• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFFECT OF DEBT DEFAULT, TURNOVER AUDITORS, AND SIZE ITS GOING TO ACCEPTANCE OF AUDIT OPINION CONCERN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFFECT OF DEBT DEFAULT, TURNOVER AUDITORS, AND SIZE ITS GOING TO ACCEPTANCE OF AUDIT OPINION CONCERN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EFFECT OF DEBT DEFAULT, TURNOVER AUDITORS, AND SIZE ITS GOING TO ACCEPTANCE OF AUDIT OPINION CONCERN

Fitri Tri Diyanti, Dr. Untara

Undergraduate Program, Faculty of Economic, 2010

Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Keywords: Debt default, auditors switching, company size, going concern audit opinion.

ABSTRACT

The survival of a business entity, is always associated with the management capability to bring these business units to survive as long as possible. Accordingly, the fair if the first allegation is addressed to management. But the accusation was also great potential to widen to the auditors.

Going concern problem, which is relatively complex and continues to exist. So that the necessary factors - factors as the definitive benchmark for determining the company's goingconcern status.

In order to factors - factors can be consistent, then the required testing – testing that in a volatile economic situation going-concern status can remain in the prediction.

The purpose of this research is to show demonstrate the effect of debt default, auditors switching and company size with the chance of receiving going concern audit opinion at service company listed on Indonesia Stock Exchange between 2005 to 2009. The research method used in this research is purposive sampling and data used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id.

The model used in this research is logistic regretion. The result of this research indicates the debt default not affect to the receiving of going concern audit opinion, while auditors switching and company size affect the receiving of going concern audit opinion.

(2)

PENGARUH DEBT DEFAULT, PERGANTIAN AUDITOR, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING

CONCERN Fitri Tri Diyanti

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100, Depok – 16424

Email : ipitc8@gmail.com Pembimbing : Dr. Untara

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas gunadarma, Depok ABSTRACT

The survival of a business entity, is always associated with the management capability to bring these business units to survive as long as possible. Accordingly, the fair if the first

allegation is addressed to management. But the accusation was also great potential to widen to the auditors. Going concern problem, which is relatively complex and continues to exist. So that the necessary factors - factors as the definitive benchmark for determining the company's goingconcern

status. In order to factors - factors can be consistent, then the required testing - testing that in a volatile economic situation going-concern status can remain in the prediction.

The purpose of this research is to show demonstrate the effect of debt default, auditors

switching and company size with the chance of receiving going concern audit opinion at service company listed on Indonesia Stock Exchange between 2005 to 2009. The research method used in this research is purposive sampling and data used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id.

The model used in this research is logistic regretion. The result of this research indicates the debt default not affect to the receiving of going concern audit opinion, while auditors switching and company size affect the receiving of going concern audit opinion.

Keywords: Debt default, auditors switching, company size, going concern audit opinion.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan dari keberadaan suatu entitas ketika didirikan adalah untuk mempertahankan

kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan tersebut agar bertahan hidup. Salah satu pertimbangan investor ketika ingin menginvestasikan modalnya pada suatu perusahaan adalah melalui opini auditor atas laporan keuangan perusahaan.

Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Oleh karena itu auditor sangat diandalkan karena mempunyai peranan yang penting sebagai perantara akan kepentingan investor maupun kepentingan perusahaan sebagai penyedia laporan keuangan.

Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah ada kesangsian terhadap

kelangsungan hidup perusahaan dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit. Beberapa penyebabnya antara lain, pertama masalah self fulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern yang muncul ketika auditor khawatir bahwa opini going concern yang dikeluarkan dapat mempercepat kegagalan yang bermasalah. Masalah kedua yang menyebabkan kesalahan opini adalah tidak terdapat prosedur penetapan status going concern yang terstruktur.

Mutcher et al. (1997) Menemukan bukti keputusan opini going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variable lag laporan audit serta informasi berlawanan yang ekstrim (contrary information), seperti default.

Jika default ini telah terjadi atau proses negoisasi tengah berlangsung dalam rangka menghindari default selanjutnya, auditor mungkin cenderung untuk mengeluarkan opini going concern.

kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap penerimaan going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chen dan Church (1992), Mutchler et al (1997) dan Carcello dan Neal (2000) dimana dalam penelitian Chen dan Church (1992) menemukan bukti yang kuat antara pemberian status debt default dengan masalah going concern.

Going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu

perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya ( Standar Akuntansi Keuangan, 2002 ). Dampak yang tidak diharapkan dari opini going concern yang tidak di inginkan tersebut mendorong manajemen untuk

mempengaruhi auditor dan menimbulkan konsekuensi negatif dalam pengeluaran opini going concern. Kondisi tersebut memungkinkan manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini disebut pergantian auditor. Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Maka semakin besar perusahaan akan semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima opini going concern.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Pemberian opini going concern oleh auditor juga tidak lepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan untuk tahun tertentu tidak lepas dari keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai pendoman untuk pengambilan keputusan. Beberapa hal yang memicu masalah going concern adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang

(4)

terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besar yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban-beban keuangan, kerugian operasional dan tidak ada action plans yang jelas dari pihak manajemen.

Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa segala sesuatunya baik.

Penilaian going concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Untuk bisa sampai pada kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen. Pada kenyataannya, masalah going concern merupakan hal yang kompleks dan terus ada. Sehingga diperlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur yang pasti untuk menentukan status going concern pada perusahaan. Kekonsistenan faktorfaktor

tersebut harus diuji agar dalam keadaan ekonomi yang fluktuaktif, status going concern

tetap dapat diprediksi. Uraian latar belakang masalah di atas mendorong penulis memilih judul “

PENGARUH DEBT DEFAULT, PERGANTIAN AUDITOR DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN ” Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat di ambil suatu permasalahan yang penulis ketahui lebih lanjut sebagai berikut :

1. Apakah faktor debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern ?

2. Apakah faktor pergantian auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern ?

3. Apakah faktor ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern ?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh debt default, pergantian auditor, dan ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

TELAAH PUSTAKAN DAN HIPOTESIS Debt Default

Dalam PSA 30, going concern yang banyak digunakan auditor dalam

memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan memenuhi pembayaran hutangnya (default). Auditor hanya perlu berkonsentrasi pada identifikasi indikator-indikator yang lebih jelas dari potensi masalah going concern. Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (default). Debt default merupakan kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokoknya atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chean dan Church, 1992).

Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church (1992) yang menemukan hubungan yang kuat status default terhadap going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan

(5)

dalam keadaan default tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern.

Sebuah perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan default hutangnya bila salah satu kondisi dibawah ini terpenuhi (Chen dan Church, 1992), yaitu : 1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar hutang pokok atau bunga.

2. Persetujuan perjanjian hutang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian tersebut tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa kurang dari satu tahun.

3. Perusahaan sedang dalam proses negoisasi restrukturisasi hutang yang jatuh tempo.

Pergantian Auditor

Klien yang di audit oleh KAP baru mungkin lebih puas dengan beberapa

pertimbangan. Pertama perusahaan cenderung untuk mengganti auditor adalah bahwa mereka tidak puas dengan pelayanan yang diberikan dari auditor sebelumnya atau mereka mempunyai beberapa jenis perselisihan dengan auditor sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan mengganti auditor dalam tiga tahun yang lalu dengan harapan akan

mengalami suatu peningkatan dalam kepuasan klien. Kedua perikatan audit yang baru, ada ketidakyakinan management klien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan dari KAP. Akibatnya, ada dorongan yang kuat dari KAP untuk memprioritaskan pelayanan klien dalam tahun-tahun pertama setelah memperoleh klien baru (Craswell, 1995). Klienklien baru mungkin mendapatkan perhatian khusus, dan mereka mungkin menikmati

perspektif dan pandangan yang berbeda yang diberikan oleh auditor baru.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Simon dan Francis, 1988 bahwa secara substansial auditor mengurangi

pendapatan mereka dalam order untuk memperoleh klien baru. Dalam tahun-tahun pertama, klien mungkin merasa bahwa mereka menerima nilai yang terkemuka untuk pendapatan mereka. Oleh karena itu, tingkat kepuasan mereka akan menjadi lebih tinggi.

Behn et al ( 1997) menunjukkan bahwa pergantian auditor merupakan variabel yang mempengaruhi kepuasaan klien. Seorang auditor baru akan cenderung

memperlihatkan kinerjanya pada tahun-tahun pertama saat auditor melakukan audit. Pada awal tahun kontrak pelakasanaan audit, auditor baru akan berusaha mencari tahu kinerja auditor lama, dan untuk itu auditor baru akan membandingkan dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainyan. Harapan seorang auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik-baiknya, tanpa mengurangi sikap profesionalnya sebagai seorang auditor. Tujuan pergantian auditor dimaksudkan untuk meningkatkan (memanipulasi) hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Pergantian auditor menyebabkan dampak negatif.

Ukuran Perusahaan

McKeown et. Al. (1991) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak

menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar.

Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going

(6)

concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada

perusahaan kecil.

Mutchler et. al. (1997) bahwa dalam penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung tikar. Bukti empiris bahwa ada hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini audit going concern.

Opini Audit

Auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan

suatu perusahaan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor adalah suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 1994).

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali kantor akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan. Laporan audit hanya dibuat jika audit benar-benar dilakukan.

Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut dapat menginformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Bagian dari laporan audit yang merupakan informasi utama dari laporan audit adalah opini audit. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Going Concern

Going concern merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan di asumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar Akuntansi Keuangan, 2002). Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah. Dengan adanya going concern maka suatu usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.

Opini Audit Going Concern

Dalam melakukan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat hanya sebatas

(7)

pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan saja. Tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Inilah yang menjadi alasan mengapa auditor turut bertanggung jawab atas

kelangsungan hidup suatu satuan usaha meskipun dalam batas waktu tertentu. Going concern merupakan salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pihak manajemen bertanggung jawab untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan auditor bertanggung jawab untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memakai dalam laporan keuangan.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Hubungan Antara Variabel dalam Model Penelitian dan Perumusan Hipotesis Hubungan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Sebagian besar penelitian terdahulu telah menggunakan rasio keuangan untuk

mengindentifikasikan masalah going concern perusahaan (Koh dan Tan 1999, Chen dan Church 1992, Mutchler 1985). Indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar utang pokok atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992).

Manfaat status default terhadap potensi masalah going concern diteliti oleh Chen dan Church (1992). Hasilnya menemukan hubungan positif yang kuat antara default hutang dengan penerimaan opini going concern. Dengan menambahkan status default pada modal prediksi going concern yang sebelumnya hanya memasukkan variabel rasio keuangan saja, penelitian tersebut berhasil memperoleh nilai R2 yang meningkat dari 38 % menjadi 93 %.

Penemuannya juga menyatakan bahwa kesulitan dalam menaati persetujuan hutang, faktafakta pembayaran yang lalai atau pelanggaran perjanjian, memperjelas masalah going concern suatu perusahaan.

Dari pernyataan tersebut, maka perumusan hipotesisnya adalah :

H1 : Debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Hubungan Pergantian Auditor Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Klien yang diaudit oleh KAP baru mungkin akan merasa lebih puas bila dibandingkan KAP yang lama. Terdapat banyak alasan mengenai hal tersebut. Pertama, adanya kecenderungan perusahaan melakukan pergantian auditor karena merasa kurang pas dengan pelayanan yang diberikan oleh KAP sebelumnya, atau karena mereka menghadapi berbagai kendala dengan KAP sebelumnya. Kedua, Craswell (1995) menyatakan bahwa ada ketidakpastian pada sebagaian manajemen klien tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh KAP.

Dalam penelitian ini pergantian auditor mempunyai berpengaruh

terhadap penerimaan going concern. Karena, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung mempertahankan auditor lamanya, sehingga menyebabkan kurangnya independensi KAP tersebut. Maka perumusan hipotesisnya adalah :

(8)

H2 : Pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010)

20206377

Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil.

Mutchler et. al. (1997) bahwa dalam penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap laporan audit pada perusahaan yang gulung tikar. Bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh dengan penerimaan opini audit going concern. Maka perumusan hipotesisnya adalah :

H3 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

METODE PENELITIAN

Model analisis dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel independent dan 1 variabel dependent. Yang termasuk ke dalam variabel independent adalah debt default, pergantian auditor, dan ukuran perusahaan, sedangkan variabel dependentnya adalah going concern.

Untuk mengukur debt default dan pergantian auditor menggunakan variabel dummy

( 1 = ya dan 0 = tidak ), sedangkan untuk ukuran perusahaan menggunakan natural logaritma.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam dibidang jasa pada tahun 2005 sampai 2009.

Dalam penelitian ini pengolahan data dan analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik regresi logistik dengan alat bantu perangkat lunak (software) SPSS 18.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Data

a. Menguji Model Fit (Overal Model Fit Test)

Uji model Fit ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesikan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai antara -2 log likehood pada awa ( block number = 0) dengan nilai -2 log likehood pada akhir (block number = 1). Nilai -2 log likehood awal pada block number = 0, dapat ditunjukkan melalui tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7

Nilai -2 Log Likehood (-2 LL awal) Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood Coefficients Constant

(9)

Step 0 1 72.681 -1.015 2 72.549 -1.117 3 72.549 -1.119 4 72.549 -1.119

Sumber : Hasil pengolahan data

Nilai -2 log likehood akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8

Nilai -2 Log Likehood (-2 LL akhir) Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood Coefficients

Constant DEF PA SIZE

1 46.385 6.762 -.033 -1.033 -.590 2 38.822 11.256 -.144 -1.703 -.973 3 36.940 14.783 -.214 -2.163 -1.276 4 36.724 16.461 -.236 -2.358 -1.422 5 36.719 16.737 -.240 -2.389 -1.446 6 36.719 16.744 -.240 -2.390 -1.446 7 36.719 16.744 -.240 -2.390 -1.446 Sumber : Hasil pengolahan data

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Berdasarkan dari tabel 4.7 dan tabel 4.8 dapat terlihat -2 log likehood awal pada

block number = 0 yaitu model hanya memasukkan konstanta yang dapat dilihat pada step 4, memperoleh nilai sebesar 72.549. Selanjutnya pada tabel dapat dilihat nilai -2 LL akhir dengan block number = 1 nilai -2 log likehood pada tabel 4.7 mengalami perubahan setelah masuknya beberapa variabel independen pada model penelitian, akibatnya nilai -2 LL akhir pada step 7 menunjukkan nilai sebesar 36.719

Adanya pengurangan nilai antara -2 LL awal (initial -2 LL function) dengan nilai

-2 LL pada langkah berikutnya -2 LL akhir menunjukkan model tersebut dihipotesikan fit dengan data (Ghozali, 2005). Penurunan nilai -2 log likehood tersebut menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, karena adanya penambahan-penambahan variabel bebas yaitu debt default, pergantian auditor dan ukuran perusahaan kedalam model penelitian tersebut akan memperbaiki model fit penelitian ini.

b. Menguji kelayakan model regresi

Dalam pengujian kelayakan model regresi logistik dapat dilakukan dengan

menggunakan goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah uji hosmer and lemeshow.

Tabel 4.9

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 5.866 7 .555

Sumber : Hasil Pengolahan data

Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikansi menunjukkan

(10)

angka .555 nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima.

Sehingga model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diteliti.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Tabel 4.10

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Y = NGCAO Y = GCAO

TotaObserved Expected Observed Expected l Step 1 1 7 6.990 0 .010 7

2 7 6.961 0 .039 7 3 7 6.913 0 .087 7 4 7 6.790 0 .210 7 5 7 6.488 0 .512 7 6 7 6.224 0 .776 7 7 2 4.419 5 2.581 7 8 3 2.950 4 4.050 7 9 2 1.266 7 7.734 9

Sumber ; Hasil pengolahan data

Dari tabel kontijensi untuk uji hosmer and lemeshow, dapat dilihat dari sembilan langkah pengamatan untuk pemberian opini audit dengan going concern (1) maupun dengan opini audit non going concern (0), nilai yang diamati ataupun nilai yang diprediksi tidak mempunyai perbedaaan yang terlalu ekstrim. Ini yang menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya.

Hasil Pengujian Hipotesis

Dalam hasil pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada

pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap opini audit. Pengujian dengan regresi logistik ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.11

Ikhtisar Pengolahan Data Case Processing Summary Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 65 100.0 Missing Cases 0 .0

Total 65 100.0

Unselected Cases 0 .0 Total 65 100.0

Sumber : Hasil pengolahan data

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat kita analisis statistik deskriptif sebagai berikut :Jumlah sampel penelitian sebanyak 65 sampel dan seluruh sampel tersebut telah diperhitungkan kedalam pengujian hipotesis.

a. Tidak ada dalam variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai dummy variabel.

(11)

Untuk variabel dependen bernilai 0 jika non going concern dan bernilai 1 jika going concern.

b. Metode yang digunakan untuk memasukkan data adalah metode enter.

Selanjutnya variabilitas antara variabel dependen dengan variabel independen dapat kita lihat pada tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12 Model Summary Step

-2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 36.719a .424 .630

Sumber : Hasil pengolahan data

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat kita lihat bahwa hasil analisis regresi logistic secara keseluruhan menunjukkan nilai Cox and Shell R Square sebesar 0.424. Cos and Shell R Square adalah ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multipel regresi yang didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang dari satu, sehingga sulit untuk diinterpresesntasikan.

Negelerke’s R square adalah modifikasi antara Cox dan Shell. Untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1 hal ini dilakukan dengan cara membagi antara nilai Cox dan Shell’s R square dengan nilai maksimumnnya. Nilai Negelerke’s R2 dapat diinterpresentasikan seperti pada nilai R2 multipel regresi.

Dapat dilihat hasil dari output pengolahan data nilai Negerlerke R Square adalah

sebesar 0.630 yang berarti variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabelvariabel independen adalah sebesar 63 %, sisanya sebesar 37 % dijelaskan oleh variabelvariabel

lainnya ang diluar model.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

a. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi yang

digunakan untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan.

Tabel 4.13

Matrik Klasifikasi

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari tabel 4.13 diatas menunjukkan prediksi dari model regresi untuk

memprediksi kemungkinan penerimaan opini going concern pada auditor sebesar 68.8%, maka hal ini berarti menggunakan model regresi yang digunakan ada 11 perusahaan yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari 16 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Sedangkan prediksi model untuk menerima opini audit non going concern adalah sebesar 89.8% yang diprediksi akan menerima opini audit non going concern dari total 49 perusahaan yang menerima opini audit going concern.

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabelvariabel

(12)

bebas yaitu debt default , pergantian auditor, dan ukuran perusahaan terhadap

penerimaan opini audit going concern dengan menggunakan hasil uji regresi logistik yang ditunjukkan dalam variabel in the equation.

Dalam uji hipotesis dengan regresi logistik cukup dengan melihat

Variables in the Equation, pada kolom Significant dibandingkan dengan tingkat

kealphaan 0.05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0.05, maka Ha diterima. Pada tabel 4.14 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik diatas maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut :

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Observed Predicted Y

Percentage

Correc NGCAO GCAO t Step 1 Y NGCAO 44 5 89.8 GCAO 5 11 68.8

Overall Percentage 84.6 Tabel 4.14

Hasil Uji koefisien regresi Variables in the Equation B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step 1a DEF -.240 1.206 .040 1 .842 .786 PA -2.390 1.090 4.803 1 .028 .092

SIZE -1.446 .419 11.927 1 .001 .235

Constant 16.744 4.924 11.562 1 .001 1.869E7 a. Variable(s) entered on step 1: DEF, PA, SIZE.

Sumber : hasil pengolahan data

Dari pengujian persamaan regresi logistik diatas maka diperoleh model regresi sebagai berikut :

p

Ln = 16.744 - 0.240 DEF - 2.390 PA - 1.446 SIZE 1 – p

Konstanta sebesar 16.744 mempunyai arti bahwa dengan tidak melakukan perhitungan

nilai debt default, pergantian auditor dan ukuran perusahaan maka penerimaan terhadap going concern sebesar 16.744.

Variabel debt default, pergantian auditor dan ukuran perusahaan memiliki koefisien

masing-masing sebesar -0.240; -2.390; dan -1.446, artinya setiap penurunan 1 unit DEF akan mempengaruhi kenaikan going concern sebesar 0.240 dan sebaliknya. Sedangkan setiap

penurunan 1 unit PA akan mempengaruhi kenaikan going concern sebesar 2.390 dan sebaliknya.

Sedangkan setiap penurunan 1 unit SIZE akan mempengaruhi kenaikan going concern sebesar 1.446 dan sebaliknya.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Berdasarkan hasil pengujian dengan regresi logistik yang ditunjukkan pada tabel 4.14 diatas, maka ketiga hipotesis yang diajukan dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 1) Pengujian H1 ( Debt Default )

(13)

Variabel DEF mempunyai signifikan 0,842 lebih besar dari 0,05. Sementara nilai wald statistic 0,040 lebih kecil dibandingkan dengan Chi-Square tabel pada df 1 dengan tingkat signifikan sebesar 3,841. Berarti H0 diterima. Dengan demikian debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

2) Pengujian H2 ( Pergantian Auditor )

Variabel PA mempunyai signifikan 0,028 lebih kecil dari 0,05. Sementara nilai wald statistic 4,803 lebih besar dibandingkan dengan Chi-Square tabel pada df 1 dengan tingkat signifikan sebesar 3,841. Berarti H0 ditolak. Dengan demikian pergantian auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

3) Pengujian H3 ( Ukuran Perusahaan )

Variabel SIZE mempunyai signifikan 0,001 lebih kecil dari 0,05. Sementara nilai wald statistic 11,927 lebih besar dibandingkan dengan Chi-Square tabel pada df 1 dengan tingkat signifikan sebesar 3,841. Berarti H0 ditolak. Dengan demikian ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti empiris mengenai

penerimaan opini audit going concern pada perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan faktor-faktor yang di uji dalam penelitian ini adalah debt default, pergantian auditor, dan ukuran perusahaan.

Berdasarkan analisis data dan perusahaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Karena pada masa krisis global sekarang ini, status debt default sering dijumpai pada perusahaan-perusahaan berskala menengah kebawah. Tetapi, tidak demikian dengan perusahaan-perusahaan berskala besar seperti perusahaanperusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini.

2. Variabel pergantian auditor berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Karena kurangnya indenpendensi auditor lama. Sehingga perusahaan melakukan pergantian auditor untuk menerima opini audit going concern.

3. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Karena semakin besar ukuran perusahaan, semakin terjamin kelangsungan hidup perusahaan tersebut dimasa yang akan datang. Dengan demikian besar kecil ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Keterbatasan

Keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel, yaitu debt default, pergantian auditor, dan ukuran perusahaan. Periode pengamatan hanya lima tahun, sehingga belum cukup lama untuk menentukan tren penertiban opini audit going concern oleh auditor dalam jangka waktu.

Saran

Berangkat dari keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penelitian

mendatang disarankan untuk menambah variabel lain, seperti meneliti tentang praktik

(14)

pergantian auditor yang ada di Indonesia, memperpanjang rentang waktu penelitian sehingga dapat melihat tren penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka panjang.

Selain hal tersebut diatas, diperlukan pula strategic action perusahaan sehingga mampu menghasilkan penelitian yang lebih tepat dan akurat dalam memprediksi penerbitan opini audit going concern.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., dan James K Lobbecke. 1996. Auditing: Pendekatan Terpadu (Judul Asli : Auditing: An Integrated Approach). Edisi Revisi, Jilid 1 Penerjemahan Amir Abadi Jusuf.

Jakarta: Salemba Empat.

Carcello, J. V and Neal, T. L. 2000. “ Audit Committee Composition and Auditor Reporting”.

http://www.ssrn.com

Chen, K. C., Church, B. K. 1992. “ Default on Debt Obligations and The Issuance of Going Concern Report”. Auditing: A Journal of Practise and Theory, Fall. Pp 30-49.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanafi, Imam. 2004. “ Pengaruh Kualitas Audit dan Pergantian Auditor Terhadap Kepuasan Klien”. Tesis Program Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2003. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi Ketiga.

Yogyakarta:UPP AMP YKPN.

Hani, Cleary dan Mukhlasin. 2003. “ Going Concern dan Opini Audit : Suatu studi pada Perusahaan Perbankan di BEJ”. Simposium Nasional Akuntansi. Surabaya.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Lennox, C. 2002. “ Opinion Shopping, Audit Firm Dissmissals, and Audit Comittees”.

www.google.com.

Mayangsari, Sekar. 2003. “ Pengaruh Kualitas Audit, Independensi Terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.

Mutchler, J. F., W. Hopwood, and J. C. McKeown. 1997. “ The Influence of Contrary Information and Mitigating Factors on Audit Report Decisions on Bankrupt Companies”.

Journal of Accounting Recerch. Autumn.

Mutchler, J. F. 1984. “ Auditor’s Perceptions of the Going Concern Opinion Decision”.

Auditing: A Journal of Practise & Theory. Spring. Pp 17-30.

. 1985. “ A Multivariate Analysis of the Auditor’s Going Concern Report Decision”. Journal of Accounting Research. Autumn. Pp 668-682.

Petronela, Thio. 2004. “ Pertimbangan Going Concern Perusahaan Dalam Pemberian Opini Audit”. Jurnal Balance. 47-55.

Praptitorini, Januarti. 2007. “ Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi X.

(15)

Ramadhany, Alexander. 2004. “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di

Bursa Efek Jakarta”. Tesis Program Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.

Santoso, Wedari. 2007. “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. JAAI, vol 11 No.2. pp`141-158.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. “ Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit ahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan

Terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi Padang IX. Pp 1- 25.

Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Tamba Bisara, Ulung Revol. 2009. “ Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

http://idx.co.id

http://202.155.2.90/corporate_actions

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2010) 20206377

Gambar

Tabel 4.12  Model Summary  Step

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan (a) untuk melakukan penelitian ini pada material dari sumber yang berbeda, karena dari sumber yang berbeda akan memberikan gradasi agregat kasar dan gradasi

[r]

Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini memberi gambaran secara nyata dan lugas proses marginalisasi yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat

Yaitu prinsip pe misahan yang dilakukan dengan me manfaatkan penurunan tekanan yang terjadi di dala m sehingga dengan otomatis tekanan permukaan pada bagian paling

Hasil pada uji identifikasi mikroba Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yaitu pada semua sampel jajanan (makanan dan minuman) tidak terdapat mikroba patogen

Ucap syukur kepada Allah Yang Maha Esa, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Hukum dan Peradilan

Minimum Spanning Tree (MST) adalah suatu graph yang memiliki batasan dimana semua vertex dalam graph terhubung tanpa terdapat cycle didalamnya dan memiliki total bobot edge

Ketentuan peralihan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pelaksanaan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan berdasarkan