| 345
WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DENGAN EPISIOTOMI DAN ROBEKAN SPONTAN
Rini Kristiyanti
1, Watiroh
2, Sigit Prasojo
3Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
mamabilgis@gmail.com wati.roh@gmail.com sigitstikes@yahoo.co.id
Abstrak
Infeksi post partum sering terjadi karena adanya luka laserasi pada jalan lahir (episiotomi atau robekan spontan). Luka laserasi jalan lahir dapat mempengaruhi waktu penyembuhan luka tergantung rata atau tidaknya luka tersebut. Penyembuhan luka perineum yang terjadi secara persecundam (lambat) akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi masa nifas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan waktu penyembuhan luka perineum antara tindakan episiotomi dengan robekan spontan di RSUD Kajen Tahun 2014. Desain penelitian menggunakan Static Group Comparison. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengalami laserasi jalan lahir di RSUD Kajen dari tanggal 15 Mei – 15 Juni 2104.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling yang diobservasi dari hari pertama sampai luka dinyatakan sembuh pada 33 ibu nifas. Analisis hasil penelitian menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil penelitian diketahui nilai p = 0,016 (p< 0,05)berarti ada perbedaan waktu penyembuhan yaitu waktu penyembuhan luka akibat tindakan episiotomi lebih cepat sembuh daripada robekan spontan. Saran bagi tenaga kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan yang tepat saat persalinan untuk mencegah terjadinya laserasi jalan lahir dan melakukan episiotomi pada waktu yang tepat untuk mempercepat penyembuhan luka sehingga tidak terjadi infeksi post partum.
Kata Kunci: Episiotomi, robekan spontan, penyembuhan luka perineum
PENDAHULUAN
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI Indonesia adalah 359/100.000 kelahiran hidup. AKI Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di Asia (Wijaya, 2012). Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan pada masa nifas (26,9%), eklampsi pada waktu bersalin (23%), infeksi (11%), komplikasi puerpurium (8%), trauma obstetrik (8%), partus lama (8%), aborsi (8%), dan lain-lain (10,9%) (Depkes RI, 2011).
Infeksi pada masa nifas yang merupakan mordibitas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin (Saifuddin, 2009).
Menurut Bahiyatun (2009), penyebab infeksi tersebut adalah bakteri endogen dan eksogen. Faktor predisposisi infeksi masa nifas meliputi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, atau seksio sesaria. Ibu berisiko mengalami infeksi postpartum karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genetal, dan episiotomi pada perineum.
Hampir 90% pada proses persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya mengalami robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi.
Robekan perineum dapat terjadi secara spontan (tidak sengaja) dan dengan tindakan episiotomi (sengaja). Ruptur perineum spontan adalah luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur, lebih luas dan dalam yang mengakibatkan penyembuhan luka akan lambat atau terganggu (Sarwinanti, 2007 h.
46). Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih sempit dari biasanya atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Winkjosastro, 2002 h. 665).
Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptur, atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering (Bahiyatun, 2009:78).
Menurut Suwiyoga (2004), akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab sangat menunjang untuk perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir,berbeda dengan hal itui sangat kecil kemungkinannya jika luka perineum dirawat dengan baik.
Perawatan luka perineum yang baik
dapat meningkatkan kenyamanan dan
mencegah infeksi. Tindakan yang sering
dilakukan yaitu membersihkan area
perineum dengan menggunakan air hangat
yang dialirkan (dapat ditambah larutan
antiseptik) ke atas vulva perineum setelah
berkemih atau defekasi, menghindari
penyemprotan langsung, mengganti
pembalut setelah membersihkan perineum
setelah berkemih atau defekasi dan jika ada
luka episiotomi, hindari untuk menyentuh
daerah luka (Bahiyatun, 2009). Dalam
Asuhan Persalinan Normal (2008)
perawatan luka dilakukan dengan cara
mencuci daerah genitalia dengan lembut,
| 347 dengan air sabun dan air desinfektan
tingkat tinggi, kemudian
dikeringkan.Perawatan luka perineum yang baik akan mempercepat penyembuhan luka (Sarwinanti, 2007).
Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Penyembuhan luka pada robekan perineum akan bervariasi, dapat terjadi perprimam atau persecundam (lambat) tergantung dari luas dan dalamnya luka, semakin dalam luka tentu saja penyembuhannya semakin lama karena proses penyembuhan terjadi secara bertahap dari lapisan yang paling luar baru ke lapisan yang lebih dalam (Onggo, 2010).
Luka insisi yang lurus (rata) lebih mudah diperbaiki dan lebih cepat sembuh daripada luka laserasi yang tidak rata dan tidak terkendali (Hakimi, 2003).
Waktu penyembuhan luka dipengaruhi oleh perfusi jaringan dan oksigen, merokok, gangguan hati, stress, kondisi medis dan pengobatan, status nutrisi, infeksi, asuhan kurang optimal, obesitas, karakteristik ibu bersalin, kondisi perlukaan dan perawatannya (Boyle, 2009). Penyembuhan luka pada jalan lahir akan sembuh dalam 7- 10 hari bila tidak disertai infeksi dan lebih dari 10 hari bila disertai dengan infeksi (Bahiyatun, 2009), sedangkan menurut penelitian Fitri (2013) menyebutkan bahwa luka perineum dapat sembuh < 6 hari (cepat) dan ≥ 6 hari (lambat). Luka dinyatakan sembuh apabila luka kering, tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan, jaringan menyatu, dan tidak nyeri ketika untuk duduk dan berjalan. Penyembuhan luka perineum yang lama akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada masa nifas (Sarwinanti, 2007).
Jumlah persalinan spontan Tahun 2013 di RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan sebanyak 1127 orang, berdasarkan data bulan Desember 2013 diperoleh sebanyak 113 persalinan spontan. Sebanyak 67 persalinan mengalami robekan spontan, 22 persalinan dengan tindakan episiotomi, dan 24 persalinan dengan perineum utuh, namun, tidak diketahui perbedaan lama waktu penyembuhan luka antara episiotomi dengan ruptur spontan pada perineum.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan waktu penyembuhan luka perineum antara tindakan episiotomi dengan robekan spontan melalui perawatan luka di RSUD Kajen tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis robekan perineum, sedangkan variable terikat adalah waktu penyembuhan luka. Definisi operasional jenis robekan perineum adalah terputusnya kontinuitas jaringan pada daerah antara vulva dan anus dengan sengaja maupun tidak sengaja (spontan) dengan melakukan pengamatan terhadap robekan perineum dengan menggunakan checklist dengan skala nominal. Waktu penyembuhan luka perineum adalah waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka perineum selama masa nifas, dengan melakukan pengamatan lamanya penyembuhan luka perineum menggunakan check list berdasarkan REEDA Scale, dengan skala ukur rasio.
Penelitian ini menggunakan rancangan
Quasi eksperimen dengan desain Static
Group Comparison. Artinya, kelompok
episiotomi dan robekan spontan
mendapatkan perlakuan berupa perawatan luka (X) yang dilakukan pada pagi dan sore, diobservasi waktu penyembuhan lukanya (02) kemudian dibandingkan.
Observasi dilakukan setiap hari dari hari pertama post partum sampai luka dinyatakan sembuh.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang melahirkan spontan dan mengalami laserasi jalan lahir di RSUD Kajen dari tanggal 15 Mei – 15 Juni 2014 yaitu sebanyak 45 orang. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan accidental sampling dengan ukuran sampel 33 orang, dimana terdapat 12 orang yang masuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 2 orang (16,6%) mengalami laserasi
perinuem derajat I, 3 orang (25%) mengalami laserasi derajat III, 1 orang (8,4%) mengalami laserasi derajat IV, 1 orang (8,4%) mengalami PEB, 2 orang (16,6%) mengalami anemia berat, 2 orang (16,6%) menolak menjadi responden, dan 1 orang (8,4%) bertempat tinggal di luar Kabupaten Pekalongan.
Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dari hari pertama post partum sampai luka dinyatakan sembuh.
Dengan instrumen pengumpul data adalah check list observasi. Analisis data menggunakan uji Mann-Whitney untuk menguji beda mean dua kelompok data independen berdistribusi tidak nomal dengan menggunakan Level of Significance (α = alpha) sebesar 5% (0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Distribusi Rata - Rata Waktu Penyembuhan Luka Perineum pada Tindakan Episiotomi di Ruang Melati RSUD Kajen Tahun 2014
Variabel Mean Median S.D Min- Max
95%
CI Waktu
Penyembuhan Luka
6,61 7,00 0,916 5 - 8 6,16 - 7,07