• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

19 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput

Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda.

Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar lemak kasar yang paling tinggi terdapat pada Paspalum notatum dan bahan ekstrak tanpa nitrogen yang paling tinggi terdapat pada Penisetum purpureum. Sedangkan kadar abu yang paling tinggi terdapat pada Panicum maximum. Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan dalam Tabel 1. Namun secara umum, seluruh rumput yang digunakan mengandung serat kasar tinggi yang melebihi kadar 50% dengan kadar protein umumnya lebih kecil dari 10% kecuali Setaria splendida yang mencapai 14,48%.

Tabel 1. Komposisi Nutrien Berbagai Jenis Rumput yang Dikaji Kecernaannya Sampel Bahan

Kering (%)

Kadar Nutrien (% BK)

Abu PK SK LK Beta- N Pennisetum purpureum 26,58 7,37 9,43 32,31) 2,07 48,83 Panicum maximum 23,67 9,69 9,71 32,91) 0,95 46,75 Brachiaria humidicola 23,73 4,96 9,24 41,392) 1,47 42,94 Setaria splendida 10,42 9,25 14,48 32,103) 1,78 42,39 Paspalum notatum 25,84 6,42 9,96 21,41) 2,14 60,08 Keterangan: PK= protein kasar; SK= serat kasar; LK= lemak kasar; Beta-N= bahan ekstrak tanpa

nitogen; 1). Sutardi (1981); 2). Meiaro; 3). Noorazimie

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Pengukuran koefisien cerna bahan kering (KCBK) dilakukan untuk menduga tingkat kecernaan pakan sumber serat dan penyerapannya dalam rumen dan retikulum. Pada ruminansia pakan mengalami perombakan fermentatif sehingga komponen kimianya berubah menjadi senyawa lain termasuk VFA yang berbeda dengan nutrien asalnya (Sutardi, 1980). Tabel 2 menunjukkan nilai koefisien cerna bahan kering dan bahan organik oleh bakteri asal cairan rumen segar dan isolat bakteri pencerna serat. Nilai koefisien cerna bahan kering dan bahan organik oleh bakteri cairan rumen segar lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan koefisien cerna hijauan pakan oleh isolat bakteri pencerna serat. Hal yang memungkinkan nilai

(2)

20 tersebut berbeda adalah karena isolat bakteri mempunyai populasi total awal yang lebih sedikit dari pada bakteri rumen. Disamping itu kemungkinan jenis bakteri isolat lebih terbatas spesiesnya karena isolat yang digunakan merupakan pemurnian isolat selulolitik rumen, jadi kemungkinan isolat pendegradasi komponen non serat tidak ada sehingga efektifitas kecernaannya menurun. Namun data tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri rumen mampu mencerna komponen rumput yang diuji. Thalib el al. (2004) juga menguji kemampuan dua isolat bakteri (kerbau dan domba) dalam mencerna bahan pakan, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan mencerna bahan juga lebih rendah dari kemampuan cairan rumen domba segar.

Tabel 2. Nilai Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik Berbagai Jenis Rumput (KCBO) oleh Bakteri Cairan Rumen Segar dan Isolat Bakteri

Bahan Pakan KCBK (%) KCBO (%)

Cairan rumen Isolat

bakteri Cairan

rumen Isolat bakteri Pennisetum purpureum 47,64±1,60 19,37±3,61 46,19±1,20 16,66±3,36 Panicum maximum 37,09±0,57 20,20±1,81 34,33±1,25 15,72±2,08 Brachiaria humidicola 38,14±0,00 21,60±1,01 36,81±0,28 21,41±2,69 Setaria splendida 42,09±0,39 22,56±3,16 39,70±1,38 18,78±2,79 Paspalum notatum 33,93±0,52 20,19±1,32 32,01±0,40 17,71±1,23 Rataan 39,78±5,27a 19,14±3,43b 37,81±5,49a 18,06±2,20b

Keterangan: Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Nilai korelasi koefisien cerna bahan kering dan bahan organik oleh bakteri cairan rumen dengan nilai kecernaan oleh isolat bakteri rumen tidak nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri rumen mempunyai kemampuan mencerna komponen pakan yang spesifik dibandingkan dengan bakteri cairan rumen segar yang mempunyai kemampuan mencerna bukan hanya serat tetapi komponen pakan lainnya seperti bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan lemak. Menurut Hungate (1966) jumlah bakteri selulolitik di dalam cairan rumen biasanya berkisar antara 106 – 107 per mililliter. Walaupun demikian kondisi tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri pencerna serat masih memungkinkan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti cairan rumen dalam evaluasi kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro.

(3)

21 Perbedaan nilai koefisien cerna oleh isolat bakteri rumen pencerna serat yang besar dari koefisien cerna oleh bakteri cairan rumen, menggambarkan bahwa isolat bakteri rumen yang digunakan, yang berjumlah enam isolat, tidak seluruhnya berkemampuan mencerna serat kasar tinggi. Rifai (2010) juga melakukan pengujian kecernaan secara in vitro pada rumput gajah dan jerami padi menggunakan isolat bakteri tunggal, perbedaan KCBK antara cairan rumen segar dan isolat hanya 20%

dan 11,1% serta KCBOnya 30,2% dan 15,2% perbedaannya. Nilai KCBK dan KCBO rumput gajah lebih tinggi dibanding jerami padi karena rumput gajah memiliki kandungan lignin yang lebih rendah dari jerami padi. Nilai kecernaan yang rendah pada inokulum (isolat bakteri) pada hijauan pakan yang digunakan karena pada perlakuan inokulum isolat bakteri hanya terdapat isolat murni pencerna serat sehingga populasinya juga rendah (Rifai, 2010). Hal lain yang kemungkinan terjadi adalah isolat bakteri tersebut tidak mampu mencerna komponen BETN secara sempurna, karena bakteri hanya mampu mencerna komponen serat. Namun penggunaan jenis sampel yang lebih bervariasi diperkirakan dapat menunjukkan kemampuan isolat bakteri yang sesungguhnya.

Konsentrasi NH3 dan VFA

Kadar NH3 filtrat hasil fermentasi rumput dengan bakteri rumen dan isolat bakteri ditunjukkan dalam Tabel 3. Kadar NH3 lebih tinggi pada hasil fermentasi beberapa jenis rumput dengan isolat bakteri pencerna serat dari hasil fermentasi dengan cairan rumen segar. Amonia merupakan sumber nitrogen yang sangat penting untuk sintesis protein mikroba rumen. Amonia merupakan hasil perombakan asam amino dari komponen protein pakan (McDonald et al., 2002). Kadar NH3 oleh isolat bakteri pencerna serat yang lebih tinggi dibanding oleh cairan rumen segar, menunjukkan bahwa isolat bakteri pencerna serat memiliki kemampuan mendegradasi protein lebih tinggi karena isolat bakteri memiliki tingkat adaptasi yang baik terhadap pakan-pakan rumput. Disamping itu data tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri rumen diperkirakan mempunyai kebutuhan akan nitrogen yang tinggi namun kurang mampu memanfaatkan NH3 yang dihasilkannya dengan cepat dibandingkan dengan bakteri cairan rumen, sehingga kadar NH3 meningkat.

(4)

22 Tabel 3. Konsentrasi NH3 dan VFA Berbagai Jenis Rumput oleh Bakteri Cairan

Rumen Segar dan Isolat Bakteri

Bahan Pakan NH3 (mM) VFA (mM)

Cairan

rumen Isolat

bakteri Cairan

rumen Isolat bakteri Pennisetum purpureum 4,13±1,12 8,07±2,58 168,36±86,89 148,25±118,86 Panicum maximum 4,61±1,15 7,79±2,38 185,29±97,27 146,52±52,57 Brachiaria humidicola 3,20±0,42 6,48±1,08 214,77±85,03 178,86±33,36 Setaria splendida 6,77±3,16 9,30±2,50 165,35±109,18 150,46±87,71 Paspalum notatum 3,73±0,66 6,21±0,82 102,04±23,44 245,41±45,54 Rataan 4,49±1,38b 7,57±1,26a 167,16±41,35 173,90±42,11

Keterangan: Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Kadar VFA filtrat hasil fermentasi rumput oleh isolat bakteri rumen ditunjukkan dalam Tabel 3. Kadar VFA sama tingginya pada hasil fermentasi beberapa jenis rumput dengan isolat bakteri pencerna serat dengan hasil fermentasi dengan cairan rumen segar. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan isolat bakteri dalam memfermentasi komponen pakan rumput cukup tinggi dibandingkan dengan bakteri cairan rumen walaupun mempunyai kecernaan bashan kering yang lebih rendah. Penyebab kondisi tersebut adalah karena populasi bakteri pada isolat bakteri lebih spesifik dalam mencerna serat kasar.

Terdapat kadar VFA filtrat yang sangat tinggi baik pada hasil fermentasi dengan bakteri rumen mapun dengan isolat bakteri, namun penyebab tingginya kadar VFA tersebut tidak diketahui. Namun salah satu kemungkinan adalah rendahnya kemampuan baik bakteri cairan rumen maupun bakteri isolat dalam mengkonversi VFA dan NH3 ke dalam komponen sel bakteri. Konsentrasi VFA cairan rumen yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme rumen berkisar antara 80 – 160 mM (Sutardi, 1980).

Nilai pH Filtrat pada Inokulum Cairan Rumen dan Isolat Bakteri setelah Difermentasi

Nilai pH filtrat hasil fermentasi 4 dan 48 jam ditunjukkan dalam Tabel 4.

Nilai pH filtrat berada pada kisaran normal yang menghasilkan pertumbuhan bakteri normal. Nilai pH filtrat hasil fermentasi dengan isolat bakteri lebih tinggi (P<0,01)

(5)

23 dibanding filtrat hasil fermentasi cairan rumen setelah diinkubasi selama 4 jam. Nilai pH filtrat hasil fermentasi 4 jam berkorelasi dengan kadar NH3 dan VFA filtrat.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa kadar NH3 dalam kondisi larutan tersebut lebih besar pengaruhnya terhadap pH dengan koefisien korelasi (kk) 0,81 (P<0,01) dibandingkan dengan kadar VFA dengan nilai korelasi -0,22. Kenaikan pH tidak terkait langsung dengan kadar NH3 larutan, namun tingginya kadar NH3

menggambarkan bahwa terjadi fermentasi yang intensif. Kondisi tersebut memungkinkan dihasilkan VFA dan asam laktat. Nilai pH filtrat hasil fermentasi 48 jam tidak berbeda nyata antara cairan rumen dengan isolat bakteri, dan nilai pHnya dalam kondisi normal. Hal ini kemungkinan terjadi akibat penimbunan pada filtrat terutama VFA dari hasil fermentasi oleh kedua sumber bakteri walaupun kemampuan mencerna komponen rumput oleh kedua sumber bakteri tersebut berbeda.

Tabel 4. Nilai pH Filtrat Setelah Fermentasi Selama 4 dan 48 jam

Sampel

pH (fermentasi 4 jam) pH (fermentasi 48 jam) Cairan rumen Isolat

bakteri

Cairan rumen Isolat bakteri Pennisetum purpureum 6,76±0,05 7,03±0,27 6,55±0,02 6,47±1,88 Panicum maximum 6,84±0,06 6,955±0,04 6,56±0,15 6,61±1,26 Brachiaria humidicola 6,77±0,04 6,84±0,00 6,48±0,13 6,48±0,01 Setaria splendida 6,86±0,14 6,92±0,01 6,51±0,06 6,51±0,13 Paspalum notatum 6,84±0,07 6,905±0,08 6,50±0,12 6,92±0,06 Rataan 6,81±0,04b 6,93±0,07a 6,52±0,03 6,60±0,19

Keterangan: Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).

Daya Hidup Isolat Bakteri Selama Penyimpanan

Manfaat praktis bakteri sangat tergantung pada daya hidup bakteri selama penyimpanan. Bakteri dapat disimpan dalam media cair maupun media padat.

Bakteri dapat disimpan hingga bertahun-tahun dalam media cair seperti gliserol.

Namun penyimpanan dalam bentuk cair kurang praktis, sementara penyimpanan dalam media kering lebih mudah dalam pemeliharaan dan transportasi. Saat ini bakteri umumnya disimpan dalam bentuk kering beku (freeze dried). Penyimpanan kering beku mempunyai berbagai keunggulan diantaranya mempunyai daya hidup

(6)

24 yang tinggi dan daya simpan yang lama. Namun kendala penyimpanan kering beku adalah biaya pengeringan yang mahal dan memerlukan peralatan yang khusus terlebih lagi jika bakteri tersebut anaerob.

Penyimpanan kering menggunakan media tanah dan arang telah umum dilakukan dengan berbagai keunggulan (Machmud 2001; Malik 1990). Daya hidup isolat bakteri rumen yang disimpan dalam media yang berbeda menunjukan pola yang berbeda. Gambar1 menunjukkan bahwa populasi bakteri pada penyimpanan 0 minggu sama pada media tanah, tepung, dan arang, kecuali pada UMB menunjukkan populasi yang lebih tinggi dari yang disimpan pada media tanah dan arang. Pada penyimpanan 1 minggu populasi bakteri sama pada media tepung, arang, dan UMB, sedangkan pada media tanah populasi meningkat sehingga berbeda dengan yang disimpan dalam media UMB. Pada penyimpanan 2 minggu populasi bakteri pada semua media sama. Populasi bakteri pada minggu pertama meningkat khususnya jika disimpan pada media tanah. Namun jika penyimpanan dilanjutkan hingga 2 minggu populasi bakteri menurun kembali mencapai populasi seperti pada awal penyimpanan kecuali pada yang disimpan di UMB. Pola perubahan populasi selama penyimpanan tersebut mengindikasikan bahwa bakteri pada minggu pertama mengalami pertumbuhan. Bakteri selama penyimpanan diperkirakan mampu memanfaatkan media tumbuh yang berada di sekitarnya.

Gambar 1. Populasi Isolat Bakteri pada Media dan Lama Penyimpanan yang berbeda

(7)

25 Sejumlah bakteri selulolitik juga merupakan bakteri amilolitik (pencerna pati) sehingga kemungkinan isolat bakteri dapat disimpan di dalam media tepung tapioka (Hungate, 1966). Tarwin (2007) melaporkan bahwa jumlah sel hidup bakteri asam laktat dan probiotik yang lebih tinggi pada media susu kedelai dengan suhu penyimpanan 28oC selama dua hari pengamatan dibanding pada suhu penyimpanan 4 dan -20oC selama dua bulan pengamatan. Hal ini terjadi karena pada suhu 28oC syarat lingkungan dan nutrisi untuk aktivitas bakteri telah terpenuhi, namun pada suhu tersebut bukan suhu optimum untuk penyimpanan. Sedangkan pada suhu 4oC jumlah sel hidup bekurang disebabkan faktor lingkungan yaitu suhu yang menekan pertumbuhan bakteri dan ketersediaan nutrisi yang terus menerus berkurang selama penyimpanan, pada suhu -20oC bakteri tidak melakukan aktivitas pertumbuhan, laju pertumbuhan bakteri negatif, dan bakteri mengalami kematian (Tarwin, 2007).

Gambar

Tabel 1. Komposisi Nutrien Berbagai Jenis Rumput yang Dikaji Kecernaannya  Sampel Bahan  Kering  (%)  Kadar Nutrien (% BK)  Abu PK  SK  LK  Beta-N  Pennisetum purpureum  26,58  7,37 9,43 32,3 1)  2,07 48,83  Panicum maximum  23,67  9,69 9,71 32,9 1)  0,95
Tabel 4. Nilai pH Filtrat Setelah Fermentasi Selama 4 dan 48 jam
Gambar 1.  Populasi Isolat Bakteri pada Media dan Lama Penyimpanan yang   berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti mengajukan saran kepada Kepala Sekolah SMAN “X” Bandung untuk melakukan sosialisasi Model Kompetensi kepada seluruh guru untuk kemudian melakukan kegiatan

[r]

Ukoliko je okvir brdskog bicikla s ovjesom opremljen prilagodljivim elementima koji mijenjaju otpor bicikla naspram vibracija koje dolaze od tla, takvi elementi moraju biti

Partikel-partikel bermassa lebih kecil (merah) pada akhirnya akan berada pada posisi radial lebih besar, yang melingkupi partikel-partikel dengan massa lebih besar (biru)

(Cortified Public Accountant), CIA (Certified Internal Auditor) dan sertifikat lainnya yang dapat meningkatkan kualitas auditor internal. Para auditor juga

Rata-rata kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah (HPKDYD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama kurun waktu penelitian adalah sebesar 5,56 persen, nilai ini

Pelaksana pengabdian kepada masyarakat memberikan bantuan Kelompok binaan P2WKSS (Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera) untuk melakukan

Tata Upacara Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah aturan untuk melaksanakan upacara dalam acara resmi dilingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang