Saksi-saksi : Tanda tangan

(60)

6. Kuisoner

1. Data Pribadi

Nama: ... Tanggal pemeriksaan: ... Alamat :... Tempat/tanggal lahir: ... Jenis kelamin : ……….

Anak ke….dari ……jumlah saudara. ...

Pendidikan orang tua :………. Pekerjaan orang tua :………. Berat badan: ...kg Tinggi badan: ...cm

Status nutrisi : Obese / Overweight / Normoweight / Mild malnutrition / Moderate malnutrition / Severe malnutrition

Saat ini duduk di kelas: ...

2. Data Orang Tua

Umur Orang Tua : Ayah…...Tahun, Ibu……….Tahun Pendidikan Terakhir

Ayah : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Ibu : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Pekerjaan

Ayah : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja Ibu : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta

4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja Pendapatan / Bulan

Ayah : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta 3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta

(61)

3. Data Konstipasi

a. Anamnesa

1. Apakah anda sering mengalami susah buang air besar ?

a. Ya b. Tidak

2. Berapa hari sekali anda buang air besar ?

a. Setiap hari c.Dua hari sekali b. Tiga hari sekali d. lainnya:...

3. Apakah setiap kali anda buang air besar sering disertai dengan sakit perut/mulas?

a. Ya b. Tidak

4. Bagaimana bentuk tinja saat buang air besar ? a. Cair

b. Keras c. Lembek

5. Apa warna tinja saat buang air besar ? a. Kehitaman

b. Kuning dan kemerahan c. Coklat

6. Apakah anda suka makan sayuran ? a. Sangat suka

b. Biasa-biasa saja c. Tidak suka

7. Apakah anda suka makan buah-buahan ? a. Sangat suka

b. Biasa-biasa saja c. Tidak suka

8. Jenis buahan apa yang anda suka ? a. Pepaya

(62)

9. Berapa gelas (aqua gelas) sehari anda minum air putih? a. Satu gelas

b. Tiga gelas c. Delapan gelas

10. Jenis minuman apa yang paling anda suka? a. Susu

b. Juice

c. Minuman soda

11. Pada saat susah buang air besar , apakah anda mengkonsumsi obat pencahar (obat memperlancar buang air besar)?

a. Ya b. Tidak

12. Apakah setiap buang air besar selalu mengkonsumsi obat ? a. Ya b. Tidak

13. Jenis obat apa yang anda minum ? a. Jamu-jamuan

b. Obat medis

c. Tidak minum obat tetapi mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan dan banyak minum

14. Apakah anda sering melakukan aktifitas seperti olah raga?

a.Ya b. Tidak

15. Seringkah anda mengkonsumsi obat-obatan seperti paracetamol bila sakit?

a. Ya b. Tidak

16. apakah orang tua anda sering/pernah mengeluhkan sulit untuk BAB:

a. Ya b. Tidak

b. Pemeriksaan Fisik

(63)

c. Pemeriksaan abdomen

Palpasi : massa feses di kuadran kiri bawah : ada / tidak

Pemantauan konsistensi buang air besar (BAB)

(64)
(65)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Syafrida Hiliya Rambe

Tempat dan Tanggal lahir : Ujungpandang, 1 Nopember 1978 Alamat : Komp. Citra Seroja Blok E.18-19

Medan 20128 PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Negeri 060822 Medan, tamat tahun 1991

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 3 Medan, tamat tahun 1994 Sekolah Menengah Umum : SMU Negeri 5 Medan, tamat tahun 1997 Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU, tamat tahun

2005

Magister Kedokteran Klinik : Fakultas Kedokteran USU PEKERJAAN

2005 - 2007 : Fasilitator Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

2007 - 2008 : Dokter Umum PTT Puskesmas Gido, Kab. Nias

(66)

PERTEMUAN ILMIAH/ PELATIHAN

1. Master of trainer Manajemen Terpadu Balita Sakit Dinas Kesehatan Prop. Sumatera Utara tahun 2006

2. Trainer manajemen Asfiksia pada bayi baru lahir Dinas Kesehatan Prop. Sumatera tahun 2005

3. Trainer BBLR Dinas Kesehatan Prop. Sumatera Utara tahun 2005 4. Training of trainer ASI Eklusif Unicef Kab. Nias tahun 2008

5. International Infectious disease. Bangkok tahun 2012 6. Manajemen Shock. Surabaya tahun 2014

7. PICU Update dan APRC. Jayapura tahun 2014 8. Fever in pediatric. Surabaya tahun 2014

PENGHARGAAN

1. Dokter Puskesmas Teladan Kabupaten Nias tahun 2008

2. Dinas Kesehatan Prop. Sumatera Utara tahun 2010 dalam rangka : Akselerasi penurunan angka kematian ibu, neonati, bayi dan balita di Sumatera Utara

PENELITIAN

(67)

Gambar

Tabel 1. Penyebab konstipasi berdasarkan usia.16
gambar 4.1.
Table 4.1. Karakteristik Responden Penelitian
Gambar 4.1.1 Grafik histogram rerata usia awitan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : Hubungan status gizi dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak.. Nama : Badai

Penelitian ini juga mendapati pada kelompok anak dengan konstipasi fungsional terdapat 19 anak (73,1%) tidak mengalami isi refluks terasa asam, sedangkan sebanyak 23 anak (88,5%)

Adanya hubungan yang bermakna antara posisi saat buang air besar dengan kejadian konstipasi fungsional pada anak (P&lt;0.05).. Kesimpulan Posisi saat buang air besar

yang lebih rendah pada anak dengan konstipasi dibandingkan dengan anak normal.

KUISIONER KUALITAS HIDUP (PedsQL) USIA 8 – 12 TAHUN LAPORAN UNTUK ANAK USIA 8-12 TAHUN. TENTANG KESEHATAN

Riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat pemberian susu formula, ketidakcukupan jumlah asupan cairan dan serat makanan merupakan faktor yang berhubungan dengan

Saat ini, saya sedang melaksanakan penelitian tentang peranan pemberian glucomannan dengan dan tanpa agar-agar pada anak yang menderita konstipasi fungsional.. Berdasarkan

Untuk mengetahui perbedaan profil besi anak dengan infeksi dan tanpa infeksi M.tuberculosis yang mempunyai riwayat kontak penderita TB dewasa.. Universitas