• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DAS BARUMUN DI DESA ASAM JAWA RAYA KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DAS BARUMUN DI DESA ASAM JAWA RAYA KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DAS BARUMUN DI DESA ASAM JAWA RAYA KECAMATAN TORGAMBA

KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

i

OLEH:

BRAM DANIEL ARITONANG 160302047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ii

SKRIPSI

OLEH:

BRAM DANIEL ARITONANG 160302047

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)

KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DAS BARUMUN DI DESA ASAM JAWA RAYA KECAMATAN TORGAMBA

KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA

iii

SKRIPSI

OLEH :

BRAM DANIEL ARITONANG 160302047

Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(4)

iv

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

v

SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Bram Daniel Aritonang

NIM 160302047

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DAS BARUMUN DI DESA ASAM JAWA RAYA KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN PROVINSI SUMATERA UTARA” adalah benar merupakan karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Medan, Agustus 2021

Bram Daniel Aritonang NIM. 160302047

(6)

vi

BRAM DANIEL ARITONANG. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan DAS Barumun di Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh DESRITA.

Penelitian mengenai Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan di Daerah Aliran Sungai Barumun Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan pada bulan Agustus-September 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan sosial masyarakat nelayan di daerah aliran Sungai Barumun Desa Asam Jawa Raya dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di daerah aliran Sungai Barumun di Desa Asam Jawa Raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang bersifat deskriptif kuantitatif dan deksripstif kualitatif. Kondisi sosial masyarakat nelayan di daerah aliran Sungai Barumun yaitu memiliki tingkat pendidikan rendah, tidak ada organisasi antar nelayan, mudah berbaur dengan masyarakat pendatang dan seluruhnya sudah menikah. Kondisi ekonomi masyarakat nelayan di daerah aliran Sungai Barumun jika dilihat dari pendapatan nelayan per bulan yaitu dibawah upah minimum Kabupaten/Kota Labuhanbatu Selatan 2020 sementara menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu tergolong dalam pendapatan rendah hingga pendapatan sedang, dan pendapatannya dipengaruhi oleh pendidikan, hasil tangkapan nelayan dan curahan waktu kerja setiap hari.

Kata Kunci: Nelayan, Kondisi Sosial Masyarakat Nelayan, Kondisi Ekonomi Masyarakat Nelayan

(7)

ABSTRACT

vii

BRAM DANIEL ARITONANG. Socio-Economic Conditions of Fishermen in the Barumun River Basin, Asam Jawa Raya Village, Torgamba District, South Labuhanbatu Regency, North Sumatra Province. Supervised by DESRITA.

Research on the Socio-Economic Condition of Fishermen in the Barumun River Basin, Asam Jawa Raya Village, Torgamba District, South Labuhanbatu Regency, North Sumatra Province, was carried out in August-September 2020. The purpose of this study was to determine the social condition of the fishing community in the Barumun River Basin, Desa Asam Jawa Raya, and to determine the factors that influence the income of fishermen in the Barumun River Watershed in Asam Jawa Raya Village. The method used in this research is a survey method that is descriptive quantitative and descriptive qualitative. The social conditions of the fishing communities in the Barumun River watershed are low education levels, no organization among fishermen, easy to mix with migrant communities, and all of them are married. The economic condition of the fishing community in the Barumun River watershed when viewed from the monthly income of fishermen, which is below the 2020 Labuhanbatu Selatan Regency/City minimum wage, while according to the Central Statistics Agency (BPS) is classified as low to medium income, and income is influenced by education, fisherman's catch and daily work time.

Keywords: Fishermen, Social Conditions of Fishermen, Economic Conditions of Fishermen

(8)

viii

Penulis dilahirkan di Kota Balikpapan pada tanggal 13 April 1999. Anak dari pasangan Bapak Gibson Managara Aritonang dan Rouli Lastrya Nababan dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal pertama diawali di SD Santo Thomas 4 Medan yang berakhir pada tahun 2010. Bersamaan dengan berakhirnya pendidikan dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Santo Thomas 4 Medan dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 3 Medan dan menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan S-1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)

Pada tahun 2019 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sei Rampah, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Perusahaan Umum Perikanan Indonesia cabang Belawan, Belawan pada tahun 2020. Penulis aktif sebagai anggota dalam Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASPERA) periode 2019/2020, Wakil Ketua Bidang Kaderisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) periode 2019/2020

(9)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan DAS Barumun di Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Gibson Managara Aritonang dan Ibunda Rouli Lastrya Nababan yang telah membesarkan dan merawat dengan curahan kasih sayang, serta memberikan do’a terbaik yang tak henti kepada Penulis.

2. Talenta USU, Nomor: 63/UN5.2.3.1/PPM/SPP-TALENTA USU/2020 yang telah membiayai penelitian ini.

3. Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan arahan dan dukungan, serta ilmu yang sangat berharga bagi Penulis.

4. Bapak Rusdi Leidonald, S.P., M.Sc dan Bapak Zulham Apandy Harahap, S.Kel., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

i

(10)

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Pegawai Tata Usaha, Bapak Fitriono.

7. Kepala Desa Asam Jamu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada Penulis untuk pengambilan sampel dan data dalam melakukan penelitian.

8. Ibu Ridahayati Rambey, S. Hut., M.Si dan semua pihak yang dengan suka rela meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu serta pendapat dan gagasan kepada Penulis.

9. Sahabat yang Penulis sayangi khususnya Fanni, yang sudah suka rela membantu dan memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian dan skripsi ini, serta kepada saudara saya Laura, Wulan, Gabriella.

10. Teman-teman seperjuangan sepenanggungan dari awal semester yang dengan tulus memberikan dukungan yaitu Midad, Harry, Kuwon, Ken, Aji dan King.

11. Teman-teman Tim Labusel yang saya kasihi serta seluruh angkatan 2016 MSP dan Pertanian angkatan 2016.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2021

Penulis

ii

(11)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian... 4

Kerangka Pemikiran ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sungai Barumun... 7

Nelayan ... 8

Klasifikasi nelayan ... 9

Karakteristik sosial budaya masyarakat nelayan... 10

Sosial ekonomi ... 13

Konsep biaya ... 13

Biaya tetap... 15

Biaya variabel... 15

Konsep pendapatan ... 15

BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian... 17

Populasi dan sampel ... 18

Populasi ... 18

Sampel ... 18

Variabel penelitian dan defenisi operasional variabel ... 19

Variabel penelitian ... 19

Definisi operasional variabel... 19

Teknik pengumpulan data ... 21

Teknik observasi ... 22

Teknik wawancara ... 22

Analisis data ... 23 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

(12)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran... 6 2. Peta Lokasi Penelitian... 18

iv

(13)

DAFTAR TABEL

.

..

. . . . . ..

..

..

...

...

v

No.

1.

Teks

Keikut-sertaan Nelayan dalam Organisasi Masyarakat…...

Halaman 25 2. Distribusi Percampuran Masyarakat Nelayan

Asli dan Pendatang... 25

3. Distribusi Status Keluarga Nelayan... 26

4. Distribusi Tingkat Pendidikan Masyarakat nelayan... 27

5. Luas Lokasi Penangkapan Ikan... 27

6. Lama Waktu Bekerja Sebagai Nelayan... 28

7. Rata-rata Pendapatan Nelayan Per Bulan... 28

8. Distribusi Pendapatan dari usaha lain... 39

9. Curahan Waktu Kerja Setiap Hari... 39

10. Jumlah Alat Tangkap Nelayan... 30

11. Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan Setiap Hari... 30

12. Hasil Analisis regresi linear pendapatan nelayan Desa Asam Jawa... 31

v

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

..

..

...

..

..

No. Teks Halaman

1. Kuisioner... 47

2. Tabel Anova... 51

3. Analisis Linear Berganda... 51

4. Kategori Responden... 52

5. Tabulasi Kuisioner... 52

vi

(15)

BAB I

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang baru terbentuk pada tahun 2008 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki luas wilayah sekitar 3.116,00 Km2 (311.600 Ha) yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 54 Desa/Kelurahan. Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Torgamba yaitu seluas 113.640 Ha atau sekitar 36,47% dari luas total Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Ditjen Cipta Karya).

Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki potensi sumberdaya alam perikanan yang besar (perairan umum, sungai, kolam, dll) berupa perikanan darat.

Kegiatan perikanan pada saat ini produktivitasnya masih rendah dengan diversifikasi produk perikanan yang terbatas dan manajemen/pengelolaan produksi perikanan belum optimal, yang ditunjukkan dengan kontribusi ekonomi yang relatif rendah (Ditjen Cipta Karya). Keadaan lokasi ini memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan hidup masyarakat setempat, khususnya nelayan setempat yang menangkap ikan sebagai sumber mata pencaharian. Potensi sumber daya, letak geografis, dan adat istiadat pada suatu daerah dapat mempengaruhi kepribadian, karakter penduduk setempat dan menggambarkan mata pencaharian yang diusahakan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup (Sebenan, 2007).

(16)

Kecamatan Torgamba menempati area seluas 1.136,40 Km2 yang terdiri dari 24 desa. Wilayah Kecamatan Torgamba di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kampung Rakyat, di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Riau, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Provinsi Riau, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sei Kanan dan Kotapinang. Kecamatan Torgamba terdiri dari 24 desa, dimana yang terjauh dari Ibukota Kecamatan Torgamba adalah Desa Cindur 65,00 Km.

Desa Asam Jawa merupakan Desa di Kecamatan Torgamba yang memiliki Dusun terbanyak yaitu sebanyak 131 dusun, sementara desa yang memiliki dusun paling sedikit adalah Desa Perkebunan Aek Torop yaitu sebanyak 2 dusun. Luas Desa Asam Jawa Raya sebesar 23 Km2 dengan jumlah penduduk sebesar 19.146 Jiwa.

Berdasarkan data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2013 (Badan Pusat Statistik) diketahui bahwa 2,2 persen rumah tangga di Indonesia memiliki kepala rumah tangga berprofesi sebagai nelayan. Jumlahnya sekitar 1,4 juta kepala rumah tangga nelayan. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Indonesia sekitar empat orang. Maknanya, ada sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang kehidupannya bergantung kepada kepala rumah tangga yang berprofesi sebagai nelayan. Sebagian besar nelayan tinggal tersebar di 3.216 desa yang terkategori sebagai desa nelayan (mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan).

Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain.

Kondisi masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada

(17)

3

umumnya ditandai oleh adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial-budaya, rendahnya sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar penduduknya hanya lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar, dan lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha (Kusnadi, 2003).

Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial budaya masyarakat nelayan adalah memiliki struktur relasi patron-klien sangat kuat, etos kerja tinggi, memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekpresif, solidaritas sosial tinggi, sistem pembagian kerja berbasis seks (laut menjadi ranah laki-laki dandarat adalah ranah kaum perempuan), dan berperilaku konsumtif (Kusnadi, 2003).

Rumusan masalah

Sungai Barumun merupakan suatu kawasan yang dimanfaatkan masyarakat nelayan dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Minimnya pendapatan sebagian besar penduduk yang diperoleh dari mata pencahariannya sebagai nelayan menyebabkan mayoritas penduduk masuk ke dalam kategori keluarga yang berpenghasilan rendah (MBR). Kegiatan aktivitas dan mata pencaharian masyarakat di Sunga Barumun salah satunya dipengaruhi oleh bentuk adaptasi dengan lingkungannya dan bekerja sebagai nelayan.

Kehidupan masyarakat nelayan adalah keadaan nyata yang dapat diungkapkan melalui usaha mereka yang dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan, kondisi alam tidak menunjang, terbatasnya modal dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga mengakibatkan keadaan sosial ekonomi lemah (Watung, 2013).

Kehidupan masyarakat nelayan di Sungai Barumun cukup memprihatinkan

(18)

Sehingga nelayan yang tidak memiliki modal tidak dapat mengikuti perkembangan seperti pemilikan kapal dengan peralatan modern maupun pemilikan alat tangkap yang lebih modern dan keterbatasan penggunaan teknologi.

Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah penelitian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Sungai Barumun Kecamatan Toragmaba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara?

2. Apa saja faktor masalah umum yang terjadi pada masyarakat nelayan di Sungai Barumun Kecamatan Toragamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan Provinsi Sumatera Utara?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keadaan sosial masyarakat nelayan di daerah aliran Sungai Barumun Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di daerah aliran Sungai Barumun Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai pengembangan konsep dan teori yang berkenaan dengan kehidupan sosial ekonomi dan penyebab kemiskinan nelayan dan dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan

(19)

5

dan sebagai bahan evaluasi khususnya bagi masyarakat nelayan yang miskin serta bagi Pemerintah maupun pihak-pihak luar secara umum.

Kerangka Pemikiran

Sungai Barumun berperan penting bagi masyarakat sekitar sungai. Hasil tangkapan tersebut dimanfaatkan sebagai sumber mata pecaharian nelayan di sekitar Sungai.

Kondisi masyarakat yang belum banyak mengalami perubahan yang signifikan dalam kehidupan sosial ekonominya dan masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan, terutama terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Tingkat pendapatan nelayan dapat diketahui dengan melihat proporsi produksi ikan dengan jumlah nelayan per hari. Indonesia memiliki proporsi produksi ikan lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti Rusia (140 kg/nelayan/hari), Jepang (75 kg/nelayan/hari), USA (100 kg/nelayan/hari) dan Norwegia (98 kg/nelayan/hari) sedangkan Indonesia (5,5 kg/nelayan/hari) (Dahuri, 2005).

Oleh karena itu kondisi ekonomi masyarakat dipengaruhi pula oleh besarnya pendapatan. Semakin besar pendapatan yang diperoleh rumah tangga atau masyarakat, perekonomiannya akan meningkat, sebaliknya bila pendapatan masyarakat rendah, maka akibatnya perekonomian rumah tangga dalam masyarakat tidak mengalami peningkatan.

Pendapatan masyarakat nelayan secara langsung maupun tidak akan sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan dari hasil menangkap ikan merupakan sumber pemasukan utama atau bahkan satu-satunya bagi mereka,

(20)

Kesimpulan dan rekomendasi

Aspek ekonomi nelayan Aspek sosial nelayan

sehingga besar kecilnya pendapatan akan sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan mereka.

Salah satu permasalahan yang ditemukan pada masyarakat nelayan Sungai Barumun adalah kondisi kehidupan perekonomian masyarakatnya selalu tidak pasti, kadang kala mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sebab pendapatan nelayan sangat bergantung pada situasi dan kondisi alam khusunya Sungai Barumun. Kondisi alam yang tidak menentu, kadang ikan tidak tertangkap, adanya pasang, fasilitas alat tangkap tidak memadai, yang tentunya dapat menyebabkan pendapatan para nelayan menurun.

Harapannya setelah penelitian ini dapat diperoleh gambaran mengenai sosial ekonomimasyarakat nelayan sekitar yangdapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk pengelolaan sungai maupun peningkatan kesejahteraan nelayan.

Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut

Nelayan MBR

Kesejahteraan rendah

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Sungai Barumun

(21)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai Barumun

Kabupaten Labuhanbatu memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup besar. Namun demikian potensi tersebut belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan oleh nelayan terutama nelayan kecil. Sebagian besar nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan disekitar pantai dengan alat tangkap yang kecil dan sederhana sehinggawilayah ini menjadi padat alat tangkap. Sedangkan wilayah laut yang lebih luas di dominasi oleh nelayan yangmemakai ukuran kapal yang besar dan kebanyakan alat tangkapnya yang tidak ramah lingkungan. Denganpadatnya alat tangkap di sekitar pantai mengakibatkan stok ikan semakin sedikit sehingga produksi semakin berkurang (Siregar, 2018).

Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Kualuh dan hulu DAS Sungai Bilah, yang terdiri dari Sungai Kualuh dan beberapa anak sungai Bilah, termasuk pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Barumun/Kualuh. Sungai ini mengalir dari Selatan ke Utara dan bermuara ke Selat Malaka. Kondisi sungai relatif masih baik, airnya cukup jernih. Fluktuasi debit airnya dipengaruhi musim, pada musim kemarau debit sungai mengecil dan pada musim hujan debit sungai meningkat (Dinas Komunikasi dan Informatif Labura, 2020).

Sungai Barumun mengalir di sepanjang wilayah Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Sungai Barumun merupakan sungai besar dengan lebar antara 750 m - 1050 m, dengan sungai kecil sebagai anak sungai/cabang. Muara dari sungai Barumun tersebut adalah Selat Malaka

(22)

(Oseanografi, 1987 dalam Siagian et.al., 2017).

Sungai Barumun mengalir di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang melintasi 4 desa yaitu Desa Simatahari, Desa Pasir Tuntung, Desa Kota Pinang dan Desa Sisumut. Sungai Barumun berhulu dari Gunung Sibual-buali Kabupaten Tapanuli Selatan dan bermuara di Pantai Timur Sumatera atau Selat Malaka. Secara umum kondisi iklim di wilayah ini dikategorikan pada iklim tropis basah yang dicirikan adanya dua pertukaran angin (Dinas Komunikasi dan Informatif Labura, 2020).

Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Mulyadi, 2005).

Menurut Satria (2002) nelayan adalah orang yang melakukan penangkap ikan baik di perairan laut atau pun di perairan umum dengan menggunakan seperangkat alat tangkap ikan. Definisi ini dibuat untuk konteks masyarakat tradisional. Ketika perikanan sudah mengalami berbagai perkembangan, pelaku- pelaku dalam penangkapan ikan semakin beragam statusnya.

Di Indonesia masyarakat nelayan merupakan salah satu golongan masyarakat yang dianggap miskin secara absolut, bahkan paling miskin diantara penduduk miskin (Mukflihati, 2010). Masyarakat nelayan merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam halakses pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain (Belda, 2012).

(23)

9

Klasifikasi nelayan

1. Dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain.

b. Nelayan juragan, adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain.

c. Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. (Mulyadi, 2005).

2. Ditjen Perikanan (2002) mengklasifikasikan nelayan berdasarkan waktu yang digunakan dalam melakukan pekerjaan operasi penangkapan/ pemeliharaan, yaitu:

a. Nelayan/Petani ikan penuh, yaitu nelayan/petani ikan yang seluruh waktu pekerjaannya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/pemeliharaan ikan/binatang air lainnya ditanaman air.

b. Nelayan/petani ikan sambilan utama, yaitu nelayan/petani ikan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan/

pemeliharaan ikan/ binatang air lainnya/ tanaman air.

c. Nelayan/ petani ikan sambilan tambahan yaitu nelayan atau petani ikan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunkan untuk melakukan pekerjaan penangkapan/

pemeliharaan ikan/ binatang air lainnya/ tanaman air (Satria, 2015)

(24)

3. Berdasarkan sifat kerjanya nelayan, dapat dibedakan atas :

a. Nelayan penuh atau nelayan asli, yaitu nelayan baik yang mempunyai alat tangkap atau buruh yang berusaha semata-mata pada sektor perikanan tanpa memiliki usaha yang lain.

b. Nelayan Sambilan, yaitu nelayan yang memiliki alat penangkapan atau juga sebagai buruh pada saat tertentu melakukan kegiatan pada sektor perikanan disamping usaha lainnya (Zamzami, 2007).

Karakteristik sosial budaya masyarakat nelayan

Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola potensi sumberdaya perikanan. masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan (Septiana, 2018). Satria (2009) menyebutkan bahwa secara sosiologis karakteristik masyarakat nelayan berbeda dengan karakteristik masyarakat petani dalam pengelolaan atau dalam memanfaatkan lahan untuk mencari nafkah. Nelayan menghadapi sumber daya yang tidak terkontrol dimana pada saat hasil tangakapan berkurang, maka nelayan tersebut harus mencari lahan baru.

Secara sosial budaya, dikemukakan bahwa masyarakat nelayan memiliki ciri-ciri yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Alasannya adalah (1) terdapat interaksi sosial yang intensif antara warga masyarakat, yang ditandai dengan efektifnya komunikasi tatap muka, sehingga terjadi hubungan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian hal tersebut dapat membangun terjalinnya hubungan kekeluargaan yang didasarkan pada simpati dan bukan berdasarkan kepada pertimbangan rasional yang berorientasi kepada untung

(25)

11

rugi (2) bahwa dalam mencari nafkah mereka menonjolkan sifat gotong royong dan saling membantu. Hal tersebut dapat diamati pada mekanisme menangkap ikan baik dalam cara penangkapan masupun dalam penentuan daerah operasi (Ermayanti et.al., 2019).

Selain daripada itu, masyarakat nelayan yang bercirikan tradisional kurang berorientasi kepada masa depan, penggunaan teknologi masih sederhana, kurang rasional, relatif tertutup terhadap orang luar, dan kurang berempati. Pada zaman nenek moyang dahulu, para nelayan hanya menggunakan alat-alat yang sangat sederhana, seperti perahu yang kecil dengan pendayung yang kecil pula. Sekarang para nelayan telah menggunakan teknologi yang sudah maju, misalnya dengan memakai mesin tempel sebagai alat penggerak perahu serta alat penangkapan yang lebih baik.

Dalam kehidupan masyarakat nelayan, kebudayaan umum lokal setempat sangat mempengaruhi aktivitas mereka dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat nelayan. Dilihat dari prespektif antropologis, masyarakat nelayan berbeda dari masyarakat lain, seperti masyarakat petani, perkotaan atau masyarakat di dataran tinggi. Prespektif antropologis ini didasarkan pada realitas sosial bahwa masyarakat nelayan memiliki pola-pola kebudayaan yang berbeda dari masyarakat lain sebagai hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan beserta sumber daya yang ada didalamnya. Pola-pola kebudayaan itu menjdai kerangka berpikir atau referensi perilaku masyarakat nelayan dalam menjalani kehidupan sehari- hari (Kusnadi, 2005).

Sistem kepercayaan hingga kini masih mencirikan kebudayaan nelayan.

namun seiring perkembangan teologis berkat meningkatnya tingkat pendidikan atau

(26)

intensitas pendalaman terhadap nilai-nilai agama, upacara-upacara tersebut bagi sebagian kelompok nelayan hanyalah sebuah ritualisme. Maksudnya suatu tradisi yang terus dipertahankan meskipun telah kehilangan makna yang sesungguhnya.

Jadi, tradisi tersebut dijalankan hanya sebagai salah satu instrumen stabilitas sosial dalam komunitas nelayan (Satria, 2015).

Aktivitas ekonomi perempuan merupakan gejala yang sudah umum bagi kalangan masyarakat strata bawah, tak terkecuali perempuan yang berstatus sebagai istri nelayan. Pollnac dalam (Satria, 2015) mengungkapkan pembagian kerja keluarga nelayan adalah pria menangkap ikan dan anggota keluarga yang perempuan menjual ikan hasil tangkapan tersebut.

Sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh. Mereka adalah penyumbang utama kuantitas produksi perikanan tangkap nasional. Walaupun demikian, posisi sosial mereka tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif sehingga sebagai pihak produsen, nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan yang besar.

Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala besar atau pedagang perantara. Para pedagang inilah yang sesungguhnya menjadi penguasa ekonomi di desa-desa nelayan. Kondisi demikian terus berlangsung menimpa nelayan tanpa harus mengetahui bagaimana mengakhirinya (Fatmasari, 2010).

Struktur sosial tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan sumber- sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada disekitarnya (Menggala, 2016).

(27)

13

Sosial ekonomi

Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.

Menurut Kaare (2009), mengungkapkan status sosial ekonomi merupakanposisi yang ditempati individu atau keluarga yang berkenaan dengan ukuran ratarata yang umum berlaku tentang kepemilikan kultural, pendapatan efektif,pemilikan barang dan partisipasi dalam aktifitas kelompok dari komunitasnya.

Temuan studi pada berbagai komunitas nelayan di luar negeri menunjukkan bahwa organisasi sosial ekonomi maupun lembaga terkait lainnya yang ada di desa pesisir memegang peranan penting dalam perbaikan taraf hidup masyarakat pesisir.

Dengan kata lain bahwa organisasi sosial ekonomi bisa menjadi penunjang dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir. Tanpa organisasi sosial ekonomi, nelayan akan bekerja dan hidup sendirian tanpa ada yang memperjuangkan dan melindungi kepentingan mereka (Mantjoro, 1988).

Sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan tradisional dan nelayan buruh. Mereka adalah penyumbang utama kuantitas produksi perikanan tangkap nasional. Walaupun demikian, posisi sosial mereka tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif sehingga sebagai pihak produsen, nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan yang besar.

Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala besar atau pedagang perantara. Para pedagang inilah yang sesungguhnya menjadi penguasa

(28)

ekonomi di desa-desa nelayan. Kondisi demikian terus berlangsung menimpa nelayan tanpa harus mengetahui bagaimana mengakhirinya. Hal ini telah melahirkan sejumlah masalah sosial ekonomi yang krusial pada masyarakat nelayan (Fatmasari, 2010).

Namun demikian, belenggu structural dalam aktivitas perdagangan tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor yang menimbulkan persoalan sosial di kalangan nelayan, faktor-faktor lain yang sinergi, seperti semakin meningkatnya kelangkaan sumberdaya perikanan, kerusakan ekosistem pesisir dan laut, serta keterbatasan kualitas dan kapasitas teknologi penangkapan, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, ketimpangan akses terhadap sumberdaya perikanan, serta lemahnya proteksi kebijakan dan duakungan fasilitas pembangunan untuk masyarakat nelayan masih menjadi faktor yang menimbulkan persoalan (Fatmasari, 2010).

Konsep Biaya

Menurut Nafarin (2004), biaya (cost) adalah nilai sesuatu yang dikorbankan yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva yang diimbangi dengan pengurangan aktiva atau penambahan utang atau modal.

Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), mendefinisikan biaya sebagai berikut : Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang.

Sedangkan pengertian biaya menurut Supriyono (2011) adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

(29)

15

Menurut Mulyadi (2005) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva yang disebut dengan istilah harga pokok, atau dalam pengertian lain biaya merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan didalam suatu usaha untuk memperoleh penghasilan.

1. Biaya Tetap

Biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Masuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya penyusutan (bangunan,mmesin, kendaraan, dan aktiva tetap lainnya), gaji dan upah yang dibayar secara tetap, biaya sewa, biaya asuransi, pajak, dan biaya lainnya yang besarnya tidaknt erpengaruh oleh volume penjualan

2. Biaya Variabel

Biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadappeningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya.

Konsep Pendapatan

Rahardja dan Manurung (2001) mengemukakan pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga dalam periode tertentu. Dengan demikian, pendapatan yang diperoleh seseorang atau keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanpa mengurangi atau

(30)

menambah asset bersih. Pendapatan ekonomi meliputi upah, gaji, pendapatan bunga deposito, pendapatan transfer dan lain-lain.

Menurut Sukirno (2006), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima atas kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Pendapatan masyarakat nelayan secara langsung maupun tidak langsung bergantung kepada pemanfaatan potensi sumberdaya perikan yang terdapat di lautan. Pendapatan masyarakat nelayan sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan dari hasil penangkapan ikan di laut merupakan sumber pemasukan yang utama, sehingga besar kecilnyapendapatan sangat memberikan rpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Pada umumnya keluarga yang berpenghasilan rendah, proporsi yang besar dari pendapatannya akan digunakan untuk konsumsi kebutuhan makan dan kebutuhan pokok lainnya diantaranya pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lain yang bisa mensejahterakan keluarga itu sendiri.

Tingkat pendapatan nelayan juga bisa dilakukan dengan melihat proporsi produksi ikan dengan jumlah nelayan per hari. Besarnya pendapatan akan mampu mendorong nelayan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.

(31)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan September 2020. Penelitian ini dilaksanakan di DAS Sungai Barumun Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara.

Penelitian yang didasarkan metode survei ini ekonomi nelayan bersifat deskriptif kuantitatif karena data diwujudkan dalam bentuk angka, dan dideskripsikan dalam bentuk persentase. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis, dan menyajikan fakta yang terjadi di lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi nelayan di Sungai Barumun Kecamatan Torgamba. Metode deskriptif adalah metode untuk menggambarkan keadaan atau fenomena serta untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan tertentu sesuai adanya di lapangan (Arikunto, 2006). Pengambilan data dilakukan dengan metode simple random sampling terhadap 13 nelayan di kecamatan torgamba sebagai populasi, di

mana 100% di antaranya dijadikan sampel.

Data diperoleh melalui teknik observasi langsung melalui pengamatan dan wawancara yang disertai pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran.

Data yang dikumpulkan berupa data primer.

Data selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah pengolahan data yang

(32)

dilakukan melalui pertimbangan pertimbangan logika sedangkan analisis kuantitatif merupakan pengolahan data dengan menggunakan perhitungan matematis seperti penjumlahan, persentase, dan angka rata-rata.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Populasi Dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2006) bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah nelayan sepanjang Sungai Barumun yang masih berada di wilayah kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006) Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Random

(33)

19

sampling atau Sampel Acak, atau dapat diartikan setiap individu dalam populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian ini. Untuk menentukan besarnya Sampel yang diambil maka pedoman pada pendapat (Arikunto, 2006) yaitu apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Sering pula variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam penelitian peristiwa/gejala yang akan diteliti atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006).

Variabel dalam penelitian ini adalah keadaan sosial ekonomi nelayan Sungai Barumun Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Kondisi sosial nelayan tersebut dilihat dari; tingkat pendidikan nelayan, organisasi masyarakat nelayan, status sosial di lingkungan masyrakat nelayan, status keluarga nelayan.

Kondisi ekonomi nelayan dilihat dari; jumlah anak dan tanggungan keluarga nelayan, luas lokasi penangkapan ikan di Sungai Barumun, sumber mata pencaharian lain, lama bekerja sebagai nelayan, peralatan yang digunakan menangkap ikan, tingkat pendapatan keluarga nelayan, rata-rata pengeluaran nelayan, pendapatan dari usaha lain selain dari nelayan, angkutan penjualan ikan, curahan waktu kerja setiap hari.

2. Definisi Variabel

(34)

Definisi variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Organisasi masyarakat nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan masyarakat nelayan dalam suatu perkumpulan atau organisasi masyarat di lingkungan Sungi Barumun. Kriterianya adalah : a. Tidak pernah, b. Sesekali, c.

Kadang-kadang, d. Ya sering

2. Status sosial masyarakat nelayan di yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kedudukan masyarakat nelayan di lingkungan tempat tinggal mereka dengan masyarakat pendatang apakah bercampur dengan masyarakat pendatang yang.

Kategorinya adalah : a. Tidak, b. Ditempat tertentu, c. Sebagian besar, d. Ya 3. Status keluarga nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status pernikahan nelayan. Kriterianya adalah: a) Belum kawin, b) Kawin, c) Duda, d) Cerai

4. Yang dimaksud tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan terakhir dari nelayan Sungai Barumun. Adapun kriterianya adalah: a. Tidak sekolah b. Tidak Tamat SD c. Tamat SD d. Tamat SLTP/SMA

5. Yang dimaksud dengan jumlah alat tangkap adalah kuantitas jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan. Adapun kriteria yang ada : a.

1-2 Jenis b. 3-4 Jenis c. 5-6 Jenis d. 7-8 Jenis

6. Yang dimaksud lokasi penangkapan ikan penelitian ini adalah luas lokasi penangkapan nelayan sepanjang Sungai Barumun adapun kriteriannya adalah:

a) Sangat sempit, b) Sempit, c) Sedang, d) Luas

(35)

21

7. Yang dimaksud dengan jumlah hasil tangkapan nelayan adalah jumlah tangkapan nelayan dalam satuan Kg (Kilogram) per hari. Adapun kriterinya adalah a. 1-5 Kg/hari b. 6-10 Kg/hari c. 11-15 Kg/hari d. 16-20 Kg/hari

8. Yang dimaksud dengan lama bekerja sebagai nelayan dalam penelitian ini adalah waktu yang ditempuh bekerja sebagai nelayan hingga saat ini. Adapun lama waktunya yaitu : a. < 1 Tahun, b. 1-5 Tahun, c. 5-10 Tahun, d. > 10 Tahun

10. Yang dimaksud dengan tingkat pendapatan nelayan adalah rata-rata pendapatan nelayan per bulan sebagai nelayan. Kriterianya adalah : a. RP.500.000.- s/d Rp.1.000.000.-, b. Rp.1.000.000,-s/d Rp.2.000.000,-, c. Rp.2.000.000,-s/d Rp.

3.000.000,-, d. Lebih dari Rp. 3.000.000,-

12. Yang dimaksud dengan pendapatan dari usaha lain dalam penelitian ini adalah rata-rata pendapatan nelayan yang memiliki usaha lain selain sebagai nelayan per bulannya. Kriterianya adalah : a. RP.500.000.- s/d Rp.1.000.000.-, b.

Rp.1.000.000,-s/d Rp.2.000.000,-, c. Rp.2.000.000,-s/d Rp. 3.000.000,-, d. Lebih dari Rp. 3.000.000,-

14. Curahan waktu kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama waktu kerja nelayan di Sungai setiap harinya saat penangkapan ikan. Adapun waktunya yaitu : a. 1-2 jam, b. 3-4 jam, c. 4-5 jam, d. 6-7 jam

Teknik Pengumpulan Data Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap kondisi di lapangan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai gejala atau kondisi dilapangan secara langsung yang pada intinya adalah melihat keadaan yang menggambarkan kondisi

(36)

sosial ekonomi nelayan langsung dilokasi penelitian. Dan data yang diperoleh dalam teknik observasi berupa data primer.

Teknik Wawancara

Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer dengan cara berhadapan langsung bertanya pada responden. Alat yang digunakan adalah kuisioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui dan memperoleh data yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang diisi oleh responden langsung di lapangan.

Wawancara yang dilakukan menggunakan kuesioner. Dalam hal ini kuisioner yang digunakan merupakan jenis kuisionertertutup yaitu jenis angket yang jawabannya sudah tersedia didalamnya dan tidak memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab pertanyaan diluar dari pilihan jawaban yang telah ditentukan (Sugiyono, 2008).

Teknik Pengolahan Data

Coding Pemberian kode (coding) adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari para responden menurut macamnya. Coding dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan kode tertentu pada setiap jawaban responden sehingga mempermudah dalam proses menganalisis. Angket yang memiliki pilihan jawaban diberikan skor dengan alternatif jawaban:

Jawaban A dengan skor nilai 1 Jawaban B dengan skor nilai 2 Jawaban C dengan skor nilai 3

Jawaban D dengan skor nilai 4 (Suharsimi, 2006).

(37)

23

Setelah coding dilakukan, langkah selanjutnya menghitung frekuensi.

Untuk mendapatkan frekuensi, data yang sudah di coding kemudian dihitung sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. Tabulasi Langkah selanjutnya setelah editing dan coding adalah melakukan tabulasi. Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel. Dengan memasukkan data ke dalam tabel akan mempermudah dalam melakukan analisis. Langkah-langkah selanjutnya yang harus dihitung untuk mendeskripsikan data dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Analisis Data

Langkah pertama dalam menyusun hasil pendapatan yaitu dengan menjumlahkan seluruh variabel (Talakua, 2010).

Pendapatan : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e Keterangan :

Y = Pendapatan nelayan a = Konstanta

b1-b5 = Koefisien regresi x1 = Pendidikan Nelayan

x2 = Lama waktu bekerja sebagai nelayan x3 = Luas lokasi penangkapan ikan x4 = Curahan waktu kerja setiap hari x5 = Jumlah alat tangkap

x6 = Jumlah hasil tangkapan nelayan

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap 11 responden dengan kriteria responden yaitu masyarakat dengan pekerjaan utama sebagai nelayan di Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dalam pelaksanaan pengambilan data, responden didampingi oleh peneliti saat mengisi kuisioner supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengisian kuisioner. Penilaian variabel kondisi sosial masyarakat nelayan dilakukan berdasarkan 3 indikator yaitu organisasi masyarakat nelayan, status pernikahan nelayan dan status dalam lingkungan masyarakat. Data mengenai kondisi sosial masyarakat nelayan diperoleh melalui angket yang terdiri dari 4 butir pertanyaan dengan jumlah responden 11. Sementara penilaian untuk kondisi ekonomi masyarakat dilakukan berdasarkan 7 indikator yaitu pendapatan nelayan, pendidikan nelayan, lama bekerja sebagai nelayan, luas lokasi penangkapan ikan, curahan waktu kerja setiap hari, jumlah alat tangkap nelayan dan jumlah hasil tangkapan nelayan.

1. Organisasi Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan Sungai Barumun dalam penelitian ini tidak mengikuti kegiatan atau perkumpulan tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. 100%

sampel sampel nelayan tidak pernah mengikuti kegiatan atau perkumpulan dalam masyarakat nelayan. Distribusi keikut-sertaan nelayan dalam organisasi masyarakat dapat dilihat pada tabel 1.

(39)

25

Tabel 1. Keikut-sertaan Nelayan dalam Organisasi Masyarakat Ikut serta dalam

organisasi nelayan

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

Frekuensi Kumulatif (%) Tidak

pernah

11 100.0 100.0

Sesekali 0 0 0

Kategori Kadang- kadang

0 0 0

Ya, sering

0 0 0

Total 11 100

2. Status Sosial di Lingkungan Masyarakat

Masyarakat nelayan penduduk asli bercampur dengan pendatang dan hidup berdampingan pada di lingkungan tertentu. 80% masyarakat nelayan asli bercampur dengan masyrakat pendatang dalam penelitian ini. Distribusi percampuran masyarakat nelayan asli dan pendatang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Percampuran Masyarakat Nelayan Asli dan Pendatang Masyarakat nelayan

penduduk asli becampur dengan pendatang

Frekuensi (orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif (%)

Tidak 2 18.2 18.2

Ditempat tertentu

9 81.8 100.0

Kategori Sebagian Besar

0 0

Ya 0 0

Total 11 100

3. Status Keluarga Nelayan

Nelayan Sungai Barumun dalam penelitian ini berstatus menikah 80% dan berstatus duda sebanyak 20%. Distrbusi status keluarga nelayan dapat dilihat pada tabel 3.

(40)

Tabel 3. Distribusi Status Keluarga Nelayan Status Keluarga

Nelayan

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif

Menikah 9 81.8 81.8

Duda 2 18.2 100.0

Kategori Belum Menikah

0 0

Cerai 0 0

Total 11 100

Penilaian variabel kondisi ekonomi masyarakat nelayan dilakukan berdasarkan 10 indikator yaitu jumlah anggota keluarga nelayan, luas lokasi penangkapan ikan, sumber mata pencaharian lain, lama waktu bekerja sebagai nelayan, Alat transportasi yang digunakan menangkap ikan, tingkat pendapatan keluarga nelayan, rata-rata pengeluaran nelayan, pendapatan dari usaha lain, angkutan penjualan ikan dari Sungai, curahan waktu kerja sebagai nelayan setiap hari.

4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Nelayan

Tingkat pendidikan masyarakat nelayan Sungai Barumun pada penelitian ini dapat dikatakan tergolong rendah. Hal ini dikarnakan masih banyak nelayan yang tamat hanya sampai SD sebanyak 90% sementara nelayan yang tamat SLTP hanya 10% dari total sampel. Sementara untuk kategori tidak sekolah dan tidak tamat SD tidak ada. Distribusi tingkat pendidikan masyarakat nelayan dapat dilihat pada tabel 4.

(41)

27

Tabel 4. Distribusi Tingkat Pendidikan Masyarakat nelayan Tingkat Pendidikan

masyarakat nelayan

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Frekuensi Kumulatif

(%)

Kategori Tamat SD 10 90.9 90.9

Tamat SLTP/SMA

1 9.1 100.0

Tidak Sekolah 0 0 0

Tidak tamat SD

0 0 0

Total 11 100.0

5. Luas Lokasi Penangkapan Ikan

Luas lokasi penangkapan ikan di Sungai Barumun untuk nelayan yang menangkap ikan pada luas >3 Km sebesar 36,4 %, untuk nelayan yang menangkap ikan dengan luas lokasi 3-5 Km sebesar 27,3% dan untuk nelayan yang menangkap ikan dengan luas lokasi penangkapan sebesar 5-10 Km sebesar 36,4%. Distribusi luas lokasi penangkapan nelayan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 5. Panjang Lokasi Penangkapan Ikan

Panjang Lokasi Penangkapan Ikan Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif

Kategori sangat sempit (>3 Km) 4 36.4 36.4

sempit (3-5 Km) 3 27.3 63.6

sedang (5-10 Km) 4 36.4 100.0

Luas (>10Km) 0 0 0

Total 11 100

6. Lama Waktu Bekerja Sebagai Nelayan

Nelayan yang sudah bekerja selama <1 Tahun sebesar 27.3 %, untuk nelayan yang bekerja selama 1-5 tahun sebesar 27,3 %, nelayan yang bekerja selama 5-10 tahun sebanyak 9,1% dan untuk nelayan yang sudah bekerja selama >10 tahun sebesar 36,4 %. Lama waktu bekerja nelayan tertinggi dalam penelitian ini adalah

(42)

>10 tahun. Distribusi lama waktu bekerja sebagai nelayan dapat di lihat pada tabel 6.

Tabel 6. Lama Waktu Bekerja Sebagai Nelayan Lama Waktu Bekerja

Sebagai Nelayan

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif

Kategori <1 tahun 3 27.3 27.3

1-5 tahun 3 27.3 54.5

5-10 tahun 1 9.1 63.6

>10 tahun 4 36.4 100.0

Total 11 100.0

7. Tingkat Pendapatan Keluarga Nelayan

Rata-rata pendapatan nelayan dalam penelitian ini yaitu Rp. 1.000.000- Rp.

2.000.000 setiap bulannya sebesar 72,7 % dan untuk rata-rata pendapatan Rp.

500.000-Rp. 1.000.000 sebesar 27,3 %. Distribusi tingkat rata-rata tingkat pendapatan nelayan per bulan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Pendapatan Nelayan Per Bulan Rata-rata Pendapatan Nelayan Per

Bulan

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif Kategori Rp. 500.000,- s/d Rp.

1.000.000,-

3 27.3 27.3

Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-

8 72.7 100.0

Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-

0 0

Lebih dari Rp.

3.000.000,-

0 0

Total 11 100%

(43)

29

8. Rata-rata Pendapatan dari Usaha lain

Nilai rata-rata pendapatan nelayan Sungai Barumun dari usaha lain yaitu Rp. 500.000-1.000.000 sebesar 27,3 %, rata-rata pendapatan Rp. 2.000.000-Rp.

3.000.000 sebesar 18,2 %. kemudian rata-rata pendapatan tertinggi yaitu Rp.

1.000.000-Rp. 2.000.000 sebesar 54,5%. Distribusi rata-rata pendapatan nelayan dari usaha lain dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Pendapatan dari usaha lain Rata-rata Pendapatan dari Usaha

lain

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif Kategori Rp. 500.000,- s/d

Rp. 1.000.000,-

3 27.3 27.3

Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,-

6 54.5 81.8

Rp. 2.000.000,- s/d Rp. 3.000.000,-

2 18.2 100.0

Lebih dari Rp.

3.000.000,-

0 0 0

Total 11 100

9. Curahan Waktu Kerja Setiap Hari

Lama waktu bekerja nelayan menangkap ikan setiap harinya yaitu selama 1-2 jam sebesar 27,3%, lama waktu tertinggi pada 3-4 jam sebesar 45.5% dan nelayan yang menangkap ikan lebih dari 6 jam sebesar 27,3%. Distribusi curahan waktu kerja nelayan setiap hari dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Curahan Waktu Kerja Setiap Hari Curahan Waktu Kerja

Setiap Hari

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif

Kategori 1-2 jam 3 27.3 27.3

3-4 jam 5 45.5 72.7

lebih dari 6 jam

3 27.3 100.0

5-6 jam 0 0

Total 11 100

(44)

10. Jumlah Alat Tangkap Nelayan

Jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan yaitu 1-2 jenis alat tangkap sebesar 27.3%, 3-4 jenis alat tangkap sebesar 63.7%, 5-6 jenis alat tangkap sebesar 9.1% dan 7-8 jenis alat tangkap sebesar 0%. Distribusi jumlah alat tangkap nelayan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Alat Tangkap Nelayan Jumlah Alat Tangkap

Nelayan

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif

Kategori 1-2 jenis 3 27.3 27.3

3-4 jenis 7 63.7 91

5-6 jenis 1 9.1 100

7-8 jenis 0 0 0

Total 11 100

11. Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan Setiap Hari

Jumlah hasil tangkapan nelayan setiap harinya itu sebanyak 1-5 kg/hari sebesar 63.7%, 6-10 kg/hari sebesar 27.3%, 11-15 kg/hari sebesar 9.1% dan 16-20 kg/ hari sebesar 0%. Distribusi jumlah hasil tangkapan nelayan setiap hari dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan Setiap Hari Jumlah Hasil

Tangkapan Setiap Hari

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

Persentase Kumulatif Kategori 1-5

Kg/hari

7 63.7 63.7

6-10 Kg/hari

3 27.3 91

11-15 Kg/hari

1 9.1 100

16-20 Kg/hari

0 0 0

Total 11 100

(45)

31

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan masyarakat nelayan di Desa Asam Jawa Raya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan maka ditawarkan (6) variabel independen yang diperkirakan berpotensi mempengaruhi variabel dependen. Adapun ke enam variabel tersebut diantaranya adalah tingkat pendidikan, jumlah alat tangkap, jumlah hasil tangkapan, lama bekerja sebagai nelayan, curahan waktu kerja setiap hari, luas lokasi penangkapan. Data-data tersebut didapatkan dari responden yang berjumlah 11 nelayan yang menggunakan alat bantu kuisioner dalam melakukan wawancara di lokasi penelitian.

Kemudian data data tersebut di olah dengan menggunakan Program SPSS.

Hasil analisis kontribusi pendapatan masyarakat nelayan Desa Asam Jawa Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 12. Hasil Analisis regresi linear pendapatan nelayan Desa Asam Jawa

Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan

No Variabel Koefisien t-

Hitung

Sig. Keterangan

Konstanta -19344,107

1. Pendidikan 392699,105 9,999 0,01 Berpengaruh nyata 2. Jumlah alat tangkap -5024,532 -0,189 0,85 Tidak berpengaruh 3. Jumlah hasil tangkapan 73255,484 9,670 0,01 Berpengaruh nyata 4. Lama bekerja sebagai

nelayan

16349,294 2,699 0,54 Tidak berpengaruh

5. Curahan waktu kerja setiap hari

135819,419 7,095 0,02 Berpengaruh nyata

6. Luas lokasi

penangkapan

12465,720 1,484 0,21 Tidak Berpengaruh

Model regresi linier pendapatan nelayan di Desa Asam Jawa diperoleh sebagai berikut: Y = -19344,107 + 392699,10 X1 -5024,53 X2 + 73255,48 X3 + 16349,29 X4 + 135819,41 X5 + 12465, 72 X6

(46)

Pada hasil analisis regresi tersebut diperoleh 3 variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan Desa Asam Jawa Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Dimana variabel yang berpengaruh nyata yaitu variabel pendidikan,jumlah hasil tangkapan, dan curahan waktu kerja setiap hari.

Nilai koefisien bertanda responden positif (+) berarti bahwa semakin tinggi variabel tersebut meningkatkan nilai Y.

Variabel pendidikan memiliki nilai sig. 0.01 artinya bahwa variabel pendidikan berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan, variabel jumlah hasil tangkapan memiliki nilai sig. 0.01 artinya bahwa variabel jumlah hasil tangkapan berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

Variabel curahan waktu kerja memiliki nilai sig. 0.02 artinya bahwa variabel curahan waktu kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan, sementara untuk variabel jumlah alat tangkap, lama waktu bekerja sebagai nelayan dan luas lokasi penangkapan memiliki nilai sig <0.05 yang berarti bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

Pembahasan

1. Organisasi Masyarakat Nelayan

Dalam kehidupan bermasyarakat nelayan Sungai Barumun dalam penelitian ini tidak pernah ada kegiatan organisasi antara masyarakat nelayan hal ini disebabkan oleh kesadaran kolektif masyarakat rendah dan menganggap bahwa organisasi antar masyarakat nelayan tidak penting untuk diikuti padahal sesama masyarakat nelayan dapat berbagi informasi dan saling bertukar pikiran. Hal ini sesuai dengan Rakhamanda et.al (2018) mengatakan pembentukan kelompok nelayan merupakan hasil penyikapan terhadap tekanan-tekanan kehidupan yang

(47)

33

selalu mereka hadapi setiap saat. Dengannya, dapat dihimpun dan dikembangkan potensi kreasi, tanggung jawab kolektif, dan prinsip swadaya dari masyarakat nelayan. Sementara Cahyandi et.al (2018) mengatakan jaringan sosial pada suatu masyarakat menunjukkan berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas dasar identitas kekerabatan, ras, etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar kepentingan tertentu. Kehidupan organisasi sosial masyarakat di permukiman nelayan dapat diketahui dengan melihat keterlibatan masyarakat dalam berbagai organisasi kemasyarakatan. Keberadaan organisasi kemasyarakatan sangat penting terutama di dalam pembangunan. Melalui organisasi ini masyarakat dapat berpartisipasi aktif untuk membangun dan mengembangkan wilayahnya

2. Status Sosial di Lingkungan Masyarakat

Sebesar 81,8 % masyarakat nelayan asli bercampur dengan masyarakat pendatang yang menandakan bahwa masyarakat nelayan asli memiliki sifat solidaritas tanpa membeda-bedakan dengan masyarakat pendatang sehingga mereka dapat hidup berdampingan dalam lingungan masyarakat dengan para pendatang melakukan interaksi yang dapat dilihat dari hubungan kerjasama dalam melaksanakan aktifitas. Hal ini sesuai dengan Anughrah (2016) yang menyatakan Masyarakat nelayan secara umum memiliki pola interaksi yang sangat mendalam, pola interaksi yang dimaksud dapat dilihat dari hubungan kerjasama dalam melaksanakan aktivitas, melaksanakan kontak secara bersama baik antara nelayan dengan nelayan maupun dengan masyarakat lainnya, mereka memiliki tujuan yang jelas dalam melaksanakan usahanya serta dilakukan dengan sistem yang permanen, sesuai dengan kebudayaan pada masyarakat nelayan. Watung (2013) mengatakan Masyarakat nelayan dapat di pandang debagai suatu lingkungan hidup dari satu

(48)

individu atau satu keluarga nelayan. Dengan kata lain masyarakat nelayan dibentuk oleh sejumlah rumah tangga nelayan dan tiap rumah tangga merupakan lingkungan hidup bagi yang lainnya.

3. Status Keluarga Nelayan

Hasil penelitian menunjukan kualitas pernikahan nelayan berada pada kategori tinggi Sebanyak 81.8% nelayan bertastus menikah sedangkan 18,2%

nelayan berstatus duda. Ketahanan keluarga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas pernikahan. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik ketahanan yang dimiliki keluarga akan mengoptimalkan kualitas pernikahan keluarga tersebut.

Hal ini sesuai dengan penelitian Masri et.al (2011) di Sungai Limau dimana tingkat status perkawinan masyarakat nelayan Sungai Limau bervariasi ada yang kawin atau menikah, duda dan cerai serta belum kawin, tetapi kebanyakan berstatus kawin dengan banyak mempunyai anak. Kiewisch (2015) mengatakan ketahanan berfokus pada kemampuan individu atau rumah tangga untuk mengatasi guncangan dan tekanan dengan mengakses sumber daya dan mengatasi sumber stres.

Kondisi Ekonomi Masyarakat Nelayan

1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Nelayan

Sebanyak 90,9 % sampel nelayan dalam peneltian ini memiliki tingkat pendidikan terakhir hanya sampai tamat Sekolah Dasar (SD) sementara untuk masyarakat yang tamat SLTP/SMA hanya sebesar 9,1 % hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat nelayan Sungai Barumun tergolong rendah dikarenakan kesadaran masyarakat nelayan akan pentingnya pendidikan rendah. Di

(49)

35

kalangan nelayan profesi ini dianggap menjadi cara untuk hidup yang diwariiskan secara turun temurun. Hal ini sesuai dengan Siregar (2016) yang mengatakan bahwa kesadaran masyarakat nelayan terhadap pendidikan rendah karena kurang memahami arti pentingnya pendidikan formal itu. Ihsan (2005) mengatakan bahwa pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuanya, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainya di dalam masyarakat di mana ia hidup.

2. Luas Lokasi Penangkapan Ikan

Luas lokasi penangkapan nelayan di Sungai Barumun masih dalam kategori sangat sempit hingga sedang. Hal ini akan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan yang didapat, dimana semakin luas lokasi penangkapan ikan maka jumlah hasil tangkapan juga akan meningkat. Hal ini sesuai dengan Indara et.al (2017) yang menyatakan semakin jauh jarak yang ditempuh nelayan, maka akan menghasilkan tangkapan yang lebih banyak, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

Masyuri (1998) mengatakan Penangkapan yang dilakukan dalam waktu yang lebih jauh lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar di bandingkan dengan penangkapan ikan dekat pinggiran.

3. Lama waktu bekerja sebagai nelayan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu bekerja sebagai nelayan terlama pada >10 tahun sebesar 36.4% namun ada juga nelayan yang masih bekerja selama <1 tahun, semakin lamanya lama kerja nelayan dapat meningkatkan pendapatan nelayanan. Menurut Becker dalam Jayanti (1993) lama kerja menunjukkan sejauh mana penguasan seseorang terhadap bidang pekerjaan yang

(50)

selama ini ditekuninya. Lama bekerja seorang dapat menjadi sebuah keuntungan dalam pemilihan strategi dan cara melakukan pekerjaanya, serta dapat melakukan inovasi dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Indara et.al (2017) mengatakan pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberikan pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan pandapatan yang diperoleh. Dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalamannya, nelayan yang makin berpengalaman dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan.

4. Tingkat Pendapatan Keluarga Nelayan

Rata-rata pendapatan nelayan dari hasil tangkapan ikan per bulannya bernilai Rp.500.000-Rp.1.000.000 dengan persentase sebesar 27,3% dasisanya bernilai Rp.1.000.000-Rp.2.000.000. Pendapatan rumah tangga nelayan akan mempengaruhim pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan. Nilai tersebut merupakan penghasilan sebagai nelayan saja sebelum ditambah dengan penghasilan dari usaha lain. Untuk nilai tersebut masih dibawah upah kabupaten/kota (UMK) Labuhanbatu Selatan 2020. Asih dan Laapo (2009) mengatakan Pendapatan nelayan merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh nelayan dari hasil usaha perikanan tangkap yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Penerimaan dari rata-rata produksi total yang diperoleh nelayan dinilai dengan harga yang berlaku pada daerah setempat. Masri et.al (2011) mengatakan pendapatan sebagai nelayan tidak menentu sepanjang tahun karena kebanyakan kegiatan penangkapan masih bersifat tradisional, sehingga sangat dipengaruhi perubahan musim. Musim barat adalah musim paceklik bagi nelayan, biasanya hasil

(51)

37

yang diperoleh tidaklah banyak sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. Rata-rata Pendapatan dari Usaha lain

Pendapatan sampingan adalah pendapatan yang didapat dari luar menangkap ikan di Sungai. Sebagian besar dari nelayan mencari tambahan dari bertani, dan sebagai kuli bangunan. Rata-rata pendapatan yang dihasilkan antara Rp. 500.000-Rp. 1.000.00 dan indeks persentase tertinggi pada Rp. 1.000.000- Rp.2.000,000 pendapatan dari usaha lain ini akan berpengaruh pada jumlah pendapatan utama nelayan setiap bulannya dikarenakan penghasilan dari nelayan saja kurang mencukupi dan tidak pasti pada kondisi tertentu. Ismail (2004) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi penghasilan nelayan dari kegiatan penangkapan adalah faktor fisik berupa kondisi lingkungan pesisir, teknologi penangkapan, lokasi penangkapan, dan modal, serta dan faktor non fisik berkaitan dengan kondisi iklim (musim), umur nelayan, pendidikan nelayan, dan pengalaman melaut. mereka tidak hanya menjadi nelayan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Masri et.al (2011) mengatakan sebagian dari nelayan masih merasa kekurangan atas pendapatan yang mereka hasilkan dari melaut (nelayan). Oleh karena itu selain bekerja sebagai nelayan, beberapa di antaranya memiliki usaha tambahan.

6. Curahan Waktu Kerja Setiap Hari.

Untuk nelayan yang bekerja setiap hari lebih dari 6 jam sebesar 27,3 dan sisanya dibawah 6 jam. Hal ini menunjukkan bahwa curahan waktu kerja nelayan setiap harinya termasuk singkat, sehingga hasil produksinya tentu akan lebih sedikit.

Semakin lama curahan waktu kerja maka akan semakin banyak ikan yang

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Sungai Barumun
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

NILAI AKHLAK ISLAM DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY SERTA SARAN IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA).. Menyatakan

Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.. Soekartawi, A., Soeharjo,

dikolokasikan dengan bentuk lain dalam BSDT ditemukan tiga data yaitu oneq / Onε? / ‘tadi’, leun/l әun / ‘nanti’, dan bian /bian/ ‘sore’. Adapun datanya

Perusahaan yang menetapkan strategi proses seperti ini biasanya fasilitas yang dimiliki membutuhkan biaya tetap yang tinggi tetapi biaya variable rendah sebagai dampak dari

Polda lampung / Polres Metro, Tugas pihak Kepolisian bukan hanya sebagai penegak hukum saja namun tugas sebagai pelayan dan menolong masyarakat yang membutuhkan juga menjadi

Pelaksanaan Operasi Ramadniya akan dilaksanakan selama 16 hari mulai dari tanggal 19 Juni s/d 4  Juli  2017,  selanjutnya  pelaksanaan  apel  gelar  pasukan 

Merupakan tempat tinggal para santrinya. Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara kiai dengan para santrinya dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan

januari 2017 dengan 1 orang siswa kelas kontrol yang telah diberikan perlakuan, diperoleh informasi bahwa siswa kurang tertarik dengan cara penyampaian guru