i
PENERAPAN METODE PEER TUTORING BERBANTUAN MEDIA VIDEO PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS VIII DI
MTsN 10 TANAH DATAR
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana(S-1) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Oleh MEGA PUTRI NIM: 15 300 1000 52
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
2019M / 1440H
ii
iii
iv
ABSTRAK
MEGA PUTRI, NIM: 15 300 1000 52, Judul skripsi “Penerapan Metode Peer Tutoring Berbantuan Media Video Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII Di MTsN 10 Tanah Datar”. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).
Penelitian ini di latar belakangi oleh pembelajaran yang masih terpusat pada guru (teacher centered learning), kurang maksimalnya pemamfaatan media dalam pembelajaran, masih kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, kurangnya kerjasama siswa dan interaksi antara siswa dalam proses pembelajaran, masih ada siswa yang tidak berani atau malu bertanya kepada guru, kurangnya kesadaran siswa untuk belajar mandiri, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak masih ada yang dibawah KKM.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran Akidah Akhlak menggunakan metode peer tutoring berbantuan media video lebih baik daripada hasil belajar kognitif siswa yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab di kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian randomized control group only design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar tahun ajaran 2019/2020 yang terdiri dari 5 kelas. Teknik penentuan sampel adalah menggunakan Simplerandom sampling dan diperoleh jumlah sampel yang diteliti sebanyak 52 orang, 27 orang kelas eksperimen dan 25 orang kelas kontrol.
Hasil penelitian, diperoleh rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen adalah 85,41 dengan persentase ketuntasan 74,07% sedangkan, rata-rata yang diperoleh pada kelas kontrol adalah 79,00 dengan persentase ketuntasan 64,00%. Dengan menggunakan diperoleh thitung (1,73) > ttabel(1,67), sehingga H0 ditolak. Jadi, dapat dikemukakan bahwa hasil belajar kognitif siswa dengan penerapan metode peer tutoring berbantuan media video lebih baik dari pada hasil belajar kognitif siswa yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab pada mata pelajaran Akidah Akhlak di kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar.
Kata Kunci: Metode Peer Tutoring Barbantuan Media Video, Hasil Belajar
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Batasan Masalah... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional... 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Peer Tutoring ... 12
1. Pengertian Metode Peer Tutoring ... 12
2. Kelebihan Metode Peer Tutoring ... 13
3. Kekurangan Metode Peer Tutoring ... 14
4. Prosedur Penyelengaraan Metode Peer Tutoring ... 14
5. Langkah-Langkah Metode Peer Tutoring ... 16
B. Media Video ... 18
1. Pengertian Media Video ... 18
2. Kelebihan Media Video ... 19
3. Kekurangan Media Video ... 20
C. Hasil Belajar ... 20
1. PengertianHasil Belajar ... 20
2. Ruang Lingkup Hasil Belajar ... 20
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23
D. Pembelajaran Konvensional ... 24
iv
E. Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 25
1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 25
2. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak ... 26
3. Kompetensi Inti (KI) Dan Kompetensi Dasar (KD) ... 27
4. Materi Pokok Pembelajaran ... 28
F. Penelitian Relevan ... 32
G. Kerangka Berpikir ... 34
H. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Rancangan penelitian ... 37
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 38
D. Populasi Dan Sampel ... 38
E. Variabel Penelitian ... 43
F. Prosedur Penelitian... 44
G. Pengembangan Instrumen ... 60
H. Teknik Pengumpulan Data ... 67
I. Teknik Analisis Data ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 70
B. Analisis Data ... 71
C. Pembahasan ... 73
D. Kendala-Kendala Selama Penelitian ... 79
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80
B. Implikasi ... 80
C. Saran ... 81
DAFTAR KEPUSTAKA...82
iv
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah setiap orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan selanjutnya ia menyebut bahwa pendidik adalah orang tua dan orang dewasa dan bertanggung jawab terhadap kedewasaan orang lain (Ramayulis, 2004, 39). Pendidikan secara psikologis merupakan suatu proses belajar yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah prilaku dan pola pemikiran dengan menggunakan metode, strategi dan instrument tertentu. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terjadi proses siswa siswa belajar dan guru mengajar, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan atau sikap (Hamalik,2001: 48).
Proses pembelajaran harus berlangsung baik dan kondusif guna memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran sehingga menghasilkan output yang berkualitas. Salah satu usaha menumbuhkan semangat belajar dan kecintaan peserta didik terhadap pelajaran akidah ahklak maka keprofesionalan guru sangat diperlukan. Salah satu ciri guru yang propesional, diantaranya yaitu dapat menyampaikan materi dengan menggunakan dan mengimplementasikan pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat melibatkan peserta didik secara aktif.
Dengan pembelajaran aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya melibatkan mental akan tetapi fisik juga. Cara seperti ini akan membuat peserta didik merasakan suasana yang menyenangkan sehingga mereka terlihat aktif, karena peserta didik yang pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Maka dari itu penerapan pembelajaran kooperatif yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sangat dibutuhkan.
1
Salah satu pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode.
Pentingnya pemilihan metode yang tepat dalam pembelajaran juga telah diterapkan dalam firman Allah SWT (QS.An-Nahl/16: 125), yang berbunyi:
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantuhlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.’’
Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat memilih metode yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik agar suasana belajar menjadi aktif, interaktif dan menyenangkan. Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari salah satunya adalah tentang pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma’ al- husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran Akidah Akhlak ada beberapa materi yang kurang menarik untuk dijelaskan dengan metode ceramah, karena tidak semua materi dalam mata pelajaran Akidah Akhlak bersifat konkret.
Permasalahan itu merupakan salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran Akidah Akhlak. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa, salah satunya adalah dengan penggunaan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi pembelajaran
Salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran Akidah Akhlak adalah akhlak terpuji pada diri sendiri (tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qona’ah). Kompetensi dasar yang diharapkan dari materi akhlak terpuji pada diri sendiri adalah memahami pengertian, contoh, dan dampak positif sifat tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur dan qona’ah. Agar semua seluruh siswa dapat mencapai kompetensi dasar tersebut, diperlukan penggunaan metode dan media pembelajaran yang memperhatikan karakter siswa dalam kelas dan juga karakter materi yang akan disampaikan. Untuk itu guru harus pandai mengatur strategi dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan.
MTs Negeri 10 Tanah Datar adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri di kabupaaten Tanah Datar yang terakreditasi A. Namun hasil belajar siswa untuk pembelajaran Akidah Akhlak MTsN 10 Tanah Datar masih ada yang belum mencapai KKM. Hasil belajar siswa dapat dibuktikan dari persentase ketuntasan nilai semester ganjil mata pelajaran Akidah Akhlak tahun ajaran 2019/2020.
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian MataPelajaran Akidah Akhlak Tahun Ajaran 2019/2020
No Kelas Jumlah Siswa
Tuntas Tidak Tuntas
Persentase Ketuntasan Tuntas Tidak
tuntas
1 VIII 1 27 5 22 18,51% 81,48%
2 VIII 2 27 5 22 18,51% 81,48%
3 VIII 3 27 5 22 18,51% 81,48%
4 VIII 4 25 1 24 4% 96%
5 VIII 5 27 4 23 14,81% 85,18%
(Sumber : Guru Mata Pelajaran MTsN 10 Tanah Datar)
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut kemudian dianalisis dengan cara melakukan observasi terhadap kegiatan belajar mengajar dalam kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan siswa kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar.
Ada beberapa faktor yang yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan (Sanjaya, 2006: 52). Yang pertama faktor guru, pandangan guru terhadap mata pelajaran atau materi pelajaran yang diajarkan juga dapat memengaruhi proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 Februari 2019 di kelas VIII mata pelajaran akidah akhlak ditemui bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah interaksi antara guru dengan siswa sebagian besar berlangsung satu arah yaitu guru saja atau kata lain pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Guru kurang memamfaatkan fasilitas yang ada. Meskipun di sekolah sudah tersedia alat bantu untuk pembelajaran seperti infokus, speaker, laptop akan tetapi guru kurang memamfaatkan dalam penyampaian materi pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan guru merasa penggunaan fasilitas ini memerlukan persiapan yang lebih lama. Padahal jika benar-benar dimanfaatkan ini bisa menjadi salah satu media pembelajaran yang interaktif dan dapat menunjang siswa dalam memahami suatu materi yang mengandung banyak unsur abstrak.
Permasalahan yang selanjutnya adalah pada faktor siswa. Faktor siswa juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah (Sanjaya, 2006: 54). Dalam proses pembelajaran ditemui bahwa ada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dalam pembelajaran terlihat
bahwa siswa yang berkemampuan tinggi ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, memperhatikan guru dan serius dalam mengikuti pembelajaran lebih aktif pada siswa yang lain, lebih sering bertanya dan juga lebih sering menjawab pertanyaan yang diberian guru. Dan juga ada siswa yang berkemampuan rendah terlihat bahwa kurang motivasinya dalam belajar, tidak ada keseriusan dalam belajar, memperhatikan guru dan dalam menyelesaikan tugas. Sikap dan penampilan siswa didalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa memengaruhi proses pembelajaran. Ada kalanya ditemui siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula siswa yang pendiam.
Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas VIII tahun 2019/2020. Menunjukkan bahwa ketika kegiatan belajar berlangsung meskipun mereka merasa tidak paham atau ketinggalan ketika guru menjelaskan mereka enggan bertanya karena malu maupun takut terhadap guru. Selain itu mereka juga merasa pembelajaran yang berlangsung membosankan karena sangat monoton.
Permasalahan- permasalahan diatas merupakan masalah desain dan strategi pembelajaran yang penting untuk dipecahkan. Bisa juga dikatakan sebuah pembelajaran yang harus ada perubahan yang baik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa MTsN 10 Tanah Datar adalah dengan menerapkan metode pembelajaran peer tutoring. Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2006: 147).
Metode peer tutoring atau tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antar teman pada umumnya lebih dekat dibandingkan dengan hubungan antar guru dan siswa. pada pembelajaran Peer tutoring pembelajaran yang dilakukan dengan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian, dan kecakapan di dalam kelas untuk menjelaskan, membimbing, dan mengarahkan serta memberikan
pandangan siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang usiahnya hampir sama atau sekelas (Sinambela, 2014: 35).Dengan peer tutoring siswa yang mempunyai rasa takut dan enggan bertanya kepada guru akan mendapatkan hasil yang lebih baik, akan tumbuhnya suasana belajar yang demokratis dalam pembelajaran.
Sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar membelajarkan diantara peserta didik. Dalam peer tutoring memberikan keuntungan bagi semua partisipan karena kegiatan berbagi pengetahuan, ide, dan pengalaman dari semua partisipan atau dapat pula dikatakan terjadi proses saling belajar.
Selain mengubah metode pembelajaran, hal yang dapat dilakukan untuk lebih mengotimalkan kualitas kegiatan belajar mengajar adalah dengan menambahkan media pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia disekolah. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat mempermudah penyampaian informasi pembelajaran. Dengan mengunakan media, suatu informasi dapat disampaikan dengan lebih jelas, detail, dan terperinci. Selain itu, penggunaan media pembelajaran yang dapat mengatasi sikap pasif siswa, serta memungkinkan siswa belajar mandiri menurut kemampuan dan karakter belajarnya.
Salah satu media yang dapat digunakan adalah media video. Video adalah pembelajaran merupakan jenis media audio visual yang menyajikan pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran dalam bentuk gambar dan suara. (Syafitri et al., 2016: 268).
Melalui media audio visual dapat menyampaikan pesan dan informasi berupa pesan verbal dan non verbal yang mangandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.
Dari uraian permasalahan di atas diharapkan melalui penerapan metode peer tutoring dilengkapi dengan media video mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak materi pokok akhlak terpuji pada diri sendiri (tawakkal, ikhtiar, sabar,
syukur dan qona’ah). Selain itu juga banyak metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Diantaranya metode pemecahan masalah (problem besed learning)dan metode berbagi peran (role playing). Metode pemecahan masalah (problem besed learning)salah satu metode yang akan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mencari materi atau informasi terkait kasus dalam pembelajaran dan mengajak siswa lebih aktif dalam berpendapat dan berdiskusi. Metode berbagi peran (role playing) yang mampu membuat siswa percaya diri dalam mempraktikkan secara langsung contoh- contoh dari berbagai sifat akhlak terpuji pada diri sendiri yang dipelajari pada pembelajaran Akidah Akhlak. Secara tidak langsung dengan menggunakan metode ini, siswa akan lebih memahami materi pembelajaran. Jadi ada banyak metode yang bisa digunakan untuk membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan juga meningkatkan hasil belajar siswa.
Alasan penulis memilih metode peer tutoring berbantuan media video ini yang pertama, dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar belum perna diterapkan metode peer tutoring berbantuan video. Kedua, Kompetensi Dasar (KD) dari materi pembelajaran Akidah Akhlak ini adalah memahami pengertian, contoh, dan dampak positif sifat tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur dan qona’ah. Jadi siswa lebih banyak dituntut untuk memahami materi pembelajaran secara teori. Jika pembelajaran ini dibawakan dengan menggunakan metode peer tutoringdibantu dengan media video maka pembelajaran akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Sebab siswa memahami materi pembelajaran bersama temannya, siswa akan lebih aktif dalam bertanya, dan mengeluarkan pendapat. Apabila siswa diberi kesempatan belajar bersama temanya maka akan timbul suasana hubungan yang akrab dan lebih dekat maka pembelajaran akan mudah ingat oleh siswa. Dan apabila ada siswa yang takut atau enggan bertanya kepada guru maka masalah
seperti itu akan teratasi, karena siswa bisa bertanya kepada siswa yang ditunjuk sebagai tutor.
Sehubungan dengan itu, penulis tertarik untuk mengangkat judul yang mampu mendeskripsikan seluruh pokok-pokok penelitian. Maka dari itu judul yang diangkat untuk skripsi ini ialah “ Penerapan Metode Peer Tutoring Berbantuan Media Video Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis mengidentifikasikan permasalahan tersebut sebagai berikut :
1. Pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered learning) 2. Kurang maksimalnya pemamfaatan media pembelajaran
3. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran.
4. Kurangnya kerjasama siswa dan interaksi antara siswa dalam proses pembelajaran.
5. Masih ada siswa yang tidak berani atau malu bertanya kepada guru 6. Kurangnya kesadaran siswa untuk belajar mandiri.
7. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak masih ada yang dibawah KKM
C. Batasan Masalah
Bardasarkan identifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada hasil belajar kognitif siswa dengan penerapan metode peer tutoring berbantuan media video pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan metode peer tutoring berbantuan media video pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan metode peer tutoring berbantuan media video pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan- permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa pada mata pelajaran Akidah Akhlak.
2) Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode peer tutoring berbantuan media video dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Manfaat Praktis
1) Manfaat bagi siswa
Sebagai daya penggerak bagi siswa untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan cara belajarnya guna memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
2) Manfaat bagi peneliti
Memberikan pengalaman mengenai penerapan metode peer tutoring berbantuan media video dalam proses pembelajaran.
3) Manfaat bagi guru
Sebagai masukan bagi guru untuk dapat menerapkan metode peer tutoring berbantuan media videodi kelas dan dapat mengembangkan pada materi-materi lain yang cocok dengan metode ini.
4) Manfaat bagi lembaga/ sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
G. Defenisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman tentang judul penelitian ini, maka perlu penjelasan istilah-istilah yang digunakan yaitu:
Penerapan adalah hal, cara, dan hasil kerja. Dalam istilah lain disebutkan bahwa penerapan adalah pengenaan atau perihal mempraktekkan (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1994: 104).
Jadi penerapan merupakan suatu kegiatan yang dipraktekkan oleh seorang guru pada waktu proses pembelajaran berlangsung.
Metode peer tutoring adalah penempatan siswa kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya dan bertugas untuk membantu kesulitan anggota kelompok dalam memahami materi pelajaran (Fitriani, 2016:417). Jadi metode peer tutoring adalah pembagian kelompok secara heterogen, yang mana siswa yang berkemampuan di atas rata-rata dari pada temannya akan membantu siswa yang kesulitan dalam pembelajaran.
Media Video adalahserangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai menjadi sebuah alur,
dengan pesan-pesan didalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dalam proses penyimpanan pada media disk.
Hasil belajaradalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana,2005: 22). Hasil belajar yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah bidang kognitif dengan materi akhlak terpuji pada diri sendiri (tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur dan qona’ah).
Mata pelajaran Akidah Akhlak adalah salah satu pelajaran pendidikan agama Islam yang terdapat di Madrasah. Yang penulis maksud adalah mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VIII di MTsN 10 Tanah Datar.
Adapun materi pelajarannya adalah Akhlak terpuji pada diri sendiri (tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur dan qona’ah).
BAB II
LANDASAN TEORI A. Metode Peer Tutoring
1. Pengertian Metode Peer Tutoring
Istilah peer tutoring atau tutor teman sejawat terkait dengan metode belajar mengajar dengan bantuan seorang peserta didik yang kompeten untuk mengajar peserta didik lainnya. Metode ini menuntut peserta didik untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya, atau mengerjakan tugas kelompok dengan bimbingan atau arahan teman yang kompeten, baik tugas itu dikerjakan di rumah maupun di sekolah (Sani, 2014: 198).
Satriyaningsih (dalam Sinambela, 2014: 35) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan peer tutoring atau tutor sebaya adalah siswa yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antar teman pada umumnya lebih dekat dibandingkan dengan hubunganantar guru dan siswa. Peer tutoring adalah pembelajaran yang dilakukan dengan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian, dan kecakapan di dalam kelas untuk menjelaskan, membimbing, dan mengarahkan serta memberikan pandangan siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang usiahnya hampir sama atau sekelas (Sinambela, 2014: 35).
Peer tutoring merupakan salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (studen centered learning), dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dan guruhanya sebagai fasilitator (Redjeki et al., 2014: 148).
Peer tutoring merupakan sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya (Yamtinah et al., 2015: 32).
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode peer tutoring adalah metode pembelajaran berkelompok dengan memamfaatkan siswa yang mempunyai keistimewaan, kepandaian, dan kecakapan di antara siswa yang lain untuk menjelaskan dan membimbing siswa yang agak kurang pandai atau lambat dalam menerima pembelajaran.
2. Kelebihan Metode Peer Tutoring
Suryo dan Amin (dalam Sinambela, 2014: 36), ada beberapa kelebihan metode peer tutoring di antaranya:
a. Adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu.
b. Bagi tutor sendiri, kegiatan remedial ini merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.
c. Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu.
d. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan percaya diri.
Selain itu menurut Arikunto yang dikutip oleh Sawali dalam (Sinambela, 2014: 36), juga menjelaskan kelebihan metode peer tutoring adalah sebagai berikut:
a. Bagi beberapa siswa yang perasaan takut atau enggan kepada guru, metode ini akan menampakkan hasil belajar yang baik.
b. Bagi tutor sendiri, pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas.
c. Membentu para tutor untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas sekaligus sebagai wahana melatih kesabaran.
d. Mempererat hubungan antar siswa ssehingga mempertebal perasaan sosial.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan metode peer tutoring yaitu dapat meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara siswa yang prestasinya rendah dengan siswa yang prestasinya lebih tinggi dalam satu kelas. Untuk itu seorang guru dituntut
12
untuk mempersiapkan, memaksimalkan kemampuannya tanpa harus menjadi informatory (pemberi informasi) saja tetapi juga berfungsi sebagai mediator, komunikator, fasilitator, dan tutor, sehingga guru mampu memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kematangan siswa yang pada akhirnya dapat memotivasi siswa dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran.
3. Kekurangan Metode Peer Tutoring
Suryo dan Amin (dalam Sinambela, 2014: 36), ada beberapa kekurangan metode peer tutoring di antaranya:
a. Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.
b. Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.
Selain itu menurut Arikunto yang dikutip oleh Sawali dalam (Sinambela, 2014: 36), juga menjelaskan kekurangan metode peer tutoring adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang dibantu seringkali kurang serius dalam belajar kerena hanya bertahapan dengan temannya sendiri, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
b. Ada sebagian siswa yang justru enggan ketika akan bertanya kerena malu kelemahannya diketahui oleh temannya.
c. Pada kelas-kelas tertentu, pekerjaan tutoring sukar dilaksanakan karena adanya perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang ditutori.
d. Guru akan mengalami kesusahan dalam menentukan tutor kerena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkan kembali pada teman- temannya.
4. Prosedur Penyelenggaraan Metode Peer Tutoring
Penerapan metode peer tutoring pada kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif serta efisien, apabila seorang guru memperhatikan serta melaksanakan beberapa langkah penyelenggaraan peer tutoring. Adapun langkah-langkah tersebut adalah:
a. Menentukan yang akan dijadikan sebagai tutor
Menurut (Sinambela, 2014: 35). Dalam menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri.
Seorang yang dipilih harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki kepandaian lebih unggul dari pada siswa lain.
2) Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.
3) Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.
4) Mampu menjalin kerjasama dengan sesama siswa.
5) Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok tutornya sebagai yang terbaik.
6) Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut enggan uuntuk bertanya kepadanya dan rajin.
7) Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
8) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberi bimbingan yaitu dapat menerangkan pembelajaran kepada kawannya.
b. Menyiapkan tutor
Suparno (dalam Sinambela, 2014: 35) ada beberapa cara yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan seorang tutor agar dapat bekerja dengan optimal. Cara–cara tersebut yaitu:
1) Guru memberi petunjuk pada tutorbagaimana mendekati temannya dalam hal memahami materi.
2) Guru menyampaikan pesan kepada tutor-tutor agar tidak selalu membimbing teman yang sama.
3) Guru membantu semua siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa dapat membantu teman belajar.
4) Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil. Campuran siswa berbagai kemampuan (heterogen) akan lebih baik.
5) Guru memonitoring terus kapan tutor maupun siswa lain membutuhkan pertolongan.
6) Guru memonitoring tutor sebaya dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka diskusi dikelas.
7) Tutor tidak mengetes temannya, biarkan hal ini dilakukan guru.
c. Membagi kelompok
Dalam metode peer tutoring, seorang guru bertindak sebagai pengawas dan pengatur jalannya program ini. Sebelum melalui penerapan metode peer tutoring, guru harus membagi peserta menjadi kelompok-kelompok kecil. Mengenai beberapa banyaknya anggota setiap kelompok tidak ada ketentuan yang mutlak harus ditaati sebagai pedoman.
Kelompok kecil sebaiknya dengan anggota 4-5 orang dengan dasar pemikiran bahwa makin banyak anggota kelompoknya, efektifitas belajar tiap anggota berkurang. Sebaliknya jika terlalu sedikit 2 atau 3 orang, kurang dapat membentuk iklim kelompok yang baik. Kelompok- kelompok dalam program peer tutoring ini dapat dibentuk atas dasar minat dan latar belakang, pengalaman atau prestasi belajar (Sinambela, 2014: 35-36).
5. Langkah-Langkah Metode Peer Tutoring
Menurut (Sani, 2013:198). Adapun langkah-langkah metode peer tutoring adalah:
a. Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok beranggota 3 atau 4 orang yang memiliki kemampuan yang beragam. Setiap kelompok minimal memiliki satu orang peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi tutor teman sejawat.
b. Guru menjelaskan tentang cara penyelesaian tugas melalui belajar kelompok dengan metode peer teaching, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, dan memberi penjelasan tentang
mekanisme penilaian tugas melalui penilaian sejawat (peer assassment) dan penilaian diri (selt assessment).
c. Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada semua pesera didik dan memberi peluang tanya jawab apabila terdapat materi yang belum jelas.
d. Guru memberi tugas dengan catatan peserta didik yang kesulitan dalam mengajarkan tugas dapat meminta bimbingan kepada teman yang di tumjuk sebagai tutor atau guru.
e. Guru, tutor, dan peserta didik memberikan evaluasi proses belajar mengajar untuk menetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya
Selain itu menurut (Yamtinah et al., 2015: 33-34). Langkah-langkah metode peer tutoring adalah:
a. Guru menyusun kelompok belajar, setiap kelompok berangggota 5-6 orang yang memiliki kemampuan yang beragam. Setiap kelompok memiliki satu orang peserta didik yang mempunyai kemampuan beragam. Setiap kelompok memiliki kemampuan tinggi untuk menjadi tutor teman sejawat. Masing-masing tutor yang telah dipilih diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi yang telah dipersiapkan. Dalam penelitian ini tutor di berikan handout sebagai bahan untuk di pelajari lebih dahulu dan sebagai pegangan saat proses tutoring.
b. Guru menjelaskan tentang cara menyelesaikan tugas melalui belajar kelompok dengan metode peer tutoring, wewenang dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.
c. Guru menjelaskan materi pelajaran secara garis besar kepada semua peserta didik dan memberi peluang tanya jawab apabila terdapat materi yang kurang jelas.
d. Guru memberi tugas untuk masing-masing kelompok yang diselesaikan dengan berdiskusi dalam kelompok dibantu oleh masing-masing tutor.
e. Dalam kegiatan diskusi tutor berfungsi sebagai moderator dibawah pengawasan guru. Peran tutor adalah membantu teman dalam kelompoknya yang masih belum paham terhadap penjelasan guru.
f. Guru melakukan pengawasan terhadap kegiatan tutoring pada setiap kelompok dan memberikan klasifikasi jika sekiranya diperlukan.
g. Melakukan evaluasi.
Selain itu menurut (Redjeki et al., 2014: 149). Penerapan peer tutoring dilaksanakan dalam lima tahap:
a. Pembentukan kelompok.
b. Penyempaian materi oleh tutor.
c. Diskusi kelompok.
d. Presentasi kelas.
e. Dan klarifikasi B. Media Video
1. Pengertian Media Video
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar (Arsyad, 2011: 3). Dalam kamus bahasa Indonesia video adalah bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi, rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi (Zaenuddin et al., 2016: 127).
Media video pembelajaran merupakan jenis media audio visual yang menyajikan pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran dalam bentuk gambar dan suara.
(Syafitri et al., 2016: 268). Menurut Sadirman dan Neliyarti (2011: 32) menyatakan bahwa video merupakan media audio visual yang menampilkan gerak. Video termasuk dalam kategori audio visual yang mengkombinasikan dua materi visual dan materi auditif. Materi auditif ditujukan untuk merangsang indera pendengaran sedangkan materi visual untuk merangsang indera penglihatan.
Munir (dalam Fadhli, 2015: 26) mengatakan bahwa vidio adalah teknologi penangkapan, perekaman, pengelolaan, penyimpanan, dan pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan gambar adegan-adegan dalam gerak secara elekronik.
2. KelebihanMedia Video
Kelebihan media video menurut (Zaenuddin et al., 2016: 128-129) adalah:
a. Pada ranah kognitif
Pembelajaran bisa mengobservasi rekreasi dramatis dari kejadian sejarah masa lalu dan rekaman aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara dan gerak disini mampu membuat karakter berasa lebih hidup. Selain itu menonton video, setelah atau sebelum membaca, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
b. Pada ranah afektif,
Video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang afektif. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari potensi emosional impact kepada sisi penyikapan personal dan sosial siswa. membuat mereka tertawa terbahak-bahak (atau hanya tersenyum) karena gembira, atau sebaliknya manangis berurai air mata kerena sedih. Dan lebih dari itu, menggiring mereka pada penyikapan seperti menolak ketidak adilan, atau sebaiknya pemihakan kepada yang tertindas.
c. Pada ranah psikomotorik
Vidio memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja. Vidio pembelajaran yang merekam kegiatan motorik siswa juga memberikan kesempatan pada mereka untuk mengamati dan mengevaluasi kerja pratikum mereka, baik secara pribadi maupun feedback dari teman-temannya.
Manfaat dan karakteristik lain dari media video dalam meningkatkan efektifitas dan efisien proses pembelajaran, di antaranya adalah:
a. Mengatasi jarak dan waktu.
b. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat.
c. Dalam membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
d. Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan.
e. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.
f. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
g. Mengembangkan imajinasi.
h. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan membarikan penjelasan yang lebih realistic.
i. Mampu berperan sebagai media utama mendokumentasi realitas sosial yang akan dibedakan didalam kelas.
j. Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas paserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.
3. Kekurangan Media Video
Selain kelebihan video juga memiliki kekurangan, diantaranya:
a. Sebagaimana media audio-visual yang lain, video juga terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi tersebut.
b. Pemamfaatan media ini juga terkesan memakan biaya tidak murah.
c. Penanyangannya juga terkait peralatan lainnya seperti video player, layar bagi kelas besar beserta LCDnya, dan lain-lain (Zaenuddin et al., 2016: 130).
C. Hasil belajar
1. Pengertian Hasil Balajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu “hasil” yang berarti sesuatu
yang telah dicapai dan “belajar” berarti proses perubahan tingkah laku. Jadi, secara sederhana hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai dari proses perubahan tingkah laku yang telah dilalui. Sementara menurut Wina Sanjaya, hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi sesuatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam sesuatu kompetensi (wina Sanjaya, 2005: 27). Sedangkan, menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (2004:22). Menurut Gagne dalam Wahab Jufri menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan (performance) yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapasitas (2013:58).
Dalam pembelajaran proses yang baik akan berdampak kepada hasil yang baik pula. Sebaliknya, apabila proses belajar tidak memberikan hal positif terhadap siswa maka hasil belajar yang baik sulit untuk didapatkan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Nur dalam Trianto bahwa metode-metode lebih dekat pada hasil belajar kognitif dari pada tujuan-tujuan belajar prilaku (Trianto, 2009: 140). Berdasarkan pendapat Nur tersebut jelas bahwa metode sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
oleh sebab itu, supaya hasil belajar yang dicapai oleh siswa itu optimal maka guru harus mampu memilih metode yang tepat.
2. Ruang Lingkup Hasil Belajar
Secara garis besar hasil belajar diklasifikasikan oleh Benyamin Bloom menjadi 3 ranah yaitu:
a. Ranah Kognitif
1) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebaganya tanpa mengharapkan kemampuan untuk mengungkapkannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah proses berfikir yang paling rendah.
2) Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dann memahami sesuatu setelah sesuatu atau diketahui dan
ingat. Pemahaman merupakan kemampuan berfikir yang setingkat lebih dari ingatan atau hafalan.
3) Penerapan (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan sesuatu bahan dan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian- bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.
5) Sintesis (syntesis) adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses analisis. Sintesis ini merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi dari pada analisis.
6) Penilaian atau penghargaan atau evaluasi (evaluation) adalah kemaampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide. Penilaian ini merupakan proses berfikir dengan tingkat yang paling tinggi dalam ranah kognitif.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Dalam ranah afektif ini terdiri dari lima jenjang sebagai berikut:
1) Menerima atau memperhatikan (receiving atau attending) dari kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
2) Menanggapi (responding) adalah kemampuan ang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
3) Menilai atau menghargai (value) adalah memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek.
4) Mengatur atau mengorganisasikan (organization) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga, terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membewa kepada kebeikan umum.
5) Karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai (charakterization by avalue or value complek) adalah keterpaduan semua nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemempuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil psikomotor merupakan lanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif (Sudijono, 1996: 57-58).
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor sebagai berikur:
a. Faktor dari dalam diri siswa
Faktor yang datang dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya, yang besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Selain faktor kemampuan yang dimiliki siswa termasuk juga faktor yang berasal dari dalam diri siswa ialah motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, fisik, dan psikis.
b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan
Faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang datang menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi oleh hasil belajar disekolah adalah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam
mencapai pengajaran (Sudjana, 2004: 39-40).
D. Pembelajaran Konvensional
Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia, konvensional berarti tradisional, jadi pembelajaran konvensional juga dapat di sebut dengan pembelajaran yang dilaksanakan secara tradisional.
Pembelajaran tradisional adalah belajar menghafal, meniru, guru sebagai pusat kekuasaan pembelajaran sebagai pelayananyang patu dan pasif mengikuti rutin dan contoh yang ditetapkan oleh hirarki, sistem yang di gerakkan oleh semangat mempertahankan diri, tampa perhatian pada perasaan, dan pada ikatan sosial di lingkungan pendidikan, tanpa berusaha usaha mengajar murid yang berkreasi, memecahkan masalah, dan berfikir sendiri(Meier, 1999: 84).
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional dalam pembelajaran yang berorientasi pada guru, yang mana siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan tanpa adanya pembelajaran yang aktif selama pembelajaran.
Ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
1. Tujuan
Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur.
2. Penyajian bahan pembelajaran
Bahan pembelajaran disajikan kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan murid-murid secara individual.
Pembelajaran diberikan pada jam-jam tertentu menurut jadwal.
3. Kegiatan instruksional
Bahan pelajaran kebanyakan berbentuk ceramah, kuliah, tugas
tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru.
4. Pengalaman belajar
Berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar.
5. Partisipasi
Murid-murid bersikap pasif karena harus mendengarkan uraian guru.
6. Kecepatan belajar
Murid semuanya harus belajar menurut kecepatan yang kebanyakan ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.
7. Penguatan atau reinforcement
Penguatan biasanya baru diberikan setelah diadakannya ulangan atau ujian. Itu pun jika ulangan itu kemudian dibicarakan.
8. Keberhasilan belajar
Keberhasilan belajar kebanyakan dinilai oleh guru secara subyektif.
9. Penguasaan
Hanya sebagian kecil saja yang akan menguasai bahan pelajaran sepenuhnya, sebagian lagi akan menguasainya untuk sebagian saja dan ada lagi yang akan gagal.
10. Peranan mengajar
Pengajar terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan. Ia adalah sumber pengetahuan utama.
11. Ujian atau tes
Siswa biasanya menempuh beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang telah dipelajari dan berdasarkan beberapa angka itu ditentukan angka rapornya untuk semester itu (Nasution, 2005: 209-212).
Dari ciri-ciri diatas terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang berlangsung antara guru dan siswa hanya satu arah, siswa cendrung mengikuti semua yang diajarkan guru sehingga siswa kemampuannya hanya sebatas yang disampaikan oleh guru.
E. MataPelajaran Akidah Akhlak
1. Pengertian Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Akidah adalah pokok dan dasar dalam agama. Ajaran Islam meliputi tiga hal, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Akidah adalah hal yang pertama dan utama yang harus kita miliki. Akidah adalah pondasi dari segala amal yang akan kita lakukan. Amal dan akhlak tidak ada nilainya bila tidak didasarkan pada akidah atau keimanan yang benar.
Akidah berakar dari kata aqida- ya’qidu- aqidah yang berarti tali pengikat sesuatu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur akidah diartikan sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan.
Dalam kajian Islam, akidah berarti tali pengikat batin manusia dengan yang diyakininya sebagai Tuhan yang Esa yang patut disembah dan Pencipta serta Pengatur alam semesta ini.
Akidah sebagai sebuah keyakinan kepada hakikat yang nyata yang tidak menerima keraguan dan bantahan. Apabila kepercayaan terhadap hakikat sesuatu itu masih ada unsur keraguan dan kebimbangan, maka tidak disebut akidah. Jadi akidah itu harus kuat dan tidak ada kelemahan yang membuka celah untuk dibantah. Sedangkan M. Syaltut menyampaikan bahwa akidah adalah pondasi yang di atasnya dibangun hukum syariat.
Syariat merupakan perwujudan dari akidah. Oleh karena itu hukum yang kuat adalah hukum yang lahir dari akidah yang kuat. Tidak ada akidah tanpa syariat dan tidak mungkin syariat itu lahir jika tidak ada akidah.
Hal ini sesuai dengan rumusan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam penjelasan UUSPN mengenai pendidikan agama dijelaskan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha esa serta berakhlak mulia.
2. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk:
a. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam
3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI dan KD) Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII
a. Kompetensi Inti:
KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya yang terkait dengan fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
b. Kompetensi Dasar
3.2 Memahami pengertian,contoh, dan dampak positif sifat tawakkal, ikhtiar, sabar, syukuur dan qana’ah
c. Indikator:
3.2.1. Menunjukkan dalil tentang sifat tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qona’ah
3.2.2. Menjelaskan pengertian sifat tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qona’ah
3.2.3. Mengidentifikasi sifat tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur dan qona’ah 4. Materi Pokok Pembelajaran
a. Tawakkal
Tawakal berasal dari wakala yang berarti menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan urusan kita kepada orang lain. Dalam kaitan ini penyerahan tersebut adalah kepada Allah SWT. Tujuannya, untuk mendapat kemashlahatan dan menghilangkan kemudharatan.
Orang yang mempunyai sikap tawakal akan senantiasa bersyukur jika mendapatkan suatu keberhasilan dari usahanya. Hal ini karena ia menyadari bahwa keberhasilan itu di dapatkan atas izin dan kehendak Allah. Sementara itu, jika mengalami kegagalan orang yang mempunyai sifat tawakal akan senantiasa merasa ikhlas menerima keadaan tersebut tanpa merasa putus asa dan larut dalam kesedihan karena ia menyadari bahwa segala keputusan allah pastilah terbaik.
Dalam bertawakal hendaknya kita serahkan semuanya kepada Allah SWT, hal ini diperintahkan Allah dalam surat Al-Maidah ayat 23 sebagai berikut :
َييٌِِهْؤُه ْنُتٌُْك ْىِإ اىُلهكَىَتَف ِ هاللَّ ىَلَعَو .…
Artinya : …. “dan hanya kepada allah hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman (al-maidah ayat 23).
Tawakkal terbaik adalah seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s ketika ia dibakar oleh api Namrudz, Nabi Ibrahim saat itu berdzikir
“hasbiya Allahu wa ni’mal wakiil” artinya: cukup untukku Allah saja, Dia penolong terbaik. Imbasnya, Allah menolong secara langsung Nabi Ibrahim dengan berfirman pada api itu: Wahai api, jadilah dingin, dan selamatkanlah Ibrahim. Sebagaiamana firmanNya dalam
Q.S. al-Anbiya ayat 69
َنْيِهاَرْبِإ ىَلَع اًهَلاَسَو اًدْرَب يًِْىُك ُراًَ اَي اٌَْلُقَو Artinya :“dan kami berfirman :”hai api,jadilah dingin,dan
selamatkan Ibrahim”
b. Ikhtiar
Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Secara istilah ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang di kehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses. Dalam kata lain Ikhtiar adalah berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan, tidak berdiam diri dan berpangku tangan apa lagi lari dari kenyataan.
Dalil tentang ikhtiar dalam al-Quran
ْنِهِسُفًَْأِب اَه اوُرِّيَغُي ىهت َح ٍمْىَقِب اَه ُرِّيَغُي َلَ َ هاللَّ هىِإ Artinya : … Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri … ( QS. Ar-Ra’du 11 )
Sebagai seorang muslim diwajibkan untuk senantiasa berikhtiar sekuat tenaga dan sekuat kemampuanya. Setelah dia berikhtiar maka dia harus menyerahkan segala usahanya kepada Allah SWT.
Contoh-contoh ihktiar yang kita temui dalam kehidupan sehari- hari banyak sekali karena Allah memberi kebebasan untuk manusia berikhtiar dengan syarat tidak melanggar syariat Allah SWT, contoh ikhtiar, seperti belajar dengan tekun agar mendapat nilai yang baik, seorang ayah bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan lain sebagainya.
Dalam firman Allah SWT:
ُكهلَعَل اًريِثَك َ هاللَّ اوُرُكْذاَو ِ هاللَّ ِل ْضَف ْيِه اىُغَتْباَو ِضْرَ ْلْا يِف اوُرِشَتًْاَف ُة َلاهصلا ِتَيِضُق اَذِئَف ْن
َىى ُحِلْفُت Artinya : “Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung”. ( QS. Al-Jumu’ah 10 )
Adapun hikmah dari ikhtiar adalah menghilangkan rasa malas, murung dan keluh kesah. Menumbuhkan harapan baru dalam hidup.
Karena setiap dari satu usaha dapat menumbuhkan sejuta harapan. Dan dengan banyak berusaha maka akan semakin banyak harapan.
Meninggikan derajat kita dihadapan manusia dari Allah SWT.
c. Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia.Asal katanya adalah
"Shobaro",yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan , mencegah atau tabah.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah: Menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.
Sabar merupakan salah satu ciri mendasar orang yg bertaqwa.Sabar merupakan ikatan yg tak m ungkin terpisah dari keimanan, ikatan antara sabar dengan iman bagaikan kepala dengan jasadnya.
Jadi sabar di sini adalah suatu kekuatan, daya positif yang mendorong jiwa untuk menunaikan suatu kewajiban. Dan disamping itu pula bahwa sabar adalah suatu kekuatan yang menghalangi seseorang untuk, melakukan kejahatan.
Sifat yang paling dilarang oleh Allah adalah sifat lemah dan juga bersedih hati, oleh karena itu sifat tersebut adalah mempunyai arti tidak sabar, sebab sifat itu sangat dilarang oleh Allah SWT.
Fiman Allah dalam al-quran:
َييِرِباهصلا َعَه َاللَّ هىِإ اوُرِبْصاَو
"Dan bersabarlah kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS. Al-Anfal : 46).
Seorang bisa dikatakan sabar apabila dalam kehidupannya selalu memandang ke arah kemajuan (positif thinking) serta memperkuat sabarnya dg iman dan meyakini kebenaran akan janji-janji Allah SWT.
Sebagaimana janjinya pada surah az-Zumar: 10
ٍباَسِح ِرْيَغِب نُهَر ْجَأ َىوُرِباهصلا ىهفَىُي اَوهًِإ Artinya:”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar yg disempurnakan pahala mereka tanpa batas”. (QS. Az-zumar: 10)
Sabar berarti berhati lapang kuat menderita berbagai cobaan dan pendadaran hidup, namun tidak berarti mudah patah dan kehilangan pengharapan. Sebaliknya penuh keyakinan pengharapan dan berani menerima apa yang tergelar di jagad raya ini.
d. Syukur
Syukuradalah salah satu refleksi dari sikap tawakal.Syukur ialah sesuatu yang menunjukkan kebaikan dan penyebarannya. Sedangkan secara syar’i syukur ialahmemberikan pujian kepada Allah dengan cara taat kepada-Nya, tunduk dan berserah diri hanya kepada Allah SWT serta beramar makruf nahi mungkar.
Allah berfirman dalam Al-quran:
ديِدَشَل يِباَرَع َّنِإ ْمُتْسَفَك نِئَلَو ْمُكَّنَديِشَلأ ْمُتْسَكَش نِئَل ْمُكُّبَز َنَّذَأَت ْذِإَو Artinya“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".( Q.S Ibrahim,14: 7)
Apabila manusia mau mensyukuri akan nikmat Allah SWT., maka Allah akan menambah nikmat-Nya, dan apabila manusia itu tidak mau berterima kasih kepada nikmat-Nya, maka sesungguhnya Allah akan
mencabut dan juga mengurangi nikmat dari manusia tersebut sebagai hukuman atas kekufurannya.
e. Qana’ah
Qona’ah ialah menerima keputusan Allah SWT dengan tidak mengeluh, merasa puas dan penuh keridhaan atas keputusan Allah SWT, serta senantiasa tetap berusaha sampai batas maksimal kemampuannya.
Dapat diartikan pula Qanaah artinya merasa cukup terhadap pemberian rezeki dari Allah SWT. Dengan sikap inilah maka jiwa akan menjadi tentram dan terjauh dari sifat serakah atau tamak.
Qanaah bukan berarti diam berpangku tangan dan bermalas- malasan tidak mau meningkatkan kesejahteraan hidup tapi sesungguhnya orang yang qanaah adalah orang yang sangat kuat dan bersahaja, dia giat berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan yang dicitacitakan.Namun apabila menemui kegagalan dia tidak pernah berpuus asa dan kecewa, bahkan ia selalu sabar dan husnuzhan dengan keputusan Allah, karena dia punya keyakinan bahwa dibalik semua peristiwa dalam hidup pasti ada hikmahnya. Dan beruntunglah orangorang yang selalu merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya.
Firman Allah Q.S Huud,11 ayat 6 yang menjelaskan:
بَهَعَدْىَتْسُمَو بَهَّسَقَتْسُم ُمَلْعَيَو بَهُقْشِز ِالله ىَلَع َّلاِإ ِضْزَلأْا يِف ٍةَّبآَد نِمبَمَو ٍنيِبُّم ٍةبَتِك يِف ٌّلُك Artinya:“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (Q.S Huud,11 ayat 6)
Dari ayat di atas apa yang dapat kami ambil hikmahnya, bahwa Allah SWT menjamin makhluk-Nya, sehingga sedapat mungkin kita meningkatkan sifat qona’ah dan menghilangkan sifat tamak.
F. Kajian Penelitian Yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Putu Adhi Wibawa dan Ketut Didia tahun 2018 yang berjudul penerapan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan hasil belajar PKN. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas IV SD Laboraturium Undiksha dengan penerapan pembelajaran kontekstual. Jenis penelitian ini adalah PTK. Pengumpulan ddata hasil belajar siswa dilakukan dengan metode tes berbentuk pilihan ganda. Data hasil penelitian menunjukkan pasa siklus I data nilai rata-rata PKN 72,26 dengan ketuntasan 26,3% siswa berada pada kategori tinggi da pada siklus II 83,5 dengan ketuntasan klasikal 81,5% siswa berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, peningkatan hasil belajar PKN sebesar 11,24%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dengan tutor sebaya berbantuan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IVA tahun ajaran 2017/2018 di SD Laboraturium Undiksha.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sujatmiani tahun 2015 yang berjudul Penggunaan metode Peer tutoring dengan Kassitu untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA Fisika. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar menggunakan metode peer tutoring dengan kassitu. Pengumpulan data kuatitatif dengan soal pretest dan posttest sedangkan data kualitatif didapatkan melalui angket, dan lembar observasi.
Motivasi belajar meningkat sebesar 11,78%, sedangkan hasil belajar meningkat sebesar 17,89%. Motivasi belajar siswa meningkat dilihat dari aktifitas kelompok dalam berdiskusi mengerjakan soal latihan, tanya jawab bersama tutor, serta turnamen antar kelompok sehingga dapat disimpulkan bahwa metode peer tutoring dengan kassitu dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Enggar Mawarni, Bakti Mulyani, dan Sri Yamtinah tahun 2015 yang berjudul penerapan peer tutoring dilengkapi
animasi macromedia flash dan handout untuk meningkatkan motivasi berprestasi dan prestasi belajar siswa kelas XI IPA 4 SMAN 6 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014 pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi berprestasi dan prestasi belajar siswa. penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Sumber data berasal dari guru dan siswa.
teknik pengumpulan data adalah dengan tes dan nontes (observasi, kajian dokumen dan angket. Analisis data mengunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Ester Ekarista Sinambela tahun 2014 yang berjudul meningkatkan hasil belajar aljabar siswa dengan menggunakan metode tutor sebaya di SMP Negeri 175 Jakarta. Yang mana penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Subjek dari penelitian ini adalah kelas VIII siswa SMP negeri 175 dengan 36 orang. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test mengenai aljabar.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Sanubari, Sri Yamtinah, dan Tri Redjeki tahun 2014 yang berjudul penerapan metode pembelajaran tutor teman sebaya dilengkapi dengan media interaktif flesh untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 pada materi larutan penyangga. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.
G. Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran Akidah Ahklak siswa merasa bosan dan menganggap mata pelajaran Akidah Ahklak sebagai mata pelajaran yang membosankan, sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan. Rendahnya hasil belajar Akidah Ahklak siswa disebabkan oleh banyak faktor, baik yang berasal dari guru dan siswa itu sendiri maupun faktor yang mencakup proses pembelajaran. Faktor yang berasal dari siswa diantaranya adalah siswa tidak siap mengikuti pembelajaran sehingga tidak
mempunyai motivasi untuk belajar.
Untuk mengatasi masalah tersebut guru dituntut dapat menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif, dan berpatisipasi dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Dengan demikian siswa dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik.
Salah satu metode yang mampu membuat siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna dengan menggunakan metode peer tutoring berbantuan media video karena metode ini menekankan siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator yang mengajak siswa dalam mengkonstruksi pemahaman siswa untuk memahami materi yang akan diberikan, kemudian siswa bekerjasama dengan pasangannya sehingga mereka dapat memahami materi tersebut.
Dengan menggunakan metode ini, diharapkan siswa lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran, dengan lebih banyaknya keterlibatan siswa diharapkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan adanya suatu pemahaman yang lebih baik yang diperoleh siswa yang diikuti oleh hasil belajar yang lebih baik juga.
Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Siswa
Kontrol Eksperiment
Proses pembelajaranmetode peer tutoring berbantuan video
Proses Pembelajaran m metode ceramah dan tanya jawab
Hasil Belajar Hasil Belajar
Guru
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya (Ridwan, 2005: 9).
Hasil belajar akidah akhlak siswa menggunakan metode Peer Tutoring berbantuan media video tidak lebih baik dari hasil belajar akidah akhlak siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah dan tanya jawab.
Hasil belajar akidah akhlak siswa menggunakan metode Peer Tutoring berbantuan video lebih baik dari hasil belajar akidah akhlak siswa menggunakan pembelajaran ceramah dan tanya jawab.
Dibandingkan