EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI KELAS VII SEKOLAH INDONESIA SINGAPURA
SKRIPSI
diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
oleh
FITRIANI JUWITA 1104275
DEPARTEMEN PENDIDIKAN METEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh Fitriani Juwita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Fitriani Juwita 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Fitriani Juwita (1104275). Eksplorasi Hasil Belajar Siswa dengan Pendekatan Scientific di Kelas VII Sekolah Indonesia Singapura.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa kelas VII di Sekolah Indonesia Singapura. Kurikulum yang digunakan pada pembelajaran adalah Kurikulum 2013 dan pendekatan yang dilaksanakan adalah pendekatan scientific. Pengumpulan data menggunakan teknik triangulasi berupa lembar observasi, pelaksanaan tes, daan penyebaran angket siswa. Penelitian ini mengungkapkan perkembangan hasil belajar per individu yang dilihat dari hasil pelaksanaan tes berupa empat kali tes ulangan harian, UTS serta UAS. Fokus penelitian ini adalah pendekatan scientific
khususnya pada kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis siswa. Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan pendekatan scientific diamati sebanyak empat kali pertemuan. Pembelajaran tersebut menggunakan teknik ekspositori, teknik diskusi, teknik tanya jawab, teknik penemuan terbimbing dan teknik demosntrasi. Hasil belajar siswa pada setiap pelaksanaan tes ulangan harian dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok atas, kelompok menengah dan kelompok bawah. Dari setiap tes yang dilaksanakan dapat terlihat bahwa setiap individu mengalami peningkatan atau penurunan dalam hasil belajarnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kemampuan pemecahan matematis tiap kelompok terlihat dalam kemampuannya untuk memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan perencanaan serta mengecek kembali hasil penyelesaian. Sedangkan kemampuan penalaran matematisnya terlihat dalam kemampuannya untuk menarik kesimpulan, memperkirakan jawaban dan proses solusi, menyusun argumen, memberikan penjelasan dengan menggunakan model, fakta, dan sifat, menggunakan pola dan hubungan untuk menganalisis situasi matematis, serta menyusun pembuktian langsung atau tak langsung.
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Fitriani Juwita (1104275). Exploration of Students’ Study Result with Scientific Approach in 7th Grade Students at Sekolah Indonesia Singapore (SIS).
This research is a qualitative research with the aim of seeing the study results of students in class VII at Singapore Indonesian School. The learning method adapted 2013 curriculum and this research is taken by using scientific approach with OQAEC (Observing, Questioning, Associating, Experimenting, Communicating) process. Data collection techniques used triangulation technique, such as observation, test questions, and distributing questionnaires. This study reveals the development of student’s studying per individual which seen from the results of the implementation of the test formed from four times daily test, middle test and final test. This research focuses on scientific approach especially for student’s problem solving skills and mathematical reasoning. From this research, the learning of scientific approach was observed four times. This learning used expository technique, discussion technique, asking and answering technique, discovery learning technique, and demonstration technique. Student’s study result of the implementation test is grouped to three classes, those are upper class, middle class, and lower class. From implementation test, there were some students who experienced in increase or decrease the value based on the study result. Regarding the result, the problem solving skills each group can be seen from their capability of understanding the problem, planning the answer, solving the problem, and checking the answer. Besides that, mathematics reasoning skill can be seen from their capability of making conclusion, guessing answer and solution process, making argument, explaining the answer using model, fact, and characteristics, using pattern and the relations to analyze mathematics situation, and arranging direct or indirect prof.
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……….. ABSTRAK ………..
i
ii
KATA PENGANTAR………. iv
UCAPAN TERIMAKASIH ……… v
DAFTAR ISI………..………... vii
DAFTAR TABEL……… x
DAFTAR GAMBAR………... xi
DAFTAR LAMPIRAN……… xii
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Rumusan Masalah ………... 8
C. Tujuan ………. 9
D. Manfaat Penulisan……… 9
E. Definisi Operasional……… 10
F. Struktur Organisasi……….. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 12
A. Hakikat Pembelajaran Matematika……….. 13
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis………. 14
1. Masalah Matematis……… 14
2. Pentingnya Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ….... 18
C. Kemampuan Penalaran Matematis………... 19
D. Sikap Siswa Terhadap Matematika……….. 22
1. Kepercayaan Diri………... 22
2. Kemampuan Afektif Siswa……… 22
3. Alat Ukur Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika…. 24 E. Pendekatan Scientific pada Kurikulum 2013………... 25
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menanya ………... 30
3. Mengumpulkan Informasi/Eksperimen (Mencoba) ………….. 32
4. Mengasosiasikan (Menalar) ……….. 33
5. Mengkomunikasikan ……… F. Teknik Pembelajaran yang Digunakan……… 35 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... A. Desain Penelitian ………. 38
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ………. 41
C. Instrumen yang Digunakan ………. 41
D. Teknik Pengambilan Data ………... 42
E. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 43
F. Teknik Analisis Data ………... 48
G. Uji Keabsahan Data ……… 49
BAB IV PEMBAHASAN……….. 51
A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Scientific serta Hasil Belajar Siswa……….. 51
1. Pertemuan Pertama ..………. 51
2. Pertemuan Kedua …..……… 60
3. Pertemuan Ketiga……….. ………… 68
4. Pertemuan Keempat …..……… 78
B. Hasil Pelaksanaan Tes UTS dan UAS ……… 89
1. Hasil Siswa pada Ujian Tengah Semester (UTS) ………. 89
2. Hasil Siswa pada Ujian Akhir Semester (UAS) ………... 90
C. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific………... 93
1. Mengamati …..………..……… 93
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Sikap Siswa terhadap Implementasi Kurikulum 2013……….. 100
2. Sikap Siswa terhadap Proses Pembelajaran Matematika …….. 101
3. Minat Siswa terhadap Pelajaran Matematika ……… 102
4. Presepsi Siswa terhadap Pelajaran Matematika ……… 102
5. Upaya Siswa dalam Mempelajari Matematika ………. E. Perkembangan Hasil Belajar Individu ……… F. Hambatan Terkait Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis Siswa …..………..………... 103 104 118 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 123
A. Kesimpulan ………. 123
B. Rekomendasi ………... 124
DAFTAR PUSTAKA ………. 130
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam suatu negara.
Pendidikan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh seseorang. Hal ini
tertulis dalam UUD 1945 Pasal 28C ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia,”. Pendidikan itu sendiri memiliki tujuan yang
hendak dicapai. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Keberhasilan pembangunan suatu negara salah
satunya yaitu pembangunan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas tentunya dipengaruhi komponen pendukungnya, salah satu
diantaranya adalah kurikulum yang dikembangkan dan digunakan pada tataran
satuan pendidikan. Solusi untuk menanamkan pendidikan di Indonensia
adalah dengan mewajibkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk
bersekolah sembilan tahun. Program pemerintah itu dikenal dengan Wajib Belajar Sembilan Tahun. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 BAB III Pasal 3 tentang wajib
belajar yang berbunyi “Penyelenggara wajib belajar pada jalur formal
dilaksanakan minimal jenjang pendidikan dasar yang meliputi SD, MI, SMP,
MTs, dan bentuk lain yang sederajat,”.
Matematika di dalam pendidikan merupakan salah satu ilmu pengetahuan
yang mempunyai peranan penting. Mutu pendidikan matematika menjadi
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga banyak negara yang terus melakukan perbaikan pendidikan di bidang
matematika. Survei lapangan menunjukkan kecenderungan pentingnya
kemampuan dasar matematika dalam dunia kerja. Pekerja tamatan sekolah
menengah dengan kemampuan matematika tinggi mempunyai karir yang lebih
baik dan tingkat penganggurannya lebih rendah dibanding dengan yang
kemampuan matematikanya yang rendah (Riley, 1997). Selain itu, menurut
Sudrajat (2008) perkembangan IPTEK yang pesat adalah berkat dukungan
matematika. Landasan dukungan disebabkan kekuatan matematika pada
struktur dan penalarannya. Perkembangan matematika sering merintis
kemungkinan penerapannya yang baru pada berbagai bidang ilmu. Sebaliknya,
tuntutan pemecahan masalah berbagai bidang IPTEK turut mendorong
perkembangan matematika.
Pendidikan di Sekolah tidak terlepas dari suatu pembelajaran.
Pembelajaran Matematika di Indonesia pada umumnya masih menerapkan
pembelajaran konvensional yaitu dimana guru menerangkan materi,
menulisnya di papan tulis, siswa mendengarkan, mencatat apa yang guru
terangkan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan
setelah materi selesai diajarkan siswa diberikan soal-soal untuk latihan.
Kemudian pembelajaran pun berakhir dan berulang seperti demikian pada
pembelajaran selanjutnya. Hal ini dungkapkan oleh De Lange (Turmudi,
2010) bahwa pembelajaran matematika seringkali ditafsirkan sebagai kegiatan
yang dilaksanakan guru, ia mengenalkan subjek, memberi satu atau dua
contoh, lalu ia menanyakan satu atau dua pertanyaan, dan pada umumnya
meminta siswa yang biasanya mendengarkan secara pasif untuk menjadi aktif
dengan memulai mengerjakan latihan yang diambil dari buku.
Menurut penelitian Goodlad (Armstrong, 2002) dalam ruang kelas pada
umumnya, anak-anak mendengarkan penjelasan dan ceramah guru sekitar satu
perlima dari hari sekolah. Pembelajaran yang demikian belum bersifat student center dan hanya berfokus pada teacher talk. Siswa terkadang langsung mendapatkan rumus yang diberikan guru, dan kemudian menerapkannya
3
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa mengerjakan soal dengan cepat, namun siswa akan merasa kesulitan jika
soal-soal yang diberikan lebih variatif.
Melihat fenomena tersebut, sebenarnya salah satu prinsip psikologi
pendidikan menurut Baharuddin (2010) adalah bahwa guru tidak begitu saja
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswalah yang harusnya aktif
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Hal serupa
diungkapkan oleh Nurhadi dan kawan-kawan (Baharuddin, 2010), siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu
memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Namun siswa yang harus
mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Sebuah penyelesaian
masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk
menyelesaikannya sampai memperoleh penyelesaian. Pembelajaran dengan
melibatkan siswa pada proses penyelesaian masalah diharapkan menjadi lebih
bermakna untuk siswa. Pembelajaran yang bermakna diharapkan tidak sebatas
untuk menambah pengetahuan siswa, namun juga dapat memberikan efek
jangka panjang. Berkaitan dengan hal tersebut, Dewey (Jacobsen at all, 2009) menegaskan bahwa anak-anak merupakan pembelajar aktif secara sosial yang
belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka, dan ia berpendapat
bawa pengetahuan menjadi berguna (useful) dan hidup (alive) ketika diterapkan sebagai solusi untuk beberapa masalah. Seiring dengan pendapat
Dewey, Cooney at all (Hudojo, 2005) berpendapat bahwa mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi
lebih analitik dalam mengambil keputusan dalam hidup.
Kemampuan pemecahan masalah dalam matematika sangat penting untuk
meningkatkan daya matematis siswa. Hal ini tercantum dalam National Council of Teacher Mathematics (NCTM) tahun 2000, mengemukakan bawa tujuan yang ingin dicapai salah satunya adalah kemampuan pemecahan
masalah matematis, sehingga dalam pembelajaran matematika ini, siswa
seharusnya mendapat fasilitas yang baik untuk mengembangkan
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terbiasa dalam menyelesaikan masalah matematika dan memiliki kecakapan
masalah yang baik. Suherman dkk (2001) mengemukakan bahwa temuan yang
dilakukan oleh Bitter (1987) dan Capper (1984) menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika harus digunakan untuk memperkaya, memperdalam,
dan memperluas kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis.
Namun pada kenyataannya, ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia masih sangat
kurang. Suryadi dkk (Suherman dkk, 2001) dalam surveynya menemukan
bahwa pemecahan masalah matematis dianggap penting dan baik oleh para
guru maupun siswa pada semua tingkatan pendidikan Sekolah Dasar (SD)
hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), akan tetapi bagian tersebut masih
dianggap sebagai bagian yang paling sedikit dalam matematika, baik bagi
siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Selain pemecahan masalah, penalaran matematis siswa juga merupakan
hal yang penting untuk diperhatikan. Menurut Depdiknas (2003), materi
matematika dan penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan karena materi matematika dipahami melalui penalaran dan
penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika. Kemampuan
bernalar tidak hanya dibutuhkan saat siswa pada saat belajar matematika,
tetapi sangat dibutuhkan juga saat memecahkan masalah dan menentukan
keputusan. Menurut Baroody (Yuliana, 2012) terdapat beberapa keuntungan
apabila siswa diperkenalkan dengan penalaran, keuntungan tersebut
diantaranya adalah jika siswa diberi kesempatan untuk menggunakan
keterampilan bernalarnya dalam melakukan dugaan-dugaan berdasarkan
pengalamannya sendiri maka siswa akan lebih mudah memahami konsep.
Pentingnya kemampuan penalaran dan pemecahan masalah dalam
pembelajaran dikemukakan oleh Suryadi (2005) yang menyatakan bahwa
pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas penalaran dan pemecahan
masalah sangat erat kaitannya dengan pencapaian prestasi siswa yang tinggi.
Dengan demikian jelaslah bahwa selama mengikuti pelajaran Matematika,
5
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penalaran dan pemecahan masalah sering ditemukan meskipun tidak secara
formal disebut sebagai belajar bernalar atau belajar menemukan masalah.
Kedepannya, pendidikan di Indonesia harus mampu mengantarkan
siswa-siswanya menjadi warga negara yang cerdas, berpikiran maju, dan demokratis.
Berkaitan dengan pentingnya penalaran untuk setiap warga Negara, ada
pernyataan menarik yang dikemukakan mantan Presiden AS Thomas Jefferson
sebagaimana dikutip Copi (1978) “in a republican nation, whose citizens are to be led by reason and persuasion and not by force, the art of reasoning
becomes of first importance”. Pernyataan itu menunjukkan pentingnya penalaran dan argumentasi dipelajari dan dikembangkan suatu Negara
sehingga warga Negara akan dapat dipimpin dengan daya nalar (otak) dan
bukan hanya dengan kekuatan.
Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum dapat memecahkan
masalah dan menggunakan nalarnya dalam menyelesaikan masalah
matematika. Hal ini diperlihatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Suryadi
(Yuliana, 2012) yang menemukan bahwa siswa SMP di kota dan kabupaten
Bandung mengalami kesulitan dalam penalarannya diperlihatkan dari
kemampuannya dalam mengajukan argumentasi dan menentukan pola serta
pengajuan bentuk umum. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh
Amalia (2011) menemukan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
SMA kelas X pada tiga sekolah yang berbeda cluster di Bandung masih
tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa,
kurangnya latihan/praktik dalam memecahkan masalah, kurangnya
ketertarikan siswa terhadap pembelajaran matematika, kurangnya kesiapan
siswa, dan tingginya tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi matematika.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk mendapatkan pendidikan
yang berkualitas dalam suatu negara, diperlukan komponen yang mendukung,
salah satu diantaranya adalah kurikulum yang dikembangkan dan digunakan
pada tataran satuan pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
peralihan dari kurikulum 2006 atau yang biasa disebut Kurikulum Tingkat
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemajuan pendidikan suatu Negara. Menurut Purnomo (2013) perubahan
kurikulum di Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan zamannya. Kurikulum
harus dikembangkan dari waktu ke waktu seriring perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, serta berbagai tantangan dan tuntutan
kompetensi yang diperlukan dalam pembangunan peradaban manusia
Indonesia yang dicita-citakan pada masa mendatang. Dalam hal mencapai
cita-cita bangsa dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik,
Pemerintah melalui Kemendikbud mengembangkan Kurikulum 2013 secara
nasional.
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk menjadi lebih aktif. Peran siswa
menjadi lebih besar dibandingkan dengan guru itu sendiri (student center). Kurikulum 2013 menilai siswa dari tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dalam hal aspek pengetahuan (kognitif), kurikulum 2013
menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan mampu menemukan
konsep sendiri. Dalam matematika, penemuan konsep yang dilakukan oleh
siswa dapat meningkatkan daya berpikir siswa. Siswa diajak untuk
berekplorasi dalam menemukan konsep tersebut.
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, oleh
karena itu pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan ilmiah atau pendekatan scientific. Seperti yang dijelaskan oleh Kemendikbud (2013) bahwa kurikulum 2013 menekankan kepada penerapan
dengan pendekatan scientific. Pendekatan scientific yang dilaksanakan yang meliputi rangkaian proses 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan). Pada pendekatan scientific ditekankan bahwa belajar tidak hanya cukup dalam ruang kelas saja, namun dapat juga di lingkungan
sekolah, keluarga serta masyarakat. Guru hanya bertindak sebagai pengarah
dan scaffolding ketika siswa merasa kesulitan. Dalam pembelajaran matematika, melalui pendekatan scientific ini, pembelajaran dilakukan dengan mengutamakan peran siswa (student centre), siswa bereksplorasi dan berusaha menemukan konsepnya sendiri. Kurikulum 2013 ini mengajak siswa untuk
7
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membuat siswa lebih kreatif dalam menemukan ide-ide, dalam memecahkan
masalah, dan dalam menggunakan kemampuan penalarannya. Pendekatan
scientific sangat cocok digunakan dalam pembelajaran matematika modern. Dengan menerapkan prinsip 5M itu, maka kemampuan siswa dalam
kemampuan pemecahan masalah matematis serta penalaran matematisnya
akan lebih terasah. Hal ini diungkapkan oleh Brunner (Shadiq, 2008) learning by discovery is learning to discover. Belajar dengan menemukan adalah belajar untuk menemukan. Sehingga dengan belajar menemukan, siswa akan
berimajinasi, berintuisi, berpikir divergen, melahirkan karya yang orisinil,
memprediksi dan menduga (conjecturing), mencoba-coba (trial and error), serta akan meningkatkan rasa keingintahuan. Oleh karena itu, pendekatan
scientific akan membuat siswa lebih memaknai pembelajaran matematika serta siswa akan lebih memahami bahwa matematika sebagai sesuatu yang sangat
luas dan berkesinambungan. Sehingga dengan melaksanakan pendekatan
scientific dalam pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematisnya.
Selain sekolah-sekolah yang berada di dalam lingkungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), sekolah-sekolah Indonesia yang berada di luar
NKRI pun pada umumnya menerapkan kurikulum nasional yang digunakan di
Indonesia. Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) merupakan sekolah-sekolah
untuk anak-anak Indonesia yang berada di luar negeri. Ada terdapat sebanyak
lima belas sekolah Indonesia yang didirikan di berbagai negara. Keberadaan
sekolah Indonesia di luar negeri pada hakekatnya memiliki peran yang tidak
berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya di dalam negeri, yaitu
diharapkan untuk bisa turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tertuang pada tujuan Pembukaan UUD 1945 alinea IV. SILN
adalah sekolah-sekolah dimana sekolah-sekolah tersebut berada di wilayah
akreditasi kerja Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) ataupun Konsulat
Jendral Republik Indoensia (KJRI). Selain itu SILN juga dituntut untuk dapat
mewujudkan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam undang-undang
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antara lain untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada umumnya,
sekolah-sekolah Indonesia menerapkan kurikulum nasional yang diterapkan di
Indonesia. Salah satu sekolah Indonesia Luar Negeri yang menerapkan
kurikulum nasional adalah Sekolah Indonesia Singapura (SIS). SIS
menerapkan kurikulum 2013 dalam pelaksanaannya. SIS merupakan salah
satu sekolah Indonesia yang berada di Singapura yang menyiapkan pendidikan
bagi anak-anak Indonesia yang berada di Singapura dan merupakan
satu-satunya wadah penyelenggara pendidikan nasional Indonesia di Singapura.
Tidak ada seleksi khusus untuk bisa bersekolah di SIS, semua anak-anak yang
berwarga negara Indonesia dan berada di Singpura dapat mendaftar menjadi
siswa SIS. Oleh karena itu, siswa-siswi SIS sangatlah heterogen dan beragam
dari segi kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilannya. Pada bulan
September hingga Desember 2014, penulis berkesempatan untuk
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SIS. Melihat
fenomena yang sangat unik mengenai siswa-siswinya, penulis pun merasa
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hasil belajar siswa di Sekolah
Indonesia Singapura. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum 2013 dan
pendekatan dilaksanakan dengan pendekatan scientific. Begitupun pada pembelajaran Matematika. Penulis memilih kelas VII sebagai sample
penelitian. Penelitian di Sekolah Indonesia yang berada di Luar Negeri
merupakan penelitian yang pertama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hasil belajar siswa yang dilaksanakan dengan pendekatan scientific dan disesuaikan dengan kemampuan pemecahan masalah serta penalarannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ;
1. Bagaimana hasil pembelajaran di Sekolah Indonesia Singapura (SIS)
9
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendekatan scientific serta bagaimana kemampuan pemecahan dan penalaran matematisnya pada setiap materi pembelajaran?
2. Bagaimana perkembangan hasil belajar individu pada siswa kelas VII di
Sekolah Indonesia Singapura terkait dengan implementasi kurikulum 2013
dengan pendekatan scientific?
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hasil pembelajaran di Sekolah Indonesia Singapura (SIS)
dalam hal diterapkannya kurikulum 2013 dengan menggunakan
pendekatan scientific serta mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematisnya.
2. Mengetahui perkembangan hasil belajar individu pada siswa kelas VII di Sekolah Indonesia Singapura terkait dengan implementasi kurikulum 2013
dengan pendekatan scientific?
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, yaitu sebagai sarana pembelajaran mengenai perkembangan
ilmu matematika dalam bidang pendidikan, mengembangkan wawasan dan
mengaktualisasikan ilmu yang didapat saat perkuliahan di bidang
pendidikan matematika.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan semangat dalam belajar,
memahami pentingnya belajar matematika, baik belajar secara mandiri
maupun belajar secara kelompok, meningkatkan kedisiplinan dalam
mengerjakan tugas dan tidak mudah menyerah, mampu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan menggunakan penalarannya dalam
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat memacu para praktisi
pendidikan untuk terus meningkatkan kemampuan dalam menciptakan
desain inovatif guna memperbaiki, menyempurnakan, dan meningkatkan
kualitas mutu hasil belajar siswa khususnya dalam pelajaran matematika
serta dapat merealisasikan pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
4. Bagi Sekolah, yaitu sebagai bahan masukan dan kajian mengenai kendala
yang dialami siswa dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah,
sehingga melalui penelitian ini diharapkan sekolah dapat mengembangkan
inovasi pembelajaran sebagai alternatif solusi guna mengatasi
permasalahan yang terjadi dilingkungan sekolah.
E. Definisi Operasional
1. Eksplorasi adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide,
menemukan penyelesaian permasalah dengan caranya sendiri serta
kebebasan untuk mengungkapkan gagasan.
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis merupakan proses berpikir
dan usaha dalam menemukan jalan keluar dari kesulitan (masalah
matematika), untuk mencapai tujuan yang tidak dapat diselesaikan dengan
mudah.
3. Kemampuan Penalaran Matematis menurut Shurter dan Pierce (Armiatati,
2011) penalaran merupakan proses penarikan kesimpulan logis
berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.
4. Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang diterapkan pada kurikulum 2013. Langkah-langkah dalam pendekatan scientific ini meliputi proses 5M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan).
F. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah :
1. BAB I PENDAHULUAN, pada BAB ini akan disajikan beberapa hal yang
melatarbelakangi penelitian, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
11
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, pada BAB ini akan disajikan teori-teori
pendukung yang dijadikan bahan rujukan dan landasan untuk mendukung
penelitian ini.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN, pada BAB ini akan dibahas
mengenai rangkain metode yang dilakukan selama penelitian berlangsung.
4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, pada BAB ini
akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan penulis pada
siswa kelas VII Sekolah Indonesia Singapura.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, pada BAB ini akan disimpulkan
mengenai seluruh rangkaian hasil penelitian serta saran untuk penelitian
selanjutnya.
6. DAFTAR PUSTAKA, berisi mengenai sumber-sumber dan referensi yang
dijadikan sebagai rujukan dan digunakan sebagai dasar atau landasan
dalam penelitian ini.
7. LAMPIRAN, berisi tentang seluruh arsip, dokumentasi, serta hasil yang
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode
kulitatif dapat menjelaskan fenomena permasalahan penelitian dengan lebih
terperinci. Moleong (2007) menjelaskan bahwa penelitian kulitatif bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya secara holistik,
dengan cara menggunakan deskripsi kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Menurut Irawan (2007) penelitian kualitatif disebut juga studi khusus. Hal ini
disebabkan objek penelitian bersifat unik, kasuitis, dan tidak ada duanya.
Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini lebih cocok untuk metode kualitatif
karena penelitian ini akan bersifat deskriptif dan merinci hasil penelitian dengan
kata-kata dan bahasa sesuai dengan konteks yang diteliti.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini didesain untuk mengidentifikasi kompetensi pemecahan
masalah dan penalaran matematis siswa pada materi pelajaran semester ganjil
serta mengetahui perkembangan individu mengenai hasil belajar siswa kelas
VII di Sekolah Indonesia Singapura (SIS). Siswa kelas VII SIS berjumlah 16
siswa. Adapun tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah :
1. Tahap Observasi
Tahap penelitian pendahuluan dilakukan sebelum penelitian dilakukan,
hal-hal yang dilakukan pada tahapan ini sebagai berikut :
a. Studi literatur untuk menemukan masalah yang akan diteliti.
b. Mengobservasi cara pembelajaran guru mata pelajaran matematika
kelas VII.
c. Menanyakan hambatan-hambatan apa saja yang muncul pada
39
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Persiapan
Setelah melakukan tahap observasi, penulis melakukan tahap persiapan
dengan langkah- langkah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan penelitian secara umum, kemudian mengerucutkan
permasalahan secara khusus.
b. Setelah menentukan tujuan dan rumusan masalah, penulis membuat
rencana pembelajaran (RPP) sebelum melakukan pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013, dan
c. Membuat soal evaluasi per BAB yang disesuaikan dengan kemampuan
pemecahan masalah dan penalaran matematisnya dan memvalidasi soal
kepada dosen pembimbing.
3. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah melakukan perencanaan dan mempersiapkan segala sesuatunya,
dilakukan tahap pelaksanaan dengan langkah- langka sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian dengan memasuki kelas yang akan diteliti dan
melakukan pembelajaran dan observasi selama 4 kali pertemuan.
b. Melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP.
c. Melakukan pengamatan pada setiap pembelajaran kepada setiap siswa
dengan berdasarkan pada penilaian kognitif, afektif dan keterampilan
siswa.
4. Tahap Pelaksanaan Tes
Tahap pelaksanaan tes dilakukan setelah tahap pelaksanaan atau ketika
pembelajaran BAB tertentu telah selesai dilaksanakan. Tahap pelaksanaan
tes ini dengan cara mengujikan tes kepada siswa untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa per BAB pada semester ganjil.
5. Tahap Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap analisis data yaitu sebagai
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Menganalisis hasil evaluasi yang dilakukan siswa berdasarkan
kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematisnya.
d. Mencatat ketercapaian indikator berdasarkan kurikulum 2013 dan
indikator kemampuan pemecahan masalah dan penalaran
matematisnya.
e. Menyimpulkan hasil penelitian dengan mendeskripsikan proses belajar
siswa serta hasil pengujian soal instrumen.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Literatur
Data Hasil Observasi Lapangan
Validasi Soal kepada dosen pembimbing
Tahap Pelaksanaan Tes Evaluasi
Tahap Analisis Data
Simpulan Mulai
Studi Literatur
Observasi Masalah di Lapangan (Tahap Observasi)
Pemilihan masalah dan Tujuan secara umum
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran dengan Kurikulum 2013
Membuat RPP
Membuat soal evaluasi BAB
Pengerucutan Masalah dan menentukan tujuan
B
e
ru
la
n
g
[image:22.596.49.553.92.843.2]41
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kemampuan pemecahan masalah
dan penalaran matematis siswa dalam mempelajari materi semester ganjil
kelas VII. Oleh karena itu, untuk mengetahui hambatan dan solusi untuk
kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis tersebut dilakukan
pendekatan kualitatif. Sugiyono (2012) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai berikut :
Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kulitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Hal ini sejalan dengan Bogdan dan Taylor (Artanti, 2013) yang
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Mereka berpendapat bahwa pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak diperbolehkan untuk mengisolasikan individu atau organisasi ke
dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari
seseuatu keutuhan.
C. Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument peneliti utama.
Menurut Moleong (2013) kedudukan peneliti dalam penelitian cukup rumit.
Ia sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir
data, dan pada akhirnya melapor hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2013)
peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas hasil simpulan atas temuannya. Menurut Nasution (1996)
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Peneliti sebagai alat yang peka dan dapat bereaksi terhadap segala
stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak
bagi peneliti. Tidak ada alat penelitian lain yang dapat bereaksi dan
berinteraksi terhadap banyak faktor dalam situasi yang senantiasi
berubah-ubah.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Tidak ada
alat penelitian lain seperti yang digunakan dalam bermacam-macam situasi
yang serupa.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada instrumen berupa tes atau
angket yang mengungkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. Hanya
manusia sebagai instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk
beluknya
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya diperlukan untuk
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
f. Hanya manusia sebagi instrumen yang dapat mengambil kesimpulan dari
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai
balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan dan perbaikan.
g. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang
justru mendapat perhatian. Respon yang lain dari yang lain, bahkan
bertententang dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan
pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menyatukan hasil pengambilan data berupa soal, observasi sehari-hari
dokumentasi berupa foto dan video, dan penyebaran angket. Pengambilan data
43
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan sebanyak 4 kali, dan penyebaran angket dilakukan sebanyak 2 kali
(angket penilaian sesama teman dan angket penilaian diri sendiri). Soal yang
digunakan adalah soal-soal ulangan akhir BAB sebanyak 4 kali tes yang telah
disesuaikan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah dan penalaran
matematis, serta soal UTS dan UAS. Materi yang dijadikan sebagai soal
merupakan ulangan evaluasi BAB pada materi Pecahan, Pola Bilangan,
Himpunan, Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel, UTS, dan
UAS.
E. Lokasi dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu kelas VII di Sekolah Indonesia Singapura.
Pemilihan sekolah untuk dijadikan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan
subyektif pribadi peneliti. Dikarenakan peneliti mendapatkan kesempatan
untuk melakukan Program Pelatihan Lapangan (PPL) di Sekolah Indonesia
yang berada di Singapura, oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian di salah satu sekolah Indonesia di luar negeri untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan penalaran
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2 Peta Singapura
Gambar 3.3 Lokasi Sekolah Indonesia Singapura
Alamat Sekolah Indonesia Singapura (SIS) adalah 20A Siglap Road. SIS
merupakan sekolah yang memiliki bangunan cukup megah, luas area SIS
[image:26.596.180.481.83.331.2] [image:26.596.149.509.376.582.2]45
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.4 Bangunan Sekolah Indonesia Singapura (SIS)
Sekolah Indonesia Singapura (SIS) merupakan salah satu sekolah
Indonesia yang berada di luar negeri. SIS menyiapkan pendidikan bagi
anak-anak Indonesia yang berada di Singapura. SIS merupakan satu-satunya wadah
penyelenggara pendidikan nasional Indonesia di Singapura. Tujuan pendirian
SIS ini antara lain :
1. Memberikan pendidikan nasional sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan Indonesia bagi anak warga Negara
Indonesia di Singapura.
2. Pemberian pendidikan nasional dengan maksud agar semua anak warga Negara Indonesia di Singapura tidak terlepas dari ikatan rasa
kebangsaaannya, jiwanya, dan kepribadiannya sebagai bangsa Indonesia.
3. Sebagai wadah pendidikan bagi putra/putri staf KBRI, BUMN dan swasta di Singapura, agar pendidikan mereka berkesinambungan apabila kembali
ke tanah air atau sebaliknya.
4. Sebagai alat untuk memperkenalkan, menyebarkan dan memperkaya kebudayaan Indonesia di Singapura, SIS berstatus sebagai sekolah swasta
berbantuan. Maksudnya SIS diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia di
[image:27.596.170.491.81.297.2]Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian SIS mempunyai kedudukan yang sama dengan sekolah
setingkat/sejenis di Indonesia, istilah swasta hanya dalam wadah
penyelenggaranya saja, sedangkan STTB-nya disamakan dengan STTB
sekolah negeri di Indonesia.
SIS mempunyai empat tingkatan, yaitu Taman Kanak-kanak (TK),
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Jumlah siswa-siswi SIS secara keseluruhan adalah
150 siswa, banyaknya guru SIS ada 15 orang. Dikarenakan jumlah guru yang
sangat sedikit, sedangkan tingkatan kelas di SIS sangat banyak, oleh karena
itu guru-guru di SIS dituntut untuk bisa menguasai lebih dari satu mata
pelajaran. Jumlah murid SIS perkelas sekitar 4 sampai 20 orang siswa.
SIS menerapkan dua kurikulum sekaligus, yaitu kurikulum nasional dan
kurikulum Cambridge. Kurikulum nasional yang digunakan adalah kurikulum
2013 dan kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 diterapkan untuk
kelas-kelas tertentu sepeti kelas-kelas I, II, IV, dan V untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas-kelas
VII dan VIII untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama, dan kelas X dan XI
untuk tingkat Sekolah Menengah Atas.
Kelas yang dijadikan sebagai kelas penelitian adalah kelaas VII SMP.
Jumlah seluruh siswa kelas VII ada 16 orang, dengan 10 siswa laki-laki dan 6
siswa perempuan. Dikarenakan tidak ada syarat khusus untuk bersekolah di
SIS (tidak ada seleksi masuk), maka seluruh anak Indonesia yang berada di
Singapura bisa bersekolah di SIS jika ia mendaftarkan diri. Oleh karena itu,
siswa-siswi SIS sangat heterogen dari segi kemampuan kognitif, afektif dan
keterampilan. Begitupun dengan kelas penelitian. Penulis menemukan
fenomena yang unik. Siswa yang kurang bisa, siswa yang biasa saja, dan
siswa yang sangat bisa ada didalam satu kelas itu. Umumnya, siswa-siswi SIS
sangat aktif dan mau belajar. Hal ini terlihat dari keseharian belajar mereka
yang tidak pernah bosan untuk aktif tampil di depan kelas dan bertanya jika
merasa kesulitan. Semangat belajar yang tinggi pun sangat terlihat dari
47
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bercanda di dalam kelas, sehingga membuat kelas menjadi bising dan tidak
kondusif, namun dengan sedikit teguran dari guru dapat membuat mereka
kondusif lagi.
Gambar 3.5 Foto Siswa-siswi kelas VII SIS
Siswa-siswi kelas VII sangat unik. Ada satu murid yang sangat pandai,
pelajaran matematika dapat ia ikuti dengan mudah, bahkan pelajaran kelas
VIII dan kelas IX pun bisa ia ikuti. Hal ini terlihat dari kesehariannya. Penulis
sering mengobrol banyak dengannya dikala waktu senggang, dan terkadang
penulis dengan iseng memberikan soal-soal yang berlevel lebih tinggi dari
pelajaran matematika di kelas, namun ia selalu penasaran dan ingin
mengerjakannya, dengan sedikit penjelasan saja, ia pun mampu
menyelesaikan soal itu secara perlahan. Ia tergolong siswa yang sangat cepat
tanggap dalam belajar matematika. Kemampuannya berada sedikit lebih atas
daripada teman-temannya.
Selain itu, adapula siswa lain yang sangat aktif bertanya. Jika ia tidak
mengerti, ia pasti akan bertanya kepada penulis. Keinginannya untuk belajar
[image:29.596.180.482.166.395.2]Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengerjakan soal. Jika ia salah, ia pasti kembali mengerjakannya dan kembali
mengecek hasil pekerjaannya, jika salah lagi ia mengulang hal tersebut sampai
ia berhasil mengerjakannya. Semangat belajarnya sangat penulis kagumi.
Namun, setiap evaluasi BAB dilakukan, ia tidak pernah mencapai nilai KKM.
Cara pengerjaannya pun sering kurang tepat dengan apa yang ditanyakan.
Murid yang satu ini perlu mendapatkan bimbingan khusus, karena jika belajar
di kelas, khusunya kelas VII, siswa yang satu ini agak sedikit tertinggal dari
teman-temannya.
Ada hal lain yang lebih unik yang penulis temukan selama penelitian
dilakukan. SIS merupakan sekolah inklusif. Semua siswa-siswi sangat
heterogen disini. Begitu pun dengan siswa-siswi kelas VII. Siswa-siswi kelas
VII memiliki dua teman yang spesial. Mereka merupakan anak penyandang
autis. Selama kesehariannya dalam pembelajaran, mereka selalu ditemani oleh
psikolognya. Cara belajar mereka sama seperti yang lainnya, namun memang
membutuhkan penjelasan lebih dalam dari psikolognya. Ketika belajar
matematika, mereka terkadang memang kurang meperhatikan guru di depan
kelas, namun mereka mengerti dan paham dengan pembelajaran tersebut
terlebih jika psikolognya yang menerangkan secara khusus kepada mereka.
Penulis kurang memahami secara mendalam mengenai ilmu tentang anak yang
berkebutuhan khusus, namun pengalaman yang penulis alami adalah, dua
siswi tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dengan penulis dan dengan
teman-temannya. Terkadang, salah satu dari mereka atau dua-duanya pernah
menangis di dalam kelas, biasanya hal tersebut dikarenakan pelajaran yang
mereka hadapi sulit untuk dipahami atau karena mereka salah makan. Setelah
diceritakan oleh psikolognya, memang penyebab dua anak ini tidak mau
belajar atau sedikit mengamuk dan menangis di dalam kelas adalah karena
mereka makan cokelat, karena keduanya alergi cokelat, atau karena mereka
merasa kesulitan untuk mengikuti pelajaran. Namun, psikolognya dapat
menangani hal itu sehingga kejadian itu tidak berlangsung lama. Keadaan ini
49
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagai kelas penelitian. Karena kondisi yang heterogen seperti ini akan
membuat penelitian menjadi lebih beragam. Keunikan lainnya adalah, salah
satu dari mereka mampu menghapal tanggal lahir seluruh siswa-siswi serta
guru-guru yang berada di SIS.
Keunikan anak-anak yang lain diperlihatkan dari hasil pengerjaan soal
evaluasi bab (ulangan harian) yang dijadikan sebagai data untuk melihat
kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis mereka. Dengan
melihat hasil pekerjaan mereka, penulis pun dapat melihat tipe pengerjaan dari
masing-masing individu. Kemampuan pemecahan masalah dan penalaran
matematis siswa kelas VII dapat terlihat dengan mengacu pada indikator yang
telah penulis buat.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Berdsarkan model Miles dan Huberman (2007) bahwa aktivitas dalam
menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas. Aktivitasnya dalam analisis data yaitu data reduction (mengorganisir data), data display (membuat uraian terperinci), dan
conclusion drawing/verification (melakukan interpretasi dan kesimpulan atau suatu pola). Analisis data ini dengan mempertimbangkan kesesuaian desain
penelitian yang telah drancang dengan mempertimbangkan kesesuaian desain
penelitian yang telah dirancang sehingga dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan bersama secara sistematis.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membaca keseluruhan informasi.
2. Mengklasifikasikan data yang diperoleh.
3. Membuat uraian terperinci mengenai hal yang kemudian muncul dari hasil
pengujian.
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Menentukan dan menetapkan pola berdasarkan daya asli.
6. Melakukan interpretasi.
7. Menyajikan secara naratif.
G. Uji Keabsahan Data
Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji creadibility, transferability, dependability,
dan confirmability. Upaya dalam meningkatkan ketekunan yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi yang berkaitan. Hal tersebut dilakukan agar
analisis temuan semakin mendalam dan komprehensif. Selain itu, penulis juga
selalu melaksanakan bimbingan dengan pembimbing baik langsung maupun
tidak langsung (e-mail atau telepon) mengenai soal-soal yang hendak diujikan
maupun mengenai rencangan pembelajaran (RPP) penelitian sebelum
diujicobakan kepada siswa.
Validasi data dilakukan agar memastikan bahwa data yang didapatkan
dipercaya kebenarannya. Validasi yang dilakukan adalah dengan cara sebagai
berikut :
a. Triangulasi
Triangulasi adalah salah satu uji kredibilitas data. Ada beberapa jenis
triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan teriangulasi
waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan memperbanyak informan.
Triangulas waktu dilakukan dengan menyiasati waktu pelakasanaan
penelitian. Triangulasi teknik jelas dilakukan dengan teknik pengumpulan
data. Dalam hal ini penulis melakukan teknik pengumpulan data berupa
observasi, catatan lapangan, dokumentasi, penyebaran angket, penyebaran
soal yang disesuaikan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah
dan penalaran siswa.
51
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menguji kredibilitas peneliti dilakukan dengan evaluasi diri dan
evaluasi tim peneliti tentang kesiapan peneliti baik secara logistik, maupun
pengetahuan tentang penelitian ini. Dalam pengujuan creadibility, penulis menggunakan metode peningkatan ketekunan sebagai pilihan.
c. Member Check
Member check dilakukan agar informasi yang diperoleh dalam penulisan laporan sesuai dengan sumber data. Member check dilakukan untuk menguji transferability kebenaran data yang diperoleh. Member Check diadakan dalam rangka uji transferability kebenaran data yang diperoleh. Dilakukan dengan membacakan hasil catatan lapangan peneliti
serta meminta tanggapan subjek penelitian yaitu Informan dan masyarakat
pada lingkungan sektitar tempat observasi. Member check dilakukan
sebelum dan sesudah penyajian data.
d. Audit Trail
Audit trail dilakukan untuk menguji dependability dan confirmability data. Tahap ini merupakan tahap pemantapan yang bertujuan untuk memuktikan kebenaran data yang disajikan, baik saat penelitian, setelah
penyajian, maupun laporan penelitian. Topik diskusi yang di audit berupa
pembelajaran yang telah dilakukan, observasi yang telah dilakukan,
penelitian yang dijalankan, hingga teknik analisis. Audit trail mencakup
data hasil analisis kemudian diperiksa dan diteliti keakuratannya oleh
peneliti lain. Audit trail juga melibatkan pembimbing dalam pengecekan
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPURA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Sekolah Indonesia Singapura (SIS) merupakan sekolah yang
mengimplementasikan kurikulum 2013 pada pembelajarannya. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan scientific. SIS berusaha sepenuhnya melaksanakan kurikulum 2013. Praktik dilapangan menggunakan
teknik-teknik pembelajaran diantaranya teknik-teknik menjelaskan, teknik-teknik berdiskusi, teknik-teknik
bertanya, teknik penemuan terbimbing dan teknik demonstrasi.
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan scientific terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis siswa sangat
beragam. Mengingat kelas VII adalah kelas yang sangat heterogen,
kemampuan tiap individu pun berbeda-beda baik dari segi pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Berdasarkan hasil dari observasi, pelaksanaan soal ulangan
harian, dan pembelajaran sehari-hari, kemampuan pemecahan masalah dan
penalaran matematis mereka dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu kelas
atas, kelas menengah dan kelas bawah. Pada kelompok kelas atas, kemampuan
pemecahan masalah dan penalarannya sudah cukup baik. Kemampuan
pemecahan masalah mereka terlihat saat mereka mampu memahami soal,
merencanakan pengerjaan, mencoba melakukan eksperimen atau percobaan,
dan mengecek kembali jawaban mereka. Sedangkan kemampuan penalaran
mereka terlihat dari kemampuan mereka untuk menarik kesimpulan logis,
memperkirakan jawaban dengan proses solusi, menggunakan pola dan
hubungan untuk menganalisis situasi matematis, Memberikan penjelasan
dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan, serta menyusun
pembuktian langsung. Setelah dilakukan pengamatan, kelompok kelas atas
memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dan mampu
mengikuti pelajaran dengan baik. Kelompok kelas atas rata-rata lulus dalam
setiap ulangan harian, meskipun terkadang nilainya cukup. Pada kelompok
123
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPUR A
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
matematisnya cukup baik. Kemampuan pemecahan masalah mereka cukup
baik, namun masih ada beberapa step yang terkadang salah diartikan, sehingga
membuat jawabannya kurang tepat ditengah-tengah. Kemampuan memahami
soal dan merencanakannya cukup baik, namun dalam hal menyelesaikan
rencana dan mengecek kembali terkadang masih keliru. Oleh karena itu,
jawabannya tidak terjawab dengan sempurna. Tidak berbeda dengan
kemampuan pemecahan masalahnya, kemampuan penalaran mereka pun
cukup baik, namun mereka masih kurang dalam menyusun pembuktian dan
dalam menarik kesimpulan. Kelompok kelas menengah terkadang tuntas
dalam pelaksanaan tes namun terkadang juga belum tuntas. Namun nilai
mereka tidak terlalu tertinggal. Kelompok kelas menengah pun memiliki sikap
yang positif terhadap pembelajaran matematika. Selain itu, berbeda dengan
kelompok atas dan menengah, kelompok kelas bawah memiliki kemampuan
pemecahan masalah dan penalaran yang masih kurang. Berdasarkan indikator
kemampuan pemecahan masalah, kelompok kelas bawah terkadang tidak bisa
memahami soal yang diberikan, sehingga untuk menyusun perencanaan
pengerjaan soal tidak tercapai, sehingga pengerjaannya pun tidak dilakukan.
Selain itu, kemampuan penalaran kelas bawah pun masih kurang. Mereka
masih kebingungan dalam hal membuktikan, menggunakan pola, sifat dan
hubungan, serta dalam hal menyimpulkan secara logis. Namun, kelompok
kelas bawah ini memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran
matematika. Semangat belajar mereka tidak kalah dengan kelompok atas dan
kelompok bawah. Kelompok kelas bawah perlu terus dibimbing dan diberikan
motivasi agar mereka percaya bahwa mereka bisa.
Hasil belajar individu setiap anak menunjukkan hasil yang beragam. Ada
beberapa siswa yang mengalami peningkatan pada setiap ulangan harian,
namun ada juga yang mengalami penurunan pada hasil belajarnya. Begitupun
mengenai penempatan kelompok kelas, setiap ulangan harian pada BAB
tertentu setiap anak terkadang menempati kelas atas, kelas menengah maupun
kelas bawah. Ada beberapa anak yang selalu menempati kelas atas, namun ada
Fitriani Juwita, 2015
EKSPLORASI HASIL BELAJAR SISWA D ENGAN PEND EKATAN SCIENTIFIC D I KELAS VII SEKOLAH IND ONESIA SINGAPUR A
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang diperoleh berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian, UTS serta UAS,
jika siswa memperoleh nilai lebih dari 2,66 maka siswa tersebut dinyatakan
tuntas dalam pembeelajaran matematika. Namun, jika siswa memperoleh nilai
kurang dari 2,66 maka siswa tersebut dinyatakan belum tuntas dalam
pembelajaran matematika dan harus mengikuti pengayaan pada semester
berikutnya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang ingin penulis
sampaikan adalah :
1. Soal uji yang disesuaikan dengan indikator pemecahan masalah dan
penalaran matematis siswa harus terus diperbaiki sehingga hasil yang
diperoleh dapat merepresentasikan kemampuan pemecahan masalah dan
penalaran yang lebih baik lagi.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti kemampuan matematis yang
lainnya agar dapat melengkapi temuan berbagai kemampuan matematis di
Sekolah Indonesia Singapura.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat diterapkan beberapa model
pembelajaran yang cocok dalam meningkatkan kemampuan pemecahan