• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI Umum"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Umum

Secara global terdapat kecenderungan tingginya tingkat kecelakaan kerja di konstruksi yang disebabkan perubahan di sektor konstruksi yaitu peralihan dari membangun bangunan rendah ke bangunan tingkat tinggi. Berdasarkan penelitian OSHA (Ghule, 2008), industri konstruksi merupakan sektor industri yang menyumbang jumlah kematian akibat kecelakaan jatuh tertinggi jika dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Selain itu, penelitian risiko kecelakaan kerja di proyek pembangunan high rise building yang dilakukan Wicaksono dan Singgih (2011) juga memperlihatkan risiko terbesar adalah jatuh dari ketinggian.

Peningkatan kasus kecelakaan jatuh tiap tahun menarik perhatian utama para profesional industri konstruksi dalam mempertimbangkan kembali kemungkinan faktor penyebab lainnya. Salah satu faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah kemungkinan peran desainer dalam mengurangi kecelakaan jatuh dan merancang sistem keselamatan pekerja yang lebih efektif. Dengan adanya sistem perlindungan jatuh yang sesuai standar pada proyek high rise building, maka risiko kecelakaan jatuh dapat diminimalkan dan pekerja lebih terlindungi.

2.2. Kecelakaan Jatuh

Bennet dan Rumondang (1995) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014) menerangkan bahwa kecelakaan jatuh (fall accident) adalah kecelakaan yang menyangkut kejadian jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Latief et al. (2011) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014) menyatakan bahwa kecelakaan jatuh adalah penyebab utama kematian yang dialami pekerja proyek konstruksi. Jika tidak sampai terjadi kematian, korban dari kecelakaan ini sering mengalami cacat sehingga pekerja tidak dapat kembali bekerja di proyek.

Kategori kecelakaan jatuh menurut Construction Safety Association of Manitoba (2007) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014) yaitu:

● Jatuh di level yang sama (terpeleset)

(2)

● Jatuh akibat obyek tertentu

● Jatuh dari alat / kendaraan yang bergerak

● Jatuh dari tangga dan kemiringan

● Jatuh ke level yang lebih rendah

● Jatuh dari ujung tempat kerja

● Jatuh melewati lubang lantai.

2.3. Bahaya Kecelakaan Jatuh

Berdasarkan New British Standard (2005) dikutip dari Zalaya (2012), beberapa bahaya yang ada pada saat bekerja di ketinggian antara lain terjatuh (falling down), terpeleset (slips), tersandung (trips), dan kejatuhan material dari atas (falling object). Menurut Azhari (2017) dikutip dari Zalaya (2012), dari keempat bahaya yang ada, yang merupakan faktor terbesar penyebab kematian di tempat kerja dan merupakan salah satu penyebab terbesar cedera berat adalah jatuh dari ketinggian.

2.4. Perlindungan Jatuh

Menurut Moran (2003) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014) perlindungan jatuh meliputi penggunaan peralatan kecelakaan jatuh untuk mengurangi dampak yang diakibatkan oleh jatuh dan mengurangi kemungkinan besarnya cedera yang dialami pekerja.

Perusahaan harus menyediakan dan memasang semua sistem perlindungan jatuh sebelum pekerja memulai pekerjaan konstruksi. Sistem perlindungan jatuh ditentukan oleh perusahaan berdasarkan perlindungan apa yang paling sesuai untuk melindungi tenaga kerja menurut Reese dan Eidson (2006) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014).

Peraturan OSHA (Subpart M 1926.500-503) menjelaskan tentang perlindungan jatuh dibutuhkan pada saat pekerja memiliki risiko jatuh pada ketinggian minimum 6 feet (1,8 m) atau lebih diatas permukaan lantai yang berada di level bawahnya.

Sistem perlindungan jatuh dapat diidentifikasi sebagai sistem aktif atau sistem pasif

dan setiap jenis diatur oleh standar dan peraturan OSHA.

(3)

2.4.1. Sistem Aktif Perlindungan Jatuh (Active Fall Protection System)

Sistem aktif perlindungan jatuh dirancang untuk menahan penurunan yang sedang terjadi, bukan untuk mencegah jatuh. Sistem ini dinamis dan membutuhkan penggunaan peralatan khusus dan partisipasi oleh pekerja serta harus mencegah kontak dengan lantai di bawahnya selama jatuh, dan harus membatasi dampak atau menahan gaya pada tubuh.

Sistem aktif perlindungan jatuh digunakan ketika sistem pasif perlindungan jatuh tidak tersedia atau tidak memberikan perlindungan yang memadai. Beberapa contoh perangkat pencegah dan penahan jatuhnya adalah travel restraint, fall arrest, work positioning, suspension, retrieval, ladder climbing, dan evacuation.

2.4.2. Sistem Pasif Perlindungan Jatuh (Passive Fall Protection System)

Sistem pasif perlindungan jatuh mengacu pada sistem yang non-dinamis, stasioner, dan tidak bergerak atau berubah saat digunakan maupun saat tidak digunakan.

Sistem pasif perlindungan jatuh dirancang untuk mencegah jatuh dari ketinggian dan untuk mengurangi dampak jatuh pekerja agar tidak cedera atau meninggal dunia.

Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan pada penilaian perangkat pencegah dan penahan jatuh dalam sistem pasif perlindungan jatuh, karena penelitian mengenai perangkat pencegah dan penahan jatuh dalam sistem aktif perlindungan jatuh telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Terdapat 2 sistem dengan fungsi yang berbeda dalam sistem ini, yaitu sistem pasif pencegah jatuh dan sistem pasif penahan jatuh.

2.5. Sistem Pasif Pencegah Jatuh (Passive Fall Prevention System)

Sistem pasif pencegah jatuh adalah sistem yang digunakan untuk mencegah pekerja dari bahaya jatuh bebas.

Perangkat pencegah jatuh adalah suatu rangkaian peralatan untuk mencegah tenaga

kerja memasuki wilayah berpotensi jatuh agar terhindar dari kecelakaan dan

(4)

kerugian finansial. Perangkat pencegah jatuh menurut berbagai sumber dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perangkat Pencegah Jatuh

NO. PERANGKAT

SUMBER

A B C D E

1. Safety Railing √ √ √ √

2. Cover √ √

3. Warning Line √ √

4. Balustrade Net

Sumber:

A. American National Standards Institute (2007).

B. Occupational Safety and Health Administration (2015).

C. International Safety Equipment Association (2015).

D. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.9 (2016).

E. Accurate Safety Company.

Dari studi literatur, maka dapat diketahui penggunaan perangkat pencegah jatuh untuk tiap potensi bahaya jatuh yang ada di proyek seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Hubungan Bahaya Jatuh dengan Perangkat Pencegah Jatuh

Bahaya Jatuh

Perangkat Pencegah Jatuh

Safety Railing Cover Warning Line Balustrade Net

Sisi Terbuka

√ √ √

Lubang Terbuka

√ √ √ √

Lubang Lift

√ √

Tangga

√ √

(5)

Ketentuan sisi terbuka yang dimaksud pada penelitian ini adalah tepi yang terletak di antara dua kolom, tepi bangunan atau atap. Ketentuan lubang terbuka adalah void bangunan, lubang sebagai jalur saluran air bersih, lubang sebagai saluran air kotor, lubang sebagai saluran pemadam kebakaran, dan lubang sebagai saluran air hujan dengan ukuran lebih dari 0,5 meter persegi (m²) atau lubang yang dapat menyebabkan kecelakaan jatuh. Sedangkan untuk ketentuan tangga adalah tangga yang telah selesai dikerjakan dan difungsikan sebagai akses pekerja setiap hari, serta dapat terakses dengan mudah.

2.5.1. Safety Railing (Pagar Pengaman) Definisi

Menurut Reese dan Eidson (2006) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014), safety railing atau pagar pengaman adalah pagar yang digunakan untuk mengamankan sisi, tepian, atap, lubang terbuka/void, lubang lift maupun tangga konstruksi sebuah bangunan. Pagar pengaman diperlukan agar seluruh pekerja dalam posisi yang aman dan terhindar dari cedera. Pagar pengaman dapat terbuat dari kayu, pipa, baja, atau kawat dan harus terdiri dari rail, midrail, dan toeboard.

Pagar pengaman tidak boleh mengakibatkan cedera bagi pekerja seperti tusukan, luka goresan, dan tersangkutnya pakaian. Dimensi dari rail atas maupun midrail setidaknya berdiameter atau dengan tebal

1

/

4

inch (0,625 cm).

Fungsi

1. Sistem perlindungan yang efektif untuk mencegah kecelakaan jatuh.

2. Menahan orang atau pekerja yang terpeleset.

3. Memberikan rasa aman bagi pekerja yang berada di lokasi proyek, karena tidak merasa was-was ketika beraktivitas di tepian.

4. Sebagai alat pegangan ketika berada di tepi lubang, tangga maupun tepi

gedung.

(6)

Ketentuan Permenaker RI

Menurut Permenaker RI No.9 Tahun 2016 Pasal 24, persyaratan untuk perangkat pencegah jatuh kolektif adalah:

1. Dinding, tembok pembatas, atau pagar pengaman dengan tinggi minimal 950 mm.

2. Celah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 470 mm.

3. Tersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh (toeboard) cukup dan memadai.

Menurut Permenaker RI No. PER.01/MEN/1980 Pasal 8, semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang- lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.

Ketentuan Berbagai Sumber

Berdasarkan sumber lain, pagar pengaman dapat dibedakan menjadi 2 jenis bahan yaitu, pipa dan kayu.

1. Pipa

Menurut Brasch (2010) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014) beberapa ketentuan untuk pagar pengaman yaitu:

1. Terdiri dari top rail, mid rail, dan toeboard.

2. Ketinggian dari rail atas pagar pengaman 42 inch (105 cm), ±3 inch (7,5 cm) dari permukaan lantai.

3. Toeboard terdiri dari material padat dengan tidak ada celah lebih dari 1 inch

(2,5 cm) dan memiliki ketinggian 3,5 inch (8,75 cm).

4. Dimensi dari top rail berdiameter 0,625 cm.

5. Tidak mengakibatkan cedera bagi pekerja seperti tusukan, luka goresan, dan tersangkutnya pakaian.

6. Dicat warna kuning atau oranye.

(7)

Pemasangan pagar pengaman pipa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2. Kayu

Gambar 2.1. Pemasangan Pagar Pengaman Pipa (Sumber: greenuptheroof.com)

Menurut Construction Health and Safety Manual persyaratan dasar untuk pagar pengaman yang terbuat dari kayu yaitu:

1. Terdiri dari top rail, mid rail, dan toeboard.

2. Top rail, mid rail, dan toeboard diletakkan di penyangga vertikal.

3. Tinggi top rail antara 3 feet (0,9 m) dan 3 feet 7 inch (1,1 m).

4. Toeboard di antara 100 mm (4 inch) - 89 mm (3,5 inch) dan dipasang rata dengan permukaan.

5. Jarak antara pagar tidak lebih dari 2,4 m (8 feet).

6. Terbuat dari kayu SPF.

Pemasangan pagar pengaman kayu dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Pemasangan Pagar Pengaman Kayu

(Sumber: Construction Health and Safety Manual)

(8)

Pagar pengaman kayu harus terbuat dari pohon cemara, pinus, atau cemara (SPF) dengan kualitas yang baik tanpa cacat karena mempengaruhi kapasitas dukung bebannya.

Kekuatan Maksimal

Untuk memperkuat pagar pengaman, kurangi jarak antara tiang sejauh 1-2 m dan gandakan top rail. Jika pagar pembatas harus dilepas, tepi yang terbuka harus diikat dengan tali dan ditandai dengan tanda peringatan (Construction Health and Safety Manual).

Pembongkaran Safety Railing

Pembongkaran ini sering dilakukan untuk jalur keluar masuk material. Sebelum melepas pagar pembatas, pekerja di area yang tidak terlindungi harus diikat dengan menggunakan tali atau perangkat pencegah jatuh perorangan. Kemudian harus dipasang tanda peringatan setidaknya 2 m dari sisi yang terbuka (Construction Health and Safety Manual). Pengaturan yang tepat untuk pembongkaran sementara dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Pengaturan yang Tepat untuk Pembongkaran Safety Railing (Sumber: Construction Health and Safety Manual)

Saat melakukan pembongkaran sementara, melepas pagar pembatas harus

menggunakan alat yang tepat kemudian diletakkan di tempat yang aman. Ketika

pemasangan kembali, pagar pengaman harus dipasang kembali sesuai dengan

persyaratan itu sendiri (Construction Health and Safety Manual).

(9)

Kesimpulan

Pemilihan persyaratan safety railing pada penelitian ini menggunakan ketentuan dari Brasch (2010) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014) untuk safety railing jenis pipa dan Construction Health and Safety Manual untuk safety railing jenis kayu.

2.5.2. Cover (Penutup Lubang) Definisi

Penutup lubang yang terbuat dari papan, kayu lapis, atau pelat baja digunakan pada lubang di lantai yang berada di lokasi proyek. Penutup lubang juga harus dapat memikul beban peralatan, orang, dan material yang akan melintasi sebesar dua kali dari beban tersebut. Penutup lubang tersebut harus diberi tanda berupa tulisan seperti pada Gambar 2.4 untuk memperingatkan adanya bahaya (Reese dan Eidson, 2006).

Gambar 2.4. Cover

(Sumber: Construction Health and Safety Manual)

Ketentuan Construction Health and Safety Manual

Menurut Construction Health and Safety Manual, pagar pengaman adalah metode

yang disarankan untuk melindungi pekerja di dekat lubang dan atap yang tidak

memiliki penutup permanen atau sementara. Namun, pagar pengaman tidak selalu

praktis dikarenakan akses yang sempit. Alternatif terbaik adalah menggunakan

penutup lubang yang diikat dengan aman yang terbuat dari papan, kayu lapis, atau

(10)

pelat baja (Gambar 2.4). Standar ketentuan pemasangan cover pada lubang dan atap yaitu:

1. Terbuat dari bahan yang dapat mendukung semua beban yang mungkin ditempatkan di atasnya.

2. Jika membuat penutup dari kayu, gunakan papan cemara no.1 berukuran 48 mm x 248 mm.

3. Kencangkan penutup dengan kuat ke lantai untuk mencegah penutup terlepas dan pekerja jatuh melalui lubang.

4. Penutup harus ditandai dengan jelas dengan peringatan “BAHAYA!

PEMBUKAAN - JANGAN HAPUS!”

Selain itu, ada ketentuan yang harus dilakukan pekerja terhadap cover yaitu:

1. Jangan pernah dengan sengaja berdiri atau berjalan di atas tutup pelindung.

2. Jangan pernah menempatkan material atau puing di tutup pelindung.

3. Beri tahu supervisor jika tutup pelindung longgar, tidak diikat, dan tidak diidentifikasi dengan benar atau dalam kondisi buruk.

4. Jika celah tidak tertutup, selalu gunakan sistem perlindungan jatuh lain saat bekerja di sekitarnya.

Ketentuan Permenaker RI

Menurut Permenaker RI No.9 Tahun 2016 Pasal 8, semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang- lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.

Contoh Pemasangan Safety Railing dan Cover Pada Lubang

Contoh pemasangan safety railing pada lubang dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan

contoh pemasangan cover pada lubang dapat dilihat pada Gambar 2.6.

(11)

Gambar 2.5. Safety Railing Pada Bukaan Lantai (Sumber : elcosh.org)

Gambar 2.6. Cover Pada Bukaan Lantai (Sumber : busride.com)

Kesimpulan

Setelah melakukan perbandingan dari sumber-sumber yang telah penulis dapatkan,

pemilihan persyaratan cover pada penelitian ini menggunakan ketentuan dari

Construction Health and Safety Manual karena pada Permenaker RI tidak ada

ketentuan spesifik mengenai cover atau penutup lubang.

(12)

2.5.3. Warning Line (Garis Peringatan) Definisi

Menurut OSHA (2015), warning line adalah suatu barikade seperti tali, kawat, atau rantai yang digunakan untuk memblokir area dengan bahaya jatuh seperti sisi terbuka, lubang terbuka, atau permukaan kerja lainnya yang tidak terlindungi agar pekerja lebih waspada. Barikade dapat berupa barikade lunak atau barikade keras.

Contoh umum barikade lunak adalah pita peringatan atau tanda bahaya. Barikade keras adalah penghalang padat lainnya yang mirip dengan pagar pembatas dan memberikan penghalang fisik di sekitar bahaya jatuh. Barikade lunak tidak boleh digunakan sendiri, melainkan harus selalu digunakan dengan barikade keras sehingga lebih terlihat. Pemasangan warning line dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Warning Line (Sumber: OSHA)

Diperlukan kombinasi antara warning line dengan safety railing dalam perencanaan desain perlindungan jatuh, karena warning line hanya berfungsi sebagai tanda bahaya dan kontrol akses pengerjaan. Pemilihan warning line sebagai sistem perlindungan jatuh didasarkan pada anggaran yang lebih terjangkau tetapi tetap memenuhi ketentuan OSHA, yaitu melindungi keseluruhan sisi bangunan, dan menjaga pekerja tetap aman saat berada di ketinggian.

Warning line dapat digunakan pada sisi terbuka, lubang terbuka, dan lubang lift

sesuai desain perlindungan jatuh. Ketentuan penggunaan warning line menurut

OSHA (2015) adalah pada pekerjaan yang bersifat sementara dan ketika pekerja

(13)

berada dalam jarak 6 feet (1,8 m) dari bahaya jatuh, atau pada pekerjaan yang dilakukan permanen atau sering dan ketika pekerja berada dalam jarak 15 feet (4,5 m) dari bahaya jatuh.

Ketentuan OSHA

Menurut OSHA (2015) standar ketentuan pemasangan warning line yaitu:

1. Diikat pada railing dengan benar.

2. Ditempatkan minimal 10 feet (3 m) dari tepi maupun lubang yang tidak terlindungi.

3. Tinggi dari warning line setidaknya 34 inch (80 cm) dari atas permukaan lantai.

4. Diberi tanda yang terlihat jelas dengan jarak interval maksimum 6 feet (1,8 m) antar tanda tersebut.

5. Tanda peringatan berukuran minimal 8,5 x 11 inch (20 x 28 cm).

Kesimpulan

Pemilihan persyaratan warning line pada penelitian ini menggunakan ketentuan dari OSHA (2015).

2.5.4. Balustrade Net

Definisi

Menurut Accurate Safety Company, balustrade net berfungsi untuk mencegah jatuhnya pekerja dan material bangunan dari sisi terbuka, lubang terbuka, lubang lift, dan tangga.

Ketentuan Accurate Safety Company

Menurut Accurate Safety Company, standar ketentuan pemasangan balustrade net yaitu:

1. Dimensi ketinggian 1,5 meter yang dikaitkan ke pipa besi sebagai handrail.

(14)

2. Railing dikaitkan dengan jarak antar pipa besi 2 meter yang ditanamkan ke struktur bangunan.

3. Ukuran jaring pengaman tidak melebihi 6 inch di sisi manapun.

Balustrade net dapat digunakan pada sisi terbuka, lubang lift, lubang terbuka, tangga, dan atap sesuai desain perlindungan jatuh. Pemasangan balustrade net dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Kesimpulan

Gambar 2.8. Balustrade Net (Sumber: accurate-safety.com)

Pemilihan persyaratan balustrade net pada penelitian ini menggunakan ketentuan dari Accurate Safety Company.

2.6. Sistem Pasif Penahan Jatuh (Passive Fall Arrest System)

Sistem pasif penahan jatuh adalah sistem yang digunakan untuk menghentikan (menangkap) seorang pekerja yang jatuh dari tingkat lebih tinggi, sehingga dapat mengurangi dampak jatuh yang ditimbulkan. Perangkat penahan jatuh menurut berbagai sumber dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Perangkat Penahan Jatuh

NO. PERANGKAT

SUMBER

A B C D

1. Safety Net √ √ √ √

(15)

Sumber:

A. American National Standards Institute (2007).

B. International Safety Equipment Association (2015).

C. Occupational Safety and Health Administration (2015).

D. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.9 (2016).

Dari studi literatur, maka dapat diketahui penggunaan perangkat penahan jatuh untuk tiap potensi bahaya jatuh yang ada di proyek seperti pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Hubungan Bahaya Jatuh dengan Perangkat Penahan Jatuh

Bahaya Jatuh

Perangkat Penahan Jatuh Safety Net

Sisi Terbuka

Lubang Terbuka

Ketentuan sisi terbuka yang dimaksud pada penelitian ini adalah sisi luar bangunan yang terletak di antara dua kolom, tepi bangunan, kantilever atau atap bangunan.

Sedangkan ketentuan lubang terbuka adalah lubang yang terletak di antara balok atau kolom pada pekerjaan konstruksi beton.

2.6.1. Definisi

Safety Net atau jaring pengaman adalah jaring yang digunakan untuk mengamankan

konstruksi sebuah bangunan. Menurut Construction Safety Association of Manitoba

(2007) dikutip dari Lucki dan Tjia (2014), jaring pengaman sering digunakan ketika

kondisi tidak memungkinkan untuk pemasangan pagar pembatas dan jaring tersebut

berfungsi untuk menangkap segala objek yang jatuh. Pada awalnya jaring

pengaman yang digunakan dalam konstruksi terbuat dari jaring muatan manila,

tetapi sebagian besar jaring pengaman saat ini telah menggunakan bahan dari serat

sintetis seperti nylon, dacron, dan polypropylene.

(16)

Serat sintetis ini berbahan lentur, elastis dan memiliki kekuatan yang lebih tinggi serta mempunyai berat yang lebih ringan dibandingkan dengan bahan lainnya.

Umumnya jaring pengaman mempunyai 2 pilihan warna, yaitu biru dan hijau yang diperuntukkan agar jaring pengaman mudah terlihat.

2.6.2. Fungsi

1. Menahan benda jatuh agar tidak membahayakan orang yang beraktivitas di bawahnya.

2. Menahan orang atau pekerja yang jatuh agar selamat karena jatuhnya tidak terlalu tinggi.

3. Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang berlalu-lintas di sekitar proyek gedung, karena tidak merasa was-was akan bahaya kejatuhan benda dari atas.

2.6.3. Ketentuan Permenaker RI

Menurut Permenaker RI No.9 Tahun 2016 Pasal 26, persyaratan untuk perangkat penahan jatuh berupa jala atau bantalan yang terpasang pada arah jatuhan adalah:

1. Jaring pengaman dipasang dipasang secara aman ke semua anchor yang diperlukan.

2. Jaring pengaman mampu menahan beban minimal 15 kN dan tidak mencederai tenaga kerja yang jatuh.

2.6.4. Ketentuan OSHA

Menurut OSHA (2015), persyaratan untuk jaring pengaman adalah:

1. Jaring pengaman yang dipasang tidak lebih dari 25 feet (8 m) di bawah permukaan lantai kerja.

2. Dipasang minimal 8 feet (2,5 m) diluar lantai kerja.

3. Ukuran jaring pengaman tidak melebihi 6 inch di sisi manapun.

4. Kebersihan jaring pengaman dari benda-benda tersangkut.

(17)

Syarat panjang safety net yang diukur dari ujung lantai dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Syarat Panjang Safety Net yang Diukur dari Ujung Lantai (Sumber: OSHA, 2015)

2.6.5. Ketentuan Pielert

Pielert (1983) menyatakan bahwa jaring pengaman dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu perimeter net, dan interior net.

1. Perimeter Net

Perimeter net adalah sejenis alat pengaman untuk pekerja dalam kemungkinan terjatuh yang diletakkan di luar struktur bangunan. Pielert (1983) membedakan

perimeter net menjadi 3 sistem berdasarkan metode ikatan pada struktur, antara

lain:

1. Sistem perimeter net A terdiri dari bingkai pipa besi yang menopang jaring dan terpasang ke gedung di lantai bawahnya dan didukung oleh kabel dari lantai di atas. Jaring miring ke arah bangunan memiliki perimeter jaring lebih tinggi dari perimeter bangunan sehingga jika seorang pekerja jatuh ke jaring, maka jaring pengaman akan melemparkannya ke arah lantai struktur.

No.

Jarak Vertikal dari Lantai Kerja ke Jaring Pengaman

Panjang Horizontal Minimum Diukur dari Ujung Lantai Kerja 1. Kurang dari 5 feet (<150 cm) 8 feet (240 cm)

2. 5 feet sampai 10 feet (150 cm – 300 cm)

10 feet (300 cm)

3. Lebih dari 10 feet (> 300 cm) 13 feet (390 cm)

(18)

Sistem ini memiliki dua kelemahan, yaitu pekerja bisa jatuh ke kabel pendukung jaring pengaman dan terlempar dari gedung, dan pekerja tersebut dapat jatuh di atas bingkai pipa besi dan terluka.

2. Sistem perimeter net B terdiri dari bingkai pipa besi bergerak yang terpasang pada kolom bangunan dengan kabel yang digantung di antara kolom untuk mendukung jaring pengaman. Jaring dan kabel terpasang ke pipa besi di dalam gedung dan pipa besi kemudian diperpanjang ke jarak yang diperlukan dari tepi gedung. Pemasangan menggunakan alat sambung dynabolt yang dihubungkan ke struktur lantai beton sehingga mudah untuk dibongkar pasang mengikuti posisi area yang sedang dikerjakan. Jaring pengaman berada pada sudut untuk melemparkan pekerja kembali ke gedung.

Sistem ini memiliki dua kelemahan, yaitu pekerja bisa jatuh mengenai pipa besi dan terluka, dan karena jaring tidak berada di atas lantai, seorang pekerja kemungkinan bisa jatuh dan terlempar dari gedung.

3. Sistem perimeter net C terdiri dari jaring yang terpasang pada lantai dengan kabel dan kabel didukung dari lantai di bawah dengan pipa besi pendukung. Karena struktur pendukung untuk sistem ini di bawah jaring, seorang pekerja yang jatuh ke jaring memiliki kemungkinan kecil untuk mengenai salah satu penyangga pipa besi. Jaring akan membalikkan ke arah bangunan saat menangkap seorang pekerja atau puing-puing bangunan.

Perimeter net dapat digunakan pada sisi terbuka sesuai dengan desain sistem

perlindungan. Macam sistem perimeter net menurut Pielert (1983) dapat dilihat

pada Gambar 2.9.

(19)

Gambar 2.9. Macam Sistem Perimeter Net (Sumber: Pielert, 1983)

Meskipun ada manfaat dari penggunaan perimeter net diatas, Pielert (1983) menjabarkan bahwa masih ada beberapa kekurangan yang menjadi pertimbangan perusahaan konstruksi, antara lain:

1. Jaring pengaman pada umumnya lebih mahal daripada perangkat penahan jatuh perorangan.

2. Membutuhkan perencanaan lanjutan agar jaring pengaman dapat dipasang dengan efektif.

3. Seringkali memakan waktu untuk merentangkan jarak yang besar dalam pemasangan jaring pengaman.

4. Berdampak signifikan pada penggunaan crane seperti mengganggu pergerakan derek crane.

2. Interior Net

Interior net seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10, adalah sejenis alat

pengaman untuk pekerja dalam kemungkinan terjatuh yang terletak di dalam

bangunan.

(20)

Gambar 2.10. Interior Net (Sumber: netting.com)

Menurut Pielert (1983), interior net berfungsi untuk melindungi bentang terbuka antara kolom dan balok. Jaring ini diikatkan pada kolom vertikal struktural dengan menggunakan kabel baja yang diulir. Beberapa ketentuan pemasangan interior net antara lain:

1. Jarak antara titik jangkar harus kurang dari 2,5 meter.

2. Jika menggunakan lebih dari 1 jaring, jabarkan jaring di lantai. Jahit dengan tali dan pastikan bahwa tidak ada celah lebih dari 10 mm.

3. Kait harus terbuat dari baja galvanis dan ditempatkan setiap 50 cm.

4.

Ukuran maksimum setiap lubang jaring pengaman tidak boleh melebihi 6 inch di sisi manapun.

Meskipun interior net sangat efektif dalam menangkap pekerja dan puing, tetapi ada beberapa kelemahan menurut Pielert (1983) yaitu:

1. Pekerja yang jatuh bisa terkena struktur yang menopang jaring, bukan jaringnya.

2. Gaya tekanan yang terjadi dapat menyebabkan jaring terpotong oleh ujung

tajam yang ada pada struktur.

(21)

3. Jaring bisa mengganggu pergerakan vertikal material dan peralatan di dalam bangunan.

4. Biaya sistem jaring interior sulit di generalisasi karena banyak ditemukan situasi konstruksi yang berbeda.

2.6.6. Kesimpulan

Setelah melakukan perbandingan dari sumber-sumber yang telah penulis dapatkan,

pemilihan persyaratan safety net pada penelitian ini menggunakan ketentuan dari

OSHA (2015) untuk perimeter net, dan menggunakan ketentuan Pielert (1983)

untuk interior net.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perendaman tulang ayam menggunakan basa kimiawi (NaOH) tingkat konsentrasi 4% dengan lama perendaman 48 jam memberikan hasil yang optimal terhadap

bahwa untuk penyempurnaan bentuk Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Bentuk Peraturan Daerah

Kampung Malang adalah kampung yang unik dengan karakteristik yang khas yaitu adanya bangunan kuno yang berarsitektur jawa dan cina, adanya legenda atau cerita rakyat yang

(3) Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) pasal ini ternyata menimbulkan gangguan yang membahayakan lingkungan, kepada perusahaan tersebut

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R 2 sebesar 0.233 atau 23.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas, risiko bisnis,

Konteks di komunitas Jawa Kristen di Baturetno ini adalah konteks bidston penghiburan dengan menggunakan bagian dari slametan kematian (pola hari) itu

Terjadinya penurunan kualitas air karena adanya kadar minyak yang terkandung pada telur yang telah menetas (larva), sehingga hal ini memberikan pengaruh yang

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1 guru SD, sebaiknya dapat mengembangkan media gambar seri dalam pembelajaran mengarang, sehingga memudahkan siswa dalam