• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMENUHI HAK BERMAIN ANAK SECARA BIJAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMENUHI HAK BERMAIN ANAK SECARA BIJAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MEMENUHI HAK BERMAIN ANAK SECARA BIJAK

Kusnandir

Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia Kemenetrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Email: kusnandirk@ymail.com

Nomor Hand phone: 081380932399

Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang sudah diperbaharui dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014, disebutkan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Sebagai amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak juga memiliki peran yang sangat penting dan strategis, untuk kelangsungan hidup bangsa dan negara di masa depan. Karena itu, anak perlu mendapatkan kesempatan yang seluas- luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berahlak mulia.

Agar anak tumbuh-kembang secara optimal, maka pemenuhan hak-hak anak menjadi sangat penting. Dari sekian hak anak, salah satunya adalah hak untuk bermain. Pasal 11 Undang-Undang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

Bermain bagi anak, selain merupakan hak, juga merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi anak untuk membantu mencerdaskan dan pengembangan anak baik secara kognitif, afektif,

(2)

maupun psikomotorik. Menurut Ahli Psikologi Elizabeth B. Hurlock, masa anak-anak merupakan kesempatan anak untuk mengenal lingkungan, penyesuaian sosial melalui pergaulan, dan bermain. Karena itu, bermain bagi anak merupakan kebutuhan yang seharusnya dipenuhi.

Sadar bermain bagi anak penting untuk membantu tumbuh kembang anak, maka perlu didukung dengan sarana bermain bagi anak atau mainan anak. Dan sejalan dengan semakin dibuthkannya mainan anak, mainan anakpun mengalami perkembangan yang pesat, baik dari jenis maupun ragamnya. Ada yang hanya bersifat rekreatif, banyak pula yang bersifat kreatif dan edukatif. Mainan anak seperti ini sangat mudah mudah ditemukan di toko mainan anak.

Indonesia termasuk salah satu negara pengimpor barang dari luar negeri, termasuk impor mainan anak. China merupakan negara importir mainan anak terbesar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lima negara importir mainan anak terbesar, yaitu China, Singapura, Denmark, Malaysia, dan Jepang. Menurut Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia, Lukas Sutjiadi, 60 % mainan anak di Indonesia diimpor dari China. Sedangkan yang 40 % diimpor dari beberapa negara lainnya. (okezone.com).

Untuk memenuhi hak bermain anak, dibutuhkan mainan anak yang cukup aman, terutama aman bagi kesehatan anak. Namun, faktanya mainan anak yang diimpor dari luar negeri tidak semuanya cukup aman bagi kesehatan anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui, bahwa mainan anak yang diimpor dari China banyak mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan anak seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), cadmium (Cd) dan chromium (Cr). (republika.co.id). Terkait dengan banyaknya mainan anak impor yang membahayakan bagi kesehatan anak, maka menjadi kewajiban pemerintah untuk melakukan pengawasan, termasuk membatasi masuk dan beredarnya mainan anak impor. Pengawasan dapat dilakukan di pintu masuk barang dari luar

(3)

negeri oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, dan dapat pula melakukan pengawasan dengan cara mendatangi toko-toko mainan anak, terutama toko grosir mainan anak, dilakukan oleh pejabat yang berwenang. Pengawasan anak ini penting dilakukan untuk melindungi anak-anak dari mainan anak yang berbahaya bagi kesehatan anak.

Mainan Anak Berbahaya

Mainan adalah sesuatu yang digunakan dalam permainan oleh anak-anak, orang dewasa, atau pun binatang. Berbagai jenis benda yang dihasilkan untuk digunakan sebagaai mainan, akan tetapi barang yang diproduksi untuk tujuan lain dapat pula digunakan sebagai mainan, (wikipedia). Sedangkan yang dimaksud berbahaya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berbahaya berasal dari kata bahaya yang artinya dapat mendatangkan kecelakaan, seperti bencana; kesengsaraan; kerugian; dan sebagainya. Karena itu, secara sederhana, mainan berbahaya dapat diartikan sebagai mainan yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau kerugian pada penggunanya. Sebagai contoh, seorang anak mengalami kebutaan akibat sering bermain gatget. (Jawa Pos.com).

Tidak dipungkiri, ada maunan anak yang berbahaya, tetapi ada juga mainan yang mendidik, seperti mainan untuk mengembangkan kreatifitas, untuk melatih gerak motorik, melatih imajinasi untuk melatih kepekaan anak, dan sebagainya. Namun jika dilihat dari aspek kandungan bahannya, mainan anak yang bersifat mendidik tersebut tidak tidak menutup kemungkinan mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Menutur pakar play therapist dan psikolog anak Mayke S. Tedjasaputra, setidaknya ada empat manfaat mainan edukatif bagi anak, salah satunya adalah untuk mengenalkan hukum sebab akibat pada anak. Mayke memberi contoh, misalnya ketika seorang anak memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar, maka secara tidak langsung ia sedang belajar untuk memahami bahwa benda yang ukurannya lebih kecil bisa muat dalam ruang yang ukurannya lebih besar, dan benda yang lebih besar tidak akan muat jika di masukkan pada benda yang ukurannya lebih. Itu merupakan proses belajar dan memahami dengan cara sederhana tentang konsep sebab-akibat. (duniaanak.org).

Jenis Mainan Anak Yang Berbahaya

Mainan berbahaya bagi anak, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu bahaya terhadap fisik, bahaya terhadap kesehatan, dan bahaya terhadap psikologis. Mainan anak yang membahayakan

(4)

fisik anak, yaitu mainan yang digunakan oleh anak untuk bermain, menyebabkan anak menjadi luka, bahakan jika mainan tersebut mengenai mata, mata dapat menjadi buta, contohnya

“ketapel”, pistol mainan, panah mainan, dan sebagainya. Mainan anak yang membahayakan kesehatan anak yaitu semua jenis mainan yang bahan bakunya mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan tubuh anak, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), cadmium (Cd) chromium (Cr), dan sebagainya.

Sedangkan mainan anak yang membahayakan psikologis anak, seperti game online.

Game online adalah game yang bersifat dunia maya yang dimainkan dalam PC/Laptop, menggunakan media internet, sehingga user/pengguna dari tempat yang berbeda pun dapat bermain bersama dalam waktu yang sama, dan permainan yang sama pula. Bermain game online dalam waktu lama dan terus-menerus dapat berdampak negativ pada anak.

Saat ini banyak mainan anak buatan China dijual di berbagai tempat dengan harga yang relatif murah jika dibandingkan dengan mainan dari negara lain, misalnya mainan asal Jepang.

Dilihat dari bentuk dan modelnya, mainan anak-anak buatan China relatif lebih baik jika dibandingkan mainan anak dari negara lain, sehingga anak-anak mudah tertarik. Namun, setelah dilakukan penelitian ternyata sebagian besar produk mainan buatan China mengandung zat berbahaya bagi anak-anak. Seperti yang dinyatakan oleh Muhajir, Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa dalam mainan anak-anak yang diimport dari China banyak mengandung zat kimia yang membahayakan kesehatan anak-anak, seprerti timbal atau timah hitam (Pb). Selain mengandung Pb, juga banyak mainan yang mengandung zat berbahaya lainnya seperti mer-kuri (Hg), cadmium (Cd) dan Chromium (Cr). (https://akbis.rmol.co).

Pendapat senada juga dikemukakan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Dari hasil penelitian YLKI yang dilakukan di 12 tempat penjualan mainan di wilayah Jakarta ditemukan sebanyak 21 mainan diketahui mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan anak seperti (Pb), merkuri (Hg), cadmium (Cd) dan chromium (Cr). (republika.co.id). Adapun mainan anak yang mengandung kadar zat berbahaya jenis timbal tertinggi yaitu cat pewarna mainan dinosaurus kayu sebesar 8,83 miligram, kemudian tertinggi kedua ada pada cat pewarna "puzzle"

kucing dengan jumlah timbal sebesar 8,4 miligram serta "puzzle" ikan dengan kadar timbal sebesar 7,57 miligram. Kemudian jenis mainan dengan kadar merkuri tertinggi ditemukan pada

(5)

mainan edukasi berbentuk sempoa kecil dengan jumlah 39,27 miligram kemudian tertinggi kedua terdapat pada mainan "Three Branded" dengan total 37,14 miligram serta yang ketiga dengan nilai 12,37 miligram terkandung di mainan "Maze".

Kewajiban Pemerintah

Untuk memberikan perlindungan kepada anak, khususnya anak Indonesia, dan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak, pemerintah telah menerbitkan regulasi yaitu Undang- Undang Dasar 1945 dan Perubahannya yang memuat beberapa pasal mengenai HAM, kemudian Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana hak anak menjadi bagian tersendiri yaitu pada Bagian Ke Sepuluh. Perlindungan anak juga terbit secara khusus dengan disahkannya Undang-Undang Undang-Undang 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Peraturan Perundang-Undangan yang sudah diterbitkan tersebut, mewajibkan negara terutama pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten/kota untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan konteks hak. Dalam Undang- Undang Dasar 1945 Perubahan Kedua Pasal 28I Ayat (4) ditegaskan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Kemudian, Undang-Undang Hak Asasi Manusia Pasal 71 menentukan bahwa pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi mnusia yang diatur dalam undang-undang ini, peraturan perundang- undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh negara Republik Indonesia. Undang-Undang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak setiap anak, tanpa pembedaan apa pun.

Secara lebih spesifik, Undang-Undang Perlindungan Anak juga menentukan bahwa negara, pemerintah, dan pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelanggaraan perlindungan anak. Dalam konvensi Hak Anak ditegaskan bahwa Negara-negara pihak

(6)

mengakui hak anak untuk bermain dan rekreasi sesuai dengan umur anak. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa negara, terutama pemerintah, termasuk pemeritah daerah, baik provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan pada anak, dan memenuhi hak anak untuk bermain dengan menyediakan sarana bermain anak.

Peran Serta Masyarakat

Dalam upaya melindungi anak, khususnya melindungi anak dari mainan yang berbahaya, selain pemerintah, masyarakat, keluarga dan para orang tua juga mempunyai peranan yang sangat penting. Pasal 72 menyebutkan bahwa masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam perlindungan anak. Perlindungan yang dapat dilakukan masyarakat, terutama orang tua, agar tidak terkena akibat buruk dari mainan yang berbahaya tersebut, para orang tua harus lebih berhati-hati, teliti dalam membeli, untuk memastikan mainan anak yanga akan dibeli sudah cukup aman, mengingat masih banyak mainan anak yang tidak disertai Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI ini diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI), untuk memastikan bahwa barang, dalam hal ini mainan anak yang ada di pasaran sudah cukup aman, sehingga anak-anak Indonesia terlindungi dari kemungkinan adanya mainan anak yang berbahaya.

Terkait dengan perlindungan anak dari kemungkinan adanya korban dari mainan anak yang berbahaya, Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pada Pasal 8 Ayat (1) huruf (a) ditentukan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi aturan, atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Kemudian, untuk melindungi konsumen dari bahaya mainan anak produk impor, termasuk impor produk mainan anak, Kementerian Perindustrian mewajibkan penggunaan Standar Nasionan Indonesia (SNI) mainan anak impor untuk anak 14 tahun ke bawah. Dengan diwajibkannya penggunaan SNI diharapkan mainan anak di abwah usia 14 tahun yang beredar di pasaran Indonesia cukup aman bagi anak-anak.

Perspektif HAM

(7)

Dalam perspektif HAM, hak bermain dan penyediaan sarana bermain, masuk kedalam kategori hak sosial dan budaya, dimana sifat pemenuhan dari hak ini tidak mutlak (derogable rights), artinya, apabila pemerintah, termasuk para orang tua, belum mampu menyediakan sarana bermain untuk anak, dan para orang tua belum mampu membelikan mainan anak untuk anaknya, maka tidak ada sanksi bagi pemerintah maupun bagi para orang tua, berbeda dengan hak yang bersifat derogable right. Namun demikian, pemerintah dan para orang tua, mengusahakan semaksimal mungkin, agar menyediakan sarana bermain bagi anak, sesuai dengan kemampuan masing-masing pemerintah, dan kemampuan para orang tua.

Peran keluarga, terutama orang tua,

untuk mencegah anak tidak terdampak

mainan anak berbahaya sangat penting yaitu

dengan memperhatikan atau melihat,

apakah mainan anak yang akan dibeli

untuk anak-anak mereka sudah

mencantumkan logo Satandar Nasional

Indonesia (SNI) yang diterbitkan oleh

Badan Standardisasi Nasional (BSN),

terutama sekali untuk anak dibawah usia

14 tahun. Apabila mainan anak yang

akan dibeli tidak tertera logo SNI, maka sebaiknya tidak memaksakan diri untuk membeli mainan tersebut.

Orang tua sebagai konsumen juga harus kritis, jangan segan bertanya kepada penjual mengenai produk yang akan dibeli. Karena konsumen berhak mengetahui mainan anak yang akan dibeli, baik cara menggunakannya maupun kandungan bahan untuk membuat mainan anak tersebut, terutama jika dalam kemasan mainan tersebut tidak dicantumkan mengenai kandungan bahan dari mainan tersebut. Pasal 4 Ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen menentukan bahwa konsumen berhak atas informasi yanag benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa. atas hak konsumen tersebut. Kemudian, pelaku usaha, termasuk penjual mainan anak berkewajiban memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan. Selain kewajiban tersebut, pelaku usaha juga dilarang

(8)

memperdagangkan barang yang tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan. Dan, pelanggaran terhadap aturan ini dapat dikenai sanksi pidana.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan operasi pada pasien dengan celah bibir dan palatum adalah perbaikan estetika dari bibir dan hidung, penutupan celah palatum, normalisasi bicara dan mendengar,

Ketelitian dalam anamnesa sangat menentukan ketepatan diagnosa karena kasus keracunan parasetamol pada anjing dan kucing banyak terjadi disebabkan ketidak tahuan

Menurut Liggio (1974) dalam Ramdhani (2012) “ expectation gap adalah perbedaan persepsi antara akuntan independen dengan pemakai laporan keuangan auditan mengenai

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

(e) Fungsi mengeluh, melalui tindak ekspresif ini, guru menggerutu atau kecewa dengan tindakan siswa. Fungsi mengeluh ini mencakup: rasa kecewa, rasa bingung, rasa marah,

Skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Literasi Keuangan Syariah Pada Anggoita Syirkah As-Salam Kabupaten Kapuas serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya” disusun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012: