23-28
/11/ 2021
23-28/11/2021
Festival Kabupaten Lestari 4:
Bone Bolango—Gorontalo
“MERANGKAI KEMBALI KABUPATEN LESTARI”
Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango Daring di zoom webinar/zoom meeting Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) 23—28 November 2021
― Penulis Tamu
Aditya Mahendra Putra
Tim Yayasan Strategi Konservasi Indonesia Rosyid A. Azhar
Penyusun Dita Kurnia Patricia Romasi Rhema Wijaya
Penyunting Friska Melani
Penyelaras Ana Rosdianahangka
Desain dan Tata Letak Rio Tupai
Foto-foto @
Pemerintah Kabupaten Gorontalo Pemerintah Kabupaten Bone Bolango Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Lingkar Temu Kabupaten Lestari
Huntu Art Distrik (HARTdisk) Bakul Goronto
Big Change Agency Febri Raharningrum Enda Monoarfa
Copyright © 2021
Hak cipta dilindungi Undang-undang
DIlarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari
Lingkar Temu Kabupaten Lestari Grha Tirtadi Lantai 3 No.308 Jl. Pangeran Antasari No.18A, Cipete Selatan
Jakarta Selatan 12410
www.kabupatenlestari.org
Daftar Isi
MENGENAI LINGKAR TEMU KABUPATEN LESTARI (LTKL)
VI
MENGENAI FESTIVAL KABUPATEN LESTARI (FKL)
VIII
PENGANTAR KETUA UMUM LINGKAR TEMU KABUPATEN LESTARI (LTKL)
1
SAMBUTAN TUAN RUMAH: BUPATI GORONTALO
4
SAMBUTAN TUAN RUMAH: BUPATI BONE BOLANGO
6
PROFIL KABUPATEN GORONTALO
8
PROFIL KABUPATEN BONE BOLANGO
9
PROGRAM PRA-FESTIVAL
13
AGENDA
19
PROGRAM
27
CERITA DARI TAPAK
29
POTENSI LESTARI
43
POTENSI WISATA
44
POTENSI KOMODITAS LOKAL
51
DIREKTORI
56
JEJARING
58
TERIMA KASIH
63
Daftar Isi
MENGENAI LINGKAR TEMU KABUPATEN LESTARI (LTKL)
VI
MENGENAI FESTIVAL KABUPATEN LESTARI (FKL)
VIII
PENGANTAR KETUA UMUM LINGKAR TEMU KABUPATEN LESTARI (LTKL)
1
SAMBUTAN TUAN RUMAH: BUPATI GORONTALO
4
SAMBUTAN TUAN RUMAH: BUPATI BONE BOLANGO
6
PROFIL KABUPATEN GORONTALO
8
PROFIL KABUPATEN BONE BOLANGO
9
PROGRAM PRA-FESTIVAL
13
AGENDA
19
PROGRAM
27
CERITA DARI TAPAK
29
POTENSI LESTARI
43
POTENSI WISATA
44
POTENSI KOMODITAS LOKAL
51
DIREKTORI
56
JEJARING
58
TERIMA KASIH
63
Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) adalah asosiasi pemerintah kabupaten yang dibentuk dan dikelola oleh
pemerintah kabupaten demi mewujudkan pembangunan lestari yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat lewat gotong royong multipihak.
LTKL merupakan kaukus
pembangunan lestari dari Asosiasi Pemerintah Kabupaten seluruh Indonesia (APKASI) yang berdiri sejak 21 Juli 2017
Saat ini, LTKL memiliki 9 kabupaten anggota di 6 provinsi di Indonesia dan bekerja berdampingan dengan 24 jejaring mitra multipihak.
Rapat Umum Anggota LTKL 2019 memutuskan bahwa komoditas lestari khususnya hilirisasi produk basis alam adalah prioritas bagi anggota LTKL untuk mencapai target nasional untuk mendapatkan investasi berkualitas, membuka lapangan kerja dan mencegah kebencanaan.
MENGENAI
BUKU PANDUAN FESTIVAL
SUSUNAN KEPENGURUSAN LTKL 2021
RAPAT UMUM ANGGOTA (RUA)
JEJARING MITRA SEKRETARIAT FORUM
DEWAN PENASIHAT
•
Bidang Bisnis Lestari: Dharsono Hartono•
Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim: Rachmat Witoelar•
Bidang Investasi Lestari: Fitrian Ardiansyah•
Perwakilan Koordinator Jejaring Mitra (Internal): Rainforest Alliance•
Perwakilan Koordinator Jejaring Mitra (Eksternal): Landscape IndonesiaDEWAN PENGAWAS
•
Bidang Pengembangan Institusi: Diah Suradireja•
Bidang Tata Kelola Daerah: Sarman Simanjorang•
Bidang Inovasi dan Pengembangan Masyarakat: Nurdiana DarusDEWAN PENGURUS
•
Ketua Umum LTKL: Kabupaten Sintang•
Wakil Ketua Umum: Kabupaten•
SiakSekretaris Jendral: Kabupaten Gorontalo•
Ketua Program Unit Perencanaan:Kabupaten Bone Bolango
•
Ketua Program Unit Kebijakan &Peraturan: Kabupaten Sanggau
•
Ketua Program Unit Kerjasama Multipihak: Kabupaten Musi Banyuasin & Kabupaten Aceh Tamiang•
Ketua Program Unit Data, Informasi & Komunikasi:Kabupaten Sigi
•
Ketua Program Unit Inovasi &Investasi: Kabupaten Kapuas Hulu
Festival Kabupaten Lestari (FKL) adalah kegiatan tahunan yang
diselenggarakan oleh asosiasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari sebagai wadah mempromosikan potensi lestari kabupaten. Pertama kali digelar pada 2018 berdasarkan kesepakatan Rapat Umum Anggota Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) 2018.
Lingkar Temu Kabupaten Lestari dibentuk pada Juli 2017 sebagai kaukus pembangunan lestari dari Asosiasi Pemerintah Kabupaten seluruh Indonesia (APKASI)
2017
MENGENAI
BUKU PANDUAN FESTIVAL
2020 2021
2018 2019
Rapat Umum Anggota Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) 2018 menyepakati bahwa setiap tahunnya LTKL akan menyelenggarakan
“Festival Kabupaten Lestari” sebagai bentuk forum komunikasi antaranggota.
Festival Kabupaten Lestari III diadakan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat secara hibrida (online & offline) mengusung tiga topik, yaitu ekonomi, ekologi, sosial & budaya dalam tema “Buka Hati Ekonomi Lestari”.
Gorontalo dan Bone Bolango menjadi tuan rumah Festival Kabupaten Lestari IV bertajuk
“Merangkai Kembali Identitas Lestari”
Festival Kabupaten Lestari II diadakan di Kabupaten Siak, Riau.
Sukses digelar mengusung tema “Besamo Membelo Siak Menuju Indonesia Hijau”.
Festival Kabupaten Lestari I diadakan di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Sukses digelar mengusung tema
“Inovasi Karya Anak Bangsa”.
BUKU PANDUAN FESTIVAL
LTKL sebagai
kaukus dari APKASI, harapannya dalam kurun waktu sembilan tahun ke depan dapat memperkuat strategi dan pendekatan dalam rangka
meningkatkan daya saing kabupaten yaitu menjaga lingkungan dan mensejahterakan masyarakatnya.
Harapannya, mimpi ini dapat diwujudkan melalui praktik baik dan menjadi model pembangunan yang dapat
diimplementasikan di seluruh kabupaten Indonesia melalui APKASI.
Sutan Riska Tuanku Kerajaan, S.E.
Bupati Kabupaten Dharmasraya & Ketua Umum APKASI
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera bagi Kita Semua, Shalom, Om Swastiastu,
Namo Buddhaya, dan Salam Kebajikan.
Bapak/Ibu peserta Festival Kabupaten Lestari 4: Gorontalo dan Bone Bolango 2021 yang saya banggakan.
Sebuah ungkapan bijak
mengatakan, “Jagalah bumi dan dia akan menjagamu.” Ungkapan ini memiliki makna yang sangat mendalam. Sebagai makhluk
Ketua Umum
Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL)
dr. H. Jarot Winarno, M.Med. PH.
Bupati Sintang, Ketua Umum LTKL
yang berakal, sudah sepatutnya kita berada pada barisan terdepan sebagai penjaga alam. Manusia yang suka dengan alam berarti manusia yang peduli dengan alam dan menjaga kelestariannya. Dengan menjaga kelestarian alam berarti ia menjaga masa depan bumi yang akan menjadi warisan untuk generasi mendatang. Ini sejalan dengan visi dan misi asosiasi kami, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), yang merupakan kaukus pembangunan berkelanjutan dari Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) untuk mewujudkan pembangunan lestari yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat lewat gotong royong multipihak.
Sebagai sebuah forum kolaborasi yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten sejak empat tahun yang lalu, Festival Kabupaten Lestari merupakan ajang yang kita nanti-nantikan setiap tahunnya. Pada 2018 Kabupaten Musi Banyuasin sukses menggelar Festival Kabupaten Lestari dengan tema “Inovasi Karya Anak Bangsa”. Kemudian, pada 2019 Kabupaten Siak menjadi tuan rumah festival ini dengan mengangkat tema
“Bersama Membelo ‘Merawat’ Siak Menuju Indonesia Hijau”. Selanjutnya, pada 2020, meskipun dalam situasi pandemi COVID-19, Kabupaten kami - Kabupaten Sintang juga telah menjadi tuan rumah Festival Kabupaten Lestari yang diselenggarakan secara daring dengan mengangkat tema
“Buka Hati Ekonomi Lestari”.
Selama 4 tahun berdirinya asosiasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari, para kabupaten anggota bersama jejaring mitra telah berhasil merangkai gotong royong untuk terus maju menuju terwujudnya Deklarasi Visi Kabupaten Lestari 2030. Dalam deklarasi tersebut, Kabupaten LTKL berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tetap melindungi kekayaan lingkungan dan sumber daya alam di daerahnya.
Beberapa program seperti Pelatihan Model Bisnis untuk UMKM, pengembangan Kerangka Daya Saing Daerah dan profil jurisdiksi,
Masterclass Investasi Lestari serta berbagai kegiatan Tukar Pembelajaran antara Kabupaten & Mitra Keanggotaan LTKL merupakan bukti konkret dari upaya mewujudkan deklarasi tersebut. Secara paralel, jejaring mitra
BUKU PANDUAN FESTIVAL
LTKL juga mendukung kabupaten anggota untuk memastikan dokumen perencanaan kabupaten selalu mempertimbangkan aspek lingkungan dan ketangguhan dari bencana alam, baik dalam Rencana Pembangunan, Rencana Penanaman Modal maupun Rencana Tata Ruang, untuk
memastikan komitmen jangka panjangnya.
Sebagai sebuah forum, LTKL berperan untuk meningkatkan kerja sama dengan jejaring untuk semakin menguatkan pengelolaan wilayah secara lestari.
Kami yakin bahwa Festival Kabupaten Lestari tahun ini dapat memotivasi lebih banyak pihak, baik yang berada di kabupaten, nasional, maupun global, untuk bergotong royong mencapai tujuan nasional termasuk Gerakan #BanggaBuatanIndonesia, komitmen Nationally Determined Contributions (NDC) untuk adaptasi dan mitigasi krisis iklim, dan pengembangan skema perlindungan ekosistem penting yang mampu menarik investasi berkualitas. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pemerintah nasional yang juga banyak memberikan dukungan dan bersinergi. Dengan komitmen untuk bergerak bersama, Festival Kabupaten Lestari 4: Gorontalo dan Bone Bolango 2021 tidak hanya akan meriah tapi juga bermakna dan berdampak nyata.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Om Shanti Shanti Shanti Om, Namo Buddhaya
18 November 2021 Ketua Umum LTKL
Jarot Winarno Bupati Sintang
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,
Kami ucapkan selamat datang di Gorontalo, bumi serambi Madinah di gerbang utara Indonesia.
Mengawali perjumpaan kita pada Festival Kabupaten Lestari tahun ini, marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia dari-Nya kita dapat melaksanakan acara yang luar biasa ini, meskipun dengan berbagai keterbatasan di tengah kondisi pandemi negeri ini.
SAMBUTAN
Tuan Rumah:
Bupati Gorontalo
Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd.
Bupati Gorontalo
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Kabupaten Gorontalo bersyukur dapat menjadi bagian dari Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) sejak tahun 2019 lalu. Asosiasi kita bersama ini punya mimpi besar untuk mewujudkan pembangunan lestari yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat lewat gotong royong. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Gorontalo, yaitu
“Gorontalo Gemilang, Mandiri, menuju Masyarakat Madani”. Kami bangga bahwa upaya kita semua tidak hanya berhenti pada mimpi tapi terus berkembang lewat implementasi nyata dengan berbagai pendekatan yang inovatif.
Mengangkat Tema ‘Merangkai Kembali Identitas Lestari’, Festival Kabupaten Lestari 2021 diharapkan dapat menjadi sebagai wadah bagi masyarakat Gorontalo dan Bone Bolango serta seluruh kabupaten anggota dan jejaring mitra LTKL untuk merayakan kearifan lokal, budaya dan berbagai inovasi ramah lingkungan serta ramah sosial sebagai identitas bangsa yang luar biasa penting dalam mewujudkan visi ekonomi lestari. Sistem ekonomi yang menjaga lingkungan sekaligus menyejahterakan masyarakat. Melindungi alam adalah upaya kami untuk menjaga kualitas tanah dan air agar tradisi pangan dan rempah kami dapat terus berkembang. Mendorong teknologi tepat guna adalah cara kami meningkatkan kemampuan UMKM untuk mengolah produk bernilai tambah dan mengelola pariwisata secara turun temurun. Kami percaya bahwa identitas lestari ini dapat menjadi modal penting untuk menghadapi berbagai tantangan kedepan, termasuk ancaman krisis iklim.
Selamat menikmati rangkaian acara sepanjang minggu ini dan
merayakan identitas lestari kita bersama. Akhir kata, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, mari kita mulai rangkaian acara Festival Kabupaten Lestari ke-4 ini. Terima kasih sekali lagi kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berperan mewujudkan terselenggaranya acara ini.
Gorontalo, 11 November 2021
Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd.
Bupati Gorontalo
SAMBUTAN
Tuan Rumah:
Bupati Bone Bolango
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh, Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi kemampuan dan kemudahan dalam penyusunan buku panduan Festival Kabupaten Lestari 4: Gorontalo dan Bone Bolango. Penulisan Buku Panduan ini dilakukan dalam rangka memberikan informasi dan edukasi tentang kegiatan Festival Kabupaten Lestari 4 yang mengangkat tema “Merangkai Kembali Identitas Lestari”.
H. Hamim Pou, S.Kom., M.H.
Bupati Bone Bolango
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Di Gorontalo dan Bone Bolango, gunung dan perbukitan menjadi tanah pijakan, didampingi hutan, laut, dan danau yang mengelilinginya, serta budaya yang menghiasnya. Sejatinya, tanah air dengan bangga sudah memberikan identitas bagi masyarakat yang tinggal di atasnya, tetapi tentunya kita butuh kecakapan untuk bisa hidup berdampingan dan memperlihatkan identitas ini. Festival Kabupaten Lestari menjadi ajang kita bersama untuk merayakan dan tukar belajar dari perkembangan implementasi visi Kabupaten Lestari lewat tradisi dan kearifan lokal yang mampu menginspirasi inovasi tepat sasaran dalam berbagai bidang termasuk tata kelola lahan, pengelolaan sampah dan pengembangan energi bersih terbarukan.
Semoga dengan terselenggaranya Festival Kabupaten Lestari 4 ini, seluruh kabupaten anggota LTKL bersama dengan para pemangku kepentingan lainnya seperti mitra pembangunan, masyarakat sipil, dan perusahaan dapat saling bertukar ilmu dan merangkai gotong royong yang lebih erat untuk mendukung tujuan nasional Indonesia terutama dalam konteks SDGs dan menghadapi krisis iklim.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan buku panduan ini. Buku panduan ini bukan hanya menggambarkan rangkaian kegiatan Festival tahun ini tapi juga menjadi bentuk sumbangsih kami untuk memulai pengarsipan tradisi dan inovasi ramah lingkungan ramah sosial yang dapat terus diperkaya melalui jejaring kabupaten LTKL. Saya berharap, Festival Kabupaten Lestari di Gorontalo dan Bone Bolango ini dapat berjalan lancar dan bermanfaat bagi seluruh peserta dan seluruh pihak yang terlibat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bone Bolango, 8 November 2021
H. Hamim Pou, S.Kom., M.H.
Bupati Bone Bolango
Sumber:
KABUPATEN DALAM ANGKA 2021, BPS Populasi Penduduk
KOPI
KELAPA Kecamatan
Desa
KOMODITAS STRATEGIS
Luas perairan laut
²
Luas Total Wilayah
GULA AREN
²
Sumber: Kabupaten dalam Angka 2021, BPS
PROFIL KABUPATEN
Kabupaten Gorontalo
Kabupaten Gorontalo berada di tengah Provinsi Gorontalo, diapit oleh kabupaten lainnya. Terdapat 2 potensi sumber daya alam utama, yaitu Danau Limboto dan DAS Limboto, yang sedang dalam proses revitalisasi dari sedimentasi yang telah terjadi bertahun-tahun sebelumnya.
Kabupaten Gorontalo secara aktif mendorong pembangunan lestari melalui alokasi penganggaran hijau dan praktik pertanian berkelanjutan yang mengintegrasikan pertanian, peternakan, pengolahan limbah, dan penggunaan energi terbarukan yang berkontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca.
Profil Yuridiksi Kabupaten Gorontalo dapat diakses di https://bit.ly/Profil Gorontalo
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Populasi Penduduk
GULA AREN KOPI
KELAPA Kecamatan
Desa
KOMODITAS STRATEGIS
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Luas Total Wilayah
²
Sumber: Kabupaten dalam Angka 2021, BPS
Kabupaten Bone Bolango
Sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten Gorontalo tahun 2003.
Dengan wilayah yang didominasi oleh kawasan konservasi,
Kabupaten Bone Bolango tergolong cukup aktif dalam mendorong agenda pembangunan berkelanjutan di daerah,
meskipun usianya masih sangat muda. Saat ini, Kabupaten Bone Bolango sedang mendorong pengembangan kopi dan gula aren dengan praktek berkelanjutan melalui UMKM lokal.
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Festival Kabupaten Lestari (FKL) dirancang sebagai perayaan dan ajang promosi bersama bagi kabupaten anggota dan jejaring mitra LTKL atas perkembangan implementasi visi kabupaten lestari.
Selain melibatkan anggota LTKL dan Jejaring Mitra, FKL juga
menggandeng pemerintah provinsi dan pusat. FKL telah sukses diselenggarakan di Musi Banyuasin pada 2018, Siak pada 2019, dan Sintang pada 2020. Program yang diinisiasi FKL adalah Bincang Lestari, Inovasi Lestari, Bisnis Lestari, dan serangkaian pelatihan masyarakat kabupaten.
Tahun ini, perhelatan Festival Kabupaten Lestari IV diadakan di Gorontalo & Bone Bolango mengusung tema “Merangkai Kembali Identitas Lestari” yang dilaksanakan pada 23--28
November 2021 secara hibrida (perpaduan online dan offline). FKL 2021 ini bertujuan menciptakan ekosistem investasi yang berkualitas untuk komoditas unggulan yang ada di kabupaten tuan rumah melalui gotong royong multipihak dan multisektor.
Alam dan segala isinya membentuk keunikan bagi keanekaragaman hayati yang tinggal di dalamnya. Kondisi alam di Gorontalo dan Bone Bolango yang dikelilingi gunung, bukit, dan laut telah membentuk identitas budaya masyarakat.
Kekayaan tanah,
hutan, laut, danau
serta budaya
masyarakat inilah yang siap ditelusuri dan digali kembali untuk membentuk identitas yang lestari. Alam juga meminta kita untuk terus mengasah diri dan kecakapan agar dapat selalu berdampingannya, juga budaya yang kita warisi.
Dengan Merangkai Identitas Lestari, kita akan menggali lebih dalam potensi dari dua kabupaten ini. Mulai dari potensi wisata, kuliner, budaya, serta ekonominya.
©Enda Monoarfa, 2017
BUKU PANDUAN FESTIVAL
PROGRAM PRA-FESTIVAL
Menuju
Festival Kabupaten Lestari 4
Menuju FKL 4: Gorontalo & Bone Bolango resmi
diluncurkan dalam webinar bertajuk “Harmoni dari Desa Lestari: Nostalgia Kala Nanti” yang bertepatan dengan Hari Kartini dan Hari Bumi.
Sebanyak 500 orang hadir pada webinar tersebut.
Nelson Pomalingo (Bupati Kabupaten Gorontalo) dan Hamim Pou (BupAti Kabupaten Bone Bolango) juga hadir mengisi rangkaian webinar Harmoni dari Desa Lestari.
APRIL 2021
©Enda Monoarfa, 2017
Anugerah Desa Wisata
6 Desa Wisata dari Kabupaten Gorontalo 3 Desa Wisata dari Kabupaten Bone Bolango 1 Desa Wisata yang masuk 50 besar dari Kabupaten Gorontalo
MEI — JUNI 2021
Pekan Kebudayaan Nasional
Merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai wujud implementasi dari agenda strategi pemajuan kebudayaan. Pada perhelatannya tahun ini, PKN berkolaborasi dengan LTKL untuk mengangkat narasi kearifan lokal sandang, pangan, dan papan lestari dari Kabupaten Anggota LTKL.
AGUSTUS 2021
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Sustainable Culinary Journey
Sustainable Culinary Journey merupakan program untuk menerjemahkan pembangunan lestari sampai ke tingkat tapak. Program ini dibungkus melalui konsep perjalanan eksplorasi kuliner lestari di Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango dengan berkolaborasi dengan KAUM Restaurant Jakarta, Brookland Coffee, dan Masak TV.
Setelah melakukan perjalanan eksplorasi kuliner lestari tersebut, dalam aktivitas peluncuran FKL 4, juga mengundang media dan food blogger. Pada saat itu, menu khas Gorontalo tersedia dan dapat dipesan di KAUM Restaurant yang juga melakukan promosi secara berkala.
SEPTEMBER
—
NOVEMBER
2021
Telusur Kabupaten Gorontalo &
Bone Bolango
Telusur Kabupaten Gorontalo & Bone Bolango mengangkat potensi Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango yang tertuang dalam bentuk seri video singkat dengan mengangkat tema Pangan, Keanekaragaman Hayati, dan Komoditas Lestari. Seri video ini akan diluncurkan pada saat festival berlangsung dan nantinya bisa dinikmati di Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari.
SEPTEMBER
—
OKTOBER 2021
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Pelatihan Kaum Muda Gorontalo
Peserta adalah kaum muda lintas sektor dari Gorontalo dan Bone Bolango dengan fasilitator pelatihan dari tiga lembaga yaitu JAPESDA, BIOTA, HARTDISK.
SEPTEMBER
2021
AGENDA
Hari 1
Selasa
23 / 11
Untuk mengikuti program ini sila daftar dengan klik tautan:
https://bit.ly/ObrolanLestari1
Siaran langsung di kanal Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari 09.00 WITA PEMBUKAAN
oleh HJ. Erlina, S, M.H.
Wakil Ketua Umum APKASI
OBROLAN LESTARI #1
“Peran Kolaborasi dan Pelaporan untuk Skema Insentif Daerah”
09.00
— 1.00 WITA
Penetapan Konteks:
Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd., Bupati Gorontalo & Sekretaris Jenderal LTKL
Paparan Komite Pengnarah Laporan Bersama KDSD Panel Eksklusif:
• Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si Kementerian Dalam Negeri RI
• Ir. R. Anang Noegroho Setyo Moeljono Kementerian PPN/BAPPENAS RI
• Adriyanto, S.E., M.M., M.A., Ph.D
Direktur Transfer Umum, Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan RI
• Insan Syafaat Direktur Eksekutif PISAgro
• Tri Padukan Purba
Team Manager, Rainforest Alliance
Cerita dari Kabupaten: Kabupaten Sigi & Kabupaten Siak
Moderator:
Andhyta F Utami, ThinkPolicy
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Hari 2
RABU
24 / 11
Untuk mengikuti program ini sila daftar dengan klik tautan:
https://bit.ly/ObrolanLestari2
Siaran langsung di kanal Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari 09:00
— 11:00 WITA
OBROLAN LESTARI #2:
Investment Dialogue: Menciptakan Pasar untuk UMKM dan Komoditas Lestari
Penetapan Konteks:
Ahmad Dading Gunadi
Direktur Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, Kementerian PPN/Bappenas
Perangkai Diskusi:
Ala Baster
Kasubdit Koperasi, UKM, dan Penanaman Modal Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kemendagri
Panel Diskusi:
• Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si Kementerian Dalam Negeri RI
• H. Hamim Pou, S.Kom., M.H.
Bupati Bone Bolango
• Arifin Suaib
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Gorontalo
• Ichsan Budiman Wantogia Kepala Unit Layanan Pengadaan Barang & Jasa Bone Bolango Ichsan Budiman Wantogia
• Witarsa Aji
UMKM Gorontalo - Palm Go
• UMKM Kopi Bone Bolango
Penanggap:
• Dewi Meisari, UKM Indonesia
• Irvan Helmi
Speciality Coffee Association of Indonesia
• Ayu Siti Maryam ITPC Sydney
13:00 WITA BUSINESS MATCHING:
TEMU USAHA FKL
Inovator:
• International Conference Village Revitalization
• Kawasan Restorasi Aceh Tamiang Forum Konservasi Leuser
• Adopsi Pohon Musi Banyuasin, KPHP Benakat
• Restor
• Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Limboto
Moderator:
Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (JAPESDA) Gorontalo
Hari 3
Jumat
26 / 11
HUT KABUPATEN GORONTALO SIDANG PARIPURNA
Live streaming 08:00
— 11:00 WITA
TEMU INOVASI LESTARI*
14:00
— 16:00 WITA
RUANG INOVASI 2:
INOVASI PENGARUSUTAMAAN TEKNOLOGI Inovator:
• Pengelolaan Sampah Organik Kompos Masaro, Gorontalo
• Paredice
• WRI Indonesia
• Institute for Essential Services Reform (IESR)
Moderator:
Universitas Muhammadiyah Gorontalo RUANG INOVASI 3:
RUANG INOVASI 1:
“PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI”
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Link Zoom
https://bit.ly/TemuInovasiLestari2021 INOVASI HILIRISASI KOMODITAS LESTARI Inovator:
• Alam Siak Lestari, Kabupaten Siak
• MP Natural
• Peneliti Sugar Palm Fibre Net
• Badan Usaha Milik Masyarakat Adat, AMAN
• Harvest Gorontalo Indonesia Moderator:
Winrock International
*
Program Hibrida di Universitas Muhammadiyah Gorontalo dan Live streaming di kanal Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari• Irama Lestari oleh Hulantalo Ethnic
• Peluncuran Generasi Lestari
• Irama Lestari Virtual oleh Iwan Fals
• Pemutaran video: Inisiatif Baik Kabupaten Gorontalo
*
Offline di Taman Budaya Limboto, Kabupaten Gorontalo Live streaming di kanal Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari & Kabupaten Gorontalo18:30
— 19:30 WITA
JAMUAN MAKAN MALAM TAMU PESERTA FKL
19:30
— 22:00 WITA
RANGKAIAN PEMBUKAAN FESTIVAL KABUPATEN LESTARI 4 DAN HUT KABUPATEN GORONTALO
19:00
— 21:00 WITA
Fringe Event
MOVIE & COFFEE-KOLABORASI KINEFORUM X FKL4 di Huntu Art Distrik (HARTdisk) Studio
Hari 4
Sabtu
27 / 11
PAWAI BUDAYA KABUPATEN GORONTALO
• Irama Lestari
• Peragaan Busana Karawo
• Pemutaran video Sustainable Culinary Journey
• Pengumuman Kompetisi Sansevieria
*
Offline di Taman Budaya Limboto, Kabupaten Gorontalo TELISIK BUDAYA KABUPATEN GORONTALO EKSPLORASI DESA WISATA RELIGI BUBOHU, BONGO atauEKSPLORASI RUMAH PRODUKSI GULA AREN PALM GO DAN HARVEST GORONTALO INDONESIA AKAN BERTEMU DI BENTENG OTANAHA UNTUK LIHAT LANSKAP DANAU LIMBOTO.
*
Offline di Kabupaten Gorontalo 06:00— 09:00 WITA
Offline di Danau Limboto
TELUSUR KABUPATEN GORONTALO JALAN SEHAT DAN BIRD WATCHING
09:00
— 15:00 WITA
15:00
— 17:00 WITA
19:00
— 21:00 WITA
Fringe Event
DISKUSI GENERASI LESTARI
*
Kedai Kopi Huntu Art Distrik (HARTdisk) StudioBUKU PANDUAN FESTIVAL
Hari 5
Minggu
28 / 11
UPACARA PENUTUPAN
FESTIVAL KABUPATEN LESTARI 4
• Tarian Tidi Lo Polopalo
• Pemutaran video Inisiatif Baik Bone Bolango
• Irama Lestari
*
Offline & Live streaming di kanal Youtube Lingkar Temu Kabupaten Lestari06:00
— 13:30 WITA
TELUSUR KABUPATEN BONE BOLANGO
• Botubarani: Wisata Hiu Paus
• Desa Langge: Rumah Kreasi Karawo
• Pekan Studio Pangan:
Eksplorasi Pangan Lokal
• Galeri UMKM 13:30
— 14:00 WITA
AKSI HIJAU
BSPOK (BONEBOL SEDEKAH POHON DAN OKSIGEN) KEEMPAT
14:00
— 15:00 WITA
FRINGE EVENT KONFERENSI PERS:
GERAK LAJU FESTIVAL KABUPATEN LESTARI 4
*
Offline di Rumah Dinas Bupati Bone Bolango 18:30— 20:00 WITA
Setiap Hari
23 -27 / 11
Pameran
• Sansevieria, Tanaman Hias Kaya Manfaat
• Bonsai Kopyor
• Booth UMKM Lestari & Pangan Lokal
• Booth LTKL dan Mitra Pembangunan
*
Offline di Taman Budaya Limboto, Kabupaten GorontaloPEKAN STUDIO PANGAN
Bersama dengan tim Sustainable Culinary Journey
*
di Huntu Art Distrik (HARTdisk) Studio22 - 28 /11
26 - 30 /11
26 - 28 / 11
Fringe Event
09:00
— 16:00 WITA
PENGELOLAAN SAMPAH MENJADI MATERIAL OLEH PAREDICE PEMBANGUNAN RAW HAUS
*
Rumah Dinas Camat Kabila Bone, Desa Hoangobuto, Kecamatan Kabila Bone, Kab Bone BolangoFGD DESA :
PENGUATAN EKOSISTEM MANDIRI BERBASIS KAWASAN PERDESAAN
oleh Yayasan Sanggar Inovasi Desa
*
di desa Botubarani, Bututonuo, Molutabu, Olele, BondawunaGORONTALO NIGHT DI SCBD, JAKARTA SELATAN
*
Nasi Peda Pelangi dan Bakul Goronto24 / 11
15:00
— 21:00 WITA
BUKU PANDUAN FESTIVAL
PROGRAM
Obrolan Lestari
Obrolan Lestari adalah sebuah diskusi dalam format webinar untuk mendorong pembangunan lestari di kabupaten dengan peran multipihak secara gotong royong di tingkat kabupaten dan nasional.
Webinar yang mengangkat tema Peran Kolaborasi dan Pelaporan untuk Skema Insentif Daerah ini berbentuk panel eksklusif untuk mendiskusikan potensi skema Hari/Tanggal
Selasa-Rabu, 23-24 November 2021 Waktu
09.00 - 11.00 WITA / 10.00 - 12.00 WITA Tempat
https://bit.ly/ObrolanLestari1
insentif ke daerah dari perspektif multi pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun global.
Diskusi ini adalah kolaborasi antara pemerintah kabupaten dengan kementerian/lembaga, pihak swasta, dan jejaring mitra LTKL, untuk memastikan narasi dan rencana tindak lanjut yang dirumuskan semakin kuat dan masif.
Temu Inovasi Lestari
Sesi Temu Inovasi Lestari menitikberatkan pada diskusi dan tukar pembelajaran. Pada sesi ini, akan hadir berbagai pihak yang telah melakukan inovasi di bidangnya untuk bertemu dan berbagi pengalaman terkait pembaruan yang telah mereka dilakukan untuk mendorong pembangunan ekonomi lestari kepada masyarakat luas, sekaligus Hari/Tanggal
Jumat, 26 November 2021 Waktu
14.00 - 16.00 WITA / 15.00 - 17.00 WITA Tempat
Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo (luring) https://bit.ly/TemuInovasiLestari2021 (daring)
mendorong kolaborasi multipihak.
Kepanitiaan FKL 2021 membuka pintu selebar-lebarnya bagi jejaring mitra LTKL dan pihak eksternal lainnya yang tertarik untuk hadir, baik sebagai inovator maupun sebagai peserta.
PROGRAM
BUKU PANDUAN FESTIVAL
BRINGING THE PUBLIC BACK IN:
Rekayasa Isu Publik dan Badan Publik dalam Tata Kelola Desa dan Kawasan Perdesaan
oleh Aditya Mahendra Putra
Arah strategis pembangunan perlahan bergeser, dari yang sebelumnya kota sentris, kini percepatan pembangunan yang memperkuat
daerah-daerah pinggiran (desa) menjadi perspektif dalam kebijakan pembangunan nasional. Nuansa teknokratik “membangun desa”
kini berubah haluan menjadi “desa membangun” seiring agenda desentralisasi-redistribusi beserta aturan yang menyertainya. Desa didorong sebagai aktor utama pembangunannya sendiri, serta dituntut menjadi entitas yang mendekatkan peran negara dalam membangun kesejahteraan, kemakmuran, dan kedaulatan bangsa. Jadi, kedaulatan negara sejatinya terletak pada kemandirian desa-desanya sebagai entitas penyusun dan penyangga nama besar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Negara telah merekognisi kewenangan bagi desa untuk mengatur rumah tangganya sendiri, yang berarti membuka kesempatan yang sama bagi semua desa mencapai kemandiriannya. Bak proposisi no mandate
CERITA DARI TAPAK
without funding, pemberian kewenangan tersebut juga
dibarengi dengan alokasi anggaran sebagai stimulan pembangunan desa. Pertanyaannya, dengan kesempatan sama, mengapa ada desa yang melesat maju, dan masih ada desa yang jalan di tempat?
Simpulan empiris yang dipotret mengindikasikan kemampuan desa dalam mendayagunakan aset dan kewenangan menjadi kunci bagi desa untuk melesat. Selain itu, kualitas ekosistem pendukung juga diperlukan guna percepatan kemandirian desa.
Berbagai upaya dukungan percepatan kemandirian desa juga telah dilakukan, termasuk inisiasi forum jejaring antardesa, pun program afirmatif antara desa dan stakeholder per sektor telah banyak digulirkan. Namun, berbagai inisiatif yang dilakukan terkesan hit and run, kausalitas masalah di desa masih tetap sama:
ketimpangan akses dan distribusi manfaat. Ketersediaan jejaring antardesa atau desa dengan pihak lain untuk saling terhubung adalah satu hal, tetapi menjamin kualitas partisipasi untuk mewujudkan ruang perubahan yang inklusif dan berkelanjutan adalah hal yang lebih substantif.
GAGASAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
Melekatkan konektivitas-kolaborasi dalam kerangka pembangunan kawasan perdesaan merupakan langkah transformatif guna mewujudkan perbaikan sistemik mulai dari ruang pembangunan yang inklusif, distribusi manfaat yang adil, hingga ketersediaan sistem penjamin proses perubahan. Pembangunan kawasan perdesaan meletakkan desa-desa yang berada dalam satu lingkup wilayah geografis dalam satu kesatuan potensi dan layanan.
Pendekatan geospasial digunakan untuk menemukan kedekatan karakteristik antardesa, baik karena unsur kesamaan potensi, peluang, maupun upaya konsolidasi sumberdaya sebagai dasar
untuk menentukan konektivitas antardesa dalam melakukan percepatan pembangunan wilayah.
Pembangunan kawasan perdesaan juga merupakan salah satu
persilangan titik temu antara skenario teknokrasi pembangunan desa dari atas (top-down) dan teknokrasi antardesa dari bawah (bottom-up). Dalam perspektif pemerintahan daerah, kawasan perdesaan adalah perjumpaan antara skema otonomi daerah
BUKU PANDUAN FESTIVAL
yang dalam kerangka UU No.32/
2004 berujung di pemerintah kabupaten/kota dan skema otonomi desa dalam kerangka UU No.6/ 2014 yang memberikan kewenangan bagi desa untuk mengurus dirinya baik dalam kewenangan skala lokal (perluasan lingkup subsidiaritas terhadap UU No.32/ 2004) dan rekognisi atas kewenangan asal-usul.
Persilangan urusan juga ditandai oleh “pemisahan” kewenangan pengaturan desa antara rezim pembangunan desa oleh Kemendesa PDTT melalui Permendesa PDTT No.5/2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan dan rezim pemerintahan desa oleh Kemendagri melalui Permendagri No. 96/2017 tentang Tata Cara Kerja Sama Desa di Bidang Pemerintahan Desa.
Penanda persilangan juga ditandai oleh bagaimana mempertemukan antara arus pembangunan kawasan perdesaan dalam skema kewenangan daerah dan kewenangan desa—antardesa . Konsekuensinya, diperlukan siasat tertentu yang mewujud dalam skenario kelembagaan sebagai jembatan pembangunan desa berperspektif kawasan, selain tentu saja adaptif terhadap kondisi
existing pada desa-desa yang akan dijadikan kawasan. Tantangan tersebut hadir di tengah fakta disparitas pembangunan tiap desa, degradasi ekologi, segregasi sosial-ekonomi, serta atmosfer teknokratis yang kadung mengakar.
PERGESERAN PARADIGMA KOSMOSENTRIS -
ANTROPOSENTRIS
Berkaca dari beberapa kasus, gerak privatisasi tidak selalu muncul dari penetrasi kekuatan modal, tetapi justru muncul dari klaim sebagian warga atas nama sejarah dan asal-usul. Dalam konteks UU Desa No.6/2014, asal-usul punya klausul unik, yang memungkinkan diakui sebagai kewenangan asli desa pada umumnya berhubungan dalam lingkup common pool resources (secara kelembagaan biasanya didekati melalui desa adat). Sayangnya, klaim asal-usul yang terjadi di desa umumnya lebih mendekati hak mengesklusi pihak lainnya, baik kepada kelompok masyarakat lain, hingga resistensi terhadap posisi dan kewenangan pemerintah desa dan supra desa. Ruang interaksi-kolaborasi bukan tidak dimungkinkan, tetapi cenderung dipandu oleh nilai-nilai pragmatis-transaksional.
Kondisi semacam ini sedikit banyak mencerminkan bergesernya paradigma kosmosentris ke paradigma antroposentris.
Manusia menjadi pusat segala sesuatu, sangat mengandalkan rasionalitas dan subjektivitas yang individualis. Hal ini menempatkan pola relasi manusia dan alam yang subordinatif dan dominatif, yang membuka jalan bagi eksploitasi sumber daya alam besar-
besaran atas nama pertumbuhan pembangunan ataupun
pemenuhan penghidupan. Implikasi reduksionisme ini membawa konsekuensi kepentingan individu/kelompok berada di atas kepentingan umum/publik sehingga konstelasi isu publik gagal tumbuh. Inilah tantangan utama fase awal rekayasa pengembangan kawasan perdesaan, yaitu
menginternalisasi nilai-nilai publik ke dalam isu dan praktik (yang berulang) sebagai langgam kerja dari berbagai ruang interaksi yang menghubungkan beragam aktor yang berkepentingan dalam pembangunan kawasan.
Upaya tersebut tidak terlepas dari urgensi menemukan kembali keseimbangan nilai dan praktik publik terhadap praktik individual- privat.
MEMBAWA KEMBALI MARWAH
“PUBLIK” DALAM DENYUT SOSIAL-POLITIK-EKONOMI
Dalam konteks tersebut di atas, model pembangunan kawasan perdesaan idealnya dikonstruksi sebagai arena untuk membawa kembali narasi publik (bringing the public back in) sebagai cara kerja pembangunan kawasan untuk mempertemukan, mendekatkan, dan menegosiasikan kepentingan para pihak. Sebagai arena, konstruksi model ini selanjutnya didudukkan ke dalam 3 (tiga) aspek utama yang saling memengaruhi, yaitu nilai, isu, dan instrumentasi.Pertama, aspek nilai (value)
mendudukkan posisi publik sebagai mata air yang memproduksi/
mereproduksi makna dari sumber daya, sehingga di dalamnya melekat sekian nilai terkait otoritas kebijakan, keberlanjutan, anti monopoli, kolaborasi, penjaminan, perlindungan, redistribusi,
dan sebagainya. Realitas
ketimpangan akses atau distribusi manfaat memang acapkali tidak terhindarkan, sehingga aspek value harus memastikan bahwa manfaat pengelolaan sumberdaya dinikmati sebanyak mungkin pihak (no one left behind). Lingkup aspek ini berada dalam fase agenda setting kebijakan.
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Kedua, aspek isu mendudukkan bagaimana menerjemahkan nilai ke dalam sekian prioritas kebijakan yang dinilai efektif untuk memastikan keadilan manfaat dari pengelolaan sumber daya. Lingkup aspek ini berada dalam fase formulasi kebijakan.
Ketiga, aspek instrumentasi melingkupi bagaimana perumusan kebijakan teknis operasional, yang memungkinkan perulangan praktik secara terus-menerus yang dapat memperkuat posisi kebijakan (formulasi isu kebijakan) dan meneguhkan makna dari isu publik. Lingkup aspek ini berada dalam rentang fase alokasi dan implementasi kebijakan.
Interaksi sirkular di antara aspek nilai, isu, dan instrumentasi ini selanjutnya akan menunjukkan seberapa efektivitas kebijakan yang dipilih untuk menentukan kelanjutan atau perbaikan kebijakan. Ini menandai fase evaluasi dan terminasi/re-formulasi kebijakan.
Dengan demikian, model
pembangunan kawasan perdesaan merupakan langkah strategis untuk dua hal. Pertama, menghadirkan kembali peran negara (desa) dalam pelayanan barang dan jasa
publik yang lebih utuh. Kedua, sebagai konsolidator sekaligus tameng perlindungan sumber daya desa dari upaya privatisasi dan eksploitasi berlebih. Dua tujuan tersebut akan sulit terealisasi bila model pendekatan partisipatif tidak diorkestrasi, bukan sekadar partisipasi yang artifisial dan temporer. Membangun kembali narasi publik sebagai bagian integral dalam denyut sosial-politik- ekonomi.
Salam __
Profil Penulis
Aditya Mahendra Putra, Lahir di Klaten, 1989. Memiliki ketertarikan kuat pada berbagai hal terkait inovasi sosial, termasuk interkoneksi di dalamnya. Saat ini tergabung sebagai Program Manager di Sanggar Inovasi Desa, Yogyakarta.
Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID) didirikan pada Desember 2019 dan diresmikan oleh Menteri Desa PDTT, pada 5 Januari 2020 di Yogyakarta. YSID hadir sebagai wahana pembentukan ekosistem inovasi kemandirian desa melalui pendokumentasian pengalaman, hingga desain knowledge management sektor desa yang bertumpu pada nilai otentik, lestari, dan tumbuh bersama dengan mengarusutamakan kerja-kerja kolaboratif lintas stakeholder. Informasi lebih lanjut silahkan kunjungi www.
sanggarinovasidesa.id.
‘Ikan Besar Berbintang’:
Sebuah Cerita Ekowisata Bahari Desa Botubarani, Kabupaten
Bone Bolango
oleh Yayasan Strategi Konservasi Indonesia (YSKI)
Perairan Indonesia yang kaya akan keragaman hayati melahirkan potensi besar pada perkembangan pariwisata yang berorientasi pada sumber daya alam, termasuk di antaranya ekowisata bahari (marine eco-tourism).
Artikel ini membahas lebih dalam pengembangan ekowisata bahari, khususnya wisata hiu paus di perairan Botubarani yang bertujuan meningkatkan pengetahuan terkait strategi pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan dan pembangunan ekonomi masyarakat pesisir melalui ekowisata.
botubarani merupakan sebuah desa yang berlokasi tepat menghadap Teluk Tomini, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Desa ini menjadi salah satu destinasi favorit wisata ikan hiu paus di Indonesia.
Keberadaan hiu paus (rhincodon typus) di Desa Botubarani ternyata memiliki hubungan sejarah yang mendalam dan telah berlangsung lama.
Warga lokal mengidentifikasi hiu paus sebagai ‘munggiyango hulalo’ yang berarti ‘ikan besar berbintang’. Adapun hiu paus merupakan salah satu
CERITA DARI TAPAK
BUKU PANDUAN FESTIVAL
spesies ikan terbesar di dunia yang dilindungi oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 18/Kepmen- KP/2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus. Kemunculan ikan hiu paus di Perairan Botubarani disebabkan oleh melimpahnya keberadaan ikan nike (Awaous melanocephalus) sebagai salah satu sumber makanan bagi hiu paus.
Wisata ikan hiu paus di Botubarani mulai menggeliat sejak kemunculan hiu paus pada 2016 dan terus meningkat seiring dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, baik dari pemerintah maupun keterlibatan masyarakat sekitar. Wisata ikan hiu paus di Botubarani terbagi dalam tiga jenis di antaranya wisata melihat (watching), wisata berenang/
menyelam permukaan (snorkeling), dan wisata menyelam (diving). Tidak hanya wisatawan domestik, wisata hiu paus juga menarik wisatawan mancanegara. Pada 2019, sebanyak 844 wisatawan berkunjung saat bulan puncak kemunculan ikan hiu paus, yakni pada Mei, Juni, dan Juli. Jika dibandingkan dengan daya dukung wisata yang mencapai 1.560 orang, angka kunjungan
wisatawan tersebut masih dapat dioptimalkan dengan mendorong ketersediaan sumber daya.
Wisata hiu paus menjadi magnet bagi wisatawan antara lain karena lokasinya mudah dijangkau, yaitu dapat ditempuh kurang lebih 30 menit dari Gorontalo. Selain itu, jarak pandang untuk melihat ikan hiu paus cukup dekat sekitar 25 meter dari bibir pantai karena jernihnya pantai Botubarani, serta hiu paus yang muncul sepanjang hari sejak pagi hingga malam. Dengan adanya wisata ikan hiu paus, masyarakat Desa Botubarani yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional mendapatkan pendapatan tambahan melalui jasa penyewaan perahu. Melalui riset penerima dana hibah dari CSF/Yayasan Strategi Konservasi Indonesia melalui Marine Fellowship Program (MFP), ditemukan bahwa usaha kecil masyarakat pun banyak bermunculan, seperti penjualan makanan, souvenir, pemandu perahu, hingga tukang parkir. Nilai ekonomi wisata ikan hiu paus di Desa Botubarani ditaksir sebesar Rp7.894.602.230,00/bulan puncak kemunculan atau rata-rata sebesar Rp123.353.160,00/ha/bulan puncak kemunculan (Monoarfa et al., 2020).
Terlepas dari wisata ikan hiu paus dapat menyokong kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, upaya konservasi ikan hiu paus terus dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan.
Berbagai pemangku kepentingan, seperti BPSPL Makassar, DKP Provinsi Gorontalo, WSID, serta praktisi dan peneliti, bahu-
membahu menekan ancaman yang muncul, salah satunya dengan dikeluarkannya pengaturan terkait zona interaksi hiu paus. Zona ini hanya diperuntukkan untuk kegiatan wisata ikan hiu paus sehingga kegiatan lain, seperti memancing, tidak diperkenankan.
Selain itu, Whale Shark Indonesia bersama dengan BPSPL Makassar dan DKP Provinsi Gorontalo menginisiasi kegiatan Lokakarya Hiu Paus Gorontalo dan melahirkan 5 (lima) kesepakatan, di antaranya (1) menerapkan aturan umum berinteraksi dengan hiu paus dengan mengadopsi pedoman wisata hiu paus yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan di tahun 2014, (2) pembentukan POKJA (kelompok kerja) konservasi hiu paus berbasis ekowisata antar-stakeholder, (3) penetapan pencadangan status tipe kawasan konservasi di Desa
Botubarani, (4) inisiasi pengadaan perahu karet sebagai pengganti perahu kayu nelayan untuk berinteraksi dengan hiu paus, dan (5) pembuatan pos pengawasan terpadu.
Kegiatan bimbingan teknis (bimtek) telah dilaksanakan oleh BPSPL Makassar dalam rangka peningkatan kemampuan pemangku kepentingan (termasuk instansi pemerintah, universitas, praktisi lingkungan, penegak hukum, dan masyarakat Desa Botubarani) di bidang konservasi ikan hiu paus dan implementasinya dalam aktivitas wisata. Oleh karena itu, tim monitoring hiu paus Gorontalo terbentuk dengan kegiatan rutin berupa pemantauan ikan hiu paus. Ikan hiu paus diketahui seringkali mengalami luka-luka akibat lalu lintas kapal wisata dan pemberian makan secara sengaja oleh para wisatawan.
Oleh karena itu, pendataan secara berkala dilakukan oleh tim monitoring untuk mengetahui individu, jumlah individu, jenis kelamin, dan luka-luka yang ada di tubuh hiu paus di perairan Botubarani. Pengumpulan data tersebut sangat penting bagi
BUKU PANDUAN FESTIVAL
pengembangan wisata ikan hiu paus yang dapat menjadi dasar dari pengaturan aktivitas wisata dan upaya penerbitan kebijakan untuk penetapan perairan sebagai kawasan konservasi. Namun, salah satu kendala yang dihadapi yaitu keterbatasan sumber daya dalam melakukan teknis penandaan akustik (acoustic tag) secara efektif di perairan Botubarani. Umumnya, di perairan daerah lain di Indonesia, penandaan dapat terbantu dengan adanya nelayan yang menggunakan alat tangkap Bagan, sehingga paus yang secara tidak sengaja tertangkap dapat dilakukan penandaan sebelum akhirnya dilepas kembali ke perairan.
Belajar dari dinamika dan kompleksitas wisata ikan hiu paus di Perairan Botubarani, pengelolaan kolaboratif (co- management) menjadi salah satu alternatif model pengelolaan dalam pengembangan wisata berbasis sumber daya alam dan konservasi.
Pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dapat terwujud dengan adanya partisipasi
masyarakat, kelompok sosial masyarakat, dan lembaga akademis berkolaborasi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Masyarakat pesisir sebagai
pelaku utama yang terdampak dari adanya wisata ikan hiu paus ini, baik sisi positif maupun negatif, seyogianya dapat diikutsertakan untuk bersama meningkatkan sosial ekonomi dan menjaga lingkungan.
Referensi:
Monoarfa, S. F., Hamzah, S. N., & Yapanto, L. M. (2020). “Economic Impact Analysis of Marine Tourism to Community Revenue”.
The Nike Journal, 7(3).
Ditulis oleh:
Abdul Muis Sulaiman, Program Manager, Yayasan Strategi Konservasi Indonesia Hasan Adha Fauzi, Communications Officer, Yayasan Strategi Konservasi Indonesia
Dian Putri Noviyanti, Intern, Yayasan Strategi Konservasi Indonesia Syabilla Tuffahati Permata, Intern, Yayasan Strategi Konservasi Indonesia Kontributor:
Sukirman Tilahunga, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabupaten Bone Bolango
Sri Fitriani Monoarfa, Manajemen Sumberdaya Perikanan FPIK Universitas Negeri Gorontalo, Alumni Program MFP YSKI/CSF Indonesia periode 2019-2020 Maulita Sari Hani, Conservation International Indonesia
MENGENAI YAYASAN STRATEGI KONSERVASI INDONESIA (YSKI)
Conservation Strategy Fund Indonesia (CSF Indonesia)
Yayasan Strategi Konservasi Indonesia (YSKI) resmi didirikan di Indonesia pada Maret 2016. Misi YSKI di antaranya:
mempromosikan penggunaan prinsip- prinsip ilmu ekonomi dan tata kelola yang baik dalam pengelolaan sumber daya alam, kebijakan publik, dan pembangunan berkelanjutan. YSKI meyakini bahwa pengelolaan sumber daya alam dan kebijakan publik akan lebih efektif dan berdampak positif jika didukung oleh perangkat ilmu ekonomi dan tata kelola yang dirancang menggunakan pendekatan sistemik (system thinking).
Untuk itu, YSKI bersama mitranya bergerak untuk membangun kapasitas para pembuat kebijakan dan pemimpin (leaders) di Indonesia, baik di dalam maupun di luar lembaga pemerintah.
Misi dan harapan YSKI tersebut dicapai melalui rangkaian pelatihan, analisis, pendampingan (facilitation change process), dan pemberian beasiswa penelitian mengenai pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan kebijakan publik.
Kunjungi www.conservation-strategy.
org atau indonesia@conservation- strategy.org.
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Potensi Besar Pengembangan Ekowisata di Danau Limboto
oleh Rosyid A Azhar *)
Seorang ahli tumbuhan Caspar Georg Karl Reinwardt memulai
petualangannya di Gorontalo pada 1821. Ia naik buloto (perahu dari kayu utuh yang dilubangi) menikmati panorama Danau Limboto yang ia sebut sebagai kebun binatang yang sangat luas. Reinwardt menggambarkan betapa danau sedimen yang kaya substrat ini menjadi rumah bagi banyak satwa, tidak hanya jenis ikan tetapi juga reptil dan burung-burungnya. Ia sangat menikmati perjalanan menuju Limboto untuk bertemu raja lokal.
Empat puluh empat tahun berikutnya, giliran Carl Benjamin Hermann Baron von Rosenberg seorang naturalis Jerman mengunjungi Gorontalo setelah dari perjalanan di wilayah Sulawesi Utara. Ian juga menyempatkan diri menikmati perjalanan ke Danau Limboto, bermalam di kediaman kepala Distrik Talaga Abdillah Hunowu dan melanjutkan perjalanan ke Ayer Panas. Secara gamblang Rosenberg menceritakan keberadaan buaya di Danau Limboto, termasuk harga telurnya di pasar. Satwa-satwa danau ini tidak lepas dari pengamatannya, ia beberkan dalam tulisan panjangnya yang berjudul Reistogten in de afdeling Gorontalo.
CERITA DARI TAPAK
Perjalanan para pelancong Eropa ini dulu digambarkan penuh warna, terasa lama dibandingkan dengan ukuran saat ini, karena Danau Limboto saat itu masih luas. Merujuk pada peta yang dikeluarkan Asisten Residen Gerrit Willem Wolter Carel Baron van Höevell, pada 1891 danau ini masih berbentuk kotak dengan muara di kiri atas peta searah jarum jam ada Sungai Datahu, Sungai Monggelomo, Sungai Marisa, Sungai Motangalo, Sungai Biyonga, Sungai Bulota, Sungai Longi, Sungai Alumbango, dan sejumlah sungai yang tidak dituliskan namanya.
Sejak dulu Danau Limboto memang memikat, setidaknya di mata peneliti asing pada masa lalu. Perjalanan berperahu akan mengajak siapa saja menikmati panorama dan hidupan lahan basah yang memukau, angin penuh uap air, bentang alam yang luas, langit biru bersih dan bukit-bukit kokoh yang memagari dataran luas Dehualolo (de vlakte Dehualolo).
Nama Limboto atau Limutu berasal dari kata limo atau limbo yang bermakna ‘aliansi 5 kerajaan (linula)’ yang mendiami sisi barat danau dan dataran Kwandang, yaitu Limehedaa dengan Olongia
Palungkeli, Huntulotiopo dengan Olongia mBui Bungale, Hungayo dengan Olongia Maranun,
Dunggala dengan Olongia Ilobuata dan Timilito dengan Olongia Hemiuto. Aliansi ini diinisiasi mBui Bungale dengan alasan persatuan, saling melindungi dan saling membantu (penuturan Raja Limboto kepada Reinwardt).
Cerita Danau Limboto yang kaya flora fauna ini memang menarik hingga kini. Kekayaan budaya yang hidup di masyarakat pesisir masih terjaga, demikian juga dengan keragaman hayatinya, semua tersajikan dalam lanskap yang unik.
Bahkan, saat ini tengah menunggu keputusan sebagai Geopark Nasional. Potensi ini harus terus digali dengan melibatkan para pihak, termasuk masyarakat desa.
Yang dibutuhkan saat ini adalah pendampingan masyarakat untuk menyatukan persepsi, mendorong semangat kemandirian, dan gerak langkah menuju kawasan ekowisata kelas dunia.
Peran-peran masyarakat dan aktor nonpemerintah yang selama ini berkecimpung di sekitar danau harus menjadi mitra yang sejajar.
Merekalah yang menggaungkan dan menguatkan narasi Danau
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Limboto sebagai kawasan yang memiliki potensi ekowisata berkelas dunia.
Selama ini, bertahun-tahun laporan tentang Danau Limboto didominasi banyaknya produksi ikan budidaya, yang saat ini malah menjadi masalah pelik, sulit diselesaikan.
Sebagai danau endapan yang sepanjang tahun dikirimi sedimen dari 23 sungai dan anak sungai, menjadikan hamparan lahan basah ini kaya substrat, yang mendukung jaringan mata rantai makanan kehidupan, salah satunya adalah kehadiran burung-burung di kawasan ini.
Sebuah lembaga nonpemerintah yang bernama Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA) sejak lama melakukan pendataan burung di Danau Limboto, mereka mampu menghasilkan data penting keanekaragaman hayati. Data ini menunjukkan betapa Danau Limboto sangat kaya dengan keragaman jenis burung. Kisah burung-burung yang bermigrasi di danau ini bisa menjadi titik tumpu pengembangan kerja sama internasional, baik antarpemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun korporasi.
Di jalur terbang Asia-Timur
Australasia (East-Asian Australasian Flyway) ini setidaknya terdapat 22 negara yang menjadi perlintasan para burung bermigrasi setiap tahunnya.
Di bulan Agustus-Oktober setiap tahun Perkumpulan BIOTA menggelar Festival Burung Bermigrasi yang berisi kegiatan birdwatching, penyadartahuan melalui kunjungan ke sekolah- sekolah, kampanye pelestarian secara daring maupun
menggunakan media massa, pembuatan film dokumenter, dan lainnya. Selain itu, lembaga ini juga setiap tahun melakukan Asian Waterbird Census (AWC) sebagai bagian dari International Waterbird Census (IWC).
Catatan beragamnya burung di danau ini menguatkan kesaksian dua orang bangsa Eropa yang datang pada abad XIX, sehingga Danau Limboto sangat layak untuk dijadikan kawasan pariwisata berkelanjutan (Ecotourism). Apalagi Pemerintah Provinsi Gorontalo, Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo menyepakati kawasan Danau Limboto sebagai geosite utama dalam Geopark Gorontalo yang tidak lama lagi akan menjadi Geopark Nasional.
Tidak hanya burung, kawasan danau ini juga menjadi rumah bagi hidupnya budaya lokal yang menarik, termasuk kekayaan folklor, sejarah, cagar budaya, hingga adat kebiasaan yang masih berlaku. Potensi lokal ini harus terus dikuatkan untuk mendukung penguatan jati diri masyarakat Gorontalo yang unik dan menarik.
Kekayaan Gorontalo ini menjadi unsur penting penyusun budaya bangsa Indonesia.
Sumbangan narasi seputar Danau Limboto akan memperkaya literasi kawasan ini, sehingga semakin menarik dan memikat para peneliti dari berbagai perguruan tinggi, pelancong Nusantara maupun mancanegara, maupun mendukung peran scientizen lokal. Peran
pemerintah adalah memberi ruang dan mendukung upaya yang telah dirintis para pihak ini, pemerintah harus sadar bahwa mereka tidak cukup mampu bekerja sendiri untuk memajukan daerahnya, meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi angka pengangguran, pemerataan pendapatan, yang ujungnya adalah meningkatkan kesejahteraan.
*) Penulis adalah wartawan kompas.com
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Potensi Wisata dan Potensi
Komoditas Lokal dari Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango
POTENSI LESTARI
Pariwisata adalah salah satu sektor unggulan bagi Indonesia. Tidak perlu jauh- jauh melancong ke luar negeri sebab masih banyak surga wisata tersembunyi di negeri kita tercinta.
Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Kali ini, Festival Kabupaten Lestari 4 akan mengajak para pengunjung untuk menikmati keindahan alam dan keunikan budaya yang ada di Kabupaten Gorontalo dan Bone Bolango.
Gorontalo dan Bone Bolango menawarkan banyak pilihan tempat wisata untuk dikunjungi, mulai dari wisata alam, wisata budaya dan religi, hingga wisata kuliner.
Berikut adalah tempat wisata unggulan yang dapat ditemukan di
kabupaten yang terletak di
Semenanjung Gorontalo di
Pulau Sulawesi, tepatnya
di bagian barat Provinsi
Sulawesi Utara, ini.
Desa Wisata Botuborani
Kawasan ekowisata hiu paus terletak di Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango. Kawasan ekowisata hiu paus di Botubarani menjadi destinasi ekowisata hiu paus yang aksesnya paling mudah dijangkau di Indonesia.
Sifat hiu paus yang ramah menjadikan ikan raksasa ini dikenal sebagai
“raksasa ramah” serta dipanggil sebagai Munggiyango Hulalo atau ‘Hiu tutul putih’ oleh nelayan Botubarani. Saat ini pengembangan kawasan ekowisata di Botubarani memberikan kontribusi kepada warga lokal sekaligus menjadi bentuk investasi yang tidak ternilai harganya.
Untuk menyaksikan hiu paus secara langsung, pengunjung bisa melihat dari atas perahu atau bisa melihat langsung dengan cara snorkeling.
Kawasan Ekowisata Hiu Paus Botubarani mendatangkan banyak
keuntungan, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Selain itu, ekowisata Botubarani juga menjaga ekosistem hiu paus lewat program konservasinya. Sebuah kawasan yang luar biasa bukan? Yuk, kunjungi langsung destinasi wisata di Kabupaten Bone Bolango ini. Jangan lupa untuk selalu mematuhi aturan saat menyelam atau snorkeling bersama hiu paus, ya!
POTENSI WISATA
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone adalah kawasan konservasi dengan potensi wisata dan sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya. Terdapat 125 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan taman nasional ini yang memanfaatkan air dari kawasan untuk pertanian, konsumsi, ataupun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro yang ramah lingkungan.
Taman nasional yang diambil dari nama Pahlawan Nasional Indonesia asal Gorontalo Nani Wartabone ini membawa banyak mimpi dan harapan bagi teman-teman di Sulawesi. Wilayahnya yang luas sangat krusial bagi keseimbangan ekosistem sekitarnya. Bahkan, taman nasional ini menampung banyak spesies flora fauna dan menyimpan tidak sedikit spesies terancam, salah satunya Burung Maleo.
(c) Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone - Armando Loho
Danau Limboto
Danau Limboto adalah sebuah danau yang memiliki kedalaman sekitar 5 hingga 8 meter dan merupakan danau terbesar yang ada di Gorontalo.
Danau yang menjadi muara bagi 23 sungai yang mengalir di sekitarnya ini memiliki sumber panas bumi atau geothermal. Hal menarik dari Danau Limboto ini ialah lokasinya yang terhubung langsung ke arah laut serta menjadi habitat bagi berbagai ikan dan burung imigran.
Saat mengunjungi Danau Limboto, pengunjung sekaligus dapat menghampiri Benteng Otanaha yang berada tidak jauh dari Danau Limboto. Benteng Otanaha dibangun oleh Raja Ilato pada tahun 1522 Masehi sebagai benteng pertahanan, dengan prakarsa pemimpin- pemimpin kapal Portugis yang berhenti di pelabuhan Gorontalo. Benteng yang terbuat dari pasir, batu kapur, dan telur Burung Maleo ini sangat kuat meskipun semennya terbuat dari telur.
©Enda Monoarfa, 2017
BUKU PANDUAN FESTIVAL
Masjid Walima Emas di Desa Wisata Religi Bubohu Bongo
Gorontalo dikenal dengan nama Negeri Serambi Madinah. Julukan ini muncul sebagai manifestasi nilai adat, nilai kesopanan, dan nilai norma agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.
Masjid Walima Emas berdiri kokoh di atas sebuah puncak bukit. Di bawahnya terhampar luas perairan Teluk Tomini. Salah satu daya tarik masjid ini adalah bentuk kubahnya yang terinspirasi dari walima atau bentuk sesajian kue tradisional yang setiap tahunnya pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW biasa disiapkan oleh warga Gorontalo.
Terdapat empat kubah kecil yang mengapit satu kubah utama dengan ukuran lebih besar, semuanya berwarna emas.
©Enda Monoarfa, 2017
Taman Laut Olele
Taman Laut Olele berlokasi di Desa Olele, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Untuk sampai di taman laut ini cukup memerlukan waktu sekitar 30 hingga 45 menit. Jaraknya sekitar 20 km dari pusat kota Gorontalo. Taman Laut Olele memiliki terumbu karang endemik, yang tidak akan ditemukan di belahan dunia lainnya. Yang paling terkenal di Taman Laut Olele adalah jenis Salvador Dali, yaitu spesies sponge coral yang bentuknya mirip seperti hasil lukisan pelukis ternama asal Spanyol, Salvador Dali.
Untuk kegiatan diving dapat dilakukan di beberapa titik lokasi menarik yang menawarkan keindahan yang berbeda-beda pula, seperti Jinn Cave, Traffic Jam, Muck Dive, dan Honeycomb. Spot terfavorit beberapa pelancong adalah Jinn Cave karena memiliki bermacam-macam dan spesies ikan dan terumbu karang yang berbentuk seperti goa dengan kedalaman sekitar 22 meter.
BUKU PANDUAN FESTIVAL