• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKA SRI HANDAYANI GINTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKA SRI HANDAYANI GINTING"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR AGRIBISNIS

(Kasus : Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran)

EKA SRI HANDAYANI GINTING

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Di Sektor Agribisnis Studi Kasus Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran adalah benar karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya ilmiah ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Eka Sri Handayani Ginting NIM H34144023

(3)
(4)

ABSTRAK

EKA SRI HANDAYANI GINTING. Faktor –faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Sektor Agribisnis Studi Kasus Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.

Kredit Usaha Rakyat merupakan program fasilitas pembiayaan pemerinah yang dapat diakses oleh usaha mikro, kecil, menengah yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable. Tingkat realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran hanya 65 persen sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat realisasi KUR. Tujuan penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada sektor agribisnis dan mengetahui bagaimana persepsi nasabah mengenai prosedur penyaluran KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran apakah mudah bagi nasabah dalam memenuhi persyaratan pengajuan KUR. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR yaitu pendapatan bersih nasabah, nilai agunan dan jarak lokasi tempat tinggal nasabah .

Kata Kunci: KUR, agribisnis, regresi linear berganda

ABSTRACT

EKA SRI HANDAYANI GINTING. The Factors that Influence the Realization of Agribusiness Sector Kredit Usaha Rakyat Cases On Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Supervised by NETTI TINAPRILLA.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) governmenis facility program that accessed by micro, small, medium business tht hasn’t feasibility bankable yet. The realization rate of KUR in Bank Mandiri Business Partners Branch Bogor Pajajaran only 65 percent, soit is necessary to do research about the realization rate of KUR. The purpose of this research is to analyzes the factors that influence of KUR realization in agribusiness sector and find out how the perception of consumers regarding the procedure of KUR in Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor is it easy for customers to meet the filing requirements of KUR. The result of multiple linear regression showed that the factors which influence of KUR such credit income customers, the value of the collateral and the distance location of residence customers.

Key words: micro credit, agribusiness, multiple linear regression

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR AGRIBISNIS

(Kasus : Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran)

EKA SRI HANDAYANI GINTING

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(6)
(7)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam skripsi ini ialah Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku Dosen Pembimbing atas saran dan motivasi yang diberikan. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Penguji Tintin Sarianti SP,MM dan Feryanto W. Karo-Karo SP, M.Si. Terima kasih kepada seluruh karyawan PT Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran khususnya Bapak Taufik Azhari yang telah memberikan waktu untuk penulis dalam mengumpulkan data dan menyelesaikan penelitian. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada orang tua, keluarga, seluruh teman-teman atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, September 2016

Eka Sri Handayani Ginting

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL Vii DAFTAR GAMBAR Vii

DAFTAR LAMPIRAN Viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat 6

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) 8

Kredit Usaha Rakyat (KUR) 9

Konsep Agribisnis 9

Pengertian, fungsi dan tujuan kredit 10

Jenis kredit 10

Unsur-unsur Kredit 12

Pertimbangan Kredit 12

Permintaan dan Penawaran Kredit 14

Kerangka Pemikiran Operasional 15

METODE PENELITIAN 19

Waktu dan Lokasi Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data 20

Analisis Deskriptif 20

Model faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat 20

Evaluasi Model Pendugaan 21

Asumsi dalam Analisis Regresi Linear 23

Hipotesis Penelitian 24

GAMBARAN UMUM PT. BANK MANDIRI TBK 24

Sejarah Bank Mandiri 24

Visi dan Misi Bank Mandiri 28

Gambaran Umum Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 28 Gambaran Umum Mekanisme dan Prosedur Penyaluran Kredit Usaha Rakyat di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 30

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 Rata-Rata Realisasi Kredit Usaha Rakyat Pada Sektor Agribisnis Pada Bank

Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 36

Rata-rata Realisasi KUR menurut Variabel Character 36 Rata-Rata Realisasi KUR menurut Variabel Capacity 39 Rata-Rata Realisasi KUR menurut Variabel Collateral 41 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Realisasi KUR di Bank Mandiri

Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 42

Pendapatan Bersih Usaha 44

Nilai Agunan 45

Lama Usaha 45

Usia 46

Pendidikan 46

Jumlah Tanggungan dalam Keluarga 47

Jangka Waktu Kredit 47

SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 51

RIWAYAT HIDUP 58

DAFTAR TABEL

1 Jumlah realisasi kredit untuk sektor usaha mikro kecil menengah ... 1

2 Jumlah UMKM dan usaha besar menurut sektor ekonomi tahun 2011 ... 2

3 Realisasi dan NPL penyaluran kredit bank nasional tahun 2014 ... 3

4 Trend pengajuan dan realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran ... 5

5 Rata-rata realisasi KUR menurut usia nasabah tahun 2016 ... 37

6 Rata-rata realisasi KUR menurut tingkat pendidikan nasabah tahun 2016 .... 37

7 Rata-rata realisasi KUR menurut jumlah tanggungan keluarga tahun 2016 ... 38

8 Rata-rata realisasi KUR menurut pendapatan bersih usaha perbulan ... 39

9 Rata-rata realisasi KUR menurut lama usaha nasabah tahun 2016 ... 40

10 Rata-rata realisasi KUR menurut jangka waktu kredit tahun 2016 ... 41

11 Rata-rata realisasi KUR menurut nilai agunan nasabah tahun 2016 ... 42

12 Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran ... 43

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva penawaran dan permintaan kredit ... 15

2 Kerangka pemikiran operasional ... 18

3 Struktur Organisasi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran ... 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner penelitian ... 51

2 Plot komponen normal probability plot dan histogram of the residuals ... 55

3 Plot komponen Standardize residual menurut Variabel Dependent ... 56

4 Data hasil responden debitur KUR ... 57

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) berperan penting dalam perekonomian terutama sebagai pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan bagi masyarakat. Upaya Pemerintah dalam mendukung UMKM merupakan suatu cara untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan sektor perekonomian.

Menteri Koordinator Perekonomian mengatakan bahwa Indonesia begitu rentan terhadap permasalahan ekonomi global lantaran bergantung pada investor asing.

Ketergantungan terhadap peran investor asing dapat dikurangi dengan semakin ditingkatkannya usaha mikro kecil menengah (UMKM) pada masyarakat. UMKM diharapkan mampu terus berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi penggangguran dan membantu upaya Pemerintah memerangi kemiskinan (Tambunan 2009).

Perkembangan usaha mikro kecil menengah sangat dipengaruhi oleh pihak eksternal maupun pihak internal dalam hal ini stakeholder usaha itu sendiri.

Berbagai kendala dalam mengembangkan usaha mikro kecil menengah dihadapkan kepada para pelaku usaha. Kendala yang mereka hadapi antara lain adalah kendala permodalan. Kebijakan perkreditan merupakan cara untuk mengatasi kendala permodalan bagi pelaku usaha. Kebijakan perkreditan diarahkan untuk mendorong dan meningkatkan kemampuan berusaha bagi para pelaku usaha kecil serta mendorong pemberian kredit perbankan bagi usaha kecil tersebut (Bank Indonesia 2008).

Tabel 1 Jumlah realisasi kredit untuk sektor usaha mikro kecil menengah Skala

Usaha

Jumlah usaha (unit)

Jumlah kredit yang disalurkan (Rp Miliar)

Proporsi (%)

Mikro 57 189 393 137 797.7 4.07

Kecil 654 222 193 060.3 5.70

Menengah 52 106 308613.5 9.12

Total UMKM 57 895 721 639 471.5 18.89

Usaha Besar 5 066 2744758.9 81.10

Sumber: Bank Indonesia dan Kementerian Koperasi dan UMKM 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah kredit yang telah disalurkan kepada sektor UMKM selama tahun 2013 telah mencapai Rp639 471.5 milyar, sedangkan kepada sektor usaha besar sebanyak 2 744 758.9 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan perbankan lebih banyak kepada sektor usaha besar dengan proporsi mencapai 81 persen dari total jumlah kredit. Jumlah usaha mikro kecil menengah selama tahun 2013 mencapai 57 895 721 unit usaha yang terdiri dari 52 106 unit skala usaha mikro, 654 222 unit skala usaha kecil dan 57 189393 unit skala usaha menengah, sedangkan jumlah unit usaha besar hanya sekitar 5 066 unit usaha. Jumlah usaha pada sektor UMKM lebih banyak jika dibandingkan sektor usaha besar namun jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan lebih banyak kepada sektor usaha besar.

(12)

Kebijakan perkreditan melalui penyaluran kredit usaha mikro kecil menengah oleh perbankan dapat mendorong perekonomian di berbagai sektor ekonomi(Hasibuan 2008). Sektor agribisnis dalam ruang lingkup ekonomi mencakup berbagai macam usaha komersial dengan menggunakan kombinasi dari tenaga kerja, bahan, modal dan teknologi. Agribisnis mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian (farm supplies) sampai dengan tata niaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya (Firdaus 2010). Sektor agribisnis disini tidak hanya dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan saja, akan tetapi juga sebagian besar terdapat pada sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Agribisnis adalah keseluruhan kegiatan dari subsistem hulu hinggga subsistem hilir. Salah satu subsistem yang berkaitan erat dengan sistem agribisnis adalah subsistem penunjang. Subsistem penunjang salah satunya adalah lembaga keuangan yang mendukung modal petani dalam melakukan kegiatan produksi guna mengembangkan usaha.

Tabel 2 Jumlah UMKM dan usaha besar menurut sektor ekonomi tahun 2011 Sektor Ekonomi

Skala Usaha

UMKM Usaha besar

Unit (%) Unit (%)

Pertanian,peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 26 967 962 48.84 754 15.2

Pertambangan dan penggalian 294 448 0.53 78 1.6

Industri Pengolahan 3 538 070 6.40 928 18.7

Listrik, Gas dan Air 13 902 0.02 231 4.7

Bangunan 869 080 1.57 417 8.4

Perdagangan, Hotel dan Restoran 15 918 250 28.83 1 195 24.1

Pengangkutan dan Komunkasi 3 799 460 6.88 447 9.0

Keuangan, Persewaan,Jasa Perusahaan 1 308 035 2.36 794 16.0

Jasa-jasa 2 497 235 4.52 109 2.2

Total 55 206 442 4 952

Sumber: Kementerian koperasi dan UMKM 2012

Tabel 2 menunjukan bahwa jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah pada sektor agribisnis pada tahun 2011 mencapai 84.07 persen dari seluruh sektor ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor agribisnis adalah salah satu sektor ekonomi yang sebagian besar tergolong Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada sektor agribisnis belum tersentuh secara optimal oleh perbankan karena sektor ini pada umumnya dinilai masih belum bankable. Belum bankable artinya para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan dari bank pelaksana dalam hal penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan yang sesuai dengan ketentuan bank pelaksana.

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu solusi bagi usaha yang belum mampu memberikan agunan yang merupakan syarat pengajuan kredit.

Kredit Usaha Rakyat sendiri difokuskan pada tujuh sektor usaha yakni pertanian, perikanan, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian dan perdagangan, ketujuh sektor ini mencakup agribisnis mulai dari subsistem hulu, onfarm, hilir dan subsistem pendukung. KUR diresmikan Pemerintah melalui Kementerian

(13)

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2007 agar UMKM dapat memperoleh pinjaman dana modal. KUR dinilai penting dalam mengembangkan usaha dan meningkatkan produktifitas dan pendapatan pelaku UMKM.

Kredit Usaha Rakyat telah berjalan semenjak 2008 dan sempat dihentikan pada akhir 2014. Namun pada Agustus 2015 Pemerintah menghadirkan kembali KUR untuk mendukung usaha mikro dan usaha kecil yang belum bankable.

Pemerintah pada bulan Oktober 2015 membuat paket kebijakan ekonomi ke IV atau paket kebijakan ekonomi Oktober II. Topik penting yang menjadi perhatian pemerintah dalam paket kebijakan ekonomi tersebut adalah kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas guna mendorong penguatan ekonomi masyarakat. Pemerintah menurunkan tingkat bunga KUR yang sebelumnya pada tahun 2015 sebesar dua belas persen per tahun menjadi sembilan persen per tahun yang telah dimulai sejak 4 Januari 2016. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menyatakan bahwa total alokasi penyaluran KUR tahun 2016 mencapai Rp103.2 triliun.1 Kemudahan yang diberikan Pemerintah mengakses KUR saat ini adalah upaya agar usaha masyarakat dapat tumbuh berkembang dan berkesinambungan.

Tabel 3 Realisasi dan NPL penyaluran kredit bank nasional tahun 2014

No Bank

Realisasi Penyaluran KUR

NPL Plafon (%)

(Rp Juta)

Outsanding

(Rp Juta) Debitur

Rata-rata Kredit(Rpjuta/

debitur)

1 BNI 15 483 835 3 239 387 217 086 71.3 3.3

2 BRI (KUR Ritel) 20 600 695 7 821 037 117 259 175.7 2.9 3 BRI (KUR Mikro) 95 003 570 24 038 639 11 326 246 8.4 1.8 4 Bank Mandiri 17 464 110 6 613 257 385 931 45.3 3.4

5 BTN 4 589 882 1 607 567 25 255 181.7 12.9

6 Bank Bukopin 1 813 282 495 284 12 139 149.4 5.5

7 Bank Syariah Mandiri 3 898 017 1 145 079 59 861 65.1 17.2

8 BNI Syariah 319 702 134 670 1 424 224.5 4.6

Total 159 173 093 45 094 920 12 145 201 13.1 3.2 Sumber: Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Bank Mandiri merupakan salah satu bank yang ditunjuk Pemerintah dalam menyalurkan Kredit Usaha Rakyat. Tabel 3 menunjukkan realisasi dan NPL penyaluran kredit Bank Nasional hingga 31 November 2014 tercatat bahwa Bank Mandiri adalah penyalur KUR terbesar kedua dengan total plafond Rp17.4 triliun serta rata-rata kredit yang diberikan kepada setiap nasabah mencapai Rp45.3 juta per debitur dengan total debitur yang telah mencapai 385 931 orang. Nilai tunggakan riil (Non Performing Loan/NPL) KUR Bank Mandiri sebesar 3.4 persen yang berarti bahwa Bank Mandiri memiliki tingkat NPL dibawah lima persen. NPL (Non Performing Loan) dapat dijadikan tolak ukur besarnya tunggakan kredit dan ketetapan Bank Indonesia jika suatu bank memiliki tingkat

1Ilyas Istianur Praditya.2016. Penyaluran KUR bertambah tahun 2016.www.bisnis.liputan6.com.

[15 Februari 2016]

(14)

NPL di atas lima persen maka dikatakan bank tersebut tidak sehat. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa kinerja Bank Mandiri dalam menjalankan program KUR dinilai cukup baik. Kinerja Bank Mandiri dalam penyaluran KUR pada tahun 2016 akan semakin ditingkatkan. Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan total penyaluran KUR yang ditargetkan tahun 2016 sebesar Rp 13 triliun. Bunga untuk pembiayaan KUR di Bank Mandiri adalah sembilan persen efektif per tahun dan 0.4 persen flat per bulan. Kinerja Bank Mandiri dalam menyalurkan KUR juga didukung melalui jaringan mikro Bank Mandiri yang terus berkembang dan telah tersebar luas hingga ke daerah pedesaan sehingga masyarakat secara keseluruhan dapat mengakses kredit dengan mudah.

Perumusan Masalah

Sektor usaha mikro kecil menengah termaksud sektor agribisnis mulai dari subsistem hulu, onfarm, hilir hingga subsistem pendukung memerlukan modal dalam menjalankan usahanya. Para pelaku UMKM mengalami kendala dalam hal permodalan sehingga menyebabkan UMKM sulit meningkatkan kapasitas usaha dan daya saing usaha secara optimal. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran memberikan solusi bagi para pelaku UMKM khususnya di Kota Bogor dalam hal penyediaan modal guna meningkatkan skala usaha melalui Kredit Usaha Rakyat.

Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran memiliki lokasi yang strategis yaitu berada di pusat Kota Bogor. Lokasi yang strategis ini mempermudah akses para pelaku UMKM untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat. Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menetapkan bunga untuk pembiayaan KUR sebesar sembilan persen efektif per tahun dan 0.4 persen flat per bulan. Lokasi yang strategis dan penetapan bunga KUR yang rendah mendorong para pelaku usaha mikro kecil menengah untuk memanfaatkan fasilitas Kredit Usaha Rakyat. Fasilitas kredit ini dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha sehingga omset dan skala usaha para pelaku usaha dapat semakin meningkat.

Tabel 4 menunjukkan kinerja Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dalam proses penyaluran dan realisasi kredit usaha rakyat periode September 2015 sampai Maret 2016. Selama periode tersebut Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran telah merealisasikan kredit usaha rakyat sebesar 3.1 milyar dengan total debitur sebanyak 78 orang. Banyaknya jumlah pengajuan Kredit Usaha Rakyat tidak sejalan dengan banyaknya jumlah kredit usaha rakyat yang direalisasikan. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat realisasi kredit usaha rakyat pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran.

Usaha yang belum layak, penyertaan sejumlah agunan dalam pengajuan kredit serta karakter dari masing-masing individu merupakan sebagian dari faktor penting yang dipertimbangkan dalam merealisasikan kredit agar tepat sasaran.

Tepat sasaran berarti kredit yang direalisasikan Bank seluruhnya digunakan hanya untuk pengembangan skala usaha bukan untuk komsumsi rumah tangga pelaku usaha sehingga pengembalian kredit oleh nasabah tidak mengalami kemacetan.

Perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat agar kredit yang direalisasikan tepat sasaran.

(15)

Tabel 4 Trend pengajuan dan realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran periode September 2015 sampai Maret 2016

Bulan

Debitur Nilai Kredit

Persentase (%)

Growth Pengajuan (%)

(orang)

Realisasi (orang)

Pengajuan (Rp Juta)

Realisasi (Rp Juta)

September 5 2 320 125 39.0

Oktober 7 3 525 200 38.1 0.60

November 19 15 1 175 899 76.5 3.49

Desember 27 22 1 090 821.5 75.3 -0.08

Januari 15 11 575 277 48.1 -0.66

Februari 24 21 860 653 75.9 1.35

Maret 5 4 235 135 57.4 -0.79

Jumlah 102 78 4 780 3 110.5 65.0

Sumber: Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran 2016

Jumlah realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran setiap bulannya mengalami pertumbuhan yang cenderung mengalami penurunan. Jumlah realisasi KUR mengalami penurunan selama bulan Desember 2015 hingga Januari 2016. Namun pada bulan Februari mengalami peningkatan jumlah realisasi KUR sebesar 1.35 persen dan kembali mengalami penurunan pada bulan berikutnya yaitu bulan Maret sebesar 0.79 persen (Tabel 4). Hal ini menunjukan bahwa jumlah realisasi KUR pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran cenderung mengalami penurunan. Selain itu, persentase jumlah KUR yang direalisasikan selama periode September sampai Maret 2016 hanya sebesar 65 persen dari seluruh total pengajuan KUR ke Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran (Tabel 4). Selama periode September 2015 hingga Maret 2016 persentase realisasi KUR cenderung mengalami penurunan yang berarti bahwa selama ini pihak Bank Mandiri cukup hati-hati dalam merealisasikan KUR. Pihak Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran perlu memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR agar setiap bulan persentase realisasi KUR terus meningkat

Nilai tunggakan rill (Non Performing Loan/NPL) dapat dijadikan tolak ukur besarnya tunggakan kredit dan ketetapan Bank Indonesia jika suatu bank memiliki tingkat NPL diatas lima persen maka dikatakan Bank tersebut tidak sehat. Persentase pencapaian total realisasi yang tinggi sebaiknya harus diikuti dengan NPL yang rendah agar kinerja Bank dalam menjalankan program KUR dinilai sangat baik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran NPL pada tahun 2014 mencapai 5.08 persen yang berarti bahwa kinerja Bank Mandiri dalam merealisasikan KUR dinilai kurang baik. Pada tahun 2015 NPL Bank Mandiri Cabang Bogor Pajajaran mengalami penurunan menjadi 3.1 persen. Namun pada bulan Maret 2016 NPL Bank Mandiri kembali mengalami peningkatan hingga mencapai 7.96 persen. Hal ini berarti tunggakan kredit hingga Maret 2016 mencapai delapan persen sehingga pihak Bank harus sangat berhati-hati dalam merealisasikan KUR agar hingga akhir tahun 2016 NPL dapat ditekan. Pihak Bank Mandiri harus memperhatikan faktor- faktor yang memengaruhi realisasi KUR agar pengembalian kredit oleh nasabah lancar dan NPL dapat diturunkan.

(16)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:.

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyatpada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat, informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu :

1. Bagi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan strategi untuk menentukan kebijakan terkait target pencapaian penyaluran kredit dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi kredit usaha rakyat.

2. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang faktor- faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menambah pengalaman praktis dalam menganalisis kredit perbankan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi kredit, khususnya realisasi terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bergerak dalam bidang agribisnis di wilayah Bogor Pajajaran. Studi Kasus pada Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-faktor yang Memengaruhi Realisasi Kredit Usaha Rakyat Beberapa penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi kredit telah dilakukan untuk beberapa kasus bank konvensional pada beberapa tahun sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut memberikan pengamatan yang berbeda-beda pada pola pengambilan data, metode analisis, dan hasil yang dicapai. Penelitian tentang realisasi Kredit Usaha Rakyat pada Bank BRI telah dilakukan oleh Sembiring (2013) pada BRI unit Harjasari

(17)

Bogor, Hidayanto (2010) pada BRI unit Tongkol Jakarta, Irawati (2011) pada BRI unit Cibinong Bogor. Selain penelitian realisasi KUR di BRI juga telah dilakukan penelitian mengenai realisasi pembiayaan mikro pada Bank Syariah Mandiri KCP Bogor Merdeka oleh Ali (2014) dan penelitian mengenai realisasi kredit tunas usaha pada Bank Negara Indonesia (BNI) oleh Lesmana (2011).

Terdapat beberapa metode pengambilan sampel untuk mengetahui variabel-variabel yang memengaruhi realisasi kredit antara lain adalah metode sensus yaitu seluruh nasabah berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti dijadikan sampel penelitian (Sembiring 2013; Irawati 2011; Lesmana 2011), metode stratified simple random sampling yaitu membagi populasi kedalam beberapa kelompok dan secara random memilih subsampel dari setiap kelompok (Hidayanto 2010) dan metode survey yaitu seluruh populasi nasabah digunakan sebagai sampel penelitian (Rachmina 2011).

Metode analisis yang digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis mekanisme dan prosedur penyaluran Kredit Usaha Rakyat (Sembiring 2013) dan mekanisme dan prosedur pembiayaan mikro pada Bank Mandiri Syariah (Ali 2014) serta mekanisme dan prosedur kredit tunas usaha pada Bank BNI (Lesmana 2011). Analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis karakteristik nasabah penerima realisasi Kredit Usaha Rakyat.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui variabel–variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap perealisasian Kredit Usaha Rakyat (Sembiring 2013; Hidayanto 2010; Irawati 2011).

Realisasi KUR dapat dianalisis berdasarkan karakteristik individu debitur, karaktesitik usaha debitur, dan karakteristik dari kredit itu sendiri. Karakteristik debitur meliputi umur, jenis kelamin dan jumlah tanggungan dalam keluarga.

Karakterisik usaha meliputi omset usaha, pendapatan bersih per bulan dan jenis usaha. Karakteristik kredit meliputi frekuensi peminjaman, jumlah kredit dan nilai agunan (Rachmina 2011). Adapun faktor-faktor yang diduga memengaruhi perealisasian kredit tunas usaha pada Bank Negara Indonesia adalah usia nasabah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kredit, lama usaha, sektor usaha, pendapatan usaha per bulan, current ratio, agunan, dan jangka waktu peminjaman. Sedangkan pada penelitian (Ali 2014) di Bank Mandiri Syariah terdapat enam variabel yang memengaruhi realisasi pembiayaan mikro yaitu jenis kelamin, lama usaha, tingkat laba bersih per bulan, jenis usaha, jumlah pembiayaan yang diajukan dan nilai agunan. Perealisasian Kredit Usaha Rakyat pada Bank BRI diduga dipengaruhi oleh variabel sebagai berikut tingkat pendapatan, frekuensi kredit, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, dan waktupengembalian kredit (Hidayanto 2010).

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR dapat menggunakan analisis regresi linear berganda (Sembiring 2013; Ali 2014;

Rachmina 2011; Hidayanto 2010; Irawati 2011). Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda faktor yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR adalah omset usaha (Rachmina 2011), jenis kelamin (Irawati 2011), tingkat pendidikan (Hidayanto 2010). Pendapatan bersih usaha per bulan juga berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR (Sembiring 2013; Rachmina 2011; Hidayanto 2010). Jumlah kredit atau pembiayaan KUR yang diajukan nasabah kepada

(18)

debitur berpengaruh secara nyata terhadap realisasi KUR (Irawati 2011;Ali 2014;Rachmina 2011).

Menurut Sembiring (2013) dan Hidayanto (2010) frekuensi peminjaman kredit merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap realisasi kredit. Jenis usaha dan jumlah agunan juga merupakan faktor-faktor yang memengaruhi realisasi KUR (Rachmina 2011; Ali 2014). Jangka waktu pengembalian KUR adalah faktor yang berpengaruh secara nyata dalam realisasi KUR (Irawati 2011;

Hidayanto 2010).

Analisis kuantitatif digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap realisasi kredit dengan menggunakan alat analisis yaitu metode regresi linear berganda. Dengan menggunakan alat analisis tersebut maka akan diketahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah melihat bagaimana perilaku bank terhadap program realisasi kredit yang dikeluarkan Pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dilihat dari wilayah lokasi penelitian yaitu Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Penelitian terdahulu juga belum ada yang membahas tentang faktor yang memengaruhi realisasi KUR di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Adapun persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang dianalisis dan alat analisis yang digunakan.

Terdapat beberapa kesamaan dari faktor yang dianalisis pada penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu pendapatan bersih, lama usaha, jangka waktu pengembalian kredit dan nilai agunan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang biasa disingkat dengan UMKMmerupakan salah satu sektor ekonomi masyarakat yang cukup penting.

Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan ekonomi dalam hal ini terutama pada UMKM. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha yang produktif dan memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional khususnya dalam menyediakan kesempatan kerja dan sumber yang cukup besar bagi penerimaan negara.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Bab IV pasal 6 tahun 2008 terdapat beberapa kriteria mengenai usaha mikro, kecil dan menengah yang antara lain adalah sebagai berikut :

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 Juta.

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 Juta sampai dengan paling banyak Rp500 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

(19)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 Juta sampai dengan paling banyak Rp2 500 Juta.

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 Juta sampai dengan paling banyak Rp10 000 Juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2 500 Juta sampai dengan paling banyak Rp 50 000 Juta.

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang termasuk dalam Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil yang bertujuan untuk meningkatkan akses permodalan bagi usaha mikro dan kecil. KUR adalah pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak (feasible), namun mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan Perbankan (belum bankable). KUR merupakan program pemberian kredit atau pembiayaan dengan nilai dibawah Rp500 Juta dengan pola penjaminan oleh Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UMKM dengan besarnya coverage penjaminan maksimal 80 persen dari plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan, kehutanan, dan industri kecil, dan 70 persen dari plafon kredit untuk sektor lainnya.

Lembaga penjamin KUR adalah dua lembaga penjamin nasional yaitu PT Jamkrindo dan PT Askrindo dan dua lembaga penjamin daerah, yaitu PT Penjaminan Kredit Daerah Jawa Timur (Jamkrida Jatim) dan PT Jamkrida Bali Mandara. Terdapat tiga skema KUR yaitu KUR mikro dengan plafon sampai dengan Rp25 Juta dikenakan suku bunga kredit maksimal sembilan persen per tahun, KUR ritel dengan plafon dari Rp26 Juta sampai dengan Rp500 Juta dikenakan suku bunga kredit maksimal sembilan persen per tahun serta KUR Linkage dengan plafon sampai dengan dua milyar Rupiah. KUR linkage biasanya menggunakan lembaga lain, seperti koperasi, BPR, dan lembaga keuangan non bank untuk meneruskan pinjaman KUR dari bank pelaksana kepada UMKMK.

Tujuan program KUR adalah mengakselerasi atau mempercepat pengembangan kegiatan perekonomian di sektor riil dalam rangka penanggulangan dan pengentasan kemiskinan serta perluasan kesempatan kerja.

Secara lebih rinci, tujuan program KUR adalah sebagai berikut:

a. Mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK).

b. Meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM & Koperasi kepada lembaga keuangan.

c. Sebagai upaya penanggulangan atau pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja

Konsep Agribisnis

Istilah agribisnis telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya, agribisnis terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan "bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribisnis adalah

(20)

kegiatan bisnis yang berbasis pertanian. Agribisnis dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan-kegiatan dalam industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg 1957 dalam Soemarno 1996).

Konsep agribisnis yang ditulis oleh Pasaribu (2012) adalah sebagai berikut:

 Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang luas, yaitu kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan-kegiatan pertanian.

 Sebuah sistem kegiatan yang meliputi tiga komponen the farm input sector, the farming sector dan the product marketing sector.

 Keseluruhan dan kesatuan dari seluruh organisasi dan kegiatan mulai dari produksi dan distribusi sarana produksi, kegiatan produksi pertanian di lahan pertanian sampai dengan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan turun sampai distribusi hasil akhir dari pengolahan tersebut ke konsumen.

Pengertian, fungsi dan tujuan kredit

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Bab I, Pasal satu ayat 12, kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dangan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keutungan.

Fungsi kredit bagi masyarakat antara lain memperluas modal kerja perusahaan dan lapangan kerja bagi masyarakat, meningkatkan daya guna (utility) barang, meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat serta memperlancar arus barang dan arus uang. Selain itu kredit juga mampu menjadi motivator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian serta dapat mengubah cara berfikir atau bertindak masyarakat untuk lebih ekonomi (Hasibuan 2008). Tujuan penyaluran kredit sendiri menurut Hasibuan (2008) adalah untuk memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit, memanfaatkan dan memproduksikan dana- dana yang ada, melaksanakan kegiatan operasional bank, memenuhi permintaan kredit dari masyarakat, memperlancar lalu lintas pembayaran, menambah modal kerja perusahaan serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Jenis kredit

Pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2003) yaitu dibedakan menurut kegunaan, tujuan kredit, jangka waktu, jaminan dan sektor usaha:

1. Jenis kredit berdasarkan kegunaan yaitu kredit investasi dan kredit modal kerja.

a. Kredit investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru dimana masa

(21)

pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Jenis kredit berdasarkan tujuan kredit yaitu kredit produktif, kredit konsumtif dan kredit perdagangan.

a. Kredit produktif, kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya, kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.

b. Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

c. Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.

3. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu yaitu kredit jangka pendek, kredit jangka menengah dan kredit jangka panjang.

a. Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah yaitu jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.

c. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Jenis kredit berdasarkan jaminan yaitu kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan.

a. Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

5. Jenis kredit berdasarkan sektor usaha yaitu kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri dan kredit pertambangan.

(22)

a. Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit peternakan merupakan kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi.

c. Kredit industri yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar.

d. Kredit pertambangan yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

Unsur-unsur Kredit

Menurut Kasmir (2003) unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

a. Kesepakatan yaitu kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing- masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

b. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

c. Jangka waktu yaitu masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Risiko yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan. Hal ini yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

e. Balas jasa yaitu keuntungan atau pendapatan yang diterima bank atas pemberian suatu kredit. Balas jasa dalam bank konvensional yang kita kenal dengan nama bunga. Selain balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan sistem bagi hasil.

Pertimbangan Kredit

Risiko yang sering terjadi dalam usaha perbankan pada umumnya adalah risiko kredit macet atau Non Performing Loan (NPL). Faktor penyebab risiko kredit macet antara lain karena kesalahan penggunaan kredit, manajemen penggunaan kredit yang buruk serta kondisi perekonomian yang memengaruhi iklim usaha dalam negeri. Keyakinan bank diperoleh berdasarkan analisis yang mendalam atau iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya. Hasibuan (2008) dalam memberikan kredit kapada calon debitur ada beberapa prinsip yang memengaruhi bank dalam menilai permohonan kredit yaitu prinsip 5’C dan 7’P. Prinsip 5’C diantaranya adalah:

(23)

a. Karakter (character) yaitu kepribadian debitur yang dimaksudkan untuk menilai kejujuran dan iktikad baik calon debitur sehingga tidak menyulitkan penagihan dikemudian hari. Pada dasarnya pemberian kredit atas dasar kepercayaan yaitu adanya keyakinan pihak bank bahwa si calon peminjam atau debitur mempunyai modal, watak atau kepribadian yang baik, bertanggungjawab dalam kehidupan pribadi, keluarga dan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan usahanya. Karakter pemohon kredit dapat diperoleh dengan cara megumpulkan informasi dari refrensi nasabah dan bank-bank lainnya tentang perilaku, kejujuran, pergaulan dan ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi.

b. Kapasitas (capacity) yaitu kemampuan untuk membayar kredit yang diajukan dengan melihat prospek usahanya. Kapasitas atau capacity merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban- kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan atau omset usaha yang dapat mencerminkan profitabilitas usaha.

c. Modal (capital) adalah sejumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya.

Besarnya kemampuan modal calon debitur dapat diketahui dari laporan keuangan. Semakin besar usaha calon debitur maka semakin mudah untuk memperoleh data tentang modal usaha calon debitur.

d. Agunan (collateral) yaitu barang-barang berharga yang diserahkan oleh calon nasabah sebagai agunan atas kredit yang diterimanya atau jaminan yang mudah dicairkan. Agunan yang diberikan pemohon kredit mutlak harus dianalisis secara yudiris dan ekonomis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang ditentukan bank. Menurut ketentuan Bank Indonesia bahwa setiap kredit yang disalurkan suatu bank harus mempunyai agunan yang cukup. Oleh karena itu, jika terjadi kredit macet maka agunan inilah yang digunakan untuk membayar kredit tersebut.

e. Kondisi ekonomi (condition of economy) yaitu prospek usaha nasabah debitur.

Bila bank tidak melihat adanya prospek dari usaha ini, maka bisa jadi kredit yang dikucurkan tidak memberi manfaat apapun sehingga mengancam keberlangsungan kredit yang diberikan.

Sedangkan prinsip 7’P yang memengaruhi Bank dalam menilai permohonan kredit (Hasibuan 2008) adalah:

1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan dipergunakan sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya baik, kredit dapat diberikan sebaliknya apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak akan diberikan. Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan berusaha membayar pinjamannya sedangkan kepribadian yang jelek akan sulit membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan, pekerjaan, pendidikan dan pergaulannya.

2. Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan tertentu berdasarkan modal, karakter dan loyalitasnya dimana setiap klasifikasi nasabah akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

(24)

3. Purpose (tujuan) adalah tujuan dari penggunaan kredit oleh calon debitur apakah untuk kegiatan konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit ini menjadi hal yang menentukan apakah permohonan calon debitur disetujui atau ditolak. Apabila kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif maka kredit tidak akan diberikan jika digunakan sebagai modal kerja (produktif) maka kredit dapat diberikan. Jadi analis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat mempertimbangkan apakah kredit akan diberikan atau tidak.

4. Prospect adalah prospek perusahaan dimasa datang apakah akan menguntungkan atau merugikan. Jika prospek terlihat baik maka kredit dapat diberikan sebaliknya jika terlihat kurang baik maka kredit akan ditolak. Analis kredit harus mampu mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur agar pengembalian kredit menjadi lancar.

5. Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analis kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon debitur sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar kembali kredit tersebut sesuai dengan perjanjian. Asas payment ini harus dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit agar pengembalian kredit berjalan lancar.

6. Profitability adalah untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode apakah konstan atau meningkat dengan adanya pemberian kredit.

7. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.

Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau jaminan asuransi.

Permintaan dan Penawaran Kredit

Tingkat bunga di pasar pada waktu tertentu mencerminkan keseimbangan yang berlaku antara kekuatan permintaan dan penawaran. Keadaan permintaan dan penawaran juga mencerminkan kemungkinan perubahan tingkat bunga.

Biasanya pada waktu bank memiliki persediaan dana rendah maka tingkat suku bunga tinggi. Sebaliknya pada saat bank mempunyai persediaan dana yang melimpah maka tingkat bunga akan menjadi rendah (Darmawi 2012).

Kredit mempunyai dua makna yaitu sebagai barang ekonomi dan sumber modal. Analisis permintaan kredit dapat dilakukan melalui dua pendekatan dengan menggunakan kedua pengertian kredit tersebut yaitu pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana kredit dianggap sebagai barang ekonomi sedangkan pendekatan tidak langsung dilakukan melalui fungsi produksi dimana kredit dianggap sebagai sumber modal dalam kegiatan produksi. Berdasarkan teori ekonomi, permintaan terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh harga barang atau jasa tersebut.

Demikian halnya apabila kredit diartikan sebagai barang ekonomi maka permintaan terhadap kredit akan sangat dipengaruhi oleh harga kredit yag ditunjukkan dengan tingkat suku bunga kredit. Hubungan antara tingkat bunga dengan permintaan terhadap kredit adalah bersifat negatif. Artinya semakin tinggi tingkat bunga kredit maka permintaan terhadap kredit akan turun. Permintaan kredit akan dipengaruhi oleh perubahan produksi dan perubahan produksi dapat disebabkan oleh perubahan pengunaan faktor-faktor produksi (Rachmina 1994).

(25)

Penawaran kredit berdasarkan teori ekonomi dimana penawaran akan suatu barang atau jasa juga dipengaruhi oleh harga barang atau jasa tersebut. Ketika tingkat suku bunga tinggi dan persedian dana Bank mencukupi maka Bank akan mengingkatkan penawaran kredit. Sebaliknya ketika tingkat suku bunga rendah maka penawaran kredit akan menurun. Kredit Usaha Rakyat merupakan salah satu kebijakan Pemerintah dengan menetapkan suku bunga kredit yang lebih rendah (i1).

Gambar 1 menunjukkan pada saat tingkat suku bunga mengalami penurunan dari i0 menjadi i1 maka akan terjadi peningkatan jumlah permintaan kredit dari (demand) Q0 menjadi Q1. Peningkatan jumlah permintaan kredit (demand) akan mengakibatkan supply kredit juga mengalami peningkatan dengan bergesernya kurva supply dari S0 menjadi S1.

Gambar 1 Kurva penawaran dan permintaan kredit Sumber: Racmina (1994)

Kerangka Pemikiran Operasional

Bank Mandiri adalah suatu lembaga keuangan yang dikenal fokus terhadap penyaluran kredit di bidang agribisnis dan UMKM. Hal tersebut dikarenakan Bank Mandiri memberikan bunga pinjaman yang rendah yaitu menetapkan bunga untuk pembiayaan KUR sebesar sembilan persen efektif per tahun dan 0.4 persen flat per bulan dan persyaratan yang mudah sehingga membuat masyarakat kecil percaya terhadap Mandiri dan lebih memilih meminjam dana pada Bank Mandiri dibanding dengan lembaga keuangan lainnya.

Program kredit yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri untuk UMKM diantaranya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bank Mandiri merupakan salah satu bank yang dipercaya pemerintah untuk menyalurkan kredit tersebut.

Perbankan dalam memilih debiturnya melakukan lima prinsip yang dikenal S1

D S0

i0

i1

Tingkat Bunga (i)

Jumlah Kredit(Q)

Q0 0

Q1

(26)

dengan prinsip 5 C yaitu character (karakter), capacity (kapasitas), capital (kapital), collateral (jaminan) dan condition of economy (kondisi ekonomi).

Penilaian tersebut berpengaruh terhadap faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pencairan pinjaman KUR. Untuk menganalisis faktor apa saja yang memengaruhi tingkat pencairan pinjaman KUR dapat dibedakan dalam tiga karakteristik yaitu karakteristik individu, karakteristik usaha serta karakteristik kredit. Karakteristik individu terdiri faktor pendidikan nasabah, usia dan jumlah tanggungan dalam keluarga. Alasan pemilihan karakteristik individu dalam penelitian ini adalah objek penelitian ini yaitu kredit usaha rakyat yang merupakan kredit untuk usaha mikro kecil menengah. Seperti yang diketahui bahwa usaha mikro kecil menengah belum mempunyai pencatatan keuangan usaha secara baik sehingga antara asset rumah tangga dengan asset usaha belum bisa dipisahkan dan pada umumnya usaha mikro ini merupakan home industry sehingga peran keluarga sangat berpengaruh. Alasan tersebut membuat karakteristik individu ini perlu untuk diteliti.

Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pencairan kredit meliputi faktor pendapatan bersih usaha per bulan dan lama usaha. Pemilihan variabel ini dikarenakan pendapatan bersih dari usaha sangat berpengaruh untuk melihat kelancaran usaha. Variabel ini sangat penting untuk diteliti karena kredit yang diberikan harus melihat prospek usaha nasabahnya sehingga nantinya ketika dana yang dipinjamkan telah dicairkan, diharapkan tunggakan kredit dapat dihindari. Selain itu karakteristik kredit meliputi jangka waktu kredit dan nilai agunan juga memengaruhi realisasi pinjaman oleh pihak Bank.

1. Karakteristik individu

Faktor yang termasuk ke dalam karakteristik individu adalah faktor tingkat pendidikan berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki tentang KUR, bahwa KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan Pemerintah. Oleh karena itu diduga semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah maka debitur semakin memahami bahwa meskipun KUR merupakan kredit yang bekerjasama dengan pemerintah tapi Bank Mandiri tetap menanggung kerugian akibat penunggakan pembayaran kredit. Semakin tingginya tingkat pendidikan nasabah maka diharapkan semakin memahami dengan benar tentang mekanisme dan prosedur KUR sehingga pencairan pinjaman dapat terealisasikan.

Jumlah tanggungan dalam keluarga yang semakin banyak maka diasumsikan semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, sehingga dapat menghabiskan sebagian besar proporsi pendapatan keluarga.

Hal ini dapat menjadi peluang ketidakmampuan dalam pelunasan kredit dan diduga semakin kecil realisasi kredit yang diperoleh. Jumlah tanggungan dalam keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi kredit.

Usia memengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan secara rasional, karena pada umumnya peningkatan usia akan memengaruhi kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan kredit.

Semakin tinggi usia debitur maka memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memenuhi kewajiban pembayaran nantinya ketika kredit sudah direalisasikan. Oleh karena itu, usia diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit.

(27)

2. Karakteristik usaha

Pemilihan faktor-faktor yang diduga memengaruhi realisasi kredit yang termasuk kedalam karakteristik usaha berdasarkan kondisi yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan. Pendapatan bersih usaha debitur per bulan merupakan jumlah dana yang memungkinkan untuk dialokasikan debitur dalam membayar kewajibannnya baik dalam membayar angsuran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman pada setiap bulannya. Pendapatan bersih usaha bersih debitur per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit, dimana semakin besar pendapatan bersih usaha per bulannya maka kemampuan membayar angsuran dan beban bunga akan semakin besar. Calon debitur perlu memperhatikan variabel ini jika ingin memperoleh realisasi KUR yang lebih besar dari Bank Mandiri. Pihak Bank Mandiri juga dapat memanfaatkan informasi ini untuk mencapai target realisasi KUR yaitu dengan lebih memperhatikan pendapatan bersih usaha per bulan para calon debitur dalam menyetujui pengajuan kredit.

Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran realisasi kredit karena pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang digeluti. Keberhasilan usaha tersebut dapat menjamin perolehan pendapatan atau keuntungan sebagai sumber biaya hidup dan memberikan peluang yang besar dalam realisasi kredit.

3. Karakteristik kredit

Pemilihan faktor-faktor yang diduga memengaruhi realisasi kredit yang termasuk ke dalam karakteristik kredit adalah jangka waktu kredit dan nilai agunan. Jangka waktu kredit merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur dalam membayar seluruh nilai pinjaman yang diberikan termasuk didalamnya pembayaran pokok pinjaman beserta bunga pinjaman. Jangka waktu kredit diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR. Diasumsikan, bahwa semakin lama jangka waktu kredit maka tanggungan angsuran semakin kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan kredit menjadi lebih ringan dibandingkan dengan jangka waktu yang lebih singkat (besar pinjaman yang sama). Jadi, semakin panjang jangka waktu pelunasan kredit maka semakin berpeluang bagi debitur untuk mengembalikan kredit dengan lancar.

Faktor nilai agunan berkaitan dengan benda berharga yang harus dikorbankan untuk mendapatkan suatu kredit. Nilai agunan diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi kredit yang akan diperoleh. Semakin besar nilai agunan maka semakin besar kepercayaan bank untuk memberikan kredit. Faktor- faktor yang memengaruhi realisasi KUR dapat juga dikelompokkan berdasarkan prinsip 5’C yaitu character, capacity, capital, collateral dan condition of economy. Faktor usia, pendidikan dan jumlah tanggungan termaksud kedalam prinsip character. Faktor pendapatan bersih usaha per bulan, lama usaha dan jangka waktu kredit termaksud kedalam prinsip capacity. Faktor nilai agunan termaksud kedalam prinsip collateral. Condition of economy tidak dimasukkan kedalam kelompok variabel dikarenakan analisis ini difokuskan untuk UMKM yang tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian.

Semua karakteristik tersebut diperkirakan memiliki pengaruh yang nyata terhadap realisasi KUR sehingga pihak Bank Mandiri perlu memperhatikan karakteristik nasabah dalam menyetujui suatu permohonan kredit. Hasil analisis

(28)

tersebut diharapkan dapat menjadi saran dan bahan pertimbangan bagi Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran untuk menganalisis dan mempertimbangkan kredit yang layak untuk direalisasikan. Kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

Karakteristik Individu

Usia

Pendidikan

Jumlah tanggungan keluarga

Karakteristik Usaha

Pendapatan bersih

Lama usaha

Karakteristik Kredit

Jangka waktu kredit

Nilai agunan

Model Pencairan Kredit

Metode Regresi Linear Berganda

Faktor-faktor yang memengarui realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Paajaran

Rekomendasi Kebijakan Variabel-variabel yang memengaruhi

realisasi KUR

Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran

Realisasi Kredit Usaha Rakyat Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran < Pengajuan Kredit

Jumlah realisasi KUR cenderung mengalami penurunan

NPL Bank Mandiri Cabang Bogor Pajajaran pada Maret 2016 mencapai delapan persen

Realisasi KUR berdasarkan prinsip 5C Character Capacity Capital Collateral Condition of Economy

Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Mandiri

(29)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Mandiri (persero) Tbk tepatnya di Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran menyalurkan KUR di sektor agribisnis baik on farm maupun off farm dan memberikan bantuan dalam segi permodalan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bogor dan sekitarnya. Selain itu, Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran dipilih karena tingkat realisasi KUR lebih rendah daripada pengajuan KUR. Pengumpulan data berlangsung pada bulan April hingga Juni 2016.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data primer dari penelitian ini merupakan hasil wawancara dengan para nasabah KUR UMKM sektor agribisnis Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yang masih aktif melakukan pinjaman hingga Maret 2016. Wawancara dilakukan dengan bantuan kuisioner agar pertanyaan dalam wawancara lebih sistematis. Data primer lainnya akan diperoleh dari hasil diskusi peneliti dengan pihak manajemen Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran terkait dengan mekanisme dan tata cara pemberian kredit sampai dengan perealisasian pinjaman kepada nasabah serta tata cara pembayaran kredit.

Data sekunder akan diperoleh dari data-data yang dimiliki Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran terkait data mengenai modul Bank Mandiri dan pedoman kerja Bank Mandiri. Data-data pendukung lainnya terkait Kredit Usaha Rakyat akan diperoleh dari lembaga terkait seperti Komite KUR Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan UMKM dan Bank Indonesia. Pencarian literatur untuk mencari data penelitian melalui buku-buku yang relevan, laporan penelitian, jurnal penelitian maupun internet juga dilakukan sebagai kelengkapan bahan penelitian. Proses penelitian ini akan dimulai dengan penelusuran sumber data dari berbagai referensi yang relevan, dilanjutkan dengan pengumpulan data, pengolahan data, hingga penulisan laporan dalam bentuk skripsi.

Metode Pengumpulan Data dan Penentuan Sampel

Penentuan populasi dan sampel menjadi langkah awal dalam melakukan penelitian. Terlebih dahulu peneliti harus mengetahui populasi yang akan dijadikan objek penelitian dalam menentukan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang Bogor Pajajaran yang masih aktif melakukan peminjaman hingga Maret 2016.

Gambar

Tabel 1 Jumlah realisasi kredit untuk sektor usaha mikro kecil menengah  Skala
Tabel 2 Jumlah UMKM dan usaha besar menurut sektor ekonomi tahun 2011  Sektor Ekonomi
Tabel 3 Realisasi dan NPL penyaluran kredit bank nasional tahun 2014
Tabel 4 Trend pengajuan dan realisasi KUR Bank Mandiri Mitra Usaha Cabang  Bogor Pajajaran periode September 2015 sampai Maret 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 memperlihatkan bahwa jalur paparan radiasi langsung melalui tanah dan airborne memberikan kontribusi tertinggi terhadap dosis yang diterima individu karena

Pada umumnya FTTZ di gunakan pada daerah perumahan yang jauh dari sentral atau bila infrastruktur duct pada arah tersebut sudah tidak memungkinkan lagi untuk

Kekambuhan dari mukosil dapat meningkat pada kasus yang melibatkan mukosil invasif, yang letaknya jauh di lateral dan posterior resesus fron- tal, pada pasien yang telah

Eko Budi Minarno, M.Pd selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

Dengan menawarkan gaji yang tinggi membuat para informan kemudian terbujuk untuk menerima tawaran pelaku dan akhirnya informan menjadi korban.. human trafficking

Vaikka kaikki haastatteluun osallistuneet nuoret kertoivat käyttävänsä sosiodigi- taalista teknologiaa sosiaaliseen hengailuun, niin nuorten tavat toimia olivat näi- den

Kesulitan tentang persepsi orang tua, “Anak disuruh sekolah kok malah disuruh jualan”, dialami oleh SMKN 1 Depok. Akan tetapi masalah ini dapat teratasi setelah

Watermarking adalah sebuah' proses untuk menyisipkan suatu informasi, yang biasanya disebut sebagai watermark, pada suatu data (digital) penampung, seperti gambar, audio, dokumen